• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Mengenai Dosa Keselamatan dan Pert

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Paper Mengenai Dosa Keselamatan dan Pert"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

AKADEMI TEOLOGIA AMANAT PENUAIAN TERAKHIR

Paper Mengenai Dosa ,Keselamatan dan Pertobatan

PAPER INI DISERAHKAN KEPADA Pdt.JENUS JENIMAN,S.Th.

UNTUK MEMENUHI SYARAT MATA KULIAH DOGMATIKA 2

OLEH:

NUSYE MANUPUTTY NIM : 2013.03.0259

(2)

Pendahuluan

Gereja sangat identik dengan doktrin dan dogma-dogma yang ditetapkan dan dianut olehnya. Selain zaman sekarang yang sering dikatakan sebagai zaman yang mendekati “akhir zaman” gereja mau tidak mau juga identik dengan paham keselamatan yang dimengerti oleh gereja. Masalah akhir zaman, merupakan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan “masuk surga atau masuk neraka kah kelak kita ketika Allah datang kedua kali?”. Pembahasan tentang pernyataan ini sebenarnya bukan hanya dibahas pada masa-masa sekarang, namun telah ada sejak

kekristenan muncul. Dan pengertian tentang keselamatan yang “katanya” akan menuju surga itu, juga telah menyebabkan perpecahan gereja mula-mula yang disebut dengan masa reformasi.

Banyak teolog yang membahas tentang dosa dan keselamatan yang mengkaitkan dengan pertobatan. Dimana pertobatan sangat penting bagi keselamatan bahkan sangat mempengaruhi keselamatan manusia dari api neraka tempat terdapat tangisan dan kertak gigi (Mat 22:13 ; Mat 8:12 ; Mat 25:30 ; Luk 13:28). Sehingga konsep pertobatan itu sendiri bukan hanya dibahas namun dikritik dan diperdebatkan.

(3)

PEMBAHASAN

Soteriologi

Soteriologi adalah sebuah pengajaran tentang penyelamatan (bahasa Yunani: Sôteria yang berarti keselamatan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keselamatan berarti keadaaan yang

selamat; kesejahteraan, kebahagiaan. Soteriologi berhubungan dengan pengkhususan tentang teologi penciptaan yang berhubungan erat dengan ketritunggalan Allah. Dalam sejarah umat manusia, karya penyelamatan itu di lakukan oleh Allah Tritunggal dalam wujud Sabda dan Roh Kudus.

Pada pengkategorian Soteriologi sebagai pemikiran teologi, kata “selamat’ dalam

“penyelamatan” mengandung banyak arti. Diantaranya selamat bererti manusia yang tidak berdosa karena dosa yang telah dihapuskan, dan keadaan dimana manusia menyatu dengan Allah karena karya penyelamatan tersebut dan pengertian yang berbeda menurut teolog dan filsuf lainnya dalam pemikiran dan zaman yang berbeda.

Penyelamatan itu ada ketika pertobatan itu ada dan pertobatan ada ketika dosa itu juga ada. Dosa pada saat ini dianggap sebagai suatu pelanggaran pada tindakan, sikap atau dosa juga dianggap sebagai sesuatu yang alami yang melawan atau berlawanan dengan hukum atau perintah Tuhan .

Soteriologi Pra-reformasi

Pada masa pra-reformasi, tepatnya pada masa gereja mula-mula keselamatan dipandang bukan menjadi sesuatu yang telah dianugrahkan Sang Pencipta kepada umatnya. Keselamatan menjadi sebuah sistem didalam gereja yang dimana keselamatan itu didapat dari pertobatan yang telah dilakukan.

Pada abad permulaan, kepercayaan gereja terlihat jelas dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus. Kepercayaan mereka tersebut dapat dirincikan dalam lima bagian yaitu sebagai berikut,

(4)

b. Yesus disalibkan untuk menyelamatkan manusia

c. Allah hadir dalam Roh Kudus sebagai pengganti Yesus

d. Gereja adalah kumpulan orang Kristen setempat

e. Roh Kudus memimpi umat Kristen secara langsung

Dalam surat-surat dan kitab-kitab perjanjian lama juga banyak menuliskan tentang inti dosa yang dimana dosa berlawanan langsung dengan keselamatan ilahi. Dosa dianggap jauh lebih

mendalam dari sekedar pelanggaran hukum saja namun juga jauh dari pada gangguan dalam relasi antara umat manusia. Hal ini dikarenakan antara Allah dan manusia, dan manusia dengan sesama itu merupakan hal yang kait mengait. Maka, dosa menyangkut seluruh keselarasan yang berarti keselamatan manusia. Yang dimana berdosa pada dasarnya tidak menanggapi kasih Allah.

Selain itu banyak pihak yang pada masa pra-reformasi telah membicarakan tentang soteriologi. Augustinus salah satu orang yang memiliki arti penting dalam perkembangan soteriologi pada agama Kristen.

Sebelum masa Augustinus, banyak ajaran mengenai dosa, rahmat dan keselamatan. Namun pada masa sebelum Augustinus pernyataan yang mereka belum tegas. Sejak adanya Augustinus, pernyataan itu mulai dipertegas, hal-hal mengenai rahmat dan keselamatan yang pada masa sebelum Augustinus memiliki batas yang tidak jelas mulai diperjelas oleh Augustinus. Rahmat yang memiliki cakupan yang luas bersinonim dengan keselamatan kini mulai dipersempit cakupannya oleh Augustinus. Menurut Augustinus rahmat adalah daya kekuatan Allah dalam jiwa manusia supaya manusia dalam perseorangan. jadi Augustinus membuat suatu hubungan atau relasi antara Allah dan manusia dalam hal rahmat.

(5)

disebut dengan dosa asal. Karena dosa yang pernah dilakukan adam, manusia sudah masuk dalam lingkaran setan yang mengukungnya. Oleh sebab itu apapun usaha yang dilakukan manusia lewat tidakannya sehari-hari takkan membebaskannya dari belenggu setan itu, hanya mengukuhkan perbudakan manusia terhadap dosa.

Rahmat yang dimaksudkan oleh Augustinus-lah yang dapat melepaskan dan menyelamatkan manusia dari kuasa dan belenggu setan. Rahmat yang menyelamatkan semata-mata anugerah dari Allah yang di berikan secara cuma-cuma. Rasa cuma-cuma tersebut semata-mata karena cinta kasih Allah terhadap manusia.

Selain Augustinus ada juga Pelagius yang memiliki ajaran dan pengertian mengenai dosa dan rahmat. Namun dalam hal ini, Pelagius menjurus kepada hal individualisme. Pelagius tidak memperhatikan segi sosial dan historis pada dosa maupun rahmat tersebut. Dosa menurut Pelagius hanya bersifat tindakan saja, hanya tindakan salah. Berbeda dengan Augustinus yang mendefinisikan dosa dengan situasi dimana suatu kuasa yang menguasai manusia, Plagius menganggap dosa adalah tindakan jahat yang dapat dilakukan secara bebas.

Rahmat didefinisikan oleh Pelagius sebagai sesuatu yang diperlukan oleh manusia berdosa yang berupa bantuan yang diberikan Allah “bila perlu”. Bantuan yang dimaksudkan Pelagius terdiri dari 1) kodrat manusia yang memampukan kita untuk berbuat baik 2)hukum Musa mendidik kita dengan memberi untuk petunjuk hidup sesuai dengan panggilan kodrat, teladan dan ajaran Yesus Kristus itu sendiri 3) Pengampunan dosa karena pahala Kristus. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dosa asal sejak Adam jatuh kedalam dosa menurut Plagius tidak berpengaruh pada manusia karena manusia ditarik dari kehidupan dan diberikan contoh atau petunjuk hidup yang benar.

(6)

sendiri di dalamnya. hal itu yang membuat gereja secara langsung menolak Pelagianisme. Namun juga ada beberapa kelompok yang memiliki pendapat lain yang dimana kelompok ini mengambil jalan tengah dari Augustinus dan pelagianisme yang dimana mereka disebut

Semipelagianisme. Mereka menganggap bahwa orang yang jatuh ke dalam dosa itu seperti orang sakit. Orang sakit dapat saja di sembuhkan, namun setelah ia sembuh ia bebas bekerja dengan kekuatannya tanpa kehadiran. Dimana manusia yang lebih penting dari pada rahmat Allah. Walaupun merupakan jalan tengah namun tetap saja semipelagianisme di tolak oleh Kuasa Mengajar Gereja.

Selain kelompok-kelompok tertentu, terdapat juga Konsili yang merumuskan ajaran Gereja universal untuk melawan pelagianisme. Konsili Kertago diadakan pada tahun 418 yang dimana menghasilkan beberapa keputusan atau hasil yang mendefinisikan tentang dosa.1)Adam

diciptakan fana(mortalem) dan akan mati dengan atau tanpa melakukan dosa,2) dosa adam hanya melukai dia bukan manusia, 3) karena maut atau dosa tidak membuat manusia seluruhnya mati sehingga kebangkitan Kristus manusia juga tidak bangkit, 4) anak kecil yang baru lahir sama seperti Adam sebelum dosanya.

Salah satu ungkapan cara pandang abad pertama mengenai dosa dan keselamatan adalah

ungkapan Pengakuan Iman Athanasius yang di tulis di Prancis sekitar tahun 500. Pengakuan ini terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama mengenai ketritunggalan dan diri Kristus. setiap ayat dari pengakuan ini didahului dan diakhiri dengan ayat kutukan yang bertujuan menjelaska bahwa pentinglah untuk mengikuti ajaran ini apa bila ingin selamat. berbeda dengan Athanasius,

Abaelardus lebih melihat pada arti kematian Yesus itu sendiri dan dampaknya pada kita. Abaelardus melihat arti kematian Yesus karna kasihNya kepada kita, dan kita akan tergerak menjawabNya dengan kasih.

Selain pandangan-pandangan bapa-bapa gereja berserta filsuf-filsuf mengenai dosa dan keselamatan, gejala-gejala buruk yang terjadi pada masa Gereja Katolik Roma juga

(7)

terbalik keadaannya dengan imam-imam atasan yang hidupnya berlebihan karna berhasil

menumpuk kekayaan. Dan gejala yang sangat buruk adalah ketika ada konsiliarisme yang berarti bahwa adanya pengajaran konsili umum merupakan kekuasaan tertinggi.

Pada saat pemerintahan gereja di tangan Paus Leo X, Ia beserta tokoh gereja lainnya ingin membangun gereja yang sangat besar dan dapat dikatakan gedung gereja raksasa dalam rangka mengagungkan nama Gereja Katolik Roma. Dalam melaksanakan cita-citanya Paus Leo X memaklumkan suatu penghapusan dosa bagi orang yang akan memberikan sumbangan, sedangkan di Jerman Johan Tetzel diperdagangkan. Ajaran resmi yang dimiliki Johan Tetzel adalah bahwa surat penghapusan siksa ini hanya berlaku bagi orang-orang yang telah menyesali dosanya dan dosa-dosa itu telah diampuni dengan sakramen pengakuan dosa. Demi

meningkatkan lagi penjualan surat-surat penghapusan siksa Johan Tetzel menyatakan bahwa surat-surat itu untuk penghapusan dosa dan mendamaikan manusia dengan Allah. Sehingga pada saat itu orang berpendapat keselamatan dapat diperoleh dengan uang dan dapat diperoleh diluar penyesalan yang tulus dari hati juga diluar dari sakramen-sakramen.

Ada tiga aspek yang dapat dibahas mengenai pandangan gereja mula-mula

1. Pengampunan dosa awal lewat pembaptisan

Dalam masa kekristenan mula-mula, sakramen merupakan cara untuk meyalurkan anugerah Allah selama hidupnya. Pada masa pra-reformasi terdapat sakramen dengan dosa dan keselamatan yaitu baptisan. Baptisan adalah sakramen yang menghapus dosa turunan dan diperlukan mutlak untuk keselamatan. Dosa turunan yang dimaksud adalah dosa yang dibawa manusia dari awal penciptaan(diturunkan oleh Adam) hingga sakramen pembabtisan.

Kepercayaan bapa-bapa gereja mengenai kehidupan orang Kristen saat itu adalah seseorang jemaat Kristen akan memulai hidupnya yang baru ketika ia dalam keadaan yang benar-benar baru yaitu dengan baptisan.

(8)

Dengan alasan tersebut baptisan yang dengan tujuan menghapus dosa tersebut harus dilakukan terus menerus.

Dengan konsep gereja yang menganggap babtisan sebagai penghapusan dosa manusia, gereja bahkan menetapkan batas antara apa yang boleh dan tidak dapat dibiarkan. Maka manusia tidak boleh lagi jatuh kedalam dosa yang berat agar manusia tidak kehilangan rahmat yang telah didapatnya dari baptisan tersebut. Dosa-dosa yang ringan, yaitu pelanggaran yang dianggap kecil sehingga dapat diampuni dengan doa, puasa dan derma. sedangkan dosa yang besar tidak dapat di toleransi, melainkan disingkirkan dari gereja.

2. Pengampunan dosa oleh pertobatan dan penebusan dosa

Baptisan yang digunakan untuk penghapusan dosa merupakan konsep yang tidak terlalu efektif, karena ternyata tidak menghapus dosa secara utuh. Hal ini yang membuat banyak jemaat tidak melakukan pembaptisan pada masa mudanya, namun melakukan pembaptisan sampai mereka tua bahkan hampir mati. Hal ini diyakini jemaat sebagai cara yang efektif untuk pengampunan dosa secara total karena penghapusan dari dosa awal hingga dosa ketika hampir mati.

Cara berpikir jemaat yang kritis dan memakai trik sedemikian rupa dalam penghapusan dosa, tidak membuat gereja khususnya para bapa-bapa gereja berhenti berpikir. Bapa-bapa gereja tetap menganjurkan pertobatan atau penebusan dosa sebagai obat setelah dosa telah di babtis. dalam hal pertobatan dan penebusan dosa, bapa gereja memiliki pandangan bahwa seseorang dapat bertobat dan diampuni berkali-kali. Namun hal ini diartikan bahwa gereja mengizinkan jemaatnya untuk berbuat dosa.

3. Pertobatan yang diartikan sebagai penyesalan dan pengakuan sebagai tindakan penebusan.

(9)

Soteriologi Reformasi

Pada masa-masa selanjutnya teologi rahmat seperti yang diungkapkan Augustinus berkembang sesuai dengan zamannya dan dengan ciri khasnya masing-masing.

Melihat pandangan gereja tentang doa dan keselamatan, juga melihat keputusan-keputusan tentang pengampunan itu sendiri banyak pihak yang melihat dosa dan keselamatan secara kritis. Pihak-pihak tersebut merupakan kaum reformer yang merasa bahwa anggapan dan tindakan gereja pra-reformasi mengenai dosa dan keselamatan adalah salah membuat mereka mencari cara untuk keluar dari sistem gereja pra-reformasi dan menentang ajaran yang mereka anggap salah tersebut.

Dosa Asal

Pemikiran-pemikiran kritis ini ternyata bukan diawali oleh para reformator, namun pengertian tentang dosa yang sering diperdebatkan telah terjawab melalui Konsili Trente yang dilakukan pada tahun 1545 sampai dengan tahun 1563. Konsili ini tidak hanya membahas mengenai dosa dan rahmat, namun juga ajaran tentang Kitab Suci dan Tradisi serta ajaran mengenai sakramen yang ditetapkan oleh konsili ini secara universal.

(10)

pertama yaitu dengan memakai baptisan. Efek baptisan itu sendiri adalah memnghapuskan dosa-dosa hingga tidak ada yang tertinggal namun kokupisensi masih akan tetap ada.

