• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukkan Budaya Perilaku dan Kesadar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembentukkan Budaya Perilaku dan Kesadar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBENTUKKAN BUDAYA, PERILAKU, DAN KESADARAN RAMAH LINGKUNGAN & ENERGI : PENDEKATAN GREEN MANAGEMENT CAMPUS1

Oleh : H. Slamet, SE., MM., PhD2

A. PENGANTAR

Pemanasan global (global warning) dan perubahan iklim (climate change) telah menjadi isu utama beberapa tahun belakangan ini. Tingkat kesadaran global mengenai lingkungan hidup dan perubahan iklim pada beberapa tahun terakhir cukup bagus dan mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Hampir semua pihak, mulai pimpinan negara hingga masyarakat umum, lembaga negara hingga lembaga sosial telah gencar menyuarakan permasalahan tersebut. Fenomena ini menyentuh semua lapisan masyarakat dan institusi, karena menyangkut masa depan generasi di masa yang akan datang. Gerakan green-green (go green ....) tengah berkembang pesat, tidak hanya bertujuan untuk melindungi sumber daya alam, tetapi juga sebagai upaya efisiensi penggunaan energi dan meminimalisir kerusakan lingkungan sekitar.

Gaya hidup memiliki peran penting untuk mengatasi masalah lingkungan. Gaya hidup ramah lingkungan adalah perilaku kehidupan sehari-hari yang efisien dalam memanfaatkan sumber daya alam. Misalnya, dalam memanfaatkan air, energi listrik, peralatan teknologi, dan moda transportasi yang digunakan sehari-hari serta bagaimana tidak berperilaku mencemari lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan kantong plastik, meminimalisasi timbunan sampah dari produk atau makanan yang dikonsumsi, tidak boros menghasilkan karbon yang mengemisi atmosfer yang berkontribusi pada pemanasan global. Selain itu, perlu mengembangkan green skills, yaitu kecakapan dalam peningkatan kualitas lingkungan. Seperti composting, membuat lubang biopori, menanam dan merawat tanaman, dan lain sebagainya [1].

Kesadaran akan pentingnya masalah ini, tidak saja dibahas pada tingkat eksekutif koorporasi atau institusi pemerintahan terkait, perguruan tinggi juga sudah mulai membicarakan dan sebagian dari mereka sudah mengimplementasikan masalah ini semua. Masalah lingkungan merupakan masalah komplek yang perlu pemahaman semua lini, keterbatasan infrastruktur pendukung dan keterbatasan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dan komitmen serta integritas terhadap masalah

go green tersebut merupakan salah satu faktor penghambat.

Masalah lingkungan adalah masalah bangsa yang perlu keterlibatan semua komponen masyarakat, baik masyarakat individu maupun masyarakat secara organisasi, termasuk di dalamnya adalah perguruan tinggi. Yang mana, dalam perguruan tinggi terdapat civitas akademika, mulai dari para pejabat, dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa. Kesemua ini, berpengaruh luas terhadap penyelesaian lingkungan dan energi yang tengah dihadapi oleh masyarakat secara luas. Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dan bertanggungjawab untuk mengatasi masalah lingkungan. Oleh sebab itu, budaya, perilaku, dan kesadaran terhadap ramah lingkungan dan energi perlu dibentuk.

Hal ini, disebabkan diantara mereka masih sedikit yang peduli terhadap masalah ramah lingkungan. Tidak cukup hanya disampaikan dalam seminar, slogan-slogan, demo-demo, dan lain sebagainya. Tetapi, perlu ada tindakan nyata dari perguruan tinggi untuk membentuk civitas akademika melalui tindakan nyata akan pentingnya komitmen penyelamatan lingkungan dan energi. Meskipun tidak

1 Disampaikan pada Acara Seminar Nasional Green Economic "Green Economy for Sustainability Development", Oleh Fakultas Ekonomi, Hari Kamis, 26 Nopember 2015, di Gedung Audotorium Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

(2)

dimasukkan di dalam kurikulum secara eksplisit, tetapi secara implisit perlu ada arah pembentuk ke arah ramah lingkungan, karena mereka akan hidup ditengah-tengah masyarakat, baik masyarakat secara luas maupun masyarakat organisasi.

B. MASALAH LINGKUNGAN & ENERGI

Dalam dunia modern saat ini dan ditambah semakin tingginya tingkat pendapatan seseorang serta perkembangan teknologi yang begitu canggih, hal ini berdampak pada penggunaan energi juga semakin tinggi. Seperti pemanfaatan lemari es, AC, mesin cuci, komputer, wave, audio, dan mesin yang memerlukan energi listrik lainnya. Selain itu, tingginya masyarakat yang shopping dan usaha catering, yang berdampak pada menumpuknya sampah, diantaranya plastik, kertas plastik, botol, benda yang terbuat dari melamin lainnya.

Disisi lain, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak kita jumpai anggota masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Masih banyak masyarakat membuang sampah seenaknya -- di jalan atau meletakkan di pinggir jalan begitu saja. Pada tingkat institusi publik, masih ditemui fenomena yang belum memberikan perhatian terhadap penyelesaian isu-isu lingkungan dan energi. Pengelolaan sampah, kebersihan, fasilitas umum, dan pemanfaatan energi masih dapat dikatakan relatif rendah.

Kita seringkali masih melihat : (1) dalam pengelola sampah tidak lebih dari menampung dan membuang jauh-jauh, belum banyak yang mengelola sampah menjadi sumber daya yang bermanfaat kembali; (2) tidak sedikit kita temui sampah tidak dibuang pada tempatnya; (3) vandalisme; (4) banyak dosen/pegawai/mahasiswa merokok di sembarang tempat, meskipun ruang ber-AC; (4) kurang peduli terhadap energi, misalnya tidak mematikan listrik, AC, LCD, Komputer, atau benda elektronik lainnya ketika keluar ruang atau pulang kantor; (4) masih sedikit institusi publik yang mempunyai konsep apalagi menerapkan penyelesaian lingkungan dan pemanfaatan energi; dan (5) rendahnya kesadaran akan green lifestyle.

C. PERAN PERGURUAN TINGGI

Perguruan Tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggaran pendidikan tinggi, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Budaya, perilaku, dan kesadaran ramah lingkungan dan energi dapat dibentuk melalui proses pendidikan ini. Pembentukkan merupakan proses, cara atau perbuatan membentuk [2]. Pembentukan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor bawaan dan faktor lingkungan, dimana seseorang itu tumbuh dan berkembang. Civitas akademika -- para pejabat, dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa -- berada dalam lingkungan kampus yang cukup lama. Mahasiswa program strata satu minimal hidup 4 (empat tahun), sementara dosen dan pegawai mereka berada dalam lingkungan kampus hingga pensiun atau mereka mengundurkan diri.

(3)

Lingkungan sekitar dimana civitas akademik hidup sehari-hari mempunyai pengaruh yang sangat signifikan bagi kehidupan selanjutnya. Perguruan tinggi tidak cukup hanya menyelenggarakan "Tridharma Perguruan Tinggi" dalam rangka mengembangkan keilmuan mereka, tetapi perguruan tinggi perlu mengembangkan lingkungan dan manajemen kampus yang berbasis "green concept" yang dapat dirasakan, dipelajari, dan disikapi oleh semua civitas akademika. Dengan strategi semacam ini, menurut hemat penulis dapat dijadikan proses pembentukan budaya, perilaku, dan kesadaran ramah lingkungan dan energi.

D. KONSEP GREEN MANAGEMENT CAMPUS 1. Green Campus

Makna green jika dilihat dalam kamus mempunyai banyak pengertian, diantaranya warna atau pigmen hijau; menyerupai warna rumput yang tumbuh; warna dari spektrum matahari antara kuning dan biru; sebidang tanah terbuka untuk digunakan rekreasi di daerah perkotaan; sebuah lingkungan yang milik partai hijau; berubah atau menjadi hijau; membuat hijau; menjadi atau tumbuh hijau; dan lain sebagainya [3, 4]. Sesungghnya, hijau itu ada, hijau itu ada dalam mode, konsumen meminta itu semua, organisasi memerlukan itu, dan manajemen menuntut itu, masa depan bisnis yang sedang dibangun oleh suatu organisasi harus bertanggungjawab atas konsep itu semua. Oleh sebab itu, perlu ada pemahaman yang benar tentang itu semua, menyangkut metodologi penerapan green [5].

Green campus merupakan gambaran lingkungan kampus yang nyaman, bersih, teduh, indah, sehat dan tentunya di dominasi kehijau-hijauan [6]. Namun demikian, green campus tidak saja bermakna lingkungan kampus yang didominasi dengan warna hijau dan/atau dipenuhi pepohonan yang hijau, tetapi green campus mempunyai makna lebih daripada itu semua. Bagaimana semua civitas akademika dapat memanfaatkan sumber daya lingkungan seoptimal mungkin dan tidak mudah mengganggu atau merusak lingkungan yang tidak digunakan untuk kepentingan produktif serta memanfaatkan limbah untuk kepentingan produktif kembali.

Perguruan tinggi sebagai entitas produksi tidak ubahnya koorporasi yang memproduksi barang. Perguruan tinggi juga entitas koorporasi yang memanfaatkan sumber daya alam, energi, dan barang-barang pabrik yang mengeluarkan limbah yang berdampak negatif pada lingkungannya. Oleh sebab itu, perguruan tinggi secara terus menerus dan berkesinambungan memperhatikan pemanfaatan sumber daya yang digunakan dan berdampak pada lingkungan.

Green campus didefinisikan sebagai kampus yang telah peduli dan berbudaya lingkungan dan telah melakukan pengelolaan lingkungan secara sistematis dan berkesinambungan. Green campus

(4)

2. Green Management

Belum ditemukan definisi secara eksplisit tentang green management campus itu sendiri. Tetapi, kita dapat mempelajari dari berbagai perspektif untuk dapat memahami bagaimana green management campus dapat dikembangkan, difahami, dan diimplementasikan. Beberapa institusi yang telah menerapkan green management dapat dijadikan rujukan dalam membangun konsep green management campus, diantaranya :

a. PT. PP, yaitu Badan Usama Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang kontraktor. PT. PP ikut serta dalam penyelamatan lingkungan dan energi dengan mengangkat tema "Green Construction", yang dikembangan melalui program "green building", "green procurement", "green professionals", "green spirit", dan "green program". Program green tersebut berfokus pada kepedulian akan efisiensi penggunaan energi, penggunaan air, dan reduksi produksi CO2 [7].; b. Washington University in St. Louis, yang mengembangkan program "Green Office Environments".

Mereka beranggapan bahwa kampus merupakan konsumen utama penggunaan energi dan material yang berkontribusi signifikan pada pembuangan limbah. Program green office merupakan sebuah kerangka yang mengatur dan mengurangi pemanfaatan sumber daya yang berpotensi mengganggu lingkungan kampus [8];

c. PT. Samsung -- perusahaan elektronik yang berpusat di Korea Selatan, mengembangkan Green Management melalui 5 bagian utama yang membantu melestatikan lingkungan global, yaitu the greening of management, the greening of products, the greening of processes, the greening of workplaces, dan the greening of communities [9];

Beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah merespon program-program ramah lingkungan dan energi, Universitas Indonesia melakukan program peringkatan terhadap 361 perguruan tinggi di dunia yang dikemas dalam UI GreenMetric. Program tersebut sebagai wujud kepedulian UI (Universitas Indonesia) akan ramah lingkungan dan energi. Parameter yang digunakan meliputi pengaturan infrastruktur (seting & infrastructure), energi dan perubahan iklim (energy & climate change), pengelolaan limbah (waste), pengolahan air (water), pengolahan transportasi (transportation), dan pendidikan ramah lingkungan (education) [10].

Adapun fokus dari masing-masing parameter di atas, yaitu :

a. Pengaturan infrastruktur (seting & infrastructure) : bagaimana perguruan tinggi berpartisipasi untuk memberikan ruang hijau dan menjaga lingkungan serta pengembangan energi berkelanjutan; b. Pemanfaatan energi dan perubahan iklim (energy & climate change) : bagaimana perguruan tinggi

mampu meningkatkan upaya efisiensi energi pada bangunan dan peduli sumber daya alam dan energi;

c. Pengelolaan limbah (waste) : bagaimana perguruan tinggi mampu mendaur ulang limbah, pengolahan limbah organik, pengolahan limbah anorganik, pembuangan limbah, kebijakan untuk mengurangi penggunaan kertas dan plastik di kampus;

d. Pengolahan air (water) : bagaimana perguruan tinggi dapat menurunkan penggunaan air, meningkatkan program konservasi, dan melindungi habitat;

e. Pengolahan transportasi (transportation) : bagaimana perguruan tinggi mempunyai kebijakan membatasi kendaraan bermotor dan mendorong orang berjalan di sekitar kampus;

(5)

3. Green Management Campus

Berdasarkan berbagai pandangan di atas, menurut hemat penulis, konsep green management campus

dapat dikembangkan melalui program-program green environment, green building, green procurement, green processes, green office, dan green product.

E. LANGKAH STRATEGIS GREEN MANAGEMENT CAMPUS

Untuk mencapai green management campus, tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus dilakukan secara sistematis dan terprogram serta dikawal implementasinya. Agar antara program yang satu dengan program yang lain saling terkait dan tersistem. Dan harus dibuat grand design konsep

green management campus. Oleh karena, beberapa program di atas, merupakan satu kesatuan green management campus, maka langkah strategis yang harus dikembangkan :

1. Idealnya, green management campus harus dimulai sejak kampus akan didirikan yaitu melalui program green environment atau green landscape. Lingkungan merupakan semua kondisi yang mempengaruhi kehidupan di atas bumi, meliputi kondisi atmosfir, mata rantai makanan, siklus air, iklim, dan cuaca [11]. Kondisi inilah dan strategi pemanfaatannya sangat menentukan green environment.

Konsep green environment adalah bagaimana memanfaatkan lingkungan semaksimal mungkin agar tetap tercipta lingkungan yang ramah lingkungan dan energi dan tidak merusak lingkungan tersebut. Kebijakan di Malaysia, institusi atau masyarakat dapat memanfaatkan lingkungan tetapi tidak boleh merusak habitat lingkungan. Sehingga, mereka hanya mengambil kawasan yang benar-benar diperlukan saja, hutan yang tidak digunakan tidak boleh diganggu. Dalam konteks Indonesia, sudah diatur dalam berbagai peraturan dan perundangan, diantaranya (i) Peraturan Menteri PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesbilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; (ii) Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH); (iii) Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002 tentang Bagunan dan Gedung; (iv) Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; (v) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; (vi) Keputusan Menteri PU No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Kotor Domestik; dan (vii) Peraturan Menteri PU No. 29/PRTT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

Dalam mengembangkan green environment secara simultan juga harus direncanakan dan dikembangkan konsep green waste (pengolahan limbah), green water, green setting &

insfrastucture, green transportation, green building dan green spirit.

2. Sebelum gedung-gedung kampus dibangun harus mengembangkan green building design berupa

(6)

Tujuan utama merencanakan bangunan dengan konsep green building adalah untuk meminimalkan dampak yang akan disebabkan adanya bangunan tersebut dan meningkatkan efisiensi energi. Keuntungan penerapan konsep green building diantaranya adalah bangunan lebih tahan lama dan miminal maintanance, efisiensi energi, nyaman ditempati, dan terwujudnya kesehatan yang baik. Oleh sebab itu, untuk mendukung green building maka harus dikembangkan secara sinergi konsep green energy & climate change dan green spirit.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kalau saat ini kawasan dan bangunan kampus sudah terbentuk tetapi belum mengarah pada konsep green environment dan green building. Jika hal ini terjadi, maka harus dilakukan dengan strategi evaluasi atau revitalisasi masterplan kampus berbasis green building dan green environment. Jika ini terjadi, maka terjadi high cost, baik cost

yang benar-benar cost, maupun social cost.

3. Mengembangkan konsep green procurement. Perguruan tinggi merupakan industri yang memanfaatkan sumber daya dari luar melalui suplair. Oleh sebab itu, setiap melakukan pengadaan mulai pengadaan aset tetap, barang operasional, bahan habis pakai, dan konsumsi (catering) harus mengedepankan konsep ramah lingkungan dan tidak merusak lingkungan dan efisiensi energi.

Green procurement bermakna bagaimana melakukan pembelian produk, dengan cara meminimalisir dampak lingkungan dari produk yang dibeli, baik dampak pada kesehatan manusia maupun dampak lingkungan sekitar. Sehingga, harus ada kebijakan atau regulasi yang mengarah pada green procurement tersebut. Misalnya, membeli produk yang dapat didaur ulang, mengurangi kemasan, efisiensi energi, efisiensi air, menghindari pemanfaatan zat beracun, dan lain sebagainya [13]. Untuk mendukung green procurement, maka perlu ada green regulation/policy dan green spirit.

4. Mengembangkan konsep green processes. Perguruan tinggi sesungguhnya mirip dengan industri yaitu melakukan proses. Bedanya benda yang diproses berbeda. Proses produksi inti (core business) perguruan tinggi adalah layanan akademik, meliputi proses belajar mengajar (PBM), pembelajaran di laboratorium, pendampingan penelitian dan pengabdian masyarakat, dan pendampingan kegiatan, pelayanan akademik lainnya. Dalam proses ini, perguruan tinggi menggunakan sumber daya dan energi, misalnya peralatan alat pembelajaran (spidol, kertas, dan peralatan lainnya), listrik, AC, LCD, bahan kimia, dan bahan laboratorium lainnya. Oleh sebab itu, perlu mempertimbangkan untuk mengembangkan konsep green processes.

Konsep green processes merujuk pada bagaimana mengeliminir beban atau dampak lingkungan akibat pemanfaatan sumber daya, bahan kimia dan energi yang digunakan dalam proses produksi [14]. Strategi untuk mengembangkan konsep green processes maka harus sinergi dengan program green energy & climate change, green waste, green water, green regulation, green signboard, green spirit, green procurement, green building, dan green profesionalism.

(7)

mematikan AC meskipun cuaca sangat dingin, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi kondisi ini, manajemen perguruan tinggi harus mengembangkan konsep green office.

Konsep green office merujuk pada sebuah struktur tanggungjawab terhadap lingkungan dan pemanfaatan sumber daya yang efisien. Green office didesain untuk menjadi efisien energi dan daur ulang limbah. Tujuan dari green office adalah untuk menciptakan lingkungan yang sehat, menghemat energi dan mengurangi polusi [15,16].

Program green office harus sinergi dengan program green yang lain, seperti green energy & climate change, green waste, green water, green regulation, green signboard, green spirit, green procurement, green building, dan green profesionalism.

6. Terakhir, mengembangkan program green education. Perguruan tinggi berbeda dengan perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur produk yang dihasilkan berupa benda berwujud (tangible), tetapi perguruan tinggi produknya adalah tingkat akademik yang diperoleh (intangible). Jika pada perusahaan manufaktur, konsep green product adalah bagaimana produk yang dihasilkan tidak mengganggu lingkungan atau bagaimana produk yang dihasilkan itu ramah lingkungan. Tetapi, berbeda dengan produk perguruan tinggi, yaitu lulusan itu sendiri yang berbekal pengetahuan dan intelektualitas. Oleh sebab itu, masalah lingkungan dan energi, perguruan tinggi harus mengembangkan melalui program green education.

Green education merupakan konsep bagaimana perguruan tinggi ikut bertanggungjawab akan peran penting yang akan dimainkan oleh para lulusannya sebagai generasi baru yang konsen dengan keberlanjutan lingkungan (environment sustainability) [10, 17]. Dengan demikian, diharapkan muncul budaya, perilaku, dan kesadaran ramah lingkungan dan energi di lulusan perguruan tinggi.

Untuk mendukung terwujudnya green education, maka harus kembangkan konsep dan program

green spirit, green professionalism, dan green program.

F. KEY SUCCES FACTORS

Konsep green management campus dapat diimplementasikan dengan baik pada manajemen perguruan tinggi, jika :

1. Adanya komitmen dan dukungan politic will yang kuat dari top leader;

2. Adanya desain masterplan kampus yang mengarah kepada konsep green managemen campus; 3. Adanya konsep dan program green managemen campus yang dikembangkan;

4. Adanya kebijakan dan regulasi yang konsisten untuk mewujudkan konsep green management campus;

5. Adanya dukungan dan keterlibatan aktif serta konsisten oleh semua civitas akademika; 6. Adanya tim pengembang dan pengawal konsep dan program green management campus; 7. Adanya green budgeting untuk mewujudkan green management campus.

G. PENUTUP

(8)

perubahan iklim akibat rendahnya komitmen dalam pemanfaatan sumber daya alam dan energi. Oleh sebab itu, untuk berkontribusi pada penyelesaian isu-isu lingkungan, diantara kebijakan yang harus dilakukan adalah bagaimana membentuk budaya, perilaku, dan kesadaran ramah lingkungan dan energi bagi semua civitas akademika, baik yang masih hidup dalam kampus maupun sudah keluar dari kampus (alumni). Adapun program sebagai the hidden curriculum yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi adalah mengembangkan konsep dan program green management campus. Semoga bermanfaat bagi pengambil kebijakan kampus, terimakasih, wallau a'lam.

H. RUJUKAN

[1]. http://www.menlh.go.id/gaya-hidup-ramah-lingkungan [2]. http://kamusbahasaindonesia.org

[3]. Ensiklopedia, diakses dari http://dictionary.reference.com/browse/green

[4]. http://www3.epa.gov/statelocalclimate/documents/pdf/12_8_what_is_green_GGGC.pdf [5]. Tran, Ben. 2009. Green Management: The Reality of Being Green In Business. Journal of

Economics, Finance and Administrative Science.

[6]. http://www.slideshare.net/faizquways/konsep-green-campus [7]. www.pt-pp.com/index.php?m=download&get

[8]. http://sustainability.wustl.edu/community-involvement/green-offices;

[9] http://www.samsung.com/us/aboutsamsung/sustainability/sustainabilityreports/ download/ 2014/18_Environmental_Report.pdf

[10]. http://greenmetric.ui.ac.id/overall-ranking.

[11]. http://www.brighthub.com/environment/green-living/articles/62807.aspx.

[12]. Butaru. tth. Green Building A Sustainable Concept for Cinstruction Development in Indonesia. di akses melalui http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=306

[13]. http://www.epd.gov.hk/epd/english/how_help/green_procure/green_procure.html. [14]. http://www.fujitsu.com/id/Images/2003report27_e.pdf.

[15]. http://www.ehow.com/facts_7944028_definition-green-office.html;

Referensi

Dokumen terkait

Mujarab , Kompas edisi Rabu 30 Agustus 2006 (Politik & Hukum), Jakarta hlm.. 1999 termasuk dalam wilayah Kabupaten Tebo untuk ditarik masuk ke wilayah Kabupaten Bungo 2.

3DVDO .LWDE 8QGDQJXQGDQJ +XNXP 3LGDQD PHQ\HEXWNDQ EDKZD EDUDQJVLDSD EHUVHWXEXK GHQJDQ VHRUDQJ ZDQLWD GL OXDU SHUNDZLQDQ SDGDKDO GLNHWDKXL DWDX VHSDWXWQ\D KDUXV GLGXJD EDKZD

Definisi informasi dalam laporan tugas akhir ini adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang lebih berarti bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata untuk

probabilitas lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi (0,752 > 0,05), Besarnya nilai probabilitas sebesar 0,752 berarti bahwa besarnya tingkat persentase

Akad yang terjadi pada praktik jual beli akun Transportasi online di Grup Gojek Jual beli Akun Surabaya melalui fitur Facebook dilakukan di dalam grup tanpa bertatap muka

Beberapa tanaman hasil perlakuan Oryzalin yang menunjukkan potensial poliploid yaitu stomata daun- nya relatif lebih panjang, penampakan daunnya lebih hijau, bentuk daun lebih

Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan teknologi informasi, karakteristik mahasiswa (usia)

memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak mengalami dismenorea sedang dan aktivitas belajarnya cukup terganggu yaitu 22 orang (42,3%) sedangkan responden yang