• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Perancang Sistem Informasi Akunt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Perancang Sistem Informasi Akunt"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III POKOK BAHASAN

3.1. Peranan Perancang Sistem Informasi Akuntansi Keuangan dalam Menciptakan Praktik Akuntansi Kreatif

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya, perancang sistem pada umumnya adalah seseorang yang membuat desain dokumentasi untuk pengembangan dan integrasi sistem komputer secara mendetail untuk memenuhi keinginan perusahaan. Demikian pula, perancang sistem informasi akuntansi keuangan berperan dalam menciptakan dokumentasi untuk pengembangan dan integrasi sistem akuntansi keuangan secara mendetail untuk memenuhi keinginan perusahaan. Keinginan perusahaan tidak selalu baik; faktanya, banyak perusahaan memiliki niat buruk untuk melakukan kecurangan (fraud) dalam pelaporan keuangan demi mendapat opini unqualified dari auditor (Arens, 2011:374). Maka, ketika perancang sistem informasi akuntansi keuangan mulai merasakan beban dan tekanan untuk memenuhi keinginan (kriteria) perusahaan, bisa jadi perancang sistem informasi akuntansi keuangan merancang desain antarmuka (interface) yang memungkinkan dilaksanakannya praktik akuntansi kreatif, baik oleh manajemen maupun oleh perancang sistem itu sendiri. Jadi, perancang sistem informasi akuntansi keuangan berperan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif, khususnya ketika ada konflik untuk memenuhi keinginan manajemen atau menuruti standar pelaporan keuangan yang ada dengan risiko dipecat oleh perusahaan (Muhindo, 2014).

Karena bentuk laporan yang diinginkan manajemen berbeda-beda tergantung tujuan dan luas pertanggungjawaban kepada pihak eksternal (Salehi, 2012), maka permintaan manajemen akan desain interface sistem informasi akuntansi keuangan dapat berbeda-beda pula. Implikasinya, seluruh komponen dalam desain interface sistem informasi akuntansi keuangan pun dapat menjadi berbeda untuk jenis perusahaan yang berbeda-beda. Pada titik ini, perancang sistem yang memiliki keahlian dalam mendesain sistem akan mengidentifikasi output apa saja yang diminta perusahaan, mendesainnya, kemudian memanipulasi komponen-komponen input

(2)

laporan keuangan yang diinginkan perusahaan untuk kemudian dievaluasi dan dimanipulasi

input dan file/tabelnya sedemikian rupa, sehingga paling tidak, salah satu dari komponen ini akan mengijinkan adanya praktik akuntansi kreatif (Muhindo, 2014).

Selain kedua hal yang telah disebutkan di atas, yakni memanipulasi input dan file/tabel dalam desain sistem informasi akuntansi keuangan untuk menciptakan output yang diinginkan perusahaan, peran perancang sistem informasi akuntansi keuangan juga tidak lepas dari ketergantungan manajemen pada ukuran performa akuntansi (reliance on accounting performance measures—RAPM, Argyris dalam Hudayati:2002). Ketika manajemen menilai segala sesuatu dalam proses bisnisnya semata dengan ukuran performa akuntansi yang dinyatakan dalam angka di laporan keuangan, maka yang terjadi pada karyawan adalah ketegangan, dendam, curiga, was-was dan kurang percaya diri. Seluruh emosi negatif ini pada akhirnya akan menimbulkan perilaku disfungsi (dysfunctional behavior). Demikian pula dengan perancang sistem. Perancang sistem berperan dalam merancang sistem informasi akuntansi keuangan yang berorientasi pada kinerja akuntansi dan/atau finansial perusahaan. Misalnya, perancang sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif, yakni menyamarkan pembayaran berpotongan menjadi gratisan untuk menarik pelanggan. Dari sisi perusahaan, mungkin laba perusahaan akan naik karena semakin banyak pelanggan yang terjebak untuk membayar. Namun, dari sisi pelanggan, praktik akuntansi kreatif ini merupakan praktik yang tidak memiliki tanggung jawab sosial kepada pelanggan, sehingga tidak mungkin menciptakan retensi pelanggan (Newman, 2014).

Tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Perancang sistem juga dapat memanipulasi tampilan per item input data penjualan, sehingga pada waktu logika program diprogram oleh

programmer, hasil dari laba bersih akan lebih atau kurang saji sebagai akibat adanya satu atau lebih item data penjualan yang diganti (bdk. Sukartini, 2012 tentang desain input data penjualan). Data penjualan untuk selanjutnya langsung bertaut dengan data pelanggan dalam file pelanggan, karena bagaimanapun juga, pelanggan adalah sumber utama penjualan perusahaan (Kotler dan Gary Armstrong, 2012:13). Karena per item input data penjualan ini secara langsung berkaitan dengan file pelanggan, maka bisa jadi perancang sistem bermain di sekitar kunci utama ataupun

(3)

memanipulasi per item input dalam file penjualan dan pelanggan, serta meletakkan kunci utama ataupun foreign key dalam tabel-tabel yang berpotensi memberikan kontribusi pada praktik akuntansi kreatif. Sebagai akibatnya, kardinalitas atau hubungan antartabel dalam interface

laporan keuangan juga mengijinkan terjadinya praktik akuntansi kreatif (Rama, 2008:205).

3.2. Komponen Desain dalam Sistem Informasi Akuntansi Keuangan yang Memberikan Kontribusi pada Praktik Akuntansi Kreatif

Sebagaimana disebutkan oleh Sukartini (2009), desain dalam sistem informasi akuntansi keuangan terdiri dari desain global sebagai tahapan awal desain sistem informasi akuntansi, desain detail, desain file/tabel yang diperlukan untuk informasi akuntansi, dan desain output

akhir untuk disajikan kepada user sistem. Sukartini (2009) selanjutnya memecah lagi desain-desain sistem informasi akuntansi ini menjadi komponen-komponen, di antaranya adalah struktur program aplikasi akuntansi perusahaan dan tampilan menu utama aplikasi sebagai bagian dalam desain global, dan desain input data barang, pemasok, pelanggan, pembelian, penjualan, perkiraan, jurnal dan input data buku besar sebagai bagian dari desain detail input sistem informasi akuntansi keuangan. Sementara itu, Waluyani (2013) mengklasifikasikan desain tabel

master, tabel transaksi dan tabel laporan yang dapat disamakan dengan file master dan file

transaksi yang dikemukakan Rama (2008:193-196). Karena makalah ini membahas mengenai peranan perancang sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan atau mengijinkan praktik akuntansi kreatif, maka yang menjadi pokok bahasan hanya komponen-komponen desain sistem informasi akuntansi keuangan yang rawan praktik akuntansi kreatif. Komponen-komponen desain tersebut adalah struktur program aplikasi akuntansi perusahaan, desain input

data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku besar (Arens, 2011:18-19, 28-29). Termasuk di dalamnya adalah semua tabel/file master maupun tabel/file transaksi yang berhubungan langsung dengan proses penjurnalan dan posting ke buku besar.

(4)

yang akan dilakukan perancang sistem kemudian. Maka, jika dikaitkan dengan praktik akuntansi kreatif, apabila dari strukturnya saja sudah menunjukkan gejala kontribusi pada praktik akuntansi kreatif, maka itu akan memengaruhi keseluruhan desain input sistem informasi laporan keuangan, khususnya dalam desain input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal, maupun buku besar atau semua file master dan file transaksi yang berkaitan dengan interface sistem informasi akuntansi keuangan.

Komponen desain dalam sistem informasi akuntansi keuangan berikutnya yang rawan praktik akuntansi kreatif adalah desain input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku besar. Ini terjadi utamanya pada perusahaan yang menitikberatkan pembayaran oleh kartu kredit (Talekar dan K.P. Adhiya, 2014; Antonio, 2014). Talekar dan K.P. Adhiya (2014) menyatakan, sistem pembayaran menggunakan kartu kredit memungkinkan perusahaan untuk melakukan praktik akuntansi kreatif yang mengarah pada fraud, karena perusahaan dapat menahan barang yang dipesan konsumer dan di satu sisi memaksa konsumer untuk membayar sejumlah harga yang ada. Jika dikaitkan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh perancang sistem, perancang sistem mungkin membuat input dua kali pada data barang atau penjualan dan menyembunyikan salah satunya, sehingga ketika ada komplain dari konsumer, yang ditunjukkan oleh komputer perusahaan hanya input yang tidak disembunyikan oleh perancang sistem. Karena input data barang dan penjualan dapat memberikan kontribusi pada praktik akuntansi kreatif, maka ketika meng-input jurnal dan buku besar pasti juga akan memberikan kontribusi pada praktik akuntansi kreatif, mengingat semua hal ini berhubungan satu dengan yang lainnya (Reeve et al., 2009:234). Sementara itu, input data pelanggan rawan praktik akuntansi kreatif, khususnya ketika pelanggan memiliki membership khusus, seperti program loyalitas yang dapat diunduh melalui

smartphone1.

Komponen desain terakhir dalam sistem informasi akuntansi keuangan yang juga rawan terhadap praktik akuntansi kreatif adalah tabel atau file, di mana file master dan file transaksi saling berkaitan mengingat peran file master sebagai syarat dari adanya file transaksi (Rama, 2008:193). Setelah memasukkan seluruh input yang dibutuhkan, maka selanjutnya yang dilakukan oleh perancang sistem adalah membuat dan mengorganisir desain tabel atau file

1 Diambil dari kasus salah satu supermarket di Indonesia, tanggal 20 November 2014. Demi

(5)

master maupun file transaksi. Implikasinya, kalau desain input sudah mengijinkan adanya praktik akuntansi kreatif, maka tabel-tabelnya pun bisa mengijinkan ada praktik akuntansi kreatif pula. Hal ini berkaitan dengan hubungan kardinalitas antartabel yang dikemukakan oleh Rama (2008:193-196). Jika di dalam input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku besar ada perubahan dalam hubungan kardinalitas (contoh: antar-field yang seharusnya one-to-one

menjadi one-to-many), maka dapat dipastikan ketika mendesain tabel atau file master dan file

transaksi pun juga demikian. Alasannya, kunci utama (primary key) dan foreign key saling berkaitan antara file master maupun file transaksi.

3.3. Cara Perancang Sistem Memanipulasi Komponen-Komponen Desain dalam Sistem Informasi Akuntansi Keuangan

Cara pertama adalah memanipulasi struktur program aplikasi perusahaan. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, struktur program aplikasi perusahaan mencakup keseluruhan tampilan desain sistem informasi akuntansi keuangan yang diinginkan oleh perusahaan. Apabila manajemen tidak menghendaki ditampilkannya salah satu atau lebih jenis laporan yang dihasilkan struktur program aplikasi, maka perancang sistem dapat langsung menghapusnya dari rancangan kasar (Waluyani, 2013), sehingga ketika sudah masuk ke tahapan desain sistem informasi akuntansi yang lebih lanjut, perancang sistem tidak perlu membuat input ataupun

file/tabel yang berkaitan dengan bagian laporan keuangan yang diinginkan manajemen. Atau, perancang sistem dapat menambahkan jenis laporan keuangan yang berbeda, yang mungkin tidak sesuai dengan PABU, tetapi diinginkan oleh manajemen untuk ditampilkan (Mardiyanto, 2009:66). Cara lain yang cukup umum dilakukan oleh perancang sistem dalam perusahaan adalah menggandakan laporan keuangan tertentu, di mana laporan keuangan yang benar disembunyikan dan yang ditampilkan hanya laporan keuangan yang sudah dimanipulasi oleh perancang sistem. Dengan demikian, struktur program aplikasi perusahaan dapat dimanipulasi dengan cara menghilangkan atau menghapus laporan keuangan yang tidak diinginkan perusahaan dari rancangan kasar, menambahkan jenis laporan keuangan yang mungkin tidak sesuai dengan PABU atau merancang komponen laporan keuangan ganda dan menyembunyikan salah satunya.

Cara perancang sistem mengutamakan sistem pembayaran kredit lebih daripada pembayaran tunai (cash) adalah salah satu cara memanipulasi komponen-komponen desain input

(6)

Mobile Air di Sim Lim Square, Singapura, di mana perancang sistem lebih mengutamakan pembayaran kredit dan transfer antarbank daripada membayar tunai langsung ke tokonya. Jika pelanggan membayar tunai, maka sistem informasi akuntansi yang dibuat oleh perancang sistem akan meng-input jumlah pembayaran dalam file penjualan dengan meninggalkan angka ribuan jauh di depan angka ratusan, puluhan dan satuan, sehingga konsumer akan membayar ratusan dolar saja, sementara harga asli yang harus dibayar adalah ribuan dolar2. Selanjutnya,

pemanipulasian dalam komponen input data penjualan dan data barang ini juga akan berpengaruh pada saldo akhir penjumlahan pada data jurnal dan buku besar umum. Sementara itu, memberlakukan membership juga bisa jadi merupakan cara perancang sistem memanipulasi komponen input file pelanggan. Meskipun pemberlakuan membership dapat menjadi penghargaan bagi konsumer yang loyal (Kotler dan Gary Armstrong, 2012), pemberlakuan membership juga dapat menjadi celah praktik akuntansi kreatif. Misalnya, membership hanya berlaku untuk member baru. Jika member sudah lama dan sudah banyak memanfaatkan penawaran khusus oleh perusahaan, maka perancang sistem akan me-reset data dalam input

pelanggan, sehingga pelanggan tersebut tidak dapat memanfaatkan penawaran khusus karena nomornya tidak terbaca3. Maka, mau tidak mau, pelanggan tersebut harus membayar. Jika

membayar, maka ini akan secara automatis tercatat dalam jurnal dan buku besar, dan pada akhirnya laporan keuangan perusahaan.

Terakhir, cara perancang sistem informasi akuntansi keuangan memanipulasi tabel adalah menyembunyikan tabel harga asli dan/atau memberlakukan default untuk tabel diskun. Misalnya, diskun default untuk suatu produk adalah Rp10.000,00, maka apapun program perusahaan yang berkaitan dengan produk tersebut, diskunnya automatis menjadi Rp10.000,00, meskipun mungkin perusahaan memiliki program gratis produk tersebut4. Cara lain adalah memanipulasi

letak kunci utama dan foreign key dalam tabel, sehingga ketika sudah waktunya perusahaan mengumumkan berita yang dapat menarik pelanggan, letak kunci utama dan foreign key akan diubah oleh perancang sistem. Maka, ini akan berimplikasi pada tidak dapat diaksesnya salah

2 Kasus ini terjadi tanggal 5 November 2014, di mana buruh Vietnam yang tidak bisa

berbahasa Inggris dipaksa menandatangani dokumen tertentu untuk kelengkapan

pembayaran karena ia membayar secara tunai dan tidak melihat adanya angka ribuan di depan slip pembayaran. Kelengkapan pembayaran sebenarnya hanya merupakan praktik akuntansi kreatif dari Mobile Air. (Sumber: StraitsTimes.com).

3 Idem (1).

(7)

satu atau lebih field yang ada dalam suatu tabel transaksi. Lebih parah lagi, apabila perusahaan tersebut memiliki kantor cabang dan merupakan perusahaan multinasional, sehingga hal ini juga dapat menjadi celah bagi perancang sistem untuk berkontribusi pada praktik akuntansi kreatif. Memanfaatkan kondisi perusahaan yang sudah go international tersebut, perancang sistem akan mengintegrasikan sistem informasi akuntansi keuangan antara kantor pusat dan kantor cabang, sehingga ketika sistem informasi akuntansi keuangan kantor pusat mengijinkan adanya praktik akuntansi kreatif, maka sistem informasi akuntansi keuangan di kantor cabang pun juga ikut andil dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif5.

Referensi

Dokumen terkait

Stiff, hurt knees are unable to perform this basic task, this results with physical and mental consequence.. More about that and some useful ideas forms

mempengaruhi biaya bunga perusahaan karena bunga pinjaman yang diminta oleh. bank komersial atau kreditor berdasarkan tingkat suku bunga pasar,

Most interior-point algorithms must be initiated at a strictly feasible point. The complexity of obtaining such an initial point is the same as that of solving the LP problem

Merdeka belajar merupakan kemerdekaan berpikir terutama esensi kemerdekaan berpikir ini harus ada pada guru sebelum diimplementasikan kepada peserta didik.kegiatan

15 Sedangkan pada penelitian ini terdapat beberapa kekurangan seperti jumlah subjek yang lebih sedikit, tidak ada pemberian intervensi kepada subjek penelitian, bentuk

Menurut Winarno (1995! yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau men"adi pucat tambahan makanan

1) SDGs lebih global dalam mengkolaborasikan program-programnya. MDGs sebelumnya dibuat oleh anggota negara OECD dan beberapa lembaga internasional. Sementara SDGs dibuat secara

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dekonstruksi atas gagasan dominan mengenai gender yang mengkonstruksi karakteristik laki-laki sebagai memiliki sikap maskulin