• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara Islam Menurut Al Maududi dan Jama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Negara Islam Menurut Al Maududi dan Jama"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Negara Islam Menurut Al-Maududi

dan Jamaah Islamiyah di Indonesia

Disusun oleh:

Innesyifa Haqien

1113113000071

Diajukan sebagai tugas UAS Pemikiran Politik Islam Semester 3

Dosen Pengampu:

Ahmad Fuad Fanani, M.A.

Hubungan Internasional / Semester 3

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

karunia dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah Pemikiran Politik

Islam tepat waktu. Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pemikiran

Politik Islam yaitu Bapak Ahmad Fuad Fanani, M.A. atas bimbingan beliau selama satu

semester terakhir. Makalah ini diajukan sebagai tugas UAS Pemikiran Politik Islam semester

3, yang akan membahas mengenai tema Gerakan Jamaah Islamiyah Al-Maududi dengan judul

Negara Islam Menurut Al-Maududi dan Jamaah Islamiyah di Indonesia.

Dalam isi makalah ini Penulis merasa masih banyak kekurangan baik dari segi

pembahasan maupun bahasa, karena itu dimohon kritik dan sarannya yang sifatnya

membangun.

Tangerang, 3 Januari 2015

(3)

3 DAFTAR ISI

COVER ...1

KATA PENGANTAR ...2

DAFTAR ISI ...3

BAB I PENDAHULUAN ...4

1.1Latar Belakang ...4

1.2Perumusan Masalah ...4

1.3Tujuan Penulisan ...4

1.4Manfaat Penulisan ...5

1.5Referensi Penulisan ...5

BAB II PEMBAHASAN ...6

2.1 Abul A‟la Al-Maududi ...6

2.2 Negara menurut Al-Maududi ...7

2.3 Gerakan Jamaah Islamiyah ...8

2.4 Gerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia ...9

BAB III PENUTUP ...12

Kesimpulan ...12

(4)

4 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam setiap kelompok masyarakat, baik yang berbentuk organisasi keagamaan,

pemikiran lainnya maupun kebudayaan, pasti diantaranya terdapat kecenderungan yang

mendominasi kelompok masyarakat tertentu. Tidak sedikit diantara mereka yang melakukan

pencarian anggota kelompok baru dengan menggunakan paksaan hingga tindak kekerasan.

Persaingan seperti itu sudah marak terjadi disekeliling kita secara disadari maupun tidak.

Di sisi lain, kelompok-kelompok muslim yang melakukan tindak keganasan sering

disebut sebagai kelompok Islam fundamentalis, Islamis, radikal, ekstremis, militan dan

sebagainya. Sehingga apabila istilah-istilah ini disebut maka yang terbayang dalam fikiran

pendengarnya adalah sama dengan teroris. Padahal istilah-istilah tersebut mempunyai

pengertiannya sendiri. Seseorang mungkin saja seorang fundamentalis, tetapi belum tentu ia

teroris. Walaupun kelompok-kelompok tersebut sering dikaitkan dengan kekerasan, namun

tidak berarti semuanya mengamalkan terorisme. Karena itu menyamakan mereka secara

keseluruhan dengan teroris adalah sesuatu yang keliru.1

Makalah ini akan membahas mengenai pemikiran politik islam menurut Al-Maududi

yang membuat suatu gerakan islam yang berkembang di Asia Tenggara dengan sebutan

Jamaah Islamiyah. Pembahasan meliputi sekilas mengenai biografi Abul A‟la Al-Maududi, pengertian negara menurut Al-Maududi, Gerakan Jamaah Islamiyah, dan pengaruh Jamaah

Islamiyah (JI) di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang, perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk Negara Islam menurut Al-Maududi?

2. Bagaimana Pergerakan Gerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat menuntaskan perkuliahan Pemikiran Politik Islam yang

dibuat untuk tugas Ujian Akhir Semester 3.

2. Memahami dasar pemikiran politik islam menurut Al-Maududi.

1

(5)

5

3. Mengetahui pergerakan jamaah islamiyah yang di Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini antara lain:

1. Memperluas wawasan Mahasiswa/i mengenai gerakan Jamaah Islamiyah yang

diilhami oleh pemikiran politik islam Al-Maududi.

2. Menambah pengetahuan mengenai organisasi yang mengatasnamakan ajaran dan

agama islam.

1.5 Referensi Penulisan

Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode tinjauan pustaka dari lima buah buku

bacaan dan satu buah skripsi sebagai referensi primer. Lima buku dan satu skripsi tersebut,

adalah sebagai berikut:

1. Al-Maududi, Abul A‟la. Hukum dan Konstitusi: Pemikiran Politik Islam. Bandung: Penerbit Mizan, 1993.

2. Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran

Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana,

2010.

3. Mufid, Ahmad Syafi‟i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di Indonesia. Jakarta: CV. Prasasti, 2009.

4. Sjadzali, M.A, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran.

Jakarta: UI-Press, 2011.

5. Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan

Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

6. Skripsi: Penafsiran Jihad Menurut Jamaah Islamiyah. Oleh: M. Moraganti Aritonang.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Sedangkan referensi dari berita elektronik dan website resmi lainnya digunakan untuk

(6)

6 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Abul A’la Al-Maududi

Sayyid Abul A‟la Maududi, lahir di Heuderanad (Aurangabad), Daccan pada 25

September 1903. Berasal dari keluarga yang tidak berkelebihan secara ekonomi. Ia

mendapatkan pendidikan di Madrasah Fawqaniyah serta madrasah Darul Ulum di

Heyderabad.2

Ayahnya bernama Ahmad Hasan, seorang pengacar yang pernah belajar di Universitas

Aligarh. Pada 1919 ayahnya meninggal dunia, dan oleh karenanya ia terpaksa meninggalkan

bangku kuliahnya. Keadaan ini mendorong Maududi menempuh jalan Autodidak. Ditopang

oleh kemampuannya berbahasa Arab, Inggris dan Persia, Ia mampu memperdalam

pengetahuannya.3

Terpanggil oleh keprihatinan politiknya sebagai masyarakat yang menghendaki negara

Islam yang terpisah dari anak Benua India, maka Maududi mulai mengonsentrasikan

pemikiran dalam bidang politik. Untuk menopang perjuangannya, pada 1941 ia membentuk

sebuah organisasi sosial-politik yang ketat disiplinnya, yaitu Jama’at-e Islami. Kriteria

penerimaan anggotanya hanya mereka yang sepenuhnya menerima ideologi islam sebagai

pandangan hidupnya dan berakhlak mulia. Maududi juga bergerak dibidang dakwah. Setiap

aktivitas dalam karir kepemimpinannya diorientasikan untuk kepentingan dakwah dalam

mewujudkan cita-cita islam sebagai pandangan hidup. Selain itu, ia terkenal sebagai penulis

bidang tafsir, hadits, hukum, dan sejarah. Karyanya yang terkenal adalah Al-Jihad fi Al-islam

(1930), Risalah Al-Diniyah (1932), dan The Islamic Law and Constitution (1955).4

Al-Maududi adalah sosok manusia yang kreatif, ketika usianya 26 tahun, ia telah

sanggup mengarang buku-buku yang mengemukakan mengenai tata cara dalam kehidupan

sebagai seorang muslim, seperti dalam bukunya Al-Jihad Fil Islam. Risalah yang ditulis ini

menjadikan titik balik dari tokoh ini ke arah fundamentalisme. Lahirnya tulisan ini

dilatarbelakangi oleh kerusuhan besar-besaran yang menyebabkan ribuan kaum muslimin

terbunuh oleh ekstrem Hindu. 5

2 Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia

Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 322, dikutip dari Yusril Ihza Mahendra, Jurnal Ulumul Qur’an. 3

Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 172

4

Ibid,. Hlm. 173. 5

(7)

7

2.2 Negara Menurut Al-Maududi

Untuk membangun sebuah negara yang berdasarkan ajaran islam, yang menjadi

ciri-ciri negara islam, Maududi menjelaskan sebagai berikut:

 Pertama, suatu bangsa yang merdeka, negara itu rela memposisikan sebagai Khalifah

(wakil) yang berada dibawah kekuasaan Allah SWT.

 Kedua, sistem yang dianut bukanlah sistem theocracy. Kekuasaan dan kedaulatan

sepenuhnya berada ditangan Allah SWT, tetapi Khalifah dari Allah dalam negara

Islam merupakan bagian kaum mukminin yang telah membuat perjanjian dengan

Allah, serta kesadaran akan hukum-hukumNya melalui al-hal wal aqd secara kolektif.

 Ketiga, memiliki sitem yang prinsipnya sesuai dengan cara demokrasi. Kehendak rakyat dalam mengatur segala urusan pemerintahan dibimbing dengan aturan Allah

dan sunnah Rasul-Nya.

 Keempat, prinsip negara berdasarkan konsep tertentu serta dikelola oleh mereka yang

benar-benar memahami dan menerima gagasan, prinsip maupun teori dasarnya.

 Kelima, negara islam tegak atas dasar ideologi.

 Keenam, akhlak yang menjiwainya atas taqwa kepada Allah merupakan dasar negara.

 Ketujuh, negara wajib melaksanakan keadilan sosial, menebarkan kebajikan,

mencegah segala kemungkaran, serta memberantas kejahatan maupun kerusakan.

 Kedelapan, hak asasi yang harus ditegakan negara adalah persamaan hak, kedudukan,

kesempatan, dan pelaksanaan aturan, serta saling menolong kebaikan dan ketaqwaan.

 Kesembilan, negara bukan pemilik kekuasaan yang memberikan hak dan kewajiban

kepada setiap individu di dalamnya.6

Selain itu, Maududi memberikan tiga keyakinan atau anggapan yang melandasi

pikirannya tentang negara menurut islam, yaitu, pertama, tujuan negara adalah menegakan

keadilan dengan sistem yang serba seimbang, membasmi segala bentuk kemaksiatan,

menganjurkan segala kebaikan.7 Kedua, Sistem politik islam adalah suatu sistem universal

dan tidak mengenal batas-batas dan ikatan geografis, bahasa maupun kebangsaan. Ketiga,

negara islam adalah negara ideologis. Negara merupakan instrumen reformasi yang memiliki

ketentuan atas dasar ideologinya adalah Hukum Illahi yang sangat dijunjung tinggi.8

6

Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 334-336, Dikutip dari Abul A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Bandung, Mizan, 1990, hlm. 21-22.

7

Ibid,. Hlm. 336 8

(8)

8

Negara islam adalah negara yang mempunyai sistem tersendiri yang pada hakikatnya

berbeda dengan negara sekuler, baik menyangkut sifat atau karakteristik maupun tujuannya.

Menurut Al-Maududi, islam merupakan antitesis dari demokrasi barat, karena filosofi

demokrasi Barat adalah kedaulatan rakyat sehingga dalam penentuan nilai-nilai dan norma

perilaku sepenuhnya berada di tangan rakyat.9 Al-Maududi mengkritik demokrasi Barat, yang

menurutnya mempunyai beberapa kelemahan mendasar. Pertama, kelompok penguasa bisa

saja bertindak atas nama rakyat meskipun sebagian pikiran tersebut semata hanya untuk

mempertahankan kekuasaannya. Kedua, kekuasaan membuat legislasi berada di tangan

pembuat hukum sehingga tidak menutup kemungkinan akan timbul tindakan yang tidak

manusiawi menjadi legal. Dengan demikian, Al-Maududi mengecam demokrasi sehingga ia

mengatakannya sebagai sistem musyrik bahkan cenderung ke arah ilhad (ateisme).10

2.3 Gerakan Jamaah Islamiyah

Walaupun telah terdapat persatuan orang islam yang diwakili oleh Liga Muslim,

namun menurut Mududi, Liga Muslim cenderung untuk mendirikan sebuah negara sekuler.

Oleh karena itu, Maududi berusaha mendirikan sebuah jamaah yang benar-benar dapat

memperjuangkan kedaulatan Islam. Akhisnya ia mendirikan Jamaah Islamiyah pada 21

Agustus 1941 di Lahore. Organisasi ini dibuat dengan tujuan agar mampu menyaingi Liga

Muslim dalam memimpin gerakan Pakistan, khususnya setelah Resolusi Lahore 1940 yang

memberikan kepada Liga Muslim untuk mendirikan negara muslin tersendiri.11

Pada 1941 Maududi, bersama-sama dengan tujuh puluh lima pengikutnya,

mendirikan satu organisasi yang diberi nama Jamiah Islamiyah. Sebuah organisasi yang pada

permulaannya merupakan gerakan ideologi daripada gerakan politik. Keanggotaan organisasi

itu terbatas pada orang-orang islam “yang saleh”, yang pemahaman islamnya dan integritas agamanya tidak disangsikan, sedangkan program perjuangan organisasi itu adalah

pembentukan pribadi dan indoktrinasi para anggota, agar nanti siap memimpin negara islam

yang diharapkan akan lahir setelah India bebas dari penjajahan Inggris.12

Asas utamanya adalah mengaktifkan kesadaran umat. Maududi menerapkan kaedah

bahwa setiap pemimpin dan ahli suatu gerakan harus mengkaji dan mengenal latar belakang

masyarakat yang akan dihadapi dan menyediakan program yang sesuai untuk menarik mereka

9

Ibid., hlm. 158. 10

Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 180.

11Sayid Wali Reza Nashr. The Vanguard of Islamic Resolution: The Jama’ati Islami of Pakistan. Barkeley:

University of California Press, 1994. Hlm. 84. 12

(9)

9

untuk masuk ke ajaran islam.13 Oleh karena itu, sebagai Jamaah Islamiyah menggunakan

metode kesadaran dan mengingatkan orang-orang islam bahwa tugas mereka yang terpenting

adalah memberikan kesaksian di antara umat islam apa yang dituntut dari dirinya dan apa

maknanya menjadi muslim dan bagaimana sikap sebagai orang islam yang benar dan

bertanggung jawab.14

Asas kedua adalah mementingkan kerja secara berorganisasi. Perjuangan menegakan

islam memerlukan keikhlasan, kesungguhan, dan perencanaan yang tersusun dan teliti. Usaha

ini sangat mustahil bila tidak adanya jamaah. Apalagi umat islam berhadapan dengan musuh

dari depan dan belakang yang menguasai dan menaungi kepentingan dunia melalui penjajahan

wilayah, isme-isme, teknologi maupun kekuatan material lainnya. Daripada dalil-dalil

al-qur‟an, hadits, sunnah Nabi serta logika jamaah islam dan organisasi yang tersusun rapi adalah suatu yang asasi bagi mengembalikan kegemilangan peradaban islam.15

Menurut Sidney Jones, ada empat sumber yang mewarnai gerakan Jemaah Islamiyah.

Pertama, ideologi Salafiyah yang telah berakar sebelumnya pada gerakan Darul Islam (DI),

yaitu berjuang untuk mewujudkan negara Islam untuk menegakkan syari„ah Islam semurni -murninya sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Nabi, para sahabat, dan generasi

terdahulu (salaf). Kedua, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang didirikan tahun

1967 oleh Mohammad Natsir dan rakan-rakannya yang merupakan bekas anggota Masyumi.

DDII semakin berorientasikan Salafiyah setelah Rabitah al-„Alam al-Islami (Islamic World League) yang didirikan tahun 1962 dan berpusat di Arab Saudi, memberikan dana bantuan

pendidikan, dakwah, dan pembangunan masjid melaluinya. Ketiga, Ikhwan al-Muslimin (IM)

di Mesir dan kumpulan pecahannya yang lebih keras, yaitu Jama„ah Islamiyyah yang telah

dihuraikan sebelum ini. Keempat, ideologi Mujahidin Afghanistan dan al-Qaedah, khususnya

Abdullah Azzam. Sukarelawan yang dihantar oleh Sungkar ke Afghanistan mendapat latihan

di kem pejuang yang dipimpin oleh Abdul Rasul Sayyaf yang berfahamkan Wahabi.16

2.4 Gerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia

Penyebaran gerakan yang dibentuk oleh Al-Maududi ini sudah tersebar di Asia

Tenggara. Dimana Jamaah Islamiyah memiliki misi yang dibawa sesuai dengan apa yang

dicita-citakan Maududi. JI ingin mewujudkan sebuah negara yang berdaulat atas dasar agama

islam sesuai dengan yang terdapat dalam al-qur‟an dan hadits. Penyebarannya di Asia

13

Al-Maududi. Tanggung jawab Umat Islam di Hadangan Umat Dunia. Jakarta: Gema Insani, 1991. Hlm. 16 14

Ibid., hlm. 50. 15

Ibid., hlm. 50. 16

(10)

10

Tenggara tentu memberikan banyak respon dari masyarakat di negara yang sedang dijelajahi

melalui dakwah dan syiar islam sebagai upayanya menarik simpati masyarakat.

Salah satu usaha anggota Jamaah Islamiyah untuk melakukan perekrutan anggota

baru yaitu dengan cara berdakwah dan mendekati orang-orang yang sehat namun memiliki

sifat yang cendung pendiam, sehingga dapat dengan mudah diajak untuk bergabung.17

Jemaah Islamiyah adalah nama untuk kumpulan Muslim yang beroperasi di Asia

Tenggara. Kumpulan ini menjadi popular selepas peristiwa pengeboman sebuah pusat hiburan

di Bali pada 12 Oktober 2002, yang mengorbankan 202 nyawa, dan pengeboman di hotel J.W.

Marriot, Jakarta, pada 5 Agustus 2003, yang membunuh 12 orang. Kemudian JI juga

dipercayai bertanggungjawab ke atas pengeboman di depan pejabat Kedutaan Australia di

Jakarta pada 9 September 2004, dan beberapa pengeboman gereja di Indonesia pada

tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, JI secara resmi dimasukkan ke dalam senarai organisasi

teroris di PBB pada 23 Oktober 2002.18

Jamaah Islamiyah terdaftar sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan bertaraf

nasional. Data pada Direktorat Jendral Sosial Politik Departemen Dalam Negeri menunjukan

bahwa sampai dengan bulan Juli 1994 tercatat 738 organisasi kemasyarakatan bertaraf

nasional yang keberadaannya telah memenuhi ketentuan UU No. 8 Tahun 1985, Peraturan

Pemerintah No. 18 tahun 1986, dan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1986.

Jamaah Islamiyah merupakan organisasi kemasyarakatan nomor urut ke 20 dari 298 ormas

berdasarkan agama.19

Dalam membina warganya, Jamaah Islamiyah tidak mendokumentasikan

ajaran-ajarannya melalui sebuah buku atau dokumen lainnya, melainkan lebih mengandalkan ajaran

lisan yang disampaikan para pengurus, para penceramah atau tokoh-tokoh lainnya.20 Sesuai

namanya yaitu Organisasi Pengajian Jamaah Islamiyah, maka kegiatan organisasi ini bergerak

pada bidang pengajian, bersifat non-politis dan terbuka. Dengan demikian Jamaah Islamiyah

menempatkan diri sebagai organisasi yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan

pengembangan usaha dakwah islamiyah.21

Setidaknya ada dua tujuan pembentukan organisasi ini, yaitu: (1) meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan umat islam kepada Allah; (2) membangun manusia Indonesia

seutuhnya yang adil dan makmur, lahir maupun batin. Untuk mencapai tujuan tersebut,

17

http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015 pukul 22:38 WIB.

18

http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015 pukul 22:41 WIB.

19

Mufid, Ahmad Syafi’i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di Indonesia. Jakarta: CV. Prasasti, 2009. Hlm. 101.

20

Ibid., hlm. 104. Dalam memorandum Jamaah Islamiyah dan Penggagalan Peresmian Penggunaan Majid Baitul Izza Baiti Jamak Islamiyah (2006:22)

21

(11)

11

Jamaah Islamiyah melaksanakan beberapa usaha, yaitu dakwah dan pendidikan, kegiatan

sosial, serta mendirikan masjid, mushola dan balai pengajian.22

Munculnya Jamaah Islamiyah di Indonesia tentu tidak terlepas adanya pro dan kontra

dari masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dra. Hj. Kustini, M.Si dengan judul

penelitian “Jam’iyatul Islamiyah di Kota Padang”, Sumatera Barat, Jamaah Islamiyah

banyak menerima kritik, baik yang ditujukan kepada pribadi K.H.A. Karim Djamak maupun

terhadap ajaran-ajarannya. Larangan-larangan tersebut sedikitnya tercantum dalam dokumen

berikut:

1. SK Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat Nomor: KEP-B.92/J.3.3/11/1981 tentang

Larangan Ajaran Jamaah Islamiyah yang dikarang K.H.A. Karim Djamak

Diperbanyak/Dikembangkan oleh Darussamin Datuk Pangka Sinarno.

2. Sikap Majelis Ulama Indonesia Propinsi Sumatera Barat terhadap Organisasi Jamaah

Islamiyah antara lain menyatakan: Organisasi Jamaah Islamiyah yang ada di Propinsi

Sumatera Barat sebagian ajarannya sesat dan menyesatkan. Karenanya kami tidak

dapat mengakui keberadaannya serta mendukung SK Kejati Sumbar yang melarang

kegiatan organisasi ini semenjak tahun1981.

3. Surat Majelis Ulama Indonesia Dati I Jambi Nomor A-114/MUI/JBI/VII/1994 tanggal

19 Juli 1994 ditujukan kepada Dewan Pimpinan MUI di Jakarta. Dalam surat itu

disebutkan bahwa MUI Dati I Jambi memeriksa atau menginterogasi K.H.A Karim

Djamak. Hasilnya antara lain K.H.A. Karim Djamak mengaku sebagai guru pengajian

Urwatul Watsqo yang pernah dilarang oleh pihak berwajib. Ketika dilakukan

interogasi beliau disodori Al-Qur‟an, tetapi ternyata beliau tidak mampu membaca Al

-Qur‟an dengan baik.23

Dengan munculnya larangan-larangan tersebut, gerakan Jamaah Islamiyah semakin

tidak memiliki ruang untuk bergerak bebas di Indonesia. namun tetap saja secara tidak

disadari oleh masyarakat, ajaran-ajaran Jamaah Islamiyah dapat dengan mudah diterima

karena para pendakwah Jamaah Islamiyah melakukannya dengan sangat rapi dan apik.

Sehingga tindakannya tersebut tidak dapat dideteksi dengan mudah oleh masyarakat pada

umunya.

22

Ibid., hlm. 109-110. Lihat Pasal 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 Anggaran Dasar Organisasi Pengajian Jamaah Islamiyah. 23

(12)

12 BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sayyid Abul A‟la Maududi, adalah seorang ahli pemikir islam yang lahir di salah satu

kota kecil di India yang dibesarkan dari keluarga yang tidak memiliki kecukupan materi,

sehingga Al-Maududi tidak dapat meneruskan pendidikan tingginya ke perguruan tinggi. Ia

mempelajari agama islam dan ajaran-ajaran dari bidang keagamaan, sosial, politik, sejarah,

ekonomi, dan kenegaraan secara autodidak dengan mengandalkan keahliannya dalam

berbahasa Arab, Inggris, dan Persia. Selain itu ia juga mengilhami pengetahuannya dari

guru-gurunya terdahulu sejak duduk di sekolah dasar.

