• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit Manajemen Sektor Publik RMK 2 Kela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Audit Manajemen Sektor Publik RMK 2 Kela"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS RMK

TENTANG

METODOLOGI AUDIT KINERJA

DISUSUN OLEH

M. FAJRI JALIUS

1202111836

ABDIWAN SYAPUTRA 1102113358

DHEDY TRIWARDANA 1302156199

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

(2)

Statement of Authorship

Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami menggunakannya

Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah : Audit Manajemen Sektor Publik Judul RMK/ Makalah/ Tugas : Metodologi Audit Kinerja Tanggal : Rabu, 14 Oktober 2015

Dosen : Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA

Nama : M. Fajri Jalius Abdiwan Syaputra DhedyTriwardana NIM : 1202111836 1102113358 1302156199 Tanda Tangan:

M. Fajri Jalius Abdiwan Syaputra Dhedy Triwardana NIM: 1202111836

(3)

1. Pemahaman Penugasan

Akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan penting dari reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik. Untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang telah dilakukan aparatur pemerintah , maka fungsi akuntabilitas dan audit atas pelaporann keuangan sektor publik harus berjalan dengan baik. Seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit yang tidak hanya terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja, tetapi perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja sektor publik.

Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab professional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain.

Langkah-langkah dalam Pemahaman Penugasan Audit : 1. Mengevaluasi Integritas Manajemen dengan persetujuan klien, karena kode etik profesi melarang auditor untuk mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam audit tanpa ijin klien. b. Mengajukan Pertanyaan pada Pihak Ketiga

Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dari orang-orang yang mengenal klien, seperti penasehat hukum klien, bankir, dan pihak–pihak lain dalam lingkungan bisnis dan keuangan yang memiliki hubungan bisnis dengan calon klien. Sumber informasi potensial lainnya, adalah mereview berita yang berkaitan dengan penggantian manajemen puncak di majalah atau surat kabar dan seandainya calon klien adalah perusahaan terbuka yang menjual saham-sahamnya dipasar modal dan pernah diaudit auditor lain, informasi bisa diperoleh dengan membaca laporan klien ke Bapepam tantang penggantian auditor.

c. Mereview Pengalaman Masa Lalu dengan Klien

(4)

tindakan melawan hukum yang ditemukan dalam audit yang lalu. Auditor juga mengajukan pertanyaan kepada manajemen mengenai berbagai hal seperti ada tidaknya kewajiban bersyarat ( contingencies ), lengkap tidaknya notulen rapat dewan komisaris, dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Kebenaran jawaban manajemen atas pertanyaan- pertanyaan tersebut dalam audit yang lalu harus dipertimbangkan dengan cermat dalam mengevaluasi integritas manajemen.

2. Mengidentifikasi Keadaan-Keadaan Khusus dan Resiko Tidak Biasa a. Mengidentifikasi Pemakai Laporan Keuangan Auditan

Auditor harus mempertimbangkan apakah klien merupakan perusahaan publik ( menjual saham- sahamnya kepada masyarakat ) atau perusahaan privat, kepada siapa saja atau kepada pihak ketiga mana diperkirakan klien berpotensi mempunyai kewajiban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Auditor harus mempertimbangkan apakah laporan audit yang biasa akan cukup untuk memenuhi kebutuhan semua pemakaian laporan atau apakah perlu dibuat laporan khusus.

b. Memperkirakan Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien Auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi dan menolak calon klien yang memiliki resiko tinggi terkena gugatan hokum, seperti : investigasi aparat pemerintah mengenai hasil produksi, dan ketidakstabilan keuangan. Bahkan apabila tidak terdapat petunjuk adanya kesulitan yang sedang dihadapi perusahaan, auditor harus mempertimbangkan timbulnya masalah seperti itu di masa datang bersamaan dengan menurunnya kondisi perusahaan. Prosedur yang dapat digunakan auditor untuk mengidentifikasi hal- hal semacam itu adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada manajemen, menganalisa laporan keuangan yang pernah diterbitkan baik yang diaudit maupun tidaki diaudit, dan apabila memungkinkan dengan mereview laporan- laporan yang disampaikan kepada berbagai instansi.

c. Mengevaluasi Auditabilitas Perusahaan Klien

(5)

klien harus diberi pengertian mengenai kemungkinan adanya pengaruh dari kondisi demikian terhadap laporan auditor.

3. Menetapkan Kompetensi untuk Melakukan Audit

Standar umum yang pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa: “Audit harus dilaksankan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor”.

a. Penetapan Tim Audit

Tujuan elemen pengendalian mutu ini adalah untuk melihat bahwa tingkat keahlian teknis dan pengalaman tim audit akan dapat memenuhi keburuhan untuk menangani penugasan secara profesional. Dalam menetapkan anggota tim, perlu dipertimbangkan pula sifat dan luasnya supervisi yang harus dipersiapkan. Tim audit pada umumnya terdiri dari :

 Seorang partner yang bertanggung jawab penuh dan merupakan penanggung jawab akhir dari suatu penugasan.

 Seorang manajer atau lebih yang mengkoordinasi dan melakukan supervisi pelaksanaan program audit.

 Seorang senior atau lebih yang bertanggung jawab atas sebagian program audit dan melakukan supervisi serta mereview pekerjaan staf asisten.

 Staf asisten yang mengerjakan berbagai prosedur audit yang diperlukan.

b. Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan penggunaan konsultasi dan spesialis untuk membantu tim audit dalam melaksanakan audit. Elemen pengendalian mutu yang berkaitan dengan konsultasi menyatakan bahwa kantor akuntan publik harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk memperoleh jaminan memadai bahwa personil kantor akuntan publik membutuhkan bantuan, sepanjang diperlukan, dari orang atau orang- orang yang memiliki tingkat pengetahuan, integritas, kebijaksanaan, dan otoritas yang sesuai . PSA No. 39, Penggunaan Pekerjaan Spesialis (SA 336), menyatakan bahwa auditor bisa menggunakan pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti kompeten. Contoh spesialis, antara lain :

 Penilai (appraiser) untuk mendapatkan bukti tentang penilaian atas barang seni.

(6)

 Aktuaris untuk menentukan jumlah rupiah program pensiun yang akan digunakan dalam akuntasi.

 Penasehat hukum untuk memperkirakan hasil akhir dari suatu perkara pengadilan yang masih berjalan.

 Konsultan lingkungan untuk menentukan pengaruh undang-undang dan peraturan tentang lingkungan.

4. Mengevaluasi Indepedensi

Standar auditing kedua menyatakan bahwa: ”Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh audit”.

Selain diatur dalam standar auditing, independensi dalam penugasan audit juga diwajibkan oleh Kode Etik IAI, disamping merupakan salah satu elemen dari elemen-elemen pengendalian mutu. Salah satu prosedur yang ditempuh adalah mengirim surat edaran kepada semua staf profesional KAP yang bersangkutan dengan menyebut nama calon klien, untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan keuangan atau bisnis dengan calon klien tersebut. Bila disimpulkan syarat independensi tidak dipenuhi, maka penugasan harus ditolak atau calon klien harus memberi informasi apabila audit tetap dilaksanakan, maka auditor akan memberikan pendapat ” menolak memberi pendapat ”.

5. Menentukan Kemampuan untuk Bekerja dengan Cermat dan Seksama Standar auditing ketiga menyatakan bahwa: ”Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”.

- Saat Penunjukan

Penunjukan auditor secara dini oleh klien dan penerimaan penugasan oleh auditor akan berpengaruh pada perencanaan audit. Sebaliknya apabila penerimaan penugasan terjadi saat mendekati atau sesudah akhir tahun buku, auditor bisa mendapat berbagai hambatan dalam perencanaan audit dan pelaksanaan pekerjaan lapangan.

- Penjadwalan audit.

(7)

- Penaksiran Kebutuhan Waktu.

Dalam mempertimbangkan penerimaan penugasan, auditor biasanya membuat suatu taksiran kebutuhan waktu audit. Pembuatan taksiran kebutuhan waktu meliputi estimasi tentang jumlah jam yang diperkirakan dibutuhkan setiap tingkat staff ( partner, manager, senior, dsb )untuk menyelesaikan setiap bagian audit dengan cermat dan seksama. Angka taksiran ini akan digunakan oleh kantor akuntan sebagai bahan diskusi dengan calon klien dalam menetapkan honorarium tertentu yang telah ditentukan jumlahnya berdasarkan kesepakatan dengan klien ( fixed-fee basis ), tapi honorarium audit.

- Personal Klien.

