• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Teologi dan Komunikasi organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Teologi dan Komunikasi organisasi "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Eleksio Petrich Pattiasina 71 2011 043

Tugas Teologi dan Komunikasi

Refleksi Hubungan Antara Teologi dan Komunikasi

Refleksi saya mulai dari awal perkuliahan hingga minggu keenam ini, saya mendapatkan sangat banyak ilmu, terlebih khusus yang pada awalnya saya pahami bahwa komunikasi itu sifatnya sangat sempit tetapi ternyata komunikasi itu sangat luas cakupannya dan komunikasi dan Teologi saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebelum memasuki hubungan antara komunikasi dan teologi, sebelumnya perlu diketahui bahwa dasar dari segala ilmu adalah filsafat (berasal dari kata philosophia (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”). Sehingga Filsafat bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Oleh karena itu, dalam ilmu Teologi dan Komunikasi perlu diketahui landasan filosofis dari disiplin ilmu tersebut, sehinga hal tersebut dapat menjadi titik tolak dalam memahami hubungan diantara kedua ilmu tersebut. Teologi (berasal dari bahasa Yunani “Theos” yakni Tuhan dan “Logos” kata-kata) jadi, Teologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang Tuhan atau dapat dikatakan bahwa, Teologi adalah suatu usaha manusia dalam pencarian akan sesuatu yang transenden. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator (penghantar pesan) dan diterima oleh komunikan (penerima pesan), sehingga terjadi umpan balik dari komunikan (penerima pesan), bila proses itu terjadi maka komunikasi dua arah telah terjadi.

Landasan filosofis dimulai dari menyingkap hakikat komunikasi dari Aristoteles yang mengatakan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang khas bagi manusia, sehingga yang menandai komunikasi tersebut adalah bahasa. Jika dilihat lebih dalam mengenai komunikasi pada abad pertengahan, bahwa komunikasi di dalam negara kota saat itu menjadikan mitos sebagai sesuatu yang sakral, sehingga terjadi pembungkaman atas komunikasi tersebut, karena segala sesuatu telah mendapatkan penjelasannya. Dalam hal tersebutlah Teologi dijadikan sebagai ratu segala ilmu pengetahuan, komunikasi tidak berlangsung secara terbuka dan demokratis. Pada saat itu juga dominasi Teosentris dilawan oleh modernitas yang tampil sebagai pemberontak, sehingga dalam dominasi Teosentris tersebut seringkali terjadi perbedaan di dalamnya, karena filsafat modernitas mempunyai ciri subjektivitas, kritik dan kemajuan. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, Aristoteles memberi pemahaman bahwa jika komunikasi dijalin bersama masyarakat, hidup akan menjadi lebih bermartabat.

(2)

Bagi para filsuf, komunikasi adalah suatu penyataan diri manusia seutuhnya, sehingga tanpa komunikasi suatu komunitas akan hancur.

Dalam memahami Teologi, yakni pencarian manusia akan sesuatu yang transenden tersebut, sangat diperlukan komunikasi di dalamnya, karena dengan proses komunikasi tersebut manusia dapat menyatakan dirinya secara utuh dalam hal mencari sesuatu yang transenden atau biasa dikatakan “Tuhan”. Ada pandangan mengenai kaitan antara Teologi dan Komunikasi dari Robby I. Chandra, pandangan pertama jika dilihat hubungan antara Teologi dan Komunikasi sangat dekat dengan ‘bahasa’, karena tanpa bahasa kita tidak dapat berkomunikasi dan berteologia secara sistematis dan efektif. Pandangan kedua yang menyatakan bahwa komunikasi serta Teologi saling terkait dengan ‘relasi-relasi’, baik relasi dengan sesama maupun dengan Sang Pencipta. Sehinga dengan melihat pandangan tersebut, semakin jelas dipemikiran kita bahwa Teologi dan Komunikasi saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga proses ini berjalan dua arah, yakni proses proses penyusunan teologi tentang komunikasi sebagai proses komunikasi dan komunikasi perlu dikaji agar manusia lebih mengenal hakikat manusiawinya, sehingga dengan memahami komunikasi kita akan lebih mengenal diri kita.1 Ternyata jika ditelusuri lebih dalam lagi mengenai komunikasi, dapat dipahami bahwa komunikasi pengertiannya sangat luas, karena komunikasi itu terbagi atas dua landasan utama, baik komunikasi verbal maupun non verbal, sehingga dengan pengertian tersebut komunikasi merupakan suatu bidang ilmu yang sangat terkait di dalam kehidupan manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar kita telah melakukan suatu proses komunikasi tersebut. Setelah memahami makna kedua kata tersebut, dapat dimengerti bahwa Teologi dan Komunikasi sangat terkait satu dengan yang lainnya, pertama ketika Allah melakukan ‘penciptaan’ dengan dimulai dengan berkomunikasi terlebih dahulu Jadilah ini, Jadilah itu, dari pandangan ini dapat dikatakan bahwa ciptaan tidak akan terjadi bila Allah tidak berkomunikasi terlebih dahulu. Kemudian yang terpenting adalah bahwa Allah dan ciptaanNya terhubungkan karena Allah berkomunikasi, sehingga dengan komunikasi Allah menghubungkan diri dengan ciptaanNya.

