• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS PROPOSAL manajemen ekoturisme PENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS PROPOSAL manajemen ekoturisme PENG"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PROPOSAL

PENGHASILAN MASYARAKAT DI HUTAN LARANGAN

ADAT RUMBIO KABUPATEN KAMPAR

DI SUSUN OLEH :

ENI RITA ROSADI

MUHAMMAD YUSUF

NUR YASIN

RIYAN SUMITRAN.R

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas berkat rahmat dan karuniaNya laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan hasil dari pada praktikum Manajemen Kawasan Ekotorisme di Hutan Larangan Adat Rumbio dengan tema yang diberikan adalah “ Identifikasi Pendapatan Ekonomi Masyarakat Akibat Adanya Ekowisata Di Hutan Rumbio Kab.Kampar ”

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengasuh matakuliah manajemen ekotorism yang telah banyak memberikan materi-materi dan pengalaman-pengalamannya dalam ilmu ekowisata, ucapan terimakasih juga disampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan proposal ini. Semoga kebaikan senantiasa akan kita dapatkan.Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis sendiri.

Terakhir, laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami harapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca semua yang sifatnya membangun demi untuk perbaikan bagi penulisan kami dimasa yang akan datang.

Pekanbaru, 12 Januari 2013

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ...i DAFTAR ISI... ...ii DAFTAR GAMBAR... ...iv DAFTAR TABEL... ...v

BAB I. PENDAHULUAN... ...1

1.1. Latar Belakang... ...1 1.2. Tujuan... ...3 1.3. Permasalahan... ...3

(4)

2.3 Kearifan lokal...

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

DAFTAR TABEL

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan panorama pemandangan yang sangat menarik dan memberikan kepuasan tersendiri bagi para peminat wisata alam. Oleh karena itu keberadaan hutan hendaknya benar-benar dapat dikelola dengan baik dan berkelanjutan sehingga hutan mampu menjadi salah satu tujuan utama wisata alam. Sehingga hasil dari pada wisata tersebut mampu memberikan masukan bagi daerah tempat wisata maupun negara.

Secara umum wisata alam disebut dengan Ekowisata yakni wisata berbasis pada alam dengan mengaitkan aspek pendidikan dan intrepretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat pengelolaan kelestarian ekologis. Dengan kata lain ekowisata lebih kepada berjalan mengunjungi alam untuk mencari kepuasan tertentu dengan tetap menjaga kelestarian alam tersebut.

Adanya pengelolaan hutan menjadi kawasan ekowisata wisata dapat menjadi salah satu alternatif untuk menjaga,memelihara dan melestariakan kawasan hutan karena dengan ditetapkannya hutan sebagai kawasan ekowisata maka akan adanya rasa menjaga bagi para pengunjung dan pihak pemerintah sebagai pihak pengelola. Dengan adanya kawasan hutan sebagai objek wisata yang terjaga dan terkelola dengan baik maka dapat memberikan banyak manfaat dari berbagai aspek baik, ekonomi ekologi dan sosial dan kebudayaan masyarakat. Oleh karena itu kawasan hutan sebagai kawasan ekosistem harus benar-benar dikelola dan direncanakan pengelolaannya baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk memberikan jaminan kelestarian bagi hutan dan manfaat lain baik ekonomi,ekologi dan sosial.

(8)

Pengelolaan pengurusan yang sektoral dan sentralistik dan tidak memperhatikan prinsip pengelolaan berkelanjutan penyumbang kerusakan kawasan hutan kita. Mengganti sistem yang akan memberikan alternatif ataupun sistem yang selama ini digunakan, bukanlah hal yang mudah dan dapat dipahami secara keseluruhan. Namun untuk kepentingan dan keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan, prasyarat utama yang tidak bisa ditawar lagi adalah pilihan terhadap sistem pengelolaan yang dapat memenuhi aspek ekonomi, ekologi dan equity. Bangkitnya pilihan baru dalam pembangunan kehutanan juga disebabkan oleh pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah tidak cukup mampu memenuhi prasyarat utama tersebut.

Pengelolaan hutan berbasis masyarakat berarti mendorong akses masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan secara mandiri dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Juga mengandung arti bahwa masyarakat dengan segala kemampuan yang ada mengatur pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu status penguasaan atas lahan menjadi sangat penting dalam pengembangan kehutanan masyarakat. Berangkat dari berbagai persoalan yang selama ini dihadapi masyarakat yang hidup di kawasan pinggiran hutan, para tokoh masyarakat dan ninik mamak serta pemangku adat di sekitar kawasan hutan ulayat di Desa Buluh Cina sepakat untuk menjadikan kawasan hutan sebagai perekat bagi keutuhan masyarakat dalam suatu kebersamaan.

Penentuan nilai ekonomi sumberdaya mengikuti konsep valuasi ekonomi total (Pearce and Turner, 1990 dalam Fauzi (2004). Dasar pemikiran dari konsep tersebut adalah bahwa konsumen dalam menilai barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu sumberdaya alam memiliki apa yang disebut nilai kegunaan (use value) dan nilai yang tidak terpakai/nilai buka guna (non use value). Konsep use value

(9)

bisa menjadi pelajaran bagi kita. Warman (2001) mengatakan bahwa masyarakat adat sejak lama memiliki nilai-nilai yang beroriantasi pada perlindungan hutan dan air. Masyarakat adat telah melarang penebangan hutan pada jarak 100 meter dari tepi sungai.

Hukum adat cukup efektif melarang orang menebang pohon sembarangan. Disamping itu law enforcement dalam masyarakat hukum adat berjalan dengan baik, sehingga membuat warga masyarakat adat jera melanggar norma adat. Sejatinya masyarakat adat telah melakukan penilaian hutan baik yang manfaat langsung (tangible benefit) seperti kayu maupun yang tidak langsung (intangible benefit) seperti nilai keberadaan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan di yang ingin di capai dalam praktikum ini antara lain :

a. Mengetahui berbagai macam mata pencaharian masyarakat Desa Siboghia Rumbio

b. Mengetahui permasalahan penghasilan yang di hadapi masyarakat c. Mencari Peluang usaha baru

d. Menghitung nilai Valuasi Hutan Larangan Adat

1.3 Pemasalahan

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Hutan Larangan Adat

Keberadaan sumber mata air itu memang memberikan kontribusi penting bagi masyarakat di kenegerian tersebut. Pasalnya air dari Sungai Kampar ataupun sumur warga tak banyak yang bisa diharapkan menjadi air minum, karena keruh. Itulah sebabnya di kenegerian itu banyak warga yang mengambil langsung ari di mata air itu atau membelinya kepada penjual air. Airnya sangat jernih, tak ubahnya seperti air mineral kemasan. Hingga tak jarang masyarakat di kawasan itu banyak yang langsung meminum air itu tanpa dimasak.

Air yang dihasilkan di kaki bukit itu ternyata tak saja dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya. Tetapi sebagian besar juga dijual ke daerah sekitarnya. Bahkan hingga ke Bangkinang, ibu Kota Kabupaten Kampar yang jaraknya sekitar 15 km dari tempat itu dan juga Panam, perbatasan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar. Air yang dijual tersebut sampai ke konsumen dengan cara diantar dengan becak honda atau mobil pick up para penjual air (Noviriyanti, 2008).

(11)

Fauna yang terdapat dalam hutan ini adalah kancil, beruang, tringgiling, babi, rusa, tapir, monyet cingkuok, ayam hutan, dll. Dalam hutan juga terdsapat berbagai jenis burung yaitu burung srindit, enggang, beo, murai biasa, murai batu, kuaran, balam, punai, dll.

Dalam hutan larangan adat ini dipercayai hidup seekor harimau penunggu yang menjaga hutan, namun sampai saat ini belum pernah ada warga yang melihat secara langsung harimau penunggu ini. Menurut pengakuan ahli hutan, dulu harimau penunggu ini sempat menampakkan jejak kakinya di hutan menandakan bahwa telah terjadi maksiat disekitar hutan. Jika ingin beraktifitas dihutan seperti meneliti atau berjalan tidak ada larangan, namun saat jam sudah menunjukkan pukul 12.00 – 13.00 maka segala aktifitas harus dihentikan, aktifitas lain seperti makan dan sholat tidak dilarang.

(12)

2.2 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Yayasan Pelopor berinisiatif mendokumentasikan aturan adat itu dalam bentuk dokumen tertulis mulai tahun 2001dan selesai tahun 2002. Lalu sejak tahun 2004, yayasan itu mengupayakan agar hutan larangan adat itu diberi status hukum oleh negara dan dicantumkan dalam tata ruang Kabupaten Kampar. Namun upaya itu sampai saat ini belum teralisasi. Satu-satunya yang berhasil adalah diterbitkannya Undang-undang Adat Kenegerian Rumbio Nomor 1 Tahun 2007 tentang Rimba Larangan Adat yang dikeluarkan oleh Lembaga Adat Kenegerian Rumbio.

Selain mempertahankan keberadaan hutan larangan adat itu secara tertulis, Yayasan Pelopor juga merintis pembuatan tapal batas di sekeliling hutan larangan adat. Terutama yang berbatasan langsung dengan kebun masyarakat. Seiring dengan itu yayasan itu juga merintis pelaksanaan patroli rutin untuk pengamanan kawasan tersebut.

Upaya-upaya masyarakat Kenegerian Rumbio baik yang dilakukan para ninik mamak dan juga anak kemenakan di negeri itu telah menjadi contoh nyata, bahwa kearifan lokal bisa mempertahankan keberadaan hutan. Sekalipun di negeri gundul bernama Riau yang sangat dikenal eksploitasi besar-besaran hutannya.

2.3 Kearifan Lokal

Bukti kearifan desa rumbio adalah Hutan Larangan Adat. Luas hutan ini yang terdaftar pada dinas kehutanan adalah sekitar 530 Ha. Namun menurut pengakuan ahli hutan luas hutan ini adalah sekitar 570 ha. Hutan ini dahulu dimanfaatkan kayu dan airnya. Namun karena kayu dihutan semakin sedikit dan penebang liar semakin marak dilakukan, maka sekarang hutan hanya boleh dimanfaatkan airnya. Jika kadapatan ada orang yang menebang kayu dihutan, maka di denda dengan sanksi Rp 100.000 – 10 milyar atau hukuman penjara 5 – 10 tahun.

(13)

adat ini langsung berhadapan dengan dua dusun yaitu dusun padang danau dan dusun danau siboria (baca : siboghia). Dalam hutan terdapat sungai sirah (baca : sigha) dan sungai tanduk yang melintasi hutan. Sungai sirah airnya berwarna kemerah-merahan dan mata airnya dijadikan sumber air untuk PAMSIMAS. Hutan ini diketuai oleh seorang ahli hutan, namun yang berkuasa tentang semua aktifitas hutan dan isinya adalah datuk ulak simano.

2.4 Penghasilan Masyarakat

Penghasilan di desa rumbio berupa kolam ikan dan karet, ikan di dalam kolam berupa, ikan patin, bawal, lele dan kalu tetapi yang banyak dipelihara adalah ikan lele dan ikan patin. Tahun 2006 didirikan tempat pembuatan makanan ikan oleh pemerintah setempat.Cara melestarikan hutan dipelihara sesama masyarakat dan masyarakat dilarang menebang. jika dilanggar akan dikenakan denda seperti, beras 100 kg atau berupa uang sebanyak Rp 6 juta.

Sumber kehidupan air sumur, panen ikan 2 kali dalam setahun dan sekali panen 60 ton yang per kilonya dijual 11.300 rupiah kendalanya modal dan sudah diusulkan kepada pemerintah. penghasilan masyarakat di rumbio berupa kebun karet dan kolam ikan. di dalam 2 kolam berisi sekitar 150 ton. makanan ikan dibuat sendiri dan jika dijual seharga 4000 / kg. seandainya di dalam 1 kolam ada 50ribu bibit lele maka penghasilannya 50juta perkolam. untuk ikan lele jika panen pemilik harus memiliki langganan untuk menyetorkan hasil panennya. jika ikan lele sudah besar, jika dijual harganya murah sehingga pemilik akan rugi, dan masalah lainnya jika musim penghujan maka ikan lele akan mati. ikan nila harganya 16ribu / kilo, bawal 16ribu / kilo, ikan patin 11.300 / kilo dan ikan lele 11.300/ kilo (Devie, 2012).

2.5 Lokasi Hutan Larangan Adat Rumbio

(14)

menempuh jarak sekitar 1,5 jam. Akses kedalam melintasi jalan aspal dan tanah sepanjang 1,5 km dari jalan Negara. Luas nya kurang lebih 570 ha.

Jarak dengan hutan terdekat sejauh 5 Km, yakni hutan produksi terbatas (HPT) PT Batang Lipai Siabu yang luasnya mencapai ribuan hektare. Secara administratif, kawasan hutan ini terletak di empat desa yakni Rumbio, Padang Mutung, Pulau Sarak, Koto Tibun, semuanya di wilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau.

Ungkapan adat ‘’tali bapilin tigo’’, yakni pemerintah, ninik mamak, dan alim ulama harus terus dijaga dan dihargai. Hutan larangan Rumbio dikuasai oleh Suku Domo dan Pitopang, karena kedua suku merupakan leluhur warga Kenegerian Rumbio. Tapi pemanfaatannya digunakan untuk seluruh anak kemenakan Kenegerian Rumbio. Selain suku Domo dan Pitopang, ada lagi suku Piliang, Kampai dan Chaniago di sekitar kawasan ini. Kendati dikuasai Suku Domo dan Pitopang, hutan adat ini dapat digunakan untuk kepentingan anak kemenakan se-Kenegerian Rumbio (KPSHK, 2012).

(15)

BAB III METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Hutan Larangan Adat desa Rumbio Kabupaten Kampar pada hari Minggu 9 Desember 2012.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan didalam praktikum ini adalah kamera digital, alat tulis,kertas dll. Sedangkan bahan yang digunakan adalah lembar pertanyaan atau kuisioner yang akan dipertanyakan kepada masyarakat yang ada, buku-buku panduan yang berkaitan dengan praktikum yang dilakukan.

3.3. Metodelogi Praktikum

1. Mahasiswa mempersiapkan daftar pertanyaan dalam lembar kuisioner terkait praktikum yang akan dilakukan

2. Mahasiswa berwawancara langsung dengan masyarakat setempat untuk memperoleh data yang dibutuhkan

3. Mahasiswa mendokumentasikan hasil kegiatan wawancara dan kondisi umum sekitar kawasan hutan larangan adat Rumbio.

4. Mahasiswa membahas dan menganalisis data yang ada untuk diketahui kesimpulan dari praktikum yang dilaksanakan.

(16)

BAB IV

Umur L/PR Agama Pendidikan Suku JML anggota keluarga

Profesi

1 Minan 42 LK Islam SLTA Melayu 4 org wiraswasta

2 Nurjana 52 PR islam SD Piliang 5 org Dagang

3 Mahendra 37 LK Islam S1 Domo 6 org Kolam

ikan

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pendapatan Masyarakat Budidaya Ikan

Masyarakat di sekitar Ekowisata Hutan Larangan adat Rumbio rata-rata memiliki kolam untuk budidaya ikan, jenis ikan yang di budidayakan masyarakat tersebut antara lain : ikan Lele, Patin, Nila. Narasumber yang di wawancarai adalah bapak Mahendra Spi dan merupakan alumni Fakultas Perikanan

Universitas Riau Pekanbaru. Berikut adalah perhitungan mulai dari modal, pakan ikan hingga keuntungan yang di peroleh dari budidaya ikan :

a. Ukuran Kolam

1 kolam untuk ikan lele ukuran 10 m x 10 m berisi 10.000 ekor ikan lele , harga ikan lele Rp. 60/ekor = 10.000 ekor x Rp 60 = Rp 600. 000

b. Pakan ikan

(17)

c. Pasar tujuan penjualan

Pekanbaru , pasir, rengat ( system dijemput ke lokasi ) Harga jual Rp. 14.000/kg ( kolam ) x 900 kg = Rp 12. 600. 000

d. Waktu panen

Waktu panen 2,5 bulan

e. Pendapatan lain dari sewa kolam

Kolam disewakan kepada orang lain yang membutuhkan dengan harga 1juta/ tahun

f. Jenis yang di budidayakan

Jenis yang di budidayakan .ikan patin , nila ,lele. Dalam 1 kolam ukuran 10 x 10 jumlah ikan patin 1000 – 1500 ekor patin.