Penggunaan personal klien juga mempunyai dampak besar dalam penentuan staff dan penjadwalan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada honorarium audit, pengaruh ini berkaitan dengan tiga kategori prosedur auditing, yaitu: prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.

6. Menyiapkan Surat Penugasan

Langkah terakhir dalam tahap penerimaan penugasan adalah penyusunan surat penugasan. Bentuk dan isi surat penugasan berbeda-beda untuk setiap klien, namun secara umum setiap surat penugasan hendaknya berisi hal-hal:

- Menyebutkan dengan jelas nama perusahaan atau satuan organisasi dan laporan keuangan yang akan diperiksa.

- Menyebutkan tujuan audit.

- Menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional.

- Menjelaskan tenteng sifat dan lingkup audit dan tanggung jawab auditor. - Menyebutkan bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan

dengan baik.

- Mengingatkan manajemen.

- Menyebutkan bahwa manajemen akan diminta untuk mmberikan representasi tertulis kepada auditor.

- Menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagihan honorarium.

(8)

2. Melakukan

Risk Assessment

Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko (risk based audit approach) yang dilakukan oleh internal auditor lebih difokuskan terhadap masalah parameter risk assesment yang diformulasikan pada risk based audit plan.Berdasarkan risk assesment tersebut dapat diketahui risk matrix, sehingga dapat membantu internal auditor untuk menyusun risk audit matrix. Manfaat yang akan diperoleh internal auditor apabila menggunakan risk based audit approach, antara lain internal auditor akan lebih efisien & efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat meningkatkan kinerja Departemen Internal Audit.Tulisan ini akan menyoroti masalah risk assesment, risk matrix dan risk audit matrix serta risk based audit approach. Sebelumnya dibahas terlebih dahulu masalah pergeseran dalam fungsi internal auditing.

Pergeseran Fungsi dalam Internal Auditing.

(9)

rekomendasi yang disampaikaan kepada manajemen operasional. Ruang lingkup (scope) kegiatan audit semakin luas, pada saat ini tidak sekedar audit keuangan (financial audit) dan audit ketaatan (compliance audit), tetapi fokus perhatian ditujukan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap kinerja (performance) perusahaan dan pengendalian manajemen serta memperhatikan aspek risiko bisnis (business risk) dan risiko manajemen (risk management). Pergeseran orientasi audit menuju ke arah audit yang didasarkan atas resiko (risk based auditing) ini akan terus berlanjut seiring dengan kebutuhan perusahaan yang semakin kompleks di masa mendatang.

Risk Assesment

Internal auditor perlu melakukan risk asssment untuk mengetahui lebih jauh risiko-risiko potensial yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.Proses risk assesment terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

 Mengidentifikasi risiko-risiko bisnis yang melekat (inherent business risks) dalam aktivitas perusahaan.

 Mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian (control systems) dalam rangka monitoring inherent risk dari aktivitas bisnis (control risk).

 Menggambarkan risk matrix yang didasarkan atas inherent business risks

dan control risk.Risk assesment dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.

Parameter yang biasa digunakan dalam metodologi risk assesment antara lain :

 Trend industri & faktor lingkungan lain.

 Kompleksitas & volume aktivitas bisnis.

 Perubahan dari fokus bisnis & lini bisnis (busines lines).

 Perubahan dari praktek & kebijakan akuntansi (accounting practices / policies).

 Adanya perbedaan atas kinerja yang substansial dari Anggaran (Budget) Perusahaan.

3. Perencanaan Tahunan

(10)

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang ciri khas entitas. Dengan demikian, auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya sebaik-baiknya, sehingga kemungkinan menanggung risiko yang besar dapat dihindari.

Isi audit plan (perencanaan audit) meliputi tiga hal pokok yang terdidi dari:

 Hal-hal mengenai client,

 Hal-hal yang mempengaruhi client, dan

 Rencana kerja Auditor.

Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan. Yang dimaksud dengan auditee adalah entitas organisasi, atau bagian/ unit organisasi, atau operasi dan program termasuk proses, aktivitas dan kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian auditee dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:

a. SystematicSelection

Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan dengan audit yang diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut dikembangkan dengan mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang menunjukkan tingkat risiko yang tinggi mendapat prioritas untuk dipilih.

b. AdHocAudits

Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa operasi tidak selalu berjalan tepat seperti yang direncanakan. Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor internal untuk mengaudit bidang/ area fungsional tertentu yang dipandang bermasalah. Dengan demikian manajemen dan dewan komisaris memilih auditee bagi auditor internal.

c. AuditeeRequests

Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input dari auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap operasi yang berada di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan permintaan untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap harus mempertimbangkan risiko dan prioritasnya.

Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(11)

Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki pengendalian manajemen. Secara individual, tujuan audit internal dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) kategori aktivitas audit. b. Review atas FileAudit

Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan informasi dari file audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal sifat operasi sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan.

c. Menyeleksi Tim Audit

Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban tanggung-jawab yang akan dipikul oleh masing-masing staf auditor, dan keahlian yang diperlukan untuk mengaudit bidang-bidang tertentu.

d. Komunikasi Pendahuluan dengan Auditee dan Pihak Lain yang Berkepentingan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Mengakomodasikan akses terhadap fasilitas, catatan dan personal, serta untuk memperoleh informasi dari auditee atau pihak lain yang terkait.

e. Mempersiapkan Program Audit Pendahuluan

Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti sasaran dan tujuan, serta ruang lingkup audit, pertanyaan-pertanyaan khusus yang harus terjawab selama audit dilaksanakan, prosedur audit yang akan digunakan, dan bukti-bukti yang akan diuji.

f. Merencanakan Laporan Audit

(12)

g. Persetujuan atas Program Audit dari Kepala Bagian Audit Internal

Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa prosedur kerja mendukung tujuan, sasaran, dan ruang lingkup audit.

4. Pelaksanaan Pemeriksaan

Adapun pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari:

a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai. b. Staf harus disupervisi dengan baik.

c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.

d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.

5. Komunikasi Audit (Pelaporan)

Laporan hasil Audit Kinerja merupakan laporan hasil analisis dan interprestasi atas keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya yang dilaporkan oleh auditor.

Pelaporan Audit Kinerja meliputi: 1. Hasil penilaian atas kewajaran IKK.

2. Hasil Review Operasional beserta kelemahan yang ditemukan. 3. Rekomendasi yang telah disepakati.

4. Hasil pengujian atas laporan (hasil) pengujian tingkat kesehatan perusahaan.

5. Analisis perkembangan usaha. Tujuan pelaporan Audit Kinerja:

1. Memberikan informasi yang relevan dan objektif mengenai kinerja auditan kepada pihak terkait.

2. Menyajikan analisis dan interprestasi atas kondisi kinerja auditan serta memberikan.

3. Menyediakan informasi untuk penetapan kebijakan dalam rangka penugasan berikutnya.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

http://id-jurnal.blogspot.co.id/2008/04/audit-kinerja-pada-organisasi-sektor.html

http://rhelife.blogspot.co.id/2010/10/penerimaan-penugasan-dan-perencanaan.html

https://internalauditindonesia.wordpress.com/2010/02/08/risk-based-internal-auditing/

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/Bab%201_10-38.pdf https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/perencanaan-audit/

Referensi

Dokumen terkait

significant impact, the positive sign of the coefficient indicates that higher remuneration will increase firm productivity and vice versa.. The structural model can

dalam Kamus Ilmu Falak karangan Muhyiddin Khazin kiblat adalah arah Ka’bah di Mekkah yang harus dituju oleh orang yang sedang melakukan shalat, sehingga semua gerakan shalat,

 Harap membawa dokumen ASLI atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak berwenang paling lama 2 (dua) tahun terakhir dan Cap/Stempel Perusahaan untuk pengesahan dokumen

Literasi Lingkungan dengan Media Modifikasi Bank Sampah untuk Meningkatkan Kepedulian Lingkungan di SD Muhammadiyah 9 Malang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua di Desa Pattiroang berpandangan bahwa pendidikan ekonomi keluarga sangat penting diterapkan kepada anak mereka terutama

Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai tugas pokok melaksanakan penelitian sapi potong dengan menyelenggarakan fungsi :a). Pelaksanaan penelitian, eksplorasi,

Pergerakan tenaga kerja dari desa ke kota yang terjadi karena faktor tarikan (pull factor) yang lebih dominan, akan berdampak positif karena menambah kesempatan kerja.

Gambar 2.17 Skema Penelitian Visualisasi Tri-Helical Staic Mixer [31] Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa visualisasi aliran dalam tri-helical dapat