SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
MERY NAZAR NPM 12080088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
i
Padang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan menulis teks prosedur siswa yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, siswa masih banyak menemukan keraguan dalam menulis teks prosedur. Kedua, siswa kurang memahami struktur teks prosedur, selain itu siswa juga belum memahami unsur kebahasaan yang ada dalam teks prosedur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA N 3 Padang.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen. Rancangan penelitian ini ialah One Group Pretest-Postest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 3 Padang yang terdaftar tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 286 orang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 4 yang berjumlah 31 orang. Variabel penelitian ini adalah penggunaan model discovery learning sebagai variabel bebas dan keterampilan menulis teks prosedur sebagai variabel terikat. Data penelitian ini adalah skor hasil tes unjuk kerja menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA N 3 Padang sebelum dan sesudah penggunaan model discovery learning.
Hasil Penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA N 3 Padang sebelum (pretest) menggunakan model discovery learning, memperoleh nilai rata-rata 64,78 dengan kualifikasi Cukup (C) yang berada pada rentangan 56-65%. Kedua, keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA N 3 Padang (postest) menggunakan model
discovery learning memperoleh nilai rata-rata 76,34 dengan kualifikasi Baik (B)
yang berada pada rentangan 76-85%. Ketiga, menulis teks prosedur sesudah menggunaan model discovery learning terdapat pengaruh yang signifikan, terlihat dari hasil uji-t pada taraf 0,05 thitung 7,40> ttabel 1,70, dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model discovery learning lebih efektif.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning Terhadap Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Padang” dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan, motivasi, masukan, dan arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.
1. Dra. Indriani Nisja, M. Pd., sebagai pembimbing I sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing, memberi nasihat, dan memberi arahan sejak awal penulisan skripsi.
2. Ricci Gemarni Tatalia, M. Pd., sebagai pembimbing II yang telah membimbing, memberi nasihat, dan memberi arahan sejak awal penulisan skripsi.
3. Upit Yulianti, DN. M. Pd., Asri Wahyuni Sari, M. Pd. dan Afrini Rahmi, M. Pd., selaku penguji I, II, dan III yang telah memberikan arahan dan pengetahuan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
4. Samsiarni, S. S, M. Hum sebagai sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.
iii
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
6. Ibu dan Bapak guru di SMA Negeri 3 Padang.
7. Kedua orang tua, kakak, dan teman-teman yang telah memberikan semangat, motivasi, dan doa kepada penulis.
Semoga bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan menjadi amal ibadah disisi Tuhan yang Maha Kuasa. Selain itu, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Padang, Februari 2018
iv DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Batasan Masalah ... 4 D. Rumusan Masalah ... 4 E. Tujuan Penelitian ... 5 F. Manfaat Penelitian ... 5 G. Definisi Operasional ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7
1. Hakikat Menulis... 7
a. Pengertian Menulis ... 7
b. Tujuan Menulis ... 9
c. Manfaat Menulis ... 10
2. Hakikat Jenis Teks dalam Kurikulum 2013 ... 11
a. Pengertian Teks ... 11
b. Jenis dan Struktur Teks ... 12
3. Hakikat Teks Prosedur ... 14
a. Pengertian Teks Prosedur ... 14
b. Struktur Teks Prosedur ... 16
c. Unsur Kebahasaan Teks Prosedur ... 18
d. Indikator Penilaian Teks Prosedur ... 21
4. Hakikat Model Discovery Learning ... 21
a. Pengertian Model Discovery Learning ... 22
b. Karakteristik Model Discovery Learning ... 23
c. Langkah-langkah Model Discovery Learning ... 24
d. Penerapan Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Prosedur ... 24
B. Penelitian yang Relevan ... 26
v
B. Rancangan Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel ... 31
D. Variabel dan Data Penelitian ... 33
E. Instrumen Penelitian ... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
G. Teknik Analisis Data ... 34
a. Uji Normalitas ... 37
b. Uji Homogenitas Data ... 38
c. Uji Hipotesis ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 40
1. Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang Sebelum Menggunakan Model Discovery Learning .. 41
2. Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang Sesudah Menggunakan Model Discovery Learning .. 44
B. Analisis Data ... 47
1. Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang Sebelum Menggunakan Model Discovery Learning . 47 2. Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang Sesudah Menggunakan Model Discovery Learning .. 62
C. Pembahasan ... 82
1. Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang Sebelum Menggunakan Model Discovery Learning . 82 2. Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang Sesudah Menggunakan Model Discovery Learning ... 93
3. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning terhadap Keterampilan Menulis Teks prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA ... 108 LAMPIRAN ... 110
vi
1. Rancangan Penelitian ... 31
2. Populasi dan Sampel Penelitian... ... ... 32
3. Format Penilaian Keterampilan Teks Prosedur... 34
4. Persentase Skala 10 ... 36
5. Skor Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 41
6. Skor Menulis Teks Prosedur sesudah Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 44
7. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 48
8. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 49
9. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 1 Judul... 51
10. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 1 Judul... 52
11. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 2 Tujuan ... 54
12. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 2 Tujuan ... 55
vii
14. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 3 Alat/bahan yang Digunakan ... 58 15. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 4 Urutan yang Benar ... 60 16. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 4 Urutan yang Benar ... 61 17. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 63 18. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 64 19. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 1 Judul... 66 20. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 1 Judul... 67 21. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 2 Tujuan ... 69 22. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 2 Tujuan ... 70
viii
24. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3
Padang untuk Indikator 3 Alat/bahan yang Digunakan ... 73
25. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 4 Urutan yang Benar ... 75
26. Pengelompokan Nilai Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah Menggunakan Model Discovery Lerning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 4 Urutan yang Benar ... 76
27. Perbandingan Pretest dan Postest Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang sebelum dan sesudah Menggunakan Model Discovery Learning... 77
28. Uji Normalitas Data ... 78
29. Uji Homogenitas ... 79
ix
1. Kerangka Konseptual ... 28 2. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 50 3. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 1 Judul... 53 4. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 2 Tujuan ... 56 5. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 3 Alat/bahan yang Digunakan ... 59 6. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 4 Urutan yang Benar ... 62 7. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 65 8. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 1 Judul... 68 9. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 2 Tujuan ... 71 10. Diagram Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah
menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang untuk Indikator 3 Alat/bahan yang Digunakan ... 74
xi
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pretest ... 111
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Postest ... 120
4. Instrumen Penelitian Pretest ... 127
5. Intrumen Penelitian Postest... 129
6. Skor Per Indikator Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 131
7. Skor Per Indikator Menulis Teks Prosedur sesudah Menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 132
8. Skor dan Nilai Per Indikator Menulis Teks Prosedur sebelum menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 133
9. Skor dan Nilai Per Indikator Menulis Teks Prosedur sesudah menggunakan Model Discovery Learning Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang ... 135
10. Total Nilai pretest-postest Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang... 137
11. Simpangan Baku dan Variansi pretest ... 140
12. Simpangan Baku dan Variansi postest ... 141
13. Perbandingan pretest-postest Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA N 3 Padang sebelum dan sesudah Menggunakan Model Discovery Learning... 142
14. Uji Normalitas Kelompok Pretest ... 143
15. Uji Normalitas Kelompok Postest ... 144
16. Uji Homogenitas ... 145
17. Uji Hipotesis Penelitian... 146
18. Tabel Uji Normalitas Pretest ... 148
19. Tabel Uji Normalitas Postest ... 150
xii
23. Dokumentasi Pretest dan Postest ... 155 24. Hasil Tulisan Teks Prosedur Siswa Pada Pretest ... 158 25. Hasil Tulisan Teks Prosedur Siswa Pada Postest ... 190
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia banyak mengalami perubahan, terutama dalam perubahan kurikulum demi tercapainya pendidikan yang lebih baik. Sebelumnya kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan kurikulum dilakukan agar peserta didik mampu bersaing di masa depan. Kurikulum yang digunakan sekarang adalah kurikulum 2013, terdapat perubahan mendasar dalam kurikulum 2013 khususnya bidang pembelajaran bahasa Indonesia. Perubahan dimaksud terjadi pada penetapan suatu kebahasaan yang menjadi basis materi pembelajaran. Dengan demikian, perubahan pada materi itulah yang membawa dampak pada perubahan metode pembelajaran. Peran bahasa sebagai ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari tentu bukan merupakan suatu kebetulan jika pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 diorientasikan pada pembelajaran berbasis teks.
Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang memiliki situasi dan konteks, dalam belajar bahasa Indonesia tidak hanya sekadar memakai bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi belajar lainnya namun perlu juga dipelajari tentang makna atau bagaimana memilih kata yang tepat. Teks adalah gabungan huruf yang membentuk kata dan kalimat yang dirangkai dengan sistem tanda, sehingga sebuah teks ketika dibaca bisa mengungkapkan makna yang dikandungnya, oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia harus berbasis teks.
Keterampilan menulis yang diajarkan kepada siswa kelas XI SMA sesuai kurikulum 2013 adalah keterampilan menulis teks prosedur, jenis kalimat, teks eksplanasi, struktur teks, ceramah, pengayaan non fiksi, cerpen, proposal, dan menulis karya ilmiah. Teks prosedur adalah jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah itu biasanya tidak dapat dibalik-balik dan harus dilakukan secara berurutan untuk mencapai tujuan. Teks prosedur adalah jenis teks yang menunjukan dan menjelaskan sebuah proses dalam membuat atau mengoperasikan sesuatu yang dikerjakan melalui langkah-langkah dan terdapat keterangan pada setiap langkah. Pada sub langkah prosedur sering dijumpai syarat-syarat atau pilihan-pilihan. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi, langkah-langkah berikutnya tidak dapat dilaksakan. Penyebutan teks prosedur didasarkan keterangan yang terdapat pada setiap langkah. Keterangan itulah yang menjadikan sebuah tulisan menjadi teks prosedur.
Menulis teks prosedur terdapat di dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, Kompetensi Inti 4 yaitu “Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan”. Kompetensi Dasar 4.1 yaitu Merancang pernyataan umum dan tahapan-tahapan dalam teks prosedur dengan organisasi yang tepat secara lisan dan tulis. Dalam kurikulum 2013 materi ini diajarkan pada kelas XI semester 1.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia Dra. Sri Gustinawati, diperoleh informasi sebagai berikut. Pertama, keterampilan menulis teks prosedur siswa masih rendah, terutama untuk menyusun teks prosedur dengan tema yang sulit, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan.
Kedua, siswa kurang memahami struktur teks prosedur. Ketiga, siswa belum
memahami unsur kebahasaan teks prosedur. Hal ini terlihat dari tulisan siswa dalam pembelajaran dikelas pada latihan yang ditugaskan guru.
Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan beberapa orang siswa kelas XI. Berdasarkan wawancara tersebut diperoleh informasi sebagai berikut.
Pertama, siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan teks tersebut
kedalam sebuah paragraf. Kedua, siswa juga membutuhkan waktu yang lama untuk menulis teks prosedur tersebut, dengan alasan tema yang diberikan adalah tema yang kurang dipahami oleh siswa dalam melakukan langkah-langkahnya.
Ketiga, siswa masih banyak yang tidak memahami teks prosedur tersebut.
sehingga siswa menjadi kurang berminat ketika menulis teks prosedur.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dipilih satu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa. Salah satu model yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis teks prosedur adalah model discovery learning. Pemilihan model pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam model discovery learning siswa, dapat berfikir, memahami, dan menemukan langkah-langkah yang harus ditempuh secara benar dalam menulis teks prosedur.
Untuk mengetahui keterampilan menulis teks prosedur dengan menggunakan model tersebut, maka penting dilakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning terhadap Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Padang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam menulis teks prosedur sebagai berikut ini. Pertama, rendahnya keterampilan menulis teks prosedur siswa terutama dengan tema yang sulit. Kedua, siswa kurang memahami struktur teks prosedur. Ketiga, siswa masih banyak yang belum memahami unsur kebahasaan teks prosedur.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. Pertama, bagaimanakah keterampilan menulis teks prosedur sebelum menggunakan model discovery learning siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang? Kedua, bagaimanakah keterampilan menulis teks prosedur sesudah menggunakan model discovery learning siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang? Ketiga, bagaimanakah pengaruh penggunaan model
discovery learning terhadap keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut ini. Pertama, mendeskripsikan keterampilan menulis teks prosedur sebelum menggunakan model discovery learning siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang. Kedua, mendeskripsikan keterampilan menulis teks prosedur sesudah menggunakan model discovery learning siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang. Ketiga, mendeskripsikan pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang.
F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut. Pertama, bagi siswa SMA, khususnya siswa SMA Negeri 3 Padang, untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan motivasi belajar, khususnya dalam menulis teks prosedur. Kedua, bagi guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Padang, sebagai masukan dalam meningkatkan proses pembelajaran menulis teks prosedur siswa kelas XI. Ketiga, bagi peneliti sendiri, untuk menambah pengetahuan tentang pembelajaran menulis teks prosedur dan menambah pengalaman lapangan. Keempat, bagi peneliti lain, sebagai rujukan atau pedoman dalam melakukan penelitian dan menambah wawasan.
G. Definisi Operasional
Dalam memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut ini. Pertama, pengaruh adalah efek atau
akibat yang ditimbulkan oleh suatu strategi, perlakuan efek atau akibat. Yang dimaksud efek atau akibat adalah yang ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang dalam keterampilannya menulis teks prosedur. Kedua, model discovery learning, merupakan model pembelajaran yang dirancang supaya siswa bisa menemukan sendiri pemahamannya tentang materi yang sedang dipelajari. Ketiga, keterampilan adalah kemampuan, kecakapan atau kesanggupan terhadap suatu hal yang dimiliki seseorang.
Keempat, menulis yaitu menirukan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafis itu. Kelima, teks prosedur adalah teks yang lebih menekankan aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang salah satunya percobaan pengamatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
Landasan teori adalah teori-teori relevan yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Berkaitan dengan masalah penelitian yang akan dibahas, maka teori yang akan diuraikan adalah sebagai berikut: (1) hakikat menulis, (2) hakikat jenis teks dalam kurikulum 2013, (3) hakikat teks prosedur, (4) hakikat model discovery learning.
1. Hakikat Menulis
Teori yang akan dijelaskan pada hakikat menulis adalah (a) pengertian menulis, (b) tujuan menulis, dan (c) manfaat menulis.
a. Pengertian Menulis
Tarigan (2008:22), mengemukakan bahwa menulis merupakan menirukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafis itu. Berarti, dalam menulis terdapat lambang-lambang grafik yang bisa dipahami oleh seseorang. Selain itu, Semi (2003:14), juga berpendapat bahwa menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran dan perasaan yang diungkapkan secara lisan, maka dalam menulis bahasa lisan tersebut dipindahkan wujudnya dalam bentuk tulisan.
Menurut Musaba (2012:24), menulis merupakan keterampilan berbahasa biasanya paling aktif dikuasai oleh seseorang. Menulis berarti mengungkapkan
buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan hal lain melalui tulisan. Rahardi (dalam Kusumaningsih, dkk (2013:65), mengatakan menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki.
Menurut Rahardi (dalam Kusumaningsih dkk, 2013:65), mengatakan menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki. Selain itu, Dalman (2014:3), juga mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) serta tertulis pada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis juga proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahukan, menyakinkan atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini bisa disebut dengan istilah karangan atau tulisan.
Jadi, pesan yang disampaikan merupakan bentuk komunikasi tertulis dengan menggunakan alat atau media yang bertujaun untuk menyampaikan sesuatu. Selanjutnya, Moeliono (dalam Kusumaningsih dkk, 2013:66) juga berpendapat bahwa menulis sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan melalui bahasa tulis kepada pembaca. Untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Mengarang adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak, dan sebagainya.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis adalah cara berkomunikasi tidak langsung dengan cara memindahkan bahasa lisan ke dalam tulisan dengan menggunakan lambang grafik, alat, dan media. Kegiatan
menulis bertujuan untuk menyampaikan gagasan atau perasaan seorang penulis kepada pembaca.
b. Tujuan Menulis
Pada dasarnya keterampilan menulis mempunyai banyak manfaat bagi peserta didik, yaitu membantu peserta didik untuk berfikir secara logis, sistematis, dan kritis, memperdalam daya tangkap atau persepsi, serta membantu menjelaskan pemikiran-pemikiran peserta didik. Menurut Semi (2003:14), secara umum tujuan orang menulis adalah: (1) untuk memberikan arahan, maksudnya untuk memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu. (2) untuk menjelaskan sesuatu, maksudnya memberi uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain. (3) untuk menceritakan kejadian, maksudnya memberikan informasi tentang suatu hal yang berlangsung disuatu tempat pada suatu waktu. (4) untuk meringkas, maksudnya membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat. (5) untuk meyakinkan, maksudnya tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat dengannya.
Menurut Tarigan (2008:22) tujuan menulis, yaitu sebagai alat komunikasi tidak langsung untuk memudahkan para pelajar berpikir secara kritis dan juga dapat memudahkan seseorang merasakan, menikmati, dan memperdalam daya tangkap atau persepsi mengenai sesuatu, menyelesaikan masalah yang akan dihadapi dan dapat membantu pikiran-pikiran seseorang. Apapun jenis tulisan hendak dihasilkan, satu hal yang harus diingat adalah tulisan itu mestilah merupakan tulisan yang akurat, jelas, dan singkat (Semi, 2003:2).
Dari pendapat para ahli tentang tujuan menulis, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis memiliki tujuan yang bermacam-macam, tetapi pada intinya menulis bertujuan untuk menceritakan, memberitahukan, dan menginformasikan sesuatu tentang apa yang dirasakan, diinginkan, atau diimpikan oleh sipenulis kepada pembaca.
c. Manfaat Menulis
Morsey (dalam Tarigan, 2008:20), menjelaskan bahwa manfaat menulis yaitu merekam, meyakinkan, serta mempengaruhi orang lain dengan maksud dan tujuan agara dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan mudah dipahami, kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan kata-kata dan struktur yang baik. Jadi, menulis ini bisa mempengaruhi orang lain untuk menyampaikan pesan yang dapat dipahami orang lain. Selain itu, menurut Tabroni (2007:50-51), manfaat menulis yaitu menggairahkan seseorang bisa menularkan ide yang bermanfaat kepada khalayak luas serta dapat imbalan dari apa yang ditulisnya. Menulis juga dapat memicu semangat berwirausaha dan mendidik seseorang untuk mandiri, mempengaruhi orang lain dan sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi dan unek-unek kepada pemerintah atau siapa saja yang dapat membahayakan dan merugikan orang banyak.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam meningkatkan kemauan dalam diri seseorang agar dapat terciptanya suatu kreativitas. Selain itu, menulis juga dapat membantu meringankan beban pikiran dan gagasan disampaikan untuk para pembaca.
2. Hakikat Jenis Teks dalam Kurikulum 2013
Pada bagian ini yang akan dijelaskan adalah (a) pengertian teks dan (b) jenis serta struktur teks.
a. Pengertian Teks
Teks menurut Halliday (dalam Mahsun, 2014:1) yaitu bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Batasan ini mengandung pengertian bahwa setiap pemakaian bahasa selalu memiliki tujuan. Tujuan yang dimaksud disini tentu tujuan sosial, karena bahasa tidak lain merupakan sarana untuk melaksanakan proses sosial. Jika kehidupan itu hanya terdiri atas satu orang, tidak diperlukan interaksi sosial, maka bahasa tidak diperlukan. Bahasa yang digunakan dengan tujuan sosial tertentu itulah yang melahirkan teks.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Mahsun (2014:1-2) juga mengatakan bahwa teks merupakan jalan menuju pemahaman tentang bahasa. Dengan demikian, untuk keperluan pembahasan serta tujuan pembelajaran bahasa, maka teks didefinisikan sebagai suatu bahasa yang digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial baik secara lisan maupun tulis dengan struktur berpikir yang lengkap. Selain itu, kerena teks digunakan untuk pernyataan suatu kegiatan sosial dengan struktur berpikir lengkap, maka setiap teks memiliki struktur tersendiri. Sementara itu, tujuan sosial yang hendak dicapai manusia dalam kehidupan itu beragam, maka muncul beragam jenis teks dan tentunya dengan struktur teks atau struktur berpikir yang beragam pula.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, teks merupakan jalan menuju pemahaman tentang bahasa. Dengan demikian, untuk keperluan pembahasan serta tujuan pembelajaran bahasa, maka teks didefinisikan sebagai suatu bahasa yang digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial baik secara lisan maupun tulis dengan struktur berpikir yang lengkap.
b. Jenis dan Struktur Teks
Mahsun (2014:15) mengatakan bahwa secara umum, teks dapat diklasifikasi atas teks tunggal/genre mikro dan teks majemuk/genre makro. Istilah tunggal dan majemuk disematkan pada konsep teks tunggal dan teks majemuk beranalogi pada konsep tunggal dan majemuk dalam kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Untuk lebih jelas, kedua jenis teks di atas dipaparkan dalam berikut ini.
1) Teks Tunggal (Genre Mikro)
Meskipun harus disadari bahwa proses sosial tersebut ada yang langsung, pihak yang terlibat hadir bersama, dan ada yang pelibatnya tidak nyata secara kasat mata, misalnya komunikasi tulis atau komunikasi lisan melalui telepon. Dalam menjalankan proses sosial utama yang dilakukan melalui tindakan berbahasa dapat berupa penggambaran, penjelasan, perintah, penyajian, alasan-alasan/argumen, dan penceritaan.
Jenis-jenis teks berdasarkan genrenya. Pertama, genre sastra/penceritaan terbagi atas naratif yaitu menceritakan kejadian dan non naratif mendeskripsikan kejadian atau isu. Kedua, genre faktual terbagi atas laporan yaitu melaporkan kejadian/isu atau melaporkan secara umum tentang berbagai kelas benda dan arahan/prosedural yaitu mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah
yang telah ditentukan. Ketiga, genre tanggapan, terbagi atas transaksional yaitu menegosiasikan hubungan, informasi barang dan layanan. Selanjutnya ekspositori yaitu menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya sesuatu.
2) Teks Majemuk (Genre Makro)
Teks majemuk merupakan sebuah teks kompleks dengan struktur yang lebih besar dan tersegmentasi ke dalam bagian-bagian yang dapat berupa bab, subbab, atau seksi dan subseksi. Dalam teks semacam ini tergabung beberapa jenis teks berkelanjutan atau teks tunggal yang digunakan untuk mengisi bagian-bagian dari struktur teks tersebut. Artinya, struktur teks pada teks majemuk terpilah atas bagian-bagian (bab-bab atau seksi-seksi) yang seakan-akan terpisah, padahal baik dari segi kohesi maupun koherensi menunjukan keterkaitan antar satu sama lain. Dengan kata lain antara bagian satu dengan bagian yang lain dalam teks majemuk terdapat kohesi dan koherensi sehingga membentuk sebuah struktur teks majemuk yang padu.
Berdasarkan hal yang dikaji dalam proposal ini, teori di atas difokuskan pada teks tunggal (genre mikro) faktual yang membahas tentang arahan/prosedural. Arahan/prosedural yaitu mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah ditentukan. Jenis teks yang terdapat dalam arahan/prosedural ini. Pertama, prosedur/arahan dengan tujuan bagaimana melakukan percobaan atau pengamatan. Kedua, penceritaan prosedural dengan tujuan bagaimana prosedur dilakukan. Ketiga, panduan. Keempat,
perintah/instruksi. Kelima, protokoler dengan tujuan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Dan keenam, resep.
3. Hakikat Teks Prosedur
Teori yang dibahas dalam teks prosedur terdapat tiga hal sebagai berikut: (a) pengertian teks prosedur, (b) struktur teks prosedur, (c) unsur kebahasaan teks prosedur, (d) indikator penilaian teks prosedur.
a. Pengertian Teks Prosedur
Mahsun (2014:30) mengatakan bahwa teks prosedur/arahan merupakan salah satu dari jenis teks yang termasuk genre faktual subgenre prosedural. Tujuan sosial teks ini adalah mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah ditentukan. Dengan demikian teks jenis ini lebih menekankan aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang dapat berupa salah satu percobaan pengamatan. Pemanfaatan konjungsi harus digunakan dalam menulis teks prosedur. Hal ini dikemukakan Mahsun (2014:31) sebagai berikut.
Untuk mengikat semua struktur teks agar menjadi satu, pemanfaatan konjungsi penghubung antar paragraf pengisi struktur teks dimanfaatkan, misalnya: “…setelah…”,”…dari percobaan tersebut…”, dan “…dengan demikian…” merupakan konjungsi penghubung antar paragraf dalam struktur yang berbeda. Konjungsi “…setelah…” digunakan untuk mengikat struktur “daftar” dengan struktur “urutan tahapan pelaksanaan”, sedangkan konjungsi “…dari percobaan tersebut…” digunakan untuk mengikat struktur urutan “tahapan pelaksanaan” dengan struktur “pengamatan”, dan konjungsi “…dengan demikian…” digunakan untuk mengikat struktur “pengamatan” dengan struktur “simpulan”, dengan cara demikian seluruh struktur teks menjadi satu kesatun yang kohesif.
Selain itu, menurut Darmawati (2014:15) teks prosedur adalah jenis teks yang menunjukan dan menjelaskan sebuah proses dalam membuat atau mengoperasikan sesuatu. Proses membuat atau mengoperasikan sesuatu dikerjakan melalui langkah-langkah sistematis atau teratur. Langkah-langkah dalam teks prosedur harus dilakukan agar suatu tindakan dapat terlaksana dengan
baik. Pada teks prosedur langkah-langkah itu merupakan urutan yang biasanya tidak dapat diubah urutanya. Langkah awal penentu langkah berikutnya. Jadi, dalam menulis teks prosedur langkah-langkah yang digunakan harus sistematis, teratur dan berurutan yang tidak dapat diubah atau dibalik-balik, karena dari langkah pertama itu penentu langkah-langkah berikutnya. Selanjutnya, Darmawati (2014:20) juga mengatakan dalam menyusun teks prosedur harus dituliskan berdasa rkan urutan yang sesuai. Pertama, dari penting menuju tidak penting.
Kedua, dari umum menuju khusus. Ketiga, dari tahap awal hingga akhir.
Menurut Mulyadi (2014:89), teks prosedur merupakan jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah itu harus sistemastis, tidak dapat dibalik-balik, tetapi apabila teks prosedur mengandung langkah yang dapat dibalik-balik disebut dengan protokol. Teks prosedur merupakan teks yang berisi tujuan dan langkah-langkah yang harus diikuti agar suatu pekerjaan dapat dilakukan (Kemendikbud, 2014:84). Didalam teks prosedur diuraikan bagaimana sesuatu dikerjakan melalui serangkaian langkah atau tindakan.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa teks prosedur salah satu dari jenis teks yang termasuk genre faktual subgenre prosedural. teks prosedur merupakan jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah itu harus sistemastis, tidak dapat dibalik-balik. Tujuan sosial teks ini adalah mengarahkan atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah ditentukan. Selain itu, teks prosedur adalah jenis teks yang menunjukan dan menjelaskan sebuah proses
dalam membuat atau mengoperasikan sesuatu dan langkah awal dalam teks prosedur menjadi penentu langkah berikutnya.
b. Struktur Teks Prosedur
Menurut Priyatni (2014:87), struktur isi teks prosedur 1) Judul. Judul ini dapat berupa nama benda/sesuatu yang hendak dibuat/dilakukan, cara melakukan/menggunakan sesuatu. 2) Pengantar yang menyatakan tujuan penulis berupa pernyataan yang menyatakan tujuan penulisan dan paragraf pengantar yang menyatakan tujuan penulisan. 3) Bahan atau alat untuk melakukan suatu prosedur berupa daftar/rincian, paragraf, dan pada teks prosedur tertentu, misalnya prosedur melakukan sesuatu, tidak diperlukan bahan/alat. 4) Prosedur/tahapan dengan urutan yang benar berupa tahapan yang ditunjukkan dengan penomoran, ditunjukan dengan kata yang menunjukan urutan waktu, dan tahapan dimulai dengan kata yang menunjukan perintah.
Mahsun (2014:30), mengatakan teks ini memiliki struktur berpikir: judul, tujuan, daftar bahan atau alat yang digunakan (yang diperlukan untuk mencapai tujuan), urutan tahapan pelaksanaan, pengamatan, dan simpulan. Contohnya, menulis teks prosedur dengan judul benda pengamatan listrik. Tujuannya yaitu untuk menyalakan lampu dengan memanfaatkan energi listrik. Daftar bahan yang diperlukan yaitu baterai, kabel, bohlam, benang, dan tali plastik. Kemudian urutan tahapan pelaksanaannya. Ada pengamatan, dan terakhir kesimpulannya.
Menurut Darmawati (2014:16), teks prosedur ditata dengan struktur teks tujuan dan langkah-langkah. Tujuan dalam teks prosedur adalah hasil akhir yang akan dicapai. Sementara itu, langkah-langkah adalah cara yang ditempuh agar
tujuan tercapai. Pada teks prosedur, langkah-langkah tersebut merupakan urutan yang biasanya tidak dapat diubah urutannya. Langkah awal menjadi penentu langkah berikutnya. Tek prosedur pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Kedua jenis yang dimaksud teks prosedur menggunakan materi/alat/bahan teks prosedur yang tidak menggunakan alat/bahan.
1) Teks prosedur menggunakan materi berupa alat/bahan.
Darmawati (2014:16) mengatakan bahwa teks prosedur menggunakan materi berupa alat. Materi terdiri atas bahan-bahan yang digunakan dalam membuat sesuatu.
2) Teks prosedur tidak menggunakan materi berupa alat/bahan
Darmawati (2014:16) juga mengatakan bahwa teks prosedur tidak menggunakan materi berupa alat. Ada tiga jenis teks prosedur tidak menggunakan bagian materi. Pertama, teks prosedur yang menjelaskan cara sesuatu bekerja atau cara melakukan instruksi secara manual, contohnya cara memainkan video game, cara mengoperasikan computer, cara menyambungkan computer dengan internet, cara menghidupkan tape recorder, atau menggunakan mesin cuci. Kedua, teks prosedur yang menginstruksikan cara melakukan aktivitas tertentu sesuaidengan peraturan.
Teks prosedur dibangun oleh struktur yang menjadikannya sebuah teks yang baik. Struktur teks prosedur terdiri atas tujuan, bahan dan alat, serta langkah-langkah (Kemendikbud, 2014:87). Tujuan, bagian ini berisi tujuan kegiatan. Pembaca teks segera mengetahui tujuan kegiatan pada awal teks. Bahan dan alat, berisi bahan atau perlengkapan demi mencapai tujuan kegiatan berdasarkan
berbagai bahan atau perlengkapan yang tersedia. Langkah-langkah harus dilakukan secara urut agar tujuan dapat tercapai. Ketiga bagian ini menjadi bangunan teks prosedur. Namun, pada bagian bahan dan alat tidak menjadi struktur utama dalam teks prosedur karena bahan dan alat juga disebut dalam bagian langkah-langkah. Oleh karena itu, bagian bahan dan alat ini sifatnya opsional, boleh ada boleh juga tidak. Dengan demikian struktur utama teks prosedur adalah tujuan dan langkah-langkah.
Selain itu Mulyadi (2014:89), menyatakan sebuah teks prosedur itu mempunyai tiga struktur yaitu tujuan yang ingin dicapai, bahan, dan langkah-langkah.
c. Unsur Kebahasaan Teks Prosedur
Menurut Priyatni (2014:89), ciri bahasa teks prosedur adalah sebagai berikut. Pertama, menggunakan penomoran yang menunjukan urutan atau tahapan. Kedua, menggunakan kata yang menunjukan perintah. Ketiga, menggunakan kata-kata yang menjelaskan kondisi.
Unsur kebahasaan dalam teks prosedur (1) sinonim dan antonim, (2) kata bilangan (numeral), dan (3) kalimat perintah/kalimat imperatif (Kemendikbud, 2014:90). Berikut dijelaskan unsur kebahasaan teks prosedur tersebut.
1) Sinonim dan Antonim a) Sinonim
Sinonim adalah kata yang memiliki kemiripan makna (Kemendikbud, 2014:91). Secara etimologi, sinonim berasal dari bahasa Yunani, yaitu onoma yang berarti “nama” dan syn yang berarti “dengan”. Berdasarkan asal usul kata
itu, sinomim diartikan nama yang berbeda, tetapi mengacu pada objek dan konsep yang sama. Cruse (dalam Manaf, 2010:80), menjelaskan sinonim adalah pasangan atau kelompok butir leksikal yang mengandung kemiripan makna antara yang satu dengan yang lain. Chaer (2006:388), menjelaskan bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Dikatakan “kurang lebih” kerena memang tidak akan ada dua kata yang berlainan yang maknanya persis sama.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, sinonim dapat disimpulkan sebagai dua kata yang berbeda tetapi memiliki makna yang hampir sama. Sinonim berasal dari bahasa Yunani, yaitu onoma yang berarti “nama” dan syn yang berarti “dengan”. Berdasarkan asal usul kata itu, sinomim diartikan nama yang berbeda, tetapi mengacu pada objek dan konsep yang sama.
b) Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki makna yang berlawanan (Kemendikbud, 2014:90). Chaer (2006:390), juga menjelaskan bahwa antonim adalah dua kata yang maknanya “dianggap” berlawanan karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini sangat relatif. Ada kata-kata yang mutlak beralawanan seperti kata mati dengan kata hidup. Ada juga kata berantonim yang sesungguhnya tidak menyatakan “perlawanan”, malah menyatakan “adanya satu karena ada yang lain” seperti kata membeli, jika tidak ada kata membeli tentu tidak ada kata menjual. Begitu sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa antonim merupakan dua kata atau lebih yang memiliki makna yang berlawanan. Misalnya panas berantonim dengan dingin, tinggi berantonim dengan rendah.
2) Kata Bilangan (Numeralia)
Kemendikbud (2014:91), kata bilangan atau numeralia merupakan kata yang menunjukan bilangan kuantitas urutan dalam melakukan suatu hal. Menurut Ramlan (1991:42), numeralia disebut dengan kata bilangan yang mempunyai pengertian frase yang diperoleh dari sejumlah kata yang dapat diikuti kata-kata orang, ekor, buah, helai, kodi, meter, dan sebagainya, serta dapat menyatakan jumlah dan urutan. Kata bilangan ada yang menyatakan jumlah, misalnya satu, dua, tiga puluh, beberapa. Kata bilangan yang menyatakan urutan misalnya, kedua, ketiga belas, dan seterusnya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata bilangan atau numeralia adalah kata yang menyatakan jumlah dan urutan sesuatu atau menunjukan urutan dalam deretan.
3) Kalimat Perintah/Imperatif
Kalimat perintah atau imperatif adalah kalimat atau kata yang menyatakan larangan atau keharusan melakukan satua hal (Kemendikbud, 2014:91). Menurut Kridalaksana (2009:104), kalimat imperatif merupakan kalimat yang mengandung intonasi imperatif dan pada umumnya mengandung makna perintah atau larangan. Ciri-ciri kalimat perintah adalah sebagai berikut. Pertama, menggunakan partikel
–lah, contohnya “pergilah dari sini”. Kedua, berpola kalimat inversi (PS),
contohnya “ambilkan buku itu!. Ketiga, menggunakan tanda seru (!) bila digunakan dalam bahasa tulis, contohny “ayo masuk”. Keempat, kalimat perintah jika dilisankan berintonasi menaik diawal dan berintonasi rendah diakhir.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang berisi permintaan atau menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.
d. Indikator Penilaian Teks Prosedur
Berdasarkan menurut Priyatni (2014:87) yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai struktur isi teks prosedur, maka yang jadi indikator yang akan dinilai dalam menulis teks prosedur adalah sebagai berikut. Pertama, Judul. Judul ini dapat berupa nama benda/sesuatu yang hendak dibuat/dilakukan, cara melakukan/menggunakan sesuatu. Kedua, pengantar yang menyatakan tujuan penulis berupa pernyataan yang menyatakan tujuan penulisan dan paragraf pengantar yang menyatakan tujuan penulisan. Ketiga, bahan atau alat untuk melakukan suatu prosedur berupa daftar/rincian, paragraf, dan pada teks prosedur tertentu, misalnya prosedur melakukan sesuatu, tidak diperlukan bahan/alat.
Keempat, prosedur/tahapan dengan urutan yang benar berupa tahapan yang
ditunjukkan dengan penomoran, ditunjukan dengan kata yang menunjukan urutan waktu, dan tahapan dimulai dengan kata yang menunjukan perintah.
4. Hakikat Model Discovery Learning
Pada bagian ini akan dijelaskan teori yang berkaitan dengan model
Discovery Learning antara lain: (a) pengertian model Discovery Learning, (b)
karakteristik model Discovery Learning, (c) kelebihan dan kekurangan model
Discovery Learning, (d) langkah-langkah model Discovery Learning, dan (e)
penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran keterampilan menulis teks prosedur.
a. Pengertian Model Discovery Learning
Menurut Wisdiarman dan Zubaidah (2013:51), model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses menemukan, dimana materi pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas. Romiszowski (dalam Wisdiarman dan Zubaidah, 2013:51), menyebut belajar penemuan (discovery learning) ini sebagai belajar melalui sebuah pengalaman (experience processing). Maksudnya adalah siswa menguasai materi pembelajaran bukan diberitahukan oleh guru melainkan karena ditemukan atau melalui proses pengalaman.
Menurut Bruner (dalam Hosnan, 2014:281), Discovery Learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014:282), bahwa discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan s etia dan tahan lama dalam ingatan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model discovery
learning adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual,
manipulasi objek, dan eksperimen yang dilaksanakan siswa sebelum ia mengambil kesimpulan dan menyadari suatu konsep. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran penemuan itu adalah suatu proses belajar
mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
b. Karakteristik Model Discovery Learning
Menurut Hosnan (2014:284), terdapat sembilan karakteristik proses pembelajaran yang ditekankan oleh teori discovery learning, yaitu sebagai berikut.
1) Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
2) Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
3) Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
4) Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses bukan menekan pada hasil.
5) Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan. 6) Mengahargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
7) Mendorong berkembangnya rasa ingin tau secara alami pada siswa. 8) Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. 9) Mendasarkan proses belajar pada prinsip-prinsip kogitif.
c. Langkah-langkah Model Discovery Learning
Menurut Syah (dalam Kemendikbud, 2013:64), dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, ada enam prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum. Pertama, stimulation (stimulasi / pemberian ransangan). Kedua, problem statement (pernyataan/identifikasi masalah). Ketiga, data collection (pengumpulan data). Keempat, data processing
(pengolahan data). Kelima, verification (pembuktian). Keenam, generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
d. Penerapan Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Prosedur
Penerapan model discovery learning yang digunakan adalah menurut menurut Syah (dalam Kemendikbud, 2013:64), dalam mengaplikasikan model
discovery learning di kelas, ada enam prosedur yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar secara umum.
1. Stimulation (stimulasi/pemberian ransangan).
Guru memberikan motivasi dan membuka wacana siswa tentang menulis teks prosedur. Siswa dihadapkan pada suatu objek yang dapat menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberikan generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri terhadap suatu hal yang dirasa membingungkan tersebut. Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk megenal teks prosedur lebih dekat. Yaitu dengan menjelaskan manfaat teks prosedur dalam kehidupan sehari-hari.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru menampilkan contoh teks prosedur untuk membuka wawasan siswa tentang teks prosedur. Salah seorang siswa membacakan contoh teks prosedur dan siswa lain mengamati teks prosedur tersebut. Dari hasil pengamatan siswa tersebut bisa membuat hipotesis. Hipotesis yang dibuat terkait kendala yang ditemukan siswa dalam menulis teks prosedur.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pada tahap pengumpulan data ini guru membagikan contoh teks prosedur dan lembar kerja siswa untuk memahami contoh teks prosedur. Kemudian guru dan siswa berdiskusi mengisi lembar kerja siswa memahami contoh teks prosedur. Guru mendampingi siswa berdiskusi mencari data yang relevan terkait topik. Dalam hal ini siswa diberikan ransangan terkait topik menulis teks prosedur. Pada tahap ini berfungsi mengumpulkan data poin-poin terkait langkah-langkah suatu proses, mengamati objek melakukan uji coba sendiri sehingga siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang dimiliki. Selanjutnya siswa dilatih lagi dengan topik yang baru untuk menemukan langkah-langkah apa saja terkait topik yang diberikan.
4. Data Processing (pengolahan data).
Siswa diminta mengekspor data sesuai data yang telah dibahas dalam bentuk teks prosedur dengan memperhatikan struktur dan unsur kebahasaan teks prosedur. Data yang menjadi hipotesis diakuratkan dengan fakta yang relevan untuk menulis teks prosedur. Setelah siswa selesai menulis, tulisan siswa dikumpulkan lalu dikoreksi oleh guru terkait kesulitannya dalam merumuskan struktur, unsur kebahasaan dan tujuan teks prosedur. Setelah dikoreksi siswa diberikan kesempatan untuk memperbaiki tulisannya.
5. Verification (pembuktian).
Pada tahap ini salah seorang siswa tampil membacakan hasil kerjanya menulis teks prosedur dan teman-teman yang lain menanggapi tulisan yang ditulis oleh temannya tersebut. Guru dan siswa sama-sama membuktikan teks prosedur
yang ditulis siswa tersebut dengan mangaitkan dengan konsep teks prosedur dan indikator yang telah ditetapkan.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
Menarik kesimpulan adalah siswa merumuskan terkait sebuah konsep yang dipelajari tentang teks prosedur. Konsep tersebut yaitu apa itu teks prosedur, bagaimana cara menulis teks prosedur, apa saja kendala yang ditemukan dalam menulis teks prosedur, dan bagaimana solusinya.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh mahasiswa bernama Kabrina (2010) yang berasal dari STKIP PGRI Sumatera Barat, dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning terhadap Keterampilan Memproduksi Teks Eksposisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 30 Padang”. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa (1) rata-rata posttest lebih tinggi dibandingkan dengan pretest, yaitu 80,09 dan 55,09, (2) pada uji normalitas, perbandingan antara Lo dan Lt, terlihat bahwa Lo<Lt. Hal ini berarti data hasil belajar siswa berdistribusi normal, (3) hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji varians diperoleh Fh<Ftabel (0,594 < 1,75714), sehingga dapat disimpulkan bahwa varians kedua sampel adalah homogen, dan (4) hasil uji-t pada taraf a 0,05 diperoleh Th > Ttabel (7,743 > 2,02809), maka hipotesis penelitian diterima.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Padang yang bernama Sehah (2015) dengan judul “Pengaruh Discovery Learning Model Berbantuan Media Objek Langsung terhadap Keterampilan Menulis Teks
Laporan Observasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Padang”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat kemampuan menulis teks laporan observasi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Padang” yaitu berkualifikasi baik diatas rata-rata 78,39.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) yang berasal dari Unoversitas Negeri Padang, dengan judul “Pengaruh Model Project Based
Learning Teknik terhadap Keterampilan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2x11 Enam Lingkung Padang Pariaman”. Objek pebelitian ini dinyatakan bahwa kemampuan memahami teks prosedur kompleks siswa tergolong baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu menggunakan model Project Based Learning, sedangkan penelitian ini menggunakan Model Pembelajaran discovery learning.
C. Kerangka Konseptual
Menulis adalah memindahkan bahasa lisan ke tulisan. Menulis teks prosedur merupakan kegiatan yang muncul dari gagasan kreatif yang dapat melatih siswa berkreasi dan bernalar. Menulis teks prosedur sangat penting dilakukan oleh siswa demi keberhasilan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam pembelajaran menulis teks banyak masalah yang ditemui, rendahnya kemampuan menulis teks siswa sangat perlu dicari pemecahan permasalahannya. Oleh sebab itu, maka diperlukan model pembelajaran yang cocok dalam pengajaran, agar kemampuan menulis teks prosedur siswa dapat tercapai. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk kemampuan menulis teks prosedur adalah model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan
menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Bagan Kerangka Konseptual
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan tersebut, maka dalam penelitian ini akan diuji hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut.
Keterampilan Menulis Teks Prosedur sebelum Menggunakan Model Discovery learning
Keterampilan Menulis Teks Prosedur sesudah Menggunakan Model Discovery learning Struktur Teks Prosedur
1. Judul 2. Tujuan
3. Alat/bahan yang digunakan 4. Urutan yang benar
Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning terhadap Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA
Negeri 3 Padang Teks Prosedur
H0 : Penggunaan model Discovery Learning tidak berpengaruh terhadap keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang. Hipotesis diterima jika t hitung > t tabel pada derajat kebebasan (dk)= n-1 pada taraf signifikan 95%.
H1 : Penggunaan model Discover Learning berpengaruh terhadap keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang. Hipoteisis diterima jika t hitung < t tabel pada taraf derajat kekebasan (dk) = n-1 pada taraf signifikan 95%.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dikatakan penelitian kuantitatif karena dalam pengumpulan data berupa angka. Menurut Sugiyono (2011:7) penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu kongkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Data berupa angka-angka, dimulai dari pengumpulan data, kemudian penafsiran data, dan terakhir ditampilkan hasilnya.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Jenis eksperimen ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu). Suryabrata (2010:92), menuturkan bahwa tujuan penelitian eksperimen semu ini adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest
Design. Menurut Suryabrata (2010:101), dalam rancangan One Group Pretest-Posttestt Design pada mulanya dilakukan pretest tanpa diberikan perlakuan,
kemudian diberi perlakuan yaitu model discovery learning, setelah itu baru dilakukan
posttest. Rancangan ini dapat didiagramkan sebagai berikut.
Tabel 1
Rancangan Satu Kelompok (One Group Pretest-Posttest Design)
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Keterangan:
T1 : Tes awal berupa tes keterampilan menulis teks prosedur sebelum menggunakan model discovery learning.
X : Perlakuan yaitu penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran keterampilan menulis teks prosedur.
T2 : Tes akhir berupa tes keterampilan menulis teks prosedur setelah menggunakan model discovery learning.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang. Menurut Arikunto (2010: 173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Menurut Sugiyono (2014: 215), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan penulis untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang tahun ajaran 2017/2018. Jumlah siswa kelas XI pada semester ini adalah 286 orang yang tersebar di sembilan kelas, karena jumlah populasi lebih dari 100, tidak semua populasi dijadikan sampel.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini yang digunakan adalah
purposive sampling. Arikunto (2010:117), mengemukakan bahwa purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai
pertimbangan, misalnya ada keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, sehingga tidak dapat mengambil sampel terlalu besar dan jauh. Sugiyono (2008: 124), purposive
sampling adalah teknik yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertetu.
Pertimbangan pemilihan sampel adalah dengan menenukan sampel yang homogen. Caranya dengan menentukan sampel yang memiliki standar deviasi terkecil, seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2. Populasi dan Sampel Kelas Jumlah siswa tahun
pelajaran 2016/2017 Rata-rata Standar Deviasi Sampel XI MIPA 1 32 77,15 7,24 XI MIPA 2 32 80,15 7,11 XI MIPA 3 32 78,56 7,54
XI MIPA 4 31 78,19 6,44 Kelas Sampel
XI MIPA 5 32 74,40 7,38 XI MIPA 6 32 75,53 8,42 XI MIPA 7 32 78,56 7,54 XI IPS 1 32 77,56 7,16 XI IPS 2 31 75,53 8,42 Jumlah 286
Berdasarkan tebel tersebut kelas yang memiliki standar deviasi terkecil adalah kelas XI MIPA 4. Oleh karena itu, sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA 4.
D. Variabel dan Data Penelitian
Arikunto (2010:161) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu Variabel bebas dilambangkan dengan X dan Variabel terikat dilambangkan dengan Y. Variabel bebas yaitu model discovery learning, sedangkan variabel terikat yaitu menulis teks prosedur.
Data menurut Arikunto (2010:161) adalah hasil pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta maupun angka. Data penelitian ini adalah skor keterampilan menulis teks prosedur siswa kelas XI SMA Negeri 3 Padang sebelum dan sesudah menggunakan model discovery learning.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pengumpulan data yang digunakan dalam proses penelitian. Arikunto (2010:203) menyatakan bahwa instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja, yaitu tes unjuk kerja menulis teks prosedur. Jadi, melalui tes dapat diketahui dan diukur seberapa besar kemampuan siswa dalam menulis teks prosedur. F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penilitian ini dilakukan dengan tiga kali pertemuan, tes awal, perlakuan, dan tes akhir. Pertemuan pertama, tes awal dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. Pertama, guru menjelaskan materi teks prosedur. Kedua,
guru memberikan contoh teks prosedur. Ketiga, siswa diberikan tes menulis teks prosedur dengan tema “Mesin ATM” sebelum menggunakan model discovery
learning. Pertemuan kedua, siswa diberi perlakuan dengan langkah-langkah sebagai
berikut. Pertama, guru mengulang dan menjelaskan secara garis besar materi tentang teks prosedur dengan menggunakan model discovery learning, Kedua, guru menyuruh siswa menyiapkan pena dan kertas kosong. Ketiga, guru menyuruh siswa untuk latihan menulis judul, tujuan, alat/bahan yang digunakan dan urutan yang benar dalam menulis teks prosedur dengan tema “Menghidupkan Komputer”. Pertemuan
Ketiga, siswa diberikan tes akhir yaitu, siswa menulis teks prosedur dengan tema
“Perpustakaan ”.
G. Teknik Analisis Data
Sistematika penganalisisan data penelitian ini sebagai berikut. Pertama, membaca teks prosedur yang telah ditulis siswa. Kedua, memberi skor terhadap teks prosedur siswa berdasarkan aspek yang diteliti dengan menggunakan format pengumpulan data berikut ini.
Tabel 3
Format Penilaian Keterampilan Menulis Teks Prosedur Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Padang
NO Kode Sampel
Indikator Penilaian Skor
Judul Tujuan Alat/Bahan Urutan yang benar
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1 2 3
Keterangan:
1. Indikator 1 Judul
Skor 3 diberikan apabila judul teks prosedur siswa terdapat dua diantara nama benda sesuatu yang hendak dilakukan dan cara melakukannya.
Skor 2 diberikan apabila judul teks prosedur siswa terdapat nama benda, sesuatu yang hendak dilakuakan atau cara melakukannya saja.
Skor 1 diberikan apabila siswa tidak menuliskan judul dari teks prosedur. 2. Indikator 2 Tujuan
Skor 3 diberikan apabila dalam teks prosedur yang ditulis siswa terdapat dua tujuan. Skor 2 diberikan apabila dalam teks prosedur yang ditulis siswa hanya terdapat satu
tujuan saja.
Skor 1 diberikan apabila dalam teks prosedur yang ditulis siswa tidak terdapat tujuan. 3. Indikator 3 Alat/bahan yang digunakan
Skor 3 diberikan apabila dalam teks prosedur yang ditulis siswa terdapat alat/bahan yang digunakan dan ditulis dalam bentuk paragraf.
Skor 2 diberikan apabila dalam teks prosedur yang ditulis siswa terdapat alat/bahan yang digunakan tetapi tidak ditulis dalam bentuk paragraf.
Skor 1 diberikan apabila siswa tidak menuliskan alat/bahan yang digunakan 4. Indikator 4 Urutan yang benar
Skor 3 diberikan apabila dalam teks prosedur yang ditulis siswa terdapat keseluruhan tahapan (6 urutan) yang ditulis secara berurutan.
Skor 2 diberikan apabila dalam tek prosedur yang ditulis siswa terdapat 5 tahapan dari keseluruhan (6 urutan) yang ditulis secara berurutan.
Skor 1 diberikan apabila dalam teks prosedur yang ditulis siswa terdapat 4 atau kurang dari 4 tahapan, dari keseluruhan (6 urutan) yang ditulis secara berurutan.
Ketiga, mengubah skor menjadi nilai, menurut Abdurrahman dan Ellya Ratna
(2003:264) penentuan nilai berdasarkan presentase dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
N = Keterangan :
N : Tingkat penguasaan SM : Skor yang diperoleh siswa