Calvin dan sedikit Luther mengajarkan bahwa semua dosa seseorang, baik pra and pasca-baptisan, telah diampuni saat seseorang menjadi Kristen. Pengajaran seperti itu dengan jelas menandai perpecahan dari Roma. Bagaimana dengan pengakuan dosa pada pendeta dan melakukan tindakan penebusan dosa? Secara logis, itu akan dihilangkan dalam gereja yang mengadopsi pemikiran reformasi tentang pengampunan dosa.

Calvin yang menolak pemikiran bahwa seseorang harus melakukan tindakan penebusan dosa untuk menebus dosa setelah baptisan agar keselamatannya tetap ada. Dia mengajarkan bahwa kematian Kristus, sekali didapat, menebus seluruh dosa yang sudah dan akan dilakukan. Dalam buku Institutio yang ditulis oleh Calvin, ia menuliskan protes besar terhadap pemahaman dahulu mengenai dosa dan pertobatan. Ia mengatakan bahwa hanya dengan kekuatan Allah saja

kemauan manusia bisa bertobat.

Luther dengan misi pribadi dan dengan jiwa yang dengan emosi dan pemarah, namun dalam kemarahannya ia menganggap bahwa itu berguna. Hal yang berguna itu misalnya dalam hal reformasinya dan pertentangannya . Dalam terang pengertian tentang pertobatan, ia berpendapat bahwa walau tindakan penebusan dosa itu sendiri tidak diperlukan, seseorang yang mengabaikan imannya dalam Kristus dan jatuh dalam dosa akan binasa kecuali dia kembali kepada Kristus untuk memperbaharui iman. Luther secara formal menolak tindakan penebusan dosa. Dia merasa hal itu “menyiksa batin sampai mati. Bagaimanapun, secara praktek dia tetap memegang

pentingnya hal seperti itu. Untuk diselamatkan dalam penghakiman, menurut Luther, seseorang harus berusaha dalam iman, baik secara moral dan doktrin. Luther marah dengan sistem yang dibuat oleh Katolik Roma dengan sistem pengapusan dosa yang dimiliki oleh gereja tanpa berdamai dengan Allah dengan katalain pertobatan. Dengan berdasarkan 1 Yohane 5 : 15 martin luther dan pengikutnya marah agar mereka melakukan apa yang di perintahkan Tuhan.

Pendapat dan ajaran Luther tentang tentang dosa dan pertobatan, terlihat dalam beberapa dalil yang ia keluarkan, yaitu :

(11)

2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan (dosa), yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.

3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging.

4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu, sampai kita masuk ke dalam kerajaan surga.

5. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam, wakilnya.

6. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.

Dalam hal pertobatan, gereja pada pra-reformasi menganggap bahwa pertobatan yang sebagai penyesalan dan pengakuan sebagai tindakan penebusan. Berbeda dengan definisi gereja akan pertobatan(metanoia) yang meliputi penyesalan, pengakuan dan tindakan penebusan dosa, Calvin dan Luther menyimpulkan bahwa itu membantu suatu "perubahan pikiran." “Perubahan pikiran” adalah penyadaran bahwa manusia melakukan kesalahan dan jatuh kedalam dosa yang membuat ia sadar bahwa ia perlu pengampunan yang membuat imannnya berbalik kepada Tuhan sehinga mendapat pengampunan dari Allah itu sendiri. Dari hal ini terlihat bahwa Calvin dan Luther melihat bahwa pertobatan dan pengampunan merupakan sesuatu yang penting.

(12)

Dalam kehidupan berorganisasi digereja, kita dapat melihat bahwa setiap gereja memiliki struktur organisasi sendiri dan setiap gereja berbeda. Sama seperti gereja pada abad awal yang juga memiliki struktur yang sangat ketat, khususnya tentang dosa dan keselamatan dan cara pertobatannya. Menurut saya(sebagai refleksi teologis pertama) struktural atau aturan aturan yang dibentuk oleh gereja membuat arti dari dosa, keselamatan dan pertobatan yang sebenarnya tersebut hilang. Doktrin-doktrin dan dogma-dogma membuat jemaat kristen menjadi tidak dapat merenungkan dan mengerti arti dosa, keselamatan dan perobatan dengan akal budi dan hati yang telah diciptakan pada awal penciptaan.

