• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik batin tokoh Sasana dan Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester 1 : suatu tinjauan psikologi sastra.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik batin tokoh Sasana dan Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester 1 : suatu tinjauan psikologi sastra."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Yunisa, Anne Septi. 2015. Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam novel PasungJiwa karya Okky Madasari. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membaca sekaligus menandai setiap kalimat yang mengandung konflik batin yang dialami kedua tokoh utama, lalu menuliskannya pada kartu data. Peneliti menganalisis data dengan mengamati dengan teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.

Dalam novel initerdapat 2 tokohutama, yaitu Sasana dan Jaka serta 7 tokoh tambahan, yaitu Ibu, Ayah, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, dan Kalina. Peristiwa terjadi ketika Sasana kecil antara tahun 1993 sampai 1999 di daerah Jakarta, Malang, Sidoarjo, danBatam. Latar social menggambarkan sikap masyarakat yang masih susah menerima adanya transgender di lingkungan mereka, pelecehan seksual, adanya organisasi massa yang meresahkan warga, buruh yang diperlakukan tidak adil, aborsi, dan budaya dangdut. Alur yang digunakan adalah alur kronologis atau alur maju.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa konflik batin tokoh Sasana dan Jaka adalah timbulnya perasaan takut, tidak percaya diri, emosional, frustasi, dan sedih yang disebabkan dari tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi pada Sasana maupun Jaka. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus yang meng-hubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester 1.

(2)

ABSTRACT

Yunisa, Anne Septi. 2015. Jaka and Sasana’s Intrapersonal Conflicts Portrayed in OkkyMadasari’sPasungJiwa and Its Relevance to Literature Learning in Senior High School Grade XII Semester I (A Psychological Approach Literature Research). Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, UniversitasSanata Dharma.

This research aimed to describe intrapersonal conflicts faced by the two main characters in OkkyMadasari’s novel entitled PasungJiwa. The researcher collected the data by reading and examining every sentence which contains intrapersonal conflicts experienced by both of main characters then wrote the data on data card. The researcher analyzed the data by examining carefully every sentence which contains intrapersonal conflicts.

There are two main characters in the novel, they are Jaka and Sasana. The seven additional characters in the novel are Mother, Father, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, and Kalina. The story took places in Batam, Malang, Sidoarjo, and Jakarta in year 1993-1998 when Sasana was a child. The social background of the story is a society which is intolerant with transgender issue, a sexual abuse atmosphere, a society frightening mass organisation, unfair treatment to working class, abortion, and dangdut culture. The plot of the story is chronological plot.

From psychological approach analysis, it can be concluded that Jaka and Sasana’s intrapersonal conflicts are anxieties, inferiority, emotional characteristics, frustrations, and deep sadness. Their intrapersonal conflicts are the consequences of their unfulfilled physiological needs, needs to feel safe, needs to posses and love, need to be respected, and needs of self actualization.bBased on analysis result, the researcher developed a syllabus that connected the intrapersonal conflicts with the literature learning in Senior High School grade XII semester I and put it into the basic competence and core competence in the learning design.

(3)

i

KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA

DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XII SEMESTER 1 (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Anne Septi Yunisa 101224015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dan melindungi saya

Kedua orang tua saya Bapak Wijaya dan Ibu Siwi yang selalu mendoakan,

memberikan semangat, dan mendukung saya dalam pembuatan skripsi.

(7)

v

MOTO

PEMENANG

bukanlah mereka yang tidak pernah

KALAH

tetapi mereka yang tidak pernah

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Mei 2015

Saya yang menyatakan,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anne Septi Yunisa

Nomor Mahasiswa : 101224015

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA

DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII SEMESTER 1

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,

dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 Mei 2015

Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

Yunisa, Anne Septi.2015. Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membaca sekaligus menandai setiap kalimat yang mengandung konflik batin yang dialami kedua tokoh utama, lalu menuliskannya pada kartu data. Peneliti menganalisis data dengan mengamati dengan teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.

Dalam novel ini terdapat 2 tokoh utama, yaitu Sasana dan Jaka serta 7 tokoh tambahan, yaitu Ibu, Ayah, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, dan Kalina. Peristiwa terjadi ketika Sasana kecil antara tahun 1993 sampai 1999 di daerah Jakarta, Malang, Sidoarjo, dan Batam. Latar sosial menggambarkan sikap masyarakat yang masih susah menerima adanya transgender di lingkungan mereka, pelecehan seksual, adanya organisasi massa yang meresahkan warga, buruh yang diperlakukan tidak adil, aborsi, dan budaya dangdut. Alur yang digunakan adalah alur kronologis atau alur maju.

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa konflik batin tokoh Sasana dan Jaka adalah timbulnya perasaan takut, tidak percaya diri, emosional, frustasi, dan sedih yang disebabkan dari tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi pada Sasana maupun Jaka. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus yang meng-hubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester 1.

(11)

ix

ABSTRACT

Yunisa, Anne Septi. 2015. Jaka and Sasana’s Intrapersonal Conflicts Portrayed in Okky Madasari’s Pasung Jiwa and Its Relevance to Literature

Learning in Senior High School Grade XII Semester I (A Psychological Approach Literature Research). Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

This research aimed to describe intrapersonal conflicts faced by the two main characters in Okky Madasari’s novel entitled Pasung Jiwa. The researcher collected the data by reading and examining every sentence which contains intrapersonal conflicts experienced by both of main characters then wrote the data on data card. The researcher analyzed the data by examining carefully every sentence which contains intrapersonal conflicts.

There are two main characters in the novel, they are Jaka and Sasana. The seven additional characters in the novel are Mother, Father, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, and Kalina. The story took places in Batam, Malang, Sidoarjo, and Jakarta in year 1993-1998 when Sasana was a child. The social background of the story is a society which is intolerant with transgender issue, a sexual abuse atmosphere, a society frightening mass organisation, unfair treatment to working class, abortion, and dangdut culture. The plot of the story is chronological plot.

From psychological approach analysis, it can be concluded that Jaka and Sasana’s intrapersonal conflicts are anxieties, inferiority, emotional characteristics, frustrations, and deep sadness. Their intrapersonal conflicts are the consequences of their unfulfilled physiological needs, needs to feel safe, needs to posses and love, need to be respected, and needs of self actualization.bBased on analysis result, the researcher developed a syllabus that connected the intrapersonal conflicts with the literature learning in Senior High School grade XII semester I and put it into the basic competence and core competence in the learning design.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

berkat rahmat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di

SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)” diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Berkat doa, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi

ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PBSI

yang selalu memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing pertama yang

dengan sabar dan teliti memberikan pengarahan dalam penyusunan

skjripsi ini.

3. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing kedua yang dengan

teliti membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Semua dosen PBSI yang telah membantu peneliti dalam belajar di

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Robertus Marsidiq yang telah membantu kelancaran penulis dalam

mengurus segala keperluan yang digunakan untuk keperluan skripsi.

6. Kedua orangtua, Ignatius Wijaya Hadi dan Fransiska Marti Sasiwi

yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada peneliti.

7. Kakak dan adik peneliti, Leo Agung Bayu Wijanarko yang selalu

memberikan semangat serta Agnes Titah Miranti yang selalu

(13)

xi

8. Sahabat-sahabat, Cicilia Ingga Kusuma dan Silviana Yudi Apsari yang

selalu membagikan tawa dan candanya untuk peneliti agar lebih

bersemangat lagi untuk mengerjakan skripsi.

9. Simbah putri yang selalu menginspirasi peneliti untuk tidak pernah

putus asa dengan apa yang sedang peneliti perjuangkan, yaitu skripsi.

10.Seluruh teman seperjuangan PBSI 2010 yang selalu memberi

dukungan.

11.Semua pihak yang telah membantu dan tidak disebutkan satu persatu

pada kesempatan ini.

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini memberi manfaat bagi

pembelajaran sastra.

Yogyakarta, 21 Mei 2015

Peneliti,

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... . ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... iv

MOTO .. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….. ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS . ... vii

ABSTRAK .. ... viii

ABSTRACT …. ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Istilah ... 5

1.6 Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian yang Relevan ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Hakikat Novel ……… 10

2.2.2 Struktur Karya Sastra ……… 11

2.2.2.1 Tokoh dan Penokohan ... 12

2.2.2.2 Latar ... 14

2.2.2.3 Alur ... 15

(15)

xiii

2.2.4 Psikologi Abraham Maslow ... 18

2.2.5 Konflik… ... 21

2.2.6 Konflik Batin ... 22

2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA ... 23

2.2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .... 25

2.2.9 Silabus ... 26

2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 30

3.2 Sumber Data ... 31

3.3 Instrumen Penelitian ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Deskripsi Data ... 33

4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan ... 34

4.2.1 Tokoh Utama ... 34

4.2.2 Tokoh Tambahan ... 46

4.3 Analisis Latar ... 57

4.3.1 Latar Tempat ... 57

4.3.2 Latar Waktu ... 65

4.3.3 Latar Sosial ... 72

4.4 Analisis Alur ... 78

4.4.1 Paparan ... 78

4.4.2 Rangsangan ... 79

4.4.3 Gawatan ... 80

4.4.4 Tikaian ... 82

4.4.5 Rumitan ... 83

(16)

xiv

4.4.7 Leraian ... 85

4.4.8 Selesaian ... 86

4.5 Analisis Konflik Batin Menggunakan Teori Psikologi Abraham Maslow ... 86

4.5.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisiologis ... 86

4.5.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman 88

4.5.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan ... 92

4.5.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Penghargaan ... 94

4.5.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ... 96

4.6 Konflik Batin Aibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Tokoh Sasana ... 98

4.7 Konflik Batin Aibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Tokoh Jaka ... 101

4.7.1 Rasa Takut ... 101

4.7.2 Tidak Percaya Diri ... 102

4.7.3 Frustasi ... 102

4.7.4 Emosional ... 103

4.8 Relevansi Hasil Analisis Konflik Batin Dua Tokoh Utama dalam Pembelajaran Sastra di SMA kelas XII semester 1 . 103 4.8.1 Aspek Bahasa ... 104

4.8.2 Aspek Perkembangan Psikologis Siswa ... 105

4.8.3 Aspek Latar Belakang Budaya ... 106

(17)

xv

4.10 RPP ... 107

4.11 Pembahasan ... 108

BAB V PENUTUP ... 110

5.1 Kesimpulan ... 110

5.2 Implikasi ... 112

5.3 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

DAFTAR LAMPIRAN ... 115

LAMPIRAN SILABUS ... 116

LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 119

LAMPIRAN LEMBAR SOAL ... 126

LAMPIRAN PENILAIAN ... 133

LAMPIRAN MATERI ... 138

LAMPIRAN PENGGALAN NOVEL ... 141

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu

lainnya. Namun, manusia tetaplah makhluk sosial. Setiap pertemuan antarmanusia

seringkali menimbulkan konflik, baik antarindividu maupun antarkelompok.

Peristiwa atau kejadian seperti itu pun telah banyak yang diangkat menjadi sebuah

karya sastra. Menurut Faruk, karya sastra sendiri adalah objek manusiawi, fakta

kemanusiaan, atau fakta kultural sebab merupakan hasil ciptaan manusia.

Meskipun demikian, karya itu mempunyai eksistensi yang khas yang

membedakannya dari fakta kemanusiaan lainnya seperti sistem sosial dan sistem

ekonomi dan yang menyamakannya dengan sistem seni rupa, seni suara, dan

sebagainya (Faruk, 2012: 77).

Karya sastra khususnya novel selalu menampilkan tokoh yang memiliki

karakter sehingga novel juga menggambarkan kejiwaan manusia walaupun

gambaran tokohnya hanyalah fiksi. Dengan kenyataan itu, karya sastra terlibat

dalam aspek kehidupan manusia termasuk ilmu jiwa atau psikologi. Penelitian

yang menggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk

pemahaman karya sastra dari sisi psikologi karena setiap tokoh dalam karya sastra

(19)

Seperti yang dikatakan oleh Rahmanto (1988: 15), apabila karya-karya

sastra tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan masalah-masalah dunia nyata,

pembelajaran sastra sudah tidak ada gunanya. Namun, jika sastra itu dapat

ditunjukkan mempunyai relevansi dengan masalah dunia nyata, pembelajaran

sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting. Untuk itulah secara khusus

peneliti melakukan penelitian terhadap konflik batin tokoh utama dalam novel

agar pesan-pesan moral yang terkandung dalam ceritanya dapat dijadikan panutan.

Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari yang merupakan novel

pemenang Khatulistiwa Literary Award 2012 sangat menarik untuk dibaca dan

dijadikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang menarik untuk

diteliti dari novel ini adalah konflik batin dua tokoh utama, yaitu Sasana dan Jaka

yang dihadirkan dalam pergulatan manusia mencari kebebasan dan melepaskan

diri dari segala kungkungan, dari kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan

tradisi dan keluarga, kungkungan norma dan agama, hingga dominasi ekonomi

dan belenggu kekuasaan.

Berdasarkan fenomena itu peneliti terdorong untuk menganalisis konflik

batin tokoh dari segi psikologi dalam mengahadapi realitas yang bertentangan

dengan hati nuraninya. Analisis ini didorong pula oleh adanya alasan bahwa

belum ada penelitian terhadap novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari, terutama

penelitian dari sudut psikologi. Persoalan-persoalan psikologi yang mendalam

dalam novel Pasung jiwa ini juga mendorong peneliti untuk menggunakan

(20)

Sebelum menganalisis persoalan yang dialami oleh tokoh utama, peneliti

akan terlebih dahulu menganalisis unsur intrinsik dalam novel Pasung Jiwa.

Menurut Sukada (1987: 47), analisis aspek intrinsik, yaitu analisis mengenai

unsur-unsur yang secara keseluruhan membangun struktur karya sastra.

Unsur-unsur itu terdiri dari insiden, perwatakan, plot, teknik cerita, komposisi cerita, dan

gaya bahasa. Penelitian ini hanya akan membahas empat unsur intrinsik, yaitu

alur, tokoh, penokohan, dan latar karena keempat unsur tersebut memiliki kaitan

dengan permasalahan psikologi tokoh utama.

Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai bahan

pembelajaran sastra di SMA. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra dan memperluas

kritik sastra.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dipecahkan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimanakah deskripsi unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur dalam

novel Pasung jiwa karya Okky Madasari ?

2. Bagaimanakah konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari ?

3. Bagaimanakah relevansi hasil analisis konflik batin dua tokoh utama dalam

novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan pembelajaran sastra di

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan tiga rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur dalam novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

2. Mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam

novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

3. Mendeskripsikan relevansi hasil analisis konflik batin dua tokoh utama

dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan pembelajaran sastra

di SMA kelas XII semester 1.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sastra,

bidang ilmu psikologi, dan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA.

1. Bagi peneliti sastra

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

dapat memberikan sumbangan dalam pemahaman mengenai karya sastra,

khususnya novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari..

2. Bagi bidang ilmu psikologi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai sikap dan perwatakan manusia yang secara langsung maupun

(22)

3. Bagi pembelajaran bahasa dan sastra di SMA

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan

pembelajaran sastra di SMA dan dapat memberikan informasi tentang novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini diberikan beberapa definisi istilah yang memudahkan

pembaca memahami penelitian ini yaitu sebagai berikut

a. Novel

Novel adalah proses rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh

dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.

(Sudjiman, 1990: 55)

b. Psikologi

Psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari

tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010: 3).

c. Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan

proses dan aktivitas kejiwaan (Minderop, 2010: 55).

d. Konflik

Konflik merupakan suatu hal yang bertentangan antarindividu atau suatu

(23)

e. Konflik Batin

Konflik batin adalah pertarungan individual yang terjadi dalam batin

manusia itu sendiri (Tjahjono, 1987: 113).

f. Tokoh

Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan

dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 165).

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab I, yaitu pendahuluan, yang berisi

latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi

landasan teori, yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab ini

memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III adalah

metodologi penelitian, yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian,

metode, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data, dan teknik

analisis data.

Bab IV berisi analisis unsur tokoh, penokohan, latar, alur dan hasil

pembahasan konflik batin tokoh Sasana dan Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya

Okky Madasari beserta relevansi hasil analisis konflik batin tokoh Sasana dan

Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dalam pembelajaran sastra

(24)

implikasi dari penelitian tersebut, dan saran terhadap penelitian yang akan

(25)

8

]BAB II LANDASAN TEORI

2.1Penelitian yang Relevan

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, peneliti menemukan tiga

penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Prabaningtyas

(2013), Bukit Shintawati (2010), dan Suryadi (2011). Berikut ini pemaparan

tentang tiga penelitian terdahulu tersebut.

Penelitian Prabaningtyas (2013) berjudul Konflik Batin Tokoh Setadewa

dalam Novel Burung-burung Manyar Karya YB. Mangunwijaya dan

implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi

Sastra). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, latar, karakteristik

tokoh dan konflik batin yang dialami oleh tokoh Setadewa, serta implementasinya

dalam pembelajaran sastra di SMA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan

cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak

terpenuhi dari Setadewa. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut

timbul rasa takut, tidak percaya diri, emosional, dan frustasi.

Penelitian Bukit Shintawati (2010) berjudul “Konflik Batin Tokoh Dimas

dalam Menghadapi Kemelut Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik

Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam Pembelajaran

Sastra SMA”. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan konflik batin yang

dialami oleh tokoh Dimas dalam menghadapi kemelut hidup, yaitu jatuh cinta

(26)

itu serta mendeskripsikan implementasi novel Pacarku Ibu Kosku karya Wiwik

Karyono sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa untuk menentukan sikap dalam

perbuatannya, Dimas tidak lepas dari konflik-konflik batin. Keteguhan Dimas

untuk mempertahankan super ego atau hati nuraninya beberapa kali harus

mengalami ujian, dan Dimas harus mengalami akibatnya yaitu kehilangan prinsip

hidup yang telah ia pertahankan.

Penelitian Suryadi (2011) berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam

Cerpen “Jaring Laba-laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dan

Implementasinya dalam pembelajaran di SMA Kelas XII”. Tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan apa saja konflik batin yang dialami tokoh utama dalam

cerpen “Jaring Laba-Laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dan bagaimana

konflik batin tersebut terjadi dan mendeskripsikan bagaimana implementasi

cerpen “Jaring Laba-Laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dalam pembelajaran

sastra di SMA kelas XII. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat konflik

batin yang dialami oleh tokoh utama. Konflik tersebut terjadi beberapa kali dan

merupakan akibat dari adanya pertentangan antara dua kekuatan yang berbeda

dalam diri tokoh utama. Penyebabnya adalah dorongan id begitu besar dan tidak

mampu diimbangi oleh ego.

Setelah meninjau hasil penelitian yang terdahulu dapat dikatakan bahwa

penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian yang sejenis. Penelitian konflik

batin dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra sudah pernah dilakukan.

(27)

bermanfaat untuk dikembangkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti dua

tokoh utama sekaligus, yaitu Sasana dan Jaka Wani dalam novel Pasung Jiwa

karya Okky Madasari. Dalam penelitian sebelumnya, belum ada peneliti terdahulu

yang meneliti dua tokoh utama sekaligus dalam penelitiannya Selain itu, novel

Pasung Jiwa karya Okky Madasari mengandung banyak pesan moral dan nilai

perjuangan yang bermanfaat untuk pembelajaran sastra di SMA.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Hakikat Novel

Novel adalah cerita yang mengisahkan bagian penting dari episode

kehidupan manusia (misalnya masa remajanya saja, masa tuanya saja, dan

sebagainya) dan diikuti perubahan nasib (Tjahjono, 1987: 159). Menurut (KBBI,

2008: 969) novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian

cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dan menonjolkan watak

dan sifat pelaku.

Rahmanto (1988: 70) mengatakan bahwa novel, seperti halnya bentuk

prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya

dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti Latar, Perwatakan,

Cerita, Teknik cerita, Bahasa, dan Tema

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan

cerita yang menyajikan tentang kehidupan manusia dan segala tingkah laku

manusia. Penceritaan di dalamnya biasanya menceritakan seputar kehidupan

(28)

yang kompleks dan dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita,

teknik cerita, bahasa, dan tema.

2.2.2 Struktur Karya Sastra

Teori struktural termasuk dalam pendekatan objektif, yaitu pendekatan

yang menganggap karya sastra sebagai “makhluk” yang berdiri sendiri,

menganggap bahwa karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya,

baik pembaca, bahkan pengarangya sendiri. Analisis struktural merupakan bagian

yang utama sebelum menerapkan analisis yang lain. Tanpa analisis struktural

kebulatan makna yang digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap

(Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 1).

Sejalan dengan teori di atas Wiyatmi (2006: 89) menyatakan bahwa dalam

penerapannya pendekatan struktural ini memahami karya sastra secara close

reading (membaca karya sastra secara tertutup tanpa melihat pengarangnya,

hubungannya dengan realitas, dan pembaca). Menurut Nurgiyantoro (2007: 37),

analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,

mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang

bersangkutan. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai struktur karya sastra di

atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktur sastra merupakan proses pertama

dalam analisis karya sastra yang harus dilakukan sebelum diterapkan analisis lain

agar terjadi kebulatan makna intrinsik dari karya sastra tersebut.

Unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2007: 23) adalah unsur-unsur yang

secara langsung membangun cerita. Unsur yang dimaksud terdiri atas peristiwa,

(29)

bahasa. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penelitian ini terbatas pada

tokoh dan penokohan, latar, dan alur karena unsur-unsur intrinsik tersebut yang

dibutuhkan peneliti untuk menganalisis konflik batin tokoh Sasana dan Jaka Wani

dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.

2.2.2.1Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:

165) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan. Selain itu, tokoh juga merupakan individu yang berkesan hidup,

memiliki ciri-ciri kejiwaan, dan ciri-ciri kemasyarakatan (Hariyanto, 2000: 34).

Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat

dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu berdasarkan tingkat pentingnya tokoh

dalam sebuah cerita, berdasarkan fungsi penampilan tokoh, dan berdasarkan

perwatakannya.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 176), berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam

sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi :

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam prosa

yang bersangkutan (Wahyuningtyas & Santosa, 2011: 3). Sayuti (dalam Wiyatmi,

2006: 31) mengungkapkan bahwa ada tiga cara untuk menentukan tokoh utama

atau sentral. Pertama, tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema.

(30)

memerlukan waktu penceritaan. Tokoh utama dalam sebuah novel mungkin saja

lebih dari seorang, meskipun kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan

mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya

terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.

b. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam

cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama

(Wahyunintyas & Santoso, 2011: 3).

Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan di atas, tidak akan begitu

saja hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan “sarana” yang memungkinkan

kehadirannya. Ada dua cara menggambarkan watak tokoh yaitu secara langsung

(telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Nurgiyantoro, 2007:

195-210). Berikut penjelasan kedua teknik tersebut :

a) Teknik Langsung (telling, analitik)

Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca

secara tidak berbelit-belit dan disertai deskripsi kehadirannya, yang mungkin

berupa sikap, watak, tingkah laku, atau juga ciri fisiknya.

b) Teknik tak langsung (showing, dramatik)

Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat serta tingkah laku

tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kehadirannya

sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan.

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

(31)

Wahyuningtyas & Santosa (2011: 5), penokohan mengacu pada teknik

perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pengertian dari tokoh adalah orang yang memainkan suatu

adegan dalam cerita, sedangkan penokohan adalah watak atau karakter yang ada

dalam setiap tokoh.

2.2.2.2Latar

Latar atau setting disebut juga landasan tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 216). Menurut

Wiyatmi (2006:40), latar memiliki fungsi untuk memberi konteks cerita. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh

disuatu tempat tertentu, pada suatu masa, dan lingkungan masyarakat tertentu.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 227-234), unsur latar dapat dibedakan ke

dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi.

b.Latar Waktu

Latar waktu berhubungan denga masalah “kapan” terjadinya peristiwa

-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

c. Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

(32)

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berbikir dan bersikap.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar (setting) adalah suatu lingkungan atau

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar

tempat, waktu, dan sosial.

2.2.2.3Alur

Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting. Menurut Abrams

(dalam Nurgiyantoro, 2007: 113), alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa

yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai

peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Alur

juga dapat diartikan sebagai struktur penceritaan dalam prosa fiksi yang di

dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan

hukum sebab-akibat serta logis (Tjahjono, 1988: 107). Sejalan dengan pendapat

Stanton dalam Nurgiyantoro (2007: 113) mengemukakan bahwa alur adalah cerita

yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

peristiwa yang lainnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa alur adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan

terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.

Secara umum, struktur alur dapat digambarkan sebagai berikut (Sudjiman, 1988:

(33)

1) Awal

a. Paparan (exsposition)

Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca yang

disebut juga dengan eksposisi. Pada bagian ini pengarang memberikan gambaran

awal kepada pembaca untuk memudahkan pembaca mengikuti jalan cerita

selanjutnya. Pengarang memperkenalkan para tokoh, menggambarkan secara

singkat watak tokoh-tokohnya, serta menjelaskan tempat terjadinya peristiwa

dalam cerpen.

b. Rangsangan (inciting moment)

Pada rangsangan terjadi peristiwa yang menimbulkan terjadinya gawatan

sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang

akan berlanjut pada bagian gawatan. Tidak ada patokan mengenai panjang

paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada

gawatan (Sudjiman, 1988: 33).

c. Gawatan (rising action)

2) Tengah

a. Tikaian (conflict)

Tikaian adalah perseisihan yang timbul karena adanya dua kekuatan yang

bertentangan. Tikaian ini dapat berupa pertentangan tokoh dengan suara hati dan

prinsip dirinya, dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh

lain, ataupun pertentanganantara dua unsur dalam diri satu tokoh tersebut

(34)

b. Rumitan (complication)

Perkembangan dari gejala muda tikaian menuju ke klimaks cerita disebut

rumitan.

c. Klimaks

Klimaks akan tercapai apabila rumitan sudah mencapai puncaknya. Oleh

sebab itu klimaks disebut juga sebagai titik puncak suatu cerita (Hariyanto, 2000:

39).

3) Akhir

a. Leraian (falling action)

Leraian menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian.

b. Selesaian (denouement)

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Tidak menutup

kemungkinan sebuah cerita berakhir dalam keadaan salah satu atau bahkan

beberapa tokohnya masih berada dalam masalah.

2.2.3 Psikologi Sastra

Psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari

tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010: 3). Psikologi sastra

adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas

kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis, hal penting yang perlu

dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan

pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan

(35)

Sastra dan psikologi sama-sama membicarakan manusia. Bedanya, sastra

membicarakan manusia yang diciptakan (manusia imajiner) oleh pengarang,

sedangkan psikologi membicarakan manusia yang diciptakan Tuhan yang secara

riil. Meskipun sifat-sifat manusia dalam karya sastra bersifat imajiner, tetapi di

dalam menggambarkan karakter dan jiwanya, pengarang menjadikan manusia

yang hidup di alam nyata sebagai model di dalam penciptaannya (Wiyatmi, 2006:

107). Dengan demikian, dalam menganalisis tokoh dalam karya sastra dan

perwatakannya, seorang pengkaji sastra juga harus mendasarkan pada teori dan

hukum psikologi yang menjelaskan perilaku dan karakter manusia.

Berdasarkan pendapat-pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan

bahwa psikologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang segala

tingkah laku dan kejiwaan manusia. Psikologi sastra sebagai ilmu sastra yang

mendekati sastra dari sudut psikologis. Peneliti bermaksud untuk memanfaatkan

teori-teori psikologi yang relevan untuk menemukan gejala yang tersembunyi atau

sengaja disembunyikan oleh pengarangnya. Dengan memusatkan perhatian pada

tokoh-tokoh, maka dapat dianalisis konflik batin yang terdapat dalam cerita.

2.2.4 Psikologi Abraham Maslow

Ada beberapa teori psikologi diantaranya teori psikoanalisis Sigmund

freud, teori psikoanalisis humanistik Fromm, psikologi analitik Jung, dan teori

humanistik Abraham Maslow. Dalam penelitian ini, kaitan antar penokohan, latar,

dan alur akan dianalisis dengan konflik batin tokoh yang ada dalam teori

(36)

Menurut Maslow (dalam Minderop, 2011: 277), tingkah laku manusia

lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar

kehidupan si individu lebih bahagia dan sekaligus memuaskan. Maslow juga

beranggapan bahwa kebutuhan di level rendah harus terpenuhi terlebih dahulu

sebelum kebutuhan-kebutuhan di level tinggi menjadi hal yang memotivasi. Lima

kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif, yang berarti

bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi

(Jess Feist & Gregory J. Feist, 2010: 331).

Maslow (dalam Jess Feist & Gregory J. Feist, 2010: 332) menyampaikan

teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi

atau bahkan selalu terpenuhi dan kemampuannya untuk muncul kembali.

Kebuthan fisiologis, misalnya kebutuhan pangan, sandang. papan, oksigen, seks,

dan sebagainya, demi kelangsungan hidup manusia.

b. Kebutuhan akan Keamanan

Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka

menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan, yang termasuk di

dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas ketergantungan, perlindungan, dan

kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam. Kebutuhan akan hukum,

ketenteraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan

(37)

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan

Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka

menjdai termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan, seperti keinginan

untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan

untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan

masyarakat, atau Negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek

dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk

memberi dan mendapatkan cinta.

d. Kebutuhan akan Penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan ini mencakup penghormatan diri,

kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi.

Terdapat dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan, yaitu reputasi dan harga

diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang

dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri

adalah perasaan pribadi seorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan

percaya diri.

e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan

semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Orang yang

mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika

mereka dimaki, ditolak dan diremehkan oleh orang lain. Dengan kata lain,

(38)

cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak

kebutuhan level rendah yang memberi mereka kehidupan.

Menurut Maslow, kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar apa pun akan

mengarah kepada beberapa jenis patologi. Ancaman bagi rasa aman seseorang

bisa mengarah pada rasa ketakutan, tidak aman, dan putus asa. Ketika cinta tidak

terpebuhi, seseorang dapat menjadi defensif, terlalu agresif, atau kurang

bersosialisasi. Kurang dihargai akan menghasilkan penyakit kejiwaan yang

disebut meragukan diri sendiri (self-doubt), menganggap dirinya kurang (

self-depreciation), dan tidak percaya diri. Deprivasi dari kebutuhan aktualisasi diri

dapat mengarah kepada patologi, atau metapatologi, yang didefinisakan sebagai

ketidakhadiran nilai, kurangnya pemenuhan, dan kehilangan makna hidup. (Jess

Feist & Gregory J. Feist, 2008: 251).

2.2.5 Konflik

Konflik adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya

pertentangan dua atau lebih kekuatan (Hariyanto, 2000: 39). Sejalan dengan itu,

menurut Baron (2005: 194) konflik merupakan suatu proses di mana individu atau

kelompok mempersepsikan bahwa orang lain telah atau akan segera melakukan

tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka. Selain itu

Minderop (2010: 229) juga berpendapat bahwa konflik terjadi karena manusia

harus memilih. Konflik bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang,

misalnya adanya kebebasan versus ketidakbebasan dan adanya kerja sama versus

(39)

bertentangan antar individu atau suatu kelompok karena adanya kesalahpahaman

atau perbedaan pendapat.

2.2.6 Konflik Batin

Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan

atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga

memengaruhi tingkah laku. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, 2008:

723). Menurut Heerdjan (1987: 31), konflik adalah keadaan pertentangan antara

dorongan-dorongan yang berlawanan, tetapi ada sekaligus bersama-sama dalam

diri seseorang konflik batin timbul pada saat ego menghadapi dorongan kuat dari

id yang tidak dapat diterimanya dan dihayati sebagai berbahaya. Bila kekuatan

naluri melebihi kemampuan ego untuk mengendalikan dan menyalurkannya,

muncullah gejala rasa cemas, takut, sedih, dan emosional. Ini tanda bahaya, yang

menyatakan bahwa ego berhasil menyelesaikan konflik.

Menurut Tjahjono (1987: 113), konflik batin adalah pertarungan individual

yang terjadi dalam batin manusia itu sendiri. Seringkali untuk membuat sebuah

keputusan atau ketetapan, terjadilah pergumulan antara kekuatan keberanian dan

ketakutan, kebajikan dan kejahatan, kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya

(Tjahjono, 1987: 113). Konflik terjadi karena manusia harus memilih. Konflik

bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang. Singkatnya, menurut

(40)

1. Adanya kebebasan versus ketidakbebasan

Manusia kerap kali ingin melakukan sesuatu di masa kecil, namun kita

diberi pelajaran bahwa yang kita lakukan harus diikuti dengan sikap

bertanggung jawab.

2. Adanya kerja sama versusu persaingan

Kompetisi telah diajarkan sejak masa kecil hingga deewasa, sejak di

sekolah dasar hingga terjun ke masyarakat, dalam bidang pekerjaan. Di

saat bersamaan kita harus pula bekerja sama dan menolong orang lain.

Kontradiksi semacam ini berpotensi melahirkan konflik.

3. Adanya ekspresi impuls versus standar moral

Suatu masyarakat menganut sistem moral yang mengatur tingkah laku

anggota masyarakat sebagai individu dan sebagai warga masyarakat.

Misalnya, naluri agresif seksual kerap kali berkonflik dengan satandar

moral yang bilamana dilanggar akan melahirkan frustasi.

2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik

dan peserta didik dengan peserta didik dalam rangka memperoleh pengetahuan

yang baru dikehendaki dengan menggunakan berbagai media, metode, dan sumber

belajar yang sesuai dengan kebutuhan (Fadlillah, 2014: 173). Pengajaran sastra

dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat,

yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,

(41)

1988: 16). Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa

aspek perlu dipertimbangkan. Ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan

jika ingin memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 27) :

1. Bahasa

Perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak

aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh

masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor lain seperti cara penulisasn yang

dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan

kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Agar pengajaran sastra dapat

lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk

memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat

penguasaan bahasa siswanya.

2. Psikologi

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan

psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar

pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja

sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang

dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan

psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto (1988: 30)

menyajikan tentang perkembangan psikologi anak :

a. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi

(42)

b. Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke

realitas. Pada tahap ini anak telah menyenangi cerita kepahlawanan, petualangan,

dan bahkan kejahatan.

c. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi

dan sangat berniat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.

d. Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal yang praktis

saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan

menganalisis suatu fenomena.

3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya juga harus diperhatikan. Biasanya siswa akan

mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat

hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara

umum guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan

prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para

siswa.

2.2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Menurut Muslich (2007: 10), KTSP merupakan penyempurnaan dari

kurikulum 2004 (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan

(43)

Pendidikan Nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua

sekolah telah melaksanakan KTSP. KTSP disusun dalam rangka memenuhi

amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich,

2007: 1).

Materi pembelajaran yang akan digunakan untuk pelajaran Bahasa

Indonesia kelas XII semester 1 dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

sebagai berikut :

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

5. Memahami pembacaan novel 5.2 Menjelaskan unsur-unsur

intrinsik dari pembacaan

penggalan novel

2.2.9 Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema

tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Fadlillah,

2014: 135). Prinsip-prinsip pengembangan silabus menurut Mulyasa (dalam

(44)

1. Ilmiah

Setiap materi yang dikembangkan dalam bentuk silabus harus mempunyai

nilai-nilai kebenaran sehingga muatan materi-materi yang dikembangkan dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Relevan

Setiap materi yang dikembangkan harus mengacu pada karakteristik

peserta didik, sebab mereka yang akan menjalankan proses pembelajaran yang

sesungguhnya. Untuk itulah pengembangan silabus harus relevan dengan

kebutuhan peserta didik.

3. Fleksibel

Setiap materi yang dikembangkan dalam silabus harus dapat dilaksanakan

sesuai dengan keadaan.

4. Kontinuitas

Setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki

keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta

didik.

5. Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi inti, kompetensi

dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

(45)

6. Memadai

Ruang lingkup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian dapat mencapai kompetensi dasar yang telah

ditetapkan.

7. Aktual dan Kontekstual

Ruang lingkup kompetensi dasar indikator, materi pokok, pengalaman

belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memperhatikan

perkembangan teknologi saat ini.

8. Efektif

Keterlaksanaan silabus dalam proses pembelajaran dan tingkat pembentukan

kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau

lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam

silabus (Mulyasa dalam Fadlillah, 2014: 144). Menurut Fadlillah (2014: 152),

dalam penyusunan RPP tetap harus memperhatikan prisnsip pengembangan dan

penyusunan RPP. Prinsip penyusunan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, bakat, tingkat

intelektual, emosi, potensi, motivasi, lingkungan peserta didik serta kecepatan

(46)

2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat peserta didik untuk mendorong semngat belajar, minat, motivasi, dan

kreativitas.

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP.

6) Penekanan pada keterkaitan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan,

indikator, penilaian, dan sumber belajar dalam pengalaman belajarnya.

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu.

8) Penerapan teknologi dan komunikasi secara sistematis yang sesuai dengan

(47)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada metodologi penelitian ini terdapat enam subbab, yaitu pendekatan

dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data,

dan teknik analisis data. Kelima hal tersebut dijelaskan secara terperinci dalam

setiap subbab berikut ini.

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra merupakan penelaahan sastra yang

menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra

yang dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca, dan teks sendiri (karya).

Psikologi sastra ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis aspek kejiwaan

para tokoh dalam suatu karya sastra. Dalam analisis, pada umumnya yang menjadi

tujuan adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga, dan seterusnya (Ratna,

2011: 343). Dengan menggunakan pendekatan tersebut peneliti dapat lebih mudah

memahami dan menganalisis tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor dalam Moleong (2007: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang

dan perilaku yang diamati. Penelitian ini juga menghasilkan prosedur analisis

(48)

statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian ini termasuk kualitatif karena

peneliti akan menyajikan kata-kata tertulis yang mengandung konflik batin dari

dua tokoh utama yang terdapat dalam novel.

3.2 Sumber Data

Suharsimi Arikunto (1990: 172) mengatakan bahwa, sumber data dalam

penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data merupakan tempat

asal muasal data diperoleh. Sumber data pada penelitian ini adalah

Judul : Pasung Jiwa

Pengarang : Okky Madasari

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2013

Jumlah Halaman : 328 halaman

3.3 Instrumen Penelitian

Menurut Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian

Kualitatif (2006: 168), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.

Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir

data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Dalam penelitian

ini yang berperan sebagai alat pengumpulan data adalah peneliti sendiri.

Penelitilah yang mengumpulkan data-data dari novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (1990: 134) teknik pengumpulan data adalah cara-cara

yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Langkah-langkah

(49)

Pertama, peneliti memilih novel yang akan diteliti. Kedua, peneliti

membaca sambil menandai setiap kalimat yang mengandung konflik batin dua

tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa dengan bolpoin berwarna. Ketiga,

menuliskan setiap kalimat yang mengandung konflik batin dua tokoh utama pada

kertas HVS.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar, sehingga dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data (Moleong, 2007). Teknik analisa data yang digunakan oleh

peneliti dalam melakukan analisis data dalam novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari adalah :

1) Peneliti membaca ulang data yang sudah dikumpulkan dan mengamati dengan

teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.

2) Peneliti menelaah data yang terkumpul dalam bentuk catatan dengan cara

menghubungkannya dengan teori, apakah kalimat tersebut sesuai dengan teori

atau tidak.

3) Peneliti menganalisis data dengan mengamati dengan teliti bagian kalimat

yang menunjukkan konflik batin.

4) Peneliti menghubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di kelas XII SMA

(50)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Dalam bab empat ini dideskripsikan unsur intrinsik karya sastra yang dibatasi

pada tokoh, penokohan, alur, dan latar. Peneliti memilih empat dari enam unsur

intrinsik yang ada karena unsur tersebut bisa membantu dalam menemukan

konflik batin yang dialami oleh tokoh Sasana dan Jaka.

Tokoh dan penokohan dimulai dari kutipan (1) sampai kutipan (74). Latar

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu latar tempat dimulai dari kutipan (75) sampai

kutipan (95), latar waktu dimulai dari kutipan (96) sampai kutipan (117), dan latar

sosial dimulai dari kutipan (18) sampai kutipan (134). Alur juga meliputi beberapa

bagian, yaitu paparan yang dimulai dari kutipan (135) sampai kutipan (138),

rangsangan dimulai dari kutipan (139) sampai kutipan (142), gawatan dimulai dari

kutipan (143) sampai (146), tikaian dimulai dari kutipan (147) sampai kutipan

(150), rumitan dimulai dari kutipan (151) sampai kutipan (154), klimaks hanya

terdapat pada kutipan (155), leraian terdapat pada kutipan (156) dan (157), dan

selesaian terdapat pada kutipan (158) dan (159). Konflik batin kedua tokoh

dimulai dari kutipan (160) sampai kutipan (189).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi

sastra. Pendekatan ini menganalisis aspek-aspek psikologi dari tokoh utama dalam

karya sastra tersebut. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran

(51)

4.2 Analsis Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 165). Menurut

Wahyuningtyas & Santoso, (2011: 3), tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaanya dalam prosa yang bersangkutan. Tokoh tambahan adalah tokoh

yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat

diperlukan untuk mendukung tokoh utama.

Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan di atas, tidak akan begitu

saja hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan “sarana” yang memungkinkan

kehadirannya. Ada dua cara menggambarkan watak tokoh yaitu secara langsung

(telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Nurgiyantoro, 2007:

195-210). Menurut Nurgiyantoro (2007: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran

yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

4.2.1 Tokoh Utama

Ada dua tokoh utama yang terdapat dalam novel Pasung Jiwa karya Okky

Madasari yaitu Sasana dan Jaka. Mereka dikatakan sebagai tokoh sentral karena

keduanya hadir begitu dominan dalam setiap cerita.

a. Sasana

Sasana digambarkan sebagai tokoh “aku”. Hal ini ditunjukkan pengarang

(52)

(1) “Mau jadi apa kamu ikut-ikutan seperti itu?” Hanya itu saja kalimat yang aku dengar. Selebihnya suara Ibu hanya seperti dengungan lebah yang berputar-putar di atas kepalaku. (Madasari, 2013: 20)

Tokoh Sasana digambarkan sebagai seorang anak laki-laki dari keluarga

yang cukup berpendidikan dan terpandang di Jakarta. Ayahnya seorang pengacara

dan ibunya seorang dokter ahli bedah. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut

(2) Aku laki-laki kecil tak berdaya, yang hanya bisa melakukan setiap hal yang orangtuaku tunjukkan. (Madasari, 2013: 14)

(3) “Percuma punya suami pengacara kalau ngurus anak SMA saja nggak becus!” serunya. Ayah diam saja. Ia sama sekali tak membantah. (Madasari, 2013: 40)

(4) Sampai-sampai ia merasa perlu mendatangkan banyak banyak dokter untuk memeriksa kondisiku. Padahal ia sendiri juga dokter, bahkan dokter ahli bedah. (Madasari, 2013: 41)

Sedari dalam kandungan ibunya, Sasana sudah dikenalkan dengan

karya-karya piano klasik dan setelah ia bersekolah pun ia dimasukkan orangtuanya

untuk kursus piano. Prestasinya membanggakan. Selain lancar bermain piano, ia

meraih prestasi akademis di sekolahnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut

(5) Saat masuk sekolah dasar, aku sudah mahir memainkan komposisi-komposisi klasik dunia. Beethoven, Chopin, Mozart, Bach, Brahms.. Sebutkan saja! Aku bisa memainkan semuanya dengan indah. (Madasari, 2013: 15)

(53)

Saat memasuki SMA, ia menjadi korban pemerasan oleh kelompok gang

di sekolah, dimana ia harus menyetor uang jajannya ke gang tersebut. Hingga

suatu hari ia dipukuli sehingga menyebabkan badannya remuk dan mengenakan

tongkat ke sekolah. Bagi Sasana, ke sekolah seperti neraka. Selalu

dibayang-bayangi ketakutan akan pemukulan dan penghinaan oleh kelompok gang tersebut.

Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui

kutipan sebagai berikut

(7) Setiap hari, lima anggota Dark Gang menghampiriku saat aku baru keluar dari kelas. Mereka minta jatah lima ribu rupiah. Kadang mereka menggeledah tasku, mengambil apa saja yang bisa diambil. Aku menurut. Apa pun yang mereka minta aku berikan. Asalkan aku tak dipukul hingga ketika pulang penuh lebam dan membuat ibuku kembali menangis. (Madasari, 2013: 34).

Tokoh Sasana juga digambarkan sebagai tokoh yang pantang menyerah

ketika ia mendapatkan kesempatan hidupnya ketiga setelah keluar dari Rumah

Sakit Jiwa. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau

ekspositori melalui kutipan sebagai berikut

(8) Aku tidak mau menyerah. Aku harus bisa menjadi Sasa yang dulu. Bahkan harus lebih! Hidup baruku dimulai. Hidupku yang ketiga. Hidup pertama dimulai saat aku dilahirkan, lalu aku mati di sekolah laki-laki. Hidup keduaku dimulai saat aku bertemu Cak Jek hingga aku dikubur di rumah sakit jiwa. Sekarang aku dapat kesempatan ketiga. Tak akan aku sia-siakan. (Madasari, 2013: 228-229)

Setelah dipukuli oleh kelompok gang di sekolahnya, Sasana juga tidak

mendapatkan pembelaan yang cukup, terutama dari orangtuanya. Hal ini

ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan sebagai berikut

Referensi

Dokumen terkait

Nama Trayek Trayek Jarak Kebutuhan Armada Realisasi Armada Armada Sisa Kendaraan

Para operator industri yang memiliki merk eksklusif akan merebut pangsa pasar yang lebih karena kemampuan mereka untuk menawarkan lebih banyak pilihan produk dan harga bagi

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: ”Analisis Penilaian Kinerja Organisasi Dengan Konsep Balance Scorecard (Studi Kasus Pada PT. Forum Agro

We find that there are differences in attitudes and self-efficacy subjective norms of male and female student, while subjective norm was no difference between male

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji efek antiinflamasi sediaan topikal, mengukur persen penghambatan inflamasi ekstrak Milk Thistle ® sebagai agen

Tesis diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar.

14 Atas dasar tersebut maka secara tidak langsung banyaknya umur berhubungan dengan perilaku seseorang, yang dalam hal ini adalah perilaku patuh minum obat anti

For the 2006 income tax year all persons conducting business activities are required to complete and lodge a 2006 income tax form unless all income received by that person has