• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merencanakan dan Melanggengkan Rumah Tan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Merencanakan dan Melanggengkan Rumah Tan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MERENCANAKAN DAN MENJAGA KELANGGENGAN RUMAH

TANGGA SEBAGAI SUATU PILIHAN

Oleh :

Sinta Oktavia, SP

1

A. Pendahuluan : Sekilas Tentang Cinta sebagai Pondasi dalam Membina “Hubungan”

Berbicara soal “cinta”, maka tidak akan ada ujungnya. Cinta barangkali jauh lebih tua dibandingkan umur kita, atau boleh jadi cinta lebih dahulu lahir daripada manusia itu sendiri, bahkan mungkin jauh sebelum dunia ini ada Tuhan telah menciptakan “cinta”. Cinta adalah sesuatu “rasa” yang Tuhan titipkan di hati setiap diri manusia sebagai makhluk yang paling istimewa yang Tuhan ciptakan.

Masih teringat ketika ikut training ESQ bulan November 2012 lalu, disana disebutkan bahwa cinta sebetulnya “suara hati”, sehingga disaat seseorang memberikan cintanya, maka dia tidak akan lagi sempat berfikir apakah cintanya akan terbalas atau tidak. Ada penghayatan di dalamnya, bukan pemikiran (logika), seperti halnya cinta orang tua kepada anaknya, cinta yang tidak bisa dijawab dengan logika, demikianlah harusnya cinta. Penulis tertarik dengan sebuah cuplikan drama, seorang wanita ketika ditanya tentang apa yang menyebabkannya begitu mencintai seorang pria, padahal dia tahu sikap pria tersebut begitu dingin terhadapnya, namun luar biasa wanita tersebut hanya berkata : “apakah masih perlu alasan untuk mencintai”. Penulis pikir benar juga, karena kalau direnungkan, cinta memang hadir tanpa alasan.

Lalu, bagaimana dengan orang yang mengaku cinta namun tega meninggalkan, melukai, bahkan ada yang membunuh orang yang “katanya” orang yang dicintainya? Bagaimana dengan seorang wanita atau laki-laki yang meninggalkan suami atau istrinya untuk menikah dengan laki-laki atau wanita lain? Bagaimana pula dengan sepasang suami istri yang kemudian memutuskan untuk bercerai setelah lima belas tahun pernikahan mereka? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, tentu kita perlu tilik dulu apa betul cinta itu punya tingkatan tersendiri, sehingga wujudnya pun berbeda.

Sternberg cit Baron and Byrne (2005), melahirkan sesuatu yang disebut segitiga cinta, sebagai berikut :

(2)

Gambar 1. Segitiga Cinta dari Sternberg (Baron and Byrne, 2005)

Model segitiga cinta yang diajukan Sternberg ini kalau diperhatikan memiliki tiga komponen dasar yaitu keintiman, nafsu dan keputusan atau komitmen. Cinta bisa didasarkan pada masing-masing dari ketiga komponen tersebut, bisa juga pada kombinasi dari dua diantaranya, atau bahkan ketiganya. Beragam kemungkinan tersebut menghasilkan tujuh jenis hubungan, yaitu : (1) rasa suka/pertemanan sejati (keintiman), (2) cinta pandangan pertama/ tergila-gila (nafsu saja), (3) cinta kosong (keputusan/komitmen saja), (4) cinta sempurna (keintiman, nafsu, dan komitmen), (5) cinta karib/pertemanan jangka panjang (keintiman dan komitmen), (6) cinta romantis (keintiman dan nafsu), (7) cinta tolol (nafsu dan komitmen). Bagaimana halnya ketika berbicara soal “cinta karena ikatan pernikahan”, tentu akan sedikit berbeda. Menurut hemat penulis ketika berbica soal psikologi keluarga, tentu berbicara soal interaksi yang dikungkung oleh yang namanya “ikatan pernikahan”, perlu menilik pada sedikitnya empat jenis hubungan dari tujuh jenis hubungan tersebut, yaitu : (1) cinta sempurna (keintiman, nafsu dan komitmen), (2) cinta karib (keintiman dan komitmen), (3) cinta romantis (keintiman dan nafsu), dan (4) cinta tolol (nafsu dan komitmen). Sehingga menjadi menarik untuk tau ada apa dibalik rumah tangga yang senantiasa sakinah (tentram)?, dan ada apa pula dengan rumah tangga yang sering cekcok?, lalu bagaimana dengan keluarga yang masing-masing pasangan saling selingkuh?, serta juga bagaimana dengan keluarga yang akhirnya kedua pasangan memutuskan untuk bercerai?

Kita pernah mengamati pernikahan yang digelar dengan sederhana dengan adat-adat yang unik di kampung-kampung, dan pernikahan mereka begitu langgeng. Kita

Intimacy (keintiman saja) = rasa suka (liking)

(pertemanan sejati tanpa nafsu atau komitmen jangka panjang)

Cinta Romantis (Romantic Love) = keintiman + nafsu (sepasang kekasih saling tertarik satu sama lain secara fisik dan emosional tanpa komitmen

Cinta tolol (fatuous love) =

nafsu + komitmen (komitmen berdasarkan nafsu, tetapi tanpa

(3)

juga sering mendengar akhir-akhir ini di dunia artis trend dengan info-info pernikahan sekigus perceraian. Hari ini kita mendengar berita pernikahan artis A, tidak berapa lama setelah itu datang lagi berita kalau artis A akan bercerai. Hal ini seolah ingin menunjukkan kalau “pernikahan” dan “perceraian” sesuatu yang biasa dan wajar, disaat pernikahan tidak bisa lagi dipertahankan (kata “mereka”), maka solusinya adalah “cerai”. Benarkah pernikahan harus diakhiri dengan perceraian ketika “belenggu” (seperti pertengkaran) mulai menghiasi hari-hari pernikahan? Benarkah perceraian solusi tepat? Namun bagaimana dengan “mereka” yang berdalih, dimana meskipun bercerai, mereka tetap ada “komunikasi” dalam arti kata masih menjalin hubungan (relasi) yang baik?

Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh. Tulisan ini akan mencoba mengupas ada apa dibalik persoalan tersebut. Penulis akan coba melihat melalui kacamata psikologi sosial melalui teorinya Sternberg “segitiga cinta” yang tentunya tidak akan terlepas dari yang namanya teori “hubungan akrab”, yang akan beranjak dari fenomena rumah tangga sebagai hubungan dekat yang pertama.

Kenapa berbicara soal dunia artis? Karena memang walaupun tidak secara langung bersentuhan dengan kehidupan sosial masyarakat, namun informasi (berita)nya paling cepat diakses, terutama melalui televisi sebagai media yang sangat dekat dengan kehidupan sosial. Ada kekhawatiran, masyarakat akan menerima informasi tersebut yang awalnya “kurang senang”, lama kelaman menjadi biasa-biasa saja, untuk kemudian mulai memaklumi, bahkan yang paling “parahnya” mengkuti jejak tersebut.

B. Household : Perencanaan Matang serta Pemahaman Hakikat Cinta sebagai Kunci Kesuksesan Membangun Rumah Tangga

1.

Keberhasilan dan Kepuasan pernikahan

Keberhasilan tidak terlepas dari istilah sukses atau tidak sukses. Berbicara soal pernikahan juga demikian halnya, ada orang yang pernikahannya sukses hingga mereka merasa puas dengan pernikahannya, namun ada juga yang tidak sukses dalam pernikahannya hingga melahirkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap pernikahannya tersebut.

Dalam bukunya Baron and Byrne (2003), sukses atau tidaknya pernikahan dapat diambil benang merah sebagai berikut, melalui Tabel 1.

Tabel 1. Faktor yang Membedakan Pernikahan yang Sukses dan tidak Sukses Pasangan yang Sukses Pasangan yang tidak Sukses

Memilih pasangan secara bijaksana berdasarkan kesamaan pada hal-hal tertentu.

Memilih pasangan atas dasar ketertarikan fisik dan seks.

Memilih pasangan atas dasar kepribadiannya (interpersonalnya) yang baik (positif), yakni punya self-control yang baik

Memilih pasangan tanpa pertimbangan kepribadian, sehingga dapat pasangan yang interpersonalnya negatif.

Menyadari pentingnya seksualitas dalam

pernikahan Semakin tua usia pernikahan interaksi seksualitassemakin berkurang

(4)

Ketika pertimbangannya adalah kesamaan dan ketidaksamaan, kedepannya akan bisa menentukan bagaimana menyikapi kesamaan dan ketidaksamaan tersebut, dan tentunya sudah dipertimbangkan dengan matang. Hanya saja, sekarang ini lebih banyak memilih pasangan hanya karena alasan fisik dan seks semata (cinta romantis). Eitss...ingat, di dalam membina rumah tangga tidak hanya persoalan fisik yang menarik dan nafsu. Berdasarkan pengamatan, laki-laki yang awalnya begitu menggebu-gebu (cinta membara) ingin menikahi seorang wanita yang sangat cantik, dan tentunya tidak lagi peduli dengan kepribadiannya, ternyata dalam perjalanan di rumah tangga yang tersisa hanyalah kekecewaan, tidak lagi menggebu-gebu, sebaliknya sering berselisih pendapat yang berakhir pertengkaran hebat (istilah penulis dengan teman-teman “menjelang dapat”). Artinya pertimbangan kepribadian jauh lebih penting.

Dalam agama penulis (Islam) mengajarkan agar berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, karena berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, tetapi diniatkan untuk selama-lamanya hingga akhir hayat. Dengan demikian memilih pendamping hidup harus cermat, jangan sampai menyesal setelah berumah tangga nantinya. Mengingat hal tersebut, perlu mempertimbangkan beberapa kriteria dalam memