• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus Kedukaan “X” Mahasiswi Fakultas Teologi UKSW Pasca Kematian Kedua Orang Tua T2 752014007 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus Kedukaan “X” Mahasiswi Fakultas Teologi UKSW Pasca Kematian Kedua Orang Tua T2 752014007 BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kehilangan seseorang yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita

adalah suatu amputasi psikologis. Betapa dahsyatnya kehilangan itu bagi jiwa

bergantung kepada sifat dan pentingnya hubungan itu dalam hidup seseorang. Blevins

mengutip pandangan J. William Worden bahwa penduka tidak boleh bersifat pasif

dalam menghadapi sebuah peristiwa kehilangan, tetapi harus mengambil peran aktif

dalam kedukaannya. Tidak seperti fase ketika orang pasif menunggu untuk tahap

berikutnya tiba, J. William Worden percaya bahwa "adalah penting orang yang

berduka menyelesaikan tugas ini sebelum kedukaan dapat diselesaikan". Tanpa

penyelesaian tugas-tugas ini penduka dapat terjebak dalam kedukaannya dan

mengembangkan masalah fisik, mental, sosial dan spiritual. Seringkali inti masalah

penduka ialah bahwa ia tidak menyadari bahwa kedukaan yang belum selesai

merupakan inti dari masalahnya.1 Dengan demikian menurut saya, proses kedukaan

setiap penduka berbeda dan keunikan dari tiap-tiap situasi kedukaan memiliki

sangkut-paut dengan kepribadian penduka dan kehilangan yang dialami penduka.

1

(2)

Kedukaan umumnya muncul ketika orang mulai menyadari adanya sesuatu

yang bernilai hilang atau dianggap hilang.2 Proses kedukaan atau reaksi untuk

mempertahankan diri secara psikologis dalam menghadapi peristiwa kehilangan

biasanya diawali dengan perasaan shock (terkejut, kaget). Perasaan terkejut ini pada

umumnya dapat diamati dengan jelas pada kedukaan sebagai reaksi terhadap

kehilangan secara spontan.3 Menurut Worden ada sejumlah perilaku tertentu yang

sering dikaitkan dengan respon kedukaan yang normal, antar lain gangguan tidur,

gangguan nafsu makan, perilaku pelupa, penarikan sosial, memimpikan orang yang

meninggal, menghindari ingatan dari yang meninggal, mencari dan memanggil keluar,

mendesah, agresif, menangis, mengunjungi tempat atau membawa objek ingatan

kepada almarhum, menghargai objek-objek milik almarhum.4 Penduka akan

memburuk gejala-gejalanya dengan mulai membandingkan diri dengan

rekan-rekannya, mengingat masa krisis dan melihat foto-foto lama.5 Dengan demikian

menurut saya, masing-masing penduka memiliki respon tersendiri dalam menerima

proses kedukaan dan respon tersebut dapat diamati lewat gejala-gejala yang

dimunculkan oleh penduka itu sendiri.

2

Totok Wiryasaputra. Mengapa Berduka, Kreatif Mengelola Perasaan Duka (Yogjakarta: Kanisius, 2003), 26.

3

Wiryasaputra. Mengapa Berduka..., 28. 4

J William Worden, Grief Counseling and Grief Therapy: A Hand Book For The Mental Health Practitioner, (New York: Springer Publishing Company, 2009), 26-30.

5

(3)

Menurut Granger E. Westberg dalam menjalani kedukaannya seorang penduka

akan melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap kedukaan yang dialami oleh seorang

penduka antara lain shock, mengungkapkan emosi, depresi dan kesepian, muncul

tanda-tanda fisik (menangis, air mata berlinang, mati rasa, badan gemetar atau tanda

somatik lainnya seperti sedih), panik, perasaan bersalah, permusuhan dan kebencian,

kembali ke kebiasaan awal, berpengharapan, dan menerima kenyataan.6 Melalui

tahapan-tahapan ini sejauh mana kedukaan seorang penduka dapat diketahui, sambil

mengingat bahwa tidak semua tahapan akan mampu dilalui oleh seorang penduka.

Menurut Jiong Li, kematian seorang ibu merupakan sebuah bentuk kehilangan

yang sangat tragis bagi anak, karena semasa hidup perawatan ibu berguna untuk

kelangsungan pertumbuhan anak. Dalam perspektif perawatan, peristiwa kematian

ayah juga menjadi sebuah bentuk peristiwa kehilangan yang penting bagi

kelangsungan perawatan anak serta penyedia dukungan ekonomi dan emosional.7

Kematian tidak terduga dan sifat traumatis dari penyebab utama kematian orang tua

sering menimbulkan pertanyaan bagaimana anak-anak secara kognitif memproses

aspek traumatis kehilangan mereka.8 Dengan demikian menurut saya, kematian orang

tua sebagai figur dekat merupakan peristiwa kehilangan yang sangat penting, karena

secara langsung memisahkan hubungan komunikasi antara anak dan orang tuanya,

6

Granger E. Westberg, Good Grief (Philadelphia: Fortress Press, 1971), 11-51.

7

Li, Jiong; Vestergaard, Mogens; Cnattingius, Sven; Gissler, Mika; Bech, Bodil Hammer; Obel, Carsten; Olsen, Jørn. PLoS Medicine. Mortality after Parental Death in Childhood: A Nationwide Cohort Study from Three Nordic Countries. Jul2014, Vol. 11 Issue 7, p1-13.

8

Edgar-Bailey, Meredith; Kress, Victoria E. Journal of Creativity in Mental Health. Mental Health, Resolving Child and Adolescent Traumatic Grief: Creative Techniques and Interventions. Apr-Jun2010,

(4)

serta hilangnya dukungan dan kehangatan dari orang tua. Annika Milinder

mengemukakan bahwa anak-anak muda biasanya lebih tergantung dan secara fisik

membutuhkan orang tua mereka daripada anak-anak yang lebih tua.9 Hubungan orang

tua-anak dipengaruhi juga oleh faktor psikososial dan sosial-demografis yang dapat

merusak kualitas dan pada gilirannya dapat memainkan peran negatif dalam kesehatan

psikologis anak jangka pendek dan jangka panjang.10 Bagi Dannette M. Muselman,

satu tantangan yang signifikan dari kehidupan manusia adalah menghadapi

keniscayaan kematian seseorang dan kematian orang yang dicintai. Pengalaman masa

kecil yang merugikan dapat memiliki dampak abadi pada kesehatan mental dan fisik.

Kematian dini orang tua merupakan bentuk kesulitan sangat mendalam.11 Dengan

demikian menurut saya, kematian orang tua merupakan salah satu bentuk kehilangan

yang penting bagi anak-anak, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan

berdampak bagi kehidupan anak di masa yang akan datang.

Fenomena di atas secara teoretis maupun praktis juga dialami oleh X

mahasiswi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. X mengalami kasus

kehilangan yang ekstrim dan jarang ditemui, dimana kedua orang tuanya meninggal

dunia secara berurutan dalam tenggang waktu 2 hari. Melalui penelitian studi kasus,

peristiwa kehilangan yang dialami oleh X dapat diteliti dan dijelaskan secara

9

Melinder, Annika; Baugerud, Gunn Astrid; Ovenstad, Kristianne Stigsdatter; Goodman, Gail S. Journal of Traumatic Stress. Children’s Memories of Removal: A Test of Attachment Theory. Feb2013,

Vol. 26 Issue 1, p125-133.

10

De Falco, Simona; Emer, Alessandra; Martini, Laura; Rigo, Paola; Pruner, Sonia; Venuti, Paola; Simonelli, Alessandra; Senese, Vincenzo Paolo. Frontiers in Psychology. Predictors of mother–child interaction quality and child attachment security in at-risk families. Aug2014, Vol. 5, p1-10. 10p. 11

(5)

komprehensif dan terperinci, karena studi kasus mampu mengungkapkan fenomena

kontemporer yang utuh dan menyeluruh seperti yang dialami oleh X.

Peristiwa kehilangan yang dialami oleh X berawal dari X yang hendak pulang

ke kampung halaman untuk mengikuti acara pemakaman sang ayah, namun sebelum

pemakaman sang ayah yang direncanakan berlangsung pukul 13.00, tepat pukul 08.00

sang ibu meninggal dunia. Menurut X, peristiwa kematian kedua orang tua ini

berdampak pada hilangnya kasih sayang dan dukungan yang selama ini diperoleh.12

Berdasarkan latar belakang di atas saya melihat bahwa kasus yang dialami oleh X

sebagai sebuah kasus yang unik dan tidak selalu terjadi, sehingga pentingnya

penelitian: Studi Kasus Kedukaan “X” Mahasiswi Fakultas Teologi UKSW Pasca

Kematian Kedua Orang Tua.

1.2Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil dan dijadikan bahan penelitian dalam penulisan ini

ialah:

1. Bagaimana X merespon kematian kedua orang tua?

2. Bagaimana tahap-tahap kedukaan yang dialami oleh X pasca kematian kedua

orang tua?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis respon X terhadap kematian kedua orang tua.

12

(6)

2. Mendeskripsikan dan menganalisis tahap-tahap kedukaan yang dialami oleh X

pasca kematian kedua orang tua.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi gereja

dan masyarakat untuk melihat sejauhmana respon X terhadap kematian kedua orang

tua dan bagaimana tahap-tahap kedukaan X pasca kematian kedua orang tua.

1.5Metode Penelitian

Dalam penelitian ini saya akan menggunakan metode kualitatif dengan desain

studi kasus yang bersifat deskriptif.

Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplor dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang

dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.13

Saya memilih desain studi kasus dalam penelitian ini karena studi kasus

merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus

yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif serta variabel

ditelaah dan ditelusuri, termasuk kemungkinan hubungan antara variabel yang ada.14

Metode studi kasus meliputi studi kasus tunggal dan jamak (metode kasus

perbandingan).15 Dalam penelitian ini saya memakai studi kasus dengan rancangan

kasus tunggal yang holistik. Holistik berarti bahwa saya akan meneliti dan

13

John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif ,dan Mixed, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 4.

14

J. D. Engel, Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Sari Press, 2005), 25.

15

(7)

menjelaskan secara lengkap segala aspek yang mempengaruhi penduka seperti

gejala-geala fisik, mental, social dan spiritual yang dimunculkan oleh penduka, serta melihat

signifikasinya bagi X sebagai Mahasiswi Fakultas Teologi UKSW. Alasan saya

memakai studi kasus tunggal dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini saya

hanya meneliti dan mengkaji suatu isu yang menarik perhatian saya dan dianggap oleh

saya sebagai fenomena kontemporer yang layak untuk diteliti, sehingga kasus X akan

dipakai oleh saya sebagai bahan untuk menganalisis respon dan tahapan kedukaan

yang dialami oleh X. Studi kasus menjadi strategi yang lebih cocok bila pokok

pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila saya hanya memiliki

sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki, dan jika fokus

penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks

kehidupan nyata.16

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ialah observasi

dan wawancara. Partisipan yang akan diwawancarai adalah X yang mengalami

kematian kedua orang tua dan teman-teman terdekat dari X antara lain MMB, NP,

MES. Berdasarkan hasil wawancara, teori yang dipakai oleh saya sebagai kajian

teoritis yaitu J. William Worden untuk melihat gejala-gejala dari kedukaan dan

Granger E. Westberg untuk melihat tahapan-tahapan dari kedukaan.

16

(8)

Tempat penelitian yang saya pilih ialah Kampus UKSW dan Asrama

Mahasiswa UKSW Jln. Kartini 11a Salatiga. Saya memilih lokasi tersebut karena telah

melakukan pra penelitian terkait penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri atas lima bab, untuk mencapai tujuan penulisan ini, saya

akan membagi tesis ini dalam lima bab. Bab satu pendahuluan, yang berisi tentang

uraian latar belakang dari penulisan ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab dua, meliputi teori

kehilangan yang mengakibatkan kedukaan, gejala-gejala kedukaan, tahapan-tahapan

kedukaan karena kehilangan dan respon kedukaan karena kehilangan. Bab tiga,

tentang temuan hasil penelitian meliputi lokasi penelitian dan identitas partisipan,

respon X terhadap peristiwa kehilangan, serta tahap-tahap kedukaan X. Bab empat,

berupa pembahasan dan analisis respon X terhadap peristiwa kehilangan dan

tahap-tahap kedukaan X. Bab lima berisi penutup meliputi kesimpulan yang berisi

temuan-temuan hasil penelitian, pembahasan dan analisis, serta saran-saran yang berupa

Referensi

Dokumen terkait

" Dilihat dari judul-judul yang menang, kompetisi ini mempertimbangkan kepekaan sineas muda akan persoalan sosial Bangsa ini, khususnya yang berkaitan dengan masyarakat lokal

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Empat Bulan Juli Tahun Dua Ribu Dua Belas yang bertandatangan di bawah ini adalah Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Unit

Apabila bilangan pertama dari dua bilangan ditambahkan dengan dua kali bilangan kedua, maka. hasilnya

PARL

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan Penyedia kualifikasi kecil dan memiliki SBUJK Bidang

Kepengawasan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Penelitian ini bertujuan

[r]

Demikian untuk diketahu:, atas perhatiannya disampaikan terima kasih. : KEMITRAAN ASURANSI KESEHATAN