• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Pendidikan dan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah dan Pendidikan dan Islam"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MASA KEMERDEKAAN SAMPAI SAAT INI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Dosen pengampu: Bapak Faisal Kamal, M. Pd. I

Disusun oleh : 1. Iin Kurniati 2. Tri Mulyani 3. Ana Hofiyanida 4. Nuzula Akhlaqun Nisa

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN(UNSIQ)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena nikmat dan ridhoNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW.

Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami menyusun makalah ini, baik teman-teman maupun dosen.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui sejarah pendidikan islam pada zaman kemerdekaan sampai zaman berikutnya, kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber buku.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Terima kasih.

Wonosobo, 2 Desember 2016

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Pendidikan Islam Pada Masa Kemerdekaan... 3

B. Keadaan Pendidikan Islam Zaman Orde Lama ... 7

C. Keadaan Pendidikan Islam Zaman Orde Baru... 9

D. Keadaan Pendidikan Islam Zaman Reformasi... 12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 15

DAFTAR PUSTAKA... 17

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah dapat memberikan landasan atau titik tolak terjadinya berbagai peristiwa. Dengan mengetahui arti dan kaedah-kaedah peristiwa yang telah terjadi pada masa yang silam, maka manusia diharapkan mampu menempatkan diri serta menata lingkungannya dalam usaha menciptakan kehidupan yang lebih baik, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka. Kemerdekaan tidak sepenuhnya menyelesaikan berbagai persoalan negara. Kemerdekaan politik sesudah masa penjajahan oleh pemerintah Jepang dan Belanda itu lebih mudah dicapai dibandingkan dengan rekontruksi kultural masyarakat dan renovasi sistem pendidikan kita khususnya pendidikan Islam.

Seiring dengan perkembangan zaman, persoalan yang dihadapipun semakin bertambah seperti sistem pendidikan yang sesuai dengan tujuan, visi dan misi negara itu. Masuknya pemikiran – pemikiran Islam dan berbagai kritis yang melanda negeri menjadi bagian dari polimik dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam saat ini.

Oleh karena itu, keberhasilan dalam memajukan pendidikan di negeri ini terdapat beberapa faktor yang tidak dapat dipisahkan dan semuanya saling berkait. Kestabilan ekonomi negara meliputi politik dan ekonomi turut andil dalam memberikan kontribusi terhadap perkembangan Islam itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

(5)

C. Tujuan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Pada Masa Kemerdekaan

Setelah merdeka, pendidikan Islam mendapat kedudukan yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional. Di Sumatra, Mahmud Yunus sebagai pemeriksa agama pada kantor pengajaran mengusulkan kepada kepala pengajaran agar pendidikan agama di sekolah-sekolah pemerintah ditetapkan dengan resmi dan guru-gurunya digaji seperti guru umum dan usul pun diterima1. Selain itu pendidikan agama di sekolah juga mendapat

tempat yang teratur, seksama, dan penuh perhatian. Untuk itu dibentuk Departemen Agama pada tanggal 13 Desember 1946 yang bertugas mengurusi penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dan madrasah serta pesantren-pesantren.

Pendidikan Islam setahap demi setahap diajukan. Istilah pesantren yang dulu hanya mengajar agama di surau dan menolak modernitas pada zaman kolonial, sudah mulai ikut mendirikan madrasah dan sekolah umum, sehingga pemuda Islam diberi banyak pilihan. Upaya ini merupakan usaha untuk menata diri ditengah-tengah realitas sosial modern dan kompleks. Pesantren juga telah lebih berkembang dengan berdirinya perguruan tinggi Islam.

Sekolah agama, termasuk madrasah, ditetapkan sebagai model dan sumber pendidikan Nasional yang berdasarkan Undang-undang 1945. ekstensi pendidikan agama sebagai komponen pendidikan nasional dituangkan dalam Undang-undang pokok pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950, bahwa belajar disekolah-sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar2.

1 Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : Hidakarya, 1985. 125.

(7)

Pada tahun 1958 pemerintah terdorong untuk mendirikan Madrasah Negeri dengan ketentuan kurikulum 30% pelajaran agama dan 70% pelajaran umum. Sistem penyelenggaraannya sama dengan sekolah-sekolah umum dengan perjenjangan sebagai berikut :

1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) setingkat SD lama belajar enam tahun.

2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) setingkat SMP lama belajar tiga tahun.

3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) setingkat SMA lama belajar tiga tahun.3

Pada masa awal kemerdekaan, pemerintah dan bangsa Indonesia mewarisi sistem pendidikan dan pengajaran yang dualisti, yaitu :

1) Sistem pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah umum yang sekuler, tak mengenal ajaran agama, yang merupakan warisan dari pemerintah Belanda.

2) Sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat sendiri, baik yang bercorak isolatif-tradisional maupun yang bercorak sintesis dengan berbagai variasi pola pendidikannya sebagaimana uraian tersebut diatas. Kedua sistem pendidikan tersebut sering dianggap saling bertentangan serta tumbuh dan berkembang secara terpisah satu sama lain. Sistem pendidikan dan pengajaran yang pertama pada mulanya hanya menjangkau dan dinikmati oleh sebagian masyarakat, terutama kalangan atas saja. Sedangkan yang kedua (sistem pendidikan dan pengajaran islam) tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat dan berurat berakar dalam masyarakat4. Hal ini diakui oleh badan komite nasional Indonesia pusat

(BP-KNIP) dalam usul rekomendasinya yang disampaikan kepada

3 Prof. Dr. Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada. 2005.128-129.

4 Sugarda Purbakawaca, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1970.

(8)

pemerintah, tentang pokok-pokok pendidikan dan pengajaran baru, pada tanggal 29 Desember 1945.

Merdekanya bangsa Indonesia diharapkan bisa menggali segala potensi yang ada, sehingga dapat digunakan dan dikembangkan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Harapan ini walaupun sudah lama dicanangkan, namun belum juga terwujud sampai sekarang. Keadaan lebih parah lagi dengan timbulnya gejala-gejala salah urus (miss management) akibatnya pada bidang pendidikan fasilitasnya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan. Lagi pula politik dan usaha-usaha pendidikan tidak berhasil menjadikan sektor pendidikan sebagai faktor penunjang bagi suatu pendidikan. Perkembangan selanjutnya pendidikan hanya mengakibatkan benih-benih pengangguran. Lahirnya Orde Baru (ORBA) memungkinkan pendobrakan salah urus itu dalam segala bidang juga dalam pendidikan perkembangan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat pada khususnya sudah memasuki masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari masyarakat modern dengan ciri-cirinya yang bersifat rasional,berorientasi kemasa depan, terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri dan inovatif.

Sedangkan masyarakat informasi ditinjau oleh penguasaan terhadap teknologi informasi, mampu bersaing, serba ingin tahu, imajinatif, mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah.

(9)

agen-agen sosialisasi manusia yang berlangsung secara tradisional seperti yang dilakukan oleh orang tua, guru, pemerintah, dan sebagainya. komputer dapat dijadikan teman bermain, orang tua yang akrab, guru yang memberi nasehat juga sewaktu-waktu dapat memberikan jawaban sesegara mungkin atas petanyaan eksistensisal yang mendasar.

Kemajuan dalam bidang informasi tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pada kejiwaan dan keperibadian masyarakat. Pada era informasi yang sanggup bertahan hanyalah mereka yang berorientasi ke masa depan, yang mampu mengubah pengetahuan menjadi kebijakan dan mereka yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki masyarakat modern tersebut diatas. Dari keadaan ini, keberadaan masyarakat suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi satu baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Itulah gambaran masa depan yang akan terjadi, dan umat manuisia pasti menghadapinya. Masa depan itu selanjutnya akan mpengaruhi dunia pendidikan baik dalam dunia kelembagaan materi pendidikan guru metode sarana prasarana dan lain sebagainya. hal ini pada gunanya menjadi tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan.

(10)

B. Keadaan pendidikan Islam Zaman Orde Lama

Dalam masa ini pendidikan Islam belum mendapat perhatian dari pemerintah tapi dengan adanya elite muslim yang berpandangan progresif, modern dan nasionalis misalnya tokoh dan intelektual muslim yang mendapat pendidikan dari negara maju mampu melakukan komunikasi yang baik dengan pemerintah. Dengan adanya dukungan dari elite muslim yang sejalan dengan visi dan misi serta tujuan pemerintah maka adanya usaha yang dilakukan pemerintah terhadap kepentingan pendidikan Islam dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Dengan mendirikan departemen agama, pembinaan pendidikan agama setelah kemerdekaan Indonesia dilakukan secara formal institusional. 1

urusan keagamaan dan pendidikan agama sebelum merdeka ditangani kantor agama pada masa penjajahan Belanda di kantor resmi yaitu Voor Inlandshe Zaken dan pada masa penjajahan Jepang bernama “Shumuka”

tetapi setelah Indonesia merdeka berubah menjadi Kementerian Agama dan resmi pada 3 januari 1946. Namun disamping itu pemerintah juga mendirikan kementerian pendidikan dan kebudayaan yang menimbulkan pengelolaan yang dikotomus yang berdampak buruk pada pendidikan agama, sumber daya manusia dan sarana prasarana. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah orde lama mengeluarkan peraturan bersama antara kedua kementerian untuk mengelola pendidikan agama dan umum, baik negeri maupun swasta. Namun kebijakan ini baru menyelesaikan eksistensi muatan pendidikan agama dan belum menyentuh aspek-aspek pendidikan agama lainnya.

2. Dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan berupa peraturan dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan pendidikan agama, maka pemerintah orde lama mengeluarkan UU No 12 tahun 1950 yang mengatur pendidikan agama di sekolah negeri baik yang ada di kementerian agama maupun kementerian pendidikan dan kebudayaan.5

Pada Bab XII Pasal 20 Undang-undang dinyatakan bahwa dalam sekolah

(11)

negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut atau tidak.6

Selain itu tata cara menyelenggarakan pengajaran agama disekolah negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan bersama dengan menteri agama. Khusus untuk mengelola pendidikan agama diberikan disekolah umum tersebut, maka pada bulan Desember 1946 dikeluarkan surat keputusan bersama (SKB) antara menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan (PP&K) dengan menteri agama, antara lain mengatur pelaksanaan pendidikan agama disekolah umum (baik swasta maupun negeri) yang berada dibawah kementerian pengajaran dan kebudayaan.

Sedangkan dalam bidang kurikulum pendidikan agama diusahakan penyempurnaan. Untuk itu dibentuk kepanitiaan yang dipimpin oleh K.H. Imam Zarkasyi dari pondok pesantren Gontor Ponorogo yang disahkan oleh menteri agam tahun 1952. Dan pada pemerintah orde lama terhadap pendidikan agama juga terdapat keputusan sidang MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) pada Desember 1960. Selanjutnya pada pasal 3 dari keputusan MPRS, dinyatakan bahwa agama menjadi mata pelajaran disekolah umum, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dengan ketentuan, bahwa murid berhak ikut serta dalam pendidikan agama jika wali murid atau murid dewasa menyatakan tidak keberatan.7

3. Memberikan perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan pesantren. Dalam rangka merumuskan kebijakan pendidikan yang dibentuk pada akhir tahun 1945, dalam laporannya mengenai bentuk pendidikan islam yang lama dan baru, dinyatakan bahwa madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat

6 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali pers, 1995), cet I, hlm.

223-232; Abuddin Nata, Kapita Selekta pendidikan Islam (Bandung: Angkasa, 2003), cet. I, hlm. 31

(12)

jelata yang sudah berakar dalam masyarakat Indonesia. Madrasah dan pesantren diserahkan pembinaan dan pengembangannya kepada departemen agama. Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab ini, maka departemen agama menetapkan beberapa kebijakan sebagai berikut:

a. Memberi pelajaran agama disekolah negeri dan partikulir. b. Memberi pengetahuan umum di madrasah.

c. Mendirikan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA), Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), Madrasah Wajib Belajar (MWB) dan sebagainya.

Kesempatan ini digunakan oleh masyarakat muslim Indonesia untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam, sehingga pada tahun 1945 madrasah berkembang menjadi 849 buah dengan murid sebanyak 2017.8

4. Memberikan bantuan fasilitas dan sumbangan material kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti mengangkat guru agama, membantu biaya pembangunan madrasah, bantuan buku-buku pelajaran, men-negeri-kan madrasah, dan bantuan lainnya, walaupun jumlahnya masih sangat terbatas sesuai dengan kemampuan ekonomi waktu itu.

C. Keadaan Pendidikan Islam Zaman Orde Baru.

Pada dasarnya seluruh kebijakan yang lahir pada zaman Orde Baru termasuk dalam bidang pendidikan yang diarahkan untuk menopang pembangunan dalam bidang ekonomi dengan pendekatan sentralistik monoloyalitas dan monopli.

Pertama, masuknya pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional. Dimulai dengan lahirnya surat keputusan bersama tiga menteri (SKB 3 Menteri). Yaitu menteri pendidikan nasional, menteri agama, dan

8 Mahmud Yunus, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992),

(13)

menteri dalam negeri. Di dalam SKB 3 Menteri dinyatakan bahwa lulusan madrasah dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan umum dan sebaliknya berhak mendapatkan bantuan sarana prasarana, baiya, dan diakui ijazahnya.

Kedua, pembaharuan madrasah9 dan pesantren baik pada aspek fisik

maupun non fisik10. Pada aspek fisik melakukan pembaharuan dilakukan

pada peningkatan dan perlengkapan infrastruktur, sarana prasaran dan fasilitas. Adapun aspek non fisik meliputi pembaruan bidang kelembagaan, manajemen pengelolaan, kurikulum, mutu SDM, KBM, jaringan IT, dan lain sebagainya. Hal ini dianggap penting agar lulusan madrasah dan pesantren dapat memliki berbagai peluang untuk memasuki lapangan kerja yang lebih luas, dengan demikian umat Islam tidak hanya menjadi objek atau penonton pembangunan, melainkan dapat berperan sebagai pelaku atau agen pembaharuan dan pembangunan dalam segala bidang, dengan ini umat islam dapat meningkatkan kesejahteraannya dalam bidang ekonomi dan sebagainya.

Melalui usaha pembaharuan pendidikan madrasah dan pesantren maka pada Orde Baru telah lahir kelonpok elite muslim terpelajar yang memiliki akses dunia kerja di pemerintahan dan berbagai lembaga pemerintah dan swasta yang bergengsi. Pembaharuan pendidikan madrasah dan pesantren11

tersebut dibantu oleh pemerintah melalui dana baik yang berasal dari APBN maupun dana yang berasal dari pinjaman luar negeri.

Ketiga, pemberdayaan pendidikan Islam non formal tersebut antara lain dalam bentuk majelis taklim baik untuk kalangan masyarakat Islam kelompok, masyarakat biasa, maupun bagi masyarakat menengah ke atas. Pada Orde Baru ini telah muncul ribuan majelis taklim kaum ibu yang selanjutnya tergabung dalam Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) mulai dari tingkat pusat sampai dengan kabupaten, kota, dan kecamatan. Melalui

9 Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN & Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2003), hal. 69-71

10 Abuddin Nata,. Opcit., hlm. 117

(14)

Lembaga Pendidikan Islam non formal ini Islam semakin pesat ke dalam kehidupan masyarakat, dan mendorong lahirnya masyarakat kota yang semakin religius. Sejalan dengan itu maka muncul sebutan santri kota yaitu masyarakat kota yang semakin cinta pada Islam dan berusaha mengamalkannya dengan baik. Dengan ini kegiatan ceramah agama semakin semarak, dan buku atau bahan bacaan yang berkaitan dengan pembinaan mental spiritual semakin diminati.

Keempat, peningkatan atmosfer dan suasana praktik sosial keagamaan pada pemerintah Orde Baru telah mendukung lahirnya berbagai pranata ekonomi, sosial budaya, dan kesenian islam. Lahirnya ikatan cendekiawan muslim se-Indonesia (ICMI), Bank Muamalat Indonesia, Undang-Undang Peradilan Agama, Festival Isqlal, Bayt Al Qur’an lahir pada zaman Orde Baru. Semua ini merupakan keberhasilan pendidikan islam sebagaimana mestinya.12

Faktor-faktor pendukung kemajuan pendidikan islam yaitu terjadinya berbagai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di zaman Orde Baru disebabkan berbagai faktor sebagai berikut.

