DAMPAK
LEBELLING POSITIVE
DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
Mega Retno Wulandari 942016029@student.uksw.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dampak Labbeling Positive terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, studi dokumen dan wawancara. Data dianalisis menggunakan tiga langkah yaitu: reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Labbeling Positive dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: Labbeling Positive, Prestasi Belajar.
PENDAHULUAN
Setiap peserta didik disekolah
memiliki kemampuan yang berbeda-beda
di dalam proses belajarnya. Beberapa
siswa dengan mudah dalam memahami
materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Tetapi, terdapat juga siswa yang
lambat dalam memahami materi pelajaran
yang disampaikan. Oleh karena itu,
seorang guru dituntut untuk memiliki
metode yang sesuai agar siswa yang
lambat tersebut dapat lebih mudah
memahami materi yang di sampaikan.
Seorang guru harus mampu membimbing
peserta didiknya. Peran guru Sebagai agen
pembelajaran adalah sebagai fasilitator,
motivator, pemacu, perekaya
pembelajaran, dan inpirasi belajar bagi
peserta didik. Hal tersebut sudah tertuang
secara jelas dalam UU No.14 Tahun 2005
pasal 4. Sejalan dengan UU tersebut,
Usman (2005:14) juga berpendapat bahwa
sebagai agen pembelajaran, guru memiliki
peran sentral dan cukup strategis antara
lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa pembelajaran, dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik. Hal
tersebut bertolak belakang dengan
kenyataan yg ada di dalam kelas. Respon
guru terhadap siswa yang lambat dalam
memahami materi yaitu dengan
memberikan hukuman atau
mengatai-ngatai siswa dengan kata-kata negatif.
Ahli psikologi berpendapat bahwa dengan
mengeluarkan kata-kata negatif terhadap
peserta didik akan membawa dampak yang
tidak baik terhadap mental atau psikologi
siswa tersebut.
Berdasarkan Laporan Praktek
Kerja Lapangan Program Profesi Psikolog
(2004) di sebuah sekolah dasar di daerah
lakukan dengan pendekatan diktatorial.
Guru memerintah dan mengarahkan
siswanya dalam proses belajar di dalam
kelas. Ketika siswa mudah memahami dan
mampu mengerjakan tugas yang diberikan
guru maka siswa cenderung di hargai dan
diperhatikan guru. Tetapi, jika seorang
siswa tidak dapat mengerjakan tugas yang
diberikan maka guru seringkali
mengatai-ngatai siswa tersebut dengan kata-kata
“bodoh”.
Permasalahan di atas harus segara
di atasi, agar tidak membawa dampak yang
cukup besar terhadap mental siswa. Guru
harus mampu bersikap dewasa dan
membuang kebiasaan mengatai-ngatai
siswa dengan kata-kata negatif. Kata-kata
negatif tersebut harus di ganti dengan
kata-kata positif. Karena, hal tersebut jika terus
di pupuk akan menanamkan image yang
negatif dalam diri siswa. Selain itu, akan
memposisikan siswa seakan-akan sedang
melakukan penyimpangan perilaku. Ada
teori penyimpangan perilaku, yang biasa
disebut dengan teori labbeling. Teori
labbeling merupakan teori yang mengarah pada penyimpangan perilaku. Tetapi, jika
labbelling tersebut di arahkan menjadi arah positif akan membawa dampak yang
baik dalam proses pembelajaran. Guru
dapat menggunakan model Labelling Positive dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan dalam proses
pembelajaran dapat dilihat dari prestasi
siswa. Diharapkan dengan penerapan
model Labbeling Positive tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Labbeling Positive yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam belajar. Berdasarkan paparan di
atas, maka akan dilakukan penelitian
mengenai dampak labbelling positive
terhadap prestasi belajar siswa di sekolah
swasta. Tujuannya untuk mengetahui
bahwa labbeling positive dapat di gunakan guru dalam meningkatkan prestasi siswa.
LANDASAN TEORI 1. Prestasi Belajar
Kegiatan belajar dikatakan
berhasil dapat dilihat dari prestasi.
Menurut Winkel, 1991:160)
prestasi belajar merupakan suatu
bukti keberhasilan usaha yang
dicapai oleh seseorang setelah
memperoleh pengalaman belajar
atau mempelajari sesuatu.
Sedangkan, menurut Tu’u
(2004:75) bahwa prestasi belajar
dapat dibuktikan dengan nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang
dilakukan oleh guru terhadap tugas
siswa dan ulangan-ulangan datau
ujian yang telah dilalui. Sehingga
belajar merupakan kemampuan
dalam menguasai pengetahuan atau
keterampilan dari suatu mata
pelajaran dan biasanya ditunjukkan
berupa nilai yang diberikan guru.
2. Labbeling Positive
Labbeling merupakan teori tentang penyimpangan perilaku
seseorang. Labbeling adalah cap atau identitas dari seseorang
maupun kelompok kepada individu
berdasarkan tingkah laku yang
dianggap menyimpang. Seseorang
yang diberi label atau cap akan
mengalami perubahan peranan
dan cenderung akan berlaku
seperti label atau cap yang
diberikan kepadanya (Sujono,
1994). Menurut Hikmat (2008) jika
semakin sering dan makin banyak
orang yang memberikan label
kepada individu maupun
kelompok, secara individu atau
kelompok tersebut akan mengalami
perubahan dan menjelma menjadi
label yang diberikan kepadanya.
Menurut Peggy Thoits
(Herlina, 2007), orang yang diberi
label menyimpang (deviant) dan diperlakukan sebagai orang
menyimpang, akan menjadi
menyimpang. Contohnya, jika
seorang anak diberi label “nakal”,
maka ia pada akhirnya akan
menjadi anak yang nakal pula.
Teori Labbeling yang mengarah pada penyimpangan perilaku
individu ternyata juga dapat di
arahkan menjadi Labbeling Positive. Hal tersebut sejalan dengan yang dilakukan Chornelis
U. R. Palanggaringu dan Andreas
Aldyanto Nura dari SMAN 1
Waingapu yang telah membuktikan
bahwa tidak selamanya Labbeling
itu ke arah negatif. Banyak
guru-guru disana yang masih sering kali
menggunakan kata-kata tak baik
pada anak muridnya. Seperti
“Kamu bodoh”, “Kamu tidak bisa
apa-apa”, “Begini saja tidak bisa”,
dan lain-lain. Oleh karena itu,
Chornelis melakukan perubahan
dengan memberi labbeling positve
kepada para siswanya saat proses
pembelajaran.
Berdasarkan, teori dan hasil
penelitian di atas maka dapat di
simpulkan bahwa tidak selamanya
labbeling itu mengarah kepada penyimpangan seseorang, tetapi
juga dapat di arahkan menjadi hal
yang positif. Ketika labbeling
tersebut di arahkan ke hal-hal
positif maka akan berdampak pada
proses pembelajaran di kelas.
Sehingga, akan membawa dampak
yang baik pula bagi siswa.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan sekolah. Subjek penelitian
meliputi seorang guru matematika dan
siswa kelas 7. Penelitian ini dilakukan di
sekolah swasta. Penelitian tindakan
sekolah ini dilakukan dalam tiga siklus
yaitu siklus pertama, kedua, ketiga. Ketiga
siklus tersebut ditujukan untuk mengetahui
dampak dari Labbeling Positive terhadap prestasi belajar siswa. Adapun tahapan
untuk melakukan siklus adalah sebagai
berikut: 1). Refleksi awal, pada tahapan ini
dilakukan identifikasi masalah berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi siswa
saat proses pembelajaran dikelas; 2).
Perencanaan tindakan, masalah yang
ditemukan akan diatasi dengan melakukan
Labbeling Positive saat proses pembelajaran; 3). Pelaksanaan tindakan,
pada tahapan ini akan dilakukan tindakan
dengan melakukan Labbeling Positive saat proses pembelajaran; 4). Observasi,
refleksi, dan evaluasi, tahapan ini
dilakukan untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya untuk kemudian diambil
kesimpulan dari penelitian ini. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi
langsung pada saat guru mengajar di dalam
kelas, studi dokumentasi dan wawancara
yang kemudian dipaparkan secara
diskripsi, sedangkan data kuantitatif
dikonversi ke dalam bentuk kualitatif. Data
dianalisis menggunakan 3 langkah yaitu:
reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap refleksi awal peneliti
melakukan identifikasi masalah dengan
melakukan observasi di kelas saat proses
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
guru matematika. Tidak semua siswa di
kelas mudah dalam memahami pelajaran
matematika yang disampaikan guru.
