• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI ASET K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI ASET K"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Melestarikan Budaya Lokal Sebagai Aset Kekayaan

Nasional

Andi Sitti Rohadatul ‘Aisy

SMA N 1 Kendari

Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan keanekaragaman budaya,

hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dimana masing-masing suku

bangsa tersebut memiliki perbedaan dan keunikan baik dari segi bahasa daerah, adat istiadat,

kebiasaan, dan berbagai hal lain yang memperkaya keanekaragaman dari budaya Indonesia

itu sendiri. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal,

seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Kebudayaan lokal

Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk

mempertahankan.

Keanekaragaman budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat

membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta

merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Di

samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian

dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Seiring dengan peningkatan teknologi dan

transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi, warisan budaya

dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat tersebut menghadapi tantangan terhadap

eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena warisan budaya dan nilai-nilai tradisional

tersebut mengandung banyak kearifan lokal yang masih sangat relevan dengan kondisi saat

ini, dan seharusnya dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh.

Nilai-nilai budaya lokal manusia adalah makhluk yang berbudaya. Budaya lahir dan

dikembangkan oleh manusia, melalui akal dan pikiran, kebiasaan, dan tradisi. Kebudayaan

merupakan hasil belajar yang sangat bergantung pada pengembangan kemampuan manusia

yang unik yang memanfaatkan simbol, tanda-tanda, atau isyarat yang tidak ada paksaan atau

hubungan alamiah dengan hal-hal yang mereka pertahankan.1 Maka setiap manusia baik

individu atau atau kelompok dapat mengembangkan kebudayaan sesuai dengan cipta, rasa,

dan karsa masing-masing.

1

(2)

Menurut Gidden, kebanyakan apa yang dianggap tradisi di masa kini, telah melewati

batas waktu dengan mengalami penyesuaian dengan perkembangan-perkembangan baru.

Artinya, bahwa budaya masa lalu dapat direvitalisasi untuk memperkuat identitas suatu

kelompok sosial, sekalipun budaya itu tidak lagi asli sebagaimana budaya itu hidup dan

dimaknai di masa lalu.2 Artinya, perkembangan pengetahuan dan pengalaman manusia

pendukung budaya akan mampu mendukung eksistensi budaya dan mereduksi nilai-nilai

artifisial sehingga ada kebudayaan yang bersifat mendalam dan ada yang hanya bersifat

nampak dipermukaan dan akan bertahan sesaat. Berbeda dengan produk budaya yang

mendalam dan subtansial, dalam hal ini diwakili oleh budaya lokal yang memiliki nilai-nilai

yang tinggi. Baik nilai-nilai bersifat filosofis, sosiologis, dan produk budaya yang dihasilkan

dari semangat budaya yang khas. Dengan bahasa lain, budaya lokal adalah sesuatu yang

eksotis.

Kebudayaan nasional Indonesia adalah kebudayaan yang berakar dari bangsa

Indonesia itu sendiri yaitu nilai-nilai luhur serta falsafah yang berada dalam masyarakat dan

budaya yang berasal dari luar yang telah diserap dan disesuaikan dengan budaya asli bangsa.

Segala bentuk budaya yang diwakili bangsa Indonesia mulai dari bahasa, kesenian, makanan,

tarian, serta kepercayaan.3 Budaya lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh suatu wilayah

dan mencerminkan keadaan sosial di wilayahnya. Beberapa hal yang termasuk budaya lokal

diantaranya cerita rakyat, lagu daerah, ritual kedaerahan, adat istiadat daerah, dan segala

sesuatu yang bersifat kedaerahan.

Dinamika kebudayaan merupakan suatu hal tidak lepas dari aktivitas manusia dengan

peran akalnya. Dinamika atau perubahan kebudayaan dapat terjadi karena berbagai hal.

Secara fisik bertambahnya penduduk, berpindahnya penduduk, masuknya penduduk asing,

serta mudahnya akses masuk ke daerah juga dapat menyebabkan perubahan pada kebudayaan

tertentu. Dalam lingkup hubungan antar manusia, hubungan individual dan kelompok dapat

juga mempengaruhi perubahan kebudayaan.4 Satu hal yang tidak bisa dihindari bahwa

perkembangan dan perubahan akan selalu terjadi. Di kalangan antropolog ada tiga pola yang

dianggap paling penting berkaitan dengan masalah perubahan kebudayaan, yaitu evolusi,

difusi, dan akulturasi5.

2 Giddens, Anthony. 2001. Runaway World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita, Jakarta: Gramedia. Hal. 34 3

Dikutip dari artikel bertajuk Pemerataan Nilai-Nilai Budaya Lokal dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah, diakses melalui http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel

4

Menggali Keaifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati, file pdf diunduh melalui http://dgi-indonesia.com

(3)

Adapun pluralisme dalam hal kebudayaan ini secara konseptual dapat dipahami

sebagai nilai-nilai yang menghargai perbedaan dan mendorong kerja sama berdasar

kesetaraan, terkandung makna dialog membangun hubungan antarunsur dengan latar

belakang berbeda, termasuk kerja sama mencapai tujuan searah. Pluralisme dalam perspektif

filsafat budaya merupakan konsep kemanusiaan yang memuat kerangka interaksi dan

menunjukkan sikap saling menghormati, toleransi satu sama lain, dan saling hadir bersama

atas dasar persaudaraan dan kebersamaan, dilaksanakan secara produktif dan berlangsung

tanpa konflik sehingga terjadi asimilasi dan akulturasi budaya.6 Pluralitas tidak bisa

dihindarkan apalagi ditolak meskipun manusia tertentu cenderung menolaknya karena

pluralitas dianggap ancaman terhadap eksistensi komunitas. Akhirnya, melalui pembelajaran

terhadap keberagaman budaya dapat mengambil peran sebagai alat utama menuju kehidupan

etika pluralisme Indonesia yang baik. Juga sekaligus mewujud sebagai sosok pluralisme

budaya itu sendiri.

Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya dalam arti:

(a) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan

kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata

dan seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan

bangsa. (b) Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu sedangkan corak ragam

budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi model dan

landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya dengan tidak menolak nilai-nilai budaya

lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa, yang hasil-hasilnya dapat dinikmati

oleh bangsa.7

Dari sisi etnis dan budaya daerah sejatinya menunjuk kepada karaktreristik

masing-masing keragaman bangsa Indonesia. Pada sisi yang lain, karakteristik itu mengandung

nilai-nilai luhur memiliki sumber daya kearifan, di mana pada masa-masa lalu merupakan sumber

nilai dan inspirasi dalam strategi memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri, dan

merajut kesejehteraan kehidupan mereka. Artinya masing-masing etnis itu memiliki kearifan

lokal sendiri. Beberapa nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai

budaya dan kepercayaan yang ada sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke

dalam proses pembangunan kesejahteraan masyarakat.

6

Dikutip dari artikel bertajuk Budaya Lokal: Posisi, Peran dan Permasalahannya dalam Penguatan Etika Pluralisme di Indonesia, diakses melalui http://islamlib.com

(4)

Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan

nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan,

khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan politik, turisme, dan lain sebagainya. Padahal

kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu

dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih

seperti saaat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang

lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional

kita. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga

pemerintah masih sebatas unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan

kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang

dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang

dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat.

Untuk mengahadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk

mengatasinya, yaitu meningkatkan sumber daya manusia bagi para seniman rakyat. Selain

itu, mengembalikkan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan

sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi

pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja.

Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan bantuan pemerintah sehingga

sulit menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan

sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian yang

diinginkan kesenian rakyat tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah harus melakoni dengan benar

perannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis

kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan

politik.

Budaya lokal harus dilindungi oleh hukum yang mengikat semua elemen masyarakat.

Peraturan daerah yang mengatur tentang pelestarian budaya yang harus dilakukan oleh semua

pihak. Dengan digulirkan program otonomi daerah, diharapkan kedepannya masing-masing

daerah memperoleh kekuasaan dalam hal menggerakkan kemajuan daerahnya sesuai dengan

potensi lokal yang dimiliki. Kebebasan ini juga menyangkut segala aspek budaya yang ada di

daerah tersebut, sehingga program otonomi daerah ini juga salah satu kebijakan yang

mendukung pelestarian budaya-budaya daerah yang sudah mulai tenggelam. Kebudayaan

akan tetap lestari jika ada kepedulian tinggi dari masyarakat. Selama ini kepedulian itu belum

(5)

Perbaikan keadaan budaya bangsa adalah tanggung jawab bersama, baik keluarga,

sekolah, pranat sosial, maupun masyarakatnya. Salah satu upayanya adalah memberikan

arahan sejak anak-anak. Misalnya, memperkenalkan budayanya sendiri sejak dini. Di

sekolah, usaha ini dapat dilakukan dengan memasukkan unsur-unsur budaya daerah ke dalam

kurikulum. Pengintegrasian budaya lokal ke dalam pembelajaran sungguh sangat penting. Hal

ini dilakukan dalam upaya penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal dan

juga sekaligus untuk meminimalisir pengaruh negatif budaya luar khususnya budaya barat.

Rasa bangga akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal seharusnya mulai dipupuk

sejak dini untuk menghindari krisis identitas dan jati diri generasi muda. Generasi muda

memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan budaya daerah. Dalam konteks

keberlanjutan budaya, apabila generasi muda sudah tidak lagi peduli terhadap budaya

daerahnya, maka budaya tersebut akan mati. Namun jika generasi mudanya memilki

kecintaan dan keinginan untuk ikut serta dalam melestarikan budaya daerahnya, maka budaya

tersebut akan tetap ada disetiap generasi.

Pada hakikatnya, upaya pengembangan budaya dan potensi lokal termasuk kategori

tindakan komposisi, yakni tindakan konstitutif dalam pengembangan budaya dan potensi

lokal itu, atau dalam rangka yang lebih luas, yakni mengaitkannya dengan yang lain demi

kepentingan yang lebih besar. Oleh karena itu, tindakan tersebut mengandalkan tidakan

memilih-menolak, menaikkan-menurunkan, serta menggabungkan-memisahkan berbagai

gagasan budaya dan potensi lokal.8 Dengan demikian, pemahaman bahwa setiap etnik lokal

memiliki tema kulturalnya sendiri menjadi penting. Pemahaman itu bukan hal yang mustahil

karena tema kultural dalam masyarakat etnik tertentu diorganisasikan dalam pola yang dapat

dipahami.

Dalam rangka pengembangan budaya dan potensi lokal demi pemenuhan fungsi

kultural, edukatif, dan ideologis, kita perlu memilih strategi yang tepat dan jitu diantara

sejumlah strategi yang tersedia. Adapun strategi yang dapat dijalankan untuk meningkatkan

daya tahan budaya lokal antara lain upaya pembangunan jati diri bangsa, termasuk di

dalamnya penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial,

kekeluargaan dan rasa cinta tanah air. Jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus

dibangun secara kokoh dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada

generasi muda.

8

(6)

Upaya memperkuat jati diri bangsa dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai

budaya lokal dalam pembelajaran. Masyarakat adat daerah memiliki kewajiban untuk

kembali kepada jati diri mereka melalui penggalian dan pemaknaan nilai-nilai luhur budaya

yang ada sebagai sumber daya kearifan lokal. Upaya ini perlu dilakukan untuk menguak

makna substantif kearifan lokal, di mana masyarakat harus membuka kesadaran, kejujuran

dan sejumlah nilai budaya luhur untuk disosialisasikan dan dikembangkan menjadi prinsip

hidup yang bermartabat. Kemudian pada gilirannya, nilai-nilai budaya ini harus

disebarluaskan dan dibumikan ke dalam seluruh kehidupan masyarakat agar dapat menjadi

jati diri masyarakat daerah. Sebagai tindak lanjut pembangunan jati diri bangsa melalui

revitalisasi budaya daerah, pemahaman atas falsafah budaya lokal harus dilakukan. Yang

jelas, upaya dan strategi apapun yang dilakukan dan dipilih hendaknya jangan sampai

menjadi penghapusan identitas lokal tertentu. Nilai trans-lokal dan kesadaran multikultural

tetap menjadi sandaran dan tujuan utama.

Upaya pengembangan seni budaya dan tradisi selalu merupakan kesatuan yang padu

antara gagasan dan wujud nyata, yang secara metologis bertolak pada prinsip dan aksi dan

refleksi. Tindakan-tindakan konkret dilakukan bersama dengan ditumbuhkannya kesadaran

terhadap realitas seni budaya. Untuk itu, cara dan bentuk upaya pengembangan hendaknya

dilakukan secara strategis, artinya berbagai bentuk komunikasi artistik dalam dan lewat seni

budaya dan tradisi sudah seharusnya diarahkan pada tumbuh kembangnya kesadaran budaya.

Upaya pengembangan budaya juga tentu harus berkesinambungan, dan melembaga.

Upaya menempatkan kembali kebudayaan sebagai kerja perencanaan manusia berikut

tindakan nyatanya demi kesejahteraan bersama, merupakan upaya yang tidak bisa

ditunda-tunda. Persoalannya, imperatif yang bagaimanakah yang mestinya ditunaikan bersama agar

masyarakat dengan budaya lokalnya memiliki ketahanan budaya yang tangguh dalam

memasuki sejumlah proses yang tidak terhindarkan itu. Karenanya, perlu ada upaya

meluruskan agar proses dan produk budaya yang ada dapat diposisikan secara strategis.

Artinya, di samping berbagai ragam seni, kebudayaan juga mencakupi hal-hal yang lain

seperti tradisi masyarakat yang bersifat lisan dan turun-temurun, termasuk adat istiadat dan

keyakinan-keyakinan yang diekspresikan melalui ritus-ritus tertentu. Dengan cara demikian,

seluruh nilai budaya yang ada dapat dijadikan sumber kekuatan dan ketahanan masyarakat

dalam membangun dirinya, serta masyarakat berbudaya sebagai cita-cita bersama

diniscayakan dapat terwujud.

Apa yang disebut dengan sebagai budaya dan potensi lokal meniscayakan adanya

(7)

menghubungkan antara masa lalu dan masa sekarang, antara generasi nenek moyang dan

generasi sekarang, demi menyiapkan masa depan dan generasi mendatang. Di samping

mempunyai arti penting bagi identitas daerah yang memilikinya, pengembangan budaya dan

potensi lokal memiliki arti penting pula bagi berkembangnya budaya bangsa.

Modal dasar bagi segenap elit dan segenap agen pembaharu bangsa adalah perlu

adanya ketulusan untuk mengakui kelemahan, ikhlas membuang egoisme, keserakahan,

bersedia menggali kekuatan nilai-nilai budaya yang ada pada kelompok masyarakat daerah

masing-masing. Para elit di berbagai tingkatan harus mampu menjadi garda depan, bukan

sekedar bisa berbicara dalam janji, tapi harus mampu memberikan bukti tindakan nyata

dalam bentuk keberpihakan pada kepentingan masyarakat termasuk dalam hal pelestarian

akan eksistensi budaya lokal Indonesia.

Eksistensi budaya dan tradisi lokal selalu berada dalam jaringan strategis, baik dalam

relasi dan interaksinya dengan seni lain maupun dalam relasi dan interaksinya dengan

fenomena budaya yang lebih luas. Karenanya, kekhasan eksistensi tersebut harus dijaga

keberlangsungannya. Sesungguhnya, “melestarikan suatu budaya lebih sulit dari pada

membuat budaya yang baru”, demikian ungkapan orang bijak. Tapi itulah kenyataanya saat

ini yang terjadi kita lebih sulit mempelajari budaya daerah yang tak lain milik kita sendiri.

Sejatinya, kesadaran untuk melestarikan akan eksistensi budaya daerah ini idealnya memang

harus dimulai dari diri sendiri, karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan

(8)

Daftar Pustaka

Giddens, Anthony. 2001. Runaway World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan

Kita, Jakarta: Gramedia.

Antropologi Budaya, file doc diunduh 20 November 2013 melalui www.academia.edu

Budaya Lokal: Posisi, Peran dan Permasalahannya dalam Penguatan Etika Pluralisme

di Indonesia, diakses 17 November 2013 melalui http://islamlib.com

Kajian Budaya: Kecamatan Sebagai Pusat Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan

Serta Sebagai Sumber Kekuatan dan Potensi Daerah, file pdf diunduh 17 November 2013

melalui http://bappeda.slemankab.go.id

Makna dan Hakikat Pembangunan Nasional, file pdf diunduh 17 November 2013 melalui

http://file.upi.edu

Menggali Keaifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati, file pdf diunduh 17

November 2013 melalui http://dgi-indonesia.com

Pemerataan Nilai-Nilai Budaya Lokal dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah, diakses

Referensi

Dokumen terkait

Metode MDS merupakan teknik analisis statistik berbasis komputer dengan menggunakan perangkat lunak SPSS, yang melakukan transformasi terhadap setiap dimensi dan

Produktivitas pada suatu perusahaan merupakan kemampuan untuk dapat menghasilkan sejumlah barang dengan faktor produksi yang tersedia, tingginya produktivitas merupakan

Analisis faktor eksploratori menunjukkan dimensi yang menyusun konstruk totalitas kerja dalam penelitian ini menjadi tiga dimensi dengan sebaran seperti tampak pada

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara regulasi emosi dengan burnout pada perawat rawat inap RSJD Dr

Di sisi lain, ditemukan indikasi lain pada aspek prestasi belajar bahwa bagi dosen yang tidak berlatar belakang keilmuan yang linear dengan tingkat strata satu

Hasil uji kesukaan panelis terhadap kerenyahan puff pastry pada berbagai tingkat lama penyimpanan adonan beku pada suhu -20±2ºC menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

berbunga jantan dan umur berbunga betina menunjukkan bahwa perlakuan beberapa dosis trichokompos memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap umur berbunga jantan dan

Operasi Dan Laba Bersih dalam Meprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)