g. Asal bibit ikan

Bibit lele berasal dari sungai …., bibit patin didatangkan dari jawa ( sukabumi) Rp. 150/ekor, panen patin dilakukan 7 -8 bulan (patin), berat 1 ekor ikan patin mencapai 1kg - > dari 1 kg. Untuk jenis ikan nila tidak di komersilkan karena tidak produktif.

h. Keuntungan

Hasil penjualan- Biaya selama budidaya

Rp 12. 600.000 – Rp 9.350. 000 = Rp 3. 250. 000 setiap kali panen

(18)

Gambar 1.1 Situasi Pemanenan ikan lele Keterangan :

(19)

Gambar 1.2 Situasi pada saat wawancara dengan Narasumber Keterangan :

Gambar diatas merupakan situasi pada saat kami melakukan wawancara kepada Narasumber yakni bapak Mahendra Spi selaku pengusaha budidaya ikan dan sekaligus merangkap sebagai ketua Rw.

4.2.2 Usaha sarang walet

a. Ukuran bangunan walet

Bangunan ukurna 8 m x 15m dibuat dalam 3 tingkat, bangunan harus lembab agar walet mau bersarang, di letakkan juga rekaman suara burung walet untuk memancing walet agar mau bersarang didalamnya.

b. Modal

modal awal 300 juta untuk pembuatan bangunan

c. Waktu panen

(20)

d. Harga Jual

Harga 1 kg 5juta, bila yang di hasilkan sarang merah maka harga jual akan bisa lebih mahal lagi berkisal 10 juta- 15 juta/ kg sarang walet. Untuk wilayah pemasaran tembilahan.

4.2.3 Usaha Water Boom dan Air Bersih

Pekerjaan menjadi karyawan pengelola sumber air minum dan waterboom di desa rumbio. Diberi kepercayaan oleh pemilik modal dan tempat usaha untuk mengelola, dengan memanfaatkan sumber mata air tanah yang berasal dari hutan Rumbio.

Modal pembangunan usaha isi ulang air minum , hanya membangun bak penampung untuk sumber mata air yang berasal dari hutan , dalam satu hari dapat mengakut 50 diregen air, 1 diregen air berisi 35 liter dan harga jaul 1 diregen Rp. 500. Kualitas air layak minum dan telah mendapat sertifikasi dari badan kesehatan . Untuk penyaluran Air isi ulang telah dilakukan kerja sama dengan distributr penyalurair yang juga merupakan warga setempat . Air di distribusikan mulai dari wilayah siak, koto Kampar hingga rokan, dijual kepda distributor dengan harga Rp.500 sama dengan harga jual kepada masyarakat setempat.

Untuk objek wisata berupa water boom , biaya masuk yang dikenakan  Dewasa Rp.10.000

 Anak Rp. 5.000

(21)

Gambar 1.3 Usaha Air Bersih

Keterangan :

Gambar diatas merupakan gambar pada saat pengisian jerigen yang di bawa oleh mobil pick-up milik pengusaha air bersih tersebut untuk di distribusikan ke daerah yang memerlukan.

Gambar 1.4 Kondisi Water Boom

Keterangan :

(22)

4.2.4 Usaha Dagang

Pekerjaan dagang ,kebutuhan harian dan jual gorengan. Pendapatan utama diperoleh dari usaha dagang sedangkan untuk pengunjung yang berkunjung pada desa rumbio tidak bisa ditentukan terkadang dalam 1 hari ada dan tidak, max penjung yang dating dlam 1 hari > 10 orang . Untuk wisatawan yang ingin meginap biasanya biaya yang dikenakan tergantung kesepakatan sedangkan untuk makan biasanya diserahkan kepada kumpulan ibu pengajian dengan biaya yang disepakati.

Gambar 1.5 Usaha Dagang Keterangan :

Gambar di atas merupakan gambar keadaan ketika wawancara kepada warga yang berprofesi sebagai pedangang jajanan ringan dan gorengan.

4.3 Kondisi pengelolaan hutan larangan adat rumbio

(23)

Perekonomian masyarakat dikawsan ini rata-rata diperoleh dari hasil berkebun,berternak dan berdagang. Kondisi alam yang memiliki edafik cukup baik ini mampu dimanfaatkan masyarakat. Masyarakat Rumbio belum mengenal adanya pentingnya konservasi sumber daya alam hayati dan memahami bahwasannya hutan dijaga untuk fungsi kelestarian floran dan fauna dan lingkungan lainnya , serta keindahannya.

