Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah membaca bab ini, mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan:
1.Pengertian Pajak Berganda
2.Timbulnya Pajak Berganda
3.Penghindaran Pajak Berganda
A. Pengertian Pajak Berganda
A. Pengertian Pajak Berganda
2. Secara Sempit, Pajak berganda dianggap terjadi pada semua kasus pemajakan beberapa kali terhadap suatu subjek dan/atau objek pajak dalam satu administrasi
pajak yang sama, yang mengesampingkan pembebanan pajak oleh pemerintah daerah.
Selanjutnya, pajak berganda sesuai dengan yurisdiksi pemungut pajaknya, dapat dikelompokkan menjadi pajak berganda:
1. Internal (domestic) 2. Internasional
Beberapa unsur Pajak Berganda Internasional (PBI) Beberapa unsur Pajak Berganda Internasional (PBI)
Apabila pemajakan berganda (multiple) dilakukan oleh beberapa adminitrasi pajak (berdasarkan yurisdiksi
Secara teoritis dan normatif, istilah pajak berganda internasional meliputi beberapa unsur, antara lain:
1. Pengenaan Pajak oleh beberapa otoritas pemajakan terhadap kriteria identitas.
2. Identitas subjek pajak (Wajib Pajak yang sama) 3. Identitas objek pajak (objek yang sama)
4. Identitas masa pajak
B. Sebab Terjadinya Pajak
Berganda Internasional
Ada beberapa sebab terjadinya Pajak Berganda Internasional, yakni sebagai berikut:
1. Subjek Pajak yang sama dikenanakan pajak yang sama di beberapa Negara (benturan titik pertautan subjektif) yang dapat terjadi karena adanya:
a. Domisili rangkap.
sedangkan Negara B dalam ketentuannya menganggap orang yang bertempat tinggal di Negara B lebih dari 12 bulan adalah Wajib Pajak negaranya, maka status Tuan X secara bersamaan dianggap mempunyai dua domisili
yang akan dikenakan pajak baik oleh Negara A maupun Negara B atas seluruh penghasilannya.
b. Kewarganegaraan rangkap
Misalnya Tuan Z dianggap sebagai warga Negara C karena dilahirkan dari seseorang yang yang berwarga negara D (ius sanguinis), sedangkan Negara C
c. Benturan asas domisili dan asas kewarganegaraan
Misalnya Tuan X warga Negara B bertempat tinggal di Negara A. Karena Negara A menganut asas domisili, maka Tuan X akan dikenakan pajak oleh Negara A tersebut atas seluruh penghasilannya, sedangkan
2. Objek Pajak yang sama dikenakan pajak yang sama di beberapa Negara (benturan titik pertautan objektif).
Misalnya, Tuan X bertempat tinggal di Negara A, melakukan usaha di Negara B dengan suatu BUT. Selanjutnya BUT tersebut memberikan know-how (kemampuan teknologi) kepada relasinya di Negara C. Maka Negara C dapat mengenakan pajak karena di negaranya digunakan know-how tersebut. Begitu
3. Subjek pajak yang sama dikenakan pajak di Negara tempat tinggal berdasarkan asas world wide income,
sedangkan di Negara domisili dikenakan pajak berdasarkan asas sumber (benturan titik pertautan subjektif da objektif).
Misalnya, Tuan X bertempat tinggal di negara A dan
melakukan usaha di Negara B. Jika Negara A menganut asas domisili, maka Negara A akan mengeakan pajak kepada Tuan X berdasarkan personal jurisdiction atas selutuh penghasilannya, sedangkan Negara B yang
C. Cara Penghindaran
Pajak Berganda
Terdapat 2 (dua) cara yang digunakan peraturan
perundang-undangan Indonesia untuk menghindari pajak berganda internasional, yaitu cara unilateral (sepihak) dan cara bilateral atau multilateral.
1. Cara Unilateral
Dilakukan dengan memasukkan ketentuan-ketentuan untuk menghindarkan pajak berganda ke dalam
jelas. Yang dimasukkan ke dalam undang-undang suatu Negara adalah prinsip-prinsip yang sudah menjadi kelaziman internasional, seperti ketentuan tentang pembebasan pajak para wakil diplomatik, wakil-wakil organisasi internasional. Pembebasan pajak ini biasanya disyaratkan adanya asas
Undang-undang PPh Indonesia menganut cara penghindaran pajak berganda dengang suatu
metode yang disebut dengan metode kredit pajak. Pasal 24 UU PPh No. 36 Tahun 2008 menyebutkan bahwa:
Ayat (1): Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang
Ayat (2): Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini.
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut
c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak;
d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau
e. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada; dan
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Ayat (5): Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian
dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Undang-undang ini harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.
Ayat (6): Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilan dari luar
2. Cara Bilateral atau Multilateral
Dilakukan melalui suatu peundingan
antarnegara yang berkepentingan
untuk menghindarkan terjadinya pajak
berganda. Perjanjian secar bilateral
dilakukan oleh dua Negara, sedangkan
multilateral dilakukan oleh lebih dari
dua Negara. Perjanjian ini lazim
disebut dengan istilah
tax treaty atau
P3B (agreement for avoidance of
double taxation and the prevention of
Masing-masing Negara mempunyai prinsip pemajakannya masing-masing sesuai dengan kedaulatan negaranya sendiri. Sehingga
penghindaran pajak cara bilateral adalah yang paling banyak dilakukan oleh suatu Negara.
Sedangkan perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang dilakukan dengan cara multilateral jarang sekali terjadi karena
disebabkan sulitnya melakukan pembicaraan secara intensif dengan beberapa Negara
RANGKUMAN
1. Secara Luas, Pajak berganda adalah bentuk pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih
dari satu kali, yang dapat berganda atau lebih atas suatu fakta fiskal.
2. Secara Sempit, Pajak berganda dianggap terjadi pada semua kasus pemajakan beberapa kali
terhadap suatu subjek dan/atau objek pajak dalam
3. Selanjutnya, pajak berganda sesuai dengan yurisdiksi pemungut pajaknya, dapat
dikelompokkan menjadi pajak berganda: a. Internal (domestic)
b. Internasional
Dalam kedua kelompok tersebut terdapat pajak berganda vertikal, horizontal dan diagonal
4. Unsur-unsur Internasional Pajak Ganda:
a. Pemungutan dilakukan oleh beberapa negara b. Indentitas subyek pajak yang sama
5. Sebab-sebab Terjadinya Pajak Berganda Internasional: a. Subyek pajak yang sama dikenakan pajak yang sama
dibeberapa negara. Hal ini dikarenakan:
1) Subyek pajak yang bersangkutan memiliki domisili rangkap.
2) Seseorang memiliki kewarganegaraan rangkap.
b. Satu obyek pajak dikenakan pajak yang sama oleh dua negara atau lebih akibat pertautan antara asas sumber dengan asas domisili atau asas kebangsaan.