Dalam kehidupan saat ini, semua hal pasti berubah. Tidak ada hal yang tetap dan sama di muka bumi ini, perubahan akan terus terjadi. Oleh karena itu dalam hal berteologi jika dihubungkan dengan komunikasi dapat ditarik suatu benang merah, yakni perubahan dalam cara pandang, hal ini sangat berkaitan dengan perubahan persepsi tentang hakikat manusia, juga dengan Sang Pencipta. Sehingga perubahan-perubahan ini mengakibatkan perubahan pada dimensi hidup yang lebih material sifatnya, seperti ekonomi, politik dan budaya secara

1 Robby I Chandra l, Teologi dan Komunikasi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996), hal. 20-21

(3)

umum.2 Sehingga perubahan yang terjadi tersebut mempengaruhi cara pandang manusia mengenai dirinya sendiri. Dengan adanya perubahan tersebut, manusia tidak hanya terperangkap dalam ranah berpikir yang monoton atau datar yang menjadikan manusia sebagai sosok yang pasif terhadap perubahan, tetapi manusia dapat menjadi berkembang dan terus menjadi sosok yang aktif dalam perubahan tersebut. Hal yang perlu dikritisi disini bahwa perubahan dalam komunikasi, maupun perubahan dalam pengertian yang lebih luas, mempunyai dua arah pencapaian yakni perubahan ke arah positif dan perubahan ke arah negatif, karena dengan pemahaman semacam itu, perubahan yang dirasakan dan dilakukan dapat memberi suatu cara berpikir yang baru dan cara pandang baru mengenai suatu permasalahan dan tantangan yang terjadi di dalam proses komunikasi dan proses berteologi.

Dalam perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan tersebut akan terkait langsung dengan kuasa-kuasa di dalam hidup manusia. Namun, pada dasarnya ada kuasa-kuasa yang bersifat memberikan manusia kesempatan dan kebebasan baru, namun sebaliknya ada kuasa yang justru menghasilkan ketergantungan, kungkungan dan tekanan baru bagi manusia. Dalam pengertian kuasa tersebut, terbagi menjadi dua aliran yang pertama, aliran dominatif yang dimana bersifat koersif atau paksaan, sehingga mendapatkan definisi bahwa kuasa sebagai kemampuan untuk memaksakan kemauan pada orang lain, sehingga aliran ini cenderung terjadinya konflik. Kedua, aliran liberatif, yakni suatu kuasa yang dapat memberi kebebasan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat, sehingga aliran ini jarang terjadi konflik. Sehingga jika dikritisi lebih dalam bahwa ada dua jenis kuasa, yakni kuasa redemptif dan kuasa yang totalitarian, pertama kuasa redemptif sama persis dengan aliran liberatif yang cenderung bertujuan positif, karena di dalam kuasa redemptif ini mempunyai suatu fungsi untuk membebaskan orang dari ketergantungan, keterikatan dan ketertutupan, juga dalam kuasa redemptif ini lebih tertuju untuk memberi manfaat yang positif bagi orang lain, dan membebaskan untuk sesuatu yang luhur, sehingga keutuhan terjadi. Kemudian kuasa totalitarian sama dengan aliran dominatif, karena jenis kuasa ini menutup kesempatan bagi kritik, tantangan atau kendali untuk berkembang, sehingga kuasa totalitarian ini tidak berjalan dua arah, tetapi hanya satu arah saja, sehingga pada akhirnya terjadi suatu proses lingkaran tertutup dari komunikasi tersebut.3

Di dalam kuasa tersebut ada suatu kuasa yang sangat mempengaruhi di era modernitas ini, yakni kuasa besar dari media massa. Dasar dari kuasa media massa, yakni pengetahuan tentang teknologi, sehingga orang yang menguasai teknlogi dapat memiliki ‘kuasa’ yang besar. Kemudian dari wibawa struktural, yakni di dalam suatu organisasi seseorang akan

