• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Media dan sumber informasi dalam perkembangan teknologi saat ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Media dan sumber informasi dalam perkembangan teknologi saat ini"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Media dan sumber informasi dalam perkembangan teknologi saat ini selalu diikuti dengan perkembangan informasi. Semakin banyaknya saluran sumber informasi diharapkan dapat menuntut dan membentuk masyarakat dalam menguasai serta mampu menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhannya karena informasi sudah menjadi kebutuhan yang utama bagi setiap individu pada semua aspek kehidupan. Masyarakat ketika mencari informasi yang tepat dan relevan hendaknya harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memperoleh informasi tersebut berupa cara mengakses, mencari, mengidentifikasi, menemukan, membaca atau memahami, menilai atau mengevaluasi serta memanfaatkan informasi yang diperolehnya, hal tersebut dapat dikatakan sebagai literasi informasi.(1)

Kemampuan literasi informasi ini sangat dibutuhkan karena sebagai bekal pembelajaran bagi setiap individu untuk membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Individu dikatakan mampu mencari informasi dengan baik apabila dapat memastikan poin dalam permasalahan kebutuhan informasinya dan mengetahui sumber informasi dalam memperolehya dapat melalui media cetak maupun elektronik, tidak hanya melibatkan membaca atau memahami informasi dari berbagai media namun juga dapat mencari, menemukan serta memilih informasi yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya tersebut diantara beragamnya informasi yang pada setiap harinya semakin banyak dan berkembang mengikuti zaman.(1)

(2)

Health literacy merupakan kemampuan individu untuk mendapatkan akses, memahami dan menggunakan informasi sesuai dengan tujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan untuk dirinya sendiri, keluarganya maupun komunitasnya.(2) Sementara definisi lain health literacy adalah konsep yang berkembang bahwa literasi kesehatan berarti lebih dari sekedar bisa membaca pamflet, membuat janji temu periksa, memahami label makanan atau mematuhi tindakan yang ditentukan dari dokter.(3)

Health literacy terkait dengan pengetahuan, motivasi, dan kompetensi masyarakat untuk mengakses, memahami, menilai, dan menerapkan informasi kesehatan untuk membuat penilaian dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari mengenai perawatan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas hidup selama hidupnya.(4) Sangat penting untuk membedakan pengertian health literacy dengan literacy secara umum. Sesuai dengan United Nation Education, Science and Culture Organization (UNESCO), kata ‘literasi’ secara umum berarti membaca dan menulis secara sederhana atau bisa dikatakan disini adalah melek pendidikan atau sadarnya masyarakat dengan pendidikan dan kesehatan.(5)

Health Literacy sampai saat ini masih menjadi masalah baik di negara maju maupun berkembang, kurang lebih setengah orang dewasa di Amerika Serikat memiliki tingkat literasi kesehatan yang kurang.(6). Survei yang adalah hak dari unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan dan merupakan hak manusia, hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang dasar Negera Republik Indonesia 1945 yang diimplementasikan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

(3)

Health Literacy dinilai masih menjadi hal baru di Indonesia, sebagai salah satu upaya guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan melalui kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi tentang kesehatan.(7) Media dan sumber informasi kesehatan yang semakin berkembang menjadikan masyarakat lebih melek kesehatan, hal ini terkadang membuat masyarakat bingung dengan informasi yang beragam, maka diperlukan pemahaman tentang health literacy yang berisi bagaimana cara mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi untuk membuat keputusan dalam hal kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan, oleh karena itu hal ini sangat penting bagi perawat salah satunya dalam hal praktek klinis dan mendukung hasil perawatan pasien yang lebih baik.(8)

Dalam literasi kesehatan seorang tenaga kesehatan dituntut untuk selalu memperbarui keilmuannya agar ilmu yang dimilikinya selalu berkembang dan mengetahui informasi terbaru. Pada era teknologi seperti saat ini, fasilitas internet atau Wi-Fi telah menjamur dimana-mana, tidak terkecuali di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Kampus ini telah dilengkapi fasilitas Wi-Fi untuk mendukung kelancaran mahasiswa dalam belajar. Selain itu sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa untuk memiliki fasilitas teknologi informasi seperti laptop, smartphone ataupun gadget lainnya. Seluruh mahasiswa mempunyai salah satu atau beberapa fasilitas tersebut. Semua teknologi informasi tersebut mempunyai dampak positif dan dampak negatif yang tidak dapat dihindari. Pada sisi positif adanya semua fasilitas tersebut dapat membantu mahasiswa dalam mencari sumber belajar lain, untuk berdiskusi terkait perkuliahan serta menambah wawasan mahasiswa menjadi lebih luas, termasuk hal-halyang berkaitan dengan literasi kesehatan. Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

(4)

memanfaatkan teknologi informasi seperti laptop, smartphone ataupun gadget lainnya yang digunakan untuk meningkatkan health literacy.

Berdasarkan penelitian Irma Desylia Maharani (ditemukan bahwa persentase tingkat health literacy mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2016 adalah sebanyak 12,8% memiliki tingkat health literacy yang kurang, 51,1% memiliki tingkat health literacy yang bermasalah, 31,5% memiliki tingkat health literacy cukup, dan 4,6% memiliki tingkat health literacy yang sangat baik.(9)

Hasil penelitian Nurjanah, Sri Soenaryati dan Enny Rachmani yang dilakukan pada mahasiswa semester 2 program studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang diperoleh hasil sebanyak 40,2% responden dengan tingkat health literacy yang masih rendah dan 95,9% responden tidak dapat menjawab dengan tepat pertanyaan nutritional fact pada pengukuran NVS. Dari hasil FGD menunjukkan responden lebih memilih penggunaan sosial media dan SMS Gateway untuk menerima pesan kesehatan.(10)

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang pada pertengahan September 2019 diperoleh hasil bahwa sebagian besar mahasiswa cukup mudah untuk mengakses informasi mengenai kesehatan dan cukup sering mereka mengakses informasi tersebut namun 2 dari 10 mahasiswa beranggapan informasi yang mereka dapat masih belum mempengaruhi keputusan mereka untuk berperilaku hidup sehat guna meningkatkan derajat status kesehatannya.

(5)

Berdasarkan latar belakang permalasahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang”

B. Perumusan Masalah

Pada penelitian dirumuskan masalah : apakah terdapat hubungan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

b. Menganalisis hubungan antara karakteristik mahasiswa (jenis kelamin, usia, tahun angkatan, dan fakultas) dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

(6)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keilmuan

Penelitian diperoleh hasil yang dapat digunakan sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat.

2. Bagi Program

Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan pengalaman berharga dalam penelitian dan pengembangan ilmiah.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap health literacy.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Nurjanah., Sri Soenaryati., Enny Rachmani (2015)(11) e-Health Literacy (eHEALS) Mahasiswa: Mudah Mengakses Informasi, Sulit Membuat Keputusan Terkait Kesehatan Uji korelasi dengan menggunakan spearman rank.

Kesulitan yang lebih besar dialami oleh responden untuk menentukan

informasi kesehatan yang berkualitas dan yang tidak berkualitas di internet (48,8%). Bahkan, 54,8% responden

sulit untuk merasa yakin menggunakan informasi dari internet untuk membuat keputusan tentang kesehatan. eHEALS berhubungan signifikan dengan health literacy.

(7)

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian (lanjutan)

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Fajar Ratna Wulansari (2014)(12) Health Literacy Klien Voluntary Counselling and Testing (VCT) di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Tahun 2014 Metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus

Health Literacy klien VCT masih rendah karena kurangnya kesadaran untuk mengakses pelayanan kesehatan, tidak ada rasa ingin tahu akan informasi kesehatan yang dibutuhkan. Sehingga tidak mencari informasi dari sumber lain dan tidak menerapkan informasi yang didapat dalam membuat keputusan dalam hal kesehatan.

Dhara Intan Maulina (2015)(13) Health Literacy Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Bandarharjo Semarang Tahun 2015 Metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Health literacy yang masih kurang sehingga

menyebabkan kasus DO. Dapat dilihat dari akses informasi yang rendah, pemahaman tentang informasi yang diberikan kurang lengkap, masih kurangnya petugas dalam pemberian informasi kepada informan, dan kurang

meksimalnya penemuan kasus DO serta tidak adanya penerapan dalam perilaku informan untuk penyembuhan Ahmad Yani (2018)(14) Utilization Of Technology In The Health Of Community Health. Metode Deskriptif

Informasi adalah hal yang sangat penting, karena semua hal terkait kesehatan masyarakat adalah

informasi yang dikelola dengan baik dan aman, sehingga dibutuhkan suatu sistem yang aman dan lancar agar se-luruh informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan lebih optimal dan dapat ber-manfaat bagi seluruh masyarakat

(8)

Pada penelitian sebelumnya mengungkapkan tentang health literacy dan teknologi informasi tetapi tidak mengkahitkan kedua varibel tersebut sebagai variabel yang berhubungan. Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk menghubungkan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy dengan subjek penelitian mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

F. Lingkup Penelitian

1. Lingkup Kelimuan

Penelitian ini termasuk dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan kajian di bidang teknologi informasi dan promosi kesehatan.

2. Lingkup Materi

Lingkup materi penelitian ini terbatas hubungan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang..

3. Lingkup Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Lingkup Metode

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner.

5. Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

6. Lingkup Waktu

(9)

A. LandasanTeori

1. Health Literacy

a. Pengertian Health Literacy

National Assessment of Adults Literacy di Amerika Serikat memakai definisi health literacy atau kemelekan kesehatan yaitu kemampuan untuk menggunakan informasi kesehatan yang tertulis dan tercetak untuk dapat digunakan di tengah masyarakat dalam mencapai tujuan, serta mengembangkan pengetahuan dan potensinya. Kemampuan ini meliputi kemampuan membaca label obat, brosur informasi kesehatan, informed consent, memahami informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan serta kemampuan untuk melakukan petunjuk serta prosedur pengobatan.(15)

Definisi tersebut di atas menggambarkan health literacy secara fungsional, yaitu menekankan pada kemampuan masyarakat untuk mengakses, memahami dan menggunakan infromasi kesehatan dalam konteks pelayanan kesehatan. Selain definisi secara fungsional tersebut, berkembang pula konsep health literacy yang lebih luas.

World Health Organization dalam Health Promotion Glossary mengambil definisi health literacy yakni kemampuan kognitif dan sosial yang menentukan motivasi dan kemampuan individu untuk mendapatkan akses, memahami dan menggunakan informasi dalam cara-cara yang meningkatkan dan mempertahankan kesehatan yang baik dengan meningkatkan akses dan kapasitas masyarakat untuk mendapatkan dan

(10)

menggunakan informasi kesehatan dengan efektif, health literacy berperan dalam pemberdayaan.(16)

Health literacy melibatkan kemampuan individu dalam hal mendengarkan, menulis, membaca, berbicara, berhitung serta pengetahuan budaya dan konseptual. Kemampuan individu ini berinteraksi dengan sistem pelayanan kesehatan, sistem pendidikan serta berbagai faktor sosial budaya di tempat tinggal, tempat kerja dan masyarakat. Area-area inilah yang dapat menjadi titik intervensi dalam health literacy yang pada akhirnya akan mempengaruhi status kesehatan serta biaya kesehatan.(17)

b. Model Konsep Health Literacy

Terdapat beberapa model yang dikembangkan untuk menjelaskan perihal health literacy, diantaranya adalah model Determinants of Health Literacy dari Pawlak. Dalam model ini, Pawlak (2005) mengajukan determinan- determinan yang dapat mempengaruhi health literacy yaitu usia, genetik, bahasa, ras dan etnis, pendidikan, pekerjaan, status sosio- ekonomi dan faktor lingkungan (akses pelayanan kesehatan dan teknologi informasi). Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, health literacy itu sendiri juga merupakan determinan untuk kesehatan populasi.(18)

(11)

Gambar 2.1 Model Determinants of Health Literacy(18)

c. Karakteristik yang Dapat Mempengaruhi Health Literacy 1) Usia

Health literacy dapat menurun seiring dengan bertambahnya usia. Keadaan ini dapat dikarenakan penurunan kemampuan berpikir, rentang waktu yang lama sejak pendidikan terakhir dan penurunan kemampuan sensoris.(19) Penurunan kemampuan berpikir ini dapat mempengaruhi kemampuan dalam membaca dan memahami informasi.(20)

2) Bahasa

Health literacy membutuhkan kemampuan untuk dapat membaca dan menulis dalam bahasa nasional, berhitung, berpikir kritis dan membuat keputusan. Bahasa serta budaya yang melatarbelakangi bahasa tersebut berpengaruh dalam cara seseorang mendapat dan mengaplikasikan kemampuan ini. Seseorang perlu mengenal atau familiar dengan istilah-istilah yang digunakan dalam sistem kesehatan di negaranya.

(12)

Dalam sistem kesehatan saat ini, seseorang harus dapat membaca berbagai hal, misalnya buku atau brosur pendidikan kesehatan, instruksi minum obat, formulir asuransi, tagihan pengobatan, informasi gizi, dan informed consent. Jika bahasa utama yang seseorang gunakan sehari-hari bukanlah bahasa nasional (bahasa resmi yang dipakai dinegaranya), maka ia akan mengalami kesulitan dalam memahami informasi kesehatan. Kendala bahasa juga akan dialami saat mendengarkan dan berbicara dengan petugas kesehatan.(21)

3) Jenis Kelamin

Jenis kelamin menyatakan perbedaan pria dan wanita secara biologis, namun sebenarnya yang berperan sebagai determinan health literacy adalah karakteristik, peran, tanggung jawab dan atribut antara pria dan wanita yang dibangun secara sosial yang dikenal dengan istilah gender.(22)

Buvinic et al (2006) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan gender dalam hal risiko kesehatan yaitu a).Perbedaan biologis dan fisiologis antara pria dan wanita, b).Perbedaan umur harapan hidup, c).Perbedaan akses wanita dalam memperoleh mekanisme perlindungan sosial (asuransi kesehatan dan sosial), d).Norma budaya, kepercayaan religius, dan aturan keluarga serta perilaku yang menentukan peran-peran serta posisi pria dan wanita dalam masyarakat, e).Perbedaan gender dalam tingkat pendidikan, f).Perbedaan pendapatan antara pria dan wanita, dan g).Interaksi antara etnis, pendapatan dan gender.

(13)

Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada wanita ditemukan di banyak daerah. Di India, Thailand, dan negara-negara Amerika Latin, wanita kurang menggunakan pelayanan kesehatan dan kurang mendapatkan perawatan kesehatan dibanding pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini adalah a).Faktor pelayanan, misalnya jarak, biaya, kesesuaian pelayanan kesehatan, b).Faktor pengguna, meliputi keterbatasan wanita dalam mobilitasnya, pendapatan wanita yang lebih rendah, serta keterbatasan dalam memperoleh informasi kesehatan, c).Faktor institusional, meliputi kontrol pria atas pengambilan keputusan, anggaran serta fasilitas kesehatan.(23)

Pengaruh sosial budaya tersebut pada akhirnya berpengaruh pada health literacy. Penelitian di Amerika, Serbia dan Turki menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara wanita dengan tingkat health literacy yang lebih rendah.(24) Odzemir, Alper, Uncu dan Bilgel (2010) menyatakan bahwa kesenjangan ini berhubungan dengan kesenjangan pendidikan yang diperoleh antara pria dan wanita. Perbedaan dalam kesempatan memperoleh pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi tingkat health literacy.(25)

4) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi health literacy secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, pendidikanmempengaruhi kemampuan seseorang dalam menguasai berbagai bidang dan juga mempengaruhi kemampuan dalam mengumpulkan serta menginterpretasikan berbagai informasi, termasuk informasi yang terkait

(14)

kesehatan. Kemampuan-kemampuan ini pada akhirnya akan mempengaruhi preferensi seseorang serta pilihan-pilihan perilaku dan gaya hidupnya. Selain berdampak pada pembentukan pengetahuan kesehatan, pendidikan juga membentuk keahlian atau kompetensi yang dibutuhkan untuk pembelajaran kesehatan (misalnya kemampuan membaca berbagai sumber informasi kesehatan, kemampuan menggunakan internet).

Secara tidak langsung, pendidikan dapat mempengaruhi pekerjaan serta pendapatan seseorang sehingga pada akhirnya juga mempengaruhi tingkat health literacy.(26)

Satu hal yang perlu diingat adalah tingkat pendidikan tidak dapat menjadi satu-satunya tolak ukur untuk tingkat health literacy seseorang. Tingkat pendidikan mengukur lamanya seseorang mengikuti pendidikan, tetapi tidak selalu dapat mengukur seberapa banyak yang dipelajari di sekolah. Terlebih lagi kualitas sekolah yang berbeda-beda antara sekolah dan antar daerah. Salah satu contohnya adalah hasil National Assessment of Adults Literacy di Amerika Serikat menunjukan dari 52% responden yang telah menyelesaikan sekolah menengah atas memiliki health literacy yang rendah.(27)

5) Teknologi Informasi

Teknologi informasi merupakan alat penyebaran informasi kesehatan sehingga akses seseorang kepada teknologi informasi menjadi salah satu faktor yang menentukan health literacynya.(18) Hal ini makin nyata seiring perkembangan teknologi informasi yang pesat.

(15)

Misalnya, makin banyak informasi kesehatan yang tersedia melalui internet.(28)

National Assessments of Adults Literacy memberikan data yaitu lebih banyak penduduk yang memiliki tingkat health literacy rendah yang melaporkan bahwa mereka tidak mendapat informasi kesehatan dari sumber informasi tercetak atau tertulis dibandingkan mereka yang tingkat health literacynya lebih tinggi. Penelitian yang sama juga menyatakan bahwa 80% penduduk yang health literacynya sangat rendah menyatakan bahwa mereka tidak mendapat informasi dari internet.(15)

Speros (2005) dalam analisisnya mengenai konsep health literacy menyatakan bahwa faktor yang mendahului health literacy adalah literasi (melek huruf) dan pengalaman yang berkaitan dengan kesehatan. Dalam penjelasan lebih lanjut, diungkapkan bahwa melek huruf merupakan sebuah kemampuan meta-kognitif yang melibatkan kemampuan membaca, memahami dan berhitung. Untuk melengkapi kemampuan tersebut harus ada pengalaman kesehatan dimana individu terpapar oleh bahasa atau istilah kesehatan serta sebuah kerangka kognitif yang membuat informasi kesehatan yang diterimanya terlihat logis.(29)

White (2008) juga mengungkapkan hal yang sama yaitu bahwa health literacy meliputi kemampuan melek huruf yang ditambah dengan pengetahuan mengenai istilah dan singkatan dalam dunia kesehatan. Health literacy membutuhkan familiaritas dengan struktur dan jenis informasi kesehatan (misalnya brosur untuk pasien). Paparan terhadap informasi kesehatan ini membentuk sebuah kemampuan yang baru atau

(16)

lebih canggih dibanding kemampuan melek huruf secara umum. Semua hal ini menunjukkan bahwa akses informasi kesehatan menjadi faktor yang sangat penting dalam pembentukan kemampuan health literacy.(15)

d. Dimensi Health Literacy

Tabel 2.1

Matriks dengan Empat Dimensi Health Literacy Diterapkan Pada Tiga Domain Pelayanan Kesehatan(2)

Akses / memperole h informasi relevan dengan kesehatan Memahami informasi yang relevan dengan kesehatan Proses / menilai informasi yang relevan dengan kesehatan Terapkan / menggunakan informasi relevan dengan kesehatan Pelayanan kesehatan Kemampuan untuk mengakses informasi tentang masalah medis atau klinis Kemampuan untuk memahami informasi medis dan memaknainya Kemampuan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi medis Kemampuan untuk membuat keputusan tentang masalah medis Pencegahan penyakit Kemampuan untuk mengakses informasi tentang faktor-faktor risiko Kemampuan untuk memahami informasi tentang faktor risiko dan memaknainya Kemampuan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi tentang faktor risiko kesehatan Kemampuan untuk menilai infromasi yang relevan tentang faktor risiko Promosi kesehatan Kemampuan untuk memperbahar ui diri dalam masalah kesehatan Kemampuan untuk memahami informasi kesehatan dan memaknainya Kemampuan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi terkait kesehatan Kemampuan untuk mengatakan pendapat tentang masalah kesehatan

(17)

2. Penggunaan Teknologi Informasi a. Pengertian Teknologi Informasi

Teknologi Informasi (TI) dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan informasi. Kata teknologi bermakna pengembangan dan penerapan berbagai peralatan atau sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari,kata teknologi berdekatan artinya dengan istilah tata cara.

Menurut Hendarti (2011) tteknologi informasi adalah sebuah kombinasi teknologi komputer dengan teknologi komunikasi yang memfasilitasi perolehan, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman dan pembagian informasi dan isi digital lainnya.(30) Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Lantip dan Rianto (2011) teknologi informasi diartikan sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan perkembanganya sangat pesat.(31)

Uno dan Lamatenggo (2013) juga mengemukakan teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data Pengolahan itu termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu.(32)

Dari definisi di atas, bisa diambil suatu pengertian bahwa teknologi informasi merupakan serangkaian tahapan penanganan informasi, yang meliputi penciptaan sumber-sumber informasi, pemeliharaan saluran informasi, seleksi dan transmisi informasi, penerimaan informasi secara

(18)

selektif, penyimpanan dan penelusuran informasi, serta penggunaan informasi.

b. Macam-macam Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi Informasi mempunyai banyak macam jenisnya, dan disini akan dipaparkan beberapa macam bentuk Teknologi Informasi Pembelajaran, yaitu:(33)

1) Laptop/ Notebook

Laptop/ Notebook adalah perangkat canggih yang fungsinya sama dengan komputer tetapi bentuknya praktis dapat dilihat dan dibawa kemana-mana karena bobotnya ringan, bentuknya ramping dan daya listriknya menggunakan baterai charger, sehingga bisa digunakan tanpa harus mencolokkan ke steker.

2) Deskbook

Deskbook adalah perangkat sejenis komputer dengan bentuknya jauh lebih praktis yaitu CPU menyatu dengan monitor sehingga mudah diletakkan di atas meja tanpa memakan banyak tempat. Namun, alat ini masih menggunakan sumber listrik steker karena belum dilengkapi bateri charger.

3) Personel Digital Assistant (PDA)

PDA adalah perangkat sejenis komputer, tetapi bentuknya sangat mini sehingga dapat dimasukkan dalam saku. Walaupun begitu, fungsinya hampir sama dengan komputer pribadi yang dapat mengolah data. 4) Kamus Elektronik

Kamus elektronik adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk menerjemahkan antar bahasa.

(19)

5) MP4 Player

MP4 Player adalah perangkat yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan data sekaligus sebagai alat pemutar video, musik dan game.

6) MP3 Player

Hampir sama dengan MP4, MP3 Player adalah perangkat yang dapat menyimpan data hanya saja MP3 ini tidak dapat memutar video dan game, hanya dapat memutar musik dan mendengarkan radio.

7) Flashdisk

Flashdisk adalah media penyimpanan data portable yang berbentuk Universal Serial Bus. Ukurannya kecil dan bobotnya sangat ringan, tetapi dapat menyimpan data dalam jumlah besar.

8) Komputer

Komputer adalah perangkat berupa hardware dan software yang digunakan untuk membantu manusia dalam mengolah data menjadi informasi dan menyimpannya untuk ditampilkan di lain waktu.

9) Internet

Internet adalah sebuah jaringan computer yang sangat besar yang terdiri dari jaringan-jaringan kecil yang saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia.

10) Radio

Radio adalah salah satu teknologi informasi yang menggunakan gelombang radio untuk mengirimkan informasi seperti suara dengan cara mengatur secara sistematis sifat-sifat gelombang energi elektromagnetik yang ditransmisikan melalui ruang angkasa seperti amplitudo, frekuensi,

(20)

fase, dan lain-lain. Sistem komunikasi radio membutuhkan pemancar dan penerima yang masing-masing memiliki antena, dan peralatan terminal lainnya yang sesuai seperti mikrofon pada pemancar dan pengeras suara pada penerima dalam hal sistem komunikasi suara. Seperti televisi, radio juga memiliki fungsi media massa yaitu menghibur, memberi informasi, sosialisasi, dan memberi pengetahuan kepada khalaya

11) Televisi

Salah satu teknologi informasi yang sangat popular adalah televisi. Televisi merupakan media telekomunikasi yang digunakan untuk mentransmisikan gambar bergerak dalam warna monokrom atau hitam putih, atau berwarna, dengan bentuk dua atau tiga dimensi serta suara. Televisi menggunakan berbagai macam teknologi yang terencana dan teroganisasi dengan baik. Televisi memiliki karakteristik komunikasi massa, karakteristik media massa, dan karakteristik media penyiaran sekaligus. Karakteristik media televisi tersebut menjadikan televisi sebagai salah satu media massa yang sangat mahal. Selain itu, televisi juga dapat diartikan sebagai perangkat televisi, berbagai jenis program televisi, atau media transmisi televisi. Televisi umumnya ditujukan untuk hiburan, pendidikan, berita, politik, gossip, dan periklanan.

c. Tujuan dan Fungsi Teknologi Informasi

Tujuan Teknologi Informasi adalah untuk memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Jadi dapat dikatakan karena dibutuhkannya pemecahan masalah, membuka kreativitas dan efisiensi manusia dalam

(21)

melakukan pekerjaan, menjadi penyebab atau acuan diciptakannya teknologi informasi. Dengan adanya teknologi informasi membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan efisien.(34)

Fungsi Teknologi Informasi menurut Warsita (2012) ada enam fungsi, yaitu :(24)

1) Fungsi Teknologi informasi sebagai Penangkap (Capture) 2) Fungsi Teknologi Informasi sebagai Pengolah (Processing)

Fungsi teknologi informasi ini mengkompilasikan catatan rinci aktivitas, misalnya menerima input dari keyboard, scanner, mic dan sebagainya. Mengolah atau memproses data masukan yang diterima untuk menjadi informasi. Pengolahan atau pemrosesan data dapat berupa konversi (pengubahan data ke bentuk lain), analisis (analisis kondisi), perhitungan (kalkulasi), sintesis (penggabungan) segala bentuk data dan informasi. 3) Fungsi Teknologi Informasi sebagai Menghasilkan (Generating)

Fungsi teknologi informasi ini menghasilkan atau mengorganisasikan informasi ke dalam bentuk yang berguna, misalnya laporan, table, grafik dan sebagainya.

4) Fungsi Teknologi Informasi sebagai Penyimpan (storage)

Fungsi teknologi informasi ini merekam atau menyimpan data dan informasi dalam suatu media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya.Misalnya saja disimpan ke harddisk, tape, disket, CD (compact disc) dan sebagainya.

5) Fungsi Teknologi Informasi sebagai Pencari Kembali (Retrifal)

Fungsi teknologi informasi ini menelusuri, mendapatkan kembali informasi atau menyalin data dan informasi yang sudah tersimpan, misalnya mencari supplier yang sudah lunas dan sebagainya.

(22)

6) Fungsi Teknologi Informasi sebagai Transmisi (Transmission)

Fungsi teknologi informasi ini mingirim data dan informasi dari suatu lokasi lain melalui jaringan komputer. Misalnya saja mengirimkan data penjualan dari user A ke user lainnya.

B. Kerangka Teori

(23)

A. Kerangka Konsep

Penggunaan Teknologi Informasi

Karakteristik Mahasiswa

Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

(24)

2. Ada hubungan antara karakteristik mahasiswa (jenis kelamin, usia, tahun angkatan, dan fakultas) dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

C. Jenis Penelitian

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian serta berdasarkan atas masalah yang diajukan, jenis penelitian ini adalah eksplanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel penelitian melalui pengujian hipotesis.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini diantaranya adalah : 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Penggunaan teknologi informasi yang di akses untuk mencari informasi kesehatan, terdiri dari penggunaan komputer (PC), laptop/notebook, handphone, televisi dan radio.

b. Karakteristik mahasiswa, terdiri dari : jenis kelamin, usia, tahun angkatan, dan fakultas

2. Variabel terikat

(25)

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Daftar Nama Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi

Operasional Pengukuran Variabel

Skala Variabel 1. Health Literacy Kemampuan responden mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi terkait kesehatan 1. Skor 0-25 = Inadequate 2. Skor 26 -33 = Problematic 3. Skor 34 -42 = Sufficient 4. Skor 43 -46 =Excellent Ordinal 2. Penggunaan Teknologi Informasi Aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan sumber informasi untuk mencari informasi kesehatan. 1. Kurang dari 13 = rendah 2. 13 atau lebih = tinggi Ordinal 3. Karakteristik Mahasiswa

a. Usia Lama waktu hidup seseorang yang terhitung sejak dilahirkan sampai dilakukannya penelitian. 1. < 20 tahun 2. 20 tahun atau lebih Ordinal

b. Jenis Kelamin Jenis kelamin menyatakan

perbedaan pria dan wanita secara biologis 1. Pria 2. Wanita Nominal c. Tahun Angkatan Tahun masuk kuliah di Universitas Dian Nuswantoro 1. Tahun 2017 2. Tahun 2018 Nominal

d. Fakultas Fakultas tempat mahasiswa kuliah di Universitas Dian Nuswantoro 1. Fakultas Ilmu Komputer 2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 3. Fakultas Ilmu Budaya 4. Fakultas Teknik 5. Fakultas Kesehatan Nominal

(26)

F.

Polulasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro yang terdiri dari lima Fakultas pada tahun 2019.

2. Sampel Penelitian

Teknik sampling menggunakan teknik accidental sampling yaitu mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia.(35)Universitas Dian Nuswantoro yang terdiri dari lima Fakultas, dimana masing-masing Fakultas diambil sebagai sampel penelitian dengan cara acak dengan dan diambil mahasiswa angkatan tahun 2017 dan 2018, sehingga diperoleh sampel sebanyak 115 orang mahasiswa. Pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2. Sampel Penelitian

No. Fakultas Jumlah Sampel

(orang)

1

Fakultas Ilmu Komputer 32

2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis 22

3

Fakultas Ilmu Budaya 10

4

Fakultas Teknik 16

5

Fakultas Kesehatan 35 Total 115 G. Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data primer

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada sampel penelitian.

(27)

b. Data sekunder

Digunakan sebagai data penunjang atau pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan keperluan peneliti.

2. Instrument Pengumpulan Data

Pengukuran health literacy sudah pernah dilakukan di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Pengukuran health literacy pada penelitian ini menggunakan angket Health Literacy 47 Question (HL 47Q) yang diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia, sedangkan kuesioner untuk penggunaan teknologi informasi disusun sendiri oileh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cheklist dan kuesioner.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing

Editing merupakan kegiatan pemeriksaan ulang atas kelengkapan, kejelasan, serta konsistensi dari seluruh jawaban yang diberikan responden dalam kuesioner dan pengisian lembar observasi.

2. Coding

Memberikan kode untuk masing-masing data yang dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan dan analisis data.

3. Enrty Data

Entry data merupakan kegiatan memasukan data ke komputer untuk keperluan pengolahan dan analisa data.

(28)

Tabulating merupakan proses pengelompokan data berdasarkan variabel yang diteliti, biasanya disajikan dalam bentuk distrubusi frekuensi.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan :

1. Analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui diskripsi masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang sebagai upaya membuktikan hipotesis, maka digunakan uji korelasi Rank Spearman dan uji Chi Square.

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Jika diperoleh nilai siginikansi (p) > 0,05 maka hipotesis yang menyatakan adanya hubungan (Ha) tolak.

b. Jika diperoleh nilai siginikansi (p) ≤ 0,05 maka hipotesis hipotesis yang menyatakan adanya hubungan (Ha) diterima.

(29)

A. Gambaran Umum

Universitas Dian Nuswantoro terletak di pusat Kota Semarang mudah diakses terletak di Jalan Imam Bonjol 207 dan Jalan Nakula I no 5-11 Semarang. Luas kampus Udinus berkisar hingga 4,5 Ha, kampus ini dikelilingi oleh kantor, pendidikan, bangunan komersial dan perumahan. Universitas Dian Nuswantoro memiliki 5 Fakultas antara lain, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kesehatan serta 18 program studi dengan beberapa fasilitas laboratorium dan poliklinik kesehatan. Terdapat 8 gedung sebagai sarana perkuliahan untuk 5 fakultas yang ada di UDINUS yaitu gedung A, B, C, D, E, F, G, H. Universitas Dian Nuswantoro merupakan salah satu perguruan tinggi swasta berakreditasi Institusi A yang berada di Semarang, Indonesia. Universitas ini berdiri pada tahun 1990 saat ini dipimpin oleh Rektor Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko M. Kom.

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Universitas Dian Nuswantoro :

1. Visi

Menjadi Universitas pilihan utama di bidang pendidikan dan kewirausahaan

2. Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas

b. Menumbuhkembangkan kreatifitas dan inovasi civitas akademika yang bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.

3. Tujuan

a. Menghasilkan lulusan yang berkualitas dibidangnya dan berjiwa wirausaha

(30)

b. Terciptanya atmosfir akademik yang dinamis dan bertanggung jawab c. Terciptanya manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu

d. Menghasilkan penelitian yang tepat guna bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.

e. Terselenggaranya program pengabdian pada masyarakat yang tepat sasaran sebagai bentuk implementasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.

f. Terjalinnya kerjasama/kemitraan dalam berbagai bidang, baik dengan lembaga pemerintahan maupun swasta, di tingkat nasional maupun internasional.

g. Terciptanya sistem pelayanan dan program kerja yang berorientasi pada kepuasan stakeholder.

4. Sasaran

a. Meningkatnya Kualitas Lulusan.

1) Meningkatnya index prestasi lulusan.

2) Meningkatnya persentase lulusan yang tepat waktu.

3) Berkurangnya waktu tunggu dalam mendapatkan atau menciptakan pekerjaan.

4) Meningkatnya lulusan yang berwirausaha. b. Atmosfir Akademik yang Semakin Dinamis.

1) Meningkatnya otonomi keilmuan, kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik.

2) Meningkatnya prasarana, sarana dan dana yang memungkinkan terciptanya interaksi akademik antar sivitas akademika.

(31)

3) Meningkatnya program dan kegiatan akademik untuk menciptakan suasana akademik (seminar, symposium, lokakarya, bedah buku, penelitian bersama, dll).

4) Meningkatnya Program pembinaan akademik, pengembangan sikap mental cendikiawan, serta pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan. c. Terciptanya Manajemen Pendidikan yang Berorientasi Pada Mutu.

1) Terselenggaranya fungsi-fungsi organisasi sesuai dengan tugas dan tangung jawab setiap satuan kerja.

2) Terselenggaranya sistem perencanaan dan garis besar rencana jangka panjang, menengah dan tahun dalam kaitannya dengan visi, misi dan sasaran institusi

3) Terselenggaranya pengelolaan administrasi yang baik

4) Terselenggaranya kerjasama dan kemitraan institusi dengan instasi atau pihak-pihak tertentu di luar perguruan tinggi

5) Terselenggaranya sistem monitoring dan evaluasi

6) Ketersediaan direktori, katalog, dan atau dokumen tertulis yang menjelaskan keseluruhan kegiatan institusi; yang mencakup isi dan pemanfaatan.

d. Menghasilkan Penelitian yang Tepat Guna Bagi Pengambangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.

1) Tersedianya agenda penelitian, yaitu rancangan dan implementasi kegiatan penelitian untuk mendapatkan jawaban atau informasi ilmiah atau penerapan ilmu pengetahuan, pengembangan teknologi baru mengenai berbagai isu yang dihadapi masyarakat dan pembangunan

(32)

2) Meningkatnya produktivitas penelitian yang berkualitas, berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha.

3) Terselenggaranya perlindungan hasil penelitian dan hak paten.

e. Terselenggaranya Program Pengabdian pada Masyarakat yang Tepat Sasaran Sebagai Bentuk Implementasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.

1) Meningkatnya keterlibatan dosen dan mahasiswa.

2) Meningkatnya jenis dan jumlah kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang relevan dengan institusi dan atau hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen

3) Meningkatnya dampak kegiatan pengabdian kepada masyarakat, program pembangunan pemerintah dan dunia usaha

4) Meningkatnya sumber dana pengabdian kepada

f. Terjalinnya Kerjasama/Kemitraan Dalam Berbagai Bidang, Baik Dengan Lembaga Pemerintah Maupun Swasta. Ditingkat Nasional Maupun Internasional.

1) Meningkatnya jumlah mitra kerjasama.

2) Meningkatnya kualitas program kerjasama.

g. Terselenggarnya Sistem Pelayanan dan Program Kerja yang Berorientasi pada Kepuasan Stakeholder.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat terdiri dari jenis kelamin, usia, tahun angkatan dan fakultas, penggunakan teknologi informasi dan health literacy mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

(33)

1. Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Mahasiswa Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)

Pria 48 41,7

Wanita 67 58,3

Total 115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin pria. Mahasiswa yang berjenis kelamin wanita sebanyak 58,3% sedangkan yang berjenis kelamin pria sebanyak 41,7%.

2. Usia

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Usia Mahasiswa

Usia (tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)

18 1 0,9 19 51 44,3 20 49 42,6 21 9 42,6 22 3 2,6 23 1 0,9 26 1 0,9 Total 115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang, sebagian besar berusia 20 tahun atau lebih yaitu sebanyak 54,8% sedangkan mahasiswa yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 45,2%. Diketahui mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro

(34)

Semarang yang berusia 19 tahun merupakan usia terbanyak yaitu sebanyak 44,3% dan yang paling sedikit mahasiswa yang berusa 18 tahun, 23 tahun dan 26 tahun yaitu masing-masing sebanyak 0,9%%.

3. Tahun Angkatan Mahasiswa

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Tahun Angkatan Mahasiswa Tahun Angkatan Frekuensi (orang) Persentase (%)

2017 65 56,5

2018 50 43,5

Total

115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang menjadi responden terdri dari mahasiwa angkatan 2017 sebanyak 56,5% dan mahasiswa angkatan 2018 sebanyak 43,5%.

4. Fakultas

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Fakultas Tempat Mahasiswa Kuliah Fakultas Frekuensi (orang) Persentase (%)

Ilmu Komputer 32 27,8

Ekonomi dan Bisnis 22 19,1

Ilmu Budaya 10 8,7

Kesehatan 35 30,4

Teknik 16 13,9

Total 115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa jumlah responden untuk reseponden terbanyak berasal dari Fakultas Kesehatan yaitu sebanyak 30,4% sedangkan yangpaling sedkit berasal dari Fakultas Ilmu Budaya. Kondisi

(35)

ini dikarenakan respon atau antusian mahasiswa yang mengisi kuesioner yang paling besar adalah dari fakultas Kesehatan sebagai tempat penelitian menjalani kuliah di fakultas ini.

5. Health Literacy

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Health Literacy Mahasiswa

Kategori Frekuensi (orang) Persentase (%)

1. Inadequate 22 19,1

2. Problematic 25 21,7

3. Sufficient 56 48,7

4. Excellent 12 10,4

Total 115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang sebagian besar memiliki health literacy yang tergolong Sufficient atau cukup dengan skor 34-42 yaitu sebanyak 48,7% dan hanya 10,4% yang memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa dengan skor 43-46. Sedangkan mahasiswa yang memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadasi dengan skor 0-25 sebanyak 19,1% dan mahasiswa yang memiliki health literacy tergolong problematic atau atau bermasalah/meragukan dengan skor 26-33 sebanyak 21,7%.

6. Mencari Informasi Kesehatan dengan Personal Computer (PC) Tabel 4.6

Personal Computer (PC) sebagai Sumber Informasi Keterangan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tidak Pernah 10 8,7

Jarang 28 24,3

Kadang-kadang 43 37,4

Sering 34 29,6

Total 115 100,0

(36)

Berdasarkan data Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa sebagian mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang kadang-kadang dan sering mencari informasi kesehatan melalui PC yaitu sebanyak 67%. Sedangkan mahasiswa yang jarang dan tidak pernah mencari informasi kesehatan melalui PC yaitu sebanyak 33%. Jadi dapat dikatakan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang cukup antusias dalam mencari informasi kesehatan melalui PC

.

7. Mencari Informasi Kesehatan dengan Laptop/Notebook Tabel 4.7

Laptop/Notebook sebagai Sumber Informasi

Keterangan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tidak Pernah 3 2,6

Jarang 28 24,3

Kadang-kadang 55 47,8

Sering 29 25,2

Total 118 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa sebagian mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang kadang-kadang dan sering mencari informasi kesehatan melalui Laptop/Notebook yaitu sebanyak 73,1%. Sedangkan mahasiswa yang jarang dan tidak pernah mencari informasi kesehatan melalui Laptop/Notebook yaitu sebanyak 26,9%. Jadi dapat dikatakan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang cukup antusias dalam mencari informasi kesehatan melalui Laptop/Notebook.

(37)

8. Mencari Informasi Kesehatan dengan Handphone/Smpartphone Tabel 4.8

Handphone/Smpartphone sebagai Sumber Informasi Keterangan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tidak Pernah 0 0,0

Jarang 6 5,2

Kadang-kadang 29 25,2

Sering 80 69,6

Total 115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa sebagian mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang kadang-kadang dan sering mencari informasi kesehatan melalui Handphone/Smpartphone yaitu sebanyak 94,8%. Sedangkan mahasiswa yang jarang mencari informasi kesehatan melalui Handphone/Smpartphone yaitu sebanyak 5,2%. Jadi dapat dikatakan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang sangat antusias dalam mencari informasi kesehatan melalui Handphone/Smpartphone. Tingginya mencari informasi melalui Handphone/Smpartphone ini dikarenakan penggunaannya yang praktis dan selalu dibawa kemana pun, dapat dibuka dimana pun dan kapan pun.

9. Mencari Informasi Kesehatan Melalui Televisi Tabel 4.9

Televisi sebagai Sumber Informasi

Keterangan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tidak Pernah 14 12,2

Jarang 63 54,8

Kadang-kadang 29 25,2

Sering 9 7,8

Total 115 100,0

(38)

Berdasarkan data Tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa sebagian mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang jarang dan tidak pernah mencari informasi kesehatan melalui televisi yaitu sebanyak 67,0%. Sedangkan mahasiswa yang sering dan kadang-kadang mencari informasi kesehatan melalui televisi yaitu sebanyak 33,0%. Jadi dapat dikatakan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang kurang antusias dalam mencari informasi kesehatan melalui televisi.

10. Mencari Informasi Kesehatan Melalui Radio Tabel 4.10

Radio sebagai Sumber Informasi

Keterangan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tidak Pernah 73 63,5

Jarang 25 21,7

Kadang-kadang 13 11,3

Sering 4 3,5

Total 115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa sebagian mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang jarang dan tidak pernah mencari informasi kesehatan melalui radio yaitu sebanyak 85,2%. Sedangkan mahasiswa yang sering dan kadang-kadang mencari informasi kesehatan melalui radio yaitu sebanyak 14,8%. Jadi dapat dikatakan bahwa mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang kurang antusias dalam mencari informasi kesehatan melalui radio.

(39)

11. Penggunaan Teknologi Informasi

Tabel 4.11

Penggunaan Teknologi Informasi

Keterangan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Rendah 40 34,8

Tinggi 75 65,2

Total 115 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.11 dapat dijelaskan bahwa sebagian penggunaan teknologi informasi mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang untuk mencari informasi kesehatan melalui tergolong tinggi yaitu sebanyak 65,2%. Sedangkan mahasiswa yang penggunaan teknologi informasi untuk mencari informasi kesehatan tergolong rendah sebanyak 34,8%. Jadi dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi informasi mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang untuk mencari informasi kesehatan melalui tergolong cukup tinggi.

C. Analisis Bivariat

Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan teknologi informasi, karakteristik mahasiswa (usia) dengan variabel terikat health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Sedangkan Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas karakteristik mahasiswa (jenis kelamin, tahun angkatan, dan fakultas) dengan variabel terikat health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

(40)

1. Hubungan antara Penggunaan Teknologi Informasi dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Tabel 4.12

Tabel Silang Hubungan antara Penggunaan Teknologi Informasi dengan

Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang Health Literacy Total (%) Inadequate (%) Problematic (%) Sufficient (%) Excellent (%) Penggunaan Teknologi Informasi Rendah (Skor < 13) 14 (35,0) 10 (25,0) 13 (32,5) 3 (7,5) 40 (100) Tinggi (Skor ≥ 13) 8 (10,7) 15 (20,0) 43 (57,3) 9 (12,0) 75 (100) Total (19,1)22 (21,7)25 (48,7)56 (10,4)12 (100)115 Spearman Correlation = 0,295 α = 0,05 p value = 0,001

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 40 mahasiswa yang penggunaan teknologi informasinya tergolong rendah dengan skor kurang dari13, yang terdiri dari 35,0% memiliki health literacy tergolong Inadequate atau tidak memadai, sebanyak 25,0% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/ meragukan, sebanyak 32,5% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan sebanyak 7,5% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa. Sedangkan mahasiswa yang penggunaan teknologi informasinya tergolong tinggi sebanyak 75 mahasiswa, yang terdiri dari 10,7% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 20,0% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/ meragukan, sebanyak 57,3% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan sebanyak 12,0% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa.

(41)

Hasil uji statistik hubungan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan taraf signifikan 5% (0,05), diperoleh nilai Rank Spearman = 0,295 dan p value = 0,001 yang berarti p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Mahasiswa yang penggunaan teknologi informasinya tergolong tinggi cenderung memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent, sedangkan mahasiswa yang penggunaan teknologi informasinya tergolong rendah cenderung memiliki health literacy tergolong inadequate dan problematic.

