• Tidak ada hasil yang ditemukan

iii Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang disusun oleh Debi Gusrika Wulandari, Nomor Induk Mahasiswa A1F118036 telah dipertahankan di depan tim penguji pada 29 Desember 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " iii Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang disusun oleh Debi Gusrika Wulandari, Nomor Induk Mahasiswa A1F118036 telah dipertahankan di depan tim penguji pada 29 Desember 2022"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

DEBI GUSRIKA WULANDARI NIM A1F118036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

i SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Jambi

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak usia Dini

OLEH

DEBI GUSRIKA WULANDARI NIM A1F118036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

NOVEMBER 2022

(3)

ii

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang disusun oleh Debi Gusrika Wulandari, Nomor Induk Mahasiswa A1F118036 telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam sidang Dewan Penguji.

Jambi, November 2022 Pembimbing I

Drs. Tumewa Pangaribuan, M.Pd NIP. 195910101985031006

Jambi, November 2022 Pembimbing II

Rizki Surya Amanda, M.Pd NIP. 199310022020122003

(4)

iii

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang disusun oleh Debi Gusrika Wulandari, Nomor Induk Mahasiswa A1F118036 telah dipertahankan di depan tim penguji pada 29 Desember 2022.

Tim Penguji

1. Drs. Tumewa Pangaribuan, M.Pd Ketua NIP. 195910101985031006

2. Rizki Surya Amanda, M.Pd Sekretaris NIP. 199310022020122003

Jambi, November 2022 Mengetahui,

Ketua Program Studi PG-PAUD

Dr. Drs. H. Hendra Sofyan, M.Si

NIP. 196505051991121001

(5)

iv NIM : A1F118036

Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak UsiaDini

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “Peningkatan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Teknik Meronce di TK Negeri Sungai Bengkal”

benar-benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian orang lain. Bila dikemudian hari terbukti mengingkari pernyataan di atas, saya bersedia kesarjanaan saya dan kewenangan yang melekat pada ke sarjanaan tersebut dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Jambi, November 2022 Menyatakan

Debi Gusrika Wulandari A1F118036

(6)

v

dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi, Pembimbing (I) Drs. Tumewa Pangaribuan, M.Pd (II) Rizki Surya Amanda, M.Pd.

Kata Kunci: Kreativitas, Teknik Meronce

Latar belakang dari penelitian ini adalah kreativitas anak harus dilatih sejak dini karena akan menentukan kemampuan anak untuk menunjukkan bakat yang mereka miliki. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah menerapkan teknik meronce dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan teknik meronce, anak akan melakukan kegiatan belajar sambil bermain yang membutuhkan pemikiran kreatif, kemampuan motorik dan pola-pola yang sesuai dengan keinginan anak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik meronce dapat meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 Tahun di TK Negeri Sungai Bengkal.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah yang meliputi penyusunan rencana, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan melakukan refleksi pada akhir kegiatan. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus masing- masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data diperoleh dengan cara mengisi lembar angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kreativitas anak usia 5-6 Tahun di TK Negeri Sungai Bengkal pada pratindakan sebesar 36,93. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I kreativitas anak usia 5-6 Tahun di TK Negeri Sungai Bengkal mengalami peningkatan pada pertemuan 1 sebesar 40,40, pertemuan 2 41,47 dan pertemuan 3 47,47. Pada siklus II pertemuan 1 sebesar 47,87, pertemuan 2 53,80 dan pertemuan 3 sebesar 57,33. Pada siklus III rata-rata pertemuan 1 sebesar 64,07, pertemuan 2 72,80 dan pertemuan 3 sebesar 80,40.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah teknik meronce dapat meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Sungai Bengkal dengan peningkatan yang sangat baik melebihi batas ketuntasan 70 yaitu 80,40 dan berada pada kategori tinggi.

(7)

vi

“Peningkatan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Teknik Meronce di TK Negeri Sungai Bengkal”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan Skripsi ini, terutama kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M.Sc selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

3. Bapak Dr. Drs. Hendra Sofyan, M.Si Ketua Program Studi PG- PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

4. Bapak Drs. Tumewa Pangaribuan, M.Pd sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang sudah mengarahkan dan sangat teliti dalam mengoreksi Skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan baik.

5. Ibu Rizki Surya Amanda, M.Pd selaku Pembimbing II yang selalu memberikan arahan, nasehat dan saran-saran guna penyelesaian Skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen PG-PAUD Universitas Jambi yang telah

(8)

vii

Ibu Fatimah yang telah memberikan semangat dan motivasi serta do’a yang tidak hentinya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini.

8. Abang penulis Meirizal Sanputra, Amd.Kep dan istri Nurul Try Wahyu Ningsih, S.Pd.,Gr beserta keponakan Khalisa Elshanum Hanania yang selalu memberi semangat serta do’a dalam penyeselesaian skripsi ini.

9. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu- persatu, terimakasih atas do’a dan bantuannya dalam penulisan Skripsi ini.

10. Last but not least, i wanna thank me. I wanna thank me for believing in me. I wanna thank me for doing all this hard work. I wanna thank me for having no days off. I wanna thank me for never quitting.

Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Jambi, November 2022

Penulis

(9)

viii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

1.6. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1. Teknik Meronce ... 9

2.1.1. Pengertian Meronce ... 9

2.1.2. Langkah-Langkah Melakukan Kegiatan Meronce ... 10

2.1.3. Tahapan dalam Meronce ... 11

2.1.4. Manfaat Meronce ... 12

2.1.5. Media dalam Teknik Meronce ... 13

2.2. Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini ... 14

2.2.1. Pengertian Perkembangan Kreativitas ... 15

2.2.2. Jenis-Jenis Kreativitas ... 15

2.2.3. Indikator Perkembangan Kreativitas ... 16

2.2.4. Model Pembelajaran dalam Perkembangan Kreativitas ... 17

2.2.5. Manfaat Perkembangan Kreativitas ... 19

(10)

ix

2.5. Kerangka Pemikiran ... 22

2.6. Hipotesis Tindakan... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 24

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.3.Populasi dan Sampel ... 25

3.4. Jenis Dan Sumber Data ... 26

3.5. Prosedur Penelitian ... 26

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.7. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Deskripsi Data Sebelum Tindakan... 43

4.1.2. Deskripsi Data Setelah Tindakan ... 48

4.1.3. Peningkatkan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Teknik Meronce di TK Negeri Sungai Bengkal... 76

4.2. Pembahasan ... 77

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 83

(11)

x

Tabel 3.2. Sampel Penelitian ... 26

Tabel 3.2. Tema dan Sub Tema Pembelajaran ... 39

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Penelitian ... 39

Tabel 3.4. Kriteria Penafsiran ... 42

Tabel 4.1. Persentase Pratindakan ... 46

Tabel 4.2. Persentase Siklus I Pertemuan I ... 50

Tabel 4.3. Siklus I Pertemuan 2 ... 53

Tabel 4.4. Persentase Siklus I Pertemuan 3 ... 56

Tabel 4.5. Persentase Siklus II Pertemuan 1 ... 59

Tabel 4.6. Persentase Siklus II Pertemuan 2 ... 62

Tabel 4.7. Persentase Siklus II Pertemuan 3 ... 65

Tabel 4.8. Persentase Siklus III Pertemuan 1 ... 68

Tabel 4.9. Persentase Siklus III Pertemuan 2 ... 71

Tabel 4.10. Persentase Siklus III Pertemuan 3 ... 74

Tabel 4.11. Rata-Rata Kreativitas Anak Sebelum dan Setelah Tindakan ... 76

(12)

xi

Lampiran 2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 84

Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 85

Lampiran 4. Angket Penelitian ... 88

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) ... 92

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) ... 95

Lampiran 7. Hasil Pengisian Angket ... 115

Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 135

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ... 145

(13)

1

Anak usia dini merupakan anak-anak yang berusia dibawah 6 tahun.

Pada hakikatnya anak usia dini ini merupakan individu yang sangat unik dengan pola pertumbuhan dan perkembangan dalam segala aspek, baik itu aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas dan bahasa yang sesuai dengan tahapan yang dilalui anak. Oleh karena itu, pada anak usia dini harus memperoleh pendidikan yang layak agar segala aspek pertumbuhan dan perkembangannya tercapai.

Salah satu perkembangan pada anak usia dini yang perlu diperhatikan adalah perkembangan kreativitas. Hal ini dikarenakan perkembangan kreativitas akan menentukan kemampuan anak untuk menunjukkan bakat yang mereka miliki. Perkembangan kreativitas pada anak usia dini menjadi sangat penting, sebab pada usia dini anak memiliki potensi dan karakteristik yang unik. Apabila potensi dan karakteristiknya dikelola dengan baik, maka akan terlihat bakat anak dalam segala hal, termasuk dalam kehidupan sosialnya kelak.

Menuru Syifa’urrahmah dkk (2021: 107-108) anak usia dini dikatakan sudah memiliki perkembangan kreativitas yang optimal, apabila anak memiliki perilaku yang kreatif, seperti anak memiliki kelancaran (fluency) dalam menciptakan suatu gagasan, memiliki keluwesan (flexibility) dalam memecahkan masalah, anak memiliki sifat keaslian (originaly) dari

(14)

pemikiran sendiri, memiliki keterperincian (Elaboration) dan memiliki kepekaan (sensitivity).

Selanjutnya Kusumawardani dan Rosidah (2018: 12) juga menyebutkan bahwa perkembangan kreativitas pada anak usia dini membutuhkan kerjasama dari kemampuan intelektual, pengetahuan, gaya berpikir, kepribadian, motivasi dan lingkungan. Oleh karena itu, anak usia dini harus memperoleh metode pembelajaran yang tepat agar perkembangan kreativitasnya dapat terstimulus dengan baik.

Salah satu permainan yang dapat diberikan kepada anak untuk meningkatkan kreativitasnya adalah dengan menerapkan teknik meronce.

Menurut Nasaruddin (2021: 54) teknik meronce adalah cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang dilakukan dengan menyusun bagian- bagian bahan berlubang atau sengaja dilubangi memakai bantuan benang, tali dan sejenisnya.

Selanjutnya Romadhona (2018: 8-9) menyebutkan bahwa teknik meronce dapat pula disebut sebagai teknik permainan edukatif yang sederhaan, namun meningkatkan motorik anak usia dini. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan teknik meronce, anak akan melakukan kegiatan belajar sambil bermain yang membutuhkan pemikiran kreatif, kemampuan motorik dan pola-pola yang sesuai dengan keinginan anak.

Menurut Kuswanto dkk (2021: 59-60) meronce adalah suatu kegiatan yang dapat merangkai manik-manik menjadi bentuk gelang, kalung maupun bentuk lain berdasarkan warna, bentuk manik-manik atau jumlahnya,

(15)

sehingga dalam melakukan kegiatan meronce anak akan melakukan berbagai aneka bentuk gerakan yang dapat melatih cara berpikir, memahami hingga dapat memperhatikan bagimana sebuah tali dapat masuk ke luabng yang kecil maupun yang besar.

Kemudian saat melakukan kegiatan meronce dapat menstimulasi ketangkasan anak untuk berpikir cara melakukan gerakan-gerakan dalam meronce. Kegiatan meronce juga akan melatih imajinasi anak melalui bentuk dan juga bahan. Selain itu, meronce juga dapat menyalurkan pesan hingga dapat merangsang pikiran dan mencerminkan wujud penghargaan terhadap keindahan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian Yunita dkk (2015: 5) teknik meronce dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan meronce anak dapat menggunakan semua otot untuk melakukan gerakan terkoordiansi, seperti memasukkan benang dalam lubang, merangkai warna yang senada untuk menghasilkan hasil roncean yang menarik. Peningkatan kreativitas anak usia dini melalui kegiatan meronce dapat dilihat dari anak memiliki kelancaran (fluency) dalam menentukan ide dalam meronce, anak memiliki keluwesan (flexibility) dalam memecahkan masalah saat melakukan kegiatan meronce, anak memiliki keaslian (originaly) dalam menentukan ide untuk meronce, anak memiliki keterperincian (Elaboration) saat melakukan kegiatan meronce dan anak memiliki kepekaan (sensitivity) dalam melakukan kegiatan meronce.

(16)

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan meronce memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kreativitas pada anak usia dini.

Mengingat kreativitas anak akan menentukan kepercayaan diri dan menjadikan anak lebih produktif ketika mereka berada di lingkungan sosialnya. Selain itu, kreativitas juga mempermudah anak untuk mencari solusi ketika ia menghadapi suatu permasalahan.

TK Negeri Sungai Bengkal merupakan salah satu intansi pendidikan bagi anak usia dini yang beralamat di Muara Danau, Kelurahan Sungai Bengkal, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Jumlah anak di TK Negeri Sungai Bengkal ini sebanyak 68 anak usia 5-6 tahun yang terbagi kedalam 3 kelas yaitu kelas B1, B2 dan B3.

Hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 13 Januari 2022 pada anak usia 5-6 tahun yang ada di kelas B3 menemukan bahwa masih ada anak yang kreativitasnya belum meningkat dengan baik. Dari 25 anak, maka sebanyak 15 anak memiliki perkembangan kreativitas yang harus ditingkat. Adapun inisial dari ke 15 anak tersebut adalah ARR, AAF, AR, AAS, AZ, ANA, BDM, CMA, DVA, KSS, KRP, KAN, MAA, MR dan MRFR.

Beberapa permasalahan kreativitas yang dihadapi ke 15 anak itu terlihat saat anak mengikuti kegiatan menggambar, dimana anak belum memiliki kelancaran dalam menciptakan bentuk gambar yang harus diselesaikan. Bahkan anak juga belum memiliki keluwesan dalam memilih warna yang tepat dan sesuai dengan gambar yang mereka buat. Hal ini

(17)

menyebabkan anak harus meniru bentuk gambar yang dibuat oleh peneliti maupun oleh teman sebelahnya, sehingga kondisi ini menunjukkan bahwa anak belum memiliki sifat keaslian yang menggambarkan hasil pemikirannya sendiri.

Selanjutnya saat menggambar tersebut, anak juga terlihat bingung dalam menyesuaikan warna dalam kegiatan menggambar tersebut, sehingga warna dari gambar yang anak buat itu tidak merata dan kurang sesuai. Anak juga terlihat tidak peka terhadap kekurangan warna dari gambar yang dibuat, sehingga harus dingatkan kembali oleh guru dan peneliti. Hal ini menandakan bahwa keterperincian dan kepekaan anak belum tercapai dengan baik.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kreativitas anak harus ditingkatkan, salah satunya menggunakan teknik meronce. Pemilihan teknik meronce dalam penelitian ini dikarenakan selama ini metode pembelajaran yang diterapkan di TK Negeri Sungai Bengkal hanya terbatas pada kegiatan menggambar, mewarnai gambar, melipat kertas, menempel gambar, bermain balok dan lain sebagainya, sedangkan teknik meronce ini belum pernah dilakukan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menerapkan teknik merunce agar anak menjadi tahu dan bisa melakukan kegiatan merunce. Hal ini dikarenakan kegiatan meronce ini tidak hanya melatih kreativitas anak, tetapi juga melatih kesabaran, ketekunan dan perkembangan lainnya. Selain itu, kondisi ini juga menjadi salah satu alasan peneliti memilih lokasi di TK

(18)

Negeri Sungai Bengkal karena di sekolah ini perkembangan kreativitas anaknya masih perlu ditingkatkan, sekolah ini belum menerapkan teknik meronce dalam kegiatan pembelajaran, serta akses untuk melakukan penelitian tindakan kelas di sekolah yang mudah dijangkau.

Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Peningkatan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Teknik Meronce di TK Negeri Sungai Bengkal”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Anak belum mampu memiliki kelancaran dalam menciptakan bentuk gambar.

2. Anak juga belum memiliki keluwesan dalam memilih warna dalam menggambar.

3. Anak harus meniru bentuk gambar yang dibuat oleh peneliti maupun oleh teman sebelahnya.

4. Anak terlihat bingung dan ada warna yang tidak digunakan, sehingga warna dari gambar itu tidak merata.

5. Anak juga terlihat tidak peka terhadap kekurangan warna gambar yang mereka buat.

(19)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah teknik meronce dapat meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 Tahun di TK Negeri Sungai Bengkal?”.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik meronce dapat meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 Tahun di TK Negeri Sungai Bengkal.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi mengenai penerapan teknik meronce dapat mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 Tahun.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat dari penelitian ini terdiri dari:

a) Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai acuan mengenai pemilihan kegiatan bermain yang tepat untuk melatih perkembangan kreativitas anak usia dini.

b) Bagi Peserta Didik

(20)

Melatih perkembangan kreativitas anak usia dini melalui teknik meronce, serta memperkenalkan salah satu jenis permainan edukatif kepada anak usia dini.

1.6. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian ini adalah peningkatan kreativitas anak usia 5-6 Tahun melalui teknik meronce di TK Negeri Sungai Bengkal merupakan peningkatan kreativitas anak usia dini setelah diberi teknik meronce yang dilhat dari anak memiliki kelancaran (fluency) dalam menentukan ide dalam meronce, anak memiliki keluwesan (flexibility) dalam memecahkan masalah saat melakukan kegiatan meronce, anak memiliki keaslian (originaly) dalam menentukan ide untuk meronce, anak memiliki keterperincian (Elaboration) saat melakukan kegiatan meronce dan anak memiliki kepekaan (sensitivity) dalam melakukan kegiatan meronce.

(21)

9 2.1. Teknik Meronce

2.1.1. Pengertian Meronce

Meronce merupakan salah satu cara untuk merangkai manik-manik dengan menggunakan sebuah tali sesuai dengan suatu bentuk, hal ini sesuai dengan pendapat Yunita dkk (2015: 2) meronce merupakan cara cara pembuatan benda hias atau benda pakai yang diperoleh dengan menyusun bagian-bagian bahan berlubang atau yang sengaja dilubangi dengan bantuan benang.

Sudaryani (2014: 12) menyatakan bahwa meronce adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan bahan jadi atau bahan yang dibuat sendiri yang sudah dilubangi. Kemudian disusun dengan rapi, berselang seling dengan bantuan tali dan sejenisnya.

Sumantri (2005: 151) mengemukakan bahwa meronce adalah kegiatan menguntai dengan membuat untaian dari bahan-bahan yang berlubang disatukan dengan tali atau benang. Memasukkan tali atau benang kedalam lubangnya dibantu dengan jarum ataupun tanpa jarum. Selanjutnya menurut Pamadi (2008: 9.4-9.5) meronce merupakan menata dengan bantuan mengikat komponen dengan seutas tali dengan teknik ini seseorang akan memanfaatkan bentk ikatan menjadi lebih lama dibanding dengan benda yang ditata tanpa ikatan.

(22)

Menurut Agustin (2020: 6) meronce merupakan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, dimana anak akan menata dengan memperhatikan bentuk, warna dan ukuran seperti halnya irama musik yang mempunyai tingkat rendah serta keras. Artinya meronce tidak hanya menyusun dan menata bentuk melainkan menata dengan irama.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan emronce adalah kegiatan untuk menyusun dan menyatukan benda jadi maupun kertas yang sudah dilubangi terlebih dahulu dengan menggunakan benang maupun rapia berdasarkan bentuk, warna dan ukuran yang sama.

2.1.2. Langkah-Langkah Melakukan Kegiatan Meronce

Pada saat melakukan kegiatan meronce maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Menurut Sudaryani (2014: 11-12) langkah-langkah dalam melakukan kegiatan meronce adalah:

a. Terlebih dahulu guru menyiapkan alat dan bahan untuk meronce (kertas warna, benang, manik-manik, pipet dan lain sebagainya).

b. Kemudian guru menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah kegiatan dalam meronce.

c. Pertama siswa mengambil kertas ataupun manik-manik yang sudah dilubangi.

d. Kemudian ambilkan benang ataupun pipet sesuai ukuran tersebut dan dimasukkan kedalam lobang.

e. Kemudian dipasang secara ebrselang seling dan pada ujung benang diikat dengan kencang.

(23)

f. Setelah selesai roncehan masing-masing ujung benang diikat dnegan tali rapia.

g. kemudian digantung apabila yang dironce adalah hiasan dinding ataupun digunakan jika yang dironce adalah gelang ataupun kalung.

Dari pendapat diatas, maka ada 7 langkah dalam kegiatan meronce.

Langkah- langkah tersebut harus diikuti dan dilaksanakan dengan baik, sehingga anak dapat melakukan kegiatan meronce dengan hasil yang optimal.

2.1.3. Tahapan dalam Meronce

Pada dasarnya kegiatan meronce terdiri dari beberapa tahapan, dimana masing-masing tahapan memiliki beberapa kegiatan. Hal ini sesuai pendapat Agustin (2020: 8) menyatakan bahwa tahapan meronce pada anak usai dini dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:

a. Tahapan meronce pada kelompok play Group

Pada tahap ini anak akan melakukan kegiatan meronce dengan cara:

1. Main mengosongkan/mengisi seperti bermain congklak, ini bertujuan agar jari-jari anak semakin terampil.

2. Merangkai menggunakan bahan main peran, seperti kalung, gelang dan lain sebagainya.

3. Merangkai terus-menerus sehingga anak masih berkutat dalam memasukkan benang dalam lubang.

(24)

b. Tahapan meronce pada kelompok A

Tahapan meronce pada anak kelompok A ditandai dengan:

1. Merangkai berdasarkan warna.

2. Merangkai berdasarkan bentuk.

3. Merangkai berdasarkan bentuk dan warna c. Tahapan meronce pada kelompok B

Tahapan meronce pada anak kelompok A ditandai dengan:

1. Merangkai berdasarkan warna, bentuk dan ukuran.

2. Membuat pola sendiri

3. Membaca pola kartu dari bermacam-macam tingkat kesulitan.

Dari tahapan diatas, maka masing-masing kegiatan dalam tahapan meronce tentu memiliki manfaat yang baik bagi perkembangan anak.

2.1.4. Manfaat Meronce

Kegiatan meronce dapat melatih anak menjadi lebih kreatif dan memberikan manfaat lain bagi anak. Menurut Kusubandani dkk (2021: 59) kegiatan meronce memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah:

a. Kegiatan meronce membuat anak melakukan berbagai aneka bentuk gerakan sehingga dalam pelaksanaannya anak akan mengalami beebrapa manfaat seperti:

1) Melatih cara berpikir anak dalam menyusun bahan-bahan yang digunakan dalam meronce.

2) Anak memperhatikan dan menelaah cara memasukkan sebuah tali dapat masuk ke lubang yang kecil maupun yang besar.

(25)

3) Anak memahami hingga berpikir untuk dapat melakukan kegiatan tersebut.

b. Kegiatan meronce dapat menstimulasi ketangkasan anak untuk berpikir cara melakukan gerakan-gerakan dalam meronce yang ditandai dengan:

1) Anak dapat berpikir dengan cepat cara melakukan gerakan meronce.

2) Anak dapat melakukan gerakan dengan tangkap ketika menyusun bahan-bahan dalam meronce.

c. Kegiatan meronce juga akan melatih imajinasi anak melalui bentuk dan juga bahan. yang ditandai dengan:

1) Anak akan berimajiansi dalam membentuk pola meronce.

2) Anak akan berimajinasi dalam menyusun warna dan bentuk yang cocok saat menyusun bahan-bahan dalam meronce.

d. Kegiatan meronce juga dapat menyalurkan pesan hingga dapat merangsang pikiran dan mencerminkan wujud penghargaan terhadap keindahan benda-benda yang ada di sekitarnya yang ditandai dengan:

1) Kegiatan meronce melatih anak agar memiliki kepekaan terhadap karya seni.

2) Melalui kegiatan meronce anak dapat menghargai suatu karya seni.

(26)

2.1.5. Media dalam Teknik Meronce

Pada saat melakukan kegiatan meronce maka ada beberapa media yang bisa digunakan. Menurut Komsiyah (2012: 17) media yang dapat digunakan dalam kegiatan meronce adalah:

a. Meronce dari bahan alam merupakan semua jenis bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan alam sekitar secara langsung.

Contohnya seperti janur, bunga segar, buah-buahan dan lain sebagainya.

b. Bahan buatan merupakan jenis bahan yang diperoleh dari hasil produk atau buatan manusia, contohnya seperti monte, manik- manik, pita, kertas berwarna, sedotan minuman, rantai plastik, plastik dan lain sebagainya.

c. Bahan bekas seperti serutan kayu, gelas plastik, sedotan dan lain sebagainya.

Dari hal diatas, maka meronce memberikan banyak manfaat, sehingga penerapan meronce pada anak dapat memacu perkembangan kreativitasnya.

2.2. Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini 2.2.1. Pengertian Perkembangan Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menerapkan suatu ide, dimana semakin banyak ide yang diterapkan maka orang tersebut semakin kreativ. Menurut Masganti (2016: 2) kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan suatu ide yang baru dan memiliki nilai kegunaan, dimana hasil dari ide terseut diperoleh melalui

(27)

progress kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya.

Tahjuddin (2014: 3) menyatakan bahwa perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sementara itu, kreativitas menurut Mulyani (2018: 165-166) merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, metode atau produk baru yang bersifat imajinatif, fleksibel, integrasi dan diferensiasi untuk memecahkan masalah diberbagai bidang atau kajian.

Fitri dan Mayar (2019: 1230) mengungkapkan yang dimaksud dengan perkembangan kreativitas pada anak usia dini ditandai dengan anak mampu untuk berimajinasi ketika melakukan permainan, berkomunikasi dan mengeluarkan ide-ide baru serta mampu untuk menciptakan sesuatu yang baru atau melakukan kombinasi dari dua hal yang berbeda.

Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan perkembangan kreativitas adalah kemampuan anak untuk berpikir guna menciptakan ide-ide kreatif dari hasil imajinatif yang dimiliki.

2.2.2. Jenis-Jenis Kreativitas

Mahardika (2019: 13) menyatakan bahwa kreativitas menurut jenisnya terbagi menjadi tiga kategori dasar, yaitu:

a. Kreativitas motorik

(28)

Kreativitas motorik merupakan salah satu jenis kreativitas yang banyak didominasi oleh kemampuan gerak reflex motorik seseorang. Kemampuan kreativiytas yang tercipta secara alami dalam bentuk gerakan-gerakan tubuh.

b. Kreativitas imajinati

Kreativitas imajinatif adalah jenis kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berimajinasi dalam diri seseorang. Kreativitas imajinatif merupakan salah satu jenis kreativitas yang paling unik, indah dan bisa dibilang istimewa.

c. Kreativitas intelektual

Kreativiats intelektual merupakan salah satu jenis kreativitas yang didominasi pembentukannya oleh kemampuan akal pikir dan rasionalitas manusia.

d. Kreativitas gabungan

Kreativitas gabungan merupakan jenis kreativitas hasil penggabungan dari kreativitas motorik, imajinatif dan intelektual.

2.2.3. Indikator Perkembangan Kreativitas

Yunita dkk (2015: 5) anak usia dini dikatakan sudah memiliki perkembangan kreativitas yang optimal, apabila anak memiliki perilaku yang kreatif, seperti:

a. Anak memiliki kelancaran (fluency) dalam menentukan ide dalam meronce yang diukur berdasarkan:

(29)

1) Anak dapat menciptakan ide/gagasan baru ketika melakukan teknik meronce.

2) Anak dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi pada saat melakukan teknik meronce.

3) Anak memiliki kelancaran dalam menyampaikan ide kepada orang lain saat melakukan teknik meronce.

b. Anak memiliki keluwesan (flexibility) dalam memecahkan masalah saat melakukan kegiatan meronce yang diukur berdasarkan:

1) Anak dapat dengan lincah/luwes dalam melakukan teknik meronce.

2) Anak dapat dengan luwes memberikan alternative dalam peemecahan masalah saat melakukan kegiatan meronce.

3) Anak dapat dengan lincah menyelesaikan permasalahan dalam teknik meronce.

c. Anak memiliki keaslian (originaly) dalam menentukan ide untuk meronce yang diukur berdasarkan:

1) Anak memiliki ide kreatif sendiri saat melakukan teknik meronce.

2) Anak tidak suka meniru atau menggunakan ide orang lain saat melakukan teknik meronce.

3) Anak memiliki pendirian yang kuat dalam menggunakan ide yang dimiliki saat melakukan teknik meronce.

(30)

d. Anak memiliki keterperincian (Elaboration) saat melakukan kegiatan meronce yang diukur berdasarkan:

1) Anak mampu melakukan teknik meronce dengan sangat teliti.

2) Anak dapat melakukan melakukan teknik meronce secara sistematis

e. Anak memiliki kepekaan (sensitivity) dalam melakukan kegiatan meronce. yang diukur berdasarkan:

1) Anak mampu merespon permasalahan dengan cepat saat melakukan kegiatan meronce.

2) Anak dapat menangkap kondisi orang lain ketika melakukan kegiatan meronce bersama dengan teman-temannya.

2.2.4. Model Pembelajaran dalam Perkembangan Kreativitas

Menurut Masganti (2016: 41-47) model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan kreativitas pada anak usia dini meliputi:

a. Model Pembelajaraan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran dengan cara siswa belajar secara berkelompok atau bersama-sama dengan temannya. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa belajar semua mata pelajaran, mulai dari keterampilan daasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

b. Model Pembelajaraan Konstruktivisme

(31)

Pembelajaran konstruktivisme didasari bahwa pembelajaran bukanlah proses transfer pengetahuan kepada siswa seperti mengisi sebuah tong kosong dengan air. Pembelajaran hendaklah bermakna dan menekankan agar siswa merekonstruksi atau membangun pengetahuan sendiri.

c. Model Pembelajaraan Portofolio

Pembelajaran portofolio ini merupakan proses belajar yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan dan pikiran peserta didik melalui interaksinya dengan berbagai sumber dan lingkungan.

d. Model Pembelajaraan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang menggunakan konteks atau peristiwa yang dialami siswa secara langsung, seperti persoalan sampah yang tidak terurus dan lain sebagainya.

2.2.5. Manfaat Perkembangan Kreativitas

Mahardika (2019: 12) menjelaskan bahwa manfaat dari perkembangan kreativitas bagi kehidupan anak usia dini, meliptui:

a. Kreativitas dapat memberikan kesenangan dan kepuasan tersendiri bagi anak setelah dapat menciptakan sesuatu.

b. Kreativitas dapat membantu sebuah proses yang menyebabkan lahirnya idea tau kreasi yang orisinal.

(32)

c. Kreativitas dapat melahirkan budaya kerja produktif, bukan mental konsumtif, sehingga menciptakan anak usia dini yang aktif dan kreatif.

d. Kreativitas menjadi kekuatan dan menggerakkan kebiasaaan anak usia dini dalam menjalani kehidupan.

2.3. Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Teknik Meronce Teknik meronce ini juga merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru untuk mengembangkan kreativitas anak usai dini.

Semakin sering anak melakukan kegiatan meronce maka anak akan semakin mudah dalam melakukan aktivitas ini, konsentrasi anak akan meningkat serta kreativitas anak juga semakin berkembang. Hal ini dikarenakan kegiata meronce memerlukan daya kreativitas untuk menciptakan komposisi warna, bentuk maupun ukuran bahan yang tertata baik dan menarik (Yunita dkk, 2015: 2).

Menurut Pratiwi (2015: 10) kegiatan meronce merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kreativitas anak. Sebab pada saat melakukan kegiatan meronce, anak akan dituntut untuk memadukan warna, bentuk dan ukuran yang serasi sehingga anak harus memiliki ide-ide kreatif.

2.4. Penelitian Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah:

1) Warniti dkk (2014) dengan judul “Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Meronce untuk Meningkatkan Perkembangan

(33)

Motorik Halus Anak Kelompok B”. Teknik analisis data dilakuakn secara deskripif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus anak dengan diterapkannya metode pemberian tugas melalui kegiatan emronce pada hasil penelitian siklus I sebesar 53,95% dengan kategori sangat rendah dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,7%

yang berada pada kategori tinggi.

 Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-

sama ingin mengetahui penerapan teknik meronce terhadap perkembangan anak usia dini. Perbedannya terletak pada cara pemberian teknik meronce, dimana peneltian terdahulu diberikan melalui metode pemberian tugas, sedangkan dalam penelitian ini secara langsung dikerjakan di sekolah. Perbedaan berikutnya adalah penelitian terdahulu mengamati perkembangan motorik, sedangkan penelitian ini perkembangan kreativitas.

2) Miyasih (2020) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Warna Melalui Kegiatan Meronce pada Anak Kelompok B TK Dharma Wanita 2 Mojotengah Kedu Temanggung Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018”. Analisis data menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan mengenal konsep warna pada anak kelompok B TK Dharma Wanita 2 Mojotengah Kedu Temanggung kondisi prasiklus

(34)

sebesar 20% meningkat pada siklus I menjadi 46,7% dan siklus II sebesar 93,3%.

 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama ingin

menerapkan teknik meronce dalam menstimulus perkembangan anak. Hanya saja perbedaannya terletak pada penelitian terdahulu adalah kemampuan mengenal konsep warna, sedangkan penelitian ini menggunakan perkembangan kreativitas.

3) Yunita dkk (2015) dengan judul “Peningkatan Kreativitas Melalui Metode Meronce pada Anak di Taman Kanak-Kanak Cita Sahabat Mulia Pontianak”. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kreativitas anak setelah pembelajaran menggunakan metode meronce pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Cita Sahabat Mulia Pontianak mengalami peningkatan pada setiap aspek pada siklus II yaitu kelancaran 87%, keluwesan 80%, keaslian 87%.

 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengamati

perkembangan kreativitas dan metode meronce, sedangkan perbedaannya hanya terletak pada waktu dan lokasi penelitian.

2.5. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian adalah :

(35)

Gambar 1 Kerangka Berpikir

2.6. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “melalui teknik meronce dapat meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 Tahun di TK Negeri Sungai Bengkal “.

kreativitas anak mengalami permasalahan seperti:

a. Anak belum mampu memiliki kelancaran dalam menciptakan bentuk

b. Anak juga belum memiliki keluwesan dalam memilih warna

c. Anak harus meniru bentuk yang dibuat oleh orang lain d. Anak terlihat bingung dan ada

warna yang tidak digunakan e. Anak terlihat tidak peka

terhadap kekurangan dari bentuk yang dibuat

Teknik Meronce

Terjadi peningkatan terhadap kreativitas anak usia dini, meliputi:

a. Peningkatan kelancaran (fluency) dalam menentukan ide dalam meronce,

b. Peningkatan keluwesan (flexibility) dalam memecahkan masalah saat melakukan kegiatan meronce

c. Peningkatan keaslian (originaly) dalam menentukan ide untuk meronce

d. Peningkatan keterperincian (Elaboration) saat melakukan kegiatan meronce

e. Peningkatan kepekaan (sensitivity) dalam melakukan kegiatan meronce menjadi meningkat

Kreativitas Anak Usia 5-6 tahun di TK Negeri Sungai Bengkal

Sebelum Tindakan

Tindakan Setelah

Tindakan

(36)

24

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemis dan Mc.Taggart yang mana dalam satu siklus terdiri dari empat komponen. Menurut Arikunto (2010: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Penelitian tindakan kelas dalam setiap 1 siklus terdiri dari empat komponen. Apabila keempat komponen tersebut selesai di implementasikan maka selanjutnya diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus berikutnya.

Penelitian tindakan kelas ini digunakan untuk mengamati hasil dari penerapan teknik meronce dapat mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Sungai Bengkal.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di TK Negeri Sungai Bengkal yang beralamat di Muara Danau, Kelurahan Sungai Bengkal, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi dengan waktu penelitian pada semester genap tahun ajaran 2021/2022.

(37)

3.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang memiliki karakteristik sama dan berada pada ruang lingkup yang sama (Rifa'i, 2019:

41). Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh anak usia 5-6 tahun yang ada di kelas B3 TK Negeri Sungai Bengkal dengan jumlah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Anak di Kelas B3

No Jenis Kelamin Usia Anak Jumlah

1 Laki-laki 5-6 tahun 12 anak

2 Perempuan 5-6 tahun 13 anak

Jumlah 25 Anak

2. Sampel

Setelah mengetahui jumlah populasi, maka tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel. Menurut Rifa'i (2019: 42) sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Jika populasi yang diteliti kurang dari 100, dianjurkan untuk mengambil semua, artinya merupakan penelitian populasi. Namun jika subjeknya terlalu besar maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%.

Berhubung populasi dari penelitian ini hanya 25 anak dan kurang dari 100, maka pengambilan sampel secara keseluruhan atau menggunakan teknik total sampling, sehingga seluruh anak di kelas B3 dijadikan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah sampel penelitian ini sebagai berikut:

(38)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Jenis Kelamin Usia Anak Jumlah

1 Laki-laki 5-6 tahun 12 anak

2 Perempuan 5-6 tahun 13 anak

Jumlah 25 Anak

3.4. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Menurut Untung (2019: 218) data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari responden oleh peneliti dengan menggunakan instrument penelitian, baik itu angket/kuisioner, serta melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan anak.

Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan teknik meronce dapat mengembangkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Sungai Bengkal.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di kelas B3 TK Negeri Sungai Bengkal.

3.5. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Kemis dan Mc.Taggart yang mana dalam satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen. Apabila keempat komponen tersebut selesai di implementasikan maka selanjutnya diikuti dengan adanya

(39)

perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.

Meliputi tahap-tahap yang digambarkan pada bagan di bawah ini (Arikunto, 2010: 141):

PERENCANAAN

PELAKSANAAN SIKLUS I

REFLEKSI

PENGAMATAN

PERENCANAAN

SIKLUS II PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN

SIKLUS III PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN PERENCANAAN

(40)

1. Rencana (Planning)

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut :

1) Penyusunan rencana diawali dengan observasi mengenai perkembangan kreativitas anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Sungai Bengkal.

2) Merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif.

Pada perencanaan tindakan tersebut tertuang mengenai kegiatan guru, kegiatan siswa, dan kegiatan observer dalam proses pembelajaran, media yang harus disiapkan, ruang kelas dan alokasi waktu yang tersedia.

3) Menyiapkan rancangan pembelajaran dengan bahan-bahan yang akan digunakan untuk teknik meronce dalam bentuk Rencana kegiatan Harian (RPPH).

4) Menyiapkan pedoman observasi dan format observasi 5) Menyiapkan instrumen penilaian

6) Perencanaan tersebut tersebut didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan.

2. Tindakan (Action) dan pengamatan (observation) 1) Tindakan (action)

Pada tahap ini, guru melaksanakan tindakan yang telah direncanakan sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau proses

(41)

perubahan pembelajaran, perilaku, sikap dan prestai belajar yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah melakukan pembelajaran dengan teknik meronce.

2) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan mengamati secara cermat tentang apa yang terjadi.

Pengamatan yang dilakukan pada proses pembelajaran, kegiatan guru, kegiatan anak, respon anak dan perkembangan kreativitas anak. Pada tahap ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan terhadap anak.

Apakah tindakan yang dilakukan dapat mengembangkan kreativitas anak atau tidak.

Pengamatan dilakukan pada setiap anak dengan dipandu menggunakan lembar penilaian. Pada pengamatan itu, lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang telah disiapkan.

Selain itu, dicatat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Pada proses pengamatan ini dapat dibantu guru/peneliti lain sebagai observer, agar hasil pengamatan lebih cermat dan objektif. Pencatatan dalam pengamatan mengenai kemampuan mengenal huruf masing-masing anak, merupakan data yang nantinya akan dijadikan dasar untuk menilai sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan telah berhasil.

(42)

3. Refleksi (Reflect)

Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan.

Artinya refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Tujuannya peneliti/guru terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran mengenai pengembangan kreativitas.

Guna menetapkan tindakan selanjutnya, hal yang penting adalah penetapan langkah berikutnya merupakan hasil renungan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan, perkiraan peluang yang akan diperoleh, kendala atau kesulitan bahkan ancaman yang mungkin dihadapi. Hasil refleksi hendaknya didiskusikan sebelum diambil suatu keputusan, lebih-lebih hasil refleksi yang akan digunakan sebagai dasar kesimpulan dan rekomendasi.

3.5.1. Siklus Pertama (Siklus I)

Siklus pertama kegiatan yang dilakukan adalah melakukan teknik meronce yang dilakukan sebanayk 3 kali pertemuan dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan (planning) kegiatan yang dilakukan oleh penelitan adalah:

1) Membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RPPM)

(43)

2) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RPPH)

3) Mempersiapkan teknik meronce serta bahan dan alat yang diperlukan anak untuk memulai kegiatan.

4) Lembar angket 2. Tindakan/Pelaksanaan

Pada siklus pertama peneliti langsung menggunakan teknik meronce. Tahap pelaksanaan tindakan ini langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

a. Kegiatan Awal

Pijakan sebelum main ( 15 menit )

1. Guru dan anak duduk setengah lingkaran

2. Mengucapkan salam dan berdoa sebelum belajar 3. Menanyakan kehadiran anak

4. Guru memberitahu tentang tema yang akan di bahas hari ini 5. Guru mengajak anak untuk berdiskusi

6. Guru membagi anak dalam beberapa kelompok 7. Guru menjelaskan aturan kegiatan

8. Guru mempersilahkan anak memulai kegiatan permainan 9. Mengucapkan selamat belajar

b. Kegiatan Inti

Pijakan Saat teknik meronce ( 60 menit ) 1. Guru mengamati kegiatan yang dilakukan anak 2. Memberi dukungan kepada anak yang membutuhkan

(44)

3. Memberikan pijakan pada anak dengan pertanyaan terbuka 4. Mencatat kegiatan main anak pada format pengamatan

Pijakan Setelah melkaukan kegiatan 1. Guru dan anak membereskan alat main

2. Guru mengajak anak duduk setengah lingkaran

3. Anak menceritakan pengalaman setelah main / recalling 4. Bernyanyi

c. Istirahat ( 30 menit )

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan 2. Bermain dihalaman

d. Kegiatan Akhir 1. Bernyanyi

2. Doa pulang dan salam 3. Observasi (pengamatan)

Selama melakukan observasi tentang perkembangan kreativitas berdasarkan aspek yang dinilai. Peneliti juga melakukan evaluasi yaitu penilaian terhadap progres aspek perkembangangan kreativitas. Selain itu peneliti juga dibantu oleh guru yang sama-sama ikut mengomentari selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian mengacu pada alat pengumpulan data ada dua yaitu lembar angket.

4. Reflektif

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dan didiskusikan bersama dengan penuh terbuka, komentar dan penilaian dihimpun

(45)

untuk mengukur keberhasilan dan dicari penyebabnya tentang berpikir kreativitas pada pembelajaran. Jika hasilnya negatif, maka perlu dilanjutkan pada siklus kedua.

3.5.2. Siklus Dua (Siklus II)

Pada refleksi siklus I sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Siklus kedua kegiatan yang dilakukan adalah melakukan teknik meronce yang dilakukan sebanayk 3 kali pertemuan dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Berdasarkan hasil refleksi siklus I peneliti dan guru berdiskusi menyusun perencanaan untuk pelaksanaan siklus II, yaitu :

1) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah teknik meronce berakhir.

2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah meronce yang akan dilaksanakan.

3) Memperhitungkan waktu yang dubutuhkan

4) Selama demonstrasi berlangsung guru harus introspeksi diri apakah keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa dan apakah semua media yang digunakan telah ditempatkan pada posisi yang baik sehingga semua anak dapat melihat semuanya dengan jelas.

5) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak.

(46)

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

a. Kegiatan Awal

Pijakan sebelum main ( 15 menit )

1. Guru dan anak duduk setengah lingkaran

2. Mengucapkan salam dan berdoa sebelum belajar 3. Menanyakan kehadiran anak

4. Guru memberitahu tentang tema yang akan di bahas hari ini 5. Guru mengajak anak untuk berdiskusi

6. Guru membagi anak dalam beberapa kelompok 7. Guru menjelaskan aturan kegiatan

8. Guru mempersilahkan anak memulai kegiatan permainan 9. Mengucapkan selamat belajar

b. Kegiatan Inti

Pijakan Saat teknik meronce ( 60 menit )

1. Guru mengamati kegiatan yang dilakukan anak 2. Memberi dukungan kepada anak yang membutuhkan 3. Memberikan pijakan pada anak dengan pertanyaan terbuka 4. Mencatat kegiatan main anak pada format pengamatan

Pijakan Setelah melkaukan kegiatan 1. Guru dan anak membereskan alat main

2. Guru mengajak anak duduk setengah lingkaran

(47)

3. Anak menceritakan pengalaman setelah main / recalling 4. Bernyanyi

c. Istirahat ( 30 menit )

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan 2. Bermain dihalaman

d. Kegiatan Akhir 1. Bernyanyi

2. Doa pulang dan salam 3. Observasi (pengamatan)

Selama melakukan observasi tentang kreativiats anak berdasarkan aspek yang dinilai. Peneliti juga melakukan evaluasi yaitu penilaian terhadap progres aspek perkembangangan kerativitas pada saat meronce. Disamping itu peneliti juga dibantu oleh guru yang sama-sama ikut mengomentari selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan mengacu pada alat pengumpulan data ada dua yaitu lembar angket.

4. Reflektif

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dan didiskusikan bersama dengan penuh terbuka, komentar dan penilaian dihimpun untuk mengukur keberhasilan dan dicari penyebabnya tentang kreativiats anak pada pembelajaran. Jika hasilnya negatif, maka perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

(48)

3.5.1. Siklus Tiga (Siklus III)

Pada refleksi siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pada siklus ketiga kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kegiatan meronce yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Berdasarkan hasil refleksi siklus II peneliti dan guru berdiskusi menyusun perencanaan untuk pelaksanaan siklus III, yaitu :

1) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah teknik meronce berakhir.

2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah meronce yang akan dilaksanakan.

3) Memperhitungkan waktu yang dubutuhkan

4) Selama demonstrasi berlangsung guru harus introspeksi diri apakah keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa dan apakah semua media yang digunakan telah ditempatkan pada posisi yang baik sehingga semua anak dapat melihat semuanya dengan jelas.

5) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu:

a. Kegiatan Awal

(49)

Pijakan sebelum main ( 15 menit )

1. Guru dan anak duduk setengah lingkaran

2. Mengucapkan salam dan berdoa sebelum belajar 3. Menanyakan kehadiran anak

4. Guru memberitahu tentang tema yang akan di bahas hari ini 5. Guru mengajak anak untuk berdiskusi

6. Guru membagi anak dalam beberapa kelompok 7. Guru menjelaskan aturan kegiatan

8. Guru mempersilahkan anak memulai kegiatan permainan 9. Mengucapkan selamat belajar

b. Kegiatan Inti

Pijakan Saat teknik meronce ( 60 menit )

1. Guru mengamati kegiatan yang dilakukan anak 2. Memberi dukungan kepada anak yang membutuhkan 3. Memberikan pijakan pada anak dengan pertanyaan terbuka 4. Mencatat kegiatan main anak pada format pengamatan

Pijakan Setelah melkaukan kegiatan 1. Guru dan anak membereskan alat main

2. Guru mengajak anak duduk setengah lingkaran

3. Anak menceritakan pengalaman setelah main / recalling 4. Bernyanyi

c. Istirahat ( 30 menit )

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan

(50)

2. Bermain dihalaman d. Kegiatan Akhir

1.Bernyanyi

2.Doa pulang dan salam 3. Observasi (pengamatan)

Selama melakukan observasi tentang kreativiats anak berdasarkan aspek yang dinilai. Peneliti juga melakukan evaluasi yaitu penilaian terhadap progres aspek perkembangangan kerativitas pada saat meronce. Disamping itu peneliti juga dibantu oleh guru yang sama- sama ikut mengomentari selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan mengacu pada alat pengumpulan data ada dua yaitu lembar angket.

4. Reflektif

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dan didiskusikan bersama dengan penuh terbuka, komentar dan penilaian dihimpun untuk mengukur keberhasilan dan dicari penyebabnya tentang kreativitas anak pada pembelajaran. Apabila sampai siklus ini kreativitas anak tidak meningkat, amak peneliti akan berunding kembali dengan guru untuk memutuskan tahap akhir penelitian.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen Angket/Kuisioner. Menurut Rifa'i (2019: 49) angket/kuisioner merupakan

(51)

daftar sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam angket.

Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu peneliti menetapkan tema pembelajaran yang akan digunakan dalam peneltiian. Penentuan tema ini disesuaikan dengan tema pembelajaran di RPP yang digunakan oleh sekola dalam melakukan pembelajaran. Adapun tema pembelajaran yang digunakan dalam RPP tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.3. Tema dan Sub Tema Pembelajaran No Tema Pembelajaran Sub Tema

1 Diriku Panca Indera

Tubuhku

Mainan Kesukaanku

2 Keluargaku Anggota Keluarga

Peralatan untuk Bekerja

Ada 2 tema pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran selama melakukan penelitian tindakan kelas di TK Negeri Sungai Bengkal dengan teknik meronce yaitu tema tanaman dan binatang. Kemudian RPP yang akan digunakan dalam penelitian ini terdapat pada Lampiran 2.

Selanjutnya penyusunan angket untuk menilai disesuaikan dengan teori pada bab sebelumnya. Adapun angket dalam penelitian ini membahas mengenai peningkatan kreativitas anak usia 5-6 tahun melalui teknik meronce di TK Negeri Sungai Bengkal dengan kisi-kisi sebagai berikut:

(52)

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Indikator Deskriptor

Pernyataan Jumlah

+ -

Penerapan teknik meronce terhadap

pengembangan kreativitas anak usia 5-6 tahun

Anak memiliki kelancaran (fluency) dalam menentukan ide dalam meronce

Anak dapat menciptakan ide/gagasan baru ketika melakukan teknik meronce

1 2 2

Yunita dkk (2015: 5)

Anak dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi pada saat melakukan teknik meronce

3 4 2

Anak memiliki

kelancaran dalam menyampaikan ide kepada orang lain saat melakukan teknik meronce

5,6 - 2

Anak memiliki keluwesan (flexibility) dalam

memecahkan masalah saat melakukan kegiatan meronce

Anak dapat dengan lincah/luwes dalam melakukan teknik meronce

7 8 2

Anak dapat dengan luwes memberikan alternative dalam pemecahan masalah saat melakukan kegiatan meronce

9 10 2

Anak dapat dengan lincah menyelesaikan permasalahan dalam teknik meronce

11,12 - 2

Anak memiliki keaslian

(originaly) dalam

Anak memiliki ide kreatif sendiri saat melakukan teknik meronce

13,14 - 2

(53)

menentukan ide untuk meronce

Anak tidak suka meniru atau menggunakan ide orang lain saat melakukan teknik meronce

16 15 2

Anak memiliki pendirian yang kuat dalam menggunakan ide yang dimiliki saat melakukan teknik meronce

17 18 2

Anak memiliki keterperincian (Elaboration) saat

melakukan kegiatan meronce

Anak mampu

melakukan teknik meronce dengan sangat teliti.

19,20 21 3

Anak dapat melakukan melakukan teknik

meronce secara

sistematis

22,24 23 3

Anak memiliki kepekaan (sensitivity) dalam melakukan kegiatan meronce

Anak mampu merespon permasalahan dengan cepat saat melakukan kegiatan meronce

25,26 27 3

Anak dapat menangkap kondisi orang lain ketika melakukan kegiatan meronce bersama dengan teman-temannya

29,30 28 3

Jumlah 30

Pengisian angket dilakukan sebelum anak diberikan perlakuan teknik meronce dan setelah diberikan teknik meronce. Pemberian metode teknik meronce disesuaikan dengan materi pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan (RPP) yang digunakan oleh sekolah.

(54)

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu cara menganalisis data selama peneliti mengadakan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus persentatif dengan rumus sebagai berikut (Sutja dkk, 2014: 120):

P = 𝐹

𝑛𝑋100%

Keterangan :

P = Presentase yang dihitung F = Nilai yang diperoleh n = Jumlah anak

Selanjutnya dikonversikan pada skala nilai dengan rentan 0-100 untuk menilai keterlaksanaan kegiatan yang dilakukan peneliti. Konversi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5. Kriteria Penafsiran

No Persentase (%) Kategori

1 89-100 Sangat Tinggi

2 60-88 Tinggi

3 41-59 Sedang

4 12-40 Rendah

5 < 12 Sangat Rendah

Sumber : Sutja dkk (2014: 114)

(55)

43 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Data Sebelum Tindakan

Pada penelitian tindakan kelas ini, sebelum melakukan tindakan maka terlebih dahulu dilakukan kegiatan pratindakan yang bertujuan untuk mengetahui kreativitas anak usia 5-6 tahun melalui teknik meronce di TK Negeri Sungai Bengkal. Pada saat melakukan pengamatan, peneliti melihat sebagian besar anak usia 5-6 tahun di Kelas B3 belum memiliki kreativitas yang baik. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Sungai Bengkal melalui teknik meronce. Adapun beberapa tahapan dalam melaksanakan kegiatan pratindakan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan 1) Tahap Perizinan

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada pihak sekolah TK Negeri Sungai Bengkal untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Kemudian peneliti juga menjelaskan mengenai prosedur penelitian yang akan dilaksanakan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada saat pelaksanaan penelitian berlangsung.

(56)

2) Tahap Persiapan

Persiapan penelitian dilakukan untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun tahap-tahap persiapan penelitian yang dilakukan peneliti adalah:

a) Pengumpulan data awal, seperti nama, jenis kelamin, usia dan kelas. Data diperoleh dari dokumen milik sekolah dan dari sini nantinya akan diperoleh data-data yang dibutuhkan tentang subjek penelitian.

b) Mempersiapkan instrument penelitian berupa angket penelitian mengenai peningkatan kreativitas.

c) Subjek dari penelitian ini adalah anak-anak di kelas B3 yang berumur 5-6 tahun di TK Negeri Sungai Bengkal.

b. Pelaksanaan Pratindakan 1. Tahap Perencanaan

Perencanaan ini dilakukan sebelum peneliti melakukan kegiatan pratindakan. Tujuan dari tahap perencaan ini adalah supaya pelaksanaan kegiatan pratindakan menjadi lebih mudah dan sistematis. Adapun tahap perencanaan dalam kegiatan pratindakan adalah:

a) Membuat RPPH yang disusun oleh peneliti dan bekerjasama dengan guru kelas. Peneliti dan guru kelas bekerja sama menentukan materi kegiatan yang nantinya akan dilakukan pada kegiatan pratindakan.

(57)

b) Menyiapkan angket sebagai instrument dalam pelaksanaan kegiatan.

c) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada kegiatan.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah materi kegiatan disiapkan, peneliti dibantu oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran mengenai kreativitas anak usia 5-6 tahun yang dilakukan pada tanggal 18 Juli 2022. Pada akhir pertemuan peneliti memberikan review kepada anak untuk mengetahui peningkatan kreativitas pada anak.

Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti memberikan contoh kepada anak menggabungkan beberapa bentuk benda dan memilih warna yang sesuai, kemudian meminta anak untuk mengikuti sampai paham dan mampu untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menjelaskan tentang materi pembelajaran serta meminta anak untuk mengingat yang telah diajarkan. Kemudian istirahat lalu berdo’a dan pulang.

3. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan dengan cara peneliti dan guru mengamati ni sebelum diberi tindakan berupa teknik meronce. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengambil data sebagai bahan analisis dalam kegiatan pembelajaran. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamatai tingkat pencapaian kreativitas anak usia dini sebelum diberi tindakan berupa teknik meronce. Adapun hasil dari observasi pada kegiatan pratindakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

(58)

Tabel 4.1. Persentase Pratindakan

No Aspek Yang Diamati Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Sebelum Diberi Teknik Meronce

Peningkatan Kreativitas

Item Peneliti Guru Jumlah Persentase (%) 1 Kelancaran dalam

Menentukan Ide

1 0 0 0 0,00

2 3 3 6 12,00

3 19 15 34 76,60

4 5 14 19 20,56

5 19 18 37 76,72

6 23 20 43 92,80

2 Memiliki Keluwesan 7 0 0 0 0,00

8 3 3 6 12,12

9 0 0 0 0,00

10 3 3 6 12,12

11 0 0 0 0,00

12 25 18 43 100,72

3 Memiliki Keaslian 13 0 0 0 0,00

14 1 1 2 4,04

15 17 17 34 68,68

16 8 21 29 32,84

17 19 21 40 76,84

18 22 19 41 88,76

4 Memiliki

Keterperincian

19 1 1 2 4,04

20 0 0 0 0,00

21 2 2 4 8,08

22 24 15 39 96,60

23 3 3 6 12,12

24 1 1 2 4,04

5 Memiliki Kepekaan 25 17 15 32 68,60

26 21 20 41 84,80

27 16 13 29 64,52

28 19 22 41 76,88

29 6 12 18 24,48

30 0 0 0 0,00

Jumlah 277 277 554 1.119,08

Rata-Rata 36,93 36,93 36,93 36,93

(59)

Keterangan dari tabel diatas:

Persentase setiap no item yang diperoleh anak dalam kelas:

Persentase = banyak setiap satu no item jumlah anak

Nilai tertinggi X jumlah anak 𝑥 100

Persentase P = 3

1 𝑥 25 𝑥 100 = 12,00 Persentase G = 3

1 𝑥 25 𝑥 100 = 12,00 Rata-rata = Persentase P+Persentase G

2

= 12,00+12,00

2 = 12,00

Sedangkan untuk mengetahui jumlah rata-rata kelas digunakan rumus:

Persentase = banyak jumlah item seluruh anak

Nilai tertinggi x jumlah anak x jumlah item 𝑥 100

Persentase P = 277

1 𝑥 25 𝑥 30 𝑥 100 = 36,93

Persentase G = 277

1 𝑥 25 𝑥 30 𝑥 100 = 36,93 Rata-rata persentase kelas = Persentase P+ Persentase G

2

= 36,93+36,93

2 = 36,93 4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan suatu kegiatan yang berupa akhir atas kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh atau mengetahui kekurangan yang ada pada kegiatan pratindakan. Kekurangan pratindakan yang sudah dilaksanakan yaitu kegiatan anak dalam melakukan pembelajaran belum optimal, dikarenakan masih banyak anak yang kreativitasnya belum baik.

Hasil dari kegiatan pratindakan mengenai kreativitas anak sebelum diberi tindakan diperoleh nilai rata-rata sebesar 36,93 dan berada pada kategori rendah. Hal ini membuat peneliti bersama dengan guru kelas

Referensi

Dokumen terkait

dalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi minyak akan. lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan

PENERAPAN TEKNIK OLAH TUBUH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GERAK DALAM PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULERs. TARI DI SMP KARTIKA

Hal tersebut untuk menambah pemahaman teori dan praktek secara nyata pada warga baik hard skill maupun soft skill dalam pengembangkan dirinya sendiri untuk lebih

Nilai R/C atas biaya tunai pada usahatani ubi jalar secara tumpangsari dengan jagung manis di Desa Gunung Malang sebesar 2,24, yang berarti bahwa setiap Rp 1.000,00 biaya

Pegawai, Belanja Barang&amp;Jasa dan Belanja Modal perlu melihat RKAS yang memuat 11 komponen penggunaan dana BOS.  Terkait jumlah komponen yang berbeda

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh kedalaman muka air tanah dan amelioran terhadap perubahan beberapa sifat kimia tanah dan produktivitas beberapa genotipe kedelai

Hardcopy ditandatangani KEPALA SEKOLAH Softcopy dikirim

2/PERMEN-KP/2015 terlihat 2 kepentingan yang saling bertubrukan, dimana pemerintah ingin melaksanakan pembangunan perikanan berkelanjutan dengan menjaga populasi