2 Robby I Chandra l, Teologi dan Komunikasi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996), hal. 60 3 Robby I Chandra l, Teologi dan Komunikasi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996), hal. 69

(4)

dilihat dan dirasakan pengaruh ‘kuasanya’ di dalamnya. Kemudian Akses terhadap dana juga mempengaruhi ‘kuasa’ seseorang, karena dengan dana tersebut setiap orang dapat berkuasa di dalam proses tawar menawar yang tinggi dalam hal apapun. Kuasa juga terbentuk dari penerimaan orang banyak, karena dengan hal tersebut dapat dipastikan bahwa sosok yang berkuasa tersebut dilihat dari kepopulerannya. Dalam kuasa hal yang terpenting, yakni kharisma sehingga dengan hal tersebut pengaruh dan kuasanya sangat besar. Hal yang terpenting mengenai efek dari media massa ini, sebenarnya mempunyai dua pandangan yang berbeda, ada pandangan yang ke arah positif dan arah negatif, karena menurut saya efek dari media massa ini sangatlah tergantung dari cara pandang setiap orang yang berbeda-beda. Dampak positifnya bahwa di era yang modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat sehingga informasi yang tadinya jauh atau tidak dapat dijangkau, sekarang menjadi sangat dekat dengan kehidupan manusia, sebaliknya dampak negatif dari pengaruh media massa tersebut, yakni kehidupan ini menjadi seperti visualisasi belaka, manusia hanya melihat sesuatu yang tidak nyata, dan membayangkan keadaan tersebut benar-benar terjadi di kehidupan manusia, tanpa memperdulikan kehidupan orang lain yang berada di sekitar dia, hal ini menyebabkan proses sosialisasi semakin menurun. Oleh karena itu dibutuhkan sikap kritis dan terbuka dalam memandang media massa tersebut, sehingga terjalin suatu komunikasi yang baik di dalamnya.

Oleh karena itu, refleksi yang saya dapatkan seperti ini yakni, dalam memahami kuasa yang merupakan bagian di dalam kehidupan kita, kita dapat memilih untuk melayani dengan menggunakan kuasa redemptif yang membuat komunikasi menjadi wahana untuk proses belajar mengenali makna-makna yang baru, serta menjadi alat dalam penyampaian makna tersebut. Sebaliknya dalam kehidupan sekarang ini, terkadang timbul suatu godaan untuk menjadikan komunikasi yang totaliter. Untuk itu proses komunikasi sebagai alat yang menghubungkan manusia dan realita sangat berperan di sini. Melalui penyederhanaan, visualisasi belaka dan ilusi, manusia digiring ke dalam hidup yang fokus kepada kepentingannya sendiri.4 Sehingga dalam mengatasi hal tersebut, Teologi harus membuka diri untuk dialog dan partisipasi, termasuk untuk penilaian dan koreksi diri. Sehingga setiap konteks dalam komunikasi juga perlu dikaji secara Teologis dan dikembangkan secara praktis dan kritis agar dialog muncul berhadapan dengan rasa terancam. Sehingga, dalam memahami kaitan antara Teologi dan Komunikasi, sangat perlu unsur keterbukaan dan dialog di dalamnya sehingga proses berteologi dan berkomunikasi dapat terjalin dengan sistematis, dan berujung kepada sesuatu yang positif.

4 Robby I Chandra l, Teologi dan Komunikasi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996), hal. 84

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini hipotesis yang diharapkan dapat menunjukkan hubungan antara dua variabel yaitu Iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja di kalangan

Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan adalah dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan secara organisasional sehingga dipandang lebih luas dari persepsi karyawan

Walaupun semangat kerja lebih dominan pengaruhnya terhadap produktivitas alangkah baiknya jika suasana atau iklim komunikasi di dalam kepengurusan PNPM

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa responden laki-laki ternyata memiliki tingkat stres yang lebih tinggi jika dengan tingkat stres yang dimiliki perempuan

Dimana jika dilihat dari segi proses, dakwah tiada lain adalah komunikasi ajaran Islam, di mana da’i menyampaikan pesan ajaran Islam melalui lambang-lambang kepada mad’u,

dalam organisasi akan menentukan siapa yang dapat bicara dengan siapa; jika perbedaan status dan wewenang antara dua pihak cukup besar, komunikasi cenderung tidak akan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: Hubungan Profil Individu, Iklim Komunikasi Organisasi dan Perilaku Komunikasi Aparatur dengan Pelaksanaan Good Governance

YUDHA TRISATRIA UTAMA, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI KPP PRATAMA SURABAYA DI WASKON TIGA DAN EMPAT(Studi Deskr iptif Kuantitatif Iklim Komunikasi Organisasi Kantor