Al-Maududi merupakan seseorang yang aktif dalam dunia penulisan sehingga

membawanya untuk bekerja sebagai jurnalistik, yang kemudian memberikan naluri pemikiran

politiknya secara agamis. Ia menganggap bahwa neegara yang mengedepankan nasionalis

seperti yang dipakai oleh pemikir Barat, merupakan sesuatu yang musyrik karena identik

dengan ateisme. Maududi menganggap bahwa pemikiran politik kenegaraan di Barat,

menjadikan para penguasa cenderung akan mempertahankan posisinya sebagai penguasa.

Untuk mencapai hal tersebut, bisa saja para penguasa dapat melegalkan segala cara dengan

mengatasnamakan rakyat yang ada didalamnya, padahal hal tersebut terkesan tidak

mempedulikan kepentingan masyarakatnya.

Negara yang ideal menurut Al-Maududi adalah negara yang berdaulat kepada agama

dan ajaran-ajaran islam, yaitu Hukum Illahi yang dianggapnya dapat menciptakan

kesejahteraan sosial karena hal tersebut datangnya langsung dari Tuhan. dan pemimpin negara

yang disebutnya sebagai Khalifah atau wakil Allah, merupakan seseorang yang dapat

memimpin atas izin Allah dan menjadi wakil Allah di dunia. Ia juga meyakini bahwa sistem

politik islam adalah suatu sistem yang bersifat universal dan tidak mengenal batas-batas dan

ikatan geografis, bahasa dan kebangsaan. Hal tersebut karena Allah menganggap bahwa

manusia di muka bumi ini adalah sama, yang membedakannya adalah keimanan dari manusia

itu sendiri di hadapan Allah. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Al-Maududi

membentuk sebuah organisasi islam bersama dengan tujuh puluh lima pengikutnya, yang

diberi nama Jamaah Islamiyah.

Jamaah Islamiyah merupakan Sebuah organisasi yang pada permulaannya merupakan

gerakan ideologi daripada gerakan politik. Keanggotaan organisasi itu terbatas pada

orang-orang islam “yang saleh”, yang pemahaman islamnya dan integritas agamanya tidak

(13)

13

indoktrinasi para anggota, agar nanti siap memimpin negara islam yang diharapkan. Dengan

ideologi yang dipakai oleh Jamaah Islamiyah, dan niat untuk membuat sebuah negara islam,

orang-orang yang tergabung dalam kelompok ini menunjukan diri ke permukaan bumi dengan

tujuan untuk berjihad memerangi kekafiran dan kemusyrikan di dunia ini agar semua orang

tunduk oleh Hukum-Hukum Illahi.

Pergerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia sendiri pun sudah semakin terlihat dengan

adanya peristiwa pengeboman sebuah pusat hiburan di Bali pada 12 Oktober 2002, yang

mengorbankan 202 nyawa, dan pengeboman di hotel J.W. Marriot, Jakarta, pada 5 Agustus

2003, yang membunuh 12 orang. Kemudian Jamaah Islamiyah juga dipercayai

bertanggungjawab ke atas pengeboman di depan pejabat Kedutaan Australia di Jakarta pada 9

September 2004, dan beberapa pengeboman gereja di Indonesia pada tahun-tahun

sebelumnya.

Di Padang, Sumatera Barat, organisasi ini banyak mendapatkan kritik dari pemerintah

daerah. Hal ini diduga karena adanya penyimpangan ajaran yang diberikan oleh pengemuka

Jamaah Islamiyah kepada jamaahnya. Dalam membina warganya, Jamaah Islamiyah tidak

mendokumentasikan ajaran-ajarannya melalui sebuah buku atau dokumen lainnya, melainkan

lebih mengandalkan ajaran lisan yang disampaikan para pengurus, para penceramah atau

tokoh-tokoh lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Jamaah Islamiyah melaksanakan

beberapa usaha, yaitu dakwah dan pendidikan, kegiatan sosial, serta mendirikan masjid,

mushola dan balai pengajian.

Dengan munculnya larangan-larangan tersebut, gerakan Jamaah Islamiyah semakin

tidak memiliki ruang untuk bergerak bebas di Indonesia. namun tetap saja secara tidak

disadari oleh masyarakat, ajaran-ajaran Jamaah Islamiyah dapat dengan mudah diterima

karena para pendakwah Jamaah Islamiyah melakukannya dengan sangat rapi dan apik.

Sehingga tindakannya tersebut tidak dapat dideteksi dengan mudah oleh masyarakat pada

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

 Al-Maududi, Abul A‟la. Hukum dan Konstitusi: Pemikiran Politik Islam. Bandung: Penerbit Mizan, 1993.

 Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010.

 Mufid, Ahmad Syafi‟i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di Indonesia. Jakarta: CV. Prasasti, 2009.

 Sjadzali, M.A, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta: UI-Press, 2011.

 Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

 Skripsi: Penafsiran Jihad Menurut Jamaah Islamiyah. Oleh: M. Moraganti Aritonang. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

 http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, diupload oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015, pukul 19:50 WIB.

 Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 322, dikutip dari Yusril Ihza Mahendra, Jurnal Ulumul Qur‟an.

 Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 172  Ibid,. Hlm. 173. Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Bandung, Mizan, 1990, hlm. 21-22.

 Ibid,. Hlm. 336

 Al-Maududi, Abul A‟la. Hukum dan Konstitusi: Pemikiran Politik Islam. Bandung: Penerbit Mizan, 1993. Hlm. 166-168.

 Ibid., hlm. 158.

 Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 180.  Sayid Wali Reza Nashr. The Vanguard of Islamic Resolution: The Jama‟ati Islami of Pakistan.

Barkeley: University of California Press, 1994. Hlm. 84.

 Sjadzali, M.A, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta: UI-Press, 2011. Hlm. 163.

 Al-Maududi. Tanggung jawab Umat Islam di Hadangan Umat Dunia. Jakarta: Gema Insani, 1991. Hlm. 16

 Ibid., hlm. 50.  Ibid., hlm. 50.

 http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud. Diakses pada 2 Januari 2015, pukul 23:55 WIB.

 http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015 pukul 22:38 WIB.

 http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015 pukul 22:41 WIB.

 Mufid, Ahmad Syafi‟i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di Indonesia. Jakarta: CV. Prasasti, 2009. Hlm. 101.

 Ibid., hlm. 104. Dalam memorandum Jamaah Islamiyah dan Penggagalan Peresmian Penggunaan Majid Baitul Izza Baiti Jamak Islamiyah (2006:22)

 Ibid., hlm. 109. Lihat Pasal 3 dan 4 Anggaran Dasar Organisasi Pengajian Jamaah Islamiyah.  Ibid., hlm. 109-110. Lihat Pasal 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 Anggaran Dasar Organisasi Pengajian Jamaah

Islamiyah.

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan teknologi internet saat ini telah berkembang sangat pesat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang tidak bisa kita hindari sehingga dituntut

Sementara itu nilai rata-rata untuk non kelompok tani terhadap ketiga variabel dengan skor 2.00, menunjukkan penerapan teknologi cukup mudah diamati hasilnya,

Kemudian jika dibandingkan dengan provinsi lain di wilayah Pulau Kalimantan, TPT Provinsi Kalimantan Tengah merupakan TPT terendah yaitu sebesar 4,23 persen, sedangkan

Kemudian, pemerintah akan berusaha untuk mengisi Kas Negara-nya pada tanggal yang diperkirakan dengan se- jumlah uang tersebut, mengingat kondisi Kas Negara tidak

Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yaitu penelitian yang membahas aspek hukum dengan melakukan penelusuran bahan kepustakaan (library research) yang

saponaria memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap FMA lokal, Disarankan bahwa untuk memastikan jenis FMA yang mana yang efektif meningktakan pertumbuhan tanaman

cilje: večdimenzionalen in kompleksen sistem pretežno kvalitativnih ciljev kar pri izvajanju javnih gospodarskih služb pomeni predvsem zakonske zahteve, ki se odražajo v