• Tidak ada hasil yang ditemukan

145 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 RA’AS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "145 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 RA’AS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

145 RA’AS

Syaiful Rijal Alinata

Guru SMP Negeri 2 Ra’as, e-mail: syaifulrijalalinata@gmail.com

Abstrak : Berdasarkan observasi terhadap siswa kelas VIII SMPN 2 Ra’as diperoleh gambaran bahwa kelas ini merupakan kelas yang pasif. Indikatornya adalah kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran. Siswa cenderung diam , keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyan juga kurang. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan aktivitas yang berarti. Kondisi seperti ini jelas berakibat pada prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS. Terbukti dari rata-rata nilai ulangan harian, hanya 13 dari 24 siswa atau 54,17 % yang dinyatakan mencapai KKM. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan hasil belajar IPS melalui penggunaan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as tahun pelajaran 2015 / 2016. Pengambilan data untuk aktivitas siswa dilakukan dengan cara pengamatan,dan untuk hasil belajar dilakukan dengan mengambil data dari hasil nilai ulangan harian. Analisis data dilakukan dengan tehnik analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan: Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS materi Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya NKRI dengan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw terjadi peningkatan 12,5%, yaitu dari 79,17 % ( tuntas secara klasikal) pada siklus I menjadi 91,67 % (tuntas secara klasikal) pada siklus II.

Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Teknik Jigsaw.

Abstract: Based on the observations of the students of class VIII SMPN 2 Ra'as a picture that this class is a class that is passive. The indicator is the lack of participation of students in participating subjects. Students tend to be quiet, the courage to ask and answer the question too less. So that the process of learning seem less showed significant activity. Such conditions clearly resulted in student achievement in social studies. Evident from the average value of daily tests, only 13 out of 24 students or 54.17% stated achieve KKM. The purpose of this study was to find out the increase learning outcomes through the use of IPS jigsaw cooperative learning techniques in class VIII SMP Negeri 2 Ra'as the academic year 2015 / 2016. Data collection for student activities conducted by observation, and to the results of study conducted by retrieving data of the results of daily tests. Data was analyzed using qualitative descriptive analysis techniques. Based on the results of data analysis can be concluded: The results of students in the learning process material IPS Events Around Proclamation and process of formation of the Homeland with cooperative learning methods Jigsaw model increased 12.5%, from 79.17% (complete classical) in cycle I became 91.67% (complete classical) in the second cycle.

Keywords:Improved Results Learning, Cooperative Learning, Jigsaw Technique.

PENDAHULUAN

(2)

146

karena dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda. Salah satunya adalah siswa kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016.

Berdasarkan pengamatan pada awal semester, terlihat dalam proses belajar mengajar untuk siswa kelas VIII dengan menggunakan metode mengajar konvensional (ceramah, tanya jawab, latihan dan tugas) siswa menjadi bosan. Siswa kurang berpartisipasi dalam mengikuti mata pelajaran ini. Siswa cenderung pasif, keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan aktivitas yang berarti. Artinya guru terlihat aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan siswanya pasif. Kondisi seperti ini jelas berakibat pada prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa rata-rata nilai ulangan harian, yang hanya 13 dari 24 siswa atau 54,17 % yang dinyatakan mencapai KKM untuk mata pelajaran IPS yaitu nilai 70 dengan rata-rata perolehan nilai 65.

Untuk itu diperlukan sebuah strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Dalam hal ini peneliti akan melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan melakukan perubahan strategi belajar mengajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as dengan menggunakan teknik Jigsaw khususnya pada materi Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya NKRI. Metode ini paling sesuai untuk mata pelajaran ilmu sosial, kepustakaan, sebagian dari ilmu pengetahuan alam, dan bidang keilmuan lain yang tujuan pembelajarannya lebih pada penguasaan konsep dari pada penguasaan keterampilan (Slavin, 2009).

Penggunaan pembelajaran kooperatif tehnik jigsaw diyakini dapat mengatasi masalah di atas, karena (1) Dapat membangkitkan motivasi siswa, (2) Dapat menimbulkan respon untuk bertanya dan memberi pendapat, dan (3) Siswa dapat berlatih menghargai pendapat orang lain. Beberapa manfaat pembelajaran kooperatif termasuk teknik jigsaw yaitu : (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap Sejarah, (4) memperbaiki kehadiran, (5) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, (6) perilaku mengganggu lebih kecil, (7) konflik antar pribadi berkurang, dan (8) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi (Ibrahim, 2000).

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif teknik jigsaw mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as tahun pelajaran 2015 / 2016, (2) Bagaimana penggunaan metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as tahun pelajaran 2015 / 2016.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan hasil belajar IPS melalui penggunaan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as tahun pelajaran 2015 / 2016.

(3)

Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Pebruari pada semester II (Genap) tahun Pelajaran 2015 / 2016 di SMP Negeri 2 Ra’as yang beralamat di Jl. Raya Jungkat Kecamatan Ra’as. Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as dengan jumlah 24 siswa. Laki-laki 17 siswa dan perempuan 7 siswa.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu metode penelitian yang berorientasi menyelesaikan permasalahan dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang telah dilakukan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaannya PTK memiliki keterbatasan, yaitu validitasnya (kesahihan PTK), dimana metodologi yang digunakan agak longgar (sifat informal), kaidah-kaidah penelitian kurang dapat dijaga (terutama dalam pengumpulan data), yang memungkinkan dimanipulasi oleh guru. Selain itu hasil dari PTK tidak dapat digeneralisasi karena terkait dengan siswa dalam kelas tertentu. Artinya solusi terhadap permasalahan yang diberikan hanya berlaku dalam kelas tersebut (Madeamin, 2012).

Dalam penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Sukidin, 2008).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Lembar observasi aktivitas guru, Lembar observasi aktivitas siswa, Lembar Kegiatan, dan Lembar Tes. Analisis data dilakukan dengan tehnik analisis deskriptif kualitatif yang meliputi: (a) Reduksi data meliputi pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan semua data yang diperoleh mulai dari awal pengumpulan hingga penyusunan laporan penelitian, (b) Penyajian data meliputi pengumpulan informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi dan penyusunan secara sistematis untuk memberikan gambaran yang mendukung dalam menarik kesimpulan, (c) Penarikan kesimpulan meliputi pemberian makna, dan penyajian kebenaran dan gambaran data yang telah tersusun secara sistematis (Junaidi, 2006).

Adapun Indikator Keberhasilan dari penelitian ini adalah: (a) Keaktifan guru; Guru bisa dikatakan sudah melakukan perbaikan cara mengajar jika dari hasil pengamatan aktivitas guru diperoleh skor dengan kategori sangat baik yaitu minimal > 75 %; (b) Keaktifan belajar siswa; Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah jika minimal 75% dari seluruh siswa aktif atau ada pada kategori baik. Siswa dikatakan aktif jika persentase keaktifan siswa > 75 % (kategori Sangat Baik); (c) Hasil belajar; Hasil belajar dapat dikatakan berhasil jika rata hasil belajar siswa lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar siswa pada tes sebelumnya dan minimal 81% siswanya mencapai nilai KKM (minimal 70).

(4)

148

Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 1, LK 1, soal tes 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar pengolahan nilai tes metode pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 11,15,16 Januari 2016 di kelas VIII dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan. Yaitu sesuai dengan langkah – langkah yang sesuai dengan pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ) model Jigsaw.

Langkah – langkah pembelajarannya sebagai berikut : ( 1 ) Kelompok Awal ( home group ).

 Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang.

 Guru membagikan LK kepada masing-masing kelompok yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang harus dicari jawabannya. Jumlah permasalahan sesuai dengan jumlah anggota kelompok yaitu 4 permasalahan.  Ketua kelompok membagi permasalahan tersebut kepada masing – masing

siswa dalam satu kelompok, sehingga setiap siswa memperoleh soal yang berbeda.

 Siswa kemudian mencari jawaban terhadap soal yang diberikan guru. ( 2 ) Kelompok Ahli (Expert Group)

 Setelah seluruh siswa memperoleh jawaban terhadap soal yang diterimanya, guru mengelompokkan mereka yang mempunyai soal sama menjadi satu kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli.

 Dalam kelompok ahli mereka harus membahas jawaban dari masing – masing anggota sehingga diperoleh jawaban final yang nanti disampaikan pada anggota yang lain pada kelompok awal.

 Setelah diperoleh jawaban final, mereka kembali pada kelompok awal, dan masing – masing siswa secara bergilir menyampaikan hasilnya pada rekannya yang lain.

 Akhirnya secara keseluruhan masing – masing kelompok melaporkan hasilnya pada guru.

 Pada akhir pembelajaran guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban siswa terutama terhadap jawaban yang kurang sempurna. Untuk memperdalam materi juga dilakukan proses tanya jawab antara siswa dengan guru.

 Di akhir pembelajaran guru memberikan lembar tes kepada semua siswa untuk mengetahui tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibahas. Nilai dari hasil tes ini merupakan nilai individu. Tetapi nilai dari masing-masing individu tersebut nantinya akan di rekapitulasi menjadi nilai kelompok guna menentukan kelompok mana yang terbaik. Hal ini dimaksudkan agar seluruh anggota kelompok merasa bertanggung jawab dan berkepentingan akan tingkat penguasaan materi dari teman sesama kelompoknya.

(5)

Tabel 4.1 Aktifitas Guru Pada Siklus I

KEGIATAN SKOR % KATEGORI

Persiapan 20 100 Sangat Baik

Pendahuluan 11 73,33 Baik

Kegiatan Inti 48 87,27 Sangat Baik

Penutup 10 100 Sangat Baik

Dari tabel di atas diketahui bahwa aktivitas guru tersebut sudah sangat baik kecuali untuk kegiatan pendahuluan yang masih pada kategori baik.

Aktifitas siswa selama proses pembelajaran menjadi pengamatan selanjutnya baik oleh guru sebagai peneliti maupun oleh kolaborator. Dari lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh hasil sebagai beikut:

Tabel 4.2 Aktifitas Siswa Pada Siklus I

Siswa No. Skor % Kategori

1 8 53,33 Baik

2 9 60 Baik

3 12 80 Sangat Baik

4 9 60 Baik

5 7 46,67 Cukup

6 12 80 Sangat Baik

7 12 80 Sangat Baik

8 9 60 Baik

9 9 60 Baik

10 12 80 Sangat Baik

11 12 80 Sangat Baik

12 15 100 Sangat Baik

13 7 46,67 Cukup

14 9 60 Baik

15 14 93,33 Sangat Baik

16 12 80 Sangat Baik

17 15 100 Sangat Baik

18 14 93,33 Sangat Baik

19 15 100 Sangat Baik

20 13 86,67 Sangat Baik

21 10 66,67 Baik

22 8 53,33 Baik

23 11 73,33 Baik

24 15 100 Sangat Baik

Rata-Rata 74,72

(6)

150

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes tulis I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Nilai Tes Pada Siklus I Siswa

No.

Skor Nilai Keterangan

T TT

1 40 50 √

2 60 75 √

3 60 75 √

4 60 75 √

5 40 50 √

6 60 75 √

7 60 75 √

8 60 75 √

9 50 62,5 √

10 60 75 √

11 60 75 √

12 70 87,5 √

13 50 62,5 √

14 60 75 √

15 70 87,5 √

16 60 75 √

17 70 87,5 √

18 60 75 √

19 70 87,5 √

20 70 87,5 √

21 70 87,5 √

22 50 62,5 √

23 60 75 √

24 70 87,5 √

Jumlah 1.800 19 5

Rata-rata 75

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I

Uraian Hasil Siklus I

Nilai rata-rata tes

Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Klasikal

(7)

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 79,17 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 81%.

Untuk mengetahui kelompok yang memperoleh nilai terbaik, maka dilakukan rekapitulasi nilai perkelompok sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Grafik 4.1. Rekapitulasi Nilai Per Kelompok Siklus I

Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa hanya satu kelompok, yaitu kelompok V, yang memiliki kategori Sangat Baik.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Siklus I, refleksi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu. (3) Adanya siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. (4) Kerjasama kelompok yang masih belum maksimal.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya yaitu: (1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. (2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. (3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. (4) Guru harus menekankan pentingnya kerjasama pada setiap kelompok.

Siklus II

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 18, 22, 23 Januari 2016 di kelas VIII dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Untuk aktivitas guru pengamatan tetap dilakukan oleh guru lain sebagai kolaborator. Pada siklus II ini hasil pengamatan untuk aktivitas guru adalah sebagai berikut:

(8)

152

KEGIATAN SKOR % KATEGORI

Persiapan 20 100 Sangat Baik

Pendahuluan 13 86,67 Sangat Baik Kegiatan Inti 48 87,27 Sangat Baik

Penutup 10 100 Sangat Baik

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa aktivitas guru tersebut pada setiap indikator sudah pada kategori sangat baik.

Aktifitas siswa selama proses pembelajaran menjadi pengamatan selanjutnya baik oleh guru sebagai peneliti maupun oleh kolaborator. Dari lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh hasil sebagai beikut:

Tabel 4.6 Aktifitas Siswa Pada Siklus II Siswa

No.

Skor % Kategori

1 11 73 Baik

2 11 73 Baik

3 14 93 Sangat Baik

4 13 87 Sangat Baik

5 10 67 Baik

6 14 93 Sangat Baik

7 14 93 Sangat Baik

8 11 73 Baik

9 11 73 Baik

10 14 93 Sangat Baik

11 14 93 Sangat Baik

12 15 100 Sangat Baik

13 10 67 Baik

14 11 73 Baik

15 15 100 Sangat Baik

16 14 93 Sangat Baik

17 15 100 Sangat Baik

18 15 100 Sangat Baik

19 15 100 Sangat Baik

20 14 93 Sangat Baik

21 12 80 Sangat Baik

22 11 73 Baik

23 13 87 Sangat Baik

24 15 100 Sangat Baik

Rata-Rata 86,67

(9)

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi lembar tes II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah lembar tes II. Adapun data hasil tes pada siklus II adalah sebagai berikut:

Table 4.7. Nilai Tes Pada Siklus II Siswa

No.

Skor Nilai Keterangan

T TT

1 60 75 √

2 60 75 √

3 70 87,5 √

4 70 87,5 √

5 50 62,5 √

6 70 87,5 √

7 70 87,5 √

8 70 87,5 √

9 50 62,5 √

10 70 87,5 √

11 70 87,5 √

12 80 100 √

13 60 75 √

14 60 75 √

15 70 87,5 √

16 70 87,5 √

17 80 100 √

18 80 100 √

19 80 100 √

20 70 87,5 √

21 70 87,5 √

22 60 75 √

23 70 87,5 √

24 80 100 √

Jumlah 2.020 22 2

Rata-rata 84,17

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II

Uraian Hasil Siklus II

Nilai rata-rata tes

Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Klasikal

84,17 22 91,67 Tuntas

(10)

154

adanya peningkatan kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi belajar dan juga kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Dan untuk mengetahui kelompok yang memperoleh nilai terbaik, maka dilakukan rekapitulasi nilai perkelompok sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Grafik 4.2. Rekapitulasi Nilai Per Kelompok Siklus II

Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa ada lima kelompok, yaitu kelompok I,III,IV,V,VI, yang memiliki kategori Sangat Baik. Sedangkan hanya satu kelompok yang berkategori Baik. Hal ini berarti kerjasama antar anggota kelompok sudah berlangsung sangat baik.

Dari data-data yang telah diperoleh sebagi refleksi dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. (4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

Pembahasan Aktifitas Guru

Untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya mulai persiapan atau perencanaan, aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LK/menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk semua aktivitas di atas berada pada kategori sangat baik. Aktifitas Siswa

(11)

Grafik 4.3. Aktivitas Siswa Per Siklus

Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model Jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Terbukti siswa yang tuntas belajar di kelas meningkat dari 79,17 % (tuntas secara klasikal) pada siklus I menjadi 91,67 % (tuntas secara klasikal) pada siklus II. Ini berarti mengalami peningkatan sebesar 12,5 %. Seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Grafik 4.4. Ketuntasan Belajar Siswa

Dengan tercapainya seluruh indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini pada siklus II maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. Dan dengan demikian pembelajaran kooperatif teknik jigsaw berhasil meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi hasil belajar siswa.

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis rumuskan beberapa kesimpulan, yaitu : (1) Pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini menunjukkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh strategi belajar yang diberikan guru. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dalam aktivitas belajar siswa. (2) Pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi hasil belajar materi Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya NKRI pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as Tahun Pelajaran 2015/2016.

(12)

156

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, d. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Bandung: UNISA.

Junaidi, A. M. (2006). Strategi Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Gotong Royong. Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur.

Madeamin, I. (2012, Nopember 4). http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/manfaat-keterbatasan-dan-persyaratan-ptk.html. Dipetik September 4, 2016, dari Ishaq Madeamin Blog: http://www.ishaqmadeamin.com

Rejeki, N. E. (2009). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 2 Toroh Grobogan. Media Penelitian Pendidikan .

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

(13)

133 Rina Ningsih

Guru SMP Negeri 2 Ngoro Mojokerto; e-mail:

Abstrak; Pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu pemahaman keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang berhasil dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Hal ini berarti kesempatan belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusan saat mengajar. Makin banyak siswa yang terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.

Kata kunci : Model Pembelajaran, tipe Jigsaw Learning dan hasil belajar.

Abstract; Instructor or teacher constitute one of determine factor in understanding to receave succesfull education. Aspecially in the curriculum and increasing SDM that success from trial education. It alwaysrecource to factor the teacher it shows that is famous as actor the teacher in education would. It is also efort studying the student.The teacher was demanded to many effort until be able to create the condition effective studying teaching.In under to teach effective the teacher have to increase aclasion study to the student, and to increase quality teach. The aclasion study student is able to increased the way wraparound the student as active in studying. It means the aclasion to study is very higher and optimal the teacher should seriously while teach the student. Heigher imposible achievement study to created while in creass quality to teach so the teacher able to plan teaching program and able to do in the interaction study teaching.

Key words: Learning model, type Jigsaw Learning, and achievement.

PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran IPS tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas IPS dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.

(14)

134

Negeri 2 Ngoro kabupaten Mojokerto tahun pelajaran 2016/2017, ditemui beberapa fakta antara lain siswa kurang adanya motivasi belajar terutama berkaitan dengan materi pengembangan konsep IPS.

Kondisi ini terjadi bisa juga disebabkan karena proses pembelajaran yang selama ini berlangsung kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Sehingga prestasi belajar IPS kurang memuaskan dan jauh dari harapan guru.

Realitas ini memerlukan pemecahan yang serius dan harus secepat mungkin ditangani, agar potensi siswa dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Hal ini merupakan tugas dan kewajiban dari guru/pendidik untuk selalu berupaya meningkatkan kemampuan siswa-siswa yang menjadi tanggung jawabnya.

Guru dituntut mempunyai kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen untuk mencapai tujuan secara efektif. Dalam rangka melaksakan tugas secara professional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan metode belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, baik dalam arti efek instruksional (tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar), maupun dalam arti efek pengiring (hasil ikutan yang didapat dalam proses belajar misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya). (Suharyono dkk, 1991: 6).

Efektifitas Metode mengajar dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi, dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.

Berpijak pada uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitan pendidikan. Dalam hal ini penulis ingin mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Metode Jigsaw Learning Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Kompetensi Dasar Pelaku Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat, Perusahaan,Koperasi Dan Negara Bagi Kelas Viii-A Smp Negeri 2 Ngoro Tahun

Pelajaran 2016/2017”

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan penulis sebagaimana di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan

Apakah penerapan metode Jigsaw Learning berpengaruh terhadap peningkatan

prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kompetensi dasar Pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan, koperasi dan negara bagi kelas VIII-A SMP Negeri 2

Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017

(15)

Penerapan metode Jigsaw Learning dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kompetensi dasar Pelaku Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat, Perusahaan,Koperasi Dan Negara.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sesuai dengan yang direncanakan, kita membutuhkan metode pengukuran dan alat pengukuran yang betul. Dengan kata lain metode dan alat pengukuran merupakan unsur untuk mengetahui kemajuan murid dalam rnencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pengukuran hasil belajar biasanya dilakukan pada akhir bulan, semester, akhir tahun, atau pada akhir tingkat pendidikan berupa ujian penghabisan atau evaluasi belajar tahap akhir.

Seorang guru dalam proses belajar mengajar selalu berharap agar tercapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Untuk mencapai suatu pendidikan penguasaan materi saja tidak cukup, tetapi guru harus menguasai metode penyampaian materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima, sehingga dengan metode tersebut anak bisa lebih giat dan lebih semangat dalam belajar.

Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.

Dalam penerapan metode ini, ada dua kelompok, yaitu kelompok utama (inti)yang dan kelompok diskusi. Dalam kelompok utama adalah kelompok dari perwakilan tiap kelompok diskusi, siswa diminta untuk mempelajari satu topik tertentu, dengan demikian ia diharapkan menguasai materi tersebut. kemudian ia akan kembali ke kelompok diskusi, dikelompok diskusi ia diharapkan mampu menyalurkan informasi atau ilmu yang ia peroleh di kelompok utama. setelah itu akan diadakan penjelasan didepan kelas dari tiap perwakilan kelompok. Dengan demikian siswa diharapkan lebih proaktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan dalam metode ini diharapkan siswa dapat saling memberi informasi.

Pada aplikasi metode ini dikenal adanya tutor sebaya, dengan cara ini, siswa yang tidak mampu atau malu untuk bertanya langsung pada gurunya dapat bertanya pada temannya itu. Metode ini juga sangat baik dikembangkan untuk membuat siswa menjadi lebih percaya diri, karena dalam metode ini siswa atau perwakilan dari tiap kelompok akan maju kedepan kelas untuk menjelaskan materi yang akan disampaikannya. Metode ini cocok untuk setiap materi, namun ada kelemahan yang harus diantisipasi guru dalam melaksanakannya, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalankannya, nah dalam pelaksanaan metode ini seorang guru harus tegas terhadap penggunaan waktu.

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995): (1) Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi, (2) Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut, (3) Diskusi kelompok: kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya, (4) Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup sernua topik, (5) Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

(16)

136

fenomena yang menunjukan bahwa pendidikan telah berhasil atau belum. Proses pembelajaran di dalam kelas pada umumnya masih di dominasi oleh guru dibandingkan dengan keaktifan siswa baik dalam bertanya, menjawab, berkomentar, menyanggah bekerjasama dan bertanggung jawab terhdadap diri sendiri ataupun kelompok. Keadaan ini seolah menjadi ketidak berhasilan seorang guru dalam menanamkan ilmu dan dalam menerapkan metode pembelajaran atau menunjukan ketidak seriusan siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan karena kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut UNESCO, pendidikan pada abad ini harus diorientasikan terhadap pencapaian empat pilar pembelajaran yaitu : Pertama Learning to know (belajar untuk tahu), Kedua Learning to do (belajar untuk melakukan), Ketiga Lerning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), Keempat Learning to live together (belajar bersama dengan orang lain). Merujuk pada pernyataan tersebut maka akan timbul sebuah pertanyaan

besar yaitu “Apakah pendidikan di Indonesia sekarang ini sudah mencakup empat pilar

tersebut?”. Berangkat dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan.

Sudah seharusnya seorang guru mempunyai metode atau model-model pembelajaran yang lebih inovatif untuk mengantisipasi kelemahan model konvensional yang selama ini dipakai guru. Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajarnya secara bekerjasama dengan kelompok-kelompok yang dibuat oleh guru. Sehingga dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, siswa dapat lebih bisa menemukan masalah, mengorganisasikan, memecahkan masalah dan bekerjasama dalam menanggapi masalah. Sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa maka dengan menerapakan metode ini, siswa dalam proses belajar di kelas akan lebih aktif, lebih bisa mempertimbangkan pendapat dan lebih memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang terjadi di kelas.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen semu (quasi experimental). Siswa yang mendapat proses pembelajaran menggunakan metode jiqsaw digunakan sebagai kelas eksperimen, sedangkan siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode konvensional digunakan sebagai kelas kontrol. Jenis eksperimen ini yang telah memenuhi persyaratan dalam eksperimen yaitu kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu, dan setiap gejala yang muncul diamati dan dikontrol secermat mungkin, sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat munculnya gejala tersebut, namun dalam hal ini ada kelompok lain yang di kenai eksperimen (Suryabrata, 2005:105-107).

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Jigsaw di kelas eksperimen, dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan analisis.

(17)

subjek sebelum diberikan perlakuan dan satu kelompok kontrol sebagai pembanding. Adapun yang disamakan adalah satu variabel atau lebih yang telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap hasil eksperimen yaitu variabel di luar variabel atau faktor yang dieksperimenkan (Sutrisno Hadi, 1994: 227).

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai kelompok (kelas) eksperimen dan kelas VIII-B sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan SMP Negeri 2 Ngoro yang beralamatkan di Desa Tambakrejo Kec. Ngoro Kab. Mojokerto Telp (0321) 6259920.

Penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1. tahap persiapan penelitian, 2. tahap pelaksanaan penelitian, 3. tahap penyelesaian penelitian. Pada tahap persiapan penelitian ada beberapa hal penting yang dilakukan yaitu: berkonsultasi dengan kepala SMP Negeri 2 Ngoro Mojokerto, berdiskusi dengan guru IPS lainnya, menyiapkan media, sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan, menyiapkan skenario pembelajaran metode Jigsaw. Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan proses pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan dalam skenario pembelajaran metode Jigsaw. Setelah selesai proses pembelajaran dilakukan tes formatif guna mengetahui prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara. Di samping itu teman sejawat/guru IPS yang lain diminta bantuannya untuk mencatat kegiatan dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode Jigsaw pada kelas/kelompok eksperimen dan pembelajaran biasa pada kelas/kelompok kontrol. Pada tahap penyelesaian penelitian, peneliti melakukan diskusi dengan guru IPS tentang dampak yang teramati pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian menyusun laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran metode Jigsaw pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 45 menit. Dari 4 kali pertemuan tersebut pada pertemuan pertama didahului pre test / tes awal, 2 pertemuan berikutnya diberikan program pembelajaran dan pada akhir pertemuan diadakan post test.

Adapun kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Tes Awal (Pre Test)

Tes awal (pre test) dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran metode Jigsaw pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Tujuan dari pre test adalah untuk mengetahui kemampuan awal dari masing-masing siswa sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 09 Agustus 2016.

Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS kompetensi dasar pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat, perusahaa, koperasi dan negara mengggunakan metode Jigsaw pada Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol (kelas VIII-B). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 09-16 Agustus 2016.

(18)

138

Tes akhir (post test) dilakukan setelah kegiatan pembelajaran metode Jigsaw pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Tujuannya untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2016

Penerapan Metode Jigsaw

Dalam mengajar atau menyampaikan materi kepada siswa seorang guru harus dapat menggunakan metode yang bervariasi dan tidak monoton pada satu metode saja dengan menggunakan metode yang bervariasi maka akan membantu untuk menumbuhkan keaktifan baru dalam menerima pelajaran tersebut dengan baik dan memperkuat daya ingat mereka.

Selain itu siswa juga lebih termotivasi apabila guru memperhatikan, mendekati dengan penuh keakraban, ramah dan antusias. Dan apabila kalau di beri hadiah atau pujian terhadap siswa yang berprestasi dengan hasil yang mereka kerjakan.

Dengan demikian dalam proses belajar mengajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru seperti, suasana belajar yang kondusif dan nyaman untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima pelajaran atau semangat dalam belajar, dan penguasaan materi bagi guru sehingga guru akan siap dalam menyampaikan materi pada siswa, karena dengan begitu akan mempengaruhi keaktifan belajar mereka dan dengan metode yang sesuai akan menimbulkan peningkatan prestasi belajar siswa.

Secara garis besarnya penerapan metode Jigsaw guru pada pemebelajaran Kompetensi Dasar pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara Bagi Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017, adalah sebagai berikut : (a) Menginformasikan tentang tujuan Pembelajaran kepada siswa, (b) Menjelaskan pokok pikiran pada Kompetensi Dasar Pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan, koperasi dan negara, (c) Siswa melakukan diskusi Utama yang wakilnya terdiri dari beberapa wakil dari kelompok yang ada, (d) Menyilahkan Tutor secara bergiliran untuk memberi informasi kepada siswa yang lain didepan kelas berdasarkan pembagian sub bab yang telah ditentukan oleh guru, (e) Tutor melakukan kegiatan pembelajaran dengan seluruh siswa, (f) Guru melakukan pencatatan terhadap masalah yang timbul selama proses Tutorial, (g) Membagikan soal sebagai alat ukur keberhasilan belajar, (h) Melakukan refleksi bersama kemudian guru evaluasi dan kesimpulan menyangkut kegiatan yang telah berlangsung.

(19)

ebagai pengarah dan pembagi kesempatan atas kejadian yang ada selama proses berlangsung.

Penerapan metode Jigsaw selama penelitian berlangsung berdampak pada hal-hal sebagai berikut: (1) Tumbuhnya minat belajar IPS pada diri siswa bahwa materi yang dipelajari akan bermanfaat bagi diri masing-masing siswa dan bukan sekedar bertujuan untuk dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru; (2) Rasa percaya diri terhadap penguasaan dan menginformasikanya kembali terhadap teman sebayanya semakin kuat. Kepercayaan diri tersebut tumbuh karena adanya kebebasan yang diberikan guru agar masing-masing siswa yang tergabung dalam kelompok diskusi utama dapat menggali informasi menyangkut materi tanpa harus takut salah; (3) Tumbuh dan berkembangnya rasa tanggung jawab yang dibebankan kepada beberapa siswa. Metode Jigsaw yang dikembangkan dalam proses pembelajaran pada giliranya akan menambah wawasan dan energi baru bagi siswa untuk melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab dan kalaupun tugas yang diemban tersebut kuranng dapat dipertanggung jawabkan dengan baik, dengan sendirinya guru akan memberi solusi berupa keterangan yang lebih memadai; (4) Keadaan kelas selama pembelajaran semakin kondusif. Pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw akan membentuk suasana kelas semakin kondusif karena beban psikologis yang selama ini dirasakan sebagian besar siswa lambat laun berkurang, karena tutor pelajaran adalah temanya sendiri; (5) Peningkatan hasil belajar siswa menuju kearah yang positif. Keadaan kondusif selama pembelajaran pada giliranya berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Adapun deskripsi data hasil pre test, post test dan pengujian hipotesis penelitian menggunakan rumus t tes yang dianalisis dengan bantuan program SPSS 17 for Windows dapat disajikan sebagai berikut :

Deskripsi Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pre test baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran 1.

Kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif menggunakan program SPSS 17 for Windows dan dapat diringkas sebagaimana tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1. Ringkasan Skor Hasil Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok n Rata-rata Standar

Deviasi Tertinggi Terendah

Sumber : Hasil analisis deskriptif SPSS 17 for Windows

Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata hasil pre-test IPS pada kelompok

eksperimen yang akan diberikan pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran JIGSAW sebesar 64.71 dengan standar deviasinya 9.04, hasil tertinggi 77 dan hasil terendah 50.

Sedang rata-rata hasil pre-test matematika pada kelompok kontrol sebagai pembanding sebesar 63.68 dengan standar deviasinya 8.99, hasil tertinggi 77 dan hasil terendah 50.

(20)

140

kelompok pembanding yang diberikan pembelajaran IPS menggunakan metode konvensional selanjutnya dilakukan tes akhir (post-test) untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran model JIGSAW terhadap hasil belajar IPS.

Adapun hasil tes akhir kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat dilihat pada lampiran. Kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan program SPSS 17 for Windows dan dapat diringkas sebagaimana tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Ringkasan Skor Hasil Post-Test IPS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok n Rata-rata Standar

Deviasi Tertinggi Terendah Eksperimen

Kontrol

34 34

68.97 65.15

10.36 9.81

85 80

50 50

Sumber : Hasil analisis deskriptif SPSS 17 for Windows

Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa rata-rata hasil post-test IPS pada kelompok eksperimen yang diberikan pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran JIGSAW sebesar 68.97 dengan standar deviasinya 10.36 hasil tertinggi 85 dan hasil terendah 50.

Sedangkan rata-rata hasil post-test IPS pada kelompok kontrol sebesar 65.15 dengan standard deviasi 9.81 hasil tertinggi 80 dan hasil terendah 50.

Berdasarkan hasil tersebut tampak bahwa kelompok eksperimen yang diberikan pembelajaran servis menggunakan metode pembelajaran JIGSAW memiliki hasil belajar IPS lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang diberikan pembelajaran IPS menggunakan metode konvensional.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran JIGSAW memberikan dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017, dibanding penggunaan metode konvensional (kelas VIII-B).

Penghitungan dengan Uji t

Uji Beda Hasil Pre-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok kontrol

Uji perbedaan data hasil pre-test kelompok eksperimen dan kontrol dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebelum dilakukan tindakan (treatment) pada kelompok eksperimen yang berupa pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran

JIGSAW, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki prestasi belajar mata pelajaran IPS yang berbeda secara signifikan atau tidak.

Untuk kepentingan tersebut, dilakukan pengujian t test dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows.

(21)

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji T Test Terhadap Pre Test Kelompok

Dari tabel 4.3 di atas, diketahui harga t adalah 0.773. Selanjutnya harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel pada taraf signifikan 5% uji dua pihak dengan dk n - 1 (34-1) = 33 sehingga diketahui harga t tabel adalah 2.04. Karena t hitung (0.773) lebih kecil dari harga t tabel (2.04) atau 0.773 < 2.04, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa dalam IPS pada kelompok eksperimen dan kontrol sebelum dilaksanakan model

pembelajaran JIGSAW pada kelompok eksperimen adalah sama atau tidak ada perbedaan secara signifikan.

Uji Beda Hasil Pre Test dan Post-test Kelompok Eksperimen

Uji beda data hasil pre test dan post-test pada kelompok eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui apakah metode JIGSAW dalam pembelajaran IPS dapat

mempengaruhi hasil belajar pada kelompok ekperimen atau tidak.

Untuk kepentingan tersebut, dilakukan pengujian t test dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows.

Hasilnya uji t test terhadap hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows dapat diliihat pada lampiran dan dapat diringkas pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji T Test Terhadap Pre Test dan Post Test Kelompok Ekperimen

(22)

142

pihak dengan dk n - 1 (34-1) = 33 sehingga diketahui harga t tabel adalah 2.04. Karena t hitung (6.685) lebih besar dari harga t tabel (2.04) atau 6.685 > 2.04, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa dalam IPS pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah dilaksanakan model pembelajaran JIGSAW terdapat perbedaan secara signifikan. Dengan kata lain, pembelajaran JIGSAW memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Ips kompetensi dasar Pelaku ekonomi rumah tangga

masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara bagi kelompok ekperimen pada kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017.

Uji Beda Hasil Pre Test dan Post-test Kelompok Kontrol

Uji beda data hasil pre test dan post-test pada kelompok kontrol dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar IPS tanpa menggunakan metode pembelajaran JIGSAW.

Untuk kepentingan tersebut, dilakukan pengujian t test dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows.