2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Tabel 4.13

Tabel Silang Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Health Literacy Total (%) Inadequate (%) Problematic (%) Sufficient (%) Excellent (%) Jenis Kelamin Pria 6 (12,5) 13 (27,1) 23 (47,9) 6 (12,5) 48 (100) Wanita 16 (23,9) 12 (17,9) 33 (49,3) 6 (9,0) 67 (100) Total 22 (19,1) 25 (21,7) 56 (48,7) 12 (10,4) 115 (100) Chi Square = 3,323 α = 0,05 p value = 0,344

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 48 mahasiswa berjenis kelamin pria, yang terdiri dari 12,5% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 27,1% memiliki health

(42)

literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 47,9% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan sebanyak 12,5% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa. Sedangkan mahasiswa yang berjenis kelamin wanita sebanyak 67 mahasiswa, yang terdiri dari 23,9% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 17,9% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 49,3% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan sebanyak 9,0% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa.

Hasil uji statistik hubungan antara jenis kelamin dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikan 5% (0,05), diperoleh nilai Chi Square = 3,323 dan p value = 0,344 yang berarti p value > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Baik mahasiswa wanita maupun mahasiswa pria cenderung memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent.

(43)

3. Hubungan antara Usia dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Tabel 4.14

Tabel Silang Hubungan antara Usia dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Health Literacy Total (%) Inadequate (%) Problematic (%) Sufficient (%) Excellent (%) Usia < 20 tahun 8 (15,4) 12 (23,1) 27 (51,9) 5 (9,6) 52 (100) 20 tahun ataulebih 14 (22,2) 13 (20,6) 29 (46,0) 7 (11,1) 63 (100) Total (19,1)22 (21,7)25 (48,7)56 (10,4)12 (100)115 Spearman Correlation = -0,046 α = 0,05 p value = 0,623

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 52 mahasiswa berusia kurang dari 20 tahun, yang terdiri dari 15,4% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 23,1% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 51,9% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan sebanyak 9,6% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa. Sedangkan mahasiswa berusia lebnih dari atau sama dengan 20 tahun sebanyak 63 mahasiswa, yang terdiri dari 22,2% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 20,6% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 46,0% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan 11,1% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa.

Hasil uji statistik hubungan antara usia dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang dengan menggunakan uji

(44)

korelasi Rank Spearman dengan taraf signifikan 5% (0,05), diperoleh nilai Rank Spearman = -0,046 dan p value = 0,623 yang berarti p value > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Baik mahasiswa yang berusia lebih dari atau sama dengan 20 tahun maupun mahasiswa yang berusia kurang dari 20 tahun cenderung memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent.

4. Hubungan antara Tahun Angkatan dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Tabel 4.15

Tabel Silang Hubungan antara Tahun Angkatan dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Health Literacy Total (%) Inadequate (%) Problematic (%) Sufficient (%) Excellent (%) Tahun Angkatan 2017 13 (20,0) 15 (23,1) 31 (47,7) 8 (9,2) 65 (100) 2018 9 (18,0) 10 (20,0) 25 (50,0) 6 (12,0) 50 (100) Total (19,1)22 (21,7)25 (48,7)56 (10,4)12 (100)115 Chi Square = 0,421 α = 0,05 p value = 0,936

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan data Tabel 4.15 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 65 mahasiswa angkatan 2017, yang terdiri dari 20,0% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 23,1% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 47,7% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan 9,2% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa.

(45)

Terdapat sebanyak 50 mahasiswa angkatan 2018, yang terdiri dari 18,0% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 20,0% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/ meragukan, sebanyak 50,0% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan 12,0% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa.

Hasil uji statistik hubungan antara tahun angkatan dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikan 5% (0,05), diperoleh nilai Chi Square = 0,421 dan p value = 0,936 yang berarti p value > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

5. Hubungan antara Fakultas dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Tabel 4.16

Tabel Silang Hubungan antara Fakultas dengan Health Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Health Literacy Total (%) Inadequate (%) Problematic (%) Sufficient (%) Excellent (%) Fakultas Ilmu Komputer 4 (12,5) 7 (21,9) 14 (43,8) 7 (21,9) 32 (100) Ekonomi dan Bisnis 5 (22,7) 7 (31,8) 8 (36,4) 2 (9,1) 22 (100) Ilmu Budaya 2 (20,0) 1 (10,0) 6 (60,0) 1 (10,0) 10 (100) Kesehatan 2 (5,7) 7 (20,0) 24 (68,6) 2 (5,7) 35 (100) Teknik 9 (56,3) 3 (18,8) 4 (25,0) 0 (0,0) 16 (100) Total 22 (19,1) 25 (21,7) 56 (48,7) 12 (10,4) 115 (100) Chi Square = 29,747 α = 0,05 p value = 0,003

(46)

Berdasarkan data Tabel 4.16 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 32 mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, yang terdiri dari 12,5% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 21,9% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 43,8% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan 21,9% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa. Terdapat sebanyak 22 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang terdiri dari 22,7% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 31,8% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 36,4% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan 9,1% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa.

Jumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya sebanyak 10 orang yang terdiri dari 20,0% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 10,0% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 60,0% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan 10,0% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa. Jumlah mahasiswa Fakultas Kesehatan sebanyak 35 orang yang terdiri dari 5,7% memiliki health literacy tergolong problematic atau bermasalah/meragukan, sebanyak 20,0% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, sebanyak 68,0% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup, dan 5,7% memiliki health literacy tergolong excellent atau luar biasa. Jumlah mahasiswa Fakults Teknik sebanyak 16 orang yang terdiri dari 56,3% memiliki health literacy tergolong inadequate atau tidak memadai, sebanyak 18,8% memiliki health literacy tergolong problematic atau

(47)

bermasalah/meragukan, dan sebanyak 25,0% memiliki health literacy tergolong sufficient atau cukup.

Hasil uji statistik hubungan antara fakultas dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikan 5% (0,05), diperoleh nilai Chi Square = 29,747 dan p value = 0,003 yang berarti p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fakultas dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Mahasiswa fakultas kerhatan memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent palinng banyak yaitu sebesar 74,3% dibandingkan dengn fakultas yang lainnya. Sedangkan mahasiswa Fakultas Teknik memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent paling sedikit yaitu sebesar 25,0%

D. Rangkuman Hasil Analisis Bivariat

Hasil rangkuman analisis bivariat yang menguji hubungan antara variabel yaitu penggunaan teknologi informasi (PC, laptop/notebook, handphone/ smpartphone, televisi, dan radio), karakteristik mahasiswa (jenis kelamin, usia, tahun angkatan, dan fakultas) dengan variabel terikat health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang, ditampilkan pada tabel berikut :

(48)

Tabel 4.17

Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Hubungan Bebas dan Terikat

N o Variabel Bebas Nilai Rank Spearman Nilai Chi-Squar e Nilai p Kesimpulan 1 Penggunaan Teknologi Informasi 0,295 - 0,001 Ada hubungan

2 Jenis Kelamin - 3,323 0,012 Tidak ada

hubungan

3 Usia -0,046 - 0,623 Tidak ada

hubungan

4 Tahun Angkatan - 0,421 0,936 Tidak ada

hubungan

5 Fakultas - 29,747 0,003 Ada hubungan

Variabel Terikat : Health Literacy mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Sumber : Data primer yang diolah, 2019

Rangkuman hasil analisis bivariat tersebut menunjukkan bahwa dari lima variabel bebas dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan health literacy mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang, yaitu jenis kelamin, usia dan tahun angkatan. Sedangkan dua variabel bebas yang lainnya, seperti : penggunaan teknologi informasi, dan fakultas mempunyai hubungan yang signifikan dengan health literacy mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah subjek penelitian yang hanya 115 mahasiswa kurang dari jumlah subjek penelitian yang diharapkan yaitu 150 mahasiswa. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan keterbatasan atau silitnya akses ke subjek penelitian yang dilakukan melalui email, sehingga peneliti terkendala dengan kepatian pengisian kuesioner oleh subjek penelitian.

(49)

A. Hubungan antara Penggunaan Teknologi Informasi dengan Health

Literacy pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan teknologi informasi dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Mahasiswa yang penggunaan teknologi informasinya tergolong tinggi cenderung memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent, sedangkan mahasiswa yang penggunaan teknologi informasinya tergolong rendah cenderung memiliki health literacy tergolong inadequate dan problematic.

Setiap individu khususnya mahasiswa dituntut untuk selalu memperbarui keilmuannya agar ilmu yang dimilikinya selalu berkembang dan mengetahui informasi terbaru. Tidak asing lagi bagi mahasiswa untuk memiliki fasilitas teknologi informasi seperti laptop, smartphone ataupun gadget lainnya. Seluruh mahasiswa mempunyai salah satu atau beberapa fasilitas tersebut. Dampak positif adanya semua fasilitas tersebut dapat membantu mahasiswa dalam mencari sumber belajar lain, untuk berdiskusi terkait perkuliahan serta menambah wawasan mahasiswa menjadi lebih luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan literasi kesehatan. Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang memanfaatkan teknologi informasi seperti laptop, smartphone ataupun gadget lainnya yang digunakan untuk meningkatkan health literacy.

Teknologi informasi merupakan alat penyebaran informasi kesehatan sehingga akses seseorang kepada teknologi informasi menjadi salah satu faktor

(50)

yang menentukan health literacynya.(18) Hal ini makin nyata seiring perkembangan teknologi informasi yang pesat. Misalnya, makin banyak informasi kesehatan yang tersedia melalui internet.(28)

National Assessments of Adults Literacy memberikan data yaitu lebih banyak penduduk yang memiliki tingkat health literacy rendah yang melaporkan bahwa mereka tidak mendapat informasi kesehatan dari sumber informasi tercetak atau tertulis dibandingkan mereka yang tingkat health literacynya lebih tinggi. Penelitian yang sama juga menyatakan bahwa 80% penduduk yang health literacynya sangat rendah menyatakan bahwa mereka tidak mendapat informasi dari internet.(15)

B. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Health Literacy pada

Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Kondisi subjek penelitin, baik mahasiswa wanita maupun mahasiswa pria cenderung memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent, sehingga kedua kelompok ini tidak menunjukkanadanya perbedaan yang signifikan.

Jenis kelamin menyatakan perbedaan pria dan wanita secara biologis, namun sebenarnya yang berperan sebagai determinan health literacy adalah karakteristik, peran, tanggung jawab dan atribut antara pria dan wanita yang dibangun secara sosial yang dikenal dengan istilah gender.(22) Health literacy pada mahasiswa wanita cenderung sebanding dengan pada kelompok mahasiswa pria menunjukkan bahwa mahasiswa kedua kelompok jenis kelamin tertarik untuk belajar tentang informasi kesehatan melalui internet. Dimana dari

(51)

sumber informasi yang ada kebanyakan berkaitan dengan informasi yang berkaittan dengan kesehatan wanita. Mahasiswa wanita maupun pria cenderung lebih peduli terhadap kesehatan.

C. Hubungan antara Usia dengan Health Literacy pada Mahasiswa

Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Kondisi health literacy pada mahasiswa yang berusia lebih dari atau sama dengan 20 tahun maupun mahasiswa yang berusia kurang dari 20 tahun cenderung memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent.

Hasil penelitian ini sesuai menunjukkan yang menyatakan bahwa faktor usia tidak mempengaruhi health literacy. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok usia lebih dari atau sama dengan 20 tahun maupun pada kelompok umur kurang dari 20 tahun cenderung memiliki health literacy yang hampir sama. Hal ini disebabkan mahasiswa adalah adalah masih dalam saktu kelompok usia desawa awal dan pada kelompok usia belajar yang menunjukkan semakin matangnya kemampuan mahasiswa dalam menerima informasi yang berkaitan dengan segala hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang kesehatan.

(52)

D. Hubungan antara Tahun Angkatan dengan Health Literacy pada

Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Tidak adanya hubungan antara usia dengan health literacy ini kemungkinan disebabkan oleh bervariasinya usia dalam masing-masing tahun angkatan mahasiswa, misalnya pada mahasiswa tahun angkatan 2019 tidak hanya ada mahasiswa yang berusia 18 tahun saja, tetapi ada juga mahasiswa yang berusia 19 tahun dan 20 tahun.

E. Hubungan antara Fakultas dengan Health Literacy pada Mahasiswa

Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fakultas dengan health literacy pada mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Mahasiswa fakultas kerhatan memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent palinng banyak yaitu sebesar 74,3% dibandingkan dengn fakultas yang lainnya. Sedangkan mahasiswa fakultas Teknik memiliki health literacy tergolong sufficient dan tergolong excellent paling sedikit yaitu sebesar 25,0%

Pendidikan melalui pilihan kuliah di berbagai dapat mempengaruhi health literacy secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, pilihan fakultas mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menguasai berbagai bidang dan juga mempengaruhi kemampuan dalam mengumpulkan serta menginterpretasikan berbagai informasi, termasuk informasi yang terkait kesehatan. Kemampuan-kemampuan ini pada akhirnya akan mempengaruhi preferensi seseorang serta pilihan-pilihan perilaku dan gaya hidupnya. Selain

(53)

berdampak pada pembentukan pengetahuan kesehatan, pilihan fakultas juga membentuk keahlian atau kompetensi yang dibutuhkan untuk pembelajaran kesehatan (misalnya kemampuan membaca berbagai sumber informasi kesehatan, kemampuan menggunakan internet). Secara tidak langsung, pendidikan dapat mempengaruhi pekerjaan serta pendapatan seseorang sehingga pada akhirnya juga mempengaruhi tingkat health literacy.

Gambar

Gambar 2.1 Model Determinants of Health Literacy (18)
Gambar 2.2  Kerangka Teori
Gambar  3.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Mesin Pencacah Batang Jagung untuk Pakan Ternak dengan Ukuran yang Sama Kapasitas 120 [Kg/Jam].. Batang jagung merupakan suatu hasil tanaman hijauan yang

Oleh karena itu, untuk mengisi celah penelitian tersebut, fokus penelitian ini yaitu untuk menginvestigasi kemungkinan adanya faktor lain yang dapat memoderasi pengaruh

C. Untuk mengetahui bagaimana pendapat dosen Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum IAIN Tulungagung tentang penggunaan suara Azan dan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai nada dering dan alarm

Mengacu terhadap pembahasan mengenai penerapan sistem komputerisasi pada berbagai macam aktivitas badan usaha, khususnya terhadap siklus penjualan dan penagihan serta

Signifikansi dari penelitian ini adalah dapat dilakukan evaluasi melalui teknologi pembelajaran blended learning serta mengetahui learning style yang dimiliki

Total curahan jam kerja per tahun (setara HOK) per ART yang bekerja berkisar antara 75 HOK - 127 HOK atau 21 – 35 persen dari hari kerja yang tersedia, artinya terjadi

T2 Pedoman perencanaan fasilitas informasi dan komunikasi keterpaduan prasarana terminal multimoda angkutan barang T2 Pedoman perencanaan kapasitas ruang alih moda pada terminal

Metastasis pada tulang tengkorak yang terkait dengan kanker tiroid hanya sebanyak 2,5-5,8% kasus, namun jarang memberikan gambaran awal berupa metastasis jauh.. Hanya sedikit