Ketika seorang siswa tidak bisa
mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru, terlontar kata-kata yang seharusnya
tidak boleh diucapan. Guru tersebut
berkata kepada siswa itu, “gitu saja gak
bisa, bodoh”. Kata-kata tersebutnya
sehharusnya tidak layak dan tidak pantas
diucapakan karena akan berdampak pada
mental atau psikologi siswa dalam proses
belajaranya. Selain itu, siswa menjadi
takut bertanya saat proses pembelajran
berlangsung. Siswa cenderung pasif dan
tidak berani merespon apa yang
disampaikan guru, Oleh karena itu, peneliti
berupaya untuk membantu agar hal
tersebut tidak terjadi berulang-ulang.
Upaya dalam mengatasi
pemberian labbeling postive kepada siswa saat proses pembelajaran. Sehingga,
diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran
matematika. Guru memiliki peranan yang
sangat penting didalam proses
pembelajaran. Di harapkan guru dapat
memberikan dampak positif terhadap
prestasi belajar siswa.
Pada tahapan pelaksanaan,
labbeling positive mulai digunakan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Dan
ketika ada siswa yang sulit memahami
materi yang sedang di ajarkan guru
tersebut, guru tersebut tidak lagi
mengucapkan kata-kata negatif. Melainkan
guru tersebut, kembali mengulang materi
yang sedang di jelaskan dan sambil berkata
“ tidak apa-apa, mari kita bersama-sama mengulangnya, saya yakin kalian bisa”.
Perkataan tersebut ternyata lebih
memberikan dampak positif bagi siswa.
Siswa menjadi antusias mendengarkan
guru dalam mengulang materi tersebut.
Selain itu, siswa juga ikut aktif dalam
mengerjakan latihan soal yang di berikan
guru. Hal-hal tersebut merupakan respon
yang ditunjukkan siswa terhadap
Labbeling Positive yang diberikan guru.
Setelah diterapkannya Labbeling Positive tersebut, guru melakukan ulangan
harian untuk mengetahui apakah Labbeling Positive dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Adapun
rata-rata nilai matematika seluruh siswa di
kelas tersebut, yaitu 8,3. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ada peningkatan
terhadap prestasi belajar siswa. Ulangan
harian yang dilakukan guru sebelum
diterapkan Labbeling Positive, rata-rata nilai matematika siswa yaitu 6,9.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya
Labbeling itu mengarah terhadap penyimpangan ataupun hal-hal negatif.
Tetapi, juga dapat mengarah kepada
hal-hal positif yang akan membawa dampak
terhadap kehidupan seseorang. Labbeling Positive membawa dampak yang baik terhadap prestasi belajar siswa. Hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan
rata-rata nilai matematika siswa kelas 7.
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
peneliti memberikan saran kepada guru
untuk menggunakan model Labbelling Positive dalam proses pembelajaran, sehingga jika hal ini terus di kembangkan
dan diterapkan pasti tidak hanya akan
berdampak terhadap prestasi belajar siswa
tetapi, dalam konteks yang lebih luas yaitu
Daftar Pustaka
--- 2004. Laporan Praktek Kerja Lapangan Psikologi Pendidikan Program Pofesi Psikolog 2004. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Herlina. 2007. Dampak Labbeling Terhadap Anak. Jurnal FOTA Salman.
Hikmat. 1994. Teori Labelling. http://Teorilabelling.html. diakses 15 Februari 2017.
http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929113816-445-162060/fakta-labelling-positif-tingkatkan-hasil-belajar/ tanggal 15 februari 2017.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Didplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo
Winkel, W.S. 2005. Pikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Usman, Moch. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. XI; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.