Hasilnya uji t test terhadap hasil pre test dan post test kelompok kontrol dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows dapat diliihat pada lampiran dan dapat diringkas pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji T Test Terhadap Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol

Dari tabel 4.5 di atas, diketahui harga t adalah 1.828. Selanjutnya harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel pada taraf signifikan 5% uji dua pihak dengan dk n - 1 (34-1) = 33 sehingga diketahui harga t tabel adalah 2.04. Karena t hitung (1.828) lebih kecil dari harga t tabel (2.04) atau 1.828 < 2.04, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa dalam IPS pada kelompok kontrol yang tidak diterapkan atau tidak dikenai model pembelajaran JIGSAW tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

Uji Beda Hasil Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok kontrol

(23)

masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara bagi kelompok ekperimen pada kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017.

Untuk kepentingan tersebut, dilakukan pengujian t test dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows.

Hasilnya uji t test terhadap hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows dapat diliihat pada lampiran dan dapat diringkas pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji T Test Terhadap Post Test Kelompok Ekperimen dan Kontrol selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel pada taraf signifikan 5% uji dua pihak dengan dk n - 1 (34-1) = 33 sehingga diketahui harga t tabel adalah 2.04. Karena t hitung (3.059) lebih besar dari harga t tabel (2.04) atau 3.059 > 2.04, maka prestasi belajar siswa dalam IPS kompetensi dasar Pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara setelah dilaksanakan model pembelajaran JIGSAW pada kelompok eksperimen adalah tidak sama dengan kelompok kontrol secara signifikan.

Pembahasan.

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kedua metode pembelajaran IPS yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran model JIGSAW pada kelompok eksperimen (kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro) dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol pada siswa (kelas VIII-B SMP Negeri 2 Ngoro) menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji beda data post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.

Dari hasil uji t dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model JIGSAW dapat meningkatkan prestasi belajar IPS kompetensi dasar Pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara ke dalam Faktor-faktornya pada kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017. Karena t hitung (6.685) lebih besar dari harga t tabel (2.04) atau 6.685 > 2.04, sehingga bisa dikatakan bahwa

(24)

144

masyarakat,perusahaan, koperasi dan negara bagi kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017

PENUTUP Simpulan

Dari paparan data berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran metode jigsaw learning, dapat disimpulkan bahwa, penerapan metode Jigsaw Learning

berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kompetensi dasar pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan, koperasi dan negara bagi kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017. Kesimpulan ini

didukung dengan hasil pengujian T Test. Karena t hitung (6.685) lebih besar dari harga t tabel (2.04) atau 6.685 > 2.04, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa dalam IPS pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah dilaksanakan model pembelajaran JIGSAW terdapat perbedaan secara signifikan. Hasil uji beda post test kelompok

eksperimen dan kontrol juga menunjukkan 3.059. Karena t hitung (3.059) lebih besar dari harga t tabel (2.04) atau 3.059 > 2.04, maka prestasi belajar siswa dalam IPS kompetensi dasar pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara setelah dilaksanakan model pembelajaran JIGSAW pada kelompok eksperimen adalah tidak sama dengan kelompok kontrol secara signifikan.

Saran

Selaku penulis dan pengamat maka dalam hal ini ada beberapa saran yang sifatnya kontruktif yang bisa kami berikan demi kemajuan dan perkembangan pembelajaran IPS di lembaga ini.

Supaya guru mempersiapkan pembelajaran materi IPS yang kreatif, agar siswa tidak merasa monoton dalam belajar IPS.

Penggalian dan penetapan metode serta strategi yang konstruktif harus dilakukan oleh semua pihak didalamnya baik lembaga, pengajar, maupun peserta didik. Sangat penting dilakukan agar dalam proses pembelajaran IPS terjadi kesinambungan dalam interaksi dan menghindarkan adanya mis understanding yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran IPS.

DAFTAR PUSTAKA

Poerwodarminto, W.J.S.2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Slameto,1995. Belajar dan Factor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka

Cipta.

Gambar

Tabel 4.1 Aktifitas Guru Pada Siklus I
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I
Grafik 4.1. Rekapitulasi Nilai Per Kelompok Siklus I
Tabel 4.6 Aktifitas Siswa Pada Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanah kelebihan maksimum dan guntai (absentee) obyek redistribusi landreform yang akan diberikan ganti kerugian adalah tanah kelebihan dari batas maksimum dan atau tanah

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis merancang web site toserba online yang bernama Toserba Online Zasmart yang melakukan transaksi cash and carry atau melibatkan pihak

Contoh keputusan dalam manajemen valuta asing adalah penjualan asset valuta asing dan menaikkan dana valas; sedangkan contoh kebijakan manajemen valuta asing antara lain

Petani pengguna pupuk anorganik persentase biaya pupuk terhadap total biaya usahatani padi sawah lebih rendah dibandingkan biaya pupuk petani pengguna pupuk

(2012), kemampuan pupuk organik murni walaupun kuantitasnya sangat sedikit tetapi mampu memberikan pengaruh besar pada tanah yang bisa bermanfaat untuk merangsang

For P(n,2), n=1 (mod 6) or 3(mod 6) for 7 ≤ n ≤ 19, the 1-fault tolerant Hamiltonian makes a specific pattern : if the initial point is in the outer polygon (the removing vertex

Adapun relevansi gagasan-gagasan tadi untuk zaman sekarang sudah jelas bagi siapa pun juga. Sudah selayaknya pula kami kemudian masih kembali untuk menguraikan

Hasil penelitian menunjuk- kan terdapat enam faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke