• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI LAHAN AIR T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI LAHAN AIR T"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI LAHAN AIR ACARA VI

Penentuan Tekstur Tanah Dengan Metode Pipet

Dosen Pengampu: Dr. Didik Taryana., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 4:

Alfia Munawaroh (160722614663) Anang Ma’ruf (160722614611) Anggit Sarwendah L. (160722614657)

G/2016

Asisten Praktikum : 1. Agus Syarif

2. Hetty Rahmawati Sucahyo

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI JURUSAN GEOGRAFI

(2)

November 2017 ACARA VI

PENENTUAN TEKSTUR TANAH DENGAN METODE PIPET

I. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan menentukan tekstur tanah dengan metode pipet

2. Mahasiswa mampu menganalisis pengaruh dari tekstur tanah terhadap erosi 3. Mahasiswa mampu menganalisis pengaruh dari tekstur tanah terhadap erosi II. ALAT DAN BAHAN

b. 10 ml Hidrogen peroksida (H2O2) 30% c. 25 ml Asam Klorida (HCl)

d. 10 ml Kalgon 5% e. Aquades

III. DASAR TEORI

(3)

Tekstur merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang penting, karena variasi tekstur dapat digunakan untuk menduga sejarah geogenesis dan

pedogenesis. Fraksi liat diketahui mempunyai luas permukaan yang besar disbanding fraksi debu dan pasir. Tanah yang halus mengalami lebih banyak pelapukan. Beberapa sifat tanah yang lain seperti kandungan bahan organic, unsur hara,aerasi dll, mempunyai hubungan yang erat dengan tekstur tanah.

Tekstur tanah adalah perbandingan relative tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah. Tekstur suatu horizon tanah merupakan sifat yang hamper tidak berubah, berlainan dengan struktur dan konsistensi. Tekstur tanah yang memilikisi sifat relative tetap dalam jangka waktu tertentu maka tekstur tanah dapat menjadi dasar klasifikasi tanah (darmawijaya, 1992 dalam Ma’ruf 2017).

(4)

Sumber:

http://4.bp.blogspot.com/_KFLOqPh78zc/SZDfSiDfJhI/AAAAAAAAAEg/egwq RnBGWz0/s320/segi tigateksturmk5.jpg

Tekstur tanah dapat dibagi menjadi 12 kelas berdasarkan pada diagram segitiga tekstur tanah oleh USDA. Suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir, bertekstur debu apabila kadar debu minimal 85% dan bertekstur liat apabila berkadar minimal 40% liat. Tanah yang

berkomposisi idela yaitu 22,5- 52,5% pasir, 30-50% debu dan 10-30% liat yang disebut tekstur lempung. Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi:

a. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir. b. Tanah bertekstur halus atau tanah berliat.

c. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.

Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran sebaran butiran yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah yang memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (>2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi (< 2mm) meliputi lempung berpasir, lempung halus, debu kasar, debu halus, liat halus, liat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).

Tekstur tanah dapat ditentukan dilaboratorium maupun lapangan.

Penentuan tekstur tanah dilaboratorium umumnya dilakukan melalui dua metode, yaitu metode pipet atau metode hydrometer, kedua metode tersebut berdasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik. Penentuan tekstur tanah dilaboratorium dilakukan dengan cara analisis mekanis.

(5)

1. Timbang contoh tanah kering udara 10g lalu masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250ml

2. Siapkan 10 ml larutan (H2O2) menggunakan gelas ukur 10ml dan siapkan aquades 50 ml

3. Tambahkan Aquades 50ml dan larutan (H2O2) sedikit-sedikit dengan

menggunakan pipet ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml yang berisi tanah kering udara 10g tadi. Lalu, goyang-goyang dan akan ada reaksi seperti berbuih, berasap, dan mengembun.

4. Setelah reaksi melemah (berkurang), tambahkan lagi sedikit-sedikit dengan

pipet

5. Apabila sudah melemah lagi, panaskan labu erlenmeyer yang berisi material tadi di atas kaki tiga. Tambahkan (H2O2) lagi sedikit-sedikit menggunakanh pipet maka reaksinya akan semakin kuat, terus lakukan penambahan (H2O2) apabila reaksinya melemah.

6. Untuk memastikan apakah reaksinya telah melemah, coba undurkan bunsen apabila sudah tidak bereaksi, maka hentikan pemanasannya dan diamkan beberapa menit

7. Tambahkan 25 ml (HCl) dan aquades 300 ml ke dalam labu erlenmeyer, lalu goyang-goyang dan amati reaksinya, apabila berbuih maka ada kandungan kapurnya dan sebaliknya.

8. Setelah beberapa menit dan reaksinya berhenti, tambahkan kalgon 10 ml lalu diamkan semalaman.

Proses Pemipetan

1. Siapkan corong dan saringan di atas gelas ukur 500 ml

2. Kocok material yang ada di labu erlenmeyer lalu tuangkan ke gelas ukur 500 ml dengan saringan dan corong sampai material di dalam erlenmeyer tidak ada

(6)

3. Material yang tertinggal di saringan tersebut merupakan fraksi pasir. 4. Selanjutnya lakukan tahap pemipetan berikut:

Ukuran

5. Pemipetan I, lakukan dengan menggunakan pipet gondok pada kedalaman 0 cm dengan volume 50 ml. Karena pipet gondok hanya 10 ml, maka lakukan sebanyak 5 kali. Kemudian letakkan di cup yang telah diberi kertas saring. 6. Pemipetan II dilakukan setelah 4 menit 6 detik dari pemipetan I, pipet pada kedalaman 10 cm dengan volume 10 ml.

7. Pemipetan III dilakukan setelah 16 menit 18 detik dari pemipetan I, pipet pada

kedalaman 10 cm dengan volume 10 ml

8. Pemipetan IV, dilakukan setelah 6 jam 47 menit 0 detik dari pemipetan I, pipet pada kedalaman 10 cm dengan volume 10 ml

9. Sisa material yang ada di gelas ukur kemudian di buang airnya hingga batas 100 ml, lalu aduk sampai rata dan tuangkan ke beaker glass yang atasnya telah

diberi corong dan kertas saring di atas kaki tiga dan tunggu hingga kandungan airnya habis dan tinggal material yang tertinggal.

(7)

11. Setelah kering, timbang kembali berat keseluruhan (material dan kertas saring) dan hitung berat bersihya dengan mengurangkan berat kotor tersebut dengan berat kertas saring.

12. Tentukan kelas tekstur tanah dengan menghitung presentasi tiap fraksi dan sesuaikan dengan segitiga tekstur maka akan didapat kelas teksturnya.

V. HASIL

Tabel 5.1. Hasil praktikum

Fraksi Berat kotor Berat kertas Berat bersih Presentase

Pasir I 1,2 1,1 0,1

83 %

Pasir II 9,1 0,9 8,2

Debu I 1,2 1,1 0,1

14 %

Debu II 1,5 1,1 0,4

Debu III 2,0 1,1 0,9

(8)

Berdasarkan segitiga tekstur, tekstur tanah ini termasuk dalam kelas tekstur ke 11, yaitu Loamy Sand atau Pasir Berlempung.

VI. PEMBAHASAN

Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penysun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) realtif antara fraksi pasir, debu, dan liat. Berdasarkan praktikum diketahui bahwa presentase pasi 83 %, debu 14 % dan liat 3 %. Berdasarkan diagram kelas tekstur tanah menurut USDA tanah tersebut memiliki tekstur pasir berlempung. Praktikum penentuan tekstur tanah dilakukan menggunkan metode pipet. Metode pipet berdasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik.

Dispersi dan sedimentasi ialah dua tahap penting sebelum tekstur tanah ditentukan dengan salah satu metode, bisa pipet dan hidrometer. Akan tetapi paa praktikum kali ini mengunakan metode Pipet. Butir – butir partikel (tanah) perlu dipisahkan dengan cara membuang zat perekatnya dengan menambahkan zat anti flokulasi (deflocculating agents). Zat perekat yang umum didalam tanah ialah bahan organik, kalsium karbonat dan oksida besi (Hillel, 1982).

Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sanat tanah terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral fledspar dan mika yang mudah lapuk. Pada saat pelapukannya akan membebaskan

(9)

Tanah yang digunakan untuk praktikum kali ini berada pada tekstur kasar karena mengandung pasir 83%.

Tanah yang didominasi oleh pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro sehingga disebut lebih poreus. Tanah yang memiliki tingkat poreus yang tinggi akan menyebabkan akar mudah untuk berpenetrasi, serta semakin mudah air dan udara untuk bersirkulasi, tetapi akan makin mudah air untuk hilang dari tanah. Tanah tersbut akan mengalami tingkat erosi yang tinggi. Tangkat erosi yang tinggi dapat diketahui karena tanah yang memilki tingkat poerus yang tinggi akan mudah meloloskan air dalam pelolosan tersebut maka air akan membawa materi dari tanah sehingga tanah tersebut akan mengalami erosi dalam hal materi tanah yang dibawa oleh air terebut.

VII. KESIMPULAN

Tanah pada praktikum kali ini memiliki presentase pasi 83 %, debu 14 % dan liat 3 %. Berdasarkan diagram kelas tekstur tanah menurut USDA tanah tersebut memiliki tekstur pasir berlempung. Tanah tersebut memiliki tingkat erosi yang tinggi karena memiliki tekstur kasar. Tanah dengan tekstur kasar memiliki tingkat poerus yang tinggi. Tanah dengan tingkat poerus yang tinggi akan menyebabkan air cepat lolos dari tanah serta akan membawa materi dari tanag tersebut sehingga tanah tersebut mengalami erosi.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Ali Kemas. 2014. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press. Hardjowigeno, H. S. 1995. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Jakarta:

Akademika Pressindo.

Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Physics. San Diego, California: Academic Press., Inc.

(10)

Gambar

Gambar 1. Klasifikasi tekstur tanah menurut USDA
Tabel 5.1. Hasil praktikum

Referensi

Dokumen terkait

Disamping itu, faktor curah hujan, jenis tanah,kemiringan lereng dan pola pengelolaan lahan yang berbedajuga berpotensi mem- berikan hasil berbeda dalam

Metode yang digunakan untuk penentuan zona konservasi cekungan air tanah dengan menentukan nilai parameter zona konservasi, yaitu: (a) keterdapatan dan potensi air tanah,

Kromatografi gas merupakan suatu metode pemisahan dan pengukuran yang didasarkan pada perbedaan distribusi komponen-komponen dalam sampel diantara dua fasa dengan menggunakan

Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-komponen berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen pada dua fase, yakni fase diam dan fase gerak dalam

rata yaitu 63.5 % dan pada metode bromometri diperoleh kadar rata – rata yaitu 38.25 % dari perbedaan hasil yang diperoleh antara dua metode tersebut dapat dibandingkan bahwa

Berdasarkan hasil perhitungan sampel tanah dilahan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pengeringan oven hasil perhitungan kadar air tanah lebih akurat

Erosi tanah merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan bumi. Besarnya erosi sangat tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas terjadinya erosi. Adapun faktor-faktor alam yang mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah, karakteristik landskap dan iklim. Akibat dari adanya pengaruh manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu prediksi laju erosi tanah sehingga bisa dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman lahan berfungsi untuk memaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan dari sumberdaya lahan.

kebebaslinieran dari dua komponen bisa dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pemisahan kedua komponen solusi umum, penentuan matriks wronskian, pendefinisian baris kedua matrik