PENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN
PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untukMemenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan
Oleh
Muhammad Irfan Aris Prasetiya NIM. 12108244059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
“Hasil Tertinggi dari Pendidikan adalah Toleransi”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu serta keluarga yang selalu mendukung
dan mendoakanku
2. Almamater tercinta
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN
PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG Oleh
Muhammad Irfan Aris Prasetiya NIM 12108244059
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dirancang untuk : (1) mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung, (2) meningkatkan keaktifan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penerapan metode Time Token Arends pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tegalpanggung dengan subyek penelitian adalah siswa kelas 5 B yang berjumlah 22 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus menggunakan 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa: (1) proses pembelajaran dengan menggunakan metode Time Token melalui beberapa langkah secara umum telah dilakukan guru dengan baik pada setiap langkah pembelajarannya baik pada siklus I dan siklus II. (2) peningkatan aktifitas belajar siswa setelah menggunakan metode pembelajaran Time Token terbukti dapat dilihat dalam 6 indikator yaitu: visual activities, oral activities, lisening actvities, writting activities, mental activities dan emotional activities. Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 74,6%. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi 86,5%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat,
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peningkatan Aktivitas Belajar Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Melalui Metode Time Token Pada Siswa Kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung”
dengan baik.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi
ini mendapat banyak bimbingan, arahan, motivasi, bantuan, dan nasihat. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan izin pada penelitian
ini.
3. Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga
karya ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Drs. Suparlan , M. Pd. I sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, kritik yang membangun, saran kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M. Pd. sebagai Dosen PA yang memberikan
DAFTAR ISI
B Identifikasi Masalah ... 6
C Batasan Masalah ... 7
1. Pengertian aktivitas belajar ... 9
2. Kriteria Aktivitas belajar dalam Pembelajaran ... 12
B. Metode Time Token Arend ... 15
C. Kelebihan Metode Time Token Arend ... 19
D. Metode Time Token dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa ... 20
E. Pembelajaran IPS di SD ... 21
1. Pengertian Pembelajaran ... 21
3. Pembelajaran IPS di SD ... 22
F. Karakteristik Peserta Didik Aktif Belajar ... 25
G. Penelitian yang Relevan ... 28
H. Kerangka Berpikir ... 29
I. Definisi Operasional ... 31
J. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 34
1. Jenis Penelitian ... 34
2. Model Penelitian ... 34
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39
C. Setting Penelitian . ... 40
D. Prosedur Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Instrumen Penelitian ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 50
H. Indikator Keberhasilan ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53
B. Pembahasan ... 78
1. Proses Pembelajaran Time Token ... 78
2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 83
C. Hambatan Penelitian ... 85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kadar Keaktifan Belajar... 26
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Aktivitas Belajar Siswa ... 47
Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Time Token ... 48
Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 49
Tabel 5. Kriteria Tingkat KeberhasilanAktivitas Belajar Siswa Dalam % ... 52
Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 64
Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 65
Tabel 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 75
Tabel 9. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 76
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 31
Gambar 2. Tahap Pokok Penelitian Tindakan Kelas ... 36
Gambar 3. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 91
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 98
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus I dan Siklus II ... 106
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Metode Time Token pada Siklus I ... 107
Lampiran 5. Hasil Pengamatan Metode Time Token pada Siklus II ... 108
Lampiran 6. Hasil Wawancara dengan Guru Kelas ... 103
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian FIP UNY ... 111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dan siswa ataupun antar siswa itu sendiri.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan
keterampilan siswa sebagai sebuah latihan yang sengaja dilakukan. Dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang
dilakukan dalam sebuah proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila didalam diri siswa tersebut
ditemukan ciri-ciri perilaku seperti; sering bertanya kepada guru atau siswa
lain; mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru; senang diberi
tugas belajar dan lain sebagainya (Rosalia,2005:4).
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dan siswa itu ataupun antara siswa lain
dengan siswa itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan suasana kelas menjadi
lebih kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Martinis Yamin (2007:14)
menyatakan Iklim belajar yang kondusif akan lebih baik apabila ditunjang
dengan keaktifan dari masing-masing siswa dimana siswa dapat melibatkan
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa .
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, ditemui berbagai problem
yang menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Begitu pula yang terjadi di
SD Negeri Tegalpanggung lebih spesifiknya pada kelas 5 B pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Siswa selama mata pelajaran IPS
terlihat pasif, hanya duduk diam dan kurang berpendapat serta terlibat aktif
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa tidak berani mengeluarkan
pendapatnya, baik karena inisiatif sendiri ataupun setelah disuruh oleh guru.
Hal tersebut diakibatkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
tidak tepat sehingga siswa tidak diberikan keseempatan untuk menunjukan
kemampuannya. Interaksi yang terjadi saat pembelajaran sedang berlangsung
di kelas saat pembelajaran IPS ini juga hanya didominasi oleh beberapa orang
siswa saja sedangkan siswa yang lain hanya berdiam diri.
Menurut Mulyasa (2007) menyatakan bahwa tugas guru dalam
pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta
didik. Dijelaskan lagi oleh Mulyasa bahwa sesuai dengan kemajuan dan
tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta
didik dengan berbagai keunikan agar mampu membantu mereka dalam
menghadapi kesulitan belajar. Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa
guru kurang dapat melakukan interaksi dengan siswa sehingga guru terkesan
untuk berbicara dan menyampaikan pendapat terhadap materi pembelajaran
yang sedang diajarkan oleh guru.
Guru memberikan materi kebanyakan hanya dengan metode ceramah
dan sesekali diselingi oleh tanya jawab yang oleh guru tidak diberikan timbal
balik sehingga siswa terkadang mengutarakan pendapatnya bersama siswa
sebangkunya sendiri. Hal tesebut bertentangan dengan pendapat dari Anwar
dan Sagala (2006) yang menyatakan bahwa sebaiknya peserta didik jangan
hanya diwajibkan membaca sebuah buku teks dalam suatu mata pelajaran
saja, karena dengan cara itu akan mendangkalkan pemahaman mereka dalam
kajian terkait. Sikap guru yang demikian sedikit banyak mempengaruhi
keaktifan siswa dalam hal mengemukakakn pendapatnya. Hal tersebut juga
dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik
dan terkesan monoton seperti metode pembelajaran tempo dulu yaitu guru
ceramah dan mendikte sedang siswa duduk diam, mendengarkan dan
mencatat.
Metode pembelajaran dengan ceramah yang dilakukan oleh guru
mengakibatkan siswa menjadi pasif, selain itu ceramah yang dilakukan oleh
guru kurang komunikatif sehingga siswa kurang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga sangat
berpengaruh terhadap keaktifan siswa. Metode pembelajaran yang seharusnya
digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode yang lebih menitik
beratkan pada melatih kepekaan sosialnya seperti misalnya toleransi,
pembelajaran IPS di SD Negeri Tegalpanggung ini perlu diadakan perbaikan
metode pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif selama pelajaran IPS.
Berdasarkan pembelajaran kontruktivisme Vigotsky yang memandang
bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual, proses
dalam kognisi diarahkan melalui konteks sosial budaya. Vigotsky juga lebih
menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.
Fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial antar individu. Vigotsky juga
berpendapat bahwa pengetahuan dan pengertian dikontruksi bila seseorang
terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan
pengalaman ( Siregar, 2007:58-59)
Karakteristik peserta didik menjadi sebuah pertimbangan bagi guru
untuk menerapkan sebuah metode yang tepat. Karakteristik peserta didik
yang beragam tentu saja membuat guru lebih bervariasi dalam menentukan
metode yang akan digunakan. Berdasarkan observasi yang dilakukan
karakteristik peserta didik beragam mulai dari yang sangat aktif, lumayan
aktif hingga pasif. Hal tersebut membuat guru dituntut lebih menaruh
perhatian lebih kepada siswa yang pasif tanpa mengesampingkan siswa yang
telah aktif. Siswa yang masih pasif memiliki karakteristik yang pemalu
apabila berbicara didepan banyak orang.
Metode pembelajaran yang akan digunakan untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah metode
Time Token. Time Token merupakan tipe dari pendekatan struktural dari
siswa aktif dalam mendiskusikan materi pembelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Pemilihan metode pembelajaran Time Token untuk mengatasi
permasalahan kurang aktifnya siswa pada saat kegiatan pembelajaran yang
terjadi di SD Negeri Tegalpanggung dirasa tepat. Hal tersebut dikarenakan
metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa siswi untuk
mengeluarkan pendapatnya saat kegiatan pembelajaran secara adil tanpa
memandang usia dan jenis kelamin. Hal tersebut juga sesuai dengan prinsip
pembelajara kontruktivisme dimana guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif
membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya.
Dengan demikian bahwa guru harus melakukan pembiasaan terhadap
siswa salah satunya dengan metode dril. Sudjana (1995:86) mengatakan
bahwa dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan
agar memiliki ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
Dengan demian siswa dilatih untuk terus aktif dalam kegiatan pembelajaran,
salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token yang
di dalamnya siswa dilatih untuk terbiasa aktif dalam kegiatan pembelajaran
Kepasifan siswa siswi saat pembelajaran berlangsung dapat diatasi
dengan pemberian metode pembelajaran Time Token mengingat dalam
metode pembelajaran ini pembelajaran dibuat dengan gaya diskusi dimana
siswa nantinya dapat memberikan pendapatnya didalam kegiatan diskusi itu
diperolehnya sehingga siswa akan berusaha berbicara menyampaikan
pendapatnya.
Metode pembelajaran Time Token ini menurut Miftahul Huda
(2015:237) juga sesuai dengan keadaaan kelas dimana dalam satu kelas tidak
memiliki jumlah siswa yang terlampau banyak. Metode pembelajaran Time
Token Arend sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan
untuk mengajarkan ketrampilan sosial, untuk menghindari siswa
mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Penggunaan metode
ini sesuai dengan keadaan kelas 5 di SD Negeri Tegalpanggung dimana siswa
pasif, hanya duduk diam dan kurang berpendapat.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya metode Time Token ini di
Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat
meningkatkan keaktifan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
Arends (2004:41) yang mengungkapkan bahwa metode Time Token
menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik
untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar di
kelas, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih
merata.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan
berbagai masalah sebagai berikut
2. Kegiatan belajar mengajar hanya didominasi oleh beberapa siswa saja
sehingga terjadi kesenjangan di dalam kelas.
3. Pemilihan metode pembelajaran yang diterapkan kurang untuk
mengaktifkan siswa
4. Sebagian siswa merasa bosan dengan metode pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sehinga mempengaruhi keaktifan siswa
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih
spesifik sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang terarah pada aspek yang
akan diteliti, maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan aktivitas
belajar dalam pembelajaran IPS melalui Metode pembelejaran Time Token
Arends siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah
yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS pada siswa
kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung?
2. Bagaimana meningkatkan keaktifan siswa Sekolah Dasar dalam mata
pelajaran IPS dengan menerapkan metode Time Token Arend pada siswa
E. Tujuan
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai:
1. Mengetahui keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS
pada siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung
2. Untuk mengetahui berapa besar peningkatan keaktifan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan penerapan metode Time Token pada siswa
kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung.
F. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan peneliti dalam membuat skripsi dengan metode penelitian
tindakan kelas.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan guru untuk menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang lebih komunikatif dan bervariatif dalam
pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan
siswa dalam kelas sesuai dengan prinsip student center.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
BAB II KAJIAN TEORI
A. Aktivitas Belajar
1. Pengertian aktivitas belajar
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
(Permendiknas RI No. 41, 2007: 6). Apabila dicermati apa yang
dikemukakan dalam Permen tersebut menunjukkan bahwa peran aktif
siswa dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan. Hal ini
menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada
aktivitas siswa.
Menurut Streibel, aktivitas belajar siswa terutama di kelas lebih
ditekankan kepada interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan
siswa atau antara siswa dengan media instruksional. Aktivitas belajar
siswa yang baik dapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan
kondisi pembelajaran yang mendukung. Upaya terebut meliputi: (a)
perencanaan pembelajaran berorientasi pada kepada aktivitas siswa; (b)
memuat perencanaan komunikasi tatap muka; (c) memutuskan pilihan jika
terjadi suatu dilema; (d) mengembangkan situasi agar siswa terlibat dalam
Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991) belajar yang baik
harus melalui berbagai macam aktivitas, baik secara fisik maupun psikis.
Aktivitas fisik misalnya siswa aktif dengan anggota badan, membuat
sesuatu, bermain, sehingga siswa itu sendiri bekerja sebanyak-banyaknya
atau banyak berfungsi dalam rangka belajar. Aktivitas belajar siswa adalah
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Belajar aktif adalah giat bekerja, berusaha dan melakukan sesuatu
perbuatan untuk menemukan pengetahuan melalui belajar dengan berbuat,
banyak indera yang terlibat, interaksi akan terjadi, belajar kelompok dan
diskusi, komunikasi dilakukan, presentasi dan laporan, makna
terkomunikasikan, adanya tanggapan, refleksi umpan balik dari guru
(Syaiful Sagala, 2009: 169).
Menurut Sukandi terdapat empat komponen atau bentuk keaktifan
yaitu sebagai berikut (Syaiful Sagala, 2009: 169).
a) Mengalami atau pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami,
totalisasi dari kesadaran sekarang dan pengetahuan atau ketrampilan
yang diperoleh dari praktek atau dari usaha siswa.
b) Interaksi (diskusi, tanya jawab, lembar pertanyaan). Interaksi diartikan
sebagai sebuah pertalian sosial antara individu sedemikan rupa
sehingga individu yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama
bermakna antara siswa dengan guru akan menimbulkan dampak
terhadap terjadinya pembelajaran yang berkualitas dan efektif.
c) Komunikasi belajar (mengemukakan pendapat, presentasi laporan,
memajangkan hasil kerja). Komunikasi sebenarnya proses personal
karena makna atau pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat
pribadi. Mengemukakan pendapat dan mengungkapkan gagasan untuk
membangun makna adalah hal yang penting dalam komunikasi
pembelajaran.
d) Refleksi (memikirkan kembali yang menjadi masalah). Refleksi
diartikan sebagai berpikir mengenai pengalaman sendiri. Refleksi
dilakukan oleh siswa setelah melakukan berbagai kegiatan dalam
bentuk pengalaman belajar. Pertanyaan-pertanyaan refleksi ini
menjadi bukti bahwa proses pembelajaran berlangsung penuh makna
dan memberi pengalaman untuk memantapkan kompetensi sesuai
yang ditegaskan dalam SK dan KD.
Menurut Mc Keachie dalam Martinis Yamin (2007: 77), keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran dapat mendorong dan mengembangkan
bakat yang dimilikinya, berpikir kritis dan dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu
guru dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis sehingga
merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan siswa harus
diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada siswa akan tetapi guru harus
mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar
(Martinis Yamin, 2007: 78).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah kegiatan atau perilaku siswa yang terjadi selama poses
belajar mengajar. Aktivitas belajar siswa dapat mendorong dan
mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berpikir kritis sehingga
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Kriteria aktivitas dalam Pembelajaran
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman,
2001:32). Aktivitas dapat bersifat fisik maupun mental. Menurut Sardiman
(2003:48) aktivitas siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
a. Visual Activties, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan
interpretasi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
d. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
e. Drawing activities, misalnya: mengambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun dan berternak.
g. Mental activitie, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengigat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil
keputusan.
h. Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang dan gugup.
Klasifikasi aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Sardiman
didukung oleh Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan
Cucu suhana (2010:24) menyatakan bahwa aktivitas belajar kemudian
dapat dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara
diskusi dan interupsi
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat
outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu
menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan
percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan
mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat
hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat,
membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diperoleh sebuah
kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa dapat dikategorikan dalam 8
indikator meliputi visual activities, oral activities, listening activities,
writting activities, drawing activities, motor activities, mental activities,
indikator yang akan diteliti sedangkan 2 indikator tidak diteliti yaitu
drawing activities dikarenakan menurut pendapat guru tingkat keaktifan
siswa dalam indikator tersebut telah tinggi setiap kali diminta
menggambar. Indikator lain yang tidak digunakan adalah motor activities
dikarenakan dalam pembelajaran IPS tidak memungkinkan untuk
melakukan percobaan.
B. Metode Time Token
1. Pengertian metode Time Token
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran ini juga disebut pembelajaran
gotong royong. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya sekadar
belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan pembagian kelompok yang dibentuk dengan
asalasalan. Dengan melaksanakan pembelajaran kooperatif secara benar
dan prosedural dapat menyebabkan pengelolaan kelas lebih efektif (Anita
Lie, 2004: 28-29).
Proses belajar mengajar dan kerjasama antara guru dengan siswa
mencapai sasaran dan tujuan belajar, ialah melalui cara atau metode, yang
pada hakikatnya ialah jalan mencapai sasaran dan tujuan
pendidikan-pengajaran. Jadi, alasan atau nalar guru memilih atau menetapkan suatu
metode dalam proses belajar mengajar (proses instruksional) ialah (Oemar
a. Metode ini sesuai dengan pokok bahasan, dalam makna lebih menjadi
mencapai sasaran dan tujuan instruksional.
b. Metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar dan meningkatkan
prestasi atau semangat belajar.
c. Metode ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok
bahasan, sehingga pemahaman siswa semakin jelas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Time Token.
Time Token merupakan tipe dari pendekatan struktural dari beberapa
metode pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Time Token
merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran cooperative
learning metode ini digunakan bilamana guru memiliki
kelompok-kelompok cooperative learning dengan beberapa orang mendominasi
pembicaraan dan beberapa orang pemalu dan tidak pernah mengatakan
apa-apa, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan
lebih merata (Arends,2008:41). Time Token pada dasarnya merupakan
sebuah varian diskusi kelompok dimana ciri khasnya adalah setiap siswa
diberi kupon bicara ± 30 detik waktu berbicara. Apabila siswa telah
menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Dengan
demikian, metode ini menghendaki agar siswa yang masih memegang atau
mempunyai kupon untuk ikut berbicara dalam diskusi itu. Metode ini
baik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat
selama kegiatan belajar mengajar di kelas.
2. Langkah-langkah pembelajaran metode Time Token
Langkah-langkah pembelajarannya Time Token menurut Miftahul
Huda, (2013: 240) adalah :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar).
b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning).
c. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik
per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang
digunakan.
d. Bila telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan.
Setiap tampil berbicara satu kupon, siswa dapat tampil lagi setelah
bergiliran dengan siswa lainnya.
e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang
masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
f. Demikian seterusnya.
Senada dengan pendapat Miftahul Huda, Agus Suprijono
(2011:133) juga mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Time
Token ) adalah :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD
b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (Cooperative
c. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu lebih kurang
30 detik per kupon. Setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu
yang digunakan.
d. Bila telah selesai berbicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan
kepada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil
lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang
masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis.
f. Demikian seterusnya.
Berdasarkan kedua pendapat maka dapat diambil garis besar
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Time Token
yaitu sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dipelajari
b. Guru mengkondisikan siswa untuk kegiatan diskusi
c. Siswa diberikan kupon dengan waktu berbicara kurang lebih 30 detik
per kupon. Tiap siswa diberikan 2 buah kupon masing-masing.
d. Bila siswa selesai berbicara kupon yang dipegang oleh siswa diserahkan
kepada guru satu kupon. Siswa boleh berbicara lagi setelah siswa lain
bergiliran berbicara.
e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak diperbolehkan untuk berbicara
lagi. Siswa yang masih memiliki kupon harus berbicara sampai semua
kuponnya habis.
C. Kelebihan metode Time Token
Model pembelajaran Time Token ini mempunyai beberapa kelebihan
jika dibandingkan dengan model pemmbelajaran lainnya. Menurut Miftahul
Huda (2013:241) menyampaikan beberapa kelebihan model pembelajaran
Time Token Arends yaitu :
1. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi
2. Menghindarkan dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak
berbicara sama sekali
3. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
5. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat
6. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan ,
berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap
kritik.
7. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain
8. Mengajak siswa mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
9. Tidak memerlukan terlalu banyak media pembelajaran.
Menurut Agus Suprijono (2011:11) kelebihan metode pembelajaran
Time Token, yaitu:
1. Semua siswa aktif memberikan pendapat dalam kegiatan pembelajaran
2. Siswa terlatih untuk membaca buku terlebih dahulu
3. Dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat
4. Semua siswa mendapat waktu untuk berbicara yang sama sehingga tidak
akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi.
Dapat diambil kesimpulan bahwa metode Time Token memiliki
keunggulan dibandingkan dengan metode pembelajaran lain. Siswa menjadi
lebih inisiatif dan partisipatif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran tidak hanya didominasi oleh beberapa siswa saja dimana
metode ini dapat membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa dapat dilatih dan menumbuhkan keberanian siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya, dan juga mengajarkan siswa untuk menghargai
pendapat oranglain. Selain itu metode ini tidak memerlukan terlalu banyak
media pembelajaran.
D. Pembelajaran Metode Time Token dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode Time Token
dapat meningkatkan aktivitas belajar. Arends (2004:41) mengungkapkan
bahwa metode Time Token menjamin keterlibatan semua siswa dan
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan siswa
selama kegiatan belajar mengajar di kelas, Time Token dapat membantu
mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata. Pernyataan Arends
didukung oleh Suyatno (2009:76) yang mengemukakan model pembelajaran
kooperatif time token dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode Time Token dapat
menjadikan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dikelas,
metode ini membantu mendistribusikan partisipasi siswa yang lebih merata
sehingga tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali.
E. Pembelajaran IPS
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru
terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu
mengajar. Knowles menjelaskan bahwa pembelajaran adalah cara
pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
sementara itu Slavin menjelaskan pembelajaran didefinisikan sebagai
perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta didik untuk
merubah tingkah laku individu untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajran (instructional objective) adalah perilaku hasil
belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik
berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta
didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981)
mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik
yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD/MI
Ilmu Pengetahuan Sosial yang seing disingkat dengan IPS adalah
merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial
dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah
dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada
peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah (Ahmad Susanto,
2013:136). Luasnya kajian IPS dasar dan keterampilan sebagai
semencakup sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik.
Menurut Zuraik dalam Agus Santoso (2008:136), hakikat IPS
adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik
dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial
yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya
diciptakan nilai-nila. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan
pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai pelatihan bagi siswa sebagai
memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan
kecakapan-kecakapan siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial
kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan
sosial siswa di masyarakat.
Jadi, hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran
yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada dii lingkungan siswa,
sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat
melahirkan warga negara yang baik dan bertanggungjawab terhadap
bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya
peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia,
sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengmbangkan
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya,
kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan bahwa
pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa
dibandingkan pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang
pengembangan dalam sains dan teknologi.
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa
IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang
didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi,
sosiologi, dan tata negara. Menurut Banks (Ahmad Susanto,2013:141),
pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies, merupakan bagian dari
siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai dalam ranga partisipasi di dalam masyarakat, negara, dan
bahkan dunia. Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS
diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke
perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.
Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Bnaks
adalah definisi IPS menurut Jarolimek (Ahmad Susanto, 2013:141) yang
menyatakan bahwa pada dasaarnya pendidikan IPS berhubungan erat
dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat dimana
ia tinggal. Sedangkan menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh
(1998:1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang
memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun
melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan
kebermaknaannya bagi siswa bagi siswa dan kehidupannya. Ilmu
Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS merupakan sebuah
mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan
ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya. Mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai
dari jenjang Sekolah dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang mengkaji seperangkat fakta,
Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek
“pendidikan” daripada transfer “konsep”, karena dalam pembelajaran
pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap
sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral dan
keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan
demikian, pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek
kependidikan.
Pada intinya, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program
pendidikan pada tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
menengah atas yang mengkaji tentang manusia dan dunia sekelilingnya.
Tujuan pembelajaran IPS dapat diberikan kesimpulan bahwa tujan
pembelajaran IPS adalah mendidik memberikan bekal kepada siswa untuk
dapat mengembangkan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya.
Melalui IPS siswa diajarkan untuk mengenal, memecahkan masalah dan
memiliki keterampilan di dalam kehidupan sosialnya. Pembelajaran IPS di
SD dapat dilakukan dengan misalnya melakukan diskusi dengan
pembelajaran berbentuk kelompok.salah satu model pembelajaran
kelompok adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
learning
F. Karakteristik Peserta didik Aktif
Seorang siswa sudah melalui proses belajar aktif jika ia mampu
menunjukkan keterampilan berpikir kompleks, memroses informasi,
efektif (Marzano dkk., 1994) dalam Pannen dan Sekarwinahyu (1997, 6-14
s.d. 6-17)). Setiap jenjang keterampilan tersebut, mempunyai
indikator-indikator secara khusus sebagai berikut.
1. Berpikir Kompleks (Complex Thinking)
2. Memroses informasi (Information Processing)
3. Berkomunikasi Efektif (Effective Communication)
4. Bekerja sama (Cooperation/Collaboration)
5. Berdaya nalar efektif (Effective Habits of Mind)
6. Berpikir Kritis (Critical Thinking)
7. Berfikir Kreatif (Creative Thinking)
Menurut Djamarah (2010:81) Ketidaksamaan keaktifan anak didik
itu melahirkan kadar keaktifan belajar yang bergerak dari keaktifan belajar
yang rendah sampai pada keaktifan belajar yang tinggi. Raka joni dalam
Djamarah (2010:81) merumuskan kadar keaktifan belajar sebagai berikut:
Tabel 1. Kadar Keaktifan Belajar
Tingkat I (Rendah) Tingkat II (Sedang) Tingkat III (Tinggi)
Keaktifan belajar siswa dikatakan rendah apabila melakukan
keaktifan belajar yang sederhana hanya menggunakan panca indranya saja,
keaktifan belajar dikatakan sedang apabila siswa melewati proses
meramalkan sampai menerapkan dalam tingkah laku hidupnya, sedangkan
siswa dikatakan beraktifitas belajar tinggi bila siswa mampu berpikir tingkat
tinggi sesuai dengan yang ada di dalam tabel di atas. Jadi, derajat keaktifan
belajar tergantung dari sederhana, sedang atau rumitkah keaktifan belajar
yang dilakukan oleh siswa. Jadi derajat keaktifan belajar memiliki tiga
tingkatan, tingkatan pertama derajat keaktifan belajar rendah, kedua derajat
keaktifan belajar sedang dan ketiga yaitu derajat keaktifan belajar tinggi.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses
pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama,
interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive
interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat
diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua,
setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar
harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat
individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat
berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga
akan memupuk social skills. Senada dengan Pannen dan Sekarwinahyu,
Sanjaya mengemukakan bahwa keaktivan siswa itu ada yang secara langsung
dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati. Keaktivan yang secara
sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya,
sedangkan yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan
menyimak (2007:141).
Keaktifan belajar dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Meliputi keaktifan dalam memperhatikan penjelasan guru,
tidak mengerjakan pekerjaan lain, spontan bekerja apabila diberi tugas, tidak
terpengaruh situasi di luar kelas. Interaksi siswa dengan guru meliputi
keaktifan bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, memanfaatkan
guru sebagai narasumber dan memanfaatkan guru sebagai fasilitator.
G. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial melalui metode Time Token Arends pada siswa SD
Negeri Tegalpanggung ini mengacu pada skripsi yang berjudul Upaya
Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Time Token
Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem Sleman, skripsi tersebut ditulis oleh
Diyah Umamah yang merupakan mahasiswa S1 Universitas Negeri
Yogyakarta Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Diyah Umamah dinyatakan bahwa
penggunaan metode Time Token Arends dapat meningkatkan keaktifan siswa
kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem , hal itu dibuktikan dengan meningkatnya
sedangkan pada siklus II meningkat 72,96% siswa, dan pada siklus III
meningkat menjadi 74,07%.
Pada tindakan siklus I, jumlah siswa yang mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran IPS tersebut hanya 13,89 %
siswa yang mampu mencapai nilai 75. Sedangkan pada siklus II dengan
indikator tersebut di atas 51,42% siswa yang mampu mencapai nilai 75 sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus III dengan indikator
yang sama 72,22%.
Penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini hampir
menyerupai penelitian yang telah dijelaskan diatas akan tetapi terdapat
beberapa perbedaan antara lain dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti
adalah aktifitas belajar bukan keaktifan dan hasil belajar seperti yang terdapat
dalam penelitian diatas, selain itu subjek penelitiannya juga berbeda
penelitian ini mencoba menerapkan metode Time Token pada anak sekolah
dasar kelas 5 sedangkan pada penelitian diatas subjek yang dijadikan
penelitian merupakan siswa tingkat SMP.
H. Kerangka Berpikir
Aktivitas belajar merupakan salah satu faktor pendukung dari
keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, dimana siswa ikut terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya diam dan pasif selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal tersbut yang tidak ditemukan pada kelas 5 B
SD Negeri Tegalpanggung saat pembelajaran IPS berlangsung. Selama
dengan pendominasian guru dan kebanyakan siswa hanya diam dan pasif.
Kegiatan pembelajaran menjadi hanya satu arah saja dimana pondominasian
guru masih sangat kental selama proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi juga ditemukan bahwa aktifitas belajar siswa kelas 5 B SD Negeri
Tegalpanggung masih rendah hal tersebut terlihat dari kegiatan selama proses
belajar mengajar terjadi.
Metode pembelajaran Time Token akan memberikan suasana
positif karena bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan tersebut, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan
berpikir. Pembelajaran Time Token juga akan memberikan saling bergantung
yang positif antar siswa karena setiap siswa diajak berpikir untuk bagaimana
menyelesaikan masalah yang dihadapkan kepada siswa.
Pembelajaran dengan metode Time Token memberikan kesempatan
siswa untuk lebih aktif berbicara dalam proses pembelajaran baik menjawab
pertanyaan ataupun memberi tanggapan dan pendapat. Siswa yang aktif pada
proses pembelajaran tidak hanya mengetahui materi akan tetapi dapat
memahami materi secara mendalam materi yang dipelajari. Pemahaman siswa
akan materi secara mendalam adalah sebagai akibat dari aktifitas belajar
siswa. Hal tersebut akan meningkatkan aktivitas belajar siswa yang
Gambar 1. Bagan kerangka pikir
I. Definini Operasional
Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan
yang akan dibahas dalam peneltian ini, maka perlu disampaikan definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Aktivitas belajar
Aktivitas belajar merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Aktifitas belajar siswa meliputi 8 aspek yaitu
adalah Visual Activities yang termasuk didalamnya adalah membaca,
memperhatikan; Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan,,
mengutarakan pendapat; Listening Activities meliputi mendengarkan;
Writing Activities meliputi menulis, membuat karangan, membuat
laporan; Drawing Activities meliputi menggambar, membuat grafik;
Motor Activitie yang termasuk didalamnya antara lain melakukan
percobaan, membuat konstruksi; Mental Activities meliputi menanggapi,
Kondisi Sebelum Tindakan Kondisi Setelah
mengingat, menganalisis; Emotional Activities meliputi menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat.
2. Model Time Token Arends
Model Pembelajaran Time Token Arends ini akan melibatkan seluruh
peserta didik tidak memandang usia dan juga jenis kelamin. Pada awal
pembelajaran guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh siswa pada pembelajaran hari ini sehingga guru dan siswa
sudah menyepakati tema yang akan dibicarakan pada hari ini. Kemudian
guru akan mengkondisikan siswa dalam keadaan siap untuk mengadakan
diskusi kelas, setelah siswa siap mengadakan diskusi kemudian guru
membagikan 2 potongan kertas kepada setiap siswa hingga semua siswa
mendapatkan kupon berjumlah 2 buah. Setiap kupon berfungsi sebagai
alat tukar untuk menukar waktu berbicara yang setiap kupon memiliki
waktu untuk berbicara selama ±30 detik dan tidak boleh melebihi dari
waktu yang ditentukan. Setiap siswa yang telah berbicara wajib
memberikan kuponnya kepada guru. Setiap siswa boleh berbicara lagi
setelah teman yang lain telah berbicara sehingga tidak menimbulkan
dominasi salah satu siswa. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh
berbicara lagi dan juga siswa yang masih memegang kupon harus
berbicara sampai semua kupon yang dimiliki habis.
J. Hipotesis
Berdasar kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut,
menggunakan model Time Token Arends dapat meningkatkan aktifitas belajar
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V B SD Negeri
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action research). Ciri utama dari penelitian tindakan kelas adalah
memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian
tindakan kolaboratif, penelitian tindakan kolaboratif merupakan upaya
bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru.
Dalam hal ini guru bertindak sebagai pelaksana tindakan (pengajar) dan
peneliti bertindak sebagai observer serta perancang tindakan.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada
siswa kelas 5 B SD Tegalpanggung yaitu kepasifan siswa dan aktivitas
belajar siswa yang rendah. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan
tersebut dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom
action research), dengan judul Meningkatkan Aktivitas belajar
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Time Token pada
Siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung, Yogyakarta.
2. Model Penelitian
Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan
lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan
yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana
dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup
sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan
(plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect).
Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan
penelitian tercapai.
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun,
dan dari segi definisi mengarah pada tindakan. Rencana bersifat fleksibel
karena tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan.
Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif.
Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan
bijaksana serta mengandung inovasi. Implementasi tindakan ini mengacu
pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tujuannya, agar
pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh
tindakan terkait bersama prosesnya. pengamatan yang cermat diperlukan
karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realitas dan semua
kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu.
Pengamatan direncanakan terlebih dahulu sehingga akan ada dasar
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu
tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam pengamatan. Refleksi
berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata
dalam tindakan strategik.
Empat tahap pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut
secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan berikut (Arikunto, 2007:
16)
Gambar 2. Tahap pokok penelitian tindakan kelas
Berikut penjelasan dari masing-masing tahap dalam penelitian ini:
a. Perencanaan
Pada tahap ini dimulai dari penemuan masalah terlebih dahulu,
yang selanjutnya peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Pengamatan SIKLUS II Perencanaan
Refleksi Tindakan
Tindakan
Penjelasan secara rinci terkait langkah-langkah pada tahap ini adalah
sebagai berikut.
1) Menemukan permasalahan yang terdapat di lapangan, yaitu:
a) Pada tahap ini, sebelumnya peneliti melakukan observasi awal
dan diskusi terlebih dahulu dengan guru kelas untuk
mengetahui permasalahan apa yang terdapat dalam proses
pembelajaran. Dan dapat disimpulkan permasalahan yang
terdapat di lapangan pada penelitian ini adalah masih
rendahnya aktivitas belajar pada pembelaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
b) Selanjutnya bersama dengan guru kelas, peneliti mencoba
menganalisa terkait dengan masalah pembelajaran tersebut,
yaitu dengan menganalisa aktivitas belajar siswa saat proses
pembelajaran.
c) Berdasarkan hasil analisa aktivitas belajar siswa, maka akan
dapat diketahui kegiatan pembelajaran hanya didominasi
beberapa orang siswa siswa saja dan banyak siswa yang
terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga
pembelajaran perlu ditindaklanjuti melalui penerapan model
pembelajaran time token yang berbeda dari pembelajaran
2) Merancang tindakan yang akan dilakukan.
Setelah permasalahan yang terjadi dapat diketahui
dengan jelas, selanjutnya peneliti bersama guru menyusun
rencana mengenai tindakan apa yang sebaiknya akan dilakukan
untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar
matematika siswa sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
a) Peneliti terlebih dahulu menentukan alternatif tindakan yang
akan dilakukan agar dapat mengatasi masalah yang terdapat
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Solusi yang
akan diberikan yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran time token.
b) Melakukan kegiatan pra siklus yaitu memberikan soal pre-tes
kepada siswa terkait materi yang telah disampaikan oleh
guru. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) terkait langkah-langkah pembelajaran time token pada
siklus I.
c) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting), dan Observasi
1) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran melalui
model pembelajaran time token . Guru yang melaksanakan
pembelajaran adalah guru kelas 5 B. Selama pembelajaran
Sementara itu peneliti mengamati aktivitas saat pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya.
2) Observasi
Observasi dilakukan pada saat tindakan sedang dilaksanakan.
Observer melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan
dengan mengisi kolom-kolom pada lembar observasi sesuai dengan
petunjuk pengisian. Observer menggunakan lembar observasi yang
telah dipersiapkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada saat proses pembelajaran sehingga akan dapat
diperbaiki pada siklus berikutnya.
c. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data
yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar
observasi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran dan kemudian
memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan yang
terdapat pada hasil observasi. Hasil observasi tersebut dianalisis
penyebab kekurangannya yang kemudian menentukan
langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 B SD Negeri
siswa kelas 5 B sebagai subjek penelitian ini karena aktivitas belajar siswa
kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung Yogyakarta masih didominasi oleh
beberapa siswa. Adapun objek dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa
khususnya dalam hal aktivitas belajar siswa kelas 5 B SD Negeri
Tegalpanggung, Yogyakarta.
C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam kelas 5 B SD Negeri Sindurejan
Tahun Ajaran 2015/2016 yang beralamat di Jalan Tegalpanggung no.41,
Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. SD
Negeri Tegalpanggung mempunyai beberapa fasilitas, antara lain yaitu
ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tamu, ruang kelas untuk kegiatan
proses pembelajaran, perpustakaan, UKS, laboratorium komputer, koperasi
sekolah, ruang alat olahraga, kamar mandi, kantin, halaman parkir guru
dan siswa. SD Negeri Tegalpanggung dipimpin oleh seorang kepala
sekolah, beliau bernama Ibu Purwati Handayani. Jumlah guru di sekolah
ini berjumlah 17 orang yang terdiri dari 12 orang guru kelas, 2 orang guru
agama Islam, 1 orang guru agama Katolik, 1 orang guru olah raga, 1 orang
guru komputer. Selain itu, juga terdapat 2 karyawan tenaga administrasi
dan 1 tenaga perpustakaan dan seorang penjaga sekolah.
Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas 5 B dengan jumlah
keseluruhan siswa yaitu 22 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 10
dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas 5 B
sebagai pelaksana tindakan dengan tujuan untuk meningkatan aktivitas
belajar siswa pada pembelajaran IPS dan demi kemajuan sekolah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan pada semester II tahun ajaran
2015/2016, yaitu pada bulan Maret sampai dengan April 2016. Waktu
penelitian disesuaikan dengan jadwal Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas 5
B.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus karena
ketika siklus I kurang maksimal maka dapat diperbaiki dalam pembelajaran
siklus II. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci mengenai prosedur
penelitian dalam penelitian ini:
1. Pratindakan (Pra Siklus)
Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator dalam hal ini guru,
menetapkan alternatif tindakan dalam upaya peningkatan keaktifan siswa
khususnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Pertama mahasiswa peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk
mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran
IPS di dalam kelas 5 B. Hal-hal yang didiskusikan masalah yang dirasakan
oleh guru ketika kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Dari hasil diskusi, didapat kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan
Siswa yang lain yang berada didalam kelas hanya berdiam diri dan tidan
banyak aktif terlibat dalam kegiatan diskusi kelas yang dilakukan oleh
guru. Selain berdiskusi, mahasiswa peneliti juga mengadakan preteaching
untuk mengetahui keadaan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Setelah
mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan kektifan berbicara siswa saat
pembelajaran, guru dan mahasiswa peneliti merancang skenario
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time
token yang dianggap paling tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Agar implementasi tindakan sesuai dengan yang diinginkan, guru
dan peneliti juga mempersiapkan materi dan sarana pendukung
pelaksanaan pembelajaran. Sarana pendukung yang dipakai adalah
penyusunan tempat duduk dan potongan kupon.
2. Siklus I
a. Rencana Tindakan
Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti hanya sebagai
pengamat dan guru sebagai pelaksana tindakan. Pada tahap ini, ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain:
1) Menyusun RPP
2) Menyiapkan media, alat dan bahan yang sesuai dengan materi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini guru berperan sebagai
pelaksana tindakan sedangkan peneliti hanya berperan sebagai
pengamat. Secara garis besar pelaksanaan tindakan dilakukan sebagai
berikut. Pada awal pembelajaran guru memberikan sedikit penjelasan
mengenai materi yang akan dipelajari oleh siswa pada hari ini,
kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan diskusi
yang mana diskusi ini dikolaborasikan dengan model pembelajaran
time token pada kegiatan diskusi.
Guru menjelaskan tentang tata cara melaksanakan kegiatan
diskusi yang dikolaborasikan dengan model time token. Guru
kemudian memberikan contoh pelaksanaan kegiatan agar siswa merasa
lebih paham dengan peraturan diskusi kali ini dan tidak menimbulkan
kesalahan presepsi mengenai peraturan diskusi. Kemudian siswa diajak
melaksanakan kegiatan diskusi pembelajaran yang dikolaborasikan
dengan model time token.
c. Observasi
Saat pembelajaran IPS berlangsung dengan model pembelajaran
time token, mahasiswa peneliti mengamati kegiatan pembelajaran
dengan mengamati dengan seksama aktivitas belajar siswa, suasana
pembelajaran, perilaku siswa dan reaksi siswa terhadap penggunaan