• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Penyusunan Anggaran Pada SKPD Fie

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Penyusunan Anggaran Pada SKPD Fie"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN FIELD STUDY

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

(Studi Kasus pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU & ESDM Kabupaten Magelang)

Dosen Pengampu: Nur Laila Yuliani S.E., M.Sc

Yulinda Devi Pramita, S.E

Disusun Oleh:

1. Diah Dwi Hastuti 13.0102.0060 2. Chuswatun Chasanah 13.0102.0070 3. Ida Nur ‘ Aini 13.0102.0083

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

(2)

Statement of Authorship

“Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Nama : Diah Dwi Hastuti

NPM : 13.0102.0060

Nama : Chuswatun Chasanah

NPM : 13.0102.0070

Nama : Ida Nur ‘ Aini

NPM : 13.0102.0083

Mata Ajaran : Akuntansi Sektor Publik

Judul Makalah/Tugas : Proses Penyusunan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (Skpd) (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / Dpu & Esdm Kabupaten Magelang)

Tanggal :

Dosen : Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pada tanggal 1 Januari 2001 dimulai suatu era baru penyelenggaraan pemerintahan melalui kebijakan otonomi daerah. Semenjak diberlakukannya UU No.22/1999 dan UU No.25/1999 yang saat itu menjadi pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal, dan kemudian disempurnakan dengan Undang – Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Yang kemudian terjadi perubahan penyelengggaraaan ururusan pemerintahan dan pelayanan publik. Secara umum pemeritahan pusat hanya bertagung jawab atas urursan pemerintahan yang berkaitan dengan bidang pertahanan keamanan, luar negeri, moneter, fiscal, hukum dan keagamaan. Pemerintah Daerah, utamanya Pemerintah Kabupaten/Kota, bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan lain diluar urusan yang dipegang Pemerintah Pusat, walaupun tidak sepenuhnya. Peraturan Pemerintah (PP/25/200) memberikan penjelasan lebih lanjut akativitas yang menjadi tanggung jawab pusat dan provinsi untuk setiap urusan yang telah di desentralisasikan tersebut.

Seyogyanya dengan kejelasan pembagian urusan antara Pusat dan Daerah, dapat dihitung besarnya beban pengeluaran dari masing-masing tingkat pemerintahan. Secara teoritis, hal ini dapat dihitung apabila untuk setiap urusan kepemerintahan tersebut, baik yang masih di Pusat maupun yang telah di Daerahkan, dapat dihitung standarad biayanya (Standard of Spending Asesment).

(4)

Berbagai jenis dana transfer, khususnya DAU (Dana Alokasi Umum) yang merupakan dana transfer terbesar, pada akhirnya dialokasikan dengan menggunakan variabel-variabel yang diperkirakan dapat ” mewakili (mempresentasikan) kebutuhan fiscal,” suatu daerah.

Proses penganggaran adalah sebuah proses penting yang sering kali menjadi perhtian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan- pendekatan penyusunan anggaran juga telah berkembang sedemikian rupa mengikuti perkembangan zaman dan dinamika kebutuhan organisasi sektor publik sendiri.

Proses penyusunan anggaran sering kali menjadi isu penting yang menjadi sorotan masyarakat. Presiden setiap bulan Agustus mengenai Nota Keuangan dan Rancangan APBN, misalnya, selalu menjadi indikator perekonomian negara selama satu tahun kedepan. Bahkan, tidak jarang APBN tersebut menjadi alat politik yang digunakan baik oleh pemerintah sendiri maupun oleh pihak oposisi. Jika demikan, apakah sebenarnya anggaran itu? Bagaimana selukbeluknya?

Menurut Freeman (2003), anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the proses of allocating resources to unlimited demands). Pengertian tersebut mengungkapkan peran strtegis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi sektor publik. Organisasi sektor publik tentunya berkeinginan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi seringkali keinginan tersebut terkendala oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Disinilah fungsi dan peranan penting anggaran.

(5)

dengan penyusunan anggaran di perusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih kecil. Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya seperti rencana tahuanan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya.

Penganggaran sektor pubik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap progaram aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi sektor pubik dimulai dari perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Anggaran merupakan manajerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.

Pengggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektf apabila diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.

(6)

B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan sedikit pengetahuan penulis maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Tahap - tahap Penyusunan Anggaran di Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU & ESDM Kabupaten Magelang ?

b. Bagaimana realisasi pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU & ESDM Kabupaten Magelang ?

c. Bagaimana permasalahan dan solusi program dan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU & ESDM Kabupaten Magelang ?

2. Batasan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah di uraikan sebelumnya maka penulis mencoba untuk membuat batasan masalah dalam yaitu: ”Masalah difokuskan terhadap tahap - tahap Penyusunan Anggaran, realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, serta permasalahan dan solusi program dan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU & ESDM Kabupaten Magelang.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

(7)

b. Mengetahui realisasi pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU & ESDM Kabupaten Magelang.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran

Pengetian Anggaran

Menurut Mardiasmo (2002:61) :”Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran.”

Menurut Deddi Nordiawan (2006:48) : ”Anggaran dapat juga dinyatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kineja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran financial.” Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sekedar rencana tahunan tetapi juga merupakan bebtuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya.”

Istilah anggaran atau penganggaran (budgeting) sudah tidak asing lagi bagi mereka yang biasa berkecimpung dalam organisasi, termasuk organisasi pemerintahan. Sebagai bagian dari fungsi perencanaan, sebagian besar organisasi modern sudah terbiasa melakukan perencanaan, termasuk perencanaan keuangan (anggaran). Saat ini, organisasi pemerintahan memberikan perhatian yang semakin besar dalam bidang penganggaran. Selain itu, minat publik semakin meningkat pula pada proses pertanggungjawaban dan penyelenggaraan pemerintah daerah semenjak berlangsungnya era otonomi daerah.

Menurut Sony Yuwono, Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi (2005:92): Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana keuangan daerah yang ditetapkan berdasrkan peraturan daerah tentang APBD yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam satu tahun anggaran APBD yang meliputi:

1. hak pemerintah daerah yang diakui sebai penambah nilai kekayaan bersih; 2. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

(9)

3. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 33/2004, dan UU No. 17 Tahun 2003, siklus perencanaan anggaran Daerah secara keseluruhan meliputi tahap V berikut (deputi IV BPKP, 2005).

a. Pemerintahan daerah meyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur– unsur pemerintahan juga mengikut sertakan dan/atau menyerap aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi propfesi, perguruan tinggi, LSM, pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.

b. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggran berikutnya.

c. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah Daerah bersama DPRD mebahas prioritas dan plafon anggaransementara untuk dijadikan acuan bagi SKPD.

d. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran meyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

e. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

(10)

g. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen–dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober

h. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan selambat–lambatnya satu bulan satu tahun anggaran yang bersangkutan yang dilaksanakan.

Menurut Keputusan Metnteri Dalam Negeri Nomer 29 Tahun 2002 : ”Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.”

Menurut Keputusan Metnteri Dalam Negeri Nomer 29 Tahun 2002: Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.

B. Fungsi Anggaran

Menurut Sony Yuwono dkk (2005:30) Sebagai sebuah instrumen penting dalam proses manajemen, anggaran atau penganggaran memiliki fungsi sebagai berikut

1. Fungsi Perencanaan

2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi 3. Fungsi Motivasi

4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi 5. Fungsi Pembelajaran

Menurut Mardiasmo (2002:63) beberapa fungsi anggran sektor publik

(11)

politik, (5) alat koordinasi dan komonikasi,(6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi, dan (8) alat menciptakan ruang publik.

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (Planning Tool)

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggran sektor publik dbuat uantuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian

Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan- pemborosan pengeluaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan eksekutif.

3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi eklonomi. Anggaran dapat digunakan mrndorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasi kegiatan ekonomi masyarakat sehinnga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 4. Anggaran sebagai alat politik

(12)

bernegoisasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para m,anjer publik.

5. Anggaran sebagai alat komonikasi dan koordinasi

Setiap unit kinerka pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggran. Anggran publik merupakan alat koordinasi antar bagian pemerintahan. Anggran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu juga anggaran pulik berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.

6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja

Anggaran merupakan wujud komitmen dari eksekutif kepada legislatif. Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapakan.

7. Anggaran sebagai alat motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efesiendalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik

(13)

C. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran

Menurut Deddi Nordiawan(2006: 79) beberapa Tahapan penyusunan anggara adalah

1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

Visi dan Misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi. Dari sudut pandang lain, visi dan misi organisasi harus dapat:

a) Mencerminkan apa yang ingin dicapai

b) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

c) Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis d) Memiliki orientasi masa depan

e) Menumbuhkan seluruh unsur organisasi

f) Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi. 2. Pembuatan Tujuan

Tujuan dalam hal ini adalah sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun atau yang sering diistilahkan dengan tujuan operasioal. Karena tujuan operasional merupakan turunan dari visi dan misi organisasi, tujuan operasional seharusnya menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki, mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) Sebuah tujuan operasional yang baik harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Harus mempresentasikan hasil akhir bukannya keluaran

b. Harus dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir yang diharapkan telah dicapai.

c. Harus dapat diukur dalam jangka pendek agar dapat dilakukan tindakan koreksi

d. Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk menimbulkan interpretasi individu.

3. Penetapan Aktivitas

(14)

harus dilakukan dalam penyusunan anggaran adalah penetapan aktivitas. Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang telah ditetapkan. Organisasi membuat sebuah unit/paket keputusan yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap aktivitas. Alternatif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan bagi aktivitas yang bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi komponen-komponen sebagai berikut:

a. Tujuan aktivitas tersebut, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan yang diharapkan menjadi jelas

b. Alternatif aktivitas/alat untuk mencapai tujuan yang sama dan alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.

c. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.

d. Input, kuantitas, atau unit pelayanan yang disediakan, dan hasil pada berbagai tingkat pendanaan

4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan

Langkah selanjutnya setelah pengajuan anggaran disiapkan adalah proses evaluasi dan pengambilan keputusan (penelaahan dan penetuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kebebasan pada masing-masing unit untuk membuat kriteria dalam menentukan peringkat.

Teknisnya, alternatif keputusan dari semua aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan diurutkan berdasarkan prioritasnya. Setiap level anggaran dianggap sebagai satuan yang berbeda. Dalam penyusunan anggaran program yang berbasis nol, asumsi yang digunakan adalah pengambil kebijakan dalam organisasi akan menerima apa pun urutan prioritasnya yang telah ditetapkan. Dengan demikian, kewajiban mereka hanyalah menentukan besarnya anggaran yang akan menentukan aktivitas mana saja yang dapat dilaksanakan.

(15)

Menurut Sony Yuwono dkk (2006:8) Visi merupakan wujud dari kemampuan suatu individu atau organisasi dalam menggambarkan keberadaannya di masa depan. Visi yang baik adalah visi yang akurat dan dapat mengarahkan selurh potensi organisasi untuk menggapainya. Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategis merupakan langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Kelangsungan hidup organisasi dalam era persaingan berkultur terbuka, tidak lagi ditentukan keberhasilan penanganan dinamika internal organisasi semata. Namun, yang lebih penting lagi adalah bagaimana organisasi dapat bermanuver terhadap segala perubahan konstelasi lingkungan eksternal. Oleh karena itu, penting sebelum menentukan atau memperbaharui visinya. Setelah peta lingkungan eksternal tekah digambarkan dengan sebaik- baiknya, barulah visi organisasi dijabarkan dan ditempatkan dalam konteks dinamika lingkungan eskternal tersebut. Tempatkan posisi organisasi di masa mendatang, barulah dibuat rangkaian strategi untuk menjawab gap antara kondisi perusahaan sekarang dan visi organisasi mendatang.

2. Misi

(16)

BAB III PEMBAHASAN

Studi kasus ini mengarah pada Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang yang beralamat di Kantor, Gedung Pemerintah, dan Dinas Pemadam Kebakaran Jl. Soekarno Hatta No. 6 (Kota Mungkid), Magelang, Jawa Tengah 56511, Indonesia. Memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi dinas pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral kabupaten magelang : “terwujudnya peningkatan kapasitas sarana dan prasarana bidang pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral berwawasan lingkungan” Misi dinas pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral kabupaten magelang :

1. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang bina marga 2. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang cipta karya 3. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang pengairan 4. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang kebersihan

5. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang energi dan sumber daya mineral

Adapun tujuan ditetapkan dengan mengacu pada visi dan misi dinas pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral kabupaten magelang sebagai berikut:

1. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bina marga

2. Menyelenggarakan pengelolaan sda secara optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi sarana prasarana dan keberlanjutan pendayagunaan sda. 3. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

4. Mewujudkan integrasi penataan ruang wilayah untuk menjamin kinerja pelayanan infrastruktur dasar.

(17)
(18)

Sumber Daya Manusia pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang Menurut Jenis Kelamin

No .

Keterangan Laki-laki (orang) Perempuan (orang)

1 Pejabat Struktural 30 7

2 Jabatan Fungsional Umum 282 26

Jumlah 312 33

Sumber : Sub Bag. Umum dan Kepegawaian, Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang bulan Desember 2014

Untuk kelancaran pencapaian tujuan/hasil tidak bisa lepas dari tersedianya sarana dan prasarana, karena sarana dan prasarana sangat berperan untuk mendukung kinerja Sumber Daya Manusia pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang. Adapun Sarana dan Prasarana yang dimiliki Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang meliputi macam jenis sebagaimana tercantum dalam table dibawah ini : Sarana dan Prasarana pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Satuan

1 Bangunan Kantor 13 Unit

2 Kendaraan Bermotor Roda 4 13 Unit

3 Truk dan Kendaraan Pemadam Kebakaran

16 Unit

4 Kendaraan Bermotor Roda 2 88 Unit

(19)

20 Trailer 1 Unit

21 Mesin ketik 16 Unit

22 Computer 23 Unit

Sumber : Sub Bag. Umum dan Kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang bulan Desember 2014

Kinerja Pelayanan SKPD

Bila melihat struktur organisasi, maka dapat dikatakan bahwa keberadaan Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peran dan fungsi setiap SKPD di bidang sarana dan prasarana daerah, sehingga peran dan fungsi Dinas Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang saat ini dan dimasa mendatang akan sangat strategis dalam mendukung tugas-tugas Pemerintah Kabupaten Magelang. Dengan segala kendala dan keterbatasan untuk mewujudkan pelaksanaan ideal dimaksud, maka pola dan alur kerja diatas diharapkan bisa terwujud dalam rangka aktualisasi dan reorientasi peran Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang, khususnya dalam mendukung pendapatan, keuangan dan asset daerah.

STRUKTUR ORGANISASI

(20)
(21)

Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan pengaturan daerah. Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1 tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.

1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Menurut Deddi Nordiawan (2005:88) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Hal- hal yang harus termuat dalam RKPD adalah :

i. Rancanan kerangka ekonomi daerah.

ii. Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah (mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan). iii. Rencana kerja yang terukur dan pendanannya, baik yang

dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

2. Kebijakan Umum APBD (KUA)

(22)

a) Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah. b) Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran

berkenaan.

c) Teknis penyusunan APBD d) Hal-hal khusus lainnya

Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD, kepala daerah dibantu oleh tim anggaran pemerintah daerah yang dikoordinasi oleh sekretaris daerah. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat awal bulan Juni. Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah DPRD untuk dibahas paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD.

3. Prioritas dan Plafon Anggaran

Menurut Deddi Nordiawan (2005:88) Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan

b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan c. Menyusun plafon anggaran untuk masing-masing program

(23)

dan plafon anggaran (PPA) paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan. Kebijakan umum APBD dan PPA yang telah disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD. 4. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Menurut Deddi Nordiawan (2005:89) Berdasarkan nota kesepakatan KUAdanPPAS, Tim Anggaran Pemerintah menyusun Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sebagai acuan bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:

a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan.

b. Sinkronisasi program dan kegiatan antar-SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

c. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD.

d. Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja.

e. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar belanja, dan standar satuan harga.

5. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)

(24)

Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju. Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam satuh tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan. Sedangkan pendekatan penganggaran terpadu di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran. Dan pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dilakukan dengan memerhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan output yang diharapkan dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan output tersebut.

Demi terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu, penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dan terciptanya kesinambungan RKA- SKPD, kepada SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan untuk menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya akan dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan.

Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan. Menurut Deddi Nordiawan (2005:91) Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja didasarkan pada:

a. Indikator Kinerja

(25)

Merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.

c. Standar Analisis Belanja

Merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiata

d. Standar Satuan Harga

Harga Satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. e. Standar Pelayanan Minimal

(26)

6. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD

RKA-SKPD yang telah disusun oeh SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah untuk dibahas lebih lanjut oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Pembahasan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dokumen perencanaan lainnya, capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga dan standar pelayanan minimal. Jika pada hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian maka SKPD melakukan penyempurnaan.

RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh SKPD disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai bahan penyusunan Raperda tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang pejabaran APBD. Raperda tentang APBD yang telah disusun tersebut kemudian disampaikan kepada kepada daerah. Selanjutnya Raperda tentang APBD ini disampaikan kepada DPRD untuk dibahas lebih lanjut. Akan tetapi, sebelum disampaikan kepada DRPD, Raperda tentang APBD harus disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi ini bersifat memberikan informasi megenai hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan. Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.

(27)

7. Penetapan APBD

Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 terjadi perubahan dalam penetapan APBD. Mulai APBD tahun 2005 setelah disetujui bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD melalui sidang Paripurna APBD tersebut belum dapat dilaksanakan sebelum dievaluasi oleh gubernur. Penyampaian rancangan Perda tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan bupati/Walikota paling lama tiga hari sudah harus disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi (Pasal 186 ayat 1 UU 32/2004). Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada Bupati/Walikota paling lama 15 hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD (Pasal 186 Ayat 2 UU 32/2004). Setelah evaluasi diperbaiki, maka RAPBD menjadi APBD untuk dapat dijalankan oleh pihak eksekutif.

Dalam rangka penetapan APBD perlu disiapkan formulir-formulir yang digunakan dalam penyusunanan RKA-SKPD yang bersangkutan. Draft Revisi Kepmendagri 29/2002 menyajikan formulir-formulir tersebut sebagai berikut:

a. RKA-SKPD 1 merupakan ringkasan dari RKA-SKPD 2 berupa ringkasan dari penggabungan seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap formulir RKA-SKPD 3, RKA-SKPD 4, RKA-SKPD 5, dan RKA-SKPD 6.

b. RKA-SKPD 2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan SKPD yang diktif dari setiap formulir SKPD 5.

(28)

d. RKA-SKPD 4 merupakan formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak langsung SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan.

e. RKA-SKPD 5 merupakan formulir yang digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang diprogramkan.

f. RKA-SKPD 6 merupakan formulir ringkasan pembiayaan daerah yang sumber datanya berasal dari ringkasan jumlah menurut kelompok dan jenis pengeluaran pembiayaaan yang diisi pada formulir RKA-SKPD 8.

g. RKA-SKPD 7 formulir ini tidak diisi oleh SKPD lainnya, kecuali oleh sekretariat Daerah apabila satuan kerja pengelola keuangan daerah merupakan bagian dari unit kerja sekretariat daerah.

h. RKA-SKPD 8 formulir ini tidak diisi oleh SKPD lainnya, kecuali oleh sekretariat Daerah apabila satuan kerja pengelola keuangan daerah merupakan bagian dari unit kerja sekretariat daerah.

Realisasi pelaksanaan program dan kegiatan:

Realisasi pelaksanaan program dan kegiatan diuraikan perurusan sebagai berikut: 1. Urusan otonomi daerah, pemerintah umum, administrasi keuangan daerah,

perangkat daerah, kepegawaian daerah dan persandiaan yang terdiri dari empat program dengan 10 kegiatan pencapaian 100%.

(29)

3. Urusan perumahan terdiri dari 4 program dan 6 kegiatan tercapai 100%.

7. Urusan kepemudaan dan olahraga terdiri dari 1 program dengan 2 kegiatan dengan pencapaian 50,00%, pencapaian tersebut terkendala belum turunnya rekomendasi dari Gubernur sebagai dasar pembayaran tanah pada kegiatan pengadaan tanah stadion.

8. Urusan energi dan sumber daya mineral dari 5 program dengan 7 kegiatan pencapaiannya sebesar 90,00% hal tersebut terdapat permasalahan pada kegiatan pelayanan perizinan usaha pertambangan mineral sejak diberlakukannya UU No 23 tahun 2014 pemerintah kabupaten magelang tidak punya kewenangan menerbitkan izin dan sampai dengan akhir tahun 2015 proses perizinan tambang baru sampai pada tahap eksplorasi (dokumen lingkungan).

9. Urusan perdagangan dengan 1 program 3 kegiatan pencapaiannya 100%.

Disamping kegiatan – kegiatan terseut diatas , DPU dan ESDM juga mengampu penerimaan Pendapatan dari beberapa sektor berikut rincian pendapatan yang di ampu oleh DPU dan ESDM :

No Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) Prosentas

(30)

bangunan

(31)

Permasalahan dan solusi

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2015: 1. Beberapa kegiatan yang terkait dengan hibah , terkendala dengan ada UU

No. Tahun 24.

2. Gagal lelang , lelang ulang maupun kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan karena eterbatasan waktu di anggaran perubahan.

3. Pengadaan tananh, terkendala Rekomendasi Gubernur sebagai dasar pengadaan tanah dan juga terkendala pemilik tanah tidak bisa menunjukan sertifikat/ letter C sebagai bukti kepemilikan tanah yang sah/ resmi.

4. Ada paket kegiatan yang penawaran dari penyedia melebihi pagu anggaran sehingga bisa dilaksanakan

5. Permasalahan pada kegiatan Pelayanan Perizinan Usaha Pertambangan Mineral dimanaSejak diberlakukannya UU no 23 Ntahun 2014 , pemerintah Kabupaten tidak punya kewenangan menerbitkan izin dan sampai dengan akhir tahun 2015, proses perizinan tambang baru sampai pada tahap eksplorasi ( dokumen lingkungan).

Sedangkan solusi untuk menyikapi adanya permasalahan ang timbul yang telah atau perlu dilaksanakan sebagai berikut :

1. Kegiatan yang terkendala UU No 23 Tahun 2014 masih menunggu kebijakan terkait.

2. Kegiatan – kegiatan yang gagal lelang , diusulkan pada anggaran tahun 2016 atau tahun 2017 mengingat anggaran 2016 sudah ditetapkan.

3. Pengadaan tanah yang terkendala belum lengkapnya bukti kepemilikan tanah , mensosialisasikan kepada warga pemilik tanah supaya mengurus sertifikat sebagai bukti autentik kepemilikan tanah

(32)

Demikian yang dapat kami sampaikan berkenaan dengan kegiatan thun 2015 sebagai bahan dalam penyusunan LKPJ Bupati akhir tahun anggaran 2015.

Program Kegiatan Target Realisasi Permasalah Solusi

1 2 3 4 5 6 7

Anggaran (Rp) 24.060.000 18.126.700 75,34%

(33)

pengembangan LPJU

2846 titik 2846 titik 100%

Outcome: cakupan

terbayarnya PPJU 12 BULAN 12 BULAN 100% Outcome :

(34)
(35)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Anggaran atau penganggaran sebagai bagian dari fungsi perencanaan, sebagian besar organisasi modern sudah terbiasa melakukan perencanaan, termasuk perencanaan keuangan (anggaran). APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan pengaturan daerah. Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1 tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.Keberadaan Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peran dan fungsi setiap SKPD di bidang sarana dan prasarana daerah, sehingga peran dan fungsi Dinas Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang saat ini dan dimasa mendatang akan sangat strategis dalam mendukung tugas-tugas Pemerintah Kabupaten Magelang.

B. SARAN

(36)
(37)

DAFTAR PUSTAKA

Bastian,Indara, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Bastian, Indra, 2002, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.`` Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Nordiawan, Deddi, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta. Sony Yuwono, Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi, 2005. Penganggaran Sektor

(38)
(39)
(40)

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data menggunakan sistem yang baru memiliki kelebihan dibanding yang lama, seperti dalam pengolahan data menjadi lebih cepat, data lebih aman karena

Penelitian mengenai sinkronisasi antara Pasal 36 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan terhadap Pasal 23 ayat (1)

Risiko pasar dalam investasi ORI dapat dihindari apabila pembeli ORI di Pasar Perdana tidak menjual ORI sampai dengan jatuh tempo dan hanya menjual ORI jika harga jual (pasar)

Instrumen penelitian yang digunakan adalah jenistes tertulis bentuk essai sebanyak 6 nomor yang di berikan kepada setiap siswa yang telah ditetapkan sebagai

Seperti dalam menanggapi risiko nilai tukar dengan tindakan menanggung risiko maka kemungkinan masalah yang muncul nantinya yaitu fluktuasi kurs dollar mengakibatkan

Pada pengujian pemutusan link (Link Failover) dengan parameter overhead routing dan delay, OSPF multiple area lebih unggul di bandingkan dengan single area, hal ini

Sane kapertama inggih puniki kirangnyane pangresep basa Bali sane ngawinang sang pangawi tembang nagingin basa tiosan sane sampun lumbrah tur ketah kānggen, lan sane

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, diperlukan solusi dalam bentuk surveilans dengan pemodelan matematis Susceptible, Infected, Recovered (SIR). Model ini dibangun berdasarkan