• Tidak ada hasil yang ditemukan

PHP PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA SERTA PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PHP PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA SERTA PE"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah membaca bab ini, mahasiswa

diharapkan mampu menjelaskan:

1.Pengertian Pajak Berganda

2.Timbulnya Pajak Berganda

3.Penghindaran Pajak Berganda

(2)

A. Pengertian Pajak Berganda

A. Pengertian Pajak Berganda

(3)

2. Secara Sempit, Pajak berganda dianggap terjadi pada semua kasus pemajakan beberapa kali terhadap suatu subjek dan/atau objek pajak dalam satu administrasi

pajak yang sama, yang mengesampingkan pembebanan pajak oleh pemerintah daerah.

Selanjutnya, pajak berganda sesuai dengan yurisdiksi pemungut pajaknya, dapat dikelompokkan menjadi pajak berganda:

1. Internal (domestic) 2. Internasional

(4)

Beberapa unsur Pajak Berganda Internasional (PBI) Beberapa unsur Pajak Berganda Internasional (PBI)

Apabila pemajakan berganda (multiple) dilakukan oleh beberapa adminitrasi pajak (berdasarkan yurisdiksi

(5)

Secara teoritis dan normatif, istilah pajak berganda internasional meliputi beberapa unsur, antara lain:

1. Pengenaan Pajak oleh beberapa otoritas pemajakan terhadap kriteria identitas.

2. Identitas subjek pajak (Wajib Pajak yang sama) 3. Identitas objek pajak (objek yang sama)

4. Identitas masa pajak

(6)

B. Sebab Terjadinya Pajak

Berganda Internasional

(7)

Ada beberapa sebab terjadinya Pajak Berganda Internasional, yakni sebagai berikut:

1. Subjek Pajak yang sama dikenanakan pajak yang sama di beberapa Negara (benturan titik pertautan subjektif) yang dapat terjadi karena adanya:

a. Domisili rangkap.

(8)

sedangkan Negara B dalam ketentuannya menganggap orang yang bertempat tinggal di Negara B lebih dari 12 bulan adalah Wajib Pajak negaranya, maka status Tuan X secara bersamaan dianggap mempunyai dua domisili

yang akan dikenakan pajak baik oleh Negara A maupun Negara B atas seluruh penghasilannya.

b. Kewarganegaraan rangkap

Misalnya Tuan Z dianggap sebagai warga Negara C karena dilahirkan dari seseorang yang yang berwarga negara D (ius sanguinis), sedangkan Negara C

(9)

c. Benturan asas domisili dan asas kewarganegaraan

Misalnya Tuan X warga Negara B bertempat tinggal di Negara A. Karena Negara A menganut asas domisili, maka Tuan X akan dikenakan pajak oleh Negara A tersebut atas seluruh penghasilannya, sedangkan

(10)

2. Objek Pajak yang sama dikenakan pajak yang sama di beberapa Negara (benturan titik pertautan objektif).

Misalnya, Tuan X bertempat tinggal di Negara A, melakukan usaha di Negara B dengan suatu BUT. Selanjutnya BUT tersebut memberikan know-how (kemampuan teknologi) kepada relasinya di Negara C. Maka Negara C dapat mengenakan pajak karena di negaranya digunakan know-how tersebut. Begitu

(11)

3. Subjek pajak yang sama dikenakan pajak di Negara tempat tinggal berdasarkan asas world wide income,

sedangkan di Negara domisili dikenakan pajak berdasarkan asas sumber (benturan titik pertautan subjektif da objektif).

Misalnya, Tuan X bertempat tinggal di negara A dan

melakukan usaha di Negara B. Jika Negara A menganut asas domisili, maka Negara A akan mengeakan pajak kepada Tuan X berdasarkan personal jurisdiction atas selutuh penghasilannya, sedangkan Negara B yang

(12)

C. Cara Penghindaran

Pajak Berganda

Terdapat 2 (dua) cara yang digunakan peraturan

perundang-undangan Indonesia untuk menghindari pajak berganda internasional, yaitu cara unilateral (sepihak) dan cara bilateral atau multilateral.

1. Cara Unilateral

Dilakukan dengan memasukkan ketentuan-ketentuan untuk menghindarkan pajak berganda ke dalam

(13)

jelas. Yang dimasukkan ke dalam undang-undang suatu Negara adalah prinsip-prinsip yang sudah menjadi kelaziman internasional, seperti ketentuan tentang pembebasan pajak para wakil diplomatik, wakil-wakil organisasi internasional. Pembebasan pajak ini biasanya disyaratkan adanya asas

(14)

Undang-undang PPh Indonesia menganut cara penghindaran pajak berganda dengang suatu

metode yang disebut dengan metode kredit pajak. Pasal 24 UU PPh No. 36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa:

Ayat (1): Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang

(15)

Ayat (2): Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini.

(16)

a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;

b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut

(17)

c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara

tempat harta tersebut terletak;

d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau

(18)

e. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap

tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;

f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah

(19)

g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada; dan

h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap

adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

(20)

Ayat (5): Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian

dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Undang-undang ini harus

ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.

Ayat (6): Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilan dari luar

(21)

2. Cara Bilateral atau Multilateral

Dilakukan melalui suatu peundingan

antarnegara yang berkepentingan

untuk menghindarkan terjadinya pajak

berganda. Perjanjian secar bilateral

dilakukan oleh dua Negara, sedangkan

multilateral dilakukan oleh lebih dari

dua Negara. Perjanjian ini lazim

disebut dengan istilah

tax treaty atau

P3B (agreement for avoidance of

double taxation and the prevention of

(22)

Masing-masing Negara mempunyai prinsip pemajakannya masing-masing sesuai dengan kedaulatan negaranya sendiri. Sehingga

penghindaran pajak cara bilateral adalah yang paling banyak dilakukan oleh suatu Negara.

Sedangkan perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang dilakukan dengan cara multilateral jarang sekali terjadi karena

disebabkan sulitnya melakukan pembicaraan secara intensif dengan beberapa Negara

(23)

RANGKUMAN

1. Secara Luas, Pajak berganda adalah bentuk pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih

dari satu kali, yang dapat berganda atau lebih atas suatu fakta fiskal.

2. Secara Sempit, Pajak berganda dianggap terjadi pada semua kasus pemajakan beberapa kali

terhadap suatu subjek dan/atau objek pajak dalam

(24)

3. Selanjutnya, pajak berganda sesuai dengan yurisdiksi pemungut pajaknya, dapat

dikelompokkan menjadi pajak berganda: a. Internal (domestic)

b. Internasional

Dalam kedua kelompok tersebut terdapat pajak berganda vertikal, horizontal dan diagonal

(25)

4. Unsur-unsur Internasional Pajak Ganda:

a. Pemungutan dilakukan oleh beberapa negara b. Indentitas subyek pajak yang sama

(26)

5. Sebab-sebab Terjadinya Pajak Berganda Internasional: a. Subyek pajak yang sama dikenakan pajak yang sama

dibeberapa negara. Hal ini dikarenakan:

1) Subyek pajak yang bersangkutan memiliki domisili rangkap.

2) Seseorang memiliki kewarganegaraan rangkap.

b. Satu obyek pajak dikenakan pajak yang sama oleh dua negara atau lebih akibat pertautan antara asas sumber dengan asas domisili atau asas kebangsaan.

Referensi

Dokumen terkait

kajian lainnya dalam hukum pajak. Negara-negara yang lebih mengutamakan fungsi pemungutan pajak yang bersifat budgetary, yaitu menghimpun penerimaan negara dari masyarakat

Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan

BUT adalah salah satu penerimaan pajak dari negara domisili, namun secara garis besar bentuk usaha tetap yang dipergunakan oleh orang pribadi yang berada di Indonesia,

Dasar pengenaan pajak untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghasilan sebagai objek Pajak Penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan Pasal

Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan

property, business profit atau capital gain. Pajak berganda pada dasarnya tidak bisa dihindari jika masing-masing Negara memiliki azas pemungutan pajak yang berbeda, 11

Sementara PBI yuridis terjadi apabila suatu penghasilan (atau modal) yang sama dikenakan pajak di tangan orang (subjek) yang sama oleh lebih (atau modal) yang sama dikenakan

Sedangkan adil secara horizontal artinya pajak dikenakan sedemikian rupa sehingga dirasakan adil diantara berbagai sektor yang berbeda pada tingkat dan