• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi jual beli salam dalam lemba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "implementasi jual beli salam dalam lemba"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI JUAL BELI SALAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Fiqih Muamalah

Dosen Pengampu:Imam Mustofa, M.S.I.

Disusun Oleh Frida Umami (1502100054)

Kelas A

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

(2)

A. PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri,

manusia pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mengenai hal tersebut manusia perlu melakukan transaksi dengan lainnya.

Kegiatan jual beli merupakan salah satu bentuk transaksi.

Dewasa ini banyak pengklasifikasian dalam hal jual beli. Seperti halnya

jual beli salam, Salam merupakan bentuk jual beli dengan membayar dimuka dan

penyerahan barang dikemudian hari dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas,

tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam

perjanjian. Mengenai hal tersebut saya akan membahas Makalah tentang “IMPLEMENTASI JUAL BELI SALAM DALAM LKS”. Kajian tentang “IMPLEMENTASI JUAL BELI SALAM DALAM LKS” penting untuk disajikan pada kelas Perbankan Syariah, karena didalamnya membahas mengenai

penerapan dan cara melakukan jual beli dalam sistem salam di dalam lembaga

keuangan syariah khususnya bank syariah.

Kajian dalam makalah ini berdasarkan kajian dalam buku yang berkaitan

langsung dengan masalah “IMPLEMENTASI JUAL BELI SALAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH”. Kajian makalah ini dimulai dari tahap pelaksanaan jual beli salam, pengaplikasian jual beli salam hingga keuntungan

(3)

A. PEMBAHASAN

1. Implementasi Jual Beli Salam dalam LKS

Salam adalah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang

dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uangnya terlebih dahulu.1Salam

merupakan bentuk jual beli dengan membayar dimuka dan penyerahan barang

dikemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales)

dengan harga, spesifikasi, jumlah kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang

jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. Barang yang

diperjualbelikan belum tersedia pada saat transaksi dan harus diproduksi terlebih

dahulu, seperti produk-produk pertanian dan produk-produk fungible (barang

yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya)

lainnya. Barang-barang non-fungible seperti batu mulia, lukisan berharga, dan

lain-lain yang merupakan barang langka tidak dapat dijadikan objek salam

(Al-Omar dan Abdel –Haq,1996).2

Transaksi ba’i salam merupakan transaksi yang biasanya dilakukan bukan oleh pedagang. Ada bentuk khusus dari ba’i salam yang digunakan oleh bank syariah sebagai instrumen pembiayaan, yaitu yang disebut paralel salam.

Paralel salam adalah back-to-back sales contract.3 Salam paralel merupakan transaksi pembelian atas barang tertentu oleh nasabah kepada LKS. Pembelian

tidak secara langsung dengan melakukan penyerahan barang, akan tetapi

nasabah hanya memberikan spesifikasi barang kemudian LKS memesan barang

yang diminta nasabah kepada pihak ketiga atau produsen.4

1

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2012), h.72

2

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2011), h.90

3

Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, Jakarta: Kencana, 2014), h.252

4

(4)

Pembayaran oleh nasabah kepada bank dapat dilakukan dimuka pada

saat ditandatanganinya akad salam atau secara tunai pada saat penyerahan

barang (salam wal bai’u muthlaqah ) atau dengan cara mengangsur (salam wal murabahah).

Apabila pembayaran oleh nasabah dilakukan secara tunai atau dengan

cara mengangsur, biasanya bank mensyaratkan agar nasabah terlebih dahulu

membayar sejumlah uang muka yang diperlukan.5

Tahapan pelaksanaan salam dan salam paralel menurut SOP bank syariah

 Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah pembeli kepada bank syariah sebagai penjual.

Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman barang yang disepakati.

 Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah).

 Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada

waktu yang telah ditentukan.

 Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan sisanya sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diansur).

 Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada

waktu yang telah ditetukan.

 Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli oleh nasabah produsen pada saat pengikatan dilakukan.

 Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada nasabah pembeli pada waktu yang ditentukan.6

5

Veithzal Rifai & Andria Permata Veithzal, Islamic Finansial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis,Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2008), h. 174

6

(5)

2. Implementasi Akad Salam Dalam Produk Pembiayaan Perbankan Syariah

SEBI No. 10/14/DPbs tertanggal 17 Maret 2008 memberikan ketentuan

implementasi akad salam dalam produk pembiayaan sebagai berikut:

 Bank bertindak baik sebagai pihak peyedia dana maupun sebagai pembeli barang untuk kegiatan transaksi salam dengan nasabah yang

bertindak sebagai penjual barang;

 Barang dalam transaksi salam adalah objek jual beli dengan spesifikasi, kualitas, jumlah jangka waktu, tempat dan harga yang jelas, yang pada

umumnya tersedia secara reguler dipasar, serta bukan objek jual beli

yang sulit diidentifikasi ciri-cirinya dimana antara lain nilainya

berubah-ubah tergantung penilaian subyektif;

 Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk pembiayaan atas dasar akad salam, serta hak dan kewajiban nasabah

sebagaimana diatur dalam ketentuan bank indonesia mengenai

transparasi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah;

 Bank wajib melakukan analisis atas rencana pembiayaan atas dasar salam kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa

analisa atas karakter (character) dan/atau aspek usaha antara lain

meliputi analisa kapasitas usaha (condition);

 Bank dan nasabah wajib munuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar salam;

 Pembayaran atas dasar nasabah oleh bank harus dilakukan di muka secara penuh yaitu pembayaran segera atas pembiayaan atas dasar

akad salam disepakati atau paling lambat tujuh hari setelah pembiyaan

atas dasar akad salam disepakati; dan

 Pembayaran oleh bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang nasabah kepada bank atau dalam bentuk piutang

bank. 7

7

(6)

3. Aplikasi pembiayaan salam

 Tujuan pembiayaan salam

Pembiayaan salam diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil

produksi pertanian, perkebunan, dan peternakan. Petani dan peternak

pada umumnya membutuhkan dana untuk modal awal dalam

melaksanakan aktivitasnya, sehingga bank syariah dapat memberikan

dana pada saat akad. Setelah hasil panen, maka nasabah akan

membayar kembali. Dengan melakukan transaksi salam, maka petani

dan peternak dapat mengambil manfaat tersebut.

 Hasil produksi dari pertanian, perkebunan dan peternakan harus diketahui dengan jelas ciri-cirinya dan bersifat umum seperti: jenis, macam,

ukuran, kualitas dan kuantitasnya. Hasil produksi yang diterima harus

sesuai dengan spesifikasi yang telah diperjanjikan. Apabila terjadi

kekeliruan atau cacat, maka produsen harus bertanggung jawab.

 Harga

Ketentuan harga jual ditetapakan diawal perjanjian dan tidak boleh

berubah selama jangka waktu perjanjian. Harga dalam jual beli antara

bank syariah dan nasabah produsen lebih rendah dibanding harga jual

beli antara bank dan produsen dengan harga antara bank dan pemesan

menjadi keuntungan salam.

 Jangka waktu salam adalah jangka pendek, yaitu paling lama satu tahun.8

Penyerahan barang

 Pejual wajib menyerahkan barang tepat waktu dengan kualitas dan kuantitas yang disepakati;

 Bila penjual menyerahkan barang , dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga;

 Jika penjual menyerahkan barang , dengan kualitas yang rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta

pegurangan harga;

8

(7)

 Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang telah disepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan

kesepakatan dan tidak boleh menuntut tambahan harga. 9

Jika semua /sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu penyerahan

atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka

pembeli memiliki dua pilihan:

 Menolak atau menerima barang atau meminta pengembalian dana;

 Meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis dan/atau memiliki nilai yang setara; atau

 Menunggu barang hingga tersedia. Kemudian dalam hal bank menerima barang dengan kualitas lebih tinggi maka bank tidak wajib membayar

tambahan harga, kecuali terdapat kesepakatan kedua belah pihak,

sedangkan dalam hal bank menerima barang dengan kualitas lebih

rendah maka bank tidak diperkenankan untuk menerima potongan harga

(discount), kecuali dalam kesepakatan kedua belah pihak.10

Pembatalan kontrak dapat dilakukan selama tidak merugikan kedua belah

pihak, dan jika terjadi kepada kedua belah pihak , maka persoalannya

diselesaikan melalui pengadilan agama sesuai dengan UU No.3/2006 Setelah

tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Para pihak juga dapat memilih

BASYARNAS dalam penyelesaian sengketa. Tetapi jika lembaga ini yang dipilih

dan disepakati sejak awal tertutuplah peranan pengadilan agama. 11

Penerimaan Pembayaran Salam

Kebanyakan para ulama mengaharuskan pembayaran salam dilakukan

ditempat kontrak. Hal tersebut dimaksudkan agar pembayaran yang diberikan

oleh al-muslam (pembeli) tidak dijadikan sebagai utang penjual. Lebih khusus

9

Nurul Huda & Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis dan Prktis, (Jakarta: Kencana, 2013), h.51

10

Muhammad, Sistem dan Prosedur Oprasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2008), h.118

11

(8)

lagi, pembayaran salam tidak bisa dalam bentuk pembebasan hutang yang harus

dibayar oleh muslam ‘alaih (penjual). Hal ini adalah untuk mencegah praktik riba

melalui mekanisme salam.12

Ilustrasi Pembiayaan Salam

Pembiayaan salam dilakukan oleh bank syariah untuk pembiayaan pada

sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Untuk mempermudah

pemahaman pembiayaan salam, maka dibawah ini diberikan ilustrasi:

Misalnya, anton (petani) sedang membutuhkan dana untuk menanam padi.

Anton mengajukan pembiayaan pada bank syariah. Sebelum memberikan

pembiayaan kepada anton, bank syariah menawarkan padi kepada PT Bima

dengan harga Rp.6000,-/kg. Pt Bima setuju akan membeli 10 ton padi dengan

harga Rp.6000,-/kg, yang mana padi ini akan dikirim pada tanggal 01 september

2010. Pada tanggal 01 mei 2010, bank syariah membeli 10 ton padi dari anton

dengan harga Rp.5000,-/kg. Bank syariah melakukan pembayaran pada saat

akad salam yaitu pada tanggal 01 mei 2010, namun padinya akan dikirim oleh

anton pada tanggal 01 september 2010 sesuai akad.pembayaran oleh PT Bima

dilakukan pada tanggal 01 september 2010.

Dari contoh tersebut , maka keuntungan bank syariah atas transaksi salam

paralel ini adalah sebesar Rp.10.000.000,- dengan perhitungan sebagai berikut:

Harga beli dari Anton : 10.000 kg x Rp. 5.000,- = Rp. 50.000,-

Harga jual kepada PT Bima : 10.000 kg x Rp. 6.000,- = Rp. 60.000,-

Marjin keuntungan salam. = Rp. 10.000.000,-

Keuntungan sebesar Rp.10.000.000,- itu diperoleh bank syariah untuk jangka

waktu mulai dari 01 mei 2010 hingga 01 september 2010.13

12

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h.109

13

(9)

4. Keuntungan menggunakan skema salam

Skema transaksi salam tetap potensial dikembangkan di Indonesia seiring

dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor

pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan

kemampuan akses pendanaan petani, penggunaan skema salam relatif lebih

tepat dan lebih menguntungkan dibanding skema lainnya. Keuntungan

menggunakan skema salam antara lain:

a. Bagi petani

Skema salam dengan pembayaran dimuka akan sangat membantu petani

dalam membiayai kebutuhan petani dalam memproduksi barang

pertanian. Dengan demikian, petani memiliki kesempatan dan dorongan

yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat

menghasilkan produk pertanian yang lebih banyak sehingga disamping

untuk diserahkan kepada pembeli sebanyak yang sudah ditetukan, juga

dapat digunakan untuk diri sendiri atau untuk dijual pihak lain.

b. Bagi pemerintah

Penggunaan skema salam dengan ciri pembayaran dimuka akan

mempercepat pencapaian target-target pemerintah dalam mendorong

meningkatkan cadangan pengadaan produksi pertanian. Skema ini

dipandang dapat mengantisipasi keengganan petani menjual kepada

pedagang besar. Keuntungan lainnya bagi pemerintah adalah dengan

tercapainya cadangan pengadaan produk pertanian dengan dana yang

terjangkau, maka akan mempercepat peran pemerintah dalam ekspor

produk pertanian ke luar negeri yang belakangan ini mengalami kenaikan

harga.

c. Bagi pengusaha

Penggunaan skema salam bagi pengusaha berpotensi meningkatkan

efesiensi dan nilai penjualan pengusaha produk pertanian. pengusaha

yang dalam hal ini berperan sebagai penjual produk pertanian baik untuk

(10)

dari petani dengan harga yang relatif lebih rendah dibanding harga pasar

mengingat pembayaran yang dilakukan dimuka. Adanya harga pembelian

yang relatif lebih murah tersebut akan memberikan keuntungan bagi

pengusaha untuk memperoleh marjin yang menarik. Keuntungan lain bagi

pengusaha adalah adanya kepastian memperoleh barang yang

diinginkan, sehingga tidak perlu khawatir atas persaingan mendapatkan

barang pada saat panen dengan pengusaha lain.

d. Bagi bank syariah

Skema salam pada dasarnya sangat menguntungkan bagi bank syariah

mengingat pembeli sudah menyerahkan uangnya terlebih dahulu dimuka.

Dengan demikian, resiko kegagalan membayar utang tidak ada sama

sekali. Walau transaksi ini menimbulkan risiko baru, yaitu kegagalan

menyerahkan barang, dengan pengalaman dan jaringan petani yang

dimiliki bank resiko ini mestinya tidak sulit untuk diatasi oleh bank

syariah.14

14

(11)

B. PENUTUP

Transaksi ba’i salam merupakan transaksi yang biasanya dilakukan bukan oleh pedagang. Ada bentuk khusus dari ba’i salam yang digunakan oleh bank syariah sebagai intrumen pembiayaan, yaitu yang disebut paralel salam. Paralel

salam adalah back-to-back sales contract.

Salam paralel merupakan transaksi pembelian atas barang tertentu oleh

nasabah kepada LKS. Pembelian tidak secara langsung dengan melakukan

penyerahan barang, akan tetapi nasabah hanya memberikan spesifikasi barang

kemudian LKS memesan barang yang diminta nasabah kepada pihak ketiga atau

produsen.

Tujuan pembiayaan salam diutamakan untuk pembelian dan penjualan hasil

produksi pertanian, perkebunan, dan peternakan. Petani dan peternak pada

umumnya membutuhkan dana untuk modal awal dalam melaksanakan

aktivitasnya, sehingga bank syariah dapat memberikan dana pada saat akad.

Setelah hasil panen, maka nasabah akan membayar kembali. Dengan

melakukan transaksi salam, maka petani dan peternak dapat mengambil

manfaat tersebut. Keuntungan dalam jual beli salam bukan hanya diperoleh oleh

produsen namun diperoleh oleh beberapa pihak yang terlibat antara lain: Petani,

(12)

C. DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi.

Yogyakarta: Ekonisia, 2012

Remi Sjahdeini, Sutan. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek

Hukumnya. Jakarta: Kencana, 2014

Mustofa, Imam. Fiqih Muamalah Konteporer. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada,

2016

Veithzal Rifai & Andria Permata Veithzal. Islamic Finansial Management: Teori,

Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis,Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi,

dan Mahasiswa. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2008

Ismail.Perbankan Syariah.Jakarta: Kencana, 2013

Ghofur Anshori, Abdul. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah

Mada Universitu Press, 2009

Nurul Huda & Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Syariah: Tinjauan Teoritis

dan Prktis.Jakarta: Kencana, 2013

Muhammad. Sistem dan Prosedur Oprasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII

Press Yogyakarta, 2008

Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurrahim. Akuntansi Perbankan

Syariah.Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2014

Referensi

Dokumen terkait

2016 HARI KUNINGAN RAYA Setiap Pura yang yang ada di wilkum Polres Mataram Ibadah oleh umat Hindu sebagai rangkaian peringatan hari raya Kuningan. Curat, curas,

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya tetntang perbedaan kemampuan problem solving siswa yang ditinjau dari tempat tinggal, baik

Kriteria minimum dalam membangun kapal Tol Laut dibagi menjadi lima faktor utama yaitu pertama adalah fasilitas sarana penggalang, kedua adalah fasilitas

Berdasarkan Uji Chi-Square semua atribut, baik mutu produk maupun kualitas pelayanan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, mempengaruhi kepuasan pelanggan secara signifikan dengan nilai

Hubungan dari tingginya indeks massa tubuh (dalam kondisi overweight atau obesitas) dengan kejadian batu saluran kemih adalah dengan semakin tingginya nilai indeks massa tubuh maka

berpikir memunculkan pertanyaan-pertanyaan pada LKS berdasarkan hasil pengamatan pada objek secara langsung dan bahan bacaan dari materi. Tahap bertanya atau

Hal ini sejalan dengan penelitian Pradana (2012) yang menyatakan bahwa semakin banyak daging ikan patin yang ditambahkan dalam pembuatan bakso maka semakin tinggi pula

Semua program yang dibuat untuk akses file menggunakan metode akses file dari sistem operasi komputer untuk baca dan tulis data. Penyimpanan data pada DASD, disk magnetik