ABSTRAK
Yunisa, Anne Septi. 2015. Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam novel PasungJiwa karya Okky Madasari. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membaca sekaligus menandai setiap kalimat yang mengandung konflik batin yang dialami kedua tokoh utama, lalu menuliskannya pada kartu data. Peneliti menganalisis data dengan mengamati dengan teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.
Dalam novel initerdapat 2 tokohutama, yaitu Sasana dan Jaka serta 7 tokoh tambahan, yaitu Ibu, Ayah, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, dan Kalina. Peristiwa terjadi ketika Sasana kecil antara tahun 1993 sampai 1999 di daerah Jakarta, Malang, Sidoarjo, danBatam. Latar social menggambarkan sikap masyarakat yang masih susah menerima adanya transgender di lingkungan mereka, pelecehan seksual, adanya organisasi massa yang meresahkan warga, buruh yang diperlakukan tidak adil, aborsi, dan budaya dangdut. Alur yang digunakan adalah alur kronologis atau alur maju.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa konflik batin tokoh Sasana dan Jaka adalah timbulnya perasaan takut, tidak percaya diri, emosional, frustasi, dan sedih yang disebabkan dari tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi pada Sasana maupun Jaka. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus yang meng-hubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester 1.
ABSTRACT
Yunisa, Anne Septi. 2015. Jaka and Sasana’s Intrapersonal Conflicts Portrayed in OkkyMadasari’sPasungJiwa and Its Relevance to Literature Learning in Senior High School Grade XII Semester I (A Psychological Approach Literature Research). Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, UniversitasSanata Dharma.
This research aimed to describe intrapersonal conflicts faced by the two main characters in OkkyMadasari’s novel entitled PasungJiwa. The researcher collected the data by reading and examining every sentence which contains intrapersonal conflicts experienced by both of main characters then wrote the data on data card. The researcher analyzed the data by examining carefully every sentence which contains intrapersonal conflicts.
There are two main characters in the novel, they are Jaka and Sasana. The seven additional characters in the novel are Mother, Father, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, and Kalina. The story took places in Batam, Malang, Sidoarjo, and Jakarta in year 1993-1998 when Sasana was a child. The social background of the story is a society which is intolerant with transgender issue, a sexual abuse atmosphere, a society frightening mass organisation, unfair treatment to working class, abortion, and dangdut culture. The plot of the story is chronological plot.
From psychological approach analysis, it can be concluded that Jaka and Sasana’s intrapersonal conflicts are anxieties, inferiority, emotional characteristics, frustrations, and deep sadness. Their intrapersonal conflicts are the consequences of their unfulfilled physiological needs, needs to feel safe, needs to posses and love, need to be respected, and needs of self actualization.bBased on analysis result, the researcher developed a syllabus that connected the intrapersonal conflicts with the literature learning in Senior High School grade XII semester I and put it into the basic competence and core competence in the learning design.
i
KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA
DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA KELAS XII SEMESTER 1 (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Anne Septi Yunisa 101224015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dan melindungi saya
Kedua orang tua saya Bapak Wijaya dan Ibu Siwi yang selalu mendoakan,
memberikan semangat, dan mendukung saya dalam pembuatan skripsi.
v
MOTO
PEMENANG
bukanlah mereka yang tidak pernah
KALAH
tetapi mereka yang tidak pernah
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Mei 2015
Saya yang menyatakan,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Anne Septi Yunisa
Nomor Mahasiswa : 101224015
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KONFLIK BATIN TOKOH SASANA DAN JAKA
DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII SEMESTER 1
(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 21 Mei 2015
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Yunisa, Anne Septi.2015. Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membaca sekaligus menandai setiap kalimat yang mengandung konflik batin yang dialami kedua tokoh utama, lalu menuliskannya pada kartu data. Peneliti menganalisis data dengan mengamati dengan teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.
Dalam novel ini terdapat 2 tokoh utama, yaitu Sasana dan Jaka serta 7 tokoh tambahan, yaitu Ibu, Ayah, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, dan Kalina. Peristiwa terjadi ketika Sasana kecil antara tahun 1993 sampai 1999 di daerah Jakarta, Malang, Sidoarjo, dan Batam. Latar sosial menggambarkan sikap masyarakat yang masih susah menerima adanya transgender di lingkungan mereka, pelecehan seksual, adanya organisasi massa yang meresahkan warga, buruh yang diperlakukan tidak adil, aborsi, dan budaya dangdut. Alur yang digunakan adalah alur kronologis atau alur maju.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa konflik batin tokoh Sasana dan Jaka adalah timbulnya perasaan takut, tidak percaya diri, emosional, frustasi, dan sedih yang disebabkan dari tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi pada Sasana maupun Jaka. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus yang meng-hubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester 1.
ix
ABSTRACT
Yunisa, Anne Septi. 2015. Jaka and Sasana’s Intrapersonal Conflicts Portrayed in Okky Madasari’s Pasung Jiwa and Its Relevance to Literature
Learning in Senior High School Grade XII Semester I (A Psychological Approach Literature Research). Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
This research aimed to describe intrapersonal conflicts faced by the two main characters in Okky Madasari’s novel entitled Pasung Jiwa. The researcher collected the data by reading and examining every sentence which contains intrapersonal conflicts experienced by both of main characters then wrote the data on data card. The researcher analyzed the data by examining carefully every sentence which contains intrapersonal conflicts.
There are two main characters in the novel, they are Jaka and Sasana. The seven additional characters in the novel are Mother, Father, Cak, Man, Masita, Banua, Elis, and Kalina. The story took places in Batam, Malang, Sidoarjo, and Jakarta in year 1993-1998 when Sasana was a child. The social background of the story is a society which is intolerant with transgender issue, a sexual abuse atmosphere, a society frightening mass organisation, unfair treatment to working class, abortion, and dangdut culture. The plot of the story is chronological plot.
From psychological approach analysis, it can be concluded that Jaka and Sasana’s intrapersonal conflicts are anxieties, inferiority, emotional characteristics, frustrations, and deep sadness. Their intrapersonal conflicts are the consequences of their unfulfilled physiological needs, needs to feel safe, needs to posses and love, need to be respected, and needs of self actualization.bBased on analysis result, the researcher developed a syllabus that connected the intrapersonal conflicts with the literature learning in Senior High School grade XII semester I and put it into the basic competence and core competence in the learning design.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
berkat rahmat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Sasana dan Jaka dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di
SMA Kelas XII Semester 1 (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra)” diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
Berkat doa, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PBSI
yang selalu memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing pertama yang
dengan sabar dan teliti memberikan pengarahan dalam penyusunan
skjripsi ini.
3. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing kedua yang dengan
teliti membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
4. Semua dosen PBSI yang telah membantu peneliti dalam belajar di
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
5. Robertus Marsidiq yang telah membantu kelancaran penulis dalam
mengurus segala keperluan yang digunakan untuk keperluan skripsi.
6. Kedua orangtua, Ignatius Wijaya Hadi dan Fransiska Marti Sasiwi
yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada peneliti.
7. Kakak dan adik peneliti, Leo Agung Bayu Wijanarko yang selalu
memberikan semangat serta Agnes Titah Miranti yang selalu
xi
8. Sahabat-sahabat, Cicilia Ingga Kusuma dan Silviana Yudi Apsari yang
selalu membagikan tawa dan candanya untuk peneliti agar lebih
bersemangat lagi untuk mengerjakan skripsi.
9. Simbah putri yang selalu menginspirasi peneliti untuk tidak pernah
putus asa dengan apa yang sedang peneliti perjuangkan, yaitu skripsi.
10.Seluruh teman seperjuangan PBSI 2010 yang selalu memberi
dukungan.
11.Semua pihak yang telah membantu dan tidak disebutkan satu persatu
pada kesempatan ini.
Akhir kata peneliti berharap skripsi ini memberi manfaat bagi
pembelajaran sastra.
Yogyakarta, 21 Mei 2015
Peneliti,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... . ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………... iv
MOTO .. ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….. ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS . ... vii
ABSTRAK .. ... viii
ABSTRACT …. ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Batasan Istilah ... 5
1.6 Sistematika Penyajian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Penelitian yang Relevan ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Hakikat Novel ……… 10
2.2.2 Struktur Karya Sastra ……… 11
2.2.2.1 Tokoh dan Penokohan ... 12
2.2.2.2 Latar ... 14
2.2.2.3 Alur ... 15
xiii
2.2.4 Psikologi Abraham Maslow ... 18
2.2.5 Konflik… ... 21
2.2.6 Konflik Batin ... 22
2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA ... 23
2.2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .... 25
2.2.9 Silabus ... 26
2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 30
3.2 Sumber Data ... 31
3.3 Instrumen Penelitian ... 31
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.5 Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1 Deskripsi Data ... 33
4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan ... 34
4.2.1 Tokoh Utama ... 34
4.2.2 Tokoh Tambahan ... 46
4.3 Analisis Latar ... 57
4.3.1 Latar Tempat ... 57
4.3.2 Latar Waktu ... 65
4.3.3 Latar Sosial ... 72
4.4 Analisis Alur ... 78
4.4.1 Paparan ... 78
4.4.2 Rangsangan ... 79
4.4.3 Gawatan ... 80
4.4.4 Tikaian ... 82
4.4.5 Rumitan ... 83
xiv
4.4.7 Leraian ... 85
4.4.8 Selesaian ... 86
4.5 Analisis Konflik Batin Menggunakan Teori Psikologi Abraham Maslow ... 86
4.5.1 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Fisiologis ... 86
4.5.2 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Rasa Aman 88
4.5.3 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan ... 92
4.5.4 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Penghargaan ... 94
4.5.5 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ... 96
4.6 Konflik Batin Aibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Tokoh Sasana ... 98
4.7 Konflik Batin Aibat Tidak Terpenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Tokoh Jaka ... 101
4.7.1 Rasa Takut ... 101
4.7.2 Tidak Percaya Diri ... 102
4.7.3 Frustasi ... 102
4.7.4 Emosional ... 103
4.8 Relevansi Hasil Analisis Konflik Batin Dua Tokoh Utama dalam Pembelajaran Sastra di SMA kelas XII semester 1 . 103 4.8.1 Aspek Bahasa ... 104
4.8.2 Aspek Perkembangan Psikologis Siswa ... 105
4.8.3 Aspek Latar Belakang Budaya ... 106
xv
4.10 RPP ... 107
4.11 Pembahasan ... 108
BAB V PENUTUP ... 110
5.1 Kesimpulan ... 110
5.2 Implikasi ... 112
5.3 Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 113
DAFTAR LAMPIRAN ... 115
LAMPIRAN SILABUS ... 116
LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 119
LAMPIRAN LEMBAR SOAL ... 126
LAMPIRAN PENILAIAN ... 133
LAMPIRAN MATERI ... 138
LAMPIRAN PENGGALAN NOVEL ... 141
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu
lainnya. Namun, manusia tetaplah makhluk sosial. Setiap pertemuan antarmanusia
seringkali menimbulkan konflik, baik antarindividu maupun antarkelompok.
Peristiwa atau kejadian seperti itu pun telah banyak yang diangkat menjadi sebuah
karya sastra. Menurut Faruk, karya sastra sendiri adalah objek manusiawi, fakta
kemanusiaan, atau fakta kultural sebab merupakan hasil ciptaan manusia.
Meskipun demikian, karya itu mempunyai eksistensi yang khas yang
membedakannya dari fakta kemanusiaan lainnya seperti sistem sosial dan sistem
ekonomi dan yang menyamakannya dengan sistem seni rupa, seni suara, dan
sebagainya (Faruk, 2012: 77).
Karya sastra khususnya novel selalu menampilkan tokoh yang memiliki
karakter sehingga novel juga menggambarkan kejiwaan manusia walaupun
gambaran tokohnya hanyalah fiksi. Dengan kenyataan itu, karya sastra terlibat
dalam aspek kehidupan manusia termasuk ilmu jiwa atau psikologi. Penelitian
yang menggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk
pemahaman karya sastra dari sisi psikologi karena setiap tokoh dalam karya sastra
Seperti yang dikatakan oleh Rahmanto (1988: 15), apabila karya-karya
sastra tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan masalah-masalah dunia nyata,
pembelajaran sastra sudah tidak ada gunanya. Namun, jika sastra itu dapat
ditunjukkan mempunyai relevansi dengan masalah dunia nyata, pembelajaran
sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting. Untuk itulah secara khusus
peneliti melakukan penelitian terhadap konflik batin tokoh utama dalam novel
agar pesan-pesan moral yang terkandung dalam ceritanya dapat dijadikan panutan.
Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari yang merupakan novel
pemenang Khatulistiwa Literary Award 2012 sangat menarik untuk dibaca dan
dijadikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang menarik untuk
diteliti dari novel ini adalah konflik batin dua tokoh utama, yaitu Sasana dan Jaka
yang dihadirkan dalam pergulatan manusia mencari kebebasan dan melepaskan
diri dari segala kungkungan, dari kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan
tradisi dan keluarga, kungkungan norma dan agama, hingga dominasi ekonomi
dan belenggu kekuasaan.
Berdasarkan fenomena itu peneliti terdorong untuk menganalisis konflik
batin tokoh dari segi psikologi dalam mengahadapi realitas yang bertentangan
dengan hati nuraninya. Analisis ini didorong pula oleh adanya alasan bahwa
belum ada penelitian terhadap novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari, terutama
penelitian dari sudut psikologi. Persoalan-persoalan psikologi yang mendalam
dalam novel Pasung jiwa ini juga mendorong peneliti untuk menggunakan
Sebelum menganalisis persoalan yang dialami oleh tokoh utama, peneliti
akan terlebih dahulu menganalisis unsur intrinsik dalam novel Pasung Jiwa.
Menurut Sukada (1987: 47), analisis aspek intrinsik, yaitu analisis mengenai
unsur-unsur yang secara keseluruhan membangun struktur karya sastra.
Unsur-unsur itu terdiri dari insiden, perwatakan, plot, teknik cerita, komposisi cerita, dan
gaya bahasa. Penelitian ini hanya akan membahas empat unsur intrinsik, yaitu
alur, tokoh, penokohan, dan latar karena keempat unsur tersebut memiliki kaitan
dengan permasalahan psikologi tokoh utama.
Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMA. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra dan memperluas
kritik sastra.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dipecahkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimanakah deskripsi unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur dalam
novel Pasung jiwa karya Okky Madasari ?
2. Bagaimanakah konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam novel
Pasung Jiwa karya Okky Madasari ?
3. Bagaimanakah relevansi hasil analisis konflik batin dua tokoh utama dalam
novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan pembelajaran sastra di
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan tiga rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan, latar, dan alur dalam novel
Pasung Jiwa karya Okky Madasari.
2. Mendeskripsikan konflik batin yang dialami oleh dua tokoh utama dalam
novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.
3. Mendeskripsikan relevansi hasil analisis konflik batin dua tokoh utama
dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan pembelajaran sastra
di SMA kelas XII semester 1.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sastra,
bidang ilmu psikologi, dan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA.
1. Bagi peneliti sastra
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
dapat memberikan sumbangan dalam pemahaman mengenai karya sastra,
khususnya novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari..
2. Bagi bidang ilmu psikologi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai sikap dan perwatakan manusia yang secara langsung maupun
3. Bagi pembelajaran bahasa dan sastra di SMA
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan
pembelajaran sastra di SMA dan dapat memberikan informasi tentang novel
Pasung Jiwa karya Okky Madasari.
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini diberikan beberapa definisi istilah yang memudahkan
pembaca memahami penelitian ini yaitu sebagai berikut
a. Novel
Novel adalah proses rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh
dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.
(Sudjiman, 1990: 55)
b. Psikologi
Psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari
tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010: 3).
c. Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan
proses dan aktivitas kejiwaan (Minderop, 2010: 55).
d. Konflik
Konflik merupakan suatu hal yang bertentangan antarindividu atau suatu
e. Konflik Batin
Konflik batin adalah pertarungan individual yang terjadi dalam batin
manusia itu sendiri (Tjahjono, 1987: 113).
f. Tokoh
Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan
dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 165).
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab I, yaitu pendahuluan, yang berisi
latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi
landasan teori, yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab ini
memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab III adalah
metodologi penelitian, yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian,
metode, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data, dan teknik
analisis data.
Bab IV berisi analisis unsur tokoh, penokohan, latar, alur dan hasil
pembahasan konflik batin tokoh Sasana dan Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya
Okky Madasari beserta relevansi hasil analisis konflik batin tokoh Sasana dan
Jaka dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dalam pembelajaran sastra
implikasi dari penelitian tersebut, dan saran terhadap penelitian yang akan
8
]BAB II LANDASAN TEORI
2.1Penelitian yang Relevan
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, peneliti menemukan tiga
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Prabaningtyas
(2013), Bukit Shintawati (2010), dan Suryadi (2011). Berikut ini pemaparan
tentang tiga penelitian terdahulu tersebut.
Penelitian Prabaningtyas (2013) berjudul Konflik Batin Tokoh Setadewa
dalam Novel Burung-burung Manyar Karya YB. Mangunwijaya dan
implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi
Sastra). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan alur, latar, karakteristik
tokoh dan konflik batin yang dialami oleh tokoh Setadewa, serta implementasinya
dalam pembelajaran sastra di SMA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan memiliki dan
cinta, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri tidak
terpenuhi dari Setadewa. Akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut
timbul rasa takut, tidak percaya diri, emosional, dan frustasi.
Penelitian Bukit Shintawati (2010) berjudul “Konflik Batin Tokoh Dimas
dalam Menghadapi Kemelut Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik
Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam Pembelajaran
Sastra SMA”. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan konflik batin yang
dialami oleh tokoh Dimas dalam menghadapi kemelut hidup, yaitu jatuh cinta
itu serta mendeskripsikan implementasi novel Pacarku Ibu Kosku karya Wiwik
Karyono sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa untuk menentukan sikap dalam
perbuatannya, Dimas tidak lepas dari konflik-konflik batin. Keteguhan Dimas
untuk mempertahankan super ego atau hati nuraninya beberapa kali harus
mengalami ujian, dan Dimas harus mengalami akibatnya yaitu kehilangan prinsip
hidup yang telah ia pertahankan.
Penelitian Suryadi (2011) berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam
Cerpen “Jaring Laba-laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dan
Implementasinya dalam pembelajaran di SMA Kelas XII”. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan apa saja konflik batin yang dialami tokoh utama dalam
cerpen “Jaring Laba-Laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dan bagaimana
konflik batin tersebut terjadi dan mendeskripsikan bagaimana implementasi
cerpen “Jaring Laba-Laba” karya Ratna Indraswari Ibrahim dalam pembelajaran
sastra di SMA kelas XII. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat konflik
batin yang dialami oleh tokoh utama. Konflik tersebut terjadi beberapa kali dan
merupakan akibat dari adanya pertentangan antara dua kekuatan yang berbeda
dalam diri tokoh utama. Penyebabnya adalah dorongan id begitu besar dan tidak
mampu diimbangi oleh ego.
Setelah meninjau hasil penelitian yang terdahulu dapat dikatakan bahwa
penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian yang sejenis. Penelitian konflik
batin dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra sudah pernah dilakukan.
bermanfaat untuk dikembangkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti dua
tokoh utama sekaligus, yaitu Sasana dan Jaka Wani dalam novel Pasung Jiwa
karya Okky Madasari. Dalam penelitian sebelumnya, belum ada peneliti terdahulu
yang meneliti dua tokoh utama sekaligus dalam penelitiannya Selain itu, novel
Pasung Jiwa karya Okky Madasari mengandung banyak pesan moral dan nilai
perjuangan yang bermanfaat untuk pembelajaran sastra di SMA.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Hakikat Novel
Novel adalah cerita yang mengisahkan bagian penting dari episode
kehidupan manusia (misalnya masa remajanya saja, masa tuanya saja, dan
sebagainya) dan diikuti perubahan nasib (Tjahjono, 1987: 159). Menurut (KBBI,
2008: 969) novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dan menonjolkan watak
dan sifat pelaku.
Rahmanto (1988: 70) mengatakan bahwa novel, seperti halnya bentuk
prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya
dibangun dari unsur-unsur yang dapat didiskusikan seperti Latar, Perwatakan,
Cerita, Teknik cerita, Bahasa, dan Tema
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan
cerita yang menyajikan tentang kehidupan manusia dan segala tingkah laku
manusia. Penceritaan di dalamnya biasanya menceritakan seputar kehidupan
yang kompleks dan dibangun dari unsur-unsur, seperti latar, perwatakan, cerita,
teknik cerita, bahasa, dan tema.
2.2.2 Struktur Karya Sastra
Teori struktural termasuk dalam pendekatan objektif, yaitu pendekatan
yang menganggap karya sastra sebagai “makhluk” yang berdiri sendiri,
menganggap bahwa karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya,
baik pembaca, bahkan pengarangya sendiri. Analisis struktural merupakan bagian
yang utama sebelum menerapkan analisis yang lain. Tanpa analisis struktural
kebulatan makna yang digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap
(Wahyuningtyas & Santoso, 2011: 1).
Sejalan dengan teori di atas Wiyatmi (2006: 89) menyatakan bahwa dalam
penerapannya pendekatan struktural ini memahami karya sastra secara close
reading (membaca karya sastra secara tertutup tanpa melihat pengarangnya,
hubungannya dengan realitas, dan pembaca). Menurut Nurgiyantoro (2007: 37),
analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang
bersangkutan. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai struktur karya sastra di
atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktur sastra merupakan proses pertama
dalam analisis karya sastra yang harus dilakukan sebelum diterapkan analisis lain
agar terjadi kebulatan makna intrinsik dari karya sastra tersebut.
Unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2007: 23) adalah unsur-unsur yang
secara langsung membangun cerita. Unsur yang dimaksud terdiri atas peristiwa,
bahasa. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam penelitian ini terbatas pada
tokoh dan penokohan, latar, dan alur karena unsur-unsur intrinsik tersebut yang
dibutuhkan peneliti untuk menganalisis konflik batin tokoh Sasana dan Jaka Wani
dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari.
2.2.2.1Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:
165) adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan. Selain itu, tokoh juga merupakan individu yang berkesan hidup,
memiliki ciri-ciri kejiwaan, dan ciri-ciri kemasyarakatan (Hariyanto, 2000: 34).
Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat
dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu berdasarkan tingkat pentingnya tokoh
dalam sebuah cerita, berdasarkan fungsi penampilan tokoh, dan berdasarkan
perwatakannya.
Menurut Nurgiyantoro (2007: 176), berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam
sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi :
a. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam prosa
yang bersangkutan (Wahyuningtyas & Santosa, 2011: 3). Sayuti (dalam Wiyatmi,
2006: 31) mengungkapkan bahwa ada tiga cara untuk menentukan tokoh utama
atau sentral. Pertama, tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema.
memerlukan waktu penceritaan. Tokoh utama dalam sebuah novel mungkin saja
lebih dari seorang, meskipun kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan
mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya
terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.
b. Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam
cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama
(Wahyunintyas & Santoso, 2011: 3).
Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan di atas, tidak akan begitu
saja hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan “sarana” yang memungkinkan
kehadirannya. Ada dua cara menggambarkan watak tokoh yaitu secara langsung
(telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Nurgiyantoro, 2007:
195-210). Berikut penjelasan kedua teknik tersebut :
a) Teknik Langsung (telling, analitik)
Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca
secara tidak berbelit-belit dan disertai deskripsi kehadirannya, yang mungkin
berupa sikap, watak, tingkah laku, atau juga ciri fisiknya.
b) Teknik tak langsung (showing, dramatik)
Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat serta tingkah laku
tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kehadirannya
sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan.
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
Wahyuningtyas & Santosa (2011: 5), penokohan mengacu pada teknik
perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian dari tokoh adalah orang yang memainkan suatu
adegan dalam cerita, sedangkan penokohan adalah watak atau karakter yang ada
dalam setiap tokoh.
2.2.2.2Latar
Latar atau setting disebut juga landasan tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 216). Menurut
Wiyatmi (2006:40), latar memiliki fungsi untuk memberi konteks cerita. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh
disuatu tempat tertentu, pada suatu masa, dan lingkungan masyarakat tertentu.
Menurut Nurgiyantoro (2007: 227-234), unsur latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.
a. Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi.
b.Latar Waktu
Latar waktu berhubungan denga masalah “kapan” terjadinya peristiwa
-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
c. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berbikir dan bersikap.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa latar (setting) adalah suatu lingkungan atau
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar
tempat, waktu, dan sosial.
2.2.2.3Alur
Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang penting. Menurut Abrams
(dalam Nurgiyantoro, 2007: 113), alur merupakan struktur peristiwa-peristiwa
yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai
peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Alur
juga dapat diartikan sebagai struktur penceritaan dalam prosa fiksi yang di
dalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan
hukum sebab-akibat serta logis (Tjahjono, 1988: 107). Sejalan dengan pendapat
Stanton dalam Nurgiyantoro (2007: 113) mengemukakan bahwa alur adalah cerita
yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lainnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa alur adalah urutan peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan
terjadinya peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.
Secara umum, struktur alur dapat digambarkan sebagai berikut (Sudjiman, 1988:
1) Awal
a. Paparan (exsposition)
Paparan adalah penyampaian informasi awal kepada pembaca yang
disebut juga dengan eksposisi. Pada bagian ini pengarang memberikan gambaran
awal kepada pembaca untuk memudahkan pembaca mengikuti jalan cerita
selanjutnya. Pengarang memperkenalkan para tokoh, menggambarkan secara
singkat watak tokoh-tokohnya, serta menjelaskan tempat terjadinya peristiwa
dalam cerpen.
b. Rangsangan (inciting moment)
Pada rangsangan terjadi peristiwa yang menimbulkan terjadinya gawatan
sehingga memiliki potensi untuk kemudian mengembangkan jalan cerita yang
akan berlanjut pada bagian gawatan. Tidak ada patokan mengenai panjang
paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada
gawatan (Sudjiman, 1988: 33).
c. Gawatan (rising action)
2) Tengah
a. Tikaian (conflict)
Tikaian adalah perseisihan yang timbul karena adanya dua kekuatan yang
bertentangan. Tikaian ini dapat berupa pertentangan tokoh dengan suara hati dan
prinsip dirinya, dengan kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh
lain, ataupun pertentanganantara dua unsur dalam diri satu tokoh tersebut
b. Rumitan (complication)
Perkembangan dari gejala muda tikaian menuju ke klimaks cerita disebut
rumitan.
c. Klimaks
Klimaks akan tercapai apabila rumitan sudah mencapai puncaknya. Oleh
sebab itu klimaks disebut juga sebagai titik puncak suatu cerita (Hariyanto, 2000:
39).
3) Akhir
a. Leraian (falling action)
Leraian menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian.
b. Selesaian (denouement)
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Tidak menutup
kemungkinan sebuah cerita berakhir dalam keadaan salah satu atau bahkan
beberapa tokohnya masih berada dalam masalah.
2.2.3 Psikologi Sastra
Psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari
tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010: 3). Psikologi sastra
adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas
kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis, hal penting yang perlu
dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan
pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan
Sastra dan psikologi sama-sama membicarakan manusia. Bedanya, sastra
membicarakan manusia yang diciptakan (manusia imajiner) oleh pengarang,
sedangkan psikologi membicarakan manusia yang diciptakan Tuhan yang secara
riil. Meskipun sifat-sifat manusia dalam karya sastra bersifat imajiner, tetapi di
dalam menggambarkan karakter dan jiwanya, pengarang menjadikan manusia
yang hidup di alam nyata sebagai model di dalam penciptaannya (Wiyatmi, 2006:
107). Dengan demikian, dalam menganalisis tokoh dalam karya sastra dan
perwatakannya, seorang pengkaji sastra juga harus mendasarkan pada teori dan
hukum psikologi yang menjelaskan perilaku dan karakter manusia.
Berdasarkan pendapat-pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan
bahwa psikologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang segala
tingkah laku dan kejiwaan manusia. Psikologi sastra sebagai ilmu sastra yang
mendekati sastra dari sudut psikologis. Peneliti bermaksud untuk memanfaatkan
teori-teori psikologi yang relevan untuk menemukan gejala yang tersembunyi atau
sengaja disembunyikan oleh pengarangnya. Dengan memusatkan perhatian pada
tokoh-tokoh, maka dapat dianalisis konflik batin yang terdapat dalam cerita.
2.2.4 Psikologi Abraham Maslow
Ada beberapa teori psikologi diantaranya teori psikoanalisis Sigmund
freud, teori psikoanalisis humanistik Fromm, psikologi analitik Jung, dan teori
humanistik Abraham Maslow. Dalam penelitian ini, kaitan antar penokohan, latar,
dan alur akan dianalisis dengan konflik batin tokoh yang ada dalam teori
Menurut Maslow (dalam Minderop, 2011: 277), tingkah laku manusia
lebih ditentukan oleh kecenderungan individu untuk mencapai tujuan agar
kehidupan si individu lebih bahagia dan sekaligus memuaskan. Maslow juga
beranggapan bahwa kebutuhan di level rendah harus terpenuhi terlebih dahulu
sebelum kebutuhan-kebutuhan di level tinggi menjadi hal yang memotivasi. Lima
kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif, yang berarti
bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi
(Jess Feist & Gregory J. Feist, 2010: 331).
Maslow (dalam Jess Feist & Gregory J. Feist, 2010: 332) menyampaikan
teorinya tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang dapat terpenuhi
atau bahkan selalu terpenuhi dan kemampuannya untuk muncul kembali.
Kebuthan fisiologis, misalnya kebutuhan pangan, sandang. papan, oksigen, seks,
dan sebagainya, demi kelangsungan hidup manusia.
b. Kebutuhan akan Keamanan
Ketika orang telah memenuhi kebutuhan fisiologis mereka, mereka
menjadi termotivasi dengan kebutuhan akan keamanan, yang termasuk di
dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas ketergantungan, perlindungan, dan
kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam. Kebutuhan akan hukum,
ketenteraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan
Setelah orang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka
menjdai termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan, seperti keinginan
untuk berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan
untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan
masyarakat, atau Negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek
dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk
memberi dan mendapatkan cinta.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan ini mencakup penghormatan diri,
kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi.
Terdapat dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan, yaitu reputasi dan harga
diri. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang
dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri
adalah perasaan pribadi seorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan
percaya diri.
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan
semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin. Orang yang
mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika
mereka dimaki, ditolak dan diremehkan oleh orang lain. Dengan kata lain,
cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak
kebutuhan level rendah yang memberi mereka kehidupan.
Menurut Maslow, kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar apa pun akan
mengarah kepada beberapa jenis patologi. Ancaman bagi rasa aman seseorang
bisa mengarah pada rasa ketakutan, tidak aman, dan putus asa. Ketika cinta tidak
terpebuhi, seseorang dapat menjadi defensif, terlalu agresif, atau kurang
bersosialisasi. Kurang dihargai akan menghasilkan penyakit kejiwaan yang
disebut meragukan diri sendiri (self-doubt), menganggap dirinya kurang (
self-depreciation), dan tidak percaya diri. Deprivasi dari kebutuhan aktualisasi diri
dapat mengarah kepada patologi, atau metapatologi, yang didefinisakan sebagai
ketidakhadiran nilai, kurangnya pemenuhan, dan kehilangan makna hidup. (Jess
Feist & Gregory J. Feist, 2008: 251).
2.2.5 Konflik
Konflik adalah tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya
pertentangan dua atau lebih kekuatan (Hariyanto, 2000: 39). Sejalan dengan itu,
menurut Baron (2005: 194) konflik merupakan suatu proses di mana individu atau
kelompok mempersepsikan bahwa orang lain telah atau akan segera melakukan
tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka. Selain itu
Minderop (2010: 229) juga berpendapat bahwa konflik terjadi karena manusia
harus memilih. Konflik bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang,
misalnya adanya kebebasan versus ketidakbebasan dan adanya kerja sama versus
bertentangan antar individu atau suatu kelompok karena adanya kesalahpahaman
atau perbedaan pendapat.
2.2.6 Konflik Batin
Konflik batin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan
atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga
memengaruhi tingkah laku. (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, 2008:
723). Menurut Heerdjan (1987: 31), konflik adalah keadaan pertentangan antara
dorongan-dorongan yang berlawanan, tetapi ada sekaligus bersama-sama dalam
diri seseorang konflik batin timbul pada saat ego menghadapi dorongan kuat dari
id yang tidak dapat diterimanya dan dihayati sebagai berbahaya. Bila kekuatan
naluri melebihi kemampuan ego untuk mengendalikan dan menyalurkannya,
muncullah gejala rasa cemas, takut, sedih, dan emosional. Ini tanda bahaya, yang
menyatakan bahwa ego berhasil menyelesaikan konflik.
Menurut Tjahjono (1987: 113), konflik batin adalah pertarungan individual
yang terjadi dalam batin manusia itu sendiri. Seringkali untuk membuat sebuah
keputusan atau ketetapan, terjadilah pergumulan antara kekuatan keberanian dan
ketakutan, kebajikan dan kejahatan, kejujuran dan kecurangan, dan sebagainya
(Tjahjono, 1987: 113). Konflik terjadi karena manusia harus memilih. Konflik
bisa pula terjadi karena masalah internal seseorang. Singkatnya, menurut
1. Adanya kebebasan versus ketidakbebasan
Manusia kerap kali ingin melakukan sesuatu di masa kecil, namun kita
diberi pelajaran bahwa yang kita lakukan harus diikuti dengan sikap
bertanggung jawab.
2. Adanya kerja sama versusu persaingan
Kompetisi telah diajarkan sejak masa kecil hingga deewasa, sejak di
sekolah dasar hingga terjun ke masyarakat, dalam bidang pekerjaan. Di
saat bersamaan kita harus pula bekerja sama dan menolong orang lain.
Kontradiksi semacam ini berpotensi melahirkan konflik.
3. Adanya ekspresi impuls versus standar moral
Suatu masyarakat menganut sistem moral yang mengatur tingkah laku
anggota masyarakat sebagai individu dan sebagai warga masyarakat.
Misalnya, naluri agresif seksual kerap kali berkonflik dengan satandar
moral yang bilamana dilanggar akan melahirkan frustasi.
2.2.7 Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik
dan peserta didik dengan peserta didik dalam rangka memperoleh pengetahuan
yang baru dikehendaki dengan menggunakan berbagai media, metode, dan sumber
belajar yang sesuai dengan kebutuhan (Fadlillah, 2014: 173). Pengajaran sastra
dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat,
yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
1988: 16). Agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa
aspek perlu dipertimbangkan. Ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan
jika ingin memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 27) :
1. Bahasa
Perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak
aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh
masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor lain seperti cara penulisasn yang
dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan
kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Agar pengajaran sastra dapat
lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk
memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat
penguasaan bahasa siswanya.
2. Psikologi
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan
psikologis hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar
pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja
sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang
dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan
psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto (1988: 30)
menyajikan tentang perkembangan psikologi anak :
a. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi
b. Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke
realitas. Pada tahap ini anak telah menyenangi cerita kepahlawanan, petualangan,
dan bahkan kejahatan.
c. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)
Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi
dan sangat berniat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.
d. Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya)
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal yang praktis
saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena.
3. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya juga harus diperhatikan. Biasanya siswa akan
mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat
hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara
umum guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan
prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para
siswa.
2.2.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Menurut Muslich (2007: 10), KTSP merupakan penyempurnaan dari
kurikulum 2004 (KBK). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
Pendidikan Nasional mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua
sekolah telah melaksanakan KTSP. KTSP disusun dalam rangka memenuhi
amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich,
2007: 1).
Materi pembelajaran yang akan digunakan untuk pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XII semester 1 dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
sebagai berikut :
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
5. Memahami pembacaan novel 5.2 Menjelaskan unsur-unsur
intrinsik dari pembacaan
penggalan novel
2.2.9 Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema
tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Fadlillah,
2014: 135). Prinsip-prinsip pengembangan silabus menurut Mulyasa (dalam
1. Ilmiah
Setiap materi yang dikembangkan dalam bentuk silabus harus mempunyai
nilai-nilai kebenaran sehingga muatan materi-materi yang dikembangkan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Relevan
Setiap materi yang dikembangkan harus mengacu pada karakteristik
peserta didik, sebab mereka yang akan menjalankan proses pembelajaran yang
sesungguhnya. Untuk itulah pengembangan silabus harus relevan dengan
kebutuhan peserta didik.
3. Fleksibel
Setiap materi yang dikembangkan dalam silabus harus dapat dilaksanakan
sesuai dengan keadaan.
4. Kontinuitas
Setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki
keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta
didik.
5. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi inti, kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
6. Memadai
Ruang lingkup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian dapat mencapai kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
7. Aktual dan Kontekstual
Ruang lingkup kompetensi dasar indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memperhatikan
perkembangan teknologi saat ini.
8. Efektif
Keterlaksanaan silabus dalam proses pembelajaran dan tingkat pembentukan
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
2.2.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam
silabus (Mulyasa dalam Fadlillah, 2014: 144). Menurut Fadlillah (2014: 152),
dalam penyusunan RPP tetap harus memperhatikan prisnsip pengembangan dan
penyusunan RPP. Prinsip penyusunan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, bakat, tingkat
intelektual, emosi, potensi, motivasi, lingkungan peserta didik serta kecepatan
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat peserta didik untuk mendorong semngat belajar, minat, motivasi, dan
kreativitas.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP.
6) Penekanan pada keterkaitan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan,
indikator, penilaian, dan sumber belajar dalam pengalaman belajarnya.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu.
8) Penerapan teknologi dan komunikasi secara sistematis yang sesuai dengan
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada metodologi penelitian ini terdapat enam subbab, yaitu pendekatan
dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sumber data,
dan teknik analisis data. Kelima hal tersebut dijelaskan secara terperinci dalam
setiap subbab berikut ini.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra merupakan penelaahan sastra yang
menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra
yang dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca, dan teks sendiri (karya).
Psikologi sastra ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis aspek kejiwaan
para tokoh dalam suatu karya sastra. Dalam analisis, pada umumnya yang menjadi
tujuan adalah tokoh utama, tokoh kedua, tokoh ketiga, dan seterusnya (Ratna,
2011: 343). Dengan menggunakan pendekatan tersebut peneliti dapat lebih mudah
memahami dan menganalisis tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa karya Okky
Madasari
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2007: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang
dan perilaku yang diamati. Penelitian ini juga menghasilkan prosedur analisis
statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian ini termasuk kualitatif karena
peneliti akan menyajikan kata-kata tertulis yang mengandung konflik batin dari
dua tokoh utama yang terdapat dalam novel.
3.2 Sumber Data
Suharsimi Arikunto (1990: 172) mengatakan bahwa, sumber data dalam
penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data merupakan tempat
asal muasal data diperoleh. Sumber data pada penelitian ini adalah
Judul : Pasung Jiwa
Pengarang : Okky Madasari
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 328 halaman
3.3 Instrumen Penelitian
Menurut Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian
Kualitatif (2006: 168), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.
Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir
data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Dalam penelitian
ini yang berperan sebagai alat pengumpulan data adalah peneliti sendiri.
Penelitilah yang mengumpulkan data-data dari novel Pasung Jiwa karya Okky
Madasari.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (1990: 134) teknik pengumpulan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Langkah-langkah
Pertama, peneliti memilih novel yang akan diteliti. Kedua, peneliti
membaca sambil menandai setiap kalimat yang mengandung konflik batin dua
tokoh utama dalam novel Pasung Jiwa dengan bolpoin berwarna. Ketiga,
menuliskan setiap kalimat yang mengandung konflik batin dua tokoh utama pada
kertas HVS.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar, sehingga dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Moleong, 2007). Teknik analisa data yang digunakan oleh
peneliti dalam melakukan analisis data dalam novel Pasung Jiwa karya Okky
Madasari adalah :
1) Peneliti membaca ulang data yang sudah dikumpulkan dan mengamati dengan
teliti bagian kalimat yang menunjukkan konflik batin.
2) Peneliti menelaah data yang terkumpul dalam bentuk catatan dengan cara
menghubungkannya dengan teori, apakah kalimat tersebut sesuai dengan teori
atau tidak.
3) Peneliti menganalisis data dengan mengamati dengan teliti bagian kalimat
yang menunjukkan konflik batin.
4) Peneliti menghubungkan konflik batin dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di kelas XII SMA
33 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Dalam bab empat ini dideskripsikan unsur intrinsik karya sastra yang dibatasi
pada tokoh, penokohan, alur, dan latar. Peneliti memilih empat dari enam unsur
intrinsik yang ada karena unsur tersebut bisa membantu dalam menemukan
konflik batin yang dialami oleh tokoh Sasana dan Jaka.
Tokoh dan penokohan dimulai dari kutipan (1) sampai kutipan (74). Latar
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu latar tempat dimulai dari kutipan (75) sampai
kutipan (95), latar waktu dimulai dari kutipan (96) sampai kutipan (117), dan latar
sosial dimulai dari kutipan (18) sampai kutipan (134). Alur juga meliputi beberapa
bagian, yaitu paparan yang dimulai dari kutipan (135) sampai kutipan (138),
rangsangan dimulai dari kutipan (139) sampai kutipan (142), gawatan dimulai dari
kutipan (143) sampai (146), tikaian dimulai dari kutipan (147) sampai kutipan
(150), rumitan dimulai dari kutipan (151) sampai kutipan (154), klimaks hanya
terdapat pada kutipan (155), leraian terdapat pada kutipan (156) dan (157), dan
selesaian terdapat pada kutipan (158) dan (159). Konflik batin kedua tokoh
dimulai dari kutipan (160) sampai kutipan (189).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi
sastra. Pendekatan ini menganalisis aspek-aspek psikologi dari tokoh utama dalam
karya sastra tersebut. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran
4.2 Analsis Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral, dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 165). Menurut
Wahyuningtyas & Santoso, (2011: 3), tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritaanya dalam prosa yang bersangkutan. Tokoh tambahan adalah tokoh
yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat
diperlukan untuk mendukung tokoh utama.
Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan di atas, tidak akan begitu
saja hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan “sarana” yang memungkinkan
kehadirannya. Ada dua cara menggambarkan watak tokoh yaitu secara langsung
(telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Nurgiyantoro, 2007:
195-210). Menurut Nurgiyantoro (2007: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
4.2.1 Tokoh Utama
Ada dua tokoh utama yang terdapat dalam novel Pasung Jiwa karya Okky
Madasari yaitu Sasana dan Jaka. Mereka dikatakan sebagai tokoh sentral karena
keduanya hadir begitu dominan dalam setiap cerita.
a. Sasana
Sasana digambarkan sebagai tokoh “aku”. Hal ini ditunjukkan pengarang
(1) “Mau jadi apa kamu ikut-ikutan seperti itu?” Hanya itu saja kalimat yang aku dengar. Selebihnya suara Ibu hanya seperti dengungan lebah yang berputar-putar di atas kepalaku. (Madasari, 2013: 20)
Tokoh Sasana digambarkan sebagai seorang anak laki-laki dari keluarga
yang cukup berpendidikan dan terpandang di Jakarta. Ayahnya seorang pengacara
dan ibunya seorang dokter ahli bedah. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut
(2) Aku laki-laki kecil tak berdaya, yang hanya bisa melakukan setiap hal yang orangtuaku tunjukkan. (Madasari, 2013: 14)
(3) “Percuma punya suami pengacara kalau ngurus anak SMA saja nggak becus!” serunya. Ayah diam saja. Ia sama sekali tak membantah. (Madasari, 2013: 40)
(4) Sampai-sampai ia merasa perlu mendatangkan banyak banyak dokter untuk memeriksa kondisiku. Padahal ia sendiri juga dokter, bahkan dokter ahli bedah. (Madasari, 2013: 41)
Sedari dalam kandungan ibunya, Sasana sudah dikenalkan dengan
karya-karya piano klasik dan setelah ia bersekolah pun ia dimasukkan orangtuanya
untuk kursus piano. Prestasinya membanggakan. Selain lancar bermain piano, ia
meraih prestasi akademis di sekolahnya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan
teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut
(5) Saat masuk sekolah dasar, aku sudah mahir memainkan komposisi-komposisi klasik dunia. Beethoven, Chopin, Mozart, Bach, Brahms.. Sebutkan saja! Aku bisa memainkan semuanya dengan indah. (Madasari, 2013: 15)
Saat memasuki SMA, ia menjadi korban pemerasan oleh kelompok gang
di sekolah, dimana ia harus menyetor uang jajannya ke gang tersebut. Hingga
suatu hari ia dipukuli sehingga menyebabkan badannya remuk dan mengenakan
tongkat ke sekolah. Bagi Sasana, ke sekolah seperti neraka. Selalu
dibayang-bayangi ketakutan akan pemukulan dan penghinaan oleh kelompok gang tersebut.
Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui
kutipan sebagai berikut
(7) Setiap hari, lima anggota Dark Gang menghampiriku saat aku baru keluar dari kelas. Mereka minta jatah lima ribu rupiah. Kadang mereka menggeledah tasku, mengambil apa saja yang bisa diambil. Aku menurut. Apa pun yang mereka minta aku berikan. Asalkan aku tak dipukul hingga ketika pulang penuh lebam dan membuat ibuku kembali menangis. (Madasari, 2013: 34).
Tokoh Sasana juga digambarkan sebagai tokoh yang pantang menyerah
ketika ia mendapatkan kesempatan hidupnya ketiga setelah keluar dari Rumah
Sakit Jiwa. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau
ekspositori melalui kutipan sebagai berikut
(8) Aku tidak mau menyerah. Aku harus bisa menjadi Sasa yang dulu. Bahkan harus lebih! Hidup baruku dimulai. Hidupku yang ketiga. Hidup pertama dimulai saat aku dilahirkan, lalu aku mati di sekolah laki-laki. Hidup keduaku dimulai saat aku bertemu Cak Jek hingga aku dikubur di rumah sakit jiwa. Sekarang aku dapat kesempatan ketiga. Tak akan aku sia-siakan. (Madasari, 2013: 228-229)
Setelah dipukuli oleh kelompok gang di sekolahnya, Sasana juga tidak
mendapatkan pembelaan yang cukup, terutama dari orangtuanya. Hal ini
ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui
kutipan sebagai berikut