• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hegemoni dan Kapitalisme Finansial Ameri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hegemoni dan Kapitalisme Finansial Ameri"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Hegemoni dan Kapitalisme Finansial Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latarbelakang

Amerika Serikat yang merupakan negara terkuat, terkaya, dan tidak tertandingi khususnya pada paska perang dingin, kini mengalami kemunduran. Faktor terpenting yang membuat Amerika Serikat mengalami kemunduran tersebut adalah faktor permasalahan sistem ekonominya. Fenomena ini merupakan permasalahan yang serius, karena bukan hanya masyarakat dalam negeri Amerika saja yang merasakan dampaknya, melainkan negara dan masyarakat di seluruh dunia juga terkena dampaknya. Hal ini disebabkan oleh penyebaran pengaruh dari sistem perekonomian yang digunakan oleh Amerika Serikat, yakni sistem kapitalisme finansial. Amerika Serikat yang merupakan negara pemenang perang dingin menjadi sebuah negara absolut yang tidak memiliki pesaing, sehingga negara tersebut dapat dengan mudah menyebarkan sistem ideologi ekonominya. Penyebaran pengaruh yang signifikan ke seluruh dunia ini kemudian membawa dunia menuju sebuah era baru. Era baru ini disebut sebagai era globalisasi, yaitu sebuah era yang berbasiskan pada sistem ekonomi kapitalisme, atau dapat lebih dikhususkan lagi dengan sebutan sistem ekonomi kapitalisme finansial.1

Sayangnya era globalisasi dan sistem kapitalisme finansial yang diharapkan dapat dengan cepat membawa masyarakat dunia menuju kesejahteraan, tidak atau belum sesuai dengan fakta dan realitas yang terjadi. Setelah deklarasi kemenangan perang dingin yang diumumkan oleh Amerika Serikat, skala waktu krisis finansial relatif menjadi semakin cepat terjadi dibandingkan dengan era sebelum perang dingin. Mulai dari krisis finansial yang melanda perbankan Asia di tahun 1990an, krisis dotcom bubble di tahun 2001-2003, dan krisis finansial (dimulai dengan krisis sub-prime mortgage) di Amerika dan Eropa tahun 2008. Melalui seluruh krisis ini kedudukan Amerika Serikat sebagai sentral ekonomi dunia, semakin menurun. Penurunan

(2)

tersebut juga dikhawatirkan oleh pemerintah Amerika Serikat dapat menurunkan pengaruh kekuatan ekonominya atau hegemoni ekonominya di dunia.2 Secara bersamaan kepercayaan publik internasional terhadap mata uang dollar berangsur-angsur semakin menurun, dan tentunya hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap perekonomian Amerika Serikat dan terhadap stabilitas ekonomi internasional.3

Seluruh krisis finansial yang terjadi pada pasca perang dingin, secara jelas memperlihatkan bahwa sistem perekonomian yang berbasiskan pada logika kapitalisme (khususnya kapitalisme finansial), pada dasarnya kurang stabil. Pertumbuhan ekonomi sebuah negara, khususnya Amerika Serikat menjadi semakin sulit dipredikisi. Pada suatu waktu dapat meningkat secara pesat, dan dalam seketika akan menurun secara mendadak. Penurunan ini tentunya membuat kesejahteraan masyarakat menjadi terancam. Kita dapat melihat fakta tersebut melalui kasus krisis finansial di Amerika Serikat pada tahun 2008. Selain dapat disebut dengan nama Krisis Finansial 2008, dapat juga disebut dengan nama Krisis Sub-prime Mortgage 2008.4 Perekonomian Amerika Serikat di tahun 2004 sampai dengan awal tahun 2007, relatif terus meningkat, dan kemudian pada tahun 2008 turun sangat drastis. Grafik selanjutnya akan memperlihatkan pertumbuhan dan penurunan ekonomi Amerika Serikat, yang dimana tren ekonominya semakin menurun.5

2 Immanuel Wallerstein, The Geopolitics of Arab Turmoil, http://iwallerstein.com/articles/, diakses pada tanggal 21-Agustus-2015

3 James Rickards, The Death of Money: The Coming Collapse of The International Monetary System, (New York: The Penguin Group), 2014,110-111

4 Konstantinos Tsanis, The Impact of The 2007-2009 Subprime Mortgage Crisis in The Integrated Oil and Gas Industry, (Germany: Grininnnin Verlag), 2009, 16

(3)

Penurunan grafik ekonomi yang drastis terjadi di tahun 2008 mengidentifikasikan terjadinya sebuah krisis ekonomi. Beberapa ahli ekonomi berargumen bahwa krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008, merupakan krisis ekonomi atau depresi ekonomi terparah yang pernah dialami oleh Amerika Serikat semenjak era “The Great Deppression” atau krisis di tahun 1930. Penurunan aktifitas ekonomi di tahun 2008 membuat ekonomi dunia juga mengalami depresi, yakni pada tahun 2008 hingga 2012, walaupun banyak juga yang menyatakan bahwa ekonomi dunia setelah tahun 2012 belum sepenuhnya stabil. Selain itu, penurunan ini juga berkontribusi terhadap terjadinya fenomena krisis utang di benua Eropa. Harga saham secara umum pada tanggal 21 Januari 2008 mengalami kemunduran lebih dari 7% di Jerman dan India, sekitar 5.5% di Inggris, 5.1% di Cina, dan sekitar 3.9% di Jepang.6 Grafik

(4)

Selanjutnya akan memperlihatkan dampak ketidakstabilan ekonomi Amerika Serikat kepada pertumbuhan ekonomi global.7

Melalui penyebaran situasi ekonomi Amerika Serikat tersebut ke seluruh dunia, secara langsung memperlihatkan betapa besarnya pengaruh ekonomi Amerika Serikat di seluruh dunia, dan juga secara langsung memperlihatkan betapa besarnya kekuasaan Amerika Serikat dalam sektor perekonomian. Penjelasan lainnya dalam memperkuat argumen tersebut dapat dilihat melalui perbandingan dengan krisis utang yang terjadi di Russia dan krisis finansial yang terjadi di Asia Timur pada kisaran tahun 1997 sampai tahun 1998.8 Krisis tersebut tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap situasi perekonomian Amerika Serikat bila dibandingkan dengan apa yang terjadi di tahun 2008, tetapi sebaliknya apabila Amerika Serikat mengalami penurunan ekonomi, maka akan memberikan dampak yang cukup signifikan kepada 7 https://www.quandl.com/collections/economics/gdp-as-share-of-world-gdp-at-ppp-by-country

(5)

stabilitas ekonomi dunia.9 Sebagaimana perbandingan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1997-1998 yang relatif tidak mengalami penurunan tren, dapat dilihat pada bagan di bawah ini.10

Pengaruh ekonomi Amerika Serikat terhadap dunia juga diperjelas oleh IMF dalam laporannya dengan judul Global Financial Stability Report tahun 2008. Laporan yang dikeluarkan IMF, secara singkatnya adalah sebagai berikut, penurunan harga perumahan dengan sistem mortgage di Amerika Serikat dapat memberikan kerugian sebesar $565 Miliyar, dan apabila faktor tersebut di kombinasikan dengan kategori pinjaman lain yang berhubungan dengan sektor komersil real estate, maka IMF memperkirakan kerugian potensial mencapai $945 Miliyar.11 IMF juga mencatat bahwa setengah dari kerugian potensial tersebut akan ditanggung oleh Bank ditingkat global, jadi baik secara tidak langsung maupun langsung, perbankan secara Global juga ikut mengalami kerugian.12 Selain itu IMF juga memberitahukan bahwa angka-angka kerugian tersebut baru sekedar estimasi, angka-angka aktual yang sebenarnya terjadi bisa saja jauh lebih besar karena permasalahan kerugian bukan hanya sebatas pada sektor komersil real-estate, melainkan ke banyak sektor.

9 Buku halaman 25-27, http://www.cepr.net/documents/publications/tenyearsafter_2007_11.pdf 10 http://www.tradingeconomics.com/united-states/gdp-growth

(6)

Berbagai penjelasan pada paragraf sebelumnya bertujuan untuk memberikan gambaran secara singkat seperti apa pengaruh hegemoni ekonomi Amerika Serikat kepada dunia. Keterikatan hegemoni ekonomi Amerika Serikat terhadap dunia mempengaruhi situasi perekonomian global untuk menjadi serupa seperti situasi ekonomi yang dimiliki Amerika Serikat. Namun terjadi sebuah fenomena yang unik, yaitu pada tahun 2008 di saat Amerika Serikat mengalami depresi ekonomi, terdapat beberapa negara yang justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup positif, negara-negara tersebut sebelumnya dijuluki sebagai negara berkembang, atau disebut dengan julukan negara dunia ketiga. Negara berkembang tersebut tentu juga merasakan dampaknya, tetapi dampak yang dirasakan tidak separah yang dialami Negara Amerika Serikat dan Negara maju lainnya, sehingga mereka dapat bangkit dan mendapatkan keuntungan dari situasi yang terjadi di dunia. Sektor industri di negara berkembang mengalami pertumbuhan, pernyataan tersebut dapat dilihat melalui bagan perbandingan dibawah ini.13

(7)

kategori jenis negara tersebut. Perihal yang perlu ditekankan adalah kedua negara menggunakan jenis sistem ekonomi yang sama yakni kapitalisme, namun faktor terbesar yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kedua jenis negara tersebut berbeda.

Pertama, mengenai faktor pertumbuhan ekonomi negara maju. berdasarkan hasil riset Thomas Philipon dari Universitas New York dan Ariell Reshef dari Universitas Virginia, faktor ekonomi yang berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan GDP Amerika Serikat adalah sektor jasa finansial, yakni sebesar 70% atau lebih.14 Dapat dilihat melalui bagan historis dibawah ini.15

Seluruh ahli ekonomi setuju mengenai argumen tersebut, salah satu contohnya dapat dilihat dari pernyataan dalam laporan Organisasi Buruh Internasional, salah satu badan dalam PBB, yang menyatakan bahwa finansialisasi merupakan kontibutor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi negara maju.16 Namun berdasarkan pernyataan dari Stephen G. Ceccheti dan Enisse Kharroubi dari Bank for International Settlements, pertumbuhan ekonomi melalui pengaruh 14 http://economix.blogs.nytimes.com/2013/06/11/financialization-as-a-cause-of-economic-malaise/

15 http://data.worldbank.org/topic/financial-sector

(8)

sistem finansial memang memberikan pengaruh yang sangat positif di tahap awal, tetapi pada suatu waktu akan menjadi sangat negatif, disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya seperti real capital share (pembagian kapital riil) yang kemudian berpengaruh langsung terhadap

labour share (pembagian tenaga kerja).17

Kedua, mengenai faktor pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Faktor pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang dapat dilihat dari GDP pada dasarnya berbeda dengan negara maju. Faktor terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan GDP negara berkembang bukanlah sektor jasa finansial melainkan, sektor ekonomi riil.18 Sektor riil terdiri dari sektor agrikultur, pertambangan, kebutuhan publik (listrik, gas, dan air), konstruksi, pertokoan, dan retail (salah satunya seperti hotel, apartemen, restoran, dan sebagainya). Sehingga pada saat negara maju mengalami krisis di sektor finansial, dan kemajuan sektor riil mereka tidak sebesar dan sekuat seperti yang dimiliki negara berkembang, jadi negara maju tidak memiliki sektor ekonomi signifikan lainnya yang dapat menjadi rencana cadangan untuk menstabilkan tren ekonominya yang menurun. Dalam istilah ekonomi penjelasan tersebut dapat disebut dengan nama

Competitive Advantage.19 Selain itu, pada saat bersamaan aktor-aktor finansial mengarahkan investasinya keluar dari negara maju dan masuk ke negara berkembang, sehingga pada saat krisis tahun 2008 terjadi di negara maju, negara berkembang justru sebaliknya mendapatkan keuntungan, seperti contoh negaranya adalah Cina, Indonesia, India, Brazil, Turki, Korea Selatan dan seterusnya.20

(9)

Secara sederhana, inti dari kedua perbedaan yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya menjelaskan bahwa semakin besarnya pengaruh kapitalisme finansial terhadap kemajuan ekonomi sebuah negara maka akan semakin rentan negara tersebut mengalami krisis ekonomi. Berdasarkan fenomena tersebut maka dapat dikeluarkan argumen, yaitu, bukan hanya pengaruh hegemoni ekonomi Amerika Serikat saja yang dapat membuat ketidakstabilan ekonomi global, melainkan sistem ekonomi yang digunakan oleh Amerika Serikat (sebagai hegemon dunia), yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi. Beberapa ahli ekonomi dunia berargumen bahwa, krisis yang dialami Amerika Serikat merupakan kesalahan kebijakan, baik dari kebijakan Federal Reserve Amerika Serikat dan juga dari kesalahan kebijakan para korporasi finansial beserta spekulan.21 Namun kebijakan saja tidak cukup untuk membuat penurunan ekonomi secara berkelanjutan atau sistematis, karena kebijakan yang pernah salah dan memberikan kerugian tentunya tidak akan digunakan kembali.22 Contoh, krisis yang terjadi berkali-kali di Amerika pasca perang dingin, tidak disebabkan oleh faktor yang sama, melainkan terjadi di dalam konteks kebijakan yang berbeda.23 Dalam upaya untuk menemukan penyebab yang objektif, beserta solusi untuk menghilangkan krisis ekonomi (bukan hanya untuk menghindari), kita perlu mencari lebih dalam pada sistem ekonomi yang digunakan, bukan hanya sebatas pada penelitian kebijakannya saja.

Penekanan pertama dalam penulisan penelitian ini adalah penyebab krisis ekonomi bukan hanya terjadi karena kesalahan para pembuat kebijakan, melainkan disebabkan juga dari logika internal sistem ekonomi itu sendiri. Sistem ekonomi yang dimaksud adalah kapitalisme kontemporer, atau kapitalisme finansial. Melalui argumen pertama tersebut maka dapat dilanjutkan ke pernyataan sebagai berikut, yakni sistem kapitalisme finansial yang bebas atau tidak diawasi, dapat menciptakan krisis ekonomi, sehingga melalui krisis ekonomi tersebut kedaulatan sebuah negara dapat terancam. Secara singkatnya hipotesa dalam penelitian ini adalah kapitalisme finansial dapat mengancam kedudukan atau kekuasaan hegemoni yang dimiliki oleh sebuah negara.

21 JURNAL HALAMAN 2 http://www.bis.org/publ/work411.pdf 22 Ibid halaman 11-13

(10)

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran yang diuraikan pada bagian latar belakang, maka dapat disimpulkan menjadi sebuah pertanyaan sebagai berikut;

Bagaimana pengaruh kapitalisme finansial terhadap hegemoni Amerika Serikat?

1. 3. Batasan Masalah

Penjelasan yang akan diuraikan di dalam penelitian ini fokus pada penelitian terkait permasalahan ekonomi. Permasalahan yang muncul akibat ketidakstabilan hegemoni ekonomi Amerika Serikat, contohnya seperti konflik atau perang yang terjadi di beberapa wilayah dunia tidak akan dibahas dalam penelitian ini. Pembahasan yang rinci mengenai sistem neoliberalisme tidak menjadi fokus utama dalam penelitian ini, pembahasan mengenai neoliberalisme hanya akan diuraikan sebatas pada hubungannya dengan sistem kapitalisme finansial. Seringkali para peneliti terjebak dalam hubungan paradoks mengenai sistem neoliberalisme dengan sistem kapitalisme finansial, namun agar tidak menciptakan kebingungan dalam penelitian ini, maka penulis pertegas dan membatasi perbedaan kedua sistem tersebut berdasarkan sifatnya. Sistem neoliberalisme sifatnya lebih politis dan hanya sebagai sistem yang berkontribusi dalam memperkuat pengaruh sistem kapitalisme finansial, sedangkan kapitalisme finansial adalah instrumen ekonominya. Dengan kata lain, neoliberalisme adalah ideologi yang digunakan Amerika Serikat sebagai hegemoni, dan kapitalisme finansial adalah sistem ekonomi yang dijalankan dalam ideologi tersebut.

(11)

tersebut hanya sebatas untuk memberikan gambaran secara historis dan untuk memperlihatkan hubungan-hubungannya dengan fenomena krisis yang terjadi di tahun 2008. Tahun tersebut dianggap sebagai masa penting yang membuat Amerika Serikat mendapatkan kekuatan atau kedudukan hegemoninya seperti hari ini, dan juga berhubungan erat dengan kemunculan dan kekokohan sistem kapitalisme finansial. Keseluruhan penelitian lebih difokuskan pada fenomena krisis finansial 2008, sebagaimana hal tersebut menjadi bukti dari ketidakstabilan sistem kapitalisme finansial.

Konsep analisis yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya dalam menganalisis logika internal kapitalisme finansial, adalah teori marxisme. Namun dikarenakan konsep di dalam teori marxisme bersifat begitu luas, abstrak, dan cenderung orthodoks, maka konsep analisis yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada satu jenis konsep umum, yaitu konsep Hukum Penurunan Tingkat Profit (PTP) atau konsep The Law of The Tendency of The Rate of Profits to Fall (LTRPF). Sebagaimana pemahaman lebih lanjutnya akan dijelaskan pada bagian kerangka teori.

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Beberapa tujuan dan manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Untuk menjelaskan secara lengkap bagaimana sistem ekonomi dunia kini berjalan

beserta dampak yang ditimbulkan dari sistem tersebut

2. Untuk memahami perbedaan beserta hubungan antara kapitalisme tradisional dengan kapitalisme finansial, melalui pemahaman mengenai logika internal pada sistem ekonomi tersebut.

3. Untuk mengetahui bagaimana Amerika Serikat mendapatkan kedudukan hegemoninya, khususnya kedudukan hegemoni ekonomi yang pada saat ini telah mempengaruhi sistem perekonomian global.

(12)

1. 5. Kerangka Teori

Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan yakni mengenai pengaruh hubungan sistem kapitalisme dengan hegemoni, maka pendekatan teori yang akan digunakan secara sederhana ada dua pendekatan, yaitu teori Hegemoni dan Kapitalisme Finansial. Sebagaimana khusus dalam konteks kapitalisme, pendekatan tersebut akan dikhususkan lagi menjadi kapitalisme finansial. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai teori hegemoni dan dilanjutkan pada pemahaman mengenai kapitalisme finansial.

Hal lainnya yang perlu ditekankan adalah teori yang akan digunakan dalam penelitian ini bukanlah problem solving theory atau teori pemecahan masalah, melainkan teori yang digunakan adalah critical theory atau teori kritis. Sebagaimana menurut Robert Cox, dalam studi hubungan internasional tujuan umum dari teori pemecahan masalah adalah untuk membuat institusi dan relasi sosial berjalan dengan lancar pada saat menghadapi sebuah permasalahan, melalui penyediaan strategi atau langkah-langkah yang relevan.24 Jenis teori ini cenderung kurang dapat menemukan akar permasalahan intinya, karena menganggap bahwa sistem pada institusi yang sedang berjalan sudah cukup baik, hanya butuh pengarahan strategi agar menjadi sempurna. Sifat dari jenis teori ini adalah taken for granted.Sedangkan pada konteks teori kritis, teori kritis tidak melihat sistem di institusi dan relasi sosial sebagai taken for granted. Teori ini cenderung mempertanyakan sistem yang sedang berjalan, sehingga kemudian melalui jenis teori ini peneliti lebih aktif dalam mencari akar permasalahan secara mendalam, khususnya dalam menganalisis pola aktifitas atau relasi yang terjadi di dalam sistem yang sedang berlaku, atau menganilisis logika dasar dari sistem itu sendiri.25

1. 5. 1. Hegemoni Neo-Gramsci

Teori hegemoni yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan Hegemoni Neo-gramsci. Pendekatan hegemoni neo-gramsci berbeda dengan pendekatan hegemoni dalam

(13)

teori hubungan internasional secara umum.26 Berbeda dengan pendekatan hegemoni secara umum dalam teori hubungan internasional, yang dimana pendekatan tersebut cenderung dibedakan melalui sifatnya, contohnya dibedakan secara koersif dan konsensus, pendekatan umum tersebut salah satu contohnya adalah hegemoni realis.27 Dalam hegemoni realis, kedua sifat tersebut ditekankan tidak saling berhubungan.28

Kontribusi utama pada pendekatan Neo-gramsci di dalam teori hubungan internasional sama seperti pendekatan lainnya, yakni terdapat di konsep dasar hegemoni. Hegemoni selalu diartikan sebagai dominasi, namun berbeda dengan pendekatan realis yang dimana mengartikan hanya sebatas pada dominasi sebuah negara ke negara lain.29 Walaupun pada dasarnya Hegemoni Neo-gramsci juga memiliki konsep dasar yang sama, tetapi hal yang harus dibedakan adalah jenis dominasinya. Hegemoni Neo-gramsci setuju terhadap dominasi negara ke negara lain, tetapi dalam menganalisa bagaimana sebuah negara mendapatkan hegemoninya tidak cukup melalui analisis hubungan atau relasi negara dengan negara saja, atau saya singkat disini dengan istilah relasi eksternal.30 Proses penganalisaan perlu dilakukan pada relasi aktor individu atau kelompok di dalam negara tersebut, yang dimana disebut dengan istilah relasi internal.31 Proses tersebut terjadi karena aktifitas eksternal yang dilakukan sebuah negara cenderung merupakan pengaruh dari apa yang terjadi di ranah aktifitas internalnya. Selain itu hegemoni Neo-gramsci menekankan bahwa negara di era modern cenderung menggunakan pola cara konsensus lebih besar dibandingkan koersif.32 Kesimpulannya singkatnya hegemoni neo-gramsci lebih bersifat

26 BUKU HALAMAN 27-28,

https://books.google.co.id/books?id=qPbdICxsuSIC&pg=PA26&dq=Neo- Gramsci+Hegemony&hl=id&sa=X&ved=0CCMQ6AEwAWoVChMIk7LIzJO6xwIV0tSOCh0BWgLt#v=onepage&q=Neo-Gramsci%20Hegemony&f=false

27 BUKU HALAMAN 101 -102,

(14)

Gramsci+Hegemony&hl=id&sa=X&ved=0CGEQ6AEwCWoVChMIk7LIzJO6xwIV0tSOCh0BWgLt#v=onepage&q=Neo-konsensus daripada koersif, walaupun pola cara koersif bukan berarti tidak dilakukan.33 Cara koersif juga dilakukan apabila memang diperlukan.

Hegemoni Neo-Gramsci dapat diobservasi melalui tiga tingkat aktifitas, Pertama, relasi sosial dalam produksi, atau terkadang disingkat sebagai kekuatan sosial, kelompok sosial, atau

social forces. Kedua, bentuk negara yang cenderung dikaitkan pada kebijakan domestik dan ideologi yang dianut negara. Ketiga, tatanan dunia.34 Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut, relasi produksi sosial yang bersifat dialektik menciptakan sebuah jenis kelompok sosial atau kelas sosial yang dominan, dapat juga pada tahap ini disebut sebagai kekuatan sosial. Melalui kekuatan sosial yang dominan maka terciptalah bentuk atau model negara yang sesuai dengan kelompok dominan tersebut, sehingga pada akhirnya bentuk negara ini memberikan pengaruh terhadap tatanan dunia. Ketiga tingkat aktifitas tersebut saling berkaitan, agar lebih jelasnya akan diilustrasikan melalui gambar di bawah ini;35

Sebagaimana telah diilustrasikan pada gambar tersebut, ketiga tingkat aktifitas saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Berdasarkan pemikiran ini maka kasus krisis yang terjadi di Amerika Serikat tidak cukup hanya dijelaskan melalui kebijakan yang dibuat oleh negara kepada publik domestiknya saja, yakni berada pada tingkat atau ranah model negara. Penjelasan perlu dimulai dari ranah terendah yakni pada ranah kekuatan sosial, khususnya terkait 33 http://ejeps.fatih.edu.tr/docs/articles/107.pdf

34 http://www.researchgate.net/publication/240518757_Social_Forces_in_the_Struggle_over_Hegemony_Neo-Gramscian_Perspectives_in_International_Political_Economy

35 http://www.researchgate.net/publication/240518757_Social_Forces_in_the_Struggle_over_Hegemony_Neo-Gramscian_Perspectives_in_International_Political_Economy

Kekuatan Sosial

(15)

dengan relasi produksi sosial. Sehingga melalui pola penganalisaan tersebut kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih rinci mengenai fenomena krisis di Amerika Serikat tahun 2008.

Penjelasan tambahan mengenai pemahaman teori hegemoni neo-gramsci akan meminjam pemikiran dari Robert Cox. Robert Cox menjelaskan bahwa hegemoni yang tercipta dari dalam ranah relasi sosial atau ranah kekuatan sosial akan keluar dan mempengaruhi ranah lainnya, hingga pada akhirnya membentuk struktur tatanan dunia.36 Struktur ini yang kemudian bertanggung jawab atas terciptanya intitusi internasional maupun intitusi domestik. Robert Cox juga memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai intitusi internasional sebagai mekanisme hegemoni, antara lain adalah sebagai berikut;37

1. Negara hegemoni telah menjadi bagian dari pembuatan aturan di dalam Intitusi Internasional sehingga dapat memfasilitasi ekspansi pengaruhnya ke seluruh dunia., 2. Intitusi Internasional itu sendiri merupakan produk dari hegemoni.,

3. Secara ideologis, menjadi sebuah bagian dalam intitusi tersebut berarti dapat melegitimasi norma-norma kepada tatanan dunia.,

4. Dapat mengkooptasi kalangan elit di negara peri-peri.,

5. Melalui kooptasi tersebut maka dapat menanggulangi kelompok anti hegemoni.,

(16)

ketidakstabilan ekonomi atau dengan kata lain krisis ekonomi, maka negara yang berelasi dekat dengannya juga mendapatkan dampak yang sama.

Melalui dampak negatif tersebut maka norma-norma yang ditanamkan Amerika Serikat pada tatanan dunia mulai dipertanyakan kembali, sebagaimana dalam konteks ini akan disebut dengan istilah penurunan pengaruh hegemoni Amerika Serikat. Contoh fenomena yang ditimbulkan dari penurunan pengaruh tersebut adalah bangkitnya partai-partai sosialis sebagai pemenang pemilu di negara Eropa Barat, salah satunya seperti di Perancis pada tahun 2012, ini merupakan perubahan pada ranah model negara,38 dan gejolak pada ranah relasi sosial atau kekuatan sosial di Spanyol sebagai respon kekalahan partai sosialis di tahun 2011 sampai 2012.39 Hal serupa juga terjadi di banyak negara Eropa Barat lainnya. Beberapa contoh kasus tersebutlah yang secara langsung menjelaskan perlunya menganalisis hegemoni sebuah negara melalui konsep tiga tingkatan aktifitas. Hegemoni dapat dinilai menurun atau tidaknya melalui observasi dari tiga tingkatan yang telah dijelaskan sebelumnya.

1. 5. 2. Kapitalisme Finansial

(17)

Sedangkan kapitalisme finansial dimaksudkan pada industri yang bergerak di bidang ekonomi finansial, contohnya perusahaan jasa finansial, kredit, investor, bursa saham, asuransi, dan perbankan.43

Penjelasan sederhana mengenai logika dasar kapitalisme finansial adalah sebagai berikut, sistem kapitalisme finansial melakukan investasi kepada kapitalisme tradisional, contohnya, investor memasukan kapitalnya ke sebuah pemilik industri riil, biasanya bentuk kapital tersebut berupa uang. Uang ini kemudian digunakan oleh kapitalis tradisional sebagai tambahan modal agar dapat menumbuhkan produksi komoditas, sehingga baik secara kuantitas maupun kualitas dapat meningkat dan bersaing di pasar, dan diharapkan dapat mendapatkan keuntungan lebih banyak dari sebelumnya. Investasi yang dilakukan oleh investor atau pihak kapitalis finansial dimaksudkan sebagai bentuk representatif dari hak klaim akumulasi secara legal, atau lebih sederhananya, hak untuk mendapatkan sebagian keuntungan dari hasil produksi kapitalis tradisional atau industri riil.44 Melalui hak ini pihak kapitalisme tradisional berkewajiban untuk memberikan sebagian pendapatannya kepada investor. Berdasarkan skema ini kapitalisme finansial mendapatkan profit atau keuntungannya.

Perbedaan lainnya antara kapitalisme tradisional dan kapitalisme finansial dapat dilihat melalui skema akumulasinya. Kapitalisme tradisional memulai usahanya dari kepemilikan uang (U), uang tersebut kemudian dipergunakan untuk membeli dua jenis modal, yaitu kapital riil, contohnya seperti perlengkapan atau mesin industri, dan kapital variabel contohnya adalah tenaga kerja. Kedua jenis kapital tersebut kemudian diproses melalui “kerja” untuk menghasilkan komoditas (K). Komoditas yang sudah diproduksi melalui proses kerja tersebut kemudian didistribusikan ke pasar sehingga menghasilkan keuntungan, yang cenderung dalam bentuk uang lagi (U’). Pola tersebut kemudian dimulai dari awal lagi. Agar lebih jelasnya skema akumulasi kapitalisme tradisional dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini;45

43 ibid

44BUKU:HALAMAN2-5 https://books.google.co.id/books?

id=CTpresNr7aUC&printsec=frontcover&dq=What+is+Financial+Share&hl=id&sa=X&ved=0CBsQ6AEwAGoVChMIwr O144m6xwIVjJ2ICh3YlgWO#v=onepage&q=What%20is%20Financial%20Share&f=false

(18)

Sedangkan dalam skema akumulasi kapitalisme finansial adalah sebagai berikut;46

Karl Marx juga menegaskan bahwa mustahil sebuah kelompok atau individu bisa mendapatkan keuntungan (U – U’) tanpa melalui proses kerja, yang dimana proses kerja dimasukan di dalam ranah komoditas (K).47 Sebagaimana secara kontras terjadi di skema akumulasi finansial. Walaupun skema di dalam kapitalisme finansial terlihat abstrak namun kenyataannya adalah ranah komoditas di dalam sistem kapitalisme finansial tersebut adalah kapitalisme tradisional.

Agar argumen sebelumnya dapat lebih mudah dipahami secara sederhana, maka akan dijelaskan sebagai berikut, kapitalisme tradisional mendapatkan keuntungan melalui proses kerja yang dilakukan buruh, yang dimana Karl Marx jelaskan ini adalah proses pencurian keuntungan atau nilai yang dilakukan oleh kapitalis terhadap buruh, khususnya di sistem kapitalisme tradisional. Pada sisi lain, kapitalisme finansial melakukan cara yang sama, namun pencurian nilai yang dilakukan sistem kapitalisme finansial bukanlah secara langsung kepada buruh, melainkan nilai tersebut diambil melalui kapitalisme tradisional. Secara singkatnya, kapitalisme

46 http://michael-hudson.com/2010/07/from-marx-to-goldman-sachs-the-fictions-of-fictitious-capital1/ 47 ibid

Uang

(U’) Komoditas (K)

Uang

(U)

Uang

(U’) Uang

(19)

tradisional mendapatkan keuntungan dengan mengambil nilai dari buruh, dan kapitalisme finansial mendapatkan keuntungan dengan mengambil nilai dari kapitalisme tradisional yang telah melakukan proses serupa sebelumnya. Skema selanjutnya akan memperlihatkan secara lebih terperinci pola akumulasi di dalam kapitalisme finansial;

Berdasarkan ilustrasi pola akumulasi kapitalisme finansial pada skema sebelumnya, maka dapat dikeluarkan argumen bahwa kondisi yang terjadi pada kapitalisme tradisional akan memberikan pengaruh pada kapitalisme finansial, contohnya apabila kapitalis tradisional mengalami kerugian maka begitu juga dengan kapitalis finansial. Konsep selanjutnya merupakan sebuah konsep yang sangat bermanfaat untuk meneliti secara sederhana mengenai logika dasar di dalam sistem kapitalisme tradisional yang sangat memberikan dampaknya kepada kapitalisme finansial. Konsep tersebut disebutkan dengan nama konsep Hukum Penurunan Tingkat Profit (PTP) atau konsep The Law of The Tendency of The Rate of Profits to Fall (LTRPF).48 Konsep ini merupakan salah satu konsep yang digunakan oleh beberapa ahli ekonomi untuk memperlihatkan apa yang terjadi di dalam sistem kapitalisme, khususnya kapitalisme tradisional.

1. 5. 3. Hukum Penurunan Tingkat Profit (PTP)

48 BUKU HALAMAN 133-134, https://books.google.co.id/books?

id=aFGZZuMkqfUC&pg=PA133&dq=The+Law+of+the+Tendency+of+the+Rate+of+Profit+to+Fall&hl=id&sa=X&ved= 0CBsQ6AEwAGoVChMIsNCLwpm6xwIVQZmICh2j5QeZ#v=onepage&q=The%20Law%20of%20the%20Tendency %20of%20the%20Rate%20of%20Profit%20to%20Fall&f=false

Komoditas (K) Uang

(U’) Uang

(U)

(20)

Konsep ini mulai semakin sering dibicarakan oleh para ekonom dunia semenjak krisis 2008 terjadi. Konsep ini tidak hanya dibicarakan oleh para ekonom marxisme saja melainkan, para ekonom yang berprespektif kapitalisme juga mulai mengangkat topik ini, baik berupa kritik maupun pengakuan. Konsep ini pada dasarnya juga sudah dibicarakan oleh para ekonom kapitalisme terdahulu, contoh para ekonom yang setuju dan berprespektif dengan teori kapitalisme, adalah Adam Smith, David Ricardo, dan J. S Mill.49 Mereka semua sampai pada kesimpulan bahwa keuntungan akan menurun dalam jangka yang panjang.50 Berdasarkan hal tersebut konsep ini cenderung digunakan untuk menganalisis penyebab krisis ekonomi melalui penjabaran logika dasar di dalam sistem kapitalisme. Sehingga melalui pengaplikasian konsep tersebut, para ahli ekonom berharap dapat memprediksi stabilitas ekonomi baik dalam jangka pendek maupun panjang. Konsep ini masuk sebagai bagian dari konsep dasar di dalam teori ekonomi kritis.

Dalam memahami apa itu penurunan tingkat profit, akan lebih mudah dijelaskan melalui faktor penyebabnya. Karl Marx menyederhanakan logika dalam pemahaman konsep penurunan tingkat profit atau disingkat PTP menjadi enam kategori khusus. Keenam kategori khusus

5. Perdagangan internasional yang mempengaruhi input dan output industri

6. Perkembangan perusahaan finansial, yang kemudian membuat semakin bertambahnya pembagian keuntungan atau shares.

Karl Marx memulai penjelasannya melalui faktor eksploitasi tenaga kerja. Relasi antara eksploitasi dengan PTP berhubungan dengan upahnya, atau secara singkatnya kategori pertama

49 http://www.kevinvallier.com/wp-content/uploads/2010/10/Kevin-Vallier-Production-Distribution-and-J.S.-Mill.pdf

50 http://www.kevinvallier.com/wp-content/uploads/2010/10/Kevin-Vallier-Production-Distribution-and-J.S.-Mill.pdf

(21)

dan kedua saling berhubungan. Logikanya adalah sebagai berikut, moto dasar para pengusaha kapitalis adalah modal sekecil-kecilnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, seringkali moto tersebut merugikan tenaga kerja, yakni tenaga kerja diarahkan untuk bekerja secara maksimal dengan upah seminimal mungkin, dan bahkan untuk beberapa kasus dipekerjakan tanpa kontrak yang jelas atau dikenal dengan istilah kerja outsourcing. Hal ini kemudian membuat daya beli pekerja semakin menurun, sedangkan hal penting yang harus disadari adalah mayoritas kelas masyarakat dalam sebuah negara adalah tenaga kerja, sehingga apabila daya beli dari masyarakat tersebut menurun maka konsumeritas juga akan menurun, konsumeritas yang menurun tentu akan membuat produksi sebuah industri mengalami kesulitan penjualan, dan kesulitan ini akan berujung pada penurunan keuntungan sebuah perusahaan. Penurunan keuntungan tersebut kemudian akan dilanjutkan lagi dengan penurunan upah, dan seterusnya. Hal ini terus terjadi secara berkelanjutan.

Kategori ketiga, mengenai perkembangan kapital konstan erat kaitannya dengan istilah teknologi, karl marx menghubungkan PTP dengan mesin industri, mesin industri cenderung menggantikan peran tenaga kerja. Perkembangan teknologi mesin industri dapat memungkinkan proses produksi menjadi semakin mudah dan kuantitasnya semakin bertambah tanpa melalui penambahan tenaga kerja atau buruh. Hal ini kemudian dapat membuat pengangguran semakin meningkat. Pengangguran tersebut pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat, sehingga sekali lagi penurunan daya beli tersebut kemudian akan berdampak langsung terhadap penurunan keuntungan industri.

(22)

perusahaan menaikan upah sebagai upaya untuk memonopoli tenaga kerja. Upah yang semakin meningkat ini kemudian membuat keuntungan perusahaan semakin menurun.

Kategori kelima, perdagangan internasional merupakan sebuah fenomena yang dapat juga menurunkan pendapatan perusahaan. Kategori ini juga berhubungan dengan kompetisi, khususnya kompetisi di pasar produksi. Perdagangan internasional memungkinkan beberapa perusahaan asing memasukan produknya ke pasar domestik, yang kemudian hal tersebut terkadang dapat berdampak langsung terhadap daya saing produk dalam negeri dan juga berpengaruh terhadap penurunan kuantitas serta kualitas produksi.

Kategori keenam, mengenai perkembangan perusahaan finansial. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kapitalisme finansial mendapatkan keuntungannya melalui pembagian keuntungan yang didapatkan oleh industri manufaktur. Pembagian keuntungan ini kemudian membuat pendapatan industri tersebut menurun, sehingga untuk menanggulangi permasalahan tersebut sebuah perusahaan cenderung melakukan dua jenis strategi manajemen. Manajemen pertama adalah manajemen keuangan, yakni berhubungan dengan peminjaman utang agar dapat menambahkan modal untuk memacu peningkatan kuantitas produksi melalui berbagai cara. Manajemen kedua mengurangi upah atau bahkan jumlah tenaga kerja, yang dimana akan membuat kategori pertama dan kedua pada akhirnya dapat terjadi kembali. Apapun manajemen yang hendak digunakan oleh sebuah industri untuk terlepas dari permasalahan PTP, pada akhirnya tetap akan merugikan perusahaan tersebut yang kemudian berujung pada krisis.

1. 6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan aspek yang sangat penting untuk meneliti sebuah penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan membagi metode penelitian ke dalam bagian-bagian seperti berikut:

(23)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yakni sebuah jenis penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah fenomena yang terjadi. Jenis penelitian ini diimplementasikan khususunya dalam mendeskripsikan bagaimana sistem kapitalisme kontemporer bekerja.

1. 6. 2 Gaya Penelitian

Gaya penelitian yang dilakukan penulis menggunakan penelitian kualitatif yang menganggap realitas sosial itu bersifat ganda. Hal tersebut dilakukan untuk memfokuskan peneliti kepada penelitian yang spesifik dan kontekstual terhadap fenomena hubungan internasional seperti halnya pada penulisan kali ini.

1. 6. 3 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan disini adalah studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan merupakan penelitian yang difokuskan dengan meneliti tulisan-tulisan di dalam buku, artikel, jurnal, laporan, karya ilmiah, majalah, koran baik cetak maupun elektronik. Studi kepustakaan ini juga mencakup identifikasi bahan yang menyediakan informasi faktual atau yang berasal dari opini dari ahli yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian.52

1. 6. 4 Dimensi Waktu Penelitian

(24)

Dimensi waktu penelitian yang diteliti adalah antara

1. 6. 5 Jenis Data

Dalam penulisan ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pengumpulan data sekunder. Penulis menggunakan jenis data sekunder yang merupakan jenis data tidak langsung dan sudah diolah sebelumnya. Namun, data yang digunakan akan disesuaikan dengan tema dan pertanyaan penelitian yang sudah diajukan sebelumnya.

1. 6. 6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan judul dan permasalahan penelitian dari berbagai literatur seperti buku, video, jurnal, media, laporan resmi yang terkait dengan isu penelitian, dan mewawancarai berbagai narasumber yang berkaitan dengan permasalahan. 53

1. 6. 7 Sumber Data

Sumber data yang di dapat penulis dalam penulisan ini berasal dari buku, jurnal, artikel, dan beberapa tulisan lainnya yang mendukung dan memperkuat analisis dalam

(25)

permasalah yang diambil oleh penulis. Namun sumber data ini tidak hanya fokus pada teks saja, tetapi juga akan menggunakan tabel dan grafik.

1. 7. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Pada bab ini berisikan latar belakang suatu permasalahan, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kerangka dasar pemikiran, metodologi penelitian, juga sistematika penulisan yang menjadi arah dari penelitian ini.