Dan sampai saat ini ternyata kawasan ini memang masih diserahkan kepada adat dalam pengelolaannya tanpa ada campur tangan pihak pemerintah. Sehingga kawsan yang sebenarnya menarik ini belum mampu dijamah oleh para wisatawan.

 Manfaat ekonomi Ecotourism  Devisa (lima besar komoditi ekspor)  Percepatan pertumbuhan

 Tenaga kerja (dan pendapatan) pada berbagai sektor

 Kesejahteraan penduduk lokal (jasa pemandu, pemilik penginapan, driver, penjual cindera mata, atau jasa lainnya

4.4 Dampak ekonomi kawasan ekowisata

Menurut (Fandeli, 2002) Suatu kawasan wisata atau taman wisata biasanya memberi nilai lebih bila dibanding dengan tanpa pengembangan . suatu taman atau tempat rekreasi seperti kebun raya yang ditata landsopenya memberi pengaruh positif terhadap kenyamanan suhu dan pencemaran udara disekitarnya. Dampak yang sangat terasa adalah dampak dari segi ekonomi finansial.

(24)

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hutan larangan adat Rumbio masih sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun nasional, sehingga masyarakat tidak terlallu memperoleh dampak ekonomi dari adanya hutan tersebut. Hanya secara aspek lingkungan ataupun ekologi mereka mendapatkan sumber air dari hutan yang dapat dimanfaatkan dengan biaya yang sangat rendah bahkan garatis, selain itu kondisi tanah ataupun edafik sekitar kawasan cukup subur sehingga mereka cocok untuk bertanam,berkebun dan berternak.

5.2. SARAN

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Fandeli Chafid.2002.Perencanaan Kepariwisataan Alam. PT PERHUTANI (PERSERO).Fak. Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

KPSHK. 2012. http://kpshk.org/berita/read/2012/10/03/1879/kesiapan-konflik-redd-riau.kpshk. (Diakses pada 12 Januari 2013)

Noviriyanti, Andi. 2012. http://andinoviriyanti.blogspot.com/2008/07/hutan-larangan-adat-kenegerian-rumbio_27.html. . (Diakses pada 12 Januari 2013) Tryanna, Devie. 2012.

http://dhevietryanna.blogspot.com/2012/12/kearifan-lokal-masyarakat-adat-dalam.html. (Diakses pada 12 Januari 2013)

Warman, K. 2001. Penggalian Potensi Hukum Adat dalam Rangka Penanganan Kasus Pencurian Hasil Hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat. Yayasan Andalas Bumi Lestari Padang. Padang

(26)

LAMPIRAN

Gambar a Gambar b

Gambar c Gambar d

(27)

Gambar g Gambar h

Gambar i Gambar j

Keterangan :

Gambar a : wawancara dengan pedagang Gambar b : kendaraan pick up pengangkut air Gambar c : wawancara dengan Rw

Gambar d : pemanenan ikan lele Gambar e: kondisi water boom Gambar f: wawancara dengan kadus Gambar g:pengisian air bersih Gambar h: surat izin usaha Gambar i: pohon jelutung

(28)

Gambar

Tabel 1.1 profil responden
Gambar 1.1 Situasi Pemanenan ikan lele
Gambar 1.2 Situasi pada saat wawancara dengan Narasumber
Gambar 1.3 Usaha Air Bersih
+3

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi konsentrasi starter dan semakin tinggi proporsi bahan (kacang merah : ubi jalar ungu) maka total asam laktat yang dihasilkan akan semakin meningkat,

Undang-Undang Perseroan Terbatas Tugas komisaris independen tidak diatur secara rinci, akan tetapi secara umum tugas dari pada komisaris termasuk juga komisaris

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok

Kualitas fisik, kimia dan sensoris susu pasteurisasi yang dibuat dengan menggunakan alat Padira lebih baik dibanding dengan Pasteurizer komersial, khususnya dilihat setelah

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan dengan minat penggunaan sebagai variabel intervening dan pengaruhnya

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung pada objek penelitian dan

Dilakukan analisis aplikasi jaminan kualitas pengelolaan limbah radioaktif yang meliputi identifikasi standar kualitas atau standar keselamatan pengelolaan limbah radioaktif