• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN

PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untukMemenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh GelarSarjana Pendidikan

Oleh

Muhammad Irfan Aris Prasetiya NIM. 12108244059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Hasil Tertinggi dari Pendidikan adalah Toleransi”

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu serta keluarga yang selalu mendukung

dan mendoakanku

2. Almamater tercinta

(7)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE TIME TOKEN

PADA SISWA KELAS 5 B SD NEGERI TEGALPANGGUNG Oleh

Muhammad Irfan Aris Prasetiya NIM 12108244059

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dirancang untuk : (1) mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung, (2) meningkatkan keaktifan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penerapan metode Time Token Arends pada siswa kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tegalpanggung dengan subyek penelitian adalah siswa kelas 5 B yang berjumlah 22 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus menggunakan 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa: (1) proses pembelajaran dengan menggunakan metode Time Token melalui beberapa langkah secara umum telah dilakukan guru dengan baik pada setiap langkah pembelajarannya baik pada siklus I dan siklus II. (2) peningkatan aktifitas belajar siswa setelah menggunakan metode pembelajaran Time Token terbukti dapat dilihat dalam 6 indikator yaitu: visual activities, oral activities, lisening actvities, writting activities, mental activities dan emotional activities. Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 74,6%. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu menjadi 86,5%.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat,

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peningkatan Aktivitas Belajar Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Melalui Metode Time Token Pada Siswa Kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung”

dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan

masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi

ini mendapat banyak bimbingan, arahan, motivasi, bantuan, dan nasihat. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan izin pada penelitian

ini.

3. Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga

karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. Suparlan , M. Pd. I sebagai Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, kritik yang membangun, saran kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M. Pd. sebagai Dosen PA yang memberikan

(9)
(10)

DAFTAR ISI

B Identifikasi Masalah ... 6

C Batasan Masalah ... 7

1. Pengertian aktivitas belajar ... 9

2. Kriteria Aktivitas belajar dalam Pembelajaran ... 12

B. Metode Time Token Arend ... 15

C. Kelebihan Metode Time Token Arend ... 19

D. Metode Time Token dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa ... 20

E. Pembelajaran IPS di SD ... 21

1. Pengertian Pembelajaran ... 21

(11)

3. Pembelajaran IPS di SD ... 22

F. Karakteristik Peserta Didik Aktif Belajar ... 25

G. Penelitian yang Relevan ... 28

H. Kerangka Berpikir ... 29

I. Definisi Operasional ... 31

J. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 34

1. Jenis Penelitian ... 34

2. Model Penelitian ... 34

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

C. Setting Penelitian . ... 40

D. Prosedur Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 50

H. Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 78

1. Proses Pembelajaran Time Token ... 78

2. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 83

C. Hambatan Penelitian ... 85

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kadar Keaktifan Belajar... 26

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Aktivitas Belajar Siswa ... 47

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Time Token ... 48

Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 49

Tabel 5. Kriteria Tingkat KeberhasilanAktivitas Belajar Siswa Dalam % ... 52

Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 64

Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 65

Tabel 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 75

Tabel 9. Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 76

(13)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 31

Gambar 2. Tahap Pokok Penelitian Tindakan Kelas ... 36

Gambar 3. Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 65

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 91

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 98

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus I dan Siklus II ... 106

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Metode Time Token pada Siklus I ... 107

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Metode Time Token pada Siklus II ... 108

Lampiran 6. Hasil Wawancara dengan Guru Kelas ... 103

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian FIP UNY ... 111

(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan

interaksi yang tinggi antara guru dan siswa ataupun antar siswa itu sendiri.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan

dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan

keterampilan siswa sebagai sebuah latihan yang sengaja dilakukan. Dapat

disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang

dilakukan dalam sebuah proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran.

Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila didalam diri siswa tersebut

ditemukan ciri-ciri perilaku seperti; sering bertanya kepada guru atau siswa

lain; mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru; senang diberi

tugas belajar dan lain sebagainya (Rosalia,2005:4).

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan

interaksi yang tinggi antara guru dan siswa itu ataupun antara siswa lain

dengan siswa itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan suasana kelas menjadi

lebih kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Martinis Yamin (2007:14)

menyatakan Iklim belajar yang kondusif akan lebih baik apabila ditunjang

dengan keaktifan dari masing-masing siswa dimana siswa dapat melibatkan

(17)

siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan

yang akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa .

Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, ditemui berbagai problem

yang menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Begitu pula yang terjadi di

SD Negeri Tegalpanggung lebih spesifiknya pada kelas 5 B pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Siswa selama mata pelajaran IPS

terlihat pasif, hanya duduk diam dan kurang berpendapat serta terlibat aktif

dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa tidak berani mengeluarkan

pendapatnya, baik karena inisiatif sendiri ataupun setelah disuruh oleh guru.

Hal tersebut diakibatkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

tidak tepat sehingga siswa tidak diberikan keseempatan untuk menunjukan

kemampuannya. Interaksi yang terjadi saat pembelajaran sedang berlangsung

di kelas saat pembelajaran IPS ini juga hanya didominasi oleh beberapa orang

siswa saja sedangkan siswa yang lain hanya berdiam diri.

Menurut Mulyasa (2007) menyatakan bahwa tugas guru dalam

pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta

didik. Dijelaskan lagi oleh Mulyasa bahwa sesuai dengan kemajuan dan

tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta

didik dengan berbagai keunikan agar mampu membantu mereka dalam

menghadapi kesulitan belajar. Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa

guru kurang dapat melakukan interaksi dengan siswa sehingga guru terkesan

(18)

untuk berbicara dan menyampaikan pendapat terhadap materi pembelajaran

yang sedang diajarkan oleh guru.

Guru memberikan materi kebanyakan hanya dengan metode ceramah

dan sesekali diselingi oleh tanya jawab yang oleh guru tidak diberikan timbal

balik sehingga siswa terkadang mengutarakan pendapatnya bersama siswa

sebangkunya sendiri. Hal tesebut bertentangan dengan pendapat dari Anwar

dan Sagala (2006) yang menyatakan bahwa sebaiknya peserta didik jangan

hanya diwajibkan membaca sebuah buku teks dalam suatu mata pelajaran

saja, karena dengan cara itu akan mendangkalkan pemahaman mereka dalam

kajian terkait. Sikap guru yang demikian sedikit banyak mempengaruhi

keaktifan siswa dalam hal mengemukakakn pendapatnya. Hal tersebut juga

dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik

dan terkesan monoton seperti metode pembelajaran tempo dulu yaitu guru

ceramah dan mendikte sedang siswa duduk diam, mendengarkan dan

mencatat.

Metode pembelajaran dengan ceramah yang dilakukan oleh guru

mengakibatkan siswa menjadi pasif, selain itu ceramah yang dilakukan oleh

guru kurang komunikatif sehingga siswa kurang terlibat dalam kegiatan

pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga sangat

berpengaruh terhadap keaktifan siswa. Metode pembelajaran yang seharusnya

digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode yang lebih menitik

beratkan pada melatih kepekaan sosialnya seperti misalnya toleransi,

(19)

pembelajaran IPS di SD Negeri Tegalpanggung ini perlu diadakan perbaikan

metode pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif selama pelajaran IPS.

Berdasarkan pembelajaran kontruktivisme Vigotsky yang memandang

bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual, proses

dalam kognisi diarahkan melalui konteks sosial budaya. Vigotsky juga lebih

menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.

Fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial antar individu. Vigotsky juga

berpendapat bahwa pengetahuan dan pengertian dikontruksi bila seseorang

terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan

pengalaman ( Siregar, 2007:58-59)

Karakteristik peserta didik menjadi sebuah pertimbangan bagi guru

untuk menerapkan sebuah metode yang tepat. Karakteristik peserta didik

yang beragam tentu saja membuat guru lebih bervariasi dalam menentukan

metode yang akan digunakan. Berdasarkan observasi yang dilakukan

karakteristik peserta didik beragam mulai dari yang sangat aktif, lumayan

aktif hingga pasif. Hal tersebut membuat guru dituntut lebih menaruh

perhatian lebih kepada siswa yang pasif tanpa mengesampingkan siswa yang

telah aktif. Siswa yang masih pasif memiliki karakteristik yang pemalu

apabila berbicara didepan banyak orang.

Metode pembelajaran yang akan digunakan untuk meningkatkan

keaktifan siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah metode

Time Token. Time Token merupakan tipe dari pendekatan struktural dari

(20)

siswa aktif dalam mendiskusikan materi pembelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Pemilihan metode pembelajaran Time Token untuk mengatasi

permasalahan kurang aktifnya siswa pada saat kegiatan pembelajaran yang

terjadi di SD Negeri Tegalpanggung dirasa tepat. Hal tersebut dikarenakan

metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa siswi untuk

mengeluarkan pendapatnya saat kegiatan pembelajaran secara adil tanpa

memandang usia dan jenis kelamin. Hal tersebut juga sesuai dengan prinsip

pembelajara kontruktivisme dimana guru tidak hanya memberikan

pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif

membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya.

Dengan demikian bahwa guru harus melakukan pembiasaan terhadap

siswa salah satunya dengan metode dril. Sudjana (1995:86) mengatakan

bahwa dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan

agar memiliki ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.

Dengan demian siswa dilatih untuk terus aktif dalam kegiatan pembelajaran,

salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token yang

di dalamnya siswa dilatih untuk terbiasa aktif dalam kegiatan pembelajaran

Kepasifan siswa siswi saat pembelajaran berlangsung dapat diatasi

dengan pemberian metode pembelajaran Time Token mengingat dalam

metode pembelajaran ini pembelajaran dibuat dengan gaya diskusi dimana

siswa nantinya dapat memberikan pendapatnya didalam kegiatan diskusi itu

(21)

diperolehnya sehingga siswa akan berusaha berbicara menyampaikan

pendapatnya.

Metode pembelajaran Time Token ini menurut Miftahul Huda

(2015:237) juga sesuai dengan keadaaan kelas dimana dalam satu kelas tidak

memiliki jumlah siswa yang terlampau banyak. Metode pembelajaran Time

Token Arend sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan

untuk mengajarkan ketrampilan sosial, untuk menghindari siswa

mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Penggunaan metode

ini sesuai dengan keadaan kelas 5 di SD Negeri Tegalpanggung dimana siswa

pasif, hanya duduk diam dan kurang berpendapat.

Oleh karena itu, dengan diterapkannya metode Time Token ini di

Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat

meningkatkan keaktifan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari

Arends (2004:41) yang mengungkapkan bahwa metode Time Token

menjamin keterlibatan semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik

untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar di

kelas, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih

merata.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan

berbagai masalah sebagai berikut

(22)

2. Kegiatan belajar mengajar hanya didominasi oleh beberapa siswa saja

sehingga terjadi kesenjangan di dalam kelas.

3. Pemilihan metode pembelajaran yang diterapkan kurang untuk

mengaktifkan siswa

4. Sebagian siswa merasa bosan dengan metode pembelajaran yang

dilakukan oleh guru sehinga mempengaruhi keaktifan siswa

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih

spesifik sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang terarah pada aspek yang

akan diteliti, maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan aktivitas

belajar dalam pembelajaran IPS melalui Metode pembelejaran Time Token

Arends siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah

yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS pada siswa

kelas 5 SD Negeri Tegalpanggung?

2. Bagaimana meningkatkan keaktifan siswa Sekolah Dasar dalam mata

pelajaran IPS dengan menerapkan metode Time Token Arend pada siswa

(23)

E. Tujuan

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai:

1. Mengetahui keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran Time Token dalam mata pelajaran IPS

pada siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung

2. Untuk mengetahui berapa besar peningkatan keaktifan pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial dengan penerapan metode Time Token pada siswa

kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung.

F. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan peneliti dalam membuat skripsi dengan metode penelitian

tindakan kelas.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan guru untuk menyelenggarakan kegiatan

belajar mengajar yang lebih komunikatif dan bervariatif dalam

pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan

siswa dalam kelas sesuai dengan prinsip student center.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Aktivitas Belajar

1. Pengertian aktivitas belajar

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan

menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

(Permendiknas RI No. 41, 2007: 6). Apabila dicermati apa yang

dikemukakan dalam Permen tersebut menunjukkan bahwa peran aktif

siswa dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan. Hal ini

menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada

aktivitas siswa.

Menurut Streibel, aktivitas belajar siswa terutama di kelas lebih

ditekankan kepada interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan

siswa atau antara siswa dengan media instruksional. Aktivitas belajar

siswa yang baik dapat terjadi apabila guru mengupayakan situasi dan

kondisi pembelajaran yang mendukung. Upaya terebut meliputi: (a)

perencanaan pembelajaran berorientasi pada kepada aktivitas siswa; (b)

memuat perencanaan komunikasi tatap muka; (c) memutuskan pilihan jika

terjadi suatu dilema; (d) mengembangkan situasi agar siswa terlibat dalam

(25)

Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991) belajar yang baik

harus melalui berbagai macam aktivitas, baik secara fisik maupun psikis.

Aktivitas fisik misalnya siswa aktif dengan anggota badan, membuat

sesuatu, bermain, sehingga siswa itu sendiri bekerja sebanyak-banyaknya

atau banyak berfungsi dalam rangka belajar. Aktivitas belajar siswa adalah

kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Belajar aktif adalah giat bekerja, berusaha dan melakukan sesuatu

perbuatan untuk menemukan pengetahuan melalui belajar dengan berbuat,

banyak indera yang terlibat, interaksi akan terjadi, belajar kelompok dan

diskusi, komunikasi dilakukan, presentasi dan laporan, makna

terkomunikasikan, adanya tanggapan, refleksi umpan balik dari guru

(Syaiful Sagala, 2009: 169).

Menurut Sukandi terdapat empat komponen atau bentuk keaktifan

yaitu sebagai berikut (Syaiful Sagala, 2009: 169).

a) Mengalami atau pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami,

totalisasi dari kesadaran sekarang dan pengetahuan atau ketrampilan

yang diperoleh dari praktek atau dari usaha siswa.

b) Interaksi (diskusi, tanya jawab, lembar pertanyaan). Interaksi diartikan

sebagai sebuah pertalian sosial antara individu sedemikan rupa

sehingga individu yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama

(26)

bermakna antara siswa dengan guru akan menimbulkan dampak

terhadap terjadinya pembelajaran yang berkualitas dan efektif.

c) Komunikasi belajar (mengemukakan pendapat, presentasi laporan,

memajangkan hasil kerja). Komunikasi sebenarnya proses personal

karena makna atau pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat

pribadi. Mengemukakan pendapat dan mengungkapkan gagasan untuk

membangun makna adalah hal yang penting dalam komunikasi

pembelajaran.

d) Refleksi (memikirkan kembali yang menjadi masalah). Refleksi

diartikan sebagai berpikir mengenai pengalaman sendiri. Refleksi

dilakukan oleh siswa setelah melakukan berbagai kegiatan dalam

bentuk pengalaman belajar. Pertanyaan-pertanyaan refleksi ini

menjadi bukti bahwa proses pembelajaran berlangsung penuh makna

dan memberi pengalaman untuk memantapkan kompetensi sesuai

yang ditegaskan dalam SK dan KD.

Menurut Mc Keachie dalam Martinis Yamin (2007: 77), keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran dapat mendorong dan mengembangkan

bakat yang dimilikinya, berpikir kritis dan dapat memecahkan

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu

guru dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis sehingga

merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan siswa harus

(27)

diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada siswa akan tetapi guru harus

mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar

(Martinis Yamin, 2007: 78).

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar adalah kegiatan atau perilaku siswa yang terjadi selama poses

belajar mengajar. Aktivitas belajar siswa dapat mendorong dan

mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berpikir kritis sehingga

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Kriteria aktivitas dalam Pembelajaran

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman,

2001:32). Aktivitas dapat bersifat fisik maupun mental. Menurut Sardiman

(2003:48) aktivitas siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

a. Visual Activties, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan

interpretasi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,

(28)

d. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: mengambar, membuat grafik, peta,

diagram.

f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,

berkebun dan berternak.

g. Mental activitie, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengigat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil

keputusan.

h. Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang dan gugup.

Klasifikasi aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Sardiman

didukung oleh Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan

Cucu suhana (2010:24) menyatakan bahwa aktivitas belajar kemudian

dapat dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat

gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan

mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu

(29)

pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara

diskusi dan interupsi

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu

mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau

diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita,

menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat

outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu

menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan

percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat

model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan

mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat

hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat,

membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diperoleh sebuah

kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa dapat dikategorikan dalam 8

indikator meliputi visual activities, oral activities, listening activities,

writting activities, drawing activities, motor activities, mental activities,

(30)

indikator yang akan diteliti sedangkan 2 indikator tidak diteliti yaitu

drawing activities dikarenakan menurut pendapat guru tingkat keaktifan

siswa dalam indikator tersebut telah tinggi setiap kali diminta

menggambar. Indikator lain yang tidak digunakan adalah motor activities

dikarenakan dalam pembelajaran IPS tidak memungkinkan untuk

melakukan percobaan.

B. Metode Time Token

1. Pengertian metode Time Token

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang

memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerjasama dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran ini juga disebut pembelajaran

gotong royong. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya sekadar

belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakan dengan pembagian kelompok yang dibentuk dengan

asalasalan. Dengan melaksanakan pembelajaran kooperatif secara benar

dan prosedural dapat menyebabkan pengelolaan kelas lebih efektif (Anita

Lie, 2004: 28-29).

Proses belajar mengajar dan kerjasama antara guru dengan siswa

mencapai sasaran dan tujuan belajar, ialah melalui cara atau metode, yang

pada hakikatnya ialah jalan mencapai sasaran dan tujuan

pendidikan-pengajaran. Jadi, alasan atau nalar guru memilih atau menetapkan suatu

metode dalam proses belajar mengajar (proses instruksional) ialah (Oemar

(31)

a. Metode ini sesuai dengan pokok bahasan, dalam makna lebih menjadi

mencapai sasaran dan tujuan instruksional.

b. Metode ini menjadi kegiatan siswa dalam belajar dan meningkatkan

prestasi atau semangat belajar.

c. Metode ini memperjelas dasar, kerangka, isi dan tujuan dari pokok

bahasan, sehingga pemahaman siswa semakin jelas.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Time Token.

Time Token merupakan tipe dari pendekatan struktural dari beberapa

metode pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa

dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Time Token

merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran cooperative

learning metode ini digunakan bilamana guru memiliki

kelompok-kelompok cooperative learning dengan beberapa orang mendominasi

pembicaraan dan beberapa orang pemalu dan tidak pernah mengatakan

apa-apa, Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan

lebih merata (Arends,2008:41). Time Token pada dasarnya merupakan

sebuah varian diskusi kelompok dimana ciri khasnya adalah setiap siswa

diberi kupon bicara ± 30 detik waktu berbicara. Apabila siswa telah

menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Dengan

demikian, metode ini menghendaki agar siswa yang masih memegang atau

mempunyai kupon untuk ikut berbicara dalam diskusi itu. Metode ini

(32)

baik untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam menyampaikan pendapat

selama kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Langkah-langkah pembelajaran metode Time Token

Langkah-langkah pembelajarannya Time Token menurut Miftahul

Huda, (2013: 240) adalah :

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar).

b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative

learning).

c. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik

per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang

digunakan.

d. Bila telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan.

Setiap tampil berbicara satu kupon, siswa dapat tampil lagi setelah

bergiliran dengan siswa lainnya.

e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang

masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

f. Demikian seterusnya.

Senada dengan pendapat Miftahul Huda, Agus Suprijono

(2011:133) juga mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Time

Token ) adalah :

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD

b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (Cooperative

(33)

c. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu lebih kurang

30 detik per kupon. Setiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu

yang digunakan.

d. Bila telah selesai berbicara, kupon yang dipegang siswa diserahkan

kepada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil

lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.

e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang

masih memegang kupon harus berbicara sampai semua kuponnya habis.

f. Demikian seterusnya.

Berdasarkan kedua pendapat maka dapat diambil garis besar

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Time Token

yaitu sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dipelajari

b. Guru mengkondisikan siswa untuk kegiatan diskusi

c. Siswa diberikan kupon dengan waktu berbicara kurang lebih 30 detik

per kupon. Tiap siswa diberikan 2 buah kupon masing-masing.

d. Bila siswa selesai berbicara kupon yang dipegang oleh siswa diserahkan

kepada guru satu kupon. Siswa boleh berbicara lagi setelah siswa lain

bergiliran berbicara.

e. Siswa yang telah habis kuponnya tidak diperbolehkan untuk berbicara

lagi. Siswa yang masih memiliki kupon harus berbicara sampai semua

kuponnya habis.

(34)

C. Kelebihan metode Time Token

Model pembelajaran Time Token ini mempunyai beberapa kelebihan

jika dibandingkan dengan model pemmbelajaran lainnya. Menurut Miftahul

Huda (2013:241) menyampaikan beberapa kelebihan model pembelajaran

Time Token Arends yaitu :

1. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi

2. Menghindarkan dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak

berbicara sama sekali

3. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)

5. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat

6. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan ,

berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap

kritik.

7. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain

8. Mengajak siswa mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi

9. Tidak memerlukan terlalu banyak media pembelajaran.

Menurut Agus Suprijono (2011:11) kelebihan metode pembelajaran

Time Token, yaitu:

1. Semua siswa aktif memberikan pendapat dalam kegiatan pembelajaran

2. Siswa terlatih untuk membaca buku terlebih dahulu

3. Dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat

(35)

4. Semua siswa mendapat waktu untuk berbicara yang sama sehingga tidak

akan terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi.

Dapat diambil kesimpulan bahwa metode Time Token memiliki

keunggulan dibandingkan dengan metode pembelajaran lain. Siswa menjadi

lebih inisiatif dan partisipatif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran tidak hanya didominasi oleh beberapa siswa saja dimana

metode ini dapat membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Siswa dapat dilatih dan menumbuhkan keberanian siswa untuk

mengungkapkan pendapatnya, dan juga mengajarkan siswa untuk menghargai

pendapat oranglain. Selain itu metode ini tidak memerlukan terlalu banyak

media pembelajaran.

D. Pembelajaran Metode Time Token dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar

Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode Time Token

dapat meningkatkan aktivitas belajar. Arends (2004:41) mengungkapkan

bahwa metode Time Token menjamin keterlibatan semua siswa dan

merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan keaktifan siswa

selama kegiatan belajar mengajar di kelas, Time Token dapat membantu

mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata. Pernyataan Arends

didukung oleh Suyatno (2009:76) yang mengemukakan model pembelajaran

kooperatif time token dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan

keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam

(36)

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode Time Token dapat

menjadikan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dikelas,

metode ini membantu mendistribusikan partisipasi siswa yang lebih merata

sehingga tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan atau diam sama

sekali.

E. Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru

terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu

mengajar. Knowles menjelaskan bahwa pembelajaran adalah cara

pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

sementara itu Slavin menjelaskan pembelajaran didefinisikan sebagai

perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta didik untuk

merubah tingkah laku individu untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajran (instructional objective) adalah perilaku hasil

belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik

(37)

berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional.

Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan

perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta

didik sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981)

mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik

yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk

tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD/MI

Ilmu Pengetahuan Sosial yang seing disingkat dengan IPS adalah

merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial

dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah

dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada

peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah (Ahmad Susanto,

2013:136). Luasnya kajian IPS dasar dan keterampilan sebagai

semencakup sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik.

Menurut Zuraik dalam Agus Santoso (2008:136), hakikat IPS

adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik

dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial

yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya

diciptakan nilai-nila. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan

pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai pelatihan bagi siswa sebagai

(38)

memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada

pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan

kecakapan-kecakapan siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial

kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan

sosial siswa di masyarakat.

Jadi, hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran

yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada dii lingkungan siswa,

sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat

melahirkan warga negara yang baik dan bertanggungjawab terhadap

bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya

peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia,

sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengmbangkan

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Sayangnya,

kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan bahwa

pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa

dibandingkan pendidikan IPA dan matematika yang mengkaji bidang

pengembangan dalam sains dan teknologi.

Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa

IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang

didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi,

sosiologi, dan tata negara. Menurut Banks (Ahmad Susanto,2013:141),

pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies, merupakan bagian dari

(39)

siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap,

dan nilai-nilai dalam ranga partisipasi di dalam masyarakat, negara, dan

bahkan dunia. Banks menekankan begitu pentingnya pendidikan IPS

diterapkan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai ke

perguruan tinggi, terutama di sekolah dasar dan menengah.

Definisi yang hampir sama dengan yang diberikan oleh Bnaks

adalah definisi IPS menurut Jarolimek (Ahmad Susanto, 2013:141) yang

menyatakan bahwa pada dasaarnya pendidikan IPS berhubungan erat

dengan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang

memungkinkan siswa berperan serta dalam kelompok masyarakat dimana

ia tinggal. Sedangkan menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh

(1998:1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang

memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun

melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan

kebermaknaannya bagi siswa bagi siswa dan kehidupannya. Ilmu

Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS merupakan sebuah

mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan

ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya. Mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang diberikan mulai

dari jenjang Sekolah dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang mengkaji seperangkat fakta,

(40)

Pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek

“pendidikan” daripada transfer “konsep”, karena dalam pembelajaran

pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap

sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral dan

keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan

demikian, pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek

kependidikan.

Pada intinya, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program

pendidikan pada tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan

menengah atas yang mengkaji tentang manusia dan dunia sekelilingnya.

Tujuan pembelajaran IPS dapat diberikan kesimpulan bahwa tujan

pembelajaran IPS adalah mendidik memberikan bekal kepada siswa untuk

dapat mengembangkan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya.

Melalui IPS siswa diajarkan untuk mengenal, memecahkan masalah dan

memiliki keterampilan di dalam kehidupan sosialnya. Pembelajaran IPS di

SD dapat dilakukan dengan misalnya melakukan diskusi dengan

pembelajaran berbentuk kelompok.salah satu model pembelajaran

kelompok adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning

F. Karakteristik Peserta didik Aktif

Seorang siswa sudah melalui proses belajar aktif jika ia mampu

menunjukkan keterampilan berpikir kompleks, memroses informasi,

(41)

efektif (Marzano dkk., 1994) dalam Pannen dan Sekarwinahyu (1997, 6-14

s.d. 6-17)). Setiap jenjang keterampilan tersebut, mempunyai

indikator-indikator secara khusus sebagai berikut.

1. Berpikir Kompleks (Complex Thinking)

2. Memroses informasi (Information Processing)

3. Berkomunikasi Efektif (Effective Communication)

4. Bekerja sama (Cooperation/Collaboration)

5. Berdaya nalar efektif (Effective Habits of Mind)

6. Berpikir Kritis (Critical Thinking)

7. Berfikir Kreatif (Creative Thinking)

Menurut Djamarah (2010:81) Ketidaksamaan keaktifan anak didik

itu melahirkan kadar keaktifan belajar yang bergerak dari keaktifan belajar

yang rendah sampai pada keaktifan belajar yang tinggi. Raka joni dalam

Djamarah (2010:81) merumuskan kadar keaktifan belajar sebagai berikut:

Tabel 1. Kadar Keaktifan Belajar

Tingkat I (Rendah) Tingkat II (Sedang) Tingkat III (Tinggi)

(42)

Keaktifan belajar siswa dikatakan rendah apabila melakukan

keaktifan belajar yang sederhana hanya menggunakan panca indranya saja,

keaktifan belajar dikatakan sedang apabila siswa melewati proses

meramalkan sampai menerapkan dalam tingkah laku hidupnya, sedangkan

siswa dikatakan beraktifitas belajar tinggi bila siswa mampu berpikir tingkat

tinggi sesuai dengan yang ada di dalam tabel di atas. Jadi, derajat keaktifan

belajar tergantung dari sederhana, sedang atau rumitkah keaktifan belajar

yang dilakukan oleh siswa. Jadi derajat keaktifan belajar memiliki tiga

tingkatan, tingkatan pertama derajat keaktifan belajar rendah, kedua derajat

keaktifan belajar sedang dan ketiga yaitu derajat keaktifan belajar tinggi.

Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses

pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama,

interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive

interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat

diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua,

setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar

harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat

individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat

berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga

akan memupuk social skills. Senada dengan Pannen dan Sekarwinahyu,

Sanjaya mengemukakan bahwa keaktivan siswa itu ada yang secara langsung

dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati. Keaktivan yang secara

(43)

sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya,

sedangkan yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan

menyimak (2007:141).

Keaktifan belajar dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Meliputi keaktifan dalam memperhatikan penjelasan guru,

tidak mengerjakan pekerjaan lain, spontan bekerja apabila diberi tugas, tidak

terpengaruh situasi di luar kelas. Interaksi siswa dengan guru meliputi

keaktifan bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, memanfaatkan

guru sebagai narasumber dan memanfaatkan guru sebagai fasilitator.

G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar pembelajaran ilmu

pengetahuan sosial melalui metode Time Token Arends pada siswa SD

Negeri Tegalpanggung ini mengacu pada skripsi yang berjudul Upaya

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Time Token

Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem Sleman, skripsi tersebut ditulis oleh

Diyah Umamah yang merupakan mahasiswa S1 Universitas Negeri

Yogyakarta Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Dalam skripsi yang ditulis oleh Diyah Umamah dinyatakan bahwa

penggunaan metode Time Token Arends dapat meningkatkan keaktifan siswa

kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem , hal itu dibuktikan dengan meningkatnya

(44)

sedangkan pada siklus II meningkat 72,96% siswa, dan pada siklus III

meningkat menjadi 74,07%.

Pada tindakan siklus I, jumlah siswa yang mencapai nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran IPS tersebut hanya 13,89 %

siswa yang mampu mencapai nilai 75. Sedangkan pada siklus II dengan

indikator tersebut di atas 51,42% siswa yang mampu mencapai nilai 75 sesuai

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus III dengan indikator

yang sama 72,22%.

Penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini hampir

menyerupai penelitian yang telah dijelaskan diatas akan tetapi terdapat

beberapa perbedaan antara lain dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti

adalah aktifitas belajar bukan keaktifan dan hasil belajar seperti yang terdapat

dalam penelitian diatas, selain itu subjek penelitiannya juga berbeda

penelitian ini mencoba menerapkan metode Time Token pada anak sekolah

dasar kelas 5 sedangkan pada penelitian diatas subjek yang dijadikan

penelitian merupakan siswa tingkat SMP.

H. Kerangka Berpikir

Aktivitas belajar merupakan salah satu faktor pendukung dari

keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, dimana siswa ikut terlibat aktif

dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya diam dan pasif selama proses

pembelajaran berlangsung. Hal tersbut yang tidak ditemukan pada kelas 5 B

SD Negeri Tegalpanggung saat pembelajaran IPS berlangsung. Selama

(45)

dengan pendominasian guru dan kebanyakan siswa hanya diam dan pasif.

Kegiatan pembelajaran menjadi hanya satu arah saja dimana pondominasian

guru masih sangat kental selama proses pembelajaran. Berdasarkan hasil

observasi juga ditemukan bahwa aktifitas belajar siswa kelas 5 B SD Negeri

Tegalpanggung masih rendah hal tersebut terlihat dari kegiatan selama proses

belajar mengajar terjadi.

Metode pembelajaran Time Token akan memberikan suasana

positif karena bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan pendapatnya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam kegiatan pembelajaran yang

menyenangkan tersebut, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan

berpikir. Pembelajaran Time Token juga akan memberikan saling bergantung

yang positif antar siswa karena setiap siswa diajak berpikir untuk bagaimana

menyelesaikan masalah yang dihadapkan kepada siswa.

Pembelajaran dengan metode Time Token memberikan kesempatan

siswa untuk lebih aktif berbicara dalam proses pembelajaran baik menjawab

pertanyaan ataupun memberi tanggapan dan pendapat. Siswa yang aktif pada

proses pembelajaran tidak hanya mengetahui materi akan tetapi dapat

memahami materi secara mendalam materi yang dipelajari. Pemahaman siswa

akan materi secara mendalam adalah sebagai akibat dari aktifitas belajar

siswa. Hal tersebut akan meningkatkan aktivitas belajar siswa yang

(46)

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

I. Definini Operasional

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan

yang akan dibahas dalam peneltian ini, maka perlu disampaikan definisi

operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama

proses belajar mengajar. Aktifitas belajar siswa meliputi 8 aspek yaitu

adalah Visual Activities yang termasuk didalamnya adalah membaca,

memperhatikan; Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan,,

mengutarakan pendapat; Listening Activities meliputi mendengarkan;

Writing Activities meliputi menulis, membuat karangan, membuat

laporan; Drawing Activities meliputi menggambar, membuat grafik;

Motor Activitie yang termasuk didalamnya antara lain melakukan

percobaan, membuat konstruksi; Mental Activities meliputi menanggapi,

Kondisi Sebelum Tindakan Kondisi Setelah

(47)

mengingat, menganalisis; Emotional Activities meliputi menaruh minat,

merasa bosan, gembira, bersemangat.

2. Model Time Token Arends

Model Pembelajaran Time Token Arends ini akan melibatkan seluruh

peserta didik tidak memandang usia dan juga jenis kelamin. Pada awal

pembelajaran guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai oleh siswa pada pembelajaran hari ini sehingga guru dan siswa

sudah menyepakati tema yang akan dibicarakan pada hari ini. Kemudian

guru akan mengkondisikan siswa dalam keadaan siap untuk mengadakan

diskusi kelas, setelah siswa siap mengadakan diskusi kemudian guru

membagikan 2 potongan kertas kepada setiap siswa hingga semua siswa

mendapatkan kupon berjumlah 2 buah. Setiap kupon berfungsi sebagai

alat tukar untuk menukar waktu berbicara yang setiap kupon memiliki

waktu untuk berbicara selama ±30 detik dan tidak boleh melebihi dari

waktu yang ditentukan. Setiap siswa yang telah berbicara wajib

memberikan kuponnya kepada guru. Setiap siswa boleh berbicara lagi

setelah teman yang lain telah berbicara sehingga tidak menimbulkan

dominasi salah satu siswa. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh

berbicara lagi dan juga siswa yang masih memegang kupon harus

berbicara sampai semua kupon yang dimiliki habis.

J. Hipotesis

Berdasar kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut,

(48)

menggunakan model Time Token Arends dapat meningkatkan aktifitas belajar

pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V B SD Negeri

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Ciri utama dari penelitian tindakan kelas adalah

memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan, khususnya dalam

pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian

tindakan kolaboratif, penelitian tindakan kolaboratif merupakan upaya

bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang

diinginkan. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat

dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru.

Dalam hal ini guru bertindak sebagai pelaksana tindakan (pengajar) dan

peneliti bertindak sebagai observer serta perancang tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada

siswa kelas 5 B SD Tegalpanggung yaitu kepasifan siswa dan aktivitas

belajar siswa yang rendah. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan

tersebut dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom

action research), dengan judul Meningkatkan Aktivitas belajar

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Time Token pada

Siswa kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung, Yogyakarta.

2. Model Penelitian

(50)

Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan

lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan

yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana

dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup

sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan

(plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect).

Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan

penelitian tercapai.

Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun,

dan dari segi definisi mengarah pada tindakan. Rencana bersifat fleksibel

karena tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan.

Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif.

Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara

sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan

bijaksana serta mengandung inovasi. Implementasi tindakan ini mengacu

pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tujuannya, agar

pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.

Pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh

tindakan terkait bersama prosesnya. pengamatan yang cermat diperlukan

karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realitas dan semua

kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu.

Pengamatan direncanakan terlebih dahulu sehingga akan ada dasar

(51)

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu

tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam pengamatan. Refleksi

berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata

dalam tindakan strategik.

Empat tahap pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut

secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan berikut (Arikunto, 2007:

16)

Gambar 2. Tahap pokok penelitian tindakan kelas

Berikut penjelasan dari masing-masing tahap dalam penelitian ini:

a. Perencanaan

Pada tahap ini dimulai dari penemuan masalah terlebih dahulu,

yang selanjutnya peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan. Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Pengamatan SIKLUS II Perencanaan

Refleksi Tindakan

Tindakan

(52)

Penjelasan secara rinci terkait langkah-langkah pada tahap ini adalah

sebagai berikut.

1) Menemukan permasalahan yang terdapat di lapangan, yaitu:

a) Pada tahap ini, sebelumnya peneliti melakukan observasi awal

dan diskusi terlebih dahulu dengan guru kelas untuk

mengetahui permasalahan apa yang terdapat dalam proses

pembelajaran. Dan dapat disimpulkan permasalahan yang

terdapat di lapangan pada penelitian ini adalah masih

rendahnya aktivitas belajar pada pembelaran Ilmu Pengetahuan

Sosial.

b) Selanjutnya bersama dengan guru kelas, peneliti mencoba

menganalisa terkait dengan masalah pembelajaran tersebut,

yaitu dengan menganalisa aktivitas belajar siswa saat proses

pembelajaran.

c) Berdasarkan hasil analisa aktivitas belajar siswa, maka akan

dapat diketahui kegiatan pembelajaran hanya didominasi

beberapa orang siswa siswa saja dan banyak siswa yang

terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran sehingga

pembelajaran perlu ditindaklanjuti melalui penerapan model

pembelajaran time token yang berbeda dari pembelajaran

(53)

2) Merancang tindakan yang akan dilakukan.

Setelah permasalahan yang terjadi dapat diketahui

dengan jelas, selanjutnya peneliti bersama guru menyusun

rencana mengenai tindakan apa yang sebaiknya akan dilakukan

untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar

matematika siswa sebagai solusi dari permasalahan yang ada.

a) Peneliti terlebih dahulu menentukan alternatif tindakan yang

akan dilakukan agar dapat mengatasi masalah yang terdapat

pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Solusi yang

akan diberikan yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran time token.

b) Melakukan kegiatan pra siklus yaitu memberikan soal pre-tes

kepada siswa terkait materi yang telah disampaikan oleh

guru. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) terkait langkah-langkah pembelajaran time token pada

siklus I.

c) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting), dan Observasi

1) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran melalui

model pembelajaran time token . Guru yang melaksanakan

pembelajaran adalah guru kelas 5 B. Selama pembelajaran

(54)

Sementara itu peneliti mengamati aktivitas saat pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya.

2) Observasi

Observasi dilakukan pada saat tindakan sedang dilaksanakan.

Observer melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan

dengan mengisi kolom-kolom pada lembar observasi sesuai dengan

petunjuk pengisian. Observer menggunakan lembar observasi yang

telah dipersiapkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada saat proses pembelajaran sehingga akan dapat

diperbaiki pada siklus berikutnya.

c. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data

yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar

observasi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui

kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran dan kemudian

memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan yang

terdapat pada hasil observasi. Hasil observasi tersebut dianalisis

penyebab kekurangannya yang kemudian menentukan

langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 B SD Negeri

(55)

siswa kelas 5 B sebagai subjek penelitian ini karena aktivitas belajar siswa

kelas 5 B SD Negeri Tegalpanggung Yogyakarta masih didominasi oleh

beberapa siswa. Adapun objek dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa

khususnya dalam hal aktivitas belajar siswa kelas 5 B SD Negeri

Tegalpanggung, Yogyakarta.

C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kelas 5 B SD Negeri Sindurejan

Tahun Ajaran 2015/2016 yang beralamat di Jalan Tegalpanggung no.41,

Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta. SD

Negeri Tegalpanggung mempunyai beberapa fasilitas, antara lain yaitu

ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tamu, ruang kelas untuk kegiatan

proses pembelajaran, perpustakaan, UKS, laboratorium komputer, koperasi

sekolah, ruang alat olahraga, kamar mandi, kantin, halaman parkir guru

dan siswa. SD Negeri Tegalpanggung dipimpin oleh seorang kepala

sekolah, beliau bernama Ibu Purwati Handayani. Jumlah guru di sekolah

ini berjumlah 17 orang yang terdiri dari 12 orang guru kelas, 2 orang guru

agama Islam, 1 orang guru agama Katolik, 1 orang guru olah raga, 1 orang

guru komputer. Selain itu, juga terdapat 2 karyawan tenaga administrasi

dan 1 tenaga perpustakaan dan seorang penjaga sekolah.

Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas 5 B dengan jumlah

keseluruhan siswa yaitu 22 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 10

(56)

dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas 5 B

sebagai pelaksana tindakan dengan tujuan untuk meningkatan aktivitas

belajar siswa pada pembelajaran IPS dan demi kemajuan sekolah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan pada semester II tahun ajaran

2015/2016, yaitu pada bulan Maret sampai dengan April 2016. Waktu

penelitian disesuaikan dengan jadwal Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas 5

B.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus karena

ketika siklus I kurang maksimal maka dapat diperbaiki dalam pembelajaran

siklus II. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci mengenai prosedur

penelitian dalam penelitian ini:

1. Pratindakan (Pra Siklus)

Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator dalam hal ini guru,

menetapkan alternatif tindakan dalam upaya peningkatan keaktifan siswa

khususnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial. Pertama mahasiswa peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk

mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran

IPS di dalam kelas 5 B. Hal-hal yang didiskusikan masalah yang dirasakan

oleh guru ketika kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Dari hasil diskusi, didapat kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan

(57)

Siswa yang lain yang berada didalam kelas hanya berdiam diri dan tidan

banyak aktif terlibat dalam kegiatan diskusi kelas yang dilakukan oleh

guru. Selain berdiskusi, mahasiswa peneliti juga mengadakan preteaching

untuk mengetahui keadaan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Setelah

mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan kektifan berbicara siswa saat

pembelajaran, guru dan mahasiswa peneliti merancang skenario

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time

token yang dianggap paling tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar

siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Agar implementasi tindakan sesuai dengan yang diinginkan, guru

dan peneliti juga mempersiapkan materi dan sarana pendukung

pelaksanaan pembelajaran. Sarana pendukung yang dipakai adalah

penyusunan tempat duduk dan potongan kupon.

2. Siklus I

a. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti hanya sebagai

pengamat dan guru sebagai pelaksana tindakan. Pada tahap ini, ada

beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain:

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media, alat dan bahan yang sesuai dengan materi.

(58)

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini guru berperan sebagai

pelaksana tindakan sedangkan peneliti hanya berperan sebagai

pengamat. Secara garis besar pelaksanaan tindakan dilakukan sebagai

berikut. Pada awal pembelajaran guru memberikan sedikit penjelasan

mengenai materi yang akan dipelajari oleh siswa pada hari ini,

kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan diskusi

yang mana diskusi ini dikolaborasikan dengan model pembelajaran

time token pada kegiatan diskusi.

Guru menjelaskan tentang tata cara melaksanakan kegiatan

diskusi yang dikolaborasikan dengan model time token. Guru

kemudian memberikan contoh pelaksanaan kegiatan agar siswa merasa

lebih paham dengan peraturan diskusi kali ini dan tidak menimbulkan

kesalahan presepsi mengenai peraturan diskusi. Kemudian siswa diajak

melaksanakan kegiatan diskusi pembelajaran yang dikolaborasikan

dengan model time token.

c. Observasi

Saat pembelajaran IPS berlangsung dengan model pembelajaran

time token, mahasiswa peneliti mengamati kegiatan pembelajaran

dengan mengamati dengan seksama aktivitas belajar siswa, suasana

pembelajaran, perilaku siswa dan reaksi siswa terhadap penggunaan

Gambar

Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Tabel 4. Kisi-kisi wawancara
Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
+4

Referensi

Dokumen terkait

MODEL PELATIHAN ASESMEN MEMBACA PERMULAAN BAGI GURU DI SEKOLAH DASAR KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

mempermudah pembaca memahami tulisan ini, maka skripsi ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu: halaman judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi,

Contoh yang paling baik untuk menggambarkan biaya variabel dalam usaha sapi perah adalah

Skripsi ini penulis susun guna memenuhi persyaratan akhir yang diperlukan pada Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Teknik Informatika untuk memperoleh

Seberapa sering Anda menyediakan waktu cadangan di luar jam lembur untuk hal- hal yang tidak terduga dalam melakukan audit.. Pertanyaan berikut berhubungan dengan

Jadi sikap penonton yang dimaksud peneliti disini adalah perasaan mendukung atau tidak mendukung siswi SMA Santa Maria Yogyakarta terhadap berita Reportase Investigasi

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmad, taufiq, hidayah serta inayahNya yang telah dilimpahkan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan ditetapkan