Hal diatas dapat dibuktikan dari kepatuhan jemaat zaman dahulu terhadap aturan yang dibuat gereja. Mulai dari arti dosa hingga pertobatan yang dianggap mudah dan disetarakan dengan barang yang dapat dibeli misalnya indulgesia, baptisan yang berkali-kali yang dilakukan untuk penghapusan dosa dan memperoleh keselamatan.

Hal ini juga sebenarnya berlaku pada zaman reformasi yang membuat semakin banyak orang yang berpikiran kritis dan gereja pun semakin terpecah. Perpecahan tersebut karena orang-orang yang didalamnya merasa terlalu terikat dengan dogma dan doktrin yang mereka miliki.

Hal kedua yang saya refleksikan ialah mengenai paham gereja, yang dihasilkan dari reformasi pada abad ke 16. Dari abad permulaan hingga reformasi, banyak orang-orang yang berpendapat tentang dosa, keselamatan dan pertobatan, namun semua pendapat tersebut memilik kekurangan dan mendapat kritik dari berbagai pihak. Hal ini mendakan bahwa tidak ada pendapat dan pemahaman yang sempurna mengenai dosa, keselamatan dan pertobatan itu.

Misalnya pemahaman yang dimiliki Calvin dan Luther tentang dosa, keselamatan dan

pertobatan. Seharusnya sebagai jemaat kristen kita harus menyadari bahwa para reformator kita tersebut hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Begitu pula dengan ajarannya yang so pasti tidak sempurna walau pun ajaran mereka terpusat pada Alkitab yang menjadi dasar

(13)

dan bagaimana konsep Tuhan sendiri tentang dosa, keselamatan dan pertobatan dan apa mau Tuhan yang sebenarnya.

Sebagai jemaat yang menganut paham Calvinis, saya harus berfikiran kritis dan tidak fanatis terhadap paham dan ajaran yang dianut gereja saya. Dan dengan memakai dan mempraktekkan kata-kata bahwa sebenarnya reformasi adalah perubahan terus menerus, saya akan juga terus berprotes dan bersikap kritis yang akan memberi pemahaman tersendiri tentang apa itu sebenarnya arti dosa, keselamatan, dan pertobatan yang sesungguhnya.

Daftar Pustaka

Berkhof, H dan I.H. Enklaar. 2009. Sejarah Gereja. Jakarta : BPK Gunung Mulia

Calvin, Yohanes. 2008. Institutio: Pengajaran Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Dister, Nico Syukur. 2004. Teologi Sistematika 2: Ekonomi Keselamatan. Jogjakarta: Kanisius

Edwards, Mark U. 1983. Luther’s Last Battels : Polotics and Polemics. 1531-46. United States : Leiden E.J. Brill

Gronoen, C. 2000. Soteriologi Aliktabiah: Keselamatan Yang Diberitakan Alkitab. Jogjakarta:Kanisius

Heath, W. Stanley.2005. Pelurusan Teologi Akhir Zaman. Bandung: Yayasan Kalam Hidup

Lane, Tony. 2009. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta. BPK Gunung Mulia

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa, pada rangkaian ZCS konverter flyback semakin tinggi nilai duty cycle yang digunakan maka nilai tegangan keluaran yang dihasilkan

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan penyusunan skripsi yang berjudul

The third-generation cellular systems (Mandyam & Lai, 2002) aim to provide a wide range of Inter- net protocol (IP) based services, along with voice and data services, using

Oleh karena itu, dengan dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015 berdampak juga terhadap harta bersama, sebelum dikeluarkannya Putusan ini

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah LQ di mana Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dengan tujuan untuk

---Pada waktu dan tempat sebagai tersebut diatas, pada awalnya terdakwa bersama dengan saksi FEBRIANSYAH ALIAS APET, saksi BASTIAR ALIAS TIAR (dilakukan penuntutan

Kontak kulit: segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Tutupi kulit yang teriritasi dengan

Sampah organik kota yang dihidrolisis dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan bakteri Clostridium acetobutylicum akan diperoleh biobutanol dengan hasil samping aseton dan etanol