“Golkar, Sejarah Yang Hilang”
Hari Jum’at, 25 Oktober 2013, pukul 08.00 pagi, Dema Fisipol UGM mengadakan sebuah forum diskusi di Ruang Seminar Timur yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa Fisipol. Diskusi kali ini disajikan dalam bentuk acara open lecture dan bedah buku yang berjudul “Golkar, Sejarah yang Hilang”, yang merupakan karya seorang dosen dari University Of New South Wales, Assoc. Prof. David Reeve. Dalam diskusi ini, kami berbicara mengenai seluk beluk dinamika perkembangan politik Indonesia, khususnya perkembangan politik partai Golkar. Politik dalam arti gagasan atau ide, bukan politik yang hanya bertukar jabatan maupun kekuasaan semata.
pendapat antar pejabat pemerintah mengenai sistem pemerintahan yang seharusnya digunakan di Indonesia. Pada saat itu, Indonesia meggunakan sistem parlementer untuk pemerintahannya. Terjadi pembagian dua kubu dalam situasi tersebut. Pertama, kubu Bung Karno, Supomo, dan Ki Hajara Dewantoro. Kedua, kubu milik Muhammad Hatta dan Sutan Syahrir. Bung Karno dkk tidak setuju karena sistem tersebut lebih banyak mengandung nilai-nilai barat.
Demikian sedikit ulasan tentang sejarah Golkar dan perkembangannya. Sekarang kita kembali lagi pada diskusi yang membahas Golkar ini. Pak David mengatakan bahwa beliau kurang setuju dengan ulasan sejarah yang diposting melalui website resmi Golkar yang menjelaskan bahwa perkembangan Golkar lebih banyak dipengaruhi oleh kaum militer dan angkatan darat sebagai pendirinya. Menurut Pak David, awal perkembangan Golkar lebih banyak dipengaruhi oleh adanya Bung Karno yang pada waktu itu banyak mencetuskan ide-ide atau gagasan-gagasan untuk memajukan Golkar. Selain itu, sejarah-sejarah tentang Golkar yang dipaparkan melalui website, kurang lengkap. Karena sebenarnya sejarah Golkar jauh lebih panjang dari itu. Tidak hanya website resmi saja, banyak buku-buku tentang Sukarno yang isinya jarang membahas Golkar didalamnya.
Banyak terdapat perbedaan dari berbagai aspek antara Golkar dari zaman orde lama ke zaman orde baru, kemudian yang terakhir pada zaman reformasi sekarang ini. Dulu Golkar memiliki prinsip sebagai organisasi yang menganut sistem antipartai, namun pada perkembangannya sistem tersebut semakin pudar dari masa ke masa. Kini Golkar tidak lagi menggunakan sistem antipartai, tetapi sistem partai, yang tadinya Golongan Karya menjadi Partai Golkar. Apakah tradisi antipartai dapat digunakan lagi?
Ideologi tidak lagi dianggap penting, namun lebih kepada sektoral. Golkar pada masa kini merupakan satu-satunya partai yang mempunyai tingkat pelembagaan yang paling bagus. Hal ini berkat keberhasilan upaya penanaman image. Dari orde baru sampai reformasi belum ada perubahan. Hingga kini, belum ada salah satu kader atau calonnya yang memenagkan pemilu presiden. Apakah itu menjadi nasib golkar?. Bisa bertahan tetapi tidak pernah berubah.
Menurut Dr. Najib Azca selaku wakil dekan Fisipol sekaligus sosiolog UGM, gagasan Sukarno diadaptasi oleh TNI, sehingga yang mendominasi Golkar adalah ABRI. Kontribusi Golkar tidak hanya sebagai sekedar partai, tetapi sebagai partai yang memberi representasi politik. Memberikan kritik terhadap sistem demokrasi liberal, yang pada masa itu terjadi jatuh bangun pemerintahan yang tinggi dan memberikan gagasan fungsional sebagai bentuk kritik terhadap sistem parlementer, serta kritik tentang gagasan instrumental mengenai legitimasi partai politik. Yang perlu di uji ulang yaitu mengenai gagasan Sukarno tentang Nasakom. Ketika itu ide-ide Sukarno tidak digunakan, akhirnya beliau kembali pada ideologi nasakomnya. Melalui dekrit presiden, ABRI memanfaatkan peluang tersebut. Buku yang sedang dibedah kali ini lebih memfokuskan pada ide-ide. Padahal ada hal penting yang perlu dicermati yaitu mengenai operasi sistem partai ABRI yang ingin mengembalikan rezim kekuasaan. Ada 3 pilar yang menopang partai Golkar, yakni ABRI, birokrasi, dan Golkar itu sendiri. ABRI yang paling mendominasi partai ini. Melalui doktrin kekaryaan dalam sistem birokrasi, mereka melakukan upaya pelembagaan terkait dengan fungsi-fungsi kekaryaan dalam militer. Transformasi Golkar menjadi parpol terjadi lebih awal. Selama masa orde baru, Golkar tidak mau diakui sebagai parpol. Tetapi prakteknya seperti parpol pada kenyatannya. Golkar antipartai berbuat untuk rakyat, sedangkan partai Golkar berbuat untuk kepentingan sendiri. Golkar merupakan parpol yang berbungkus Golongan Karya yang didukung oleh militer dan birokrasi.
UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR ILMU POLITIK
DISKUSI OPEN LECTURE DAN BEDAH BUKU “ GOLKAR, SEJARAH YANG HILANG”
SETYO KINANTHI 2013/347895/SP/25712
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA