ILMU NEGARA
Kode Mata Kuliah: BNI 1303
Penyusun:
I Nengah Suantra, S.H., M.H. Made Nurmawati, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2017
Uwais Inspirasi Indonesia
ILMU NEGARA
Penulis :
I Nengah Suantra, S.H., M.H.
Made Nurmawati, S.H., M.H.
Editor : Fungky
Tata Letak : Widi Yuritama P.
Desain Cover : Haqi
Penerbit:
Uwais Inspirasi Indonesia
Redaksi :
Ds. Sidoharjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo
ISBN : 978-602-6677-26-6
Cetakan Pertama, September 2017 Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak naskah ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
PRAKATA
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karunia-Nya, penulisan buku Ilmu Negara berhasil diselesaikan. Buku untuk mata kuliah Ilmu Negara ini dimaksudkan sebagai buku panduan pelaksanaan proses pembelajaran, baik untuk mahasiswa maupun bagi dosen dan tutor, sehingga diharapkan pelaksanaan perkuliahan berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal yang ditentukan di dalam buku ini.
Substansi meliputi identitas mata kuliah, tim pengajar, deskripsi mata kuliah, organisasi materi, metode dan strategi pembelajaran, tugastugas, ujian-ujian, penilaian, dan bahan bacaan. Selain itu terdapat pula kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan berdasarkan pada jadwal kegiatan pembelajaran. Sebagai sebuah buku panduan maka, buku ini dilengkapi dengan Silabus, Kontrak Perkuliahan dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang ditempatkan pada lampiran.
Dengan selesainya buku ini, sepatutnya diucapkan terima kasih yang tulus kepada: Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan para Wakil Dekan yang telah berkomitmen dan konsisten untuk menerapkan metode problem based learning dalam proses pembelajaran, sehingga setiap mata kuliah diupayakan memiliki buku panduan ataupun sekurangkurangnya block book. Terimakasih pula kepada kolega yang bersamasama merampungkan buku ajar ini.
Akhirnya, mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam buku ini. Besar harapan kami buku ini bermanfaat bagi pelaksanaan proses pembelajaran dan mencapai hasil sesuai dengan kompetensi yang direncanakan.
Denpasar, 24 Juli 2017
Penyusun.
.
DAFTAR ISI
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... iv
IDENTITAS DAN DESKRIPSI MATA KULIAH... 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN MANFAAT MATA KULIAH ... 2
ORGANISASI MATERI DAN STRATEGI PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN .. 3
PERTEMUAN I: PERKULIAHAN I PERSPEKTIF KEILMUAN ILMU NEGARA ... 9
1.1. Pendahuluan ... 9
1.2. Capaian Pembelajaran ... 9
1.3. Indikator Capaian ... 9
1.4. Penyajian Materi ... 10
1.5. Istilahan dan Pengertian Ilmu Negara ... 13
1.6. Obyek dan Ruang lingkup Kajian (Sistematika) Ilmu Negara. ... 19
1.7. Metode dalam Ilmu Negara ... 24
1.8. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu-ilmu Kenegaraan lainnya. ... 26
1.9. Penutup ... 30
Bahan Bacaan ... 31
PERTEMUAN II: TUTORIAL I PERISTILAHAN, PENGERTIAN, STATUS, OBYEK DAN RUANG LINGKUP SERTA METODE ILMU NEGARA. ... 33
2.1. Pendahuluan ... 33
2.2. Capaian Pembelajaran dan Indikator Capaian ... 33
2.4. Study Task 1: Peristilahan, Pengertian dan Status Ilmu Negara ... 34
2.5. Study Task 2: Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik, Hukum Tata Negara. ... 35 2.6. Study task 3: Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Internasional. ... 37
2.7. Penutup ... 38
Bahan Bacaan ... 39
PERTEMUAN III: PERKULIAHAN II KONSEPSI FUNDAMENTAL NEGARA... 40
3.1. Pendahuluan ... 40
3.2. Capaian Pembelajaran ... 40
3.3. Indikator Capaian ... 40
3.4. Istilah dan Pengertian Negara ... 40
3.5. Sifat Hakikat Negara ... 47
3.6. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Negara ... 53
3.7. Tujuan dan Fungsi Negara ... 63
3.8. Penutup ... 70
Bahan Bacaan ... 72
PERTEMUAN IV: TUTORIAL II UNSUR-UNSUR, CIRI-CIRI, TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA ... 73 4.1. Pendahuluan ... 73
4.2. Study Task ... 73
4.3. Discussion task ... 74
4.4. Penutup ... 76
Bahan Bacaan ... 76
PERTEMUAN V: PERKULIAHAN III TEORI KEKUASAAN DAN AJARAN KEDAULATAN ... 78
5.1. Pendahuluan ... 78
5.2. Capaian Pembelajaran dan Indikator Capaian ... 78
5.3. Kekuasaan dan Kewibawaan ... 78
5.4. Ajaran Kedaulatan ... 85
5.5. Penutup ... 89
Bahan Bacaan: ... 90
PERTEMUAN VI :TUTORIAL III PENGERTIAN KEKUASAAN DAN KEWIBAWAAN, LEGITIMASI KEKUASAAN ... 92
6.1. Pendahuluan ... 92 6.2. Problem Task ... 92
6.3. Penutup ... 93
Bahan Bacaan ... 94
PERTEMUAN VIII: PERKULIAHAN IV TIMBUL DAN LENYAPNYA NEGARA ... 95
8.1. Pendahuluan ... 95
8.2. Capaian Pembelajaran dan Indikator Capaian ... 95
8.3. Timbulnya Negara ... 95
8.4. Lenyapnya Negara ... 116
8.5. Penutup ... 119
Bahan Bacaan ... 120
PERTEMUAN IX: TUTORIAL IV TIMBUL DAN LENYAPNYA NEGARA ... 121
9.1. Pendahuluan ... 121
9.2. Problem Task 1 ... 121 9.3. Problem Task 2 ... 122
9.4. Penutup ... 124
Bahan Bacaan ... 124
PERTEMUAN X: PERKULIAHAN V TIPE-TIPE NEGARA ... 126
10.1. Pendahuluan ... 126
10.2. Capaian Pembelajaran dan Indikator Capaian ... 126 10.3. Pengertian dan Identifikasi Tipe Negara ... 126
10.4. Tipe Negara Berdasarkan Sejarah Perkembangan Negara ... 129
10.5. Tipe Negara Menurut Hukum atau dari Segi Tujuan Negara ... 154
Bahan Bacaan: ... 167
PERTEMUAN XI : TUTORIAL V TIPE NEGARA DARI SEGI SEJARAH DAN SEGI TUJUAN NEGARA... 169
11.1. Pendahuluan ... 169 11.2. Problem Task ... 169
11.3. Penutup ... 170
Bahan Bacaan ... 171
PERTEMUAN XII: PERKULIAHAN VI BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN ... 173
12.1. Pendahuluan ... 173
12.2. Capaian Pembelajaran dan Indikator Capaian ... 173
12.3. Pengertian Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan ... 173
12.4. Klasifikasi Bentuk Negara dan Bentuk Pemerntahan ... 175
12.5. Penutup ... 182
Bahan Bacaan: ... 183
PERTEMUAN XIII: TUTORIAL VI BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN ... 184
13.1. Pendahuluan ... 184 13.2. Problem Task ... 184
13.3. Penutup ... 185
Bahan Bacaan ... 185
PERTEMUAN XIV : PERKULIAHAN VII SUSUNAN NEGARA DAN HUBUNGAN ANTARNEGARA ... 187
14.1. Pendahuluan ... 187
14.2. Capaian Pembelajaran dan Indikator Capaian ... 187
14.3. Susunan Negara ... 187
14.4. Hubungan Antarnegara ... 191
14.5. Penutup ... 194
Bahan Bacaan: ... 195
PERTEMUAN XV: TUTORIAL VII SUSUNAN NEGARA DAN HUBUNGAN ANTAR NEGARA ... 196
15.1. Pendahuluan ... 196 15.2. Problem Task ... 196
15.3. Penutup ... 197
Bahan Bacaan: ... 197
BAHAN PUSTAKA ... 199
LAMPIRAN I: SILABUS...1
LAMPIRAN II: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ... 1
1
Ilmu NegaraIDENTITAS DAN DESKRIPSI MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Ilmu Negara Kode Mata Kuliah : BNI 1303
SKS : 3 SKS
Prasyarat : - Semester : I (satu) Status Mata Kuliah : Wajib.
Tim Pengampu : 1. Prof. Dr. Drs. Yohanes Usfunan, S.H., M.Hum.
2. Prof. Dr. I Made Subawa, S.H., M.S.
3. I Nengah Suantra, S.H., M.H.
4. Dr.Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H.
5. Dr.I Gede Yusa, S.H., M.H.
6. Made Nurmawati, S.H., M.H.
7. Ni Luh Gede Astariyani, S.H., M.H.
8. Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, S.H., M.H.
9. Nyoman Mas Aryani, S.E., S.H., M.H.
10. Edward Thomas Lamury Hadjon, S.H., LLM.
Ilmu Negara merupakan mata kuliah wajib di dalam kurikulum inti Fakultas Hukum di Indonesia, yang menjadi ilmu pengetahuan dasar mengenai negara dan hukum yang akan didalami lebih lanjut dalam mata kuliah pada cabang-cabang ilmu hukum, terutama Hukum Tata Negara;
Hukum Administrasi Negara dan Hukum Internasional. Karena itu, bahasan dalam mata kuliah ini meliputi aspek-aspek keilmuan Ilmu Negara;
kualifikasi, hakikat, tujuan dan fungsi negara; teori-teori kekuasaan dan ajaran kedaulatan; timbul dan lenyapnya negara; tipe-tipe Negara; bentuk negara dan pemerintahan; serta susunan dan hubungan antar-negara.
Perkuliahan ini berusaha sejauh mungkin untuk mengkorelasikan teori-teori mengenai negara dan hukum dengan realita melalui berbagai contoh yang diberikan dalam perkuliahan terutama didiskusikan dalam kegiatan tutorial. Dengan demikian, pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu memahami aspek-aspek keilmuan dari Ilmu Negara;
kualifikasi, hakikat, tujuan dan fungsi negara; teori-teori kekuasaan dan
2
Ilmu Negaraajaran kedaulatan; timbul dan lenyapnya negara; tipe-tipe Negara; bentuk negara dan pemerintahan; serta susunan dan hubungan antar-negara.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN MANFAAT MATA KULIAH
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu memahami aspek-aspek keilmuan dari Ilmu Negara; kualifikasi, hakikat, tujuan dan fungsi negara; teori-teori kekuasaan dan ajaran kedaulatan; timbul dan lenyapnya negara; tipe-tipe negara; bentuk negara dan pemerintahan; serta susunan dan hubungan antar-negara. Dengan demikian, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai terminologi dan pengertian Ilmu Negara, kedudukan Ilmu Negara dalam kurikulum dan sistematika ilmu hukum, obyek dan runglingkup Ilmu Negara, metode dalam Ilmu Negara,serta hubungan Ilmu Negara dengan ilmu-ilmu kenegaraan lain; istilah dan pengertian negara, hakikat negara, unsurunsur dan ciri-ciri negara tujuan dan fungsi negara.
Mahasiswa mampu menguraikan mengenai kekuasaan dan kewibawaan, legitimasi kekuasaan, dan teori kedaulatan; teori timbulnya negara, teori lenyapnya negara. Mahasiswa mampu menguraikan dan memberikan contoh tipetipe negara berdasarkan sejarah dan tipe-tipe negara berdasarkan hukum/hubungan pemerintah dan rakyat; pengertian bentuk negara dan pemerintahan, teori-teori bentuk negara, teori-teori bentuk pemerintahan;
susunan negara, hubungan antarnegara.
Ilmu Negara merupakan mata kuliah yang bersifat teoritis, sebagai pengantar untuk mata kuliah lain terutama pada cabang-cabang ilmu kenegaraan. Karena itu, Ilmu Negara menjadi ilmu pengetahuan dasar yang memberikan manfaat teoritis bagi mahasiswa, yakni memberikan pemahaman seluk-beluk teori mengenai negara dan hukum. Secara praktis, dengan mempelajari Ilmu Negara, mahasiswa akan lebih mudah untuk memahami subtansi mata kuliah-mata kuliah penguasaan ilmu dan keterampilan hukum, sehingga mampu memahami latar belakang pertumbuhan hukum, masyarakat yang menimbulkan hukum, dan aspek- aspek yang mempengaruhi terbentuknya hukum.
ORGANISASI MATERI DAN STRATEGI PELAKSANAAN
3
Ilmu NegaraPROSES PEMBELAJARAN
Materi perkuliahan Ilmu Negara disusun secara sistematis dan kronologis, sebagai berikut:
1. Perspektif Keilmuan Imu Negara 1) Status Ilmu Negara dalam Kurikulum.
2) Peristilahan dan Pengertian Ilmu Negara.
3) Obyek dan Ruang lingkup Ilmu Negara.
4) Metode dalam Ilmu Negara.
5) Hubungan Ilmu Negara dengan ilmu-ilmu kenegaraan lain.
2. Konsepsi Fundamental Negara 1) Istilah dan Pengertian Negara.
2) Hakikat Negara.
3) Unsur-unsur dan Ciri-ciri/Sifat-sifat Negara.
4) Tujuan dan Fungsi Negara.
3. Teori Kekuasaan dan Ajaran Kedaulatan 1) Kekuasaan dan Kewibawaan.
2) Legitimasi Kekuasaan.
3) Teori Kedaulatan
4. Timbul dan Lenyapnya Negara. 1) Teori Timbulnya Negara.
2) Teori Lenyapnya Negara.
5. Tipe-tipe Negara
1) Tipe-tipe Negara Berdasarkan Sejarah.
2) Tipe-tipe Negara Berdasarkan Hukum/Hubungan Pemerintah dan Rakyat.
4
Ilmu Negara6. Bentuk Negara dan Pemerintahan.
1) Pengertian Bentuk Negara dan Pemerintahan.
2) Teori-teori Bentuk Negara.
3) Teori-teori Bentuk Pemerintahan.
7. Susunan Negara dan Hubungan Antarnegara.
1) Susunan Negara.
2) Hubungan Antarnegara.
Pelaksanaan proses pembelajaran mata kuliah Ilmu Negara menggunakan metode Problem Based Learning. Mahasiswa belajar (learning) menggunakan masalah sebagai basis pembelajaran. Dosen hanya memfasilitasi mahasiswa belajar. Pelaksanaan perkuliahan dikombinasikan dengan tutorial. Perkuliahan dilakukan oleh dosen penanggung jawab mata kuliah sebanyak 7 (tujuh) kali, untuk memberikan orientasi materi perkuliahan per-pokok bahasan. Pada pertemuan terakhir perkuliahan diisi dengan resume seluruh materi kuliah dan memberikan kisi-kisi soal untuk ujian akhir semester. Tutorial juga dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali pada pertemuan-pertemuan setiap kali setelah selesai perkuliahan suatu pokok bahasan.
Perkuliahan Pokok-pokok Bahasan dan sub-sub pokok bahasan dipaparkan dengan alat bantu papan tulis, power point slide, dan penyiapan bahan bacaan tertentu yang dipandang sulit diakses oleh mahasiswa.
Mahasiswa sudah mempersiapkan diri (self study) sebelum mengikuti perkuliahan dengan mencari bahan materi, membaca, dan memahami pokok-pokok bahasan yang akan dikuliahkan sesuai dengan arahan (guidance) dalam Buku Ajar. Perkuliahan dilakukan dengan proses pembelajaran dua arah, yakni pemaparan materi, tanya jawab, dan diskusi.
Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas yaitu discussion task, study task dan problem task sebagai bagian dari self study. Tugas-tugas dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada setiap jenis tugastugas.
Kemudian presentasi dan berdiskusi di kelas tutorial.
5
Ilmu NegaraUntuk mengetahui capaian pembelajaran, maka dilakukan dengan penilaian terhadap tugas-tugas, ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester (UAS). Dengan demikan, keseluruhan tatap muka pertemuan berjumlah 16 kali.
Ujian-ujian terdiri dari ujian tertulis dalam bentuk essay dalam masa tengah semester dan akhir semester. UTS dapat diberikan pada saat tutorial atas materi perkuliahan kesatu, kedua, dan ketiga. UTS dapat diganti dengan menggunakan nilai tutorial I, II, dan III dari perkuliahan kesatu, kedua, dan ketiga. Sedangkan UAS dilakukan atas materi perkuliahan keempat, kelima, keenam, dan ketujuh serta tutorial IV, V, VI, dan VII; yang dilakukan pada pertemuan ke-16.
Penilaian meliputi aspek hard skill dan soft skill. Penilaian hard skill dilakukan melalui tugas-tugas (TT), UTS dan UAS. Nilai hard skill diperhitungkan mengunakan rumus nilai akhir pada Buku Pedoman Pendidikan FH UNUD Tahun 2013, yaitu :
(UTS+TT)+2 ( UAS) 2
NA=
3
Penilaian soft skill (sikap perilaku) berdasarkan pada pengamatan dalam tatap muka selama perkuliahan, tutorial, diskusi, pengumpulan tugas-tugas, kehadiran dalam perkuliahan dan pelaksanaan ujian-ujian.
Penilaian dilakukan terhadap persentase kehadiran, keaktifan, keterampilan menyampaikan pendapat, keterampilan berargumentasi, keterampilan presentasi, dan keterampilan memimpin. Nilai soft skill ini dikombinasikan dengan NA untuk menentukan Nilai Hasil Studi (NHS) mahasiswa. NHS sebagai berikut :
Rentang Nilai Angka
Huruf Mutu
Angka Mutu
Gabungan Kemampuan
≥ 80 – 100 A 4,0 Istimewa
≥ 71 – 79 B+ 3,5 Sangat Baik
6
Ilmu Negara≥ 65 – 70 B 3,0 Baik
≥ 60 – 64 C+ 2,5 Cukup Baik
≥ 55 – 59 C 2,0 Cukup
≥ 50 – 54 D+ 1,5 Kurang Cukup
≥ 40 – 49 D 1,0 Kurang
0 – 39 E 0 Sangat Kurang
Pelaksanaan proses pembelajaran Ilmu Negara diilustrasikan dengan tabel, sebagai berikut:
NO PERTEMUAN TOPIK KEGIATAN
1 I Perspektif Keilmuan Ilmu Negara: Status Ilmu Negara dalam kurikulum,
Peristilahan, Pengertian, dan Status Ilmu Negara. Obyek, Ruang lingkup, dan Metode Ilmu Negara. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum dan dengan Ilmu Kenegaraan Lainnya.
Perkuliahan 1
2
II Peristilahan, Pengertian, dan Status Ilmu Negara. Obyek, Ruang lingkup, dan Metode Ilmu Negara. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum dan dengan Ilmu Kenegaraan Lainnya.
Tutorial 1
3 III Konsepsi Fundamental Perkuliahan 2
7
Ilmu NegaraNegara: Istilah dan Pengertian negara, Hakikat Negara, Unsur-unsur dan Ciri-ciri Negara, Tujuan dan Fungsi Negara.
4 IV Istilah, Pengertian dan
Hakikat Negara.
Unsur-unsur dan sifat atau ciri- ciri negara.
Tujuan dan fungsi negara.
Tutorial 2
5 V Teori Kekuasaan dan Ajaran Kedaulatan.
Perkuliahan 3 6 VI Pengertian Kekuasaan dan
Kewibawaan.
Teori-teori Legitimasi Kekuasaan.
Tutorial 3
7 VII UJIAN TENGAH
SEMESTER
8 VIII Timbul dan Lenyapnya negara Perkuliahan 4
9 IX Timbul dan Lenyapnya
negara.
Tutorial 4
10 X Tipe-tipe negara Perkuliahan 5
11 XI Tipe-tipe negara berdasarkan sejarah perkembangan negara.
Tipe-tipe negara berdasarkan tujuan negara.
Tutorial 5
12 XII Bentuk Negara dan Pemerintahan
Perkuliahan 6 13 XIII Pengertian Bentuk Negara dan
Pemerintahan.
Teori-teori Bentuk Negara.
Tutorial 6
8
Ilmu NegaraTeori-teori Bentuk Pemerintahan.
14 XIV Susunan Negara dan Hubungan antar-negara.
Perkuliahan 7 15 XV Susunan Negara dan
Hubungan antar-negara.
Tutorial 7
16 XVI UAS Terstruktur
9
Ilmu NegaraPERTEMUAN I: PERKULIAHAN I
PERSPEKTIF KEILMUAN ILMU NEGARA
1.1. Pendahuluan
Mengawali pertemuan pembelajaran mata kuliah ini, mahasiswa diajak mempelajari mengenai perspektif keilmuan Ilmu Negara yang meliputi: Pengertian, Peristilahan, dan Status Ilmu Negara dalam kurikulum; Obyek, Ruang lingkup, dan Metode Ilmu Negara; serta Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Hukum dan dengan Ilmu
Kenegaraan Lainnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa diharapkan memahami pengertian dan ruang lingkup Ilmu Negara, obyek maupun metode Ilmu Negara serta bagaimana hubungan antara Ilmu Negara dengan cabang ilmu lainnya yang berobyek negara.
Materi perkuliahan pada pertemuan kesatu ini sangat penting sebagai landasan untuk memahami bahan kajian pembelajaran pada pertemuanpertemuan selanjutnya.
1.2. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa mmemahami perspektif keilmuan Ilmu Negara.
1.3. Indikator Capaian
Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi ini, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan istilah dan pengertian Ilmu Negara;
b. Menguraikan obyek dan ruang lingkup Ilmu Negara;
c. Menguraikan sistematika dan metode Ilmu Negara;
d. Menjelaskan hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik, Hukum Tata Negara, dan Ilmu Kenegaraan lain;
1.4. Penyajian Materi
10
Ilmu NegaraDeskripsi syarat keilmuan Ilmu Negara dimaksudkan untuk memahami syarat-syarat Ilmu Negara sebagai suatu ilmu pengetahuan.
Sebab tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu. Suatu pengetahuan akan menjadi ilmu apabila memenuhi persyaratan sebagai ilmu. Persyaratan ilmu pengetahuan, yang biasanya disebut syarat-syarat keilmuan atau kharakter keilmuan pada umumnya terdiri dari objek yang jelas (konkret), metode tertentu, adanya sistematika yang jelas, konsistensi, dan fungsional. Sementara itu, di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri ditulis bahwa karakteristik ilmu yaitu: rasional, logis, objektif, dan terbuka.
Keempat karakteristik ilmu tersebut dilandasi oleh sifat kritis sebagai fundamennya. Di samping itu, ada tujuh nilai yang terpancar dari hakikat keilmuan yaitu: kritis, rasional, logis, obektif, terbuka, menjunjung kebenaran, dan pengabdian universal. 1 Dengan demikian, bahasan mengenai syarat keilmuan Ilmu Negara dapat ditelusuri dari aspek ontologi (objek), aspek epistemologi (metodelogi), dan aspek aksiologi (tujuan dan fungsi) Ilmu Negara. Karena itu, kajian Perspektif Keilmuan Ilmu Negara merupakan kajian mengenai obyek Ilmu Negara, metode yang digunakan dalam Ilmu Negara, sistematika substansi Ilmu Negara, dan fungsi Ilmu Negara sehingga menjadi jelas mengenai derajat keilmuan Ilmu Negara.
Pertemuan ini diawali dengan bahasan mengenai status Ilmu Negara di dalam kurikulum untuk memahami keberadaan Ilmu Negara sebagai salah satu mata kuliah di fakultas hukum. Selanjutnya dipaparkan mengenai penamaan dan pengertian Ilmu Negara untuk memberikan pemahaman mengenai terminologi yang digunakan dan apa itu Ilmu Negara, sehingga mahasiswa memahami istilah-istilah dan pengertian Ilmu Negara. Syarat konsistensi akan dibahas berkaitan dengan obyek dan ruang lingkup kajian Ilmu Negara serta hubungan antara Ilmu Negara dengan Ilmu-ilmu Kenegaraan lainya, seperti Ilmu Politik, Hukum Tata Negara (HTN), Hukum Administrasi Negara (HAN) dan Hukum
Internasional (HI).
1 Jujun S. Suriasumantri; 1999, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 275.
11
Ilmu NegaraSejarah lahirnya mata kuliah Ilmu Negara di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah Negara Republik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda didirikan Rechts Hogere School (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum, di Batavia (Jakarta) pada Tahun 1924. Dalam kurikulumnya terdapat mata kuliah Historische ontwikkelin der henendaagsche staatsinstillingen als inleidendin vak voor het positief staatsrecht (sejarah perkembangan bangunan-bangunan negara dewasa ini sebagai pengantar untuk hukum tata negara positif).2 Mata kuliah tersebut dipandang mengandung watak kolonial, karena itu setelah Indonesia merdeka dan berdirinya Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (FH UGM) di Yogyakarta pada Tahun 1946, maka dalam kurikulumnya dimasukan mata kuliah ”Ilmu Negara” sebagai terjemahan dari istilah staatsleer yang berasal dari Universitas Leiden, Belanda. Substansi mata kuliah Staatsleer bersifat umum dan mencakup hal-hal pokok mengenai pengertian dan asas-asas negara namun tidak bersifat kolonial. Hal itu sesuai dengan situasi dan kondisi Negara Republik Indonesia yang diawal kemerdekaan sedang membangkitkan semangat nasionalisme. Dalam kaitan itu, R. Djokosutono ketika sebagai Ketua Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan Universitas Indonesia (UI) sejak 3 April 1950 menyatakan bahwa dengan diserahkannya fakultas hukum oleh pemerintah Belanda kepada pemerintah Indonesia terdapat hasrat untuk mencapai keaslian melalui penyesuaian diri dengan politik nasionalisasi yang dijalankan pemerintah.
Namun demikian, pada awalnya terdapat perbedaan dalam pemberian nama mata kuliah tersebut dalam kurikulum di Indonesia.
Fakultas Hukum dan Ilmu Kemasyarakatan UI menggunakan sebutan Ilmu Negara. Sementara itu, di Fakultas Hukum, Sosial dan Politik UGM digunakan istilah Ilmu Politik3. Di kalangan Fakultas Hukum, Sosial dan Politik UGM terjadi perdebatan mengenai terjemahan istilah Staatsleer ke dalam Bahasa Indonesia. Misalnya, F. Isjwara mengatakan bahwa istilah Staatsleer lebih tepat diterjemahkan menjadi Teori Negara atau Ajaran
2 I Dewa Gede Atmadja; 2012, Ilmu Negara, Setara, Malang, hlm.2. Lihat juga Mochtar Pakpahan, 2006, Ilmu Negara dan Politik, Bumi Intitama
Sejahtera, Jakarta, hlm.10.
3 Puja Pramana KA.; 2009, Ilmu Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 13.
12
Ilmu NegaraNegara daripada Ilmu Negara. Sementara itu, sebagian lainnya yang beraliran Eropa Kontinental menggunakan nama Ilmu Negara. Kemudian mereka sepakat menggunakan Ilmu Negara.4
Di dalam kurikulum fakultas hukum di Indonesia selalu terdapat mata kuliah Ilmu Negara, walaupun kurikulum itu mengalami perubahan, hingga yang paling akhir berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mata kuliah yang terdapat di dalam kurikulum fakultas hukum universitas negeri disusun berdasarkan kesepakatan bersama Badan Kerjasama (BKS) fakultas hukum negeri. Mata kuliah Ilmu Negara tercantum di dalam kurikulum yang bersifat nasional, yang dinamakan Kurikulum Inti. Di dalam Kurikulum Inti tersebut Imu Negara merupakan mata kuliah wajib nasional dan sebagai prasyarat terhadap mata kuliah HTN, HAN, HI, Hukum Pidana dan Hukum Perdata.
Artinya bahwa setiap mahasiswa fakultas hukum harus memprogramkan Ilmu Negara dalam suatu semester hingga hasil belajarnya dapat dikreditkan dengan nilai sekurangkurangnya C (cukup) sehingga dapat menempuh mata kuliah yang dipersyarati tersebut. Atau secara akontrario dapat dikatakan bahwa setiap mahasiswa yang gagal dalam menempuh Ilmu Negara maka konsekuensinya tidak dapat menempuh HTN, HAN, HI, Hukum Pidana dan Hukum Perdata.
Dari segi elemen kompetensi, Ilmu Negara merupakan salah satu mata kuliah yang tergabung dalam kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan yang memberikan kompetensi utama bagi lulusan fakultas hukum. Namun pelajaran yang diperoleh dari Ilmu Negara lebih bersifat teoritis daripada pelajaran-pelajaran yang dapat digunakan secara langsung dalam praktik, yang diperoleh dari HTN, HAN, HI, Hukum Pidana dan Hukum Perdata serta Hukum Acara dan praktek peradilan. Sebab Ilmu Negara memang berbasis pada nilai-nilai teoritis, yang mengajarkan pengertian-pengertian dan asas-asas pokok mengenai negara dan hukum
4 F. Isjwara; 1980, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan ke-7, Bandung, Binacipta, hlm. 26.
13
Ilmu Negarayang berguna ketika mempelajari mata kuliah yang dipersyarati sehingga mahasiswa tidak perlu lagi mempelajari hal-hal itu pada saat mempelajari HTN, HAN, HI dan lain-lain.
Namun demikian, di dalam kurikulum fakultas hukum di Indonesia terdapat perbedaan mengenai bobot satuan kredit semester
(SKS), tetapi kisarannya antara 2 sampai dengan 3 SKS. Dalam Kurikulum FH UNUD yang mulai berlaku sejak 20 Mei 2013 berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor: 849/UN14.1.11/PP/2013 tentang Kurikulum Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013 Ilmu Negara memiliki bobot 3 SKS. Demikian pula dalam Kurikulum FH Universitas Indonesia, Jakarta dan FH Universitas Pajajaran, Bandung. Sedangkan dalam Peraturan Dekan FH Universitas
Brawijaya Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Kurikulum dan Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Program Studi Sarjana Ilmu Hukum FH Universitas Brawijaya, yang mulai berlaku sejak tanggal 14 Juli 2012 ditentukan bobot SKS Ilmu Negara adalah 2 SKS. Hal yang sama juga terdapat di dalam Kurikulum FH Universitas Diponogoro, Semarang.
1.5. Istilahan dan Pengertian Ilmu Negara
Peristilahan
Pemakaian istilah (nomenklatur) untuk suatu ilmu atau sering juga disebut dengan terminologisch gebruik adalah penting untuk menunjukkan sebutan bagi nama masing-masing cabang ilmu pengetahuan dan juga untuk membedakannya. Dalam mempelajari Ilmu Negara ada beberapa istilah yang perlu diperhatikan yakni ilmu kenegaraan dan ilmu politik, yang masing-masing mempunai obyek penyelidikan yang sama yakni ”negara”.
Dilihat dari segi sejarahnya, Ilmu Kenegaraan di Belanda disebut dengan istilah staatwetenschap, yang merupakan salinan dari istilah dalam Bahasa Jerman yaitu staatwissenschaft, atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan General State Science.5 Istilah staatswissenschaft tidak hanya merupakan
5 Sjachran Basah, 1997, Ilmu Negara (Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangannya), Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.1.
14
Ilmu Negarailmu kenegaraan dari sudut hukum semata-mata tetapi mencakup pula aspek sosio-politik, misalnya Ilmu Politik.
Istilah Ilmu Negara berasal dari istilah bahasa Belanda staatsleer.
Kata staat berarti negara, sedangkan kata leer berarti ilmu, sehingga staatsleer berarti Ilmu Negara. Istilah Staatsleer berasal dari Bahasa Jerman yakni staatslehre yang juga berarti Ilmu Negara. Dalam Bahasa Inggris disebut Theory of State atau The General Theory of State atau Political Theory. Sementara itu, dalam Bahasa Prancis disebut Theory d’etat.
Istilah Ilmu Negara secara teknis merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh George Jellinek. Beliaulah yang pertama kali melakukan kajian atas negara secara obyektif, metodis, dan sistematis. Ilmu kenegaraan dipandang secara keseluruhan, tidak secara insidental dan parsial. Kemudian, keseluruhan lapangan penyelidikannya itu berhasil diletakkan dalam suatu sistematika. Karena itulah, kemudian, G. Jellinek dijuluki sebagai bapak Ilmu Negara. Selain itu, bukunya yang berjudul Die Allgemeine Staatslehre merupakan suatu legger, yakni suatu penutup bagi masa yang lampau dan merupakan dasar serta pembuka bagi masa yang akan datang untuk penyelidikan Ilmu Negara.6
Staatwissenschaft sebagai ilmu pengetahuan mengenai negara, adalah salinan dari ilmu pengetahuan dalam kebudayaan yang terdapat di Yunani purba, yang dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles. Mac Iver mengemukakan bahwa Plato memakai istilah Politeia, atau The Republic.
Sedangkan Aristoteles mengunakan istilah politica, atau politics. Politeia atau politica itu kemudian berubah menjadi Ilmu Politik dalam arti modern.
Politik menurut arti katanya berasal dari bahasa Yunani Purba yaitu polis. Polis adalah kota yang dianggap sebagai ”negara” dalam kebudayaan Yunani Purba. Pengidentikan kota dengan negara pada waktu itu karena polis hanya memiliki daerah -daerah yang kecil yaitu seluas kota dan penduduknya sedikit. Dari istilah polis ini diturunkan istilah Politea (segala hal ikhwal yang menyangkut polis atau negara); Polites (warga kota atau
6 Ibid, hlm. 4. Lihat juga Djokosutono; 1982, Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 41.
15
Ilmu Negarawarga negara); Polititikos (ahli negara), dan sebagainya. Istilah-istiah tersebut kemudian diambil oleh Romawi dan menghasilkan pengertian Politica (pengetahuan tentang negara atau kemahiran tentang masalah kenegaraan).7
Jean Bodin adalah orang pertama yang menggunakan istilah ilmu politik (science politique). Kemudian pada Tahun 1606 digunakan pula oleh Jeremy Bentham dan William Godwin. Istilah ilmu politik dalam Bahasa Inggris sering disebut sebagai Political Sciene, The Science of Politics, dan Mac.Iver menyebutnya dengan the science of the state.8
Dalam perkembangannya ada beberapa batasan tentang pengertian ilmu politik, yaitu batasan institusional, fungsional dan batasan secara hakekat politik.9 Dalam batasan institusional, Ilmu Politik adalah ilmu yang menyelidiki lembaga lembaga politik (political institutions), seperti negara, pemerintah, DPR dan sebagainya. Panganut utama paham ini ialah Wilbur White. Kemudian difinisi yang lebih menitik beratkan negara sebagai lembaga politik, merumuskan ilmu politik sebagai imu yang menyelidiki negara. Hal demikian dikemukakan oleh J.Barents. yang menyebutkan bahwa “Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara … yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, ilmu politik mempelajari negara-negara itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.”
Selanjutnya Johan Kaspar Bluntschli dalam buku The Teory of the State:
“Ilmu Politik adalah ilmu yang memperhatikan masalah kenegaraan, dengan memperjuangkan pengertian dan pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat-sifat dasarnya, dalam berbagai bentuk atau manifestasi pembangunannya.” (The science which is concerned with the state, which endeavor to understand and comprehend the state in its conditions, in its essentials nature, in various forms or manifestations its development).10
Batasan fungsional pada dasarnya merupakan batasan institusional, tetapi berusaha lepas dari pandangan dogmatis-yuridis. Di sini lebih
7 Ibid, hlm.10.
8 Ibid. hlm. 11.
9 Ibid. hlm. 20.
10 http://www.lintasberita.web.id/definisi-definisi-ilmu-politik-dari- parapakar/.
16
Ilmu Negaradiutamakan fungsi dan aktivitas struktur formal lembaga politik yang diselidiki. Jadi terjadi pergeseran penyelidikan ilmu politik yaitu dari statika ke dinamika politik. Dalam menilai lembaga politik, tidak didasarkan dokumen hukum semata-mata tetapi apa yang secara riil telah dicapai oleh lembaga politik tersebut. Ilmu yang kekuasaan politik dan tuajan politik mempengaruhi satu sama lain dan saling tergantung satu sama lain.
Ossip K. Fechtheim menyebutkan bahwa Ilmu politik adalah ilmu sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negera, sejauh mana negara merupakan organisasi kekuasaan, dan sifat serta tujuan daripada gejala kekuasaan lain yang tidak resmi yang dapat mempengaruhi negara.11 Dari aspek hakekat politik (power interpretation of politics), hakekat politik adalah kekuasaan. Jadi Ilmu Politik menurut George Catlin, adalah ilmu yang menyelidiki manusia, yang berusaha memperoleh kekuasaan;
sebagaimana ekonomi menyelidiki manusia dalam usahanya mendapat kemakmuran.
Peristilahan yang diketemukan dalam mempelajari Ilmu Negara diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 1
JERMAN BELANDA PRANCIS ANGLO
SAXON Staatswissen-
Schaften.
Staatswetenschappen. Wetenschap der Politiek.
The General Theory of State.
Theory of State.
Staatswissenschaft. Staatswetenschap.
Staatslehre. Staatsleer. Theorie d’etat.
Angewandte- Staatswissenschaft.
Angewandte- Staatswetenschap.
Les Sciences Politiques.
Political- theory.
11 Ibid.
17
Ilmu NegaraSumber : Penulis.
Pengertian Ilmu Negara.
Secara umum Ilmu Negara dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tentang negara. Pengertian tersebut dapat disimpulkan dari beberapa definisi Ilmu Negara yang dikemukakan oleh para pakar, yang pada prinsipnya mengacu pada definisinya R. Kranenburg. Kranenburg12 menulis dalam bukunya Algemene Staatsleer bahwa Ilmu Negara adalah ilmu yang menyelidiki negara; ilmu yang menyelidiki tumbuh, wujud, dan bentuk-bentuk negara. Ilmu negara menyelidiki sifat hakekat, struktur dan bentuknya, asal mulanya dan segenap persoalan disekitar negara dalam pengertian umum. Juga dibahas dan diteliti sifatsifat umum dan ciri-ciri tabiatnya.
Sementara itu, Abu Daud Busroh mengemukakan bahwa Ilmu Negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dan hukum negara pada umumnya. Perkataan pengertian maksudnya yaitu menitik beratkan pada suatu pengetahuan, sedangkan perkataan sendi menitik beratkan pada suatu asas atau hal yang benar.13 Senada dengan rumusan tersebut, Victor Situmorang mengatakan bahwa Ilmu Negara adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok atau asas-asas pokok hal ihwal negara pada umumnya (staats als genus) yakni tentang sejarah terjadinya atau asal mulanya, riwayat pertumbuhan dan perkembangannya, hakikat dasar-dasar atau sifatnya, bentuk- bentuknya, macam-macamnya, lenyapnya, dan sebagainya, serta mengenai bagaimana hubungan antarnegara dengan negara, negara dengan hukum, negara dengan masyarakat dan negara dengan agama dan sebagainya.14
12 R. Kranenburg; 1959, Algemene Staatsleer, terjemahan: T.K. B. Sabaroedin;
Ilmu Negara Umum, hlm. 1; Azhary; 1983, Ilmu Negara Pembahasan Buku Prof.
Mr. R. Kranenburg, Cetakan Keempat, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 12.
13 Abu Daud Busroh; 1990, Ilmu Negara, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 8.
14 Victor Situmorang; 1987, Inti Sari Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Bina Aksara, Jakarta, hal. 1.
18
Ilmu NegaraSyachran Basah pun menyatakan bahwa Ilmu Negara sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok (grondbegripen) dan sendisendi pokok negara dan hukum negara, pula merupakan pengetahuan dasar bagi hukum tata negara positif.15 Sedangkan Ilmu negara menurut Van der Pot adalah peraturan-peraturan yang menentukan badan-badan yang diperlukan pada wewenangnya masing- masing, hubungannya satu dengan yang lain dan hubungannya dengan individu-individu.16
Dengan demikian, Ilmu Negara pada hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan tentang negara dan hukum pada umumnya. Ilmu Negara mempelajari mengenai negara pada umumnya, yakni negara dalam pengertian umum, abstrak, dan universal; bukan negara yang tertentu.
Karena itu, yang dikaji mengenai pengertian-pengertian pokok dan sendisendi pokok negara.
1.6. Obyek dan Ruang lingkup Kajian (Sistematika) Ilmu Negara Obyek Ilmu Negara.
Berbicara tentang ilmu maka harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi obyek atau bidang penyelidikan – bidang kajiannya. Ilmu Negara bukanlah satu-satunya ilmu pengetahuan kenegaraan yang membicarakan tentang negara. Ilmu-ilmu kenegaraan lain yang membicarakan tentang negara yaitu HTN (Hukum Tata Negara), HAN (Hukum Administrasi Negara), HI (Hukum Internasional), dan Ilmu Politik.
HTN dan HAN memandang negara dari sifatnya atau pengertiannya yang kongkrit, artinya obyeknya tersebut sudah terikat pada tempat, keadaan dan waktu. Kajian atas negara dalam pengertian yang kongkrit tersebut dibicarakan lebih lanjut susunan, alat-alat perlengkapan, wewenang serta kewajiban daripada alat-alat perlengkapan negara tersebut.
Ilmu Negara memandang obyeknya yaitu negara dari sifat atau pengertiannya yang abstrak, artinya obyeknya tersebut lepas dari tempat, keadaan dan waktu. Jadi belum memiliki ajektif tertentu, bersifat abstrak,
15 Ibid. hlm. 16.
16 http://www.ilmuhukum.net/2013/12/pengertian-ilmu-negara-menurutpara- ahli.html.
19
Ilmu Negaraumum, universal. Dari obyeknya tersebut kemudian dibicarakan adalah;
kapankan sesuatu itu dinamakan negara kapan tidak, apakah yang disebut dengan negara, hakekatnya dan sebagainya. Jadi yang diselidiki lebih lanjut adalah asal mula negara, hakekat negara, bentuk-bentuk negara dan pemerintah.17
Dalam kaitan itu, G. Jellinek mengemukakan bahwa obyek kajian Ilmu Negara tidak hanya negara pada umumnya - negara yang ada di seluruh dunia – negara di dalam ide atau pikiran, melainkan juga negara yang tertentu. Karena itu, Ilmu Negara meliputi dua bidang yaitu Ilmu Negara Umum (Allgemeine Staatslehre) dan Ilmu Negara Khusus – tertentu (Besondere Staatslehre). Kedua bidang ilmu tersebut melakukan kajian terhadap negara dari aspek hukum dan aspek sosial. Dengan demikian, obyek kajian kedua ilmu tersebut sama, yaitu negara dari aspek hukum dan aspek sosial. Tetapi, Ilmu Negara Umum mengkaji negara pada umumnya – esensi negara dalam arti umum, sedangkan Ilmu Negara Khusus melakukan kajian terhadap negara yang konkret ada – negara tertentu. Jadi, menurut G. Jellinek Ilmu Negara mempelajari negara dari segi hukum dan dari segi sosial. Inilah yang dimaksud dengan kajian negara berdasarkan teori bersegi dua (Zweiseiten Theorie) yang digunakan oleh G. Jellinek.
Berdasarkan teori tersebut, kajian negara dari aspek sosial yang dilakukan oleh Allgemeine Soziale Staatslehre (Ilmu Negara Umum dari aspek sosial) dan Individuelle Staatslehre (Ilmu Negara Khusus dari aspek sosial) yaitu18:
1. Pengertian Negara atau perkataan negara;
2. Sifat hakikat atau kharakteristik negara – hak istimewa negara;
3. Legitimasi kekuasaan negara – dasar pembenar kekuasaan negara;
4. Tujuan negara;
5. Timbul atau asal mula dan lenyapnya atau hapusnya negara;
6. Tipe-tipe negara.
17 Soehino, 1980, Ilmu Negara, Liberty, Jogyakarta, hlm.6.
18 Djokosutono; Op. Cit., hlm. 42.
20
Ilmu NegaraKajian negara dari aspek sosial maksudnya yaitu mengkaji negara sebagai suatu gejala sosial. Negara dilihat dari luar sehingga tampak secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Ruang lingkup kajian Allgemeine Soziale Staatslehre sama dengan ruang lingkup kajian Individuelle Staatslehre. Tetapi, Allgemeine Soziale Staatslehre melakukan kajian terhadap negara dalam pengertian umum – negara pada umumnya, sedangkan Individuelle Staatslehre mengkaji negara tertentu.
Kajian negara dari segi hukum maksudnya mempelajari negara dari aspek dalamnya yakni mengenai strukturnya negara. Karena itu, kajian negara dari segi hukum meliputi mengenai19:
1. Perbedaan hukum publik dan hukum perdata;
2. Konstitusi negara;
3. Sifat kekuasaan negara (Kedaulatan negara);
4. Unsur-unsur negara;
5. Lembaga-lembaga negara;
6. Perwakilan negara;
7. Fungsi negara
8. Sentralisasi dan desentralisasi; 9. Bentuk negara dan pemerintahan;
10. Negara-negara bersusun.
Ruang lingkup kajian negara dari segi hukum tersebut dilakukan di dalam Allemeine Staatsrechtlehre dan Spezielle Staatslehre. Namun, Allgemeine Staatsrechtlehre obyeknya yaitu negara pada umumnya, sedangkan Spezielle Staatslehre menyelidiki aspek-aspek hukum dari negara tertentu.
Sistematika Ilmu Negara.
Setiap cabang ilmu pengetahuan memiliki sistimatika sebagai suatu tata susunan yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Orang yang pertamakali berhasil membuat sistimatika Ilmu Negara ialah George Jellinek dalam bukunya Algemeine Staatslehre.
19 Ibid. hlm. 43.
21
Ilmu NegaraWalaupun ada yang membahas tentang sistimatika Ilmu Negara misalnya, R.M. Mac Iver dan R.Krunenburg, tetapi pada umumnya yang dijadikan rujukan yaitu sistematikanya G. Jellinek. Ilmuilmu Kenegaraan dalam arti luas (staatswissenschaften) terdiri atas dua bagian yaitu:
1 Staatswissenschaft (Ilmu Kenegaraan dalam arti sempit), yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara dimana titik berat permasalahannya ditekankan pada negara sebagai obyeknya. Staatswissenschaft merupakan residu dari Staatswissenschaften setelah dikurangi dengan Rechtwissenshcaft. Sebab dalam mengurai Staatswissenschaften pertama-tama yang dikeluarkan yaitu aspek-aspek hukumnya sehingga yang masih tersisa hanya negara sebagai obyek kajian.
2 Rechtwissenschaft, adalah ilmu pengetahuan mengenai negara dimana titik berat permasalahan ditekankan pada segi hukumnya. Ilmu ini disebut juga sebagai hukum publik sebab di dalamnya mencakup HTN, HAN dan Hukum Antar Negara.
Staatswissenschaft meliputi tiga bidang ilmu kenegaraan, yaitu : 1 Beschreibende Staatswissenschaft (Staatskunde), adalah ilmu
kenegaraan yang hanya mendeskripsikan peristiwa yang terjadi yang berhubungan dengan negara. Ilmu kenegaraan yang hanya menguraikan apa adanya tentang negara, seperti: geografis, topografi, demografi, klimatologi dan sebagainya.
2 Theoritische Staatswissenschaft (Staatlehre) adalah Ilmu yang melanjutkan kajian terhadap bahan-bahan yang dikumpulkan dan diidentifikasi oleh Beschreibende Staatswissenschaft dengan menganalisa dan memilah ciri-ciri khusus, dan menyusun hasil-hasil penyelidikannya dalam suatu kesatuan sistematis. Theoritische Staatswissenschaft terbagi lagi menjadi dua yaitu: Algemeine Staatslehre (Ilmu Negara Umum) dan Besondere Staatslehre (Ilmu Negara Khusus).
Kedua bidang ilmu kenegaraan tersebut diuraikan lagi bedasarkan pendekatan sosiologis dan yuridis sehingga masing-masing terbagi atas dua bagian. Algemeine Staatslehre dibagi menjadi:
22
Ilmu Negaraa. Algemeine Soziale Staatslehre, Ilmu Negara Umum yang mengkaji negara secara sosiologis. Negara yang dikaji adalah negara pada umumnya. Misalnya yang dikaji mengenai tujuan negara, maka kajiannya diarahkan pada tujuan negara pada umumnya yang ada di seluruh duania.
b. Algemeine Staatsrechtlehre, Ilmu Negara Umum yang mengkaji negara secara yuridis. Obyek yang dikaji adalah negara pada umumnya, tetapi dari aspek hukumnya, misalnya lembaga legislatif di seluruh dunia.
Besondere Staatslehre diurai menjadi:
a. Individuelle Staatslehre, Ilmu Negara Khusus yang menyelidiki negara tertentu yang kongkrit ada. Kajian dilakukan dari aspek sosiologis.
Misalnya menyelidiki mengenai tujuan negara Republik Indonesia, maka kajiannya difokuskan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), tidak menyelidiki tujuan negara dari negara lain di dunia.
b. Spezielle Staatslehre, Ilmu Negara Khusus yang menyelidiki negara tertentu yang kongkrit ada. Kajian dilakukan dari aspek yuridis, misalnya lembaga legislatifnya negara Indonesia.20
Menurut Soehino21, persamaan dan perbedaan antara individuelle Staatslehre dan Spezielle Staatslehre yaitu bahwa kedua-duanya sifatnya khusus, sedangkan perbedaannya kalau Ilmu Negara yang individual, yang khusus adalah negaranya, jadi negaranya yang tertentu, sedangkan kalau Ilmu Negara yang spesial maka yang khusus adalah lembaga kenegaraan yang dimiliki negara tersebut. Misalnya jika menyelidiki lembaga perwakilan, kepala negara dari negara Indonesia maka itu adalah indifiduelle staatslehre, sedangkan kalau mempelejari lembaga perwakilan dari Indonesia, Inggris, Amerika dan sebagainya maka itu termasuk spezielle staatslehre.
3 Angewandee Staatswissenschaft (Politiek) adalah ilmu yang menerapkan teori-teori kenegaraan (Theoritische StaatswissenschaftStaatlehre) dalam praktek.
20 Ibid, hlm.9
21 Soehino,opcit ,hlm.9
23
Ilmu Negara
Sistematikanya G. Jellinek tersebut disajikan dalam skema sebagai
Metode berasal dai kata Yunani Purba, yakni methodos yang artinya jalan kearah ilmu pengetahuan atau cara kerja. Dapat juga berarti pangkal haluan. Dengan demikian maka metode berarti cara penyelidikan untuk memperoleh pengertian ilmiah terhadap sesuatu obyek sehingga dapat dicapai kebenaran obyektif.22
22 Syahran Basah, Op Cit, hlm. 69 berikut.
1.7 . Metode dalam Ilmu Negara
STAATSWISSENSCHAFTEN
STAATSWISSENSCHAFT (SW) RECHTS-WISSENSCHAFT:
H T N, H A N, H I
BESCHREI-BENDE SW
THEORITISCHE SW /STAATSLEHRE (SL) ALGEMEINE SL
BESONDERE SL
ALGEMEINESOZIALE SL INDIVIDUELE SL
SPEZIELLE SL ALGEMEINE STAATSRECHTLEHRE
ANGEWANDTE SW /POLITIEK
24
Ilmu NegaraIlmu negara sebagai ilmu, dalam proses penyelidikan terhadap obyeknya memerlukan metode penyelidikan. Metode yang dipakai antara lain:23
a. Metode Deduksi, yaitu metode berdasarkan proses penyelidikan atas asas-asas yang bersifat umum yang dipergunakan untuk menerangkan peristiwa-peristiwa khusus (tertentu) atau penjelasan teoritis yang bersifat umum terhadap fakta-fakta yang bersifat kongkrit.
b. Metode Induksi, yaitu metode yang merupakan kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah mempelajari peristiwa-peristiwa khusus atau peristiwa-peristiwa yang kongkrit.
Cara kerja metode induksi merupakan kebalikan dari cara kerja metode deduksi.
c. Metode Diakletis (Dialectische Methode), yaitu metode tanya jawab, proses penyelidikan dilakukan dengan cara tanya jawab untuk mencoba mencari pengertian-pengertian tertentu.
d. Metode Filosofis (Pholosophical Method), yaitu metode yang dalam proses penyelidikannya meninjau serta membahas objek penyelidikan secara abstrak-idiil.
e. Metode Perbandingan (Comparative Method), yaitu suatu metode dengan mengadakan perbandingan di antara kedua objek penyelidikan atau lebih, untuk menambah dan memperdalam pengetahuan yang mendalam tentang objek yang diselidiki.
f. Metode Sejarah (Historical Method), yaitu suatu metode yang didasarkan pada analisis dari kenyataan-kenyataan sejarah, yaitu ditinjau pertumbuhan dan perkembangannya, sebab-akibatnya sebagaiman terwujud dalam sejarahdan dari penyelidikan disusun asas- asas umum yang dapat digunakan.
g. Metode Sistimatik, metode dengan menghimpun bahan-bahan yang sudah tersedia, terhadap bahan-bahan itu dilakukan pelukisan,penguraian dan penilaian, kemudian dilakukan klasifikasi
23 Syahran Basah, Op Cit,. 70-89. Baca juga Pudja Pramana KA, 2009, Ilmu Negara, Graha Ilmu Jogyakarta, hlm.21-23.
25
Ilmu Negaraatau rubricering ke dalam golongan-golongan di dalam suatu sistematik.
h. Metode Hukum (Yuridische/Legalistische Methode), yaitu metode yang dalam penyelidikannya menitik beratkan pada segi-segi yuridis, sehingga faktor-faktor yang besifat non-yuridis dikesampingkan.
i. Metode Sinkretis (Syncretisme), yaitu metode yang dalam penyelidikannya menggabungkan faktor-faktor yang bersifat yuridis maupun non-yuridis.
j. Metode Fungsional (Funktionele Methode), yaitu metode yang dalam penyelidikannya mengkaji objek penyelidikannya dengan menggandengkan gejala-gejala dalam dunia ini, masig-masing tidak lepas satu sama lainnya, melainkan terdapat hubungan yang timbal balik atau interdependent.
1.8. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu-ilmu Kenegaraan lainnya.
Ilmu tidak dapat dipisah-pisahkan dalam kotak-kotak yang terpaku mati (compartmentization).24 Ilmu Negara sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus bekerjasama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya, terutama ilmu-ilmu kenegaraan sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi.
Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Tidak mungkin suatu ilmu pengetahuan berdiri sendiri tanpa berhubungan atau dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan lainnya.
Ilmu Negara merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial seperti halnya Politik, Hukum, Kebudayaan dll. Semua Ilmu Pengetahuan pada akhirnya akan berinduk pada ilmu pengetahuan induk (mater scientarium) yaitu filsafat. Oleh karena itu Ilmu Negara juga tidak dapat berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan ilmu pengetahuan lainnya.
Selain memiliki hubungan yang bersifat umum dengan ilmu pengetahuan lainnya, Ilmu Negara juga memiliki hubungan yang bersifat khusus dengan ilmu pengetahuan sosial tertentu yang memiliki obyek
24 F.Isjwara, Op. Cit., 62
26
Ilmu Negarapenelitian yang sama, yaitu negara. Ilmu Negara memiliki hubungan yang khusus dengan Ilmu Politik, Ilmu Hukum Tata Negara, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara.25
Berikut akan diuraikan hubungan antara Ilmu Negara dengan beberapa cabang ilmu pengetahuan lainnya yang berobyek negara:
Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik.
Ilmu Negara dan Ilmu Politik mempunyai hubungan yang erat dan saling terkait. Ilmu Negara lebih menitik beratkan kepada sifat-sifat teoritis karena itu kurang dinamis. Ini berarti bahwa lebih banyak memperhatikan unsur- unsur statisnya negara yang mempunyai tugas utama untuk melengkapi dengan memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas. Ilmu Politik lebih menitik beratkan kepada faktorfaktor konkrit, terutama berpusat kepada gejala kekuasaan yang mengenai organisasi negara, maupun yang mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas negara. Karena itu, Ilmu Politik lebih dinamis dan hidup.
Jadi Ilmu Negara selaku ilmu yang berifat teoritis, segala hasil penyelidikannya dipraktekkan oleh Ilmu Politik sebagai ilmu yang bersifat praktis. Misalnya, dalam Ilmu Negara dipelajari mengenai demokrasi sebagai bentuk negara, tetapi tidak dijelaskan mengenai pelaksanaan demokrasi. Hal itu diajarkan di dalam Ilmu Politik, yakni demokrasi dilaksakan, salah satunya melalui pemilihan umum. Maka jelas hubungan antara ilmu negara dengan ilmu politik bersifat komplementer, karena ilmu negara merupakan salah satu teras inti dari
Ilmu Politik.26
Dalam kaitan itu, Herman Heller menganggap bahwa Ilmu Politik atau Politikologie adalah merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Hal itu merupakan pengaruh konsepsi Ango-Saxon terutama Amerika terhadap Ilmu Politik yang lebih menitikberatkan pembahasannya kepada hal-hal yang bersifat praktis dalam masyarakat sebagai gejala sosiopolitik. Maka
25 https://forumkomunikasifhunpas.blogspot.co.id/2014/10/hubungan- ilmunegara-dengan-ilmu-lain.html
26 Syachran Basah, Op Cit, hlm. 44
27
Ilmu Negaradalam hubungannya dengan Ilmu Negara jelaslah ada sifatsifat komplementer, karena itu Ilmu Negara merupakan salah satu hardcore (teras inti) dari pada Ilmu Politik.
Di Jerman telah tumbuh suatu ilmu pengetahuan yang erat hubungannya dengan negara, yang di bedakan dengan ilmu politik. Ilmu ini di kenal dengan Algemeine Staats Lehre /Staats Theory/Ilmu Negara.27 Karena itu menurut Herman Heller ada beberapa perbedaan antara Ilmu Politik dan Ilmu Negara yaitu:
1. Ilmu Politik sebagai sebagai suatu ilmu pengetahuan praktis membahas keadaan dalam kenyataan dan mengadakan penilaian- penilaian terhadap objeknya, sedangkan Ilmu Negara merupakan ilmu pengatahuan teoritis yang mementingkan norma normatif, oleh karena itu bersifat bebas nilai.
2. Ilmu Politik mementingan sifat dinamis sedangkan ilmu Negara lebih mementingkan segi-segi statis dari Negara. Statika lahir dari sifat teoritis sedangkan dinamika lahir dari aplikasi terapan teori, seni dan strategi kekuasaan.
3. Ilmu Politik dianggap lebih konkret dan lebih mendekati realita, sedangkan Ilmu Negara lebih tajam dalam hal konsep-konsepnya dan lebih terang metodologinya.
4. Perbedaan praktis lainnya adalah bahwa Ilmu Politik mendapat perhatian dari ahli sejarah dan sosiologi, sementara Ilmu Negara lebih mendapat perhatian dari ahli hukum.
5. Ilmu Negara melukiskan dan menerangkan lembaga-lembaga kenegaraan, sedangkan Ilmu Politik mengadakan analisis dari pada aktivitas-aktivitas yang mempengaruhi tindakan-tindakan kenegaraan (political action).
Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara.
Menurut Usep Ranawijaya, HTN merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda Staatsrecht. HTN terdiri dari dua bagian, yaitu: HTN dalam arti Luas ( staatsrecht in ruime zin) dan HTN dalam arti sempit (staatsrecht in
27 https://catatanhukumaaz.wordpress.com/ilmu-negara/
28
Ilmu Negaraengizin). HTN dalam arti luas terdiri dari: HTN dalam arti sempit atau disebut HTN (staatsrecht) dan HAN (Administratief Recht). Hubungan antara Ilmu Negara dengan HTN, bahwa Ilmu Negara memberikan dasar- dasar teoritis yang bersifat umum terhadap HTN. Ilmu Nergara memberikan pengetahuan secara umum tentang negara yang sangat diperlukan untuk memahami sistem ketatanegaraan suatu negara, yang dipelajari di dalam HTN. Jadi Ilmu Negara merupakan ilmu pengantar dari HTN. Dalam kaitan itu, Azhary menyatakan bahwa Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis kepada HTN sehingga HTN merupakan konkretisasi teori-teori dalam Ilmu Negara.28
Sedangkan menurut Jimly Assidiqie Ilmu Negara atau Staatsleer (Bahasa Belanda) atau Staatslehre ( bahasa Jerman) adalah merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan pengertianpengertian pokok mengenai negara dan Hukum Tata Negara. Karena itu menurutnya Ilmu Negara merupakan ilmu pengantar untuk mempelajari
Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum
Internasional. Dalam Ilmu Negara yang diutamakan adalah nilai teoritis – ilmiahnya, sedangkan dalam HTN yang diutamakan adalah norma hukum dalam arti positif. Karena itu Ilmu Negara disebut sebagai seinwissenschaft, sedangkan HTN merupakan normwissenschaft. Dalam kedudukannya sebagai ilmu pengantar bagi HTN, maka Ilmu Negara tidak mempunyai nilai praktis seperti halnya HTN.29
Sedangkan jika ditinjau dari pendapat George Jellinek yang membagi ilmu kenegaraan (staatswissenschaft) menjadi dua yaitu: Ilmu kenegaraan dalam arti sempit dan Rechtwissenschaft, maka jelas hubungan antara Ilmu Negara dan HTN bahwa kedua-duanya merupakan bagian dari staatswissenschaft dalam arti luas, dan sama-sama mempelajari negara sebagai obyeknya. Meskipun memiliki persamaan namun jelas keduanya juga memiliki perbedaan.
28 Azhary, Op. Cit., hlm. 12.
29 Jimly Asshiddiqie; 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 38-41.
29
Ilmu NegaraHubungan Ilmu Negara dengan Hukum Administrasi Negara.
Menurut VanVollen Hoven, Hukum Administrasi Negara adalah rangkaian ketentuan-ketentuan yang mengikat alat-alat negara tinggi dan rendah, pada waktu alat-alat negara tadi mulai menjalankan pekerjaan dalam hal menunaikan tugasnya, seperti yang ditetapkan dalam HTN.30 HAN adalah berkenaan dengan negara tertentu secara riil, sedangkan Ilmu Negara tidak mengenai negara tertentu, melainkan menyelidiki terbentuknya sifat dan wujud negara-negara di dunia pada umumnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Ilmu Negara merupakan pendahuluan bagi HTN dan HAN, yang belum dapat diselidiki secara ilmiah sistimatis sebelum memiliki pengetahuan tentang asas-asas dan sendi-sendi pokok dari negara dalam arti umum yang dibahas dalam Ilmu Negara.31
Hubungan Ilmu Negara dengan Perbandingan HTN.
Ilmu Perbandingan HTN disebut juga dengan comparatie government.
Hubungan antara Ilmu Negara dengan perbandingan HTN dapat dikatakan bahwa hasil penyelidikan dari Ilmu Negara yang bersifat teoritis dan umum, akan merupakan dasar dan bahan penyelidikan bagi HTN Perbandingan, yang selanjutnya akan menjelaskan, menerangkan dan membandingkan bagaimanakah bentuk bernegara itu. M. Nasroen menyatakan bahwa cara Ilmu Perbandingan Pemerintahan itu menggunakan negara itu sebagai alat, ialah dengan menggunakan hasil yang diperoleh ilmu negara umum dalam hal asal mula dan wujud negara itu.32
1.9. Penutup Resume.
Paparan materi di atas menunjukkan bahwa, syarat-syarat keilmuan atau kualifikasi keilmuan pada umumnya terdiri dari objek yang jelas
30 Wiryono Projodikoro, 1986, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, Eresco, Bandung, hlm.2-3
31 Gde Pantja Astawa dan Suprin Na‟a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, Refika Aditama, Bandung, hlm.35.
32 M. Nasroen, 1967, Ilmu Perbandingan Pemerintahan, Beringin, Jakarta, hlm. 21-34 dan 37-47.
30
Ilmu Negara(konkret), metode tertentu, adanya sistematika yang jelas, konsistensi, dan fungsional. Terdapat beberapa peristilahan yang digunakan terkait mata kuliah ini, antara lain: Ilmu Kenegaraan, Ilmu Negara dan Ilmu Politik, yang masing-masing mempunai obyek penyelidikan yang sama yakni
”negara”. Ilmu Negara memandang obyeknya yaitu negara dari sifat atau pengertiannya yang abstrak, artinya obyeknya tersebut lepas dari tempat, keadaan dan waktu. Jadi belum memiliki ajektif tertentu, bersifat abstrak, umum, universal.
Ilmu negara sebagai ilmu, dalam proses penyelidikan terhadap obyeknya mempergunakan metode penyelidikan antara lain: metode deduksi, induksi, diakletis, filosofis, perbandingan, fungsional, sejarah, sistimatik, hukum dan metode sinkretis. Ilmu Negara sebagai ilmu juga tidak dapat berdiri sendiri melainkan mempunyai keterkaitan dengan cabang ilmu pengetahuan lainnya, terutama ilmu kenegaraan seperti HTN, HAN, Ilmu Politik, Perbandingan HTN dan Hukum Internasional.
Latihan.
Sebagai akhir dari bagian Penutup maka, disediakan soal latihan bagi mahasiswa agar dikerjakan untuk mengetahui capaian pembelajaran.
Mahasiswa wajib mengerjakan tugas-tugas latihan, sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Kenegaraan, Ilmu Negara, dan Ilmu Politik?
b. Apakah Ilmu Negara merupakan Ilmu Pengetahuan ? c. Kenapa Ilmu Negara merupakan ilmu pengantar bagi HTN?
d. Bagaimana hubungan antara Ilmu Negara dengan Ilmu Politik, HAN, dan HI?
Bahan Bacaan
1. Abu Daud Busroh,Ilmu Negara,Cetakan Keempat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 1 – 19.
31
Ilmu Negara2. Azhary,Ilmu Negara – Pembahasan buku R. Kranenburg, Cetakan Keempat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hlm. 11 – 12.
3. Djokosutono,Ilmu Negara, dihimpun oleh Harun Al Rasyid, Cetakan pertama, (Yakarta:.Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 31 – 33; 34 – 35.
4. F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan ke-7, (Bandung:
Binacipta, 1980), hlm. 26, foot note No. 56.
5. I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara Sejarah, Konsep Negara, dan Kajian Kenegaraan, Cetakan 1, (Malang, Setara, 2012), hlm. 1-18.
6. Jimly Asshiddiqie; 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 38-41.
7. Max Boli Sabon, Ilmu Negara, Cetakan 1, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 7- 26.
8. Sjachran Basah, Ilmu Negara, Cetakan ke VIII, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,.1997), hlm. 1 – 31; 63 – 90.
9. Syaiful Bakhri, Ilmu Negara Dalam Konteks Negara Hukum Modern, (Yogyakarta, Total Media, 2010), hlm. 11.
10. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Montevideo Convention on the Rights and Duties of States, Signed at Montevideo, 26 December 1933, Entered into Force, 26 December 1934.