Bab II: PerkembanganHegemoni Ekonomi dan Kapitalisme Finansial di Amerika Serikat

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana pertumbuhan hegemoni Amerika Serikat, khususnya hegemoni ekonomi melalui penjabaran historis beserta penjelasan yang bersangkutan. Penjelasan ini dimulai dari masa dimana dollar menjadi mata uang utama di dunia, yang dimana hal tersebut sangat berhubungan dan menjamin Amerika Serikat menjadi negara yang memiliki hegemoni ekonomi. Pada bagian ini juga akan diperlihatkan bagaimana perkembangan kapitalisme finansial mempengaruhi perekonomian di Amerika Serikat. Kapitalisme Finansial mulai mengalami perkembangan yang pesat di kisaran tahun 1970.

(26)

terjaminnya kedudukan hegemoni ekonomi melalui instrumen kapitalisme finansial, kejayaan tersebut relatif terus terjadi hingga terjadinya krisis di tahun 2008. Krisis 2008 dianggap sebagai krisis finansial terparah yang pernah dialami oleh Amerika Serikat semenjak era The Great Depression.

Bab III: Pengaruh Kapitalisme Finansial Dalam Kajian Konsep Aktifitas Hegemoni

Pada bagian ini akan dijelaskan lebih rinci bagaimana perkembangan kapitalisme finansial mempengaruhi hegemoni ekonomi di Amerika Serikat. Penjelasan ini akan menggunakan pengaplikasian konsep dari aktifitas hegemoni, yang dimana terdiri dari tiga jenis aktifitas antara lain, Kekuatan Sosial, Model Negara, dan kemudian Tatanan Dunia. Proses analisa ketiga aktifitas tersebut bertujuan untuk memperlihatkan secara lebih sederhana mengenai apa yang terjadi di dalam aktifitas sebuah negara.

Kekuatan sosial terkait dengan peningkatan konsumsi sosial berdasarkan kredit yang mulai digunakan oleh masyarakat semenjak berkembangnya sistem finansial, hal tersebut kemudian membuat negara Amerika Serikat mulai membuat aturan yang relevan untuk memperlancar aktifitas tersebut, dan pada saat bersamaan negara Amerika juga mulai secara konsisten melakukan pembangunan negara melalui aktifitas yang serupa. Model negara yang dilakukan oleh Amerika Serikat tersebut kemudian mempengaruhi atau membuat negara di dunia cenderung menggunakan aktifitas yang sama, hal ini bertujuan agar memudahkan Amerika Serikat dalam menyebarkan dominasinya. Konsep aktifitas tersebut terus digunakan oleh Amerika Serikat secara konsisten mulai dari era perkembangan kapitalisme finansial hingga krisis yang dialami negara tersebut di tahun 2008.

Bab IV: Logika Internal Kapitalisme Finansial dan Gejolak Aktivitas Hegemoni Paska Krisis Finansial 2008

(27)

kapitalisme finansial berjalan. Bagian ini juga akan menjelaskan hubungan antara kapitalisme finansial tersebut dengan fenomena krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008. Sehingga dapat memperlihatkan terjadinya krisis di tahun 2008 bukan hanya sebatas pada kesalahan kebijakan pemerintah ataupun kesalahan kebijakan para aktor spekulan, melainkan krisis juga terjadi disebabkan oleh ranah paling dasar di dalam logika internal kapitalisme finansial yang perekonomiannya berbasiskan pada utang atau kredit. Bagian ini juga menjelaskan bagaimana basis di dalam logika internal finansial, sebagaimana berkembang semakin pesat dari masa ke masa juga semakin mempengaruhi penurunan tingkat profit yang semakin besar.

Fenomena krisis finansial 2008 cenderung dijadikan sebuah faktor pemicu oleh banyak pemikir dan pembuat kebijakan untuk mempertanyakan kembali keefektifan dari sistem tersebut dalam stabilitas perekonomiannya. Fenomena ini kemudian banyak mempengaruhi pembuat kebijakan untuk mulai membatasi proses finansialisasinya di dalam negeri. Hal tersebut juga merupakan respon negara maju terhadap persaingan yang semakin ketat terjadi di era globalisasi ini, khususnya kebangkitan ekonomi negara dunia ketiga paska krisis kapitalisme finansial. Respon yang dilakukan oleh banyak negara maju tentu saja juga terjadi di negara Amerika Serikat itu sendiri, sebagaimana negara Amerika Serikat seringkali dianggap sebagai negara yang perekonomiannya paling dominan di seluruh dunia. Hal ini sering dianggap oleh banyak pemikir hubungan internasional sebagai era atau tahap awal menurunnya hegemoni ekonomi Amerika Serikat. Penjelasan yang akan dijabarkan pada bagian ini akan memperlihatkan terjadinya sebuah proses gejolak pada ketiga ranah di dalam konsep hegemoni yang disebabkan oleh pengaruh kapitalisme finansial.

(28)

Bab V: Kesimpulan

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula dengan mahasiswa psikologi angkatan 2005 Universitas ”X” Bandung yang memiliki derajat kemampuan entrepreneurship yang rendah cenderung memiliki derajat

Trauma oklusal primer dihasilkan dari kekuatan oklusal berlebihan yang diterima oleh gigi dengan jaringan pendukung yang normal dan sehat, sedangkan trauma

Guru merupakan faktor dominan yang mempengaruhi proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam, maka peningkatan kompetensi serta profesionalisme guru harus digalakkan yaitu

BORANG PENGESAHAN STATUS TESIS JUDUL: M ENGKAJI TEKNIK KUBISM E PABLO PICASSO DAN. PENGAPLIKASIANNY A Dr DA LAM ANIMAS

Sapi dan kambing penderita gangguan reproduksi yang diobati Ekor 6000.00 Ekor 184.000.000 35.000.000 335.000.000 300.000.000 Dana Alokasi Umum (D A U) Jumlah ternak

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Patogen yang menyebabkan penyakit layu pada tanaman cabai rawit di Banjarangkan,

PT Sinarmas Sekuritas, its employees and its affiliates, expressly disclaim any and all liability for representation or warranties, expressed or implied, here in or omission there

Walaupun subjek penelitian terbagi menjadi dua tugas yang berbeda dalam pekerjaannya, kurangnya sumber daya dapat membuat beban kerja menjadi meningkat sehingga