ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM
DI BURSA EFEK INDONESIA
(Studi Kasus Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Surakarta)
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
ARRY BUDHI SAPUTRO
F 1107035
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
MOTTO
“ kejujuran Adalah Batu Loncatan Menuju Kesuksesan”
(Mary Kay Ash)
“Fikiran Adalah Burung Angkasa Semesta Yang Dalam
Kurungan Bentuk Kalimat Dan Kata, Mesti Dapat
Membeberkan Sayapnya Namun Tak mungkin Terbang
Ke Angkasa Raya”
(Kahlil Gibran, Sang Nabi)
“Yang Paling Dekat Dengan Kita Adalah Hari Esok Dan
Ajal, Yang Paling Jauh Dari Kita Adalah Cita – cita,
Dan Orang Yang Terbaik Adalah
Mereka Yang Selalu Mencoba Untuk Terus Memperbaiki
Dirinya”
commit to user
v
PERSEMBAHAN
K arya ini penulis persembahkan untuk :
♣
Allah SWT atas anugerah danrahmatnya hingga saat ini, dan hanya kepadaM u hamba menyembah, berlindung serta memohon ampun
Dan dihadiahkan kepada :
♣
I bunda dan ayahanda atas doa dankasih sayangnya sepanjang masa
♣
Adikku atas doa dan dukungantanpa henti-hentinya
♣
M y L ove atas doa, penunt un danbantuannya selalu
♣
EP`07 at as kerjasama sert akerepotannya
commit to user
KATA PENGANTARSyukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan, pertolongan, dan kasih saying-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM DI
BURSA EFEK INDONESIA. (Studi Kasus Keberhasilan Investor Dalam
Berinvestasi Saham Di Surakarta)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persiapan,perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Riwi Sumantyo, SE, ME, selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
commit to user
vii
tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
4. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
6. Seluruh petugas di perpustakaan MM Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
7. Ayah dan Mamah yang senantiasa selalu mendoakan, member dorongan dan bimbingan kepada ananda.
8. Adik laki-lakiku “Pras” makasih atas doanya…..tetap semangat ya… 9. Caesa S. Putri terimakasih atas waktu dan bantuannya, baik spirit dan religi. 10.Teman – temanku di Ekonomi Pembangunan 2007.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.
Demikian skripsi ini penulis susun dan tentunya masih banyak kekurangan yang perlu di benahi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca.
commit to user
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ... 8
1. Pengertian Investasi ... 8
commit to user
ix
3. Dasar Pengambilan Keputusan Investasi ... 13
B. Pasar Modal ... 16
1. Pengertian Pasar Modal... 16
2. Peranan Pasar Modal Dalam Kegiatan Perekonomian... 17
3. Instrument Pasar Modal ... 18
4. Mekanisme Perdagangan Pasar Modal ... 21
C. Investor ... 25
1. Gambaran Investor ... 25
2. Penggolongan Investor Berdasarkan Waktu Berinvestasi . 26
3. Jenis Investor ... 28
4. Penyebab Naik Turunnya Kepercayaan Investor ... 34
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Pasar Modal ... 35
1. Horizon (jangka waktu investasi)... 36
2. Ketersediaan dana ... 40
3. Sensitifitas terhadap risiko ... 41
4. Waktu yang tercurah ... 41
5. Pengetahuan dan Pengalaman ... 42
6. Intensitas kontak dengan industri investasi ... 43
7. Skill analisis ... 44
E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 46
F. Kerangka Pemikiran ... 48
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian ... 51
B. Lokasi Penelitian ... 51
C. Teknik Pengumpulan Data ... 52
D. Teknik Pengambilan Sampel... 52
E. Definisi Operasional Variabel ... 53
F. Analisis Data ... 55
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta ... 61
B. Gambaran Karakteristik Responden ... 67
C. Analisis Data ... 82
D. Interpretasi Secara Ekonomi ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1 Perbedaan investor individu dan institusi ... 30
Tabel II.2 Pertemuan Investorrule dan invesment rule ... 39
Tabel IV.1 Gambaran Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, Tingkat Kepadatan, dan Pembagian Administrasi di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 62
Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995-2008 ... 63
Tabel IV.3 Penduduk Kota Surakarta Menurut Dewasa, Anak dan Jenis Kelamin Tahun 2008 ... 64
Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 65
Tabel IV.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 66
Tabel IV.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah) ... 67
Tabel IV.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
Tabel IV.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 68
Tabel IV.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 69
Tabel IV.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 70
Tabel IV.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... 71
Tabel IV.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Alokasi Penghasilan ... 72
commit to user
Tabel IV.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Mendapat Informasi
Saham ... 74
Tabel IV.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Bahwa Investasi Saham Merupakan Pekerjaan Sampingan ... 74
Tabel IV.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Kriteria Saham yang Dipilih ... 75
Tabel IV.17 Karakteristik Responden Berdasarkan Komposisi Investasi Jika Memiliki Dana Lebih ... 76
Tabel IV.18 Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Investasi Pada Saham ... 77
Tabel IV.19 Karakteristik Responden Berdasarkan Kendala Terbesar Dalam Investasi Saham ... 77
Tabel IV.20 Karakteristik Responden Berdasarkan Cara Pengambilan Keputusan Pembelian dan Penjualan Saham ... 78
Tabel IV.21 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Investor Saham ... 79
Tabel IV.22 Karakteristik Responden Berdasarkan Modal Untuk Investasi Saham ... 80
Tabel IV.23 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjual Saham Kembali ... 81
Tabel IV.24 Karakteristik Responden Berdasarkan Besar Rata-rata Keuntungan Satu Bulan ... 82
Tabel IV.25 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 83
Tabel IV.26 Peringkat Variabel ... 90
Tabel IV.27 Hasil Uji Multikolinearitas ... 91
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Karakteristik personalitas investor ... 33
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran ... 48
Gambar III.1 Uji t ... 56
Gambar III.2 Uji Durbin Watson ... 60
commit to user
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Kuesioner.
Lampiran 2. Data Operasional Variabel.
Lampiran 3. Hasil Pengelompokan Data Responden. Lampiran 4. Hasil Analisis regresi Linier Berganda. Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinearitas.
ABSTRAKSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM
DI BURSA EFEK INDONESIA
(Studi Kasus Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Surakarta)
ARRY BUDHI SAPUTRO F1107035
Tujuan penelitian ini adalah Pertama, untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan, dan jumlah modal terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia, kedua, Untuk mengetahui manakah dari faktor pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan, dan jumlah modal yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung, dengan sampel sebanyak 90 investor dengan teknik sampling classified proportional random sampling
technique. Analisis data digunakan pengujian statistik dengan bantuan program Eviews 6.0.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yang disertai dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2)), serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastik, dan autokorelasi).
Hasil penelitian menunjukkan, pertama dengan α = 5% bahwa secara individu keempat variabel pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan, dan jumlah modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia, kecuali tingkat pendidikan tidak signifikan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Dan secara bersama-sama keempat variabel tersebut positif dan signifikan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Kedua dilihat dari koefisien regresinya, variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia adalah modal, berarti hal ini sesuai dengan hipotesis dalam penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: Pertama disarankan investor sebaiknya mengikuti pelatihan dalam menganalisa saham baik fundamental maupun teknikal agar dapat menekan resiko yang ada. Kedua disarankan investor tidak menempatkan 100% investasinya dalam portofolio saham yang sama agar dapat melakukan diversifikasi ke asset yang lainnya. Ketiga disarankan model regresi linier masih rendah sehingga kemungkinan penelitian lebih lanjut dapat memasukkan variabel baru yang lebih mempengaruhi keberhasilan investor dalam berinvestasi saham. Keempat disarankan Perusahaan efek diharapkan dapat memberikan kenyamanan, pertimbangan akan resiko dan keuntungan, dan keamanan kepada dana investor sehingga keberhasilan berinvestasi saham akan dirasakan oleh investor. Kelima
disarankan Pengawasan oleh Otoritas dan SRO’s harus diperketat sehingga investor tidak terbuai oleh kenaikan harga saham yang terlalu cepat atau penurunan harga saham yang drastis.
Kata Kunci : pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan,
commit to user
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia usaha yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk
mampu beradaptasi agar terhindar dari kebangkrutan dan unggul dalam
persaingan. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, perusahaan harus
mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya sebagai upaya menjaga
kelangsungan usahanya. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
menerapkan berbagai kebijakan strategis yang menghasilkan efisiensi dan
efektifitas bagi perusahaan. Usaha tersebut memerlukan modal yang banyak,
yang meliputi usaha memperoleh dan mengalokasikan dana tersebut secara
optimal. Salah satu tempat untuk memperoleh dana tersebut adalah melalui
pasar modal.
Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan yang menjalankan
fungsi ekonomi dan keuangan. Fungsi ekonomi yang dijalankan pasar modal
melibatkan dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
membutuhkan dana. Fungsi keuangan ditunjukkan dengan kemungkinan
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik
yang dipilih. Bagi pihak yang membutuhkan dana, tersedianya dana dari pihak
luar memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi tanpa harus
menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan (Husnan, 2003).
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk
modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dan jangka
panjang dari masyarakat yang disalurkan ke sektor-sektor yang produktif.
Apabila pengerahan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan
maupun pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana
pembangunan yang bersumber dari luar negeri makin lama makin dikurangi
(Eduarudus Tandelilin, 2001:13).
Di pasar modal, sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan
diperjualbelikan, perusahaan yang menerbitkan ini disebut emiten, sedangkan
pihak yang membeli sekuritas berarti menanamkan modalnya di perusahaan
yang menerbitkan sekuritas. Pembeli sekuritas tersebut dinamakan pemodal
atau investor, penerbitan sekuritas disebut emisi. Sekuritas dapat pula disebut
efek, sehingga pasar modal disebut juga bursa efek.
Pasar modal yang efisien di definisikan sebagai pasar modal yang
harga sekuritasnya telah mencerminkan informasi-informasi yang relefan
(Husnan, 2003). Jika didasarkan pada informasi yang relevan, terdapat tiga
bentuk pasar yang efisien (Jogiyanto, 2000), yaitu bentuk lemah, bentuk
setengah kuat, dan bentuk kuat. Pasar modal bentuk lemah merupakan suatu
bentuk pasar modal yang harganya mencerminkan semua informasi yang ada
pada catatan harga pada waktu lalu. Sedangkan pasar modal bentuk setengah
kuat merupakan bentuk pasar modal dimana harga sekuritas tidak hanya
mencerminkan harga-harga pada waktu lalu tetapi semua informasi yang
dipublikasikan. Pasar modal bentuk kuat merupakan bentuk pasar modal yang
juga informasi yang diperoleh dari analisis fundamental tentang perusahaan
dan perekonomian atau informasi yang tidak dipublikasikan.
Pasar modal Indonesia pada dekade terakhir mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Hal terjadi karena peningkatan partisipasi investor, volume
perdagagan saham, dan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia.
Perkembangan pasar modal ini antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut (Husnan, 1996):
1. Penawaran sekuritas (securities supply), faktor ini menunjukkan jumlah
sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal.
2. Permintaan akan sekuritas (securities demand), faktor ini menunjukkan
jumlah perusahaan atau masyarakat yang bersedia menanamkan modalnya
di pasar modal.
3. Kondisi politik dan ekonomi, dimana kondisi politik dan ekonomi yang
stabil akan membantu kemajuan pasar modal.
4. Masalah hukum dan peraturan, dimana hukum dan peraturan yang baik
akan membantu kelancaran transaksi di pasar modal.
5. Lembaga-lembaga terkait yang menunjang keberhasilan pasar modal.
Sekuritas yang di perdagangkan di bursa efek pada dasarnya dapat di
bagi menjadi dua, yaitu sekuritas yang menunjukkan bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan yaitu dalam bentuk saham dan yang menunjukkan surat
tanda utang dari emiten yang menerbitkan sekuritas tersebut. Sekuritas yang
kedua disebut obligasi. Sekuritas yang di perdagangkan tersebut mempunyai
resiko cukup tinggi (high risk) adalah saham. Resiko tinggi tercermin dari
ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa depan. Hal ini
disebabkan resiko saham berhubungan dengan keadaan perekonomian ,
politik, dan keadaaan perusahaan itu sendiri. Keadaan-keadaan tersebut pada
umumnya menjadi bahan pertimbangan investor untuk menanamkan dananya
di pasar modal.
Tingkat pendapatan yang diharapkan dari investasi saham tergantung
pada bagaimana prefensi sikap investor dalam menghadapi risiko. Pada
umumnya investor bersifat menghindari risiko, walaupun sebagian ada yang
berani mengambil risiko. Investor yang bersifat menghindari risiko akan lebih
suka memilih saham-saham yang memiliki risiko yang lebih kecil dengan
tingkat pendapatan tertentu. Sebaliknya investor yang berani mengambil risiko
akan cenderung memilih saham-saham yang mempunyai tingkat risiko yang
lebih tinggi dengan harapan dapat memperoleh hasil (pendapatan) yang lebih
besar. Dengan demikian prefensi investor terhadap risiko yang terkandung
pada masing-masing jenis saham akan mempengaruhi volumen perdagangan
saham yang bersangkutan.
Investor akan mempertimbangkan tingkat penghasilan yang
diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu periode tertentu
dimasa yang akan datang. Namun setelah periode investasi berlalu, belum
tentu tingkat penghasilan yang terealisasi (realized return) seperti yang
diharapkan (expected return) dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
mempertimbangkan ketidakpastian ini sebagai risiko investasi (Harianto,
1998). Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin tinggi
risiko maka return akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya (Jogiyanto,
2000).
Berangkat dari latar belakang tersebut, akan dilakukan suatu penelitian
dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Bursa Efek Indonesia (Studi
Kasus Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Surakarta)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor pengalaman investor berpengaruh terhadap keberhasilan
investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah faktor lama menjual sahamnya kembali berpengaruh terhadap
keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah faktor tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keberhasilan
investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia ?
4. Apakah faktor jumlah modal berpengaruh terhadap keberhasilan investor
dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia?
5. Faktor apakah yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan di atas maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh pengalaman investor terhadap keberhasilan investor
dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh lama menjual sahamnya kembali terhadap
keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.
3. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap keberhasilan investor
dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh jumlah modal terhadap keberhasilan investor dalam
berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.
5. Faktor apa yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan
investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis terutama yang berkaitan
dengan pasar modal.
2. Bagi Perusahaan Sekuritas
Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para broker untuk
mengetahui karakteristik nasabahnya (investor) dalam memberikan
masukan atau saran untuk berinvestasi pada tingkat resiko yang dimiliki
3. Bagi Investor
Sebagai masukan dan ukuran bagi Investor untuk mengetahui
karakteristiknya dalam berinvestasi saham di Bursa efek Indonesia.
4. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Dapat menambah wacana bagi dunia akademisi terutama yang tertarik
dengan pasar modal.
5. Bagi Bapepam-LK
Dapat dijadikan sebagai alternatif agar lebih efektif dalam memberikan
edukasi dan pelatihan kepada masyarakat (calon investor) agar lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu
(Jogianto, 2000: 5). Menurut Eduarudus Tandelilin, investasi diartikan
sebagai komitmen atas sejumlah dana atau seumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan di masa mendatang. Investasi juga dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset
(asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh
penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Farid Harianto dan
Siswanto Sudomo, 1999: 2).
Berdasarkan definisi investasi yang telah dijelaskan diatas dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari investasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan dalam
bentuk financial, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan
datang.
2. Jenis-jenis Investasi
Investasi dapat berbentuk aset nyata (real assets) dan aset
keuangan (financial assets). Aset nyata adalah aset yang dapat dilihat
aset keuangan merupakan klaim terhadap pihak tertentu dalam hal ini
adalah pihak penerbit surat klaim tersebut, misalnya adalah perusahaan.
Klaim ini biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat atau kertas berharga
yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan tersebut. Contoh dari aset
keuangan adalah surat berharga seperti saham, obligasi, dan kartu kredit
bank.
Investasi pada aset keuangan dapat dibedakan menjadi dua tipe
investasi yaitu (Jogiyanto, 2000:9):
a. Investasi langsung, yaitu investasi yang dilakukan dengan membeli
aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money
market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli
aktiva yang tidak dapat diperjualbelikan, biasanya diperoleh melalui
bank komersial. Jadi investasi langsung dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu:
1) Investasi langsung yang tidak diperjualbelikan, contohnya adalah
tabungan dan deposito.
2) Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan, dibagi dalam
beberapa jenis yaitu:
a) Investasi langsung di pasar uang, seperti T-bill dan deposito
yang dapat dinegosiasikan.
b) Investasi langsung di pasar modal, dibagi menjadi dua jenis
(1)Surat–surat berharga pendapatan tetap (fixed-income
securities) seperti:
(a) T-bond, yaitu seberti T-bill tetapi jatuh tempo jangka
panjang berkisar 10 – 30 tahun.
(b) Federal agency securities, merupakan surat berharga
yang dikeluarkan oleh agen federal.
(c) Municipal bond, merupakan surat berharga yang
dikeluarkan oleh pemerintah kota.
(d) Corporate bond, merupakan surat berharga yang
dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan.
(e) Convertible bond, merupakan surat berharga yang dapat
dikonversikan ke saham.
(2)Saham – saham (equity securities), seperti:
(a) Saham preferen (preference stock), merupakan saham
yang menempatkan paling yunior atau akhir terhadap
pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas
(tidak memiliki hak istimewa).
(b) Saham biasa (common stock), merupakan saham yang
memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan
(3)Investasi langsung di pasar turunan, dibagi menjadi dua
yaitu:
(a) Opsi, ada tiga jenis yaitu:
i. Waran (warrant), adalah suatu hak yang diberikan
kepada pemegangnya untuk membeli saham dari
perusahaan yang bersangkutan dengan harga
tertentu dalam kurun waktu yang sudah ditentukan.
ii. Opsi put (put options), adalah memberi hak kepada
pemegangnya untuk menjual sejumlah saham
perusahaan lain dalam kurun waktu tertentu dengan
harga yang sudah ditetapkan.
iii. Opsi call (call options), adalah memberi hak kepada
pemegangnnya untuk membeli sejumlah saham
perusahaan lain dalam kurun waktu tertentu dengan
harga yang sudah ditetapkan.
(b) Future contract merupakan persetujuan untuk
menyediakan aktiva di masa mendatang (futures)
dengan harga pasar yang sudah ditentukan di muka.
b. Investasi tidak langsung adalah investasi yang dilakukan dengan
membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio
aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan
investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan
diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Contoh
investasi tidak langsung adalah reksa dana (mutual funds), yang
merupakan suatu portofolio efek yang didiversifikasikan dan
dikeluarkan oleh perusahaan investasi. Perusahaan investasi seperti
yang telah dijelaskan diatas diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:
1) Unit investment trust, merupakan trust yang menerbitkan
portofolio yang dibentuk dari surat-surat berharga berpenghasilan
tetap (misalnya bond) dan ditangani oleh orang kepercayaan yang
independen. Sertifikat portofolio itu dijual kepada investor sebesar
nilai bersih total aktiva yang tergabung didalam portofilio
ditambah dengan komisi. Investor dapat menjual balik sertifikat ini
kepada trust sebesar nilai bersih sertifikat tersebut (net asset value
atau NAV). Besarnya NAV persertifikat adalah total nilai pasar
dari sekuritas-sekuritas yang tergabung di portofolio dikurangi
dengan biaya-biaya yang terjadi dan dibagi dengan jumlah
sertifikat yang diedarkan.
2) Close-end investment companies, merupakan perusahaan investasi
yang hanya menjual sahamnya pada saat penawaran perdana
(initial public offering) saja dan selanjutnya tidak menawarkan lagi
tambahan lembar saham. Lembar saham yang sudah beredar dari
penawaran perdana diperdagangkan dipasar sekunder (stock
3) Open-end investment companies atau bisa dikenal dengan nama
perusahaan reksa dana (mutual funds). Perusahaan investasi ini
masih menjual saham baru kepada investor setelah menjual saham
perdananya. Pemegang saham juga dapat menjual kembali
sahamnya ke perusahaan reksa dana ini.
Keuntungan investasi tidak langsung dari pada investasi langsung
adalah bahwa dengan dana yang terbatas pemodal dapat memiliki satu
portofolio yang terdiversifikasi, karena portofolio tersebut terdiri dari
puluhan bahkan ratusan efek. Sedangkan apabila menggunakan investasi
langsung diversifikasi tidak dapat dilakukan jika mempunyai dana yang
terbatas. Diversifikasi menjadi sangat penting karena pemodal dapat
meningkatkan penghasilan atau return sesuai dengan yang diharapkan dan
pada saat yang sama tetap dapat dipertahankannya bahkan dapat
mengurangi resiko yang dihadapinya.
Manfaat lain dari investasi tidak langsung adalah pengelolaan
investasi dilakukan oleh manajer investasi yang professional sehingga
keputusan investasinya menjadi optimal. Sedangkan investasi langsung
pemodal sendirilah yang melakukan pengelolaan dana investasinya, jika
pemodal tidak mempunyai pengetahuan yang cukup maka keputusan
investasinya menjadi tidak optimal bahkan bisa merugikan diri sendiri.
3. Dasar Pengambilan Keputusan Investasi
Seorang investor dalam pencapaian tujuannya yaitu untuk
keputusannya dalam berinvestasi dengan selalu mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut (Eduarudus Tandelilin, 2001:6):
a. Tingkat Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh
keuntungan atau dalam bidang investasi keuntungan tersebut
diistilahkan dengan return. Return yang diharapkan investor dari
investasi yang dilakukan merupakan suatu kompensasi atas biaya
kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat
adanya pengaruh inflasi. Return investasi dibedakan menjadi dua yaitu
return yang diharapkan (expected return) dan return realisasi (realized
return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang
diantisipasi oleh investor di masa yang akan datang, sedangkan return
realisasi atau actual return adalah tingkat return yang telah diperoleh
investor di masa lalu.
Seorang investor dalam menginvestasikan dananya akan
mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi telah
berlalu maka investor akan dihadapkan pada return yang
sesungguhnya ia peroleh. Antara tingkat return yang diharapkan
perbedaan. Perbedaan tersebut merupakan resiko yang harus selalu
dipertimbangkan dalam proses investasi. Jadi selain tingkat return,
resiko merupakan suatu hal yang diperhatikan oleh investor dalam
b. Resiko
Suatu hal yang wajar jika dalam investasinya seorang investor
mengharapkan return setinggi-tingginya, tetapi hal penting lainnya
yang harus selalu dipertimbangkan adalah seberapa besar resiko yang
harus ditanggung dari investasi tersebut. Resiko dapat diartikan
sebagai kemungkinan actual return yang berbeda dari return yang
diharapkan.
Seorang investor yang tidak suka terhadap resiko (risk averse
investors), tidak menyukai adanya resiko dan tidak mau mengambil
resiko. Jika investasi tersebut tidak memberikan return yang layak
sebagai suatu kompensasi dari resiko yang harus ditanggung maka
investor tidak akan menginvestasikan modalnya. Jika investor tersebut
rasional maka sikap dalam pengambilan keputusan investasinya sangat
tergantung dari preferensi investor terhadap resiko. Jika investor akan
berani berinvestasi pada investasi yang lebih besar resikonya tentunya
dengan harapan return yang akan diterimal ebih besar pula. Demikian
juga investor tidak akan mengharapkan return yang lebih tinggi jika ia
tidak berani untuk menanggung resiko yang lebih tinggi.
c. Hubungan Tingkat Resiko dan Return yang diharapkan
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hubungan antara
resiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat
yang harus ditanggung semakin besar pula return return yang
diharapkan, demikian sebaliknya.
B. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Menurut Jogiyanto (2000) pasar modal merupakan sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal didefinisikan
sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekurutas) jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta (Suad Husnan, 1994:3). Pasar modal dapat
juga diartikan sebagai pertemuan pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas (Eduarudus Tandelilin, 2001:3). Menurut Undang-Undang No. 8
tahun 1995 tentang pasar modal, dinyatakan bahwa pasar modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
dan lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pasar modal merupakan wahana untuk
mempertemukan pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan
pihak yang memiliki dana tersebut sesuai dengan aturan yang berkaitan
2. Peranan Pasar Modal Dalam Kegiatan Perekonomian
Berdasarkan pengertian tentang pasar modal diatas dapat diambil
benang merah tentang pentingnya pasar modal bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal sangat bermanfaat bagi investor dan dunia
usaha pada umumnya. Secara umum, manfaat dari keberadaan pasar modal
adalah menyediakan sumber dana jangka panjang bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal, alternatif investasi,
alat restrukturisasi modal perusahaan dan alat untuk melakukan divestasi.
Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi
ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana untuk
mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan
pihak yang membutuhkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka
perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui
penjualan efek saham melalui prosedur IPO (initial Public Offering) atau
efek utang (obligasi). Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi keuangan
karena pasar modal memberikan kemngkinan dan kesempatan untuk
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih. Jadi dengan adanya pasar modal
diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal
meningkatkan pendapatan perusahaan dan memberikan kemakmuran bagi
masyarakat luas.
Ada beberapa alasan mengapa pasar modal lebih menarik dari pada
lembaga penghimpunan dana lainnya. Pertama, pasar modal
memungkinkan para investor untuk mempunyai berbagai macam pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi mereka sehingga pasar modal bisa
memberikan alokasi dana yang lebih efisien. Kedua, dari sisi perusahaan,
pasar modal merupakan alternatif pendanaan ekstern dengan biaya lebih
rendah dari pada system lainnya seperti system perbankan. Ketiga, pasar
modal memngkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat
tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham), dengan
demikian perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity
ratio (perbandingan antara hutang dengan modal sendiri) yang cukup
tinggi.
3. Instrument Pasar Modal
Instrumen pasar modal adalah efek (surat berharga) yang jenisnya
adalah sebagai berikut:
a. Saham, adalah bukti kepemilikan seseorang atau badan atas
kepemilikan aset-aset suatu perusahaan yang menerbitkan saham dan
merupakan bukti turut serta dalam perusahaan. Wujud saham berupa
selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Akan tetapi,
pada saat ini sistem tanpa warkat sudah mulai dilakukan di pasar
lembaran saham tetapi sudah berupa account atas nama pemilik atau
saham tanpa warkat, sehingga penyelesaian transaksi akan semakin
cepat dan mudah. Saham yang tercatat dalam Bursa Efek di Indonesia
adalah saham atas nama artinya pemilik saham akan tercantum dalam
daftar pemegang saham perusahaan tersebut. Saham dibagi menjadi
dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen
(preferrend stock). Perbedaan dari kedua jenis saham tersebut adalah
pada saham preferen memiliki kombinasi karakteristik antara obligasi
dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti
obligasi). Saham preferen juga lebih aman dibandingkan dengan saham
biasa, karena memiliki hak klaim atas kekayaan perusahaan dan
pembagian deviden terlebih dahulu. Sedangkan pemilik saham biasa
memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (one share
one vote), pemilik saham biasa juga memiliki hak untuk mengalihkan
kepemilikan sahamnya kepada orang lain.
b. Obligasi, adalah surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan
oleh perusahaan ataupun pemerintah yang mengandung janji
pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman
yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga
tahun sejak tanggal emisi.
c. Obligasi konversi, adalah jenis obligasi yang dapat ditukarkan
(dikonversikan) dengan saham biasa pada waktu tertentu atau
d. Bukti right (right issue), adalah instrument derivatif dari saham. Right
issue memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham baru
tersebut yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham baru
tersebut ditawarkan kepada pihak lain.
e. Waran (warrant), adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan
yang memberikan hak kepada pemegang saham tersebut untuk
membeli saham langsung dari perusahaan tersebut dengan harga
tertentu pada waktu tertentu. Berinvestasi melalui waran memberikan
keuntungan yang tidak terbatas tetapi dengan potensi kerugian yang
terbatas yaitu hanya sebesar premi waran di awal investasi. Harga
waran sangat dipengaruhi oleh harga saham dasarnya, hal ini
dikarenakan waran merupakan call options. Jadi harga waran akan
memiliki harga tertinggi dan harga terendah. Batas harga tertinggi
sebuah waran adalah sama dengan harga saham yang menjadi aset
dasarnya. Sedangkan harga terendah sebuah waran adalah perbedaan
antara harga sahamnya di bursa dengan exercise price-nya, dengan
catatan perbedaan tersebut positif. Jika perbedaannya negative maka
harga sebuah waran sama dengan nol. Harga terendah inilah yang
disebut dengan nilai intrinsik sebuah waran. Semakin tinggi harga
saham di bursa dibandingkan dengan exercise price-nya akan semakin
tinggi harga sebuah waran karena semakin tinggi nilai intrinsiknya.
Tetapi pada kenyataannya harga waran akan lebih besar dari nilai
f. Reksa dana (mutual funds), adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa
pemiliknya telah menitipkan sejumlah uang kepada pengelola reksa
dana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal berinvestasi
dipasar modal, pasar uang atau lainnya.
4. Mekanisme Perdagangan Pasar Modal
Mekanisme perdagangan di pasar modal mencakup dua tahap,
yaitu:
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah pasar dimana untuk pertama kalinya efek
baru dijual kepada publik atau pada saat IPO (Initial Publik Offering),
jadi pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual
sekuritasnya kepada para investor untuk pertama kalinya. Jika
perusahaan memutuskan utuk go public dan melemparkan saham
perdananya ke publik (initial publik offering), hal utama yang harus
diperhatikan adalah tipe saham apa yang akan dilempar (saham yang
memilki nilai nominal yang tinggi), berapa harga yang harus
ditetapkan untuk selembar sahamnya dan kapan waktunya yang paling
tepat. Pada umumnya, perusahaan menyerahkan permasalahan yang
berhubungan dengan IPO ke banker investasi (investment banker) yang
mempunyai keahlian di dalam penjualan sekuritas.
Banker investasi merupakan perantara antara perusahaan yang
menjual saham kepada investor. Banker investasi akan menyediakan
pelemparan sekuritas ke publik. Saran-saran yang diberikan dapat
berupa tipe sekuritas apa saja yang akan dijual, harga dari sekuritas
dan waktu pelemparannya. Banker investasi selain berfungsi sebagai
pemberi saran (advisory function), banker investasi juga berfungsi
sebagai pembeli saham (underwriting function) dan berfungsi sebagai
pemasar saham ke investor (marketing function).
Penjualan sekuritas ke publik harus didukung dengan informasi
dan dokumen-dokumen yang diwajibkan oleh hukum dan
peraturan-peraturan yang berlaku. Salah satu dari dokumen ini adalah prospectus
yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual.
Proses perdagangan di pasar modal dimulai dari tersedianya
peran profesional dan lembaga pendukung pasar modal. Dalam proses
penjualan sekuritas di pasar perdana, penjamin (underwriter)
membantu perusahaan emiten dalam menentukan harga perdana saham
serta membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor.
Selain penjamin, profesi lain yang berperan pada proses penawaran
umum adalah akuntan publik, notaries dan konsultan hukum.
Proses selanjutnya adalah emiten akan menyerahkan
pernyataan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam). Bapepam akan mempelajari dokumen tersebut dan akan
melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yaitu kelengkapan dokumen,
manajemen, keuangan, akuntansi, dan legalitas. Setelah mendapat
pernyataan pendaftaran efektif dari Bapepam, maka emiten bersama
dengan banker investasi akan melakukan penawaran umum di pasar
perdana.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder merupakan pasar yang menunjukkan kegiatan
perdagangan efek setelah diterbitkan atau dijual untuk pertama kalinya
(emisi baru), jadi dilakukan setelah pasar perdana atau lebih dikenal
sebagai perdagangan di bursa efek. Setelah sekuritas emiten dijual di
pasar primer melalui banker investasi, tugas dari sindikat pembelian
sekuritas telah selesai dan biasanya disebut dengan istilah “broken
syndicate”. Sekuritas tersebut kemudian diperdagangkan untuk publik
di pasar sekunder bersama-sama dengan sekuritas-sekuritas perusahaan
lainnya. Pasar sekunder dapat dibedakan menjadi dua jenis pasar yaitu:
1) Pasar Bursa Saham (Stock Exchange)
Proses penjualan saham di stock exchange market (pasar
modal atau bursa efek) umumnya menggunakan sistem lelang
(auction) sehingga pasar sekunder ini juga sering disebut dengan
auction market (pasar lelang). Disebut pasar lelang karena
transaksi dilakukan secara terbuka dan harga ditentukan oleh
penawaran dan permintaan dari anggota bursa yang meneriakkan
dan bid ask (harga permintaan tertinggi untuk beli). Pada umumnya
pasar lelang memperdagangkan sekuritas dari perusahaan besar.
Transaksi antara penjual dan pembeli sekuritas di pasar
lelang menggunakan perantara broker yang mewakili
masing-masing pihak pembeli dan penjual. Dengan demikian investor tidak
secara langsung melakukan transaksi di lantai bursa, tetapi diwakili
oleh broker. Investor dapat memilih sendiri broker yang
diinginkan, seperti misalnya full servise broker atau discount
broker. Full servise broker menawarkan jasa yang lengkap
termasuk memberi laporan-laporan secara rutin mengenai tren
pasar dan prospek masa depan perusahaan kepada investor,
memberikan pinjaman dan mengelola dana tersebut, membeli dan
menjual sekuritas (order execution) serta mengurusi administrasi
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (clearing). Sedang
discount broker hanya menawarkan jasa yang minimum dengan
komisi yang rendah. discount broker biasanya hanya menawarkan
jasa order execution dan clearing.
2) Over The Counter Market
Over The Counter (OTC) market merupakan pasar modal
untuk perusahaan yang lebih kecil dibandingkan dengan yang
terdaftar di stock exchange. OTC market menggunakan sistem
(tawar-menawar) antara investor dan dealer. Oleh karena itu OTC market
sering disebut dengan pasar negosiasi (negotiated market).
Pasar negosiasi terdiri dari jaringan dealer yang
menciptakan pasar tersendiri di luar lantai bursa bagi sekuritas,
dengan cara membeli dari dan menjual ke investor. Sekuritas yang
diperjualbelikan di pasar negosiasi adalah milik dealer sehingga
dealer mendapat laba dari perbedaan harga jual dan harga beli.
Dealer mendapat keuntungan karena dealer membeli sekuritas dan
menjualnya kembali. Jadi pasar negosiasi terjadi karena adanya
komunikasi langsung antara pembeli dan penjual sekuritas
sehingga harga yang terjadi adalah harga hasil negosiasi langsung
dari pihak-pihak yang bertransaksi tersebut.
C. Investor
1. Gambaran Investor
Menurut (Imron Rosyadi,2005:80) Sepanjang hidupnya manusia
akan berusaha untuk mendapatkan penghasilan (dalam hal ini uang) dan
akan mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder. Tidak mungkin penghasilan seseorang akan sesuai dengan
keinginan konsumsinya. Terkadang penghasilan lebih besar dari
konsumsinya, tetapi terkadang kita ingin mengkonsumsi barang yang
mungkin kita tidak mampu membayarnya. Ketidakseimbangan ini akan
mendorong kita untuk melakukan peminjaman uang atau membentuk
melebihi konsumsinya maka dia akan menyimpan kelebihannya. Banyak
kemungkinan yang dapat dilakukan manusia dalam memperlakukan
simpanan ini, yang paling sederhana adalah menyimpannya di bawah
bantal sampai suatu saat keinginan untuk mengkonsumsi timbul dan ia
menggunakan uang tersebut. Pada menabung jenis ini jumlah uang yang
dikumpulkan akan sama pada masa lampau dengan pada saat konsumsi
dilakukan. Kemungkinan lain adalah seseorang dapat menyerahkan
tabungannya untuk memperoleh lebih banyak uang di masa yang akan
datang yang otomatis dapat digunakan untuk konsumsi yang lebih besar.
Trade off antara konsumsi saat ini dan konsumsi yang lebih besar di masa
datang merupakan alasan utama seseorang menabung.
2. Penggolongan Investor berdasarkan waktu berinvestasi
Ketika seseorang menyerahkan tabungannya untuk investasi maka
ia berharap akan menerima lebih besar di masa yang akan datang,
sebaliknya jika seseorang meningkatkan konsumsinya dengan berhutang
maka ia akan membayar lebih besar daripada yang ia bayarkan pada saat
konsumsi dilakukan. Secara spesifik didefinisikan oleh (Reily dan Brown,
2009:21) bahwa :
Investasi adalah ”current commitment of dollars for a period of time in order to derive future payments that will compensate the investor for (1)the time funds are commited, (2) the expected rate of inflation, and (3)the uncertainty of the future payments”.
Dengan demikian investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam
berinvestasi, yaitu pada fixed asset, investasi langsung atau berwiraswasta,
Pasar Modal penggolongan investor menurut jangka waktunya akan dibagi
menjadi short term investment (trader) dan long term Investment. Sebelum
membahas lebih jauh mengenai perbedaan time horizon kedua jenis
investor ini penulis akan membahas terlebih dahulu kelebihan dan
kekurangan masing-masing :
a. Long Term Investor
Kelebihan long term Investment:
1) Secara umum investor dengan long time horizon akan menikmati
gain yang lebih besar dibandingkan dengan para trader
2) Akan mendapat persentase pengembalian berkala dibandingkan
dengan trader
3) Tidak akan mengalami tekanan yang besar dalam mengamati
pergerakan saham sehingga secara psikologi tidak terlalu terbebani
4) Tidak terbebani oleh fee perdagangan
Kekurangannya berinvestasi dalam jangka panjang :
1) Akan memiliki return yang lebih rendah dalam jangka pendek
2) Akan sangat tergantung dari performa portofolio dan karena tidak
selalu mengikuti perkembangan pasar terkadang akan tertinggal.
b. Short Term Investor
Kelebihan berinvestasi dalam jangka pendek atau Trading :
1) Jika berhasil maka akan mengahasilkan gain lebih besar
dibandingkan investasi pada instrumen lain.
Kekurangan berinvestasi dalam jangka pendek
1) Selalu membayar broker fee setiap melakukan transaksi
2) Harus selalu memantau pasar dan harus lebih siap menghadapi
kerugian yang besar.
Perbedaan investor dan trader lebih jauh dibedakan dalam
keputusan awal dia mengambil keputusan dan bukan dari jangka waktu
seseorang melakukan investasi. Seorang investor akan memiliki target
(dalam persen) atas dana yang ditempatkannya, sedangkan seorang trader
selalu berfikir dari waktu ke waktu akan ditempatkan di mana dana saya
yang paling menguntungkan. Kedua hal ini terlihat sama, seorang
investorpun akan memiliki pemikiran yang sama dengan trader bahwa
dananya harus ditaruh ditempat yang paling menguntungkan.
Perbedaannya adalah seorang investor ketika telah menentukan targetnya
maka dia akan menunggu sampai target tersebut tercapai, tetapi sebaliknya
seorang trader selalu membanding-bandingkan dan tidak memiliki target
yang jelas, sehingga sering berganti-ganti portofolio dan berusaha
mendapatkan gain setiap harinya.
3. Jenis Investor
Investor dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu
investor individu dan investor institusi (Maginn and Tuttle, 1990).
a. Institusional Investor : Pihak dengan jumlah dana yang besar untuk
diinvestasikan, dengan contoh Investment Companies, Reksadana,
definisi pihak-pihak ini dalam berinvestasi tidak banyak diatur oleh
regulasi karena dengan pengetahuan yang mereka miliki dianggap
akan mampu memproteksi diri mereka sendiri. Hal ini tidak terjadi di
Indonesia, dimana aktivitas investasi Institusional Investor diberi
regulasi lebih banyak dari Individual Investor karena jika terjadi
Collaps maka efek domino dari kejatuhan Institusional Investor akan
lebih luas.
b. Retail Investor : Investor Individual yang melakukan transaksi jual
atau beli efek untuk dirinya sendiri dalam rangka mencari keuntungan
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Investor dalam kategori
ini memiliki informasi yang terbatas dan tidak memiliki riset sendiri.
Dalam pengambilan keputusan transaksinya lebih mengandalkan
perasaan dan informasi yang didapat dari perusahaan efek tempat
mereka bertransaksi.
Kedua investor tersebut mempunyai pandangan yang sedikit agak
berbeda dalam berinvestasi. Jika investor individu sendiri diperhatikan
berdasarkan jenis kelamin, perbedaan dalam memandang risiko dalam
berinvestasi akan terjadi. Beberapa penelitian yang dilakukan Bajtelsmit
dan Vanderhei (1996) serta Hinz dkk. (1996) menyatakan bahwa wanita
lebih konservatif dalam menginvestasikan dana pensiunnya dibandingkan
dengan laki-laki. Dalam mengklasifikasikan sikap terhadap risiko,
Jianakoplos dan Bernasek (1996) menyatakan bahwa wanita lebih risk
individu dengan institusi diperlihatkan pada tabel II.1 berikut ini.
Perbedaan terletak pada pandangan terhadap risiko, kategori investasi,
tujuan asset, keputusan yang diambil dan pajak.
Investor individu itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok berdasarkan risiko yang ditolerir, yaitu risk seeker, risk averter
dan risk neutral. Investor risk seeker adalah investor yang menyukai risiko
dan bisa terjadi risiko lebih tinggi dari hasil yang diperolehnya. Investor
neutral adalah investor yang besaran risiko seimbang dengan besaran
tingkat pengembalian yang diperoleh. Biasanya, investor neutral ini
dianggap investor yang moderat.
Tabel II.1 Perbedaan Investor Individu dan Institusi
Karakteristik Individu Institusi
Risiko
Sumber: Jianakoplos dan Bernasek (1996)
Selanjutnya, investor risk averse, yaitu investor yang masih bisa
mentolerir risiko yang kecil, bukan tidak mau menerima atau menghindari
risiko. Jika dilihat dari sudut instrumen investasi tidak satupun yang
memiliki risiko nol. Obligasi pemerintah pun masih mempunyai risiko
walaupun berbagai pihak menyatakan nol. Risiko yang dihadapi investor
perubahan mata uang negara yang bersangkutan, risiko perubahan tingkat
bunga dan risiko likuiditas dari obligasi tersebut.
Investor juga dapat dikelompokkan berdasarkan umur investor
yang bersangkutan. Investor yang memiliki umur kurang dari 35 tahun
merupakan investor yang dapat dimasukkan dalam kelompok berisiko
tinggi. Pada kelompok ini investor masih bisa menerima risiko tinggi
sehingga jantungnya tidak berdenyut. Jika diperhatikan pada kehidupan
sehari-hari, kelompok umur ini yang masih mempertaruhkan segalanya
untuk mendapatkan keinginannya. Jika dihubungkan dengan instrumen
investasi, kelompok umur ini yang sangat layak ditawari saham dan
derivatif. Gejolak harga saham tidak menjadi persoalan pada kelompok
umur ini karena target yang diinginkan, yaitu tingkat pengembalian yang
tinggi dalam jangka panjang.
Kelompok umur kedua yaitu kempok umur diantara 35 tahun
sampai dengan 50 tahun. Kelompok ini dianggap mempunyai risiko
moderat. Pada kelompok ini risiko yang diolerir seimbang antara risiko
dan tingkat pengembalian. Jika diperhatikan dalam pekerjaannya,
kelompok ini merupakan kelompok pada posisi karir moderat dan
mendekati puncaknya. Investor kelompok ini akan mulai menurunkan
proporsi saham dan menaikkan proporsi instrumen berpendapatan tetap.
Jika investor kelompok ini berinvestasi pada Reksa Dana, Reksa Dana
Kelompok umur ketiga yaitu kelompok umur 50 tahun dan
selanjutnya. Pada kelompok ini investasi yang dilakukan sudah sangat
hati-hati karena takut akan kehilangan dana yang sudah dibangun selama
ini. Kelompok ini dapat disebut sebagai penganut risk averse dan
umumnya mendekati pensiun dan para pensiunan. Pada umumnya,
kelompok ini menginginkan pendapatan yang teratur untuk membiayai
hidup sehari-harinya. Oleh karena itu, kelompok ini tidak banyak
menginvestasikan dananya pada saham dan umumnya pada instrumen
yang secara reguler memberikan imbal hasil. Jika berinvestasi pada Reksa
Dana, Reksa Dana Pendapatan Tetap yang cocok dan sedikit (maksimum
15 persen) pada Reksa Dana Saham. Jika investor sudah pensiun,
sebaiknya berinvestasi pada instrumen berpendapatan tetap. Tindakan ini
untuk menghindari risiko dan memastikan pendapatan reguler untuk
kehidupan sehari-hari.
Gambar II.1 memperlihatkan lima karakteristik personalitas
investor. Karakteristik lima investor ini diperkenalkan oleh Bailard dkk.
(1986). Terdapat dua sumbu vertikal dan sumbu horizontal, sumbu vertikal
menunjukkan aspek psychology confident – anxious dan sumbu horizontal
menunjukkan aspek psychology careful – impetuous.
Ada empat karakteristik investor, yaitu individualist, adventurer,
guardian dan straight arrow. Individualist adalah seseorang yang
cenderung menghindari volatitas yang ekstrim, dan ia mempunyai
jenis ini suka melakukan riset sendiri dan dapat disebut klien yang ideal
dan rasional sebagai investor.
Gambar II.1 Karakteristik Personalitas Investor
Confident
Individualist Adventurer
Straight
Arrow
Careful Impetuous
Guardian Celebrity
Anxious
Sumber: Bailard dkk. (1986)
Sedangkan adventurer adalah seseorang yang suka melakukan
pekerjaan sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Ia mempunyai
keyakinan yang tinggi dan biasanya berpenampilan seperti seorang
pengusaha. Investor yang bersifat adventurer sangat sulit menerima nasihat
orang lain. Ia merasa mempunyai pengetahuan yang cukup, pikiran serta
ide dalam berinvestasi tanpa harus minta pendapat orang lain. Di samping
itu, seorang adventurer sangat berani menanggung risiko, sehingga sangat
berkonsentrasi pada perjudiannya, sangat terdiversifikasi dan memiliki
Guardian adalah kelompok yang sangat hati-hati berspekulasi dan
kurang yakin terhadap tawaran investasi dan lebih menyukai yang aman
saja untuk melindungi dan mengembangkan kekayaannya untuk masa
depan. Artinya, kelompok ini tidak suka volatilitas tinggi, tidak
mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada
masa mendatang sehingga membutuhkan arahan untuk berinvestasi.
Sementara itu straight arrow merupakan kelompok yang tidak
termasuk dalam keempat kelompok di atas. Kelompok ini merupakan
kelompok investor rata-rata dan dianggap relatif seimbang dari empat
karakteristik tadi. Kelompok ini biasanya memahami terjadinya risiko
investasi yang sedang dilakukannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
karakteristik investor sangat penting karena bermanfaat untuk membangun
portofolio.
Pemahaman atas karakteristik pribadi investor serta risiko yang
ditolerir akan memberikan penentuan alokasi aset investasi yang sesuai
dengan investor. Seringkali para investor tertipu karena tidak memahami
tujuan investasi, toleransi risiko dan karakteristik pribadi sehingga investor
melakukan investasi tanpa perhitungan, bahkan hanya mengekor.
4. Penyebab Naik Turunnya Kepercayaan Investor
Beberapa kali Pasar Modal Indonesia mendapat pukulan besar
yang terlihat dari pergerakan IHSG yang turun drastis pada beberapa
periode dan terakhir pada 2008 dengan kasus Sub Prime Mortgage di
Indonesia saat ini dapat dikatakan telah terintergrasi dengan dunia
internasional karena selain mayoritas investor yang ada saat ini dkuasai
oleh asing secara nilai. Investor asing tidak hanya mencari secara gain di
pasar modal Indonesia tetapi juga melihat di berbagai pasar modal dunia
dan dapat memindahkan investasinya kapanpun mereka inginkan. Resiko
yang perlu diperhatikan agar investor asing tetap bertahan di Indonesia
secara teori adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi nilai tukar
mata uang di suatu negara sehingga investor internasional menghitung
yield mana yang terbesar jika ditukarkan ke mata uang milik mereka.
Dengan dasar tersebut maka yang perlu diperhatikan atau mengubah
persepsi terhadap pasar modal Indonesia adalah:
1) Tingkat hutang dan surplus atau defisit perdangan nasional
2) Tingkat Inflasi domestik dan internasional dan ekspektasi investor
akan tingkat inflasi
3) Tingkat suku bunga domestik dan internasional dan ekspektasi investor
akan tingkat suku bunga yang ingin mereka terima
4) Keadaan politik dan keamanan baik global maupun regional baik yang
berhubungan langsung dengan financial instrumen maupun yang tidak
langsung.
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Investor Dalam
Berinvestasi Saham Di Pasar Modal
Sebenarnya apa yang membuat investor tertentu berhasil melakukan
menunjukkan kepada Investor Berhasil atau tidaknya berinvestasi saham
dipasar modal. Keenam faktor tersebut akan membedakan antara investor satu
dengan yang lainnya, sebagai berikut (Sawidji Widoatmojo, 2008:64) :
1. Horizon
Horizon adalah jangka waktu keterikatan modal pada investasi.
Jelasnya seberapa lama investasi akan dilakukan pada suatu instrumen
investasi atau portofolio. Ada tiga horizon standar dalam investasi
keuangan, yaitu jangka pendek, jangka menengah atau sedang, dan jangka
panjang. Horizon investasi jangka pendek adalah investasi dilakukan
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Sedang untuk horizon
investasi jangka panjang adalah melakukan investasi lebih dari lima tahun.
Semakin lama investor menjual kembali saham, maka semakin besar
peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek
Indonesia.
Pada tabel II.2, dikolom Horizon terdapat tiga jenis horizon: bebas,
ringan dan panjang. Selain bebas, horizon lain memang sudah lazim
dikenal dalam dunia investasi keuangan. Yang dimaksud horizon bebas
pada kolom ini adalah investor bisa memilih ketiga horizon standar yang
ada, yaitu jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Dengan
demikian, pada horizon bebas ini investor tidak terikat pada salah satu
horizon standar. Yang dimaksud dengan horizon ringan adalah investor
tahun. Yang dimaksud dengan horizon panjang adalah investor memilih
jangka waktu panjang yang lebih dari 1 tahun.
Mengetahui jangka waktu dalam berinvestasi belumlah cukup,
sehingga seorang investor harus mengetahui cara berinvestasi yang dapat
menimbulkan capital gain. Dengan adanya cara-cara tersebut membuat
aturan investasi harus ditaati. Ada 9 cara berinvestasi yang dapat diadopsi
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kesembilan cara berinvestasi itu
adalah:
a. Follow Rain Maker
Rain maker adalah investor yang sudah terbukti mempunyai rekam
jejak (track record) lebih sering mengantongi keuntungan daripada
merugi.
b. Backing Winner
Backing winner bukanlah berarti harus memenangkan seluruh
transaksi. Istilah ini memang tidak bisa diterjemahkan secara harafiah,
tapi bisa diceritakan seperti ini. Sebagian besar pendapat mengatakan
berinvestasi dipasar keuangan terutama saham hanya member imbalan
hasil sedikit di atas inflasi. Jadi cara ini akan membimbing semua
investor untuk mendapatkan keuntungan dan dianjurkan untuk investor
pemula.
c. Specialist
Meskipun cara ini bukan jaminan untuk meraup keuntungan yang
berinvestasi yang baik. Dengan demikian cara Specialis ini hanya
dengan melakukan investasi pada instrument investasi yang dipahami
saja untuk mendapatkan keuntungan.
d. Earning Acceleration
Berinvestasi dengan cara keempat ini menuntut sedikit pengetahuan.
Paling tidak investor menguasai dasar-dasar akuntansi atau
mempunyai skil dalam bidang analisis kuantitatif. Selain itu investor
juga harus bersedia mengalokasikan waktu yang lebih banyak terutama
digunakan untuk melakukan analisis. Berinvestasi dengan cara ini juga
mengandung risiko yang lebih besar.
e. Outsider Information
Berinvestasi dengan cara ini adalah mengandalkan keputusan investasi
pada informasi dari outsider information. Yang dimaksud dengan
outsider information adalah informasi tentang perusahaan yang
diperoleh dari orang-orang diluar perusahaan. Cara ini beranggapan
bahwa pendapat atau analisis dari orang-orang diluar perusahaan lebih
objektif dibanding pandangan orang-orang di dalam perusahaan.
f. Backing Good Business
Cara ini mirip dengan backing winner, namun Backing Good Business
lebih canggih. Cara berinvestasi dengan Backing Good Business lebih
banyak membutuhkan energi dan lebih menuntut skil di bidang
akuntansi. Pada intinya cara seperti ini adalah berinvestasi dengan
g. Investment Company
Berinvestasi dengan cara ini adalah mempercayakan “nasib” investasi
kepada perusahaan investasi (Investment Company).yang dimaksud
dengan perusahaan investasi adalah perusahaan yang profesinya
mengelola investasi. Yang termasuk perusahaan investasi adalah
reksadana (mutual fund) dan kontrak investasi kolektif (trust).
h. Derivative
Berinvestasi dengan membeli produk-produk derivative lebih canggih
dari berinvestasi pada instrument investasi konvensional, seperti
saham. Yang dimaksud dengan produk derivative adalah instrument
investasi yang diturunkan dari instrumen konvesional (saham dan
obligasi). Pada prinsipnya, berinvestasi dengan cara ini adalah
melakukan investasi dengan cara yang lebih kompleks.
Tabel II.2
Pertemuan Investor Rule dan Investment Rule
Cara Horizon Dana Resiko Waktu Kontak Skill Tipe
Bebas Sedang Sedang Banyak
Bebas Sedang Sedang Banyak
Banyak Membantu Sedang 1,2
6 Panjang Bebas Sedang Sedang Membantu Sedang 2 (1,3) 7 Panjang Bebas Sedang Sedang Bebas Bebas 2 8 Bebas Bebas Rendah Sedikit Tinggi Rendah 2 9 Bebas Banyak Tinggi Sedang
Banyak
Bebas Sedang Tinggi
1,2
2. Ketersediaan Dana
Untuk bisa melakukan investasi, semua investor tanpa terkecuali
harus memiliki modal. Modal ini berupa dana moneter berupa sejumlah
rupiah (boleh juga dolar) yang sudah dialokasikan secara khusus, yaitu
khusus untuk membiayai investasi. Jadi, dana dari anggaran operasional
rumah tangga (misalnya dana belaanja bulanan) tidak bisa digunakan
untuk berinvestasi. Dengan demikian Anda harus mengalokasikan dana
tersendiri untuk “belanja” investasi ini.
Sama dengan horizon, standar ketersediaan dana ada tiga kategori,
yaitu sedikit, sedang, dan banyak. Sayangnya tidak tersedia standar pasti
seperti pada horizon. Untuk modal sedikit, misalnya, tidak ada jumlah
rupiah yang pasti yang dapat digunakan sebagai tolak ukur, bahwa modal
tersebut sedikit. Jadi sedikit atau banyak ini relatif. Sedikit bagi investor
tertentu, mungkin sudah banyak bagi investor lain.
Pada tabel II.2 hanya tercantum kategori bebas dan banyak. Untuk
kategori bebas sebenarnya mencakup sedikit dan sedang (tapi bisa juga
banyak). Kategori ini sebenarnya tidak menentukan persyaratan nilai dana
yang tersedia. Berapa pun dana yang tersedia bisa melakukan investasi.
Untuk bisa melakukan investasi dengan cara 1, misalnya investor bebas
memiliki jumlah dana berapa pun. Tapi untuk bisa melakukan investasi