TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
ALDINA DEWI ENDARWATI
0913010172/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan Oleh:
ALDINA DEWI ENDARWATI
0913010172/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
Disusun Oleh :
Aldina Dewi Endarwati 0913010172/FE/AK
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 22 Februari 2013
Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks Drs. Ec. Saiful Anwar, M. Si
Sekertaris
Rina Mustika, SE, MM
Anggota
Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
program studi Akuntansi dalam jenjang Strata satu Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan motivasi, saran, bimbingan serta dorongan moril baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan skripsi ini. Pada
kesempatan ini, perkenankanlah Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Dhani Ichsanuddin, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Hero Priono, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada Penulis.
4. Dosen beserta staf Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah membagikan ilmu
6. Keluarga besarku tersayang, terima kasih atas segala dukungan dan do’a
yang dipanjatkan.
7. Sapta Pitulungan (Saddam, Hussein, Zayyin, Bustomi, Irma Q.F, Winda),
terima kasih buat support, moments, pembelajaran hidup “Bertumbuh &
Berbagi” yang telah kita ukir bersama selama ini.
8. Sahabat seperjuangan (Astrid, Astritika, Fitria, Zulfiah, Rizka, Febrianto),
terima kasih kalian mau menyayangi, saling mengingatkan, selalu
memberikan semangat dan saling membantu saat suka maupun duka.
9. Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMAK) “Kotak Onye” beserta seluruh
jajarannya, terima kasih sudah memberikan kesempatan untuk belajar dan
menyalurkan kemampuan berorganisasi, punya dolor-dolor “Never Ending
Story”.
10.Mas Ichank, terima kasih buat bantuan, saran serta ide tentang topik
skripsi ini.
11.Mas Kharis, Mas Eko, Mbak Wury, Mbak Deby, Mbak Eva, terima kasih
sudah memberikan masukan, arahan tentang proses penyusunan skripsi ini.
12.Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang juga
kekurangan. Untuk itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, sehingga di masa mendatang Penulis bisa
membuat yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak.
Surabaya, Pebruari 2013
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
ABSTRACT xii
ABSTRAKSI xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 6
2.1.1 Penelitian Rizky Dyah Pratiwi Tahun 2012 6
2.1.2 Penelitian Aldilla Noor Rakhiemah dan Dian Agustia
Tahun 2009 7
2.1.3 Penelitian Rimba Kusumadilaga Tahun 2010 9
2.1.4 Penelitian Isnaeni Ken Zuraedah Tahun 2010 11
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan 14
2.2.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan 15
2.2.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan 17
2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR) 19
2.2.2.1 Pengertian Corporate Social Responsibility
(CSR) 19
2.2.2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility
(CSR) 21
2.2.2.3 Konsep Triple Bottom Line 24
2.2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Corporate
Social Responsibility (CSR) 26
2.2.2.5 Bentuk Penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) 28
2.2.2.6 Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) 29
2.2.2.7 Penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) di Indonesia 30
2.3 Kinerja Keuangan 34
2.4.3 Keunggulan Rasio Keuangan 38
2.5 Rasio Profitabilitas 39
2.6 Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan 41
2.7 Kerangka Pikir 43
2.8 Hipotesis 45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 46
3.1.1 Variabel Independen 46
3.1.2 Variabel Dependen 47
3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 48
3.2.1 Populasi 48
3.2.2 Sampel 48
3.3 Teknik Pengumpulan Data 50
3.3.1 Jenis dan Sumber Data 50
3.3.2 Pengumpulan Data 51
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 51
3.4.1 Teknik Analisis 51
4.1 Deskriptif Objek Penelitian 54
4.1.1 Aktiva Perusahaan 54
4.1.2 Ekuitas Perusahaan 55
4.1.3 Laba Setelah Pajak Perusahaan 56
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 57
4.2.1 Deskripsi Variabel CSR (X1) 57
4.2.2 Deskripsi Variabel ROA (Y1) 59
4.2.3 Deskripsi Variabel ROE (Y2) 60
4.3 Uji Kualitas Data 62
4.3.1 Uji Normalitas 62
4.4 Analisis Regresi Linear Sederhana 63
4.4.1 Model Persamaan Regresi Y1=α+βCSR+ε 63
4.4.2 Model Persamaan Regresi Y2=α+βCSR+ε 63
4.5 Pengujian Hipotesis 64
4.5.1 Hipotesis Ke-1 64
4.5.2 Hipotesis Ke-2 65
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 75
5.2 Saran 76
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
ABSTRACT
The aims of this research was to investigate how the influence of corporate social responsibility towards the company’s financial performance. Corporate Social Responsibility is company’s activities in achieving a balance or integrations between the economic, social, and environment development without compromising the expectations of shareholder (obtain profit). In this research, company’s financial performance measured by Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE).
The samples used in this research are automotive companies listing in 2008 until 2011 and published the annual report on the website www.idx.co.id. Data collected by purposive sampling method. There are 11 companies which fulfilling criterion as this research sample. The analysis method of this research is simple linear regression analysis.
This research result couldn’t prove that both research hypothesis were CSR disclosure have positive influence to ROA company and CSR disclosure have positive influence to ROE. It showed that CSR disclosure have no influence concerning value of ROA and CSR disclosure have no influence concerning value of ROE.
Aldina Dewi Endarwati
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan. Corporate Social Responsibility merupakan aktivitas perusahaan dalam mencapai
keseimbangan atau integrasi antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham (menghasilkan profit). Dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan
Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011 dan mempublikasikan laporan tahunannya melalui website www.idx.co.id. Data dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Terdapat 11 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel dalam penelitian ini. Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana.
Hasil penelitian ini tidak berhasil membuktikan kedua hipotesis penelitian yaitu pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA) dan pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap Return on Equity (ROE). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1.1 Latar Belakang
Tanggung jawab sosial semakin menjadi perhatian bagi dunia bisnis. Hal
ini berkaitan dengan adanya kesadaran suatu perusahaan atau institusi untuk
tidak hanya menghasilkan laba setinggi-tingginya, tetapi juga bagaimana laba
tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. CSR merupakan
tuntutan bagi perusahaan agar tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para
pemegang saham (shareholders) saja, melainkan juga untuk kepentingan
pihak stakeholders dalam suatu bisnis, meliputi: para pekerja, komunitas
lokal, pemerintah, LSM, konsumen dan lingkungan. Konsep Corporate
Social Responsibility mengarah pada transparansi yang diungkapkan tidak
hanya informasi keuangan perusahaan saja, tetapi juga diharapkan
mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial serta lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan (Rakhiemah dan Agustia, 2009).
Sebagai bagian dari tatanan sosial, perusahaan seharusnya melaporkan
pengelolaan lingkungan perusahaannya dalam annual report. Hal ini
dikarenakan terkait dengan tiga aspek persoalan kepentingan, yaitu
keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan, dan kinerja sosial. Kegiatan yang
dilakukan berupa Community Development yang kemudian dikembangkan
Dunia usaha tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak
pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang
direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja namun juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungan (triple buttom lines).
Pelaksanaan unsur tanggung jawab sosial di Indonesia belum
menunjukkan hasil yang baik dan wajar dalam proses penilaian dampak sosial
maupun dalam pelaporannya. Kajian mengenai corporate social
responsibility semakin berkembang seiring terjadinya kasus yang terjadi,
dimana perusahaan tidak memberikan kontribusi positif secara langsung
kepada masyarakat bahkan memberikan dampak negatif atas beroperasinya
perusahaan, misalnya para produsen otomotif tidak berpikir bahwa
produk-produk mereka terus membanjiri pasar namun sarana atau jalan raya tidak
berbanding lurus dengan pertumbuhan produk-produk hebat mereka tersebut.
Kemudian di sisi lain terkait lingkungan, mesin high-tech yang efisien bahan
bakar dan menjadi andalan para produsen otomotif itu pada akhirnya justru
malah menjadi alat hebat mutakhir untuk membakar lapisan ozon dan justru
terbuang sia-sia (ekonomgila).
Hubungan CSR dengan kinerja telah diteliti sebelumnya oleh Goukasian
dan Withnwy (2007), dalam Lindrawati (2008) yang menganalisis kinerja
keuangan dan operasional perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial
Hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang
mengeluarkan biaya untuk bertanggung jawab secara sosial dan etis tidak
menyebabkan trade-offnya (pertukarannya) negatif dan tetap dapat
menampilkan kinerja sebaik perusahaan lain yang tidak
mengimplementasikan CSR. Selain itu, menurut Tsoutsoura (2004) dalam
Lindrawati (2008) mengemukakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur menggunakan
Return on Equity (ROE) yang merupakan salah satu indikator penting bagi
investor untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan
melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan (Tandelilin, 2001:240 dalam
Lindrawati, 2008). Dengan ROE, investor atau pemilik dapat melihat tingkat
pengembalian atas investasi yang diukur dengan membandingkan laba bersih
terhadap ekuitas saham biasa (Weston dan Brigham, 1993:305 dalam
Lindrawati, 2008).
Banyak literatur yang mengungkapkan bahwa aktivitas CSR yang tertuang
dalam pengungkapan sosial perusahaan berpengaruh dan memiliki hubungan
positif dengan kinerja perusahaan dalam berbagai perspektif yang berbeda.
Namun, para peneliti terdahulu belum menunjukkan adanya hubungan yang
tetap antara tanggung jawab sosial dan kinerja finansial perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mencoba menguji
kembali mengenai “Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on Assets
(ROA)?
2. Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on Equity
(ROE)?
1.3 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana analisis Corporate Social Responsibility
terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on
Assets (ROA)
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis Corporate Social Responsibility
terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return on
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat memacu minat dan keinginan untuk memahami
tentang Corporate Social Responsibility dan mengetahui manfaat dari
pelaksanaan Corporate Social Responsibility.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam
pembuatan kebijaksanaan perusahaan agar lebih meningkatkan tanggung
jawab dan kepeduliannya pada lingkungan sosial dan sebagai informasi
kepada pihak manajemen perusahaan tentang pentingnya
pertanggungjawaban sosial perusahaan yang dipercaya dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah kepustakaan sebagai
bahan informasi dan pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
2.1.1 Penelitian Rizky Dyah Pratiwi Tahun 2012
Pratiwi (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh
Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Dalam penelitian
ini, untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan, antara lain: Return On Assets (ROA) dan Return On Equity
(ROE). Sedangkan, perhitungan CSR dalam penelitian ini mengacu pada
78 item pengungkapan. Indikator yang digunakan meliputi 13 item
lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan kerja, 29
item lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan
masyarakat, dan 2 item umum. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada
dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR
dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0
jika tidak diungkapkan. Selanjutnya skor dari setiap item dijumlahkan
untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Kinerja
finansial perusahaan dapat diukur melalui kinerja pasar dan kinerja
fundamental. Dalam kinerja finansial yang diukur melalui kinerja pasar
Untuk mendapatkkan indeks CSR, total skor untuk setiap perusahaan
dibagi dengan jumlah item pengungkapan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar berturut-turut di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2010, mempublikasikan laporan keuangan lengkap dan selalu laba
selama tahun pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR
berpengaruh positif terhadap kinerja ROE. Selain itu, pengungkapan CSR
juga berpengaruh positif terhadap kinerja ROA.
2.1.2 Penelitian Aldilla Noor Rakhiemah dan Dian Agustia Tahun 2009
Rakhiemah dan Agustia (2009) melakukan penelitian mengenai
pengaruh kinerja lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility
(CSR) Disclosure dan kinerja finansial perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengukur CSR Disclosure ini
digunakan CSR index yang merupakan luas pengungkapan relatif setiap
perusahaan sampel atas pengungkapan sosial yang dilakukannya.
Informasi CSR dikelompokkan ke dalam 7 kategori yakni: lingkungan,
energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja,
produk, keterlibatan masyarakat, dan umum serta terdapat 78 item
pengungkapan. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan
kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item
Total item CSR berkisar antara 63 sampai 78, tergantung dari jenis
industri perusahaan. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya
menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam
instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak
diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk
memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Kinerja finansial
perusahaan diukur dengan menghitung return tahunan perusahaan untuk
kemudian dibandingkan dengan return tahunan industri manufaktur.
Return tahunan perusahaan diukur dengan membagi median harga saham
perusahaan pada tahun tersebut setelah dikurangi dengan dividen dengan
harga saham di awal tahun kemudian dikurangkan dengan median return
industri manufaktur pada tahun tersebut. Kinerja lingkungan ini diukur
dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan
salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup
(KLH) yang mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima warna
yang akan diberikan skor secara berturut-turut dengan nilai tertinggi 5
untuk warna emas dan terendah 1 untuk warna hitam.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar (go-public) di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2004 hingga 2006 yang telah mengikuti Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja lingkungan yakni
usaha perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang baik (green) yang
diukur melalui program PROPER memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap CSR disclosure yang dilakukan oleh perusahaan,
kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja finansial perusahaan, CSR disclosure tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan, CSR disclosure
dapat berfungsi sebagai variabel intervening dalam pengaruh tidak
langsung kinerja lingkungan terhadap kinerja finansial.
2.1.3 Penelitian Rimba Kusumadilaga Tahun 2010
Kusumadilaga (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh
corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating (studi empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia). Salah satu alternatif
yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan
menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini merupakan konsep yang berharga
karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil
pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas
satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba
yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi,
hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu,
Profitabilitas diukur menggunakan rasio keuangan, yaitu Return On
Assets (ROA) yang didapatkan dari laporan keuangan tahunan
perusahaan manufaktur, selama periode penelitian. ROA menunjukkan
perbandingan net income dan total assets perusahaan. Penghitungan CSR
dilakukan dengan menggunakan variabel dummy yaitu: skor 0, jika
perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan, skor 1,
jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Untuk
penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah tiga kategori, yaitu
indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Indikator kinerja sosial
mencakup empat indikator yang terdiri dari: indikator kinerja tenaga
kerja, hak asasi manusia, sosial/kemasyarakatan, dan produk.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI untuk tahun 2006 dan 2008, menyediakan laporan tahunan
lengkap selama tahun 2006 dan 2008, dan memiliki data yang lengkap
terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, profitabilitas sebagai variabel moderating
tidak dapat mempengaruhi hubungan CSR dan nilai perusahaan, terdapat
perbedaan luas pengungkapan CSR periode sebelum dan sesudah
berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
2.1.4 Penelitian Isnaeni Ken Zuraedah Tahun 2010
Zuraedah (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate
social responsibility sebagai variabel pemoderasi. Nilai perusahaan
dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi
harga saham, maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham. Nilai
perusahaan diukur melalui rasio Tobin’s Q, yaitu dengan cara
membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku
ekuitas perusahaan. Alokasi biaya tanggung jawab sosial yaitu dengan
menghitung seberapa besar persentase Alokasi Biaya Tanggung Jawab
Sosial pada tahun t dengan laba bersih pada tahun t-1. Kinerja keuangan
dihitung menggunakan tingkat perputaran atas aktiva (ROA).
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008 dalam kelompok Badan Usaha
Milik Negara non keuangan yang menerbitkan laporan tahunan (annual
report) secara berturut-turut, melakukan pengungkapan CSR dalam
laporan tahunan selama tahun 2007-2008, mengungkapkan alokasi
besarnya biaya Tanggung Jawab Sosial dan tidak mengalami kerugian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dependen (Return
On Assets, alokasi biaya Corporate Social Responsibility, interaksi antara
Return On Assets dan alokasi biaya Corporate Social Responsibility)
secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (nilai perusahaan). Masing-masing variabel
independen (Return On Assets, alokasi biaya Corporate Social
Responsibilit, interaksi antara Return On Assets dan alokasi biaya
Corporate Social Responsibility) berpengaruh signifikan terhadap
variabel independen (nilai perusahaan).
2.1.5 Penelitian Yuztitya Asmaranti Tahun 2011
Asmaranti (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kinerja pasar
perusahaan. Kinerja pasar perusahaan atau Cumulative Abnormal Return
(CAR) dihitung dengan menggunakan market-adjusted model. Abnormal
return dalam penelitian ini dihitung dengan cara mengurangi return
saham perusahaan dengan return pasar pada periode yang sama. Data
indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSDI) yang
digunakan adalah total skor pengungkapan yang dilakukan dibagi dengan
nilai maksimum. Nilai maksimum adalah skor tertinggi dikali dengan
jumlah seluruh item pengungkapan. Skor 0, jika tidak ada informasi yang
relevan; skor 1, jika ada sedikit informasi; skor 2, jika informasi yang
Penelitian ini menggunakan 79 item pengungkapan berdasarkan
indikator yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang
terdiri dari 9 item indikator ekonomi, 30 item indikator lingkungan, 14
item indikator tenaga kerja, 9 item indikator hak asasi manusia, 8 item
indikator sosial, dan 9 item indikator produk.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang menerbitkan laporan tahunan 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSDI) tidak berpengaruh positif terhadap
Cumulative Abnormal Return (CAR).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Laporan Keuangan
2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan (2009:1-2) yaitu “Laporan keuangan merupakan
bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan yang lengkap biasanya meliputi: neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara, seperti laporan arus kas, atau
laporan arus dana), catatan lain serta materi penjelasan yang
Di samping itu, juga termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.”
Menurut Kasmir (2010:7), “Laporan keuangan adalah
laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada
saat ini atau dalam periode tertentu.”
2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan pelaporan
keuangan, meliputi:
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009:3):
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.”
Menurut Kasmir (2010:10), “Secara umum laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan
suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode
tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara berkala.
Jelasnya laporan keuangan mampu memberikan informasi
keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang
Sedangkan menurut Baridwan (2000:17), “Laporan
keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu,
laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar
perusahaan.”
2.2.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009:5-8), terdapat
empat karakteristik kualitatif pokok, antara lain:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami
oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomis dan bisnis.
2) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan
materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelainan
untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat
informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
yang diambil atas dasar keuangan.
3) Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian
yang menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang
seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi
kecenderungan posisi dan kinerja keuangan antar perusahaan
untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif.
2.2.1.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009:13),
jenis-jenis laporan keuangan, terdiri atas:
1. Neraca
Adalah laporan keuangan secara langsung menggambarkan
tentang posisi keuangan sebuah perusahaan dan dalam neraca
terdiri dari tiga unsur laporan keuangan, yaitu aktiva,
kewajiban, dan ekuitas.
2. Laporan Laba/Rugi
Adalah laporan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
yang menggambarkan pendapatan dan beban perusahaan,
selama periode waktu tertentu. Laporan laba rugi minimal
mencakup pos-pos pendapatan, laba rugi usaha, beban
pinjaman, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal
perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi
bersih untuk periode berjalan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan
4. Laporan Arus Kas
Laporan yang berisi mengenai informasi tentang arus kas
sebuah perusahaan, dimana berguna bagi para pengguna
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan
menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas
tersebut. Laporan ini juga memberikan informasi historis
mengenai perubahan kas dan setara kas yang diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan yang mengungkapkan :
a.Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas.
c.Informasi yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
2.2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.2.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) telah
dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah yang
dikemukakan oleh Oliver van Heel (2004), dalam Rahmatullah
& Trianita Kurniati (2011) yang mendefinisikan Corporate
Social Responsibility (CSR) sebagai suatu pendekatan bisnis
yang menciptakan nilai pemangku kepentingan dengan
merangkum semua peluang dan mengelola semua risiko yang
dihasilkan dari kegiatan pembangunan, ekonomi, lingkungan
dan sosial.
Berdasarkan versi WBCSD atau World Business Council
for Sustainable Development (2002), dalam Rahmatullah &
Trianita Kurniati, 2011: mendefinisikan Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai suatu pendekatan bisnis yang
menciptakan nilai pemangku kepentingan dengan merangkum
semua peluang dan mengelola semua risiko yang dihasilkan dari
Versi lain Corporate Social Responsibility (CSR) menurut
Bank Dunia (World Bank):
"CSR is the commitment of business to contribute to sustainable
economic development working with employees and their
representatives, the local community and society at large to
improve quality of life, in ways that are both good for business
and good for development", yang berarti bahwa definisi CSR
adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi
perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan karyawan
dan perwakilannya, komunitas lokal dan masyarakat yang luas
untuk meningkatkan kualitas hidup, melalui jalan bisnis dan
perkembangan yang baik.
Di Indonesia, Corporate Social Responsibility merupakan
serangkaian kegiatan pameran, seminar, diskusi, social event
yang berkaitan dengan berbagai upaya tanggung jawab sosial
korporat kepada masyarakat dan lingkungan yang bertujuan
sebagai ajang penyebarluasan informasi mengenai prestasi dan
kinerja korporasi dalam program tanggung jawab sosial
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, elemen CSR dapat
dirangkum sebagai aktivitas perusahaan dalam mencapai
keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial
tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham
dalam menghasilkan profit.
2.2.2.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Apapun alasan atau motif perusahaan melakukan CSR,
yang pasti CSR penting dilakukan. CSR merupakan tabungan
masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh bukan sekedar keuntungan
ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial dan lingkungan
alam bagi keberlanjutan perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang belum melakukan program
CSR mungkin dapat mencontoh perusahaan lain yang telah lebih
dahulu melakukan program CSR dan dapat menikmati manfaat
yang diperoleh. Misalnya, PT Unilever Indonesia telah
melakukan program CSR melalui pendampingan petani kedelai.
PT Unilever telah berhasil membina petani yang mengerjakan
lebih dari 600 hektar kedelai hitam hingga mengkontribusikan
sekitar 30 persen kebutuhan produksi Kecap Bango. Program
Bagi petani misalnya program ini bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas produksi dan juga menjamin kelancaran
distribusi, sedangkan bagi perusahaan dapat menjamin
kelancaran pasokan bahan baku untuk produk-produk yang
menggunakan bahan dasar kedelai.
Contoh lain perusahaan yang telah melakukan kegiatan
CSR adalah Sinar Mas Group melalui Eka Tjipta Fondation.
Organisasi ini merupakan organissi nirlaba yang didirikan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan, kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat dalam aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup. Kegiatan yang dilakukan meliputi Bidang
Sosial Kemasyarakatan dan Budaya (melalui kegiatan
pendidikan, seni budaya, olah raga, kesejahteraan sosial,
keagamaan dan kesehatan), bidang Pemberdayaan dan
Pembinaan Ekonomi Masyarakat (melalui kegiatan sosial
kemitraan usaha kecil menengah serta pertanian terpadu), dan
Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup (melalui kegiatan sosial
Kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan oleh Eka Tjipta
Foundation telah memberikan manfaat bagi perusahaan Sinar
Mas, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholder,Membina
hubungan/interaksi yang positif dengan komunitas lokal,
pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya
2. Mendorong peningkatan reputasi dalam pengoperasian
perusahaan dengan etika yang baik Menunjukkan komitmen
perusahaan, sehingga tercipta kepercayaan dan respek dari
pihak terkait
3. Membangun pengertian bersama dan kesetiakawanan antara
dunia usaha dengan masyarakat
4. Mempermudah akses masuk ke pasar atau pelanggan
5. Meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga
semangat loyalitas terhadap perusahaan akan berkembang
6. Mengurangi resiko perusahaan yang mungkin dapat terjadi
7. Meningkatkan keberlanjutan usaha secara konsisten
Manfaat-manfaat tersebut hendaknya juga dapat dirasakan
oleh perusahaan lain yang telah melakukan program CSR.
Melihat contoh di atas, dapat memberikan gambaran bahwa
implementasi program CSR bukan hanya untuk mengejar
keuntungan ekonomi tetapi juga dapat menghindari terjadinya
Apa yang telah dilakukan oleh PT Unilever dan Sinar Mas
juga membuktikan bahwa sudah saatnya bagi setiap perusahaan
maupun instansi untuk memperhatikan CSR karena banyak
manfaat positif yang dapat diperoleh dalam pengaplikasiannya.
2.2.2.3 Konsep Triple Bottom Line
Gambar 2.1
Sumber : SWA. Edisi 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari
2006
Menurut konsep Triple Bottom Line, dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1. Profit (Untung)
Profit atau keuntungan merupakan bagian terpenting dan
menjadi capaian utama dari setiap kegiatan usaha.
Tidak mengherankan bila fokus utama dari setiap kegiatan
dalam perusahaan adalah menginginkan profit
sebesar-People (Sosial)
Inilah bentuk tanggung jawab sosial ekonomi yang paling
esensial terhadap pemegang saham.
2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
Masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan,
karena dengan adanya dukungan mereka, terutama
masyarakat sekitar, sangat dibutuhkan bagi keberadaan,
kelangsungan hidup dan perkembangan suatu perusahaan.
Maka dari itu, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan
masyarakat, lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen dan
berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
mereka. Di samping itu, perlu disadari juga bahwa
operasional perusahaan tentu akan berdampak kepada
masyarakat.
Dengan begitu, perusahaan juga perlu untuk
melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan kepentingan
masyarakat. Maksudnya, apabila perusahaan ingin eksis dan
dipandang positif, perusahaan harus menyertakan pula
tanggung jawab sosialnya.
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang harus diperhatikan juga yaitu planet atau
lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang berhubungan
Semua kegiatan yang kita lakukan tentu ada kaitannya
dengan lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau
musuh kita, tergantung bagaimana cara kita
memperlakukannya.
2.2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Corporate Social Responsibility (CSR)
Prinsip-prinsip dasar Corporate Social Responsibility yang
menjadi acuan bagi pelaksanaan yang menjadi informasi dalam
pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial
menurut ISO 26000 dalam Rahmatullah & Trianita Kurniati
(2011) , meliputi:
1. Kepatuhan kepada hukum
2. Menghormati instrumen/badan-badan internasional
3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya
4. Akuntabilitas
5. Transparansi
6. Perilaku yang beretika
7. Melakukan tindakan pencegahan
8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia
Penerapan CSR di berbagai negara berbeda satu sama lain.
Dengan adanya ketidakseragaman tersebut menimbulkan
kecenderungan perbedaaan dalam proses pelaksanaan CSR
Maka, diperlukan suatu pedoman umum dalam penerapan CSR
di mancanegara. Pedoman yang dibutuhkan yaitu ISO 26000
sebagai panduan (guideline) dalam pembuatan pedoman CSR
yang berlaku umum.
ISO 26000 mencakup beberapa aspek, sebagai berikut:
1. ISO 26000 menyediakan panduan mengenai tanggung jawab
sosial kepada semua bentuk organisasi tanpa memperhatikan
ukuran dan lokasi untuk :
a. Mengindentifikasi prinsip dan isu
b. Menyatukan, melaksanakan dan memajukan praktek
tanggung jawab sosial
c. Mengindetifikasi dan pendekatan/pelibatan dengan para
pemangku kepentingan
d. Mengkomunikasikan komitmen dan performa serta
kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.
2. ISO 26000 mendorong organisasi untuk melaksanakan
aktivitas lebih dari sekedar apa yang diwajibkan.
3. ISO 26000 menyempurnakan/melengkapi instrumen dan
inisiatif lain yang berhubungan dengan tanggung jawab
sosial.
4. Mempromosikan terminologi umum dalam lingkungan
tanggung jawab sosial dan semakin memperluas pengetahuan
5. Konsisten dan tidak berkonflik dengan traktat internasional
dan standarisasi ISO lainnya serta tidak bermaksud
mengurangi otoritas pemerintah dalam menjalankan tanggung
jawab sosial oleh suatu organisasi.
2.2.2.5 Bentuk Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Bradshaw dalam (Harahap 2007:360), mengemukakan
terdapat tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, antara
lain:
1. Corporate Philanthropy.
Tanggung jawab perusahaan berada sebatas kedermawanan
atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk
tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal,
sumbangan, atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak
langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
2. Corporate Responsibility.
Kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian
dari tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU
atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.
3. Corporate Policy.
Tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan
2.2.2.6 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Saat ini telah terdapat beberapa peraturan yang mengatur
tentang CSR, yang bersifat mengikat supaya perusahaan tertentu
wajib melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
Hal tersebut diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Pasal 74
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang telah disahkan pada
tanggal 20 Juli 2007. Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut
meliputi:
a. Ayat 1
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan
atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan”
b. Ayat 2
“Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban
perseroan yang harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan
memperhatikan kepatuhan dan kewajaran”
c. Ayat 3
“Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi
Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat di dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1) yang
menyatakan: “Barangsiapa yang melawan hukum dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana
penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima
ratus juta rupiah”.
Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan: “Barangsiapa yang
karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam
dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling
banyak seratus juta rupiah”.
2.2.2.7 Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia Konsep mengenai CSR mulai hangat dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dimana banyak perusahaan maupun
instansi-instansi sudah mulai melirik CSR sebagai suatu konsep
pemberdayaan masyarakat.
Sampai saat ini, perkembangan tentang konsep dan
implementasi CSR pun semakin meningkat, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan yang
Pelaksanaannya pun semakin bermacam-macam, mulai dari bentuk
program yang dilaksanakan maupun dari sisi dana yang digulirkan
untuk program tersebut.
Contoh kegiatan untuk program CSR yang dilakukan oleh
perusahaan, antara lain pemberian beasiswa, bantuan langsung bagi
korban bencana, pemberian modal usaha, sampai pada
pembangunan infrastruktur seperti pembangunan sarana olah raga,
sarana ibadah maupun sarana umum lainnya yang dapat
dimafaatkan oleh masyarakat.
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak
tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama
melakukan Corporate Social Activity (CSA) atau “aktivitas sosial
perusahaan”. Walaupun tidak menamakannya sebagai CSR,
nyatanya aksi tersebut memang mendekati konsep CSR yang
merepresentasikan bentuk peran serta dan kepedulian perusahaan
terhadap aspek sosial dan lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan, sejak tahun
2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang
aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi
kepada berbagai perusahaan nasional.
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling
umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi
Pendekatan CSR yang berdasarkan kemanusiaan ini pada
umumnya dilakukan hanya sekedar do good dan to look good,
berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang melakukannya
termasuk dalam kategori ”perusahaan impresif”, yang lebih
mementingkan ”tebar pesona” (promosi) daripada ”tebar karya”
(pemberdayaan) (Suharto, 2008a). Perusahaan-perusahaan seperti
PT Unilever, Freeport, Rio Tinto, Inco, Riau Pulp, Kaltim Prima
Coal, Pertamina serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama
terlibat dalam menjalankan CSR.
Pendekatan community development kemudian semakin
banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment
dan sustainable development. Kegiatan CSR yang dilakukan saat
ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat setempat berdasarkan need assesment.
Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan
kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, pemberian
beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS. CSR pada tataran ini tidak
sekedar do good dan to look good, melainkan juga to make good,
menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Model pelaksanaan CSR juga bemacam-macam. Setidaknya
Keempat model tersebut antara lain:
1. Terlibat langsung.
Dalam melaksanakan program CSR, perusahaan melakukannya
sendiri tanpa melalui perantara atau pihak lain. Pada model ini
perusahaan memiliki satu bagian tersendiri atau bisa juga
digabung dengan yang lain, yang sama-sama bertanggung
jawab dalam pelaksanaan kegiatan sosial perusahaan termasuk
CSR.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan
atau grupnya. Pada model ini biasanya perusahaan sudah
menyediakan dana khusus untuk digunakan secara teratur
dalam kegiatan yayasan.
Contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan sebagai
perantara dalam melakukan CSR antara lain: Danamon Peduli,
Sampoerna Foundation, kemudian PT. Astra International yang
mendirikan Politeknik Manufaktur Astra dan Unilever Peduli
Foundation (UPF).
3. Bermitra dengan pihak lain.
Dalam menjalankan CSR perusahaan menjalin kerja sama
dengan pihak lain seperti lembaga sosial non pemerintah,
Seperti Bank Rakyat Indonesia yang memiliki program CSR
yang terintegrasi dengan strategi perusahaan dan bekerja sama
dengan pemerintah mengeluarkan produk pemberian kredit
untuk rakyat atau yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat
(KUR). Contoh lain adalah kerjasama perusahan dengan
lembaga-lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa, Palang Merah
Indonesia dan lain sebagainya.
4. Mendukung atau bergabung dengan suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
2.3 Kinerja Keuangan
2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu ukuran
tertentu yang digunakan oleh entitas untuk mengukur keberhasilan
dalam menghasilkan laba. Atau dapat dikatakan sebagai sesuatu
yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu
dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan
Menurut Tampubolon (2005:35), kinerja keuangan
digunakan untuk menganalisis keuangan korporasi, analisis
keuangan menghasilkan informasi tentang penilaian dan keadaan
keuangan korporasi, baik yang telah lampau atau saat sekarang,
serta ekspektasinya di masa depan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan
dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa
yang akan datang serta menentukan setiap keuangan yang dapat
menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta menentukan
tingkat kredibilitas atau potensi untuk investasi.
Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur menggunakan
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimiliki perusahaan.
Kinerja perusahaan dinilai baik apabila nilai ROA
meningkat, yang berarti perusahaan semakin efisien dalam
memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba.
Sehingga kinerja keuangan perusahaan semakin baik. Sedangkan,
ROE merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
2.4 Analisis Rasio Keuangan
2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan
Jumingan (2006:118) berpendapat, rasio dalam analisis
laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan
antara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan.
Harahap (2009:297) juga berpendapat rasio keuangan
adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
relevan dan signifikan (berarti).
2.4.2 Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan
Berikut ini macam-macam rasio keuangan menurut Kasmir
(2010:110-115), antara lain:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek (Fred Weston). Rasio
likuiditas juga sering disebut rasio modal kerja yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan
dengan cara membandingkan seluruh komponen yang ada di
aktiva lancar dengan komponen passiva lancar (utang jangka
2. Rasio Leverage
Dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa
sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah
pinjaman atau modal sendiri. Keputusan untuk memilih
menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah
digunakan beberapa perhitungan yang matang. Rasio
solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya
perusahaan atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran
dengan rasio ini dapat terlihat apakah perusahaan lebih efisien
atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari
Dikatakan perusahaan profitabilitasnya baik apabila mampu
memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan
menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya.
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi
ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor
usahanya.
6. Rasio Penilaian
Rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran
kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di
atas biaya investasi.
2.4.3 Keunggulan Rasio Keuangan
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik
analisis lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2009:298)
adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
5. Menstandarisasi size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara
periodik atau “time series”.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi
di masa yang akan datang.
2.5 Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:304), rasio profitabilitas ini
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan. Rasio
profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Pemilik, kreditor, dan manajemen menaruh perhatian lebih
banyak pada pencapaian keuntungan karena berhubungan dengan
earnings yang akan mereka peroleh di pasar.
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada
efisiensi dan efektvitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang
tersedia untuk melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas
secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti
yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, dan sumber daya yang tersedia,
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas menurut
Kasmir (2010:200-204), antara lain:
1. Net Profit Margin
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio, semakin
baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba cukup tinggi.
2. Return on Investment
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini digunakan
untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
3. Return on Equity
Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan
2.6 Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibilty Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Waddock & Graves (1997), dan Dean (1999), dalam
Yustiana (2011), good management theory kinerja tanggung jawab sosial
perusahaan yang baik dari suatu perusahaan akan menimbulkan reputasi
yang bagus dan akan lebih mudah mendapatkan posisi kinerja keuangan
yang baik di masyarakat.
Dari perspektif ekonomi, menurut Verecchia (1983), dalam
Rakhiemah & Agustia (2009), perusahaan akan mengungkapkan suatu
informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Kiroyan (2006), dalam Rakhiemah & Agustia (2009), dengan
menerapkan CSR diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi
sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR
mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Diharapkan
bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan
dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan
keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba
saja. Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh
perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investor.
Pengungkapan informasi CSR diharapkan memberikan informasi
tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba
Hasil penelitian Dahlia dan Siregar (2008), dalam Kusumadilaga
(2010) juga mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan
dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada
keuntungan perusahaan (profit) dan peningkatan kinerja keuangan.
Menurut Wardhani (2007), dalam Kurnianto (2011), Corporate Social
Responsibility berpengaruh positif terhadap ROE dan ROA perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang melaksanakan CSR akan mendapat banyak
keuntungan seperti kesetiaan pelanggan dan kepercayaan dari kreditor dan investor. Hal
ini akan memicu keuangan perusahaan menjadi lebih baik sehingga laba perusahaan
meningkat dan akan diikuti oleh kenaikan ROE dan ROA perusahaan di tahun
berikutnya.
Penelitian ini difokuskan untuk menguji pengaruh tingkat pengungkapan CSR
terhadap kinerja perusahaan dengan landasan berpikir bahwa semakin tinggi
pengungkapan CSR perusahaan maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan dan mengelola sumber daya, memperoleh karyawan yang berkompeten,
memasarkan produk, dan menciptakan kesempatan yang belum terduga, yang pada
akhirnya akan menjadi sumber keunggulan dalam bersaing. Kinerja keuangan yang
baik akan dihasilkan oleh perusahaan yang menghindari claim dari primary
Hubungan yang baik dengan karyawan, suppliers, dan customers sangat
penting bagi keberlangsungan perusahaan. Aktivitas yang mendukung komunitas dapat
memperbaiki reputasi perusahaan dan berdampak positif terhadap penjualan dan pada
akhirnya berpengaruh terhadap ROA dan ROE.
Maka dapat disimpulkan, bahwa perusahaan yang melakukan pengungkapan
Corporate Social Responsibility akan cenderung mempunyai kinerja keuangan yang
lebih baik, dalam hal memperoleh labanya bila dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility sehingga hal tersebut
dapat membangun citra yang positif bagi perkembangan serta kelangsungan hidup
perusahaan dan diharapkan dapat direspon positif oleh para investor.
2.7 Kerangka Pikir
Perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility
(CSR) cenderung mempunyai kemampuan memperoleh laba yang lebih
baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan CSR.
Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk kepedulian perusahaan terhadap
masyarakat dapat membangun citra yang positif demi perkembangan
serta kelangsungan hidup perusahaan di masa mendatang. Sehingga
perusahaan atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
dapat berkomitmen untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik.
Dengan adanya kerja sama dari seluruh komponen perusahan dan
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, dapat membuat
Perusahaan yang menerapkan CSR mampu mewujudkan
tindakan-tindakan yang sesuai dengan kondisi sosial atau komunitas sekitarnya.
Pada dasarnya program CSR yang dilaksanakan oleh suatu
perusahaan melibatkan partisipasi semua komponen masyarakat yang
secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap
kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam hal ini, semua jalannya kegiatan operasional perusahaan
dalam rangka mewujudkan peningkatan laba dapat tercapai, demi untuk
mempertahankan kelangsungan perusahaan.
Dari kerangka berpikir tersebut, dapat ditunjukkan suatu paradigma
penelitian berikut ini:
Gambar 2.2
Kerangka Pikir
Kinerja Keuangan
Corporate Social
Responsibility (CSR)
X
Uji Regresi Sederhana
Return on Assets (ROA)
Y1
Return on Equity (ROE)
2.7 Hipotesis
H0: tidak ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur
melalui Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
H1: ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur
melalui Return on Assets (ROA).
H2: ada pengaruh positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang diukur
melalui Return on Equity (ROE).
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Nazir (2005:126), definisi operasional adalah suatu
definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberikan arti
atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Variabel penelitian dikelompokkan menjadi 2, yaitu variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah suatu
variabel yang fungsinya menerangkan (mempengaruhi) terhadap variabel
lainnya. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dikenai pengaruh
atau diterangkan oleh variabel lain (Ghozali, 2009). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility
(X), sedangkan variabel dependennya adalah kinerja keuangan perusahaan,
dengan indikator ROA (Y1) dan ROE (Y2).
3.1.1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pengungkapan Corporate Social Responsibility (X).
Pengungkapan informasi sosial dikelompokkan menjadi enam
kelompok sesuai dengan kategori informasi sosial menurut GRI
(2000-2006), meliputi: lingkungan, energi, kesehatan dan