Pertama, semakin membaiknya hubungan dan kerja sama antara umat Islam dan pemerintah. Pemerintah di bawah pimpinan Soeharto berkuasa kurang lebih 32 tahun. Selama 16 tahun pertama hubungan antara umat Islam dan pemerintah dalam keadaan tidak harmonis, tegang, saling curiga, bahkan terkadang diwarnai konflik dan peristiwa berdarah sebagaimana kasus Tanjung Priuk, pembajakan pesawat yang diduga dilakukan oleh kelompok Islam garis keras yang bersebrangan dengan pemerintah. 16 tahun kedua hubungan politik atara umat islam dan pemerintah mulai mencair. Terjadinya keadaan tersebut disebabkan karena terjadi perubahan semula yang bersifat ideologis politis, menjadi bersifat cultural, substantif, dan inklusif. Pada saat sebagian kelompok islam masih mengedepankan pendekatan ideeologis politis, Nurcholish

12 Sudirman Teba, Islam Orde Baru: Perubahan Politik dan Keagamaan, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

(15)

Madjid misalnya mengeluarkan statement “Islam Yes, Partai

Islam No.”13

Kedua, semakin membaiknya ekonomi nasional pada zaman pemerintah Orde Baru, usaha pembangunan ekonomi menjadi primadona dan pilihan utama. Dalam hal ini SDA Indonesia berupa minyak, hasil tambang, dan lainnya diberdayakan dengan maksimal. Melalui hasil penjualan minyak, Indonesia menghimpun dana yang amat besar bagi pembangunan nasional. Melalui dana tersebut pemerintah Orde Baru dapat membantu program pembaharuan pendidikan Islam.

Ketiga, semakin stabil dan amannya pemerintahan Orde Baru Indonesia dikenal sebagai negara aman dan stabil di kawasan Asia Tenggara. Selanjutnya keadaan ini mengundang pada investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan berbagai kegiatan pembangunan dalam bidang pendidikan islam dapat berjalan dengan keadaan yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya.

D. Keadaan Pendidikan Islam Zaman Reformasi.

Sejalan dengan berbagai kebijakan – kebijakan itu telah menimbulkan keadaan pendidikan Islam yang secara umum keadaannya jauh lebih baik dari keadaan pendidikan pada masa pemerintah Orde Baru. Keadaan pendidikan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pertama, kebijakan tentang pemantapan pendidikan Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Upaya ini dilakukan melalui penyempurnaan Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1989 menjadi Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jika pada Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1989, hanya menyebutkan madrasah saja yang masuk ke dalam sistem pendidikan nasional, maka pada Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang masuk ke dalam sistem pendidikan nasional termasuk pesantren, Ma’had Ali, Raudhatul Athfal (Taman Kanak-kanak), dan majelis taklim. Dengan masuknya ke dalam

(16)

sistem pendidikan nasional ini, maka selain eksistensi dan fungsi pendidikan Islam semakin diakui, juga semakin menghilangkan kesan diskriminasi dan dikotomi. Sejalan dengan itu, maka berbagai perundang-undangan dan peraturan yang merupakan turunannya, seperti Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005 tentang Sertifikasi Guru dan Dosen.

Kedua, kebijakan tentang peningkatan anggaran pendidikan Islam. Kebijakan ini misalnya terlihat pada ditetapkannya anggaran pendidikan sebanyak 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang didalamnnya termasuk gaji guru dan dosen, biaya operasional pendidikan, pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu, pengadaan buku gratis, pengadaan infrastruktur, sarana prasarana, media pembelajaran, peningkatan sumber daya manusia bagi lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan Nasional.

Ketiga, program wajib belajar sembilan tahun, yakni bahwa setiap anak Indonesia wajib memiliki pendidikan minimal sampai dengan tamat sekolah lanjutan pertama, yakni SMP atau Tsanawiyah. Program wajib belajar ini bukan hanya berlaku bagi anak – anak yang belajar di lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional, melainkan juga bagi anak- anak yang belajar di Lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementrian Agama.

(17)

Kelima, kebijakan sertifikasi guru dan dosen bagi semua guru dan dosen baik negeri maupun swasta, baik guru umum maupun guru agama, baik guru yang berada di bawah Kementrian Pendidikan Nasional maupun guru yang berada di bawah Kementrian Agama. Program ini terkait erat dengan program peningkatan mutu yang bertolak dari penigkatan mutu tenaga guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Guna mendukung pelaksanaan sertifikasi guru dan dosen pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2005 juga pengelolaan anggaran biaya.

Keenam, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Melalui kurikulum ini para peserta didik tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran sebagaimana yang ditekankan pada kurikulum 1999, melainkan juga dituntut memiliki pengalaman proses mendapatkan pengetahuan tersebut, seperti membaca buku, memahami, menyimpulkan, mengumpulkan data, mendiskusikan, menjawab pertanyaan, melaksanakan tugas, memecahkan masalah, dan menganalisis.

Ketujuh, pengembangan pendekatan pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada guru melalui kegiatan teaching, melainkan juga berpusat pada murid melalui kegiatan learning dan research dalam suasana yang partisipatif, inovatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (paikem).

Kedelapan, penerapan manajemen yang berorientasi pada pemberian pelayanan yang baik dan memuaskan kepada para pelanggan sebagaimana yang terdapat pada konsep Total Quality Management. Penerapan manajemen TQM tersebut didasarkan pada pandangan bahwa pendidikan adalah sebuah komoditas yang diperdagangkan.

(18)

antara madrasah tersebut masih banyak yang memiliki berbagai kekurangan dan kelemahan, sebagaimana hal ini juga terdapat dalam sekolah umum.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam setahap demi setahap diajukan. Istilah pesantren yang dulu hanya mengajar agama di surau dan menolak modernitas pada zaman kolonial, sudah mulai ikut mendirikan madrasah dan sekolah umum, sehingga pemuda Islam diberi banyak pilihan. Upaya ini merupakan usaha untuk menata diri ditengah-tengah realitas sosial modern dan kompleks. Pesantren juga telah lebih berkembang dengan berdirinya perguruan tinggi Islam.

Dalam masa Orde Lama pendidikan Islam belum mendapat perhatian dari pemerintah tapi dengan adanya elite muslim yang berpandangan progresif, modern dan nasionalis misalnya tokoh dan intelektual muslim yang mendapat pendidikan dari negara maju mampu melakukan komunikasi yang baik dengan pemerintah. Dengan adanya dukungan dari elite muslim yang sejalan dengan visi dan misi serta tujuan pemerintah maka adanya usaha yang dilakukan pemerintah terhadap kepentingan pendidikan Islam.

Pada dasarnya seluruh kebijakan yang lahir pada zaman Orde Baru termasuk dalam bidang pendidikan yang diarahkan untuk menopang pembangunan dalam bidang ekonomi dengan pendekatan sentralistik monoloyalitas dan monopoli.

(19)
(20)

DAFTAR PUSTAKA

Yunus Muhammad, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : Hidakarya

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: 1995.

Sunanto Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2005.

Purbakawaca Sugarda, Pendidikan dalam Alam Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1970.

Karel A. Stemberink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Jakarta: LP3ES, 1994.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 1995. Nata Abuddin, Kapita Selekta pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003.

Yunus Mahmud, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992.

Jabali Fuad dkk, IAIN & Modernisasi Islam di Indonesia, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003)

Teba Sudirman, Islam Orde Baru: Perubahan Politik dan Keagamaan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.

Referensi

Dokumen terkait

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) mengirimkan surat pelatihan ke Dinas, kemudian Kepala Dinas menerima dan.. mendisposisikan surat pelatihan ke bagian kepegawaian,

Selain itu, daur hidup dari produk itu sendiri menjadi faktor penting dalam kesuksesan sebuah usaha karena akan berkaitan langsung dengan strategi pemasaran yang harus

Berdasarkan kajian yang dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dalam tulisan ini adalah inovasi pendekatan pembelajaran yang

Masa persahabatan Sayyid Qut}b yang panjang dengan al-Qur’a>n yang penuh mukjizat mengantarkannya pada sebuah kesimpulan bahwa setiap surah mencerminkan kesatuan tema yang

BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA dan berkontribusi sebesar 69,56 persen terhadap ROA. Jika hasil penelitian ini dibandingkan

Berdasarkan perancangan aplikasi yang dilakukan, maka perancangan aplikasi tempat wisata ini dapat memberikan informasi kepada wisatawan mengenai tempat wisata di wilayah

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan sejarah perkembangan sosiologi dan antropologi pendidikan dengan baik. Yang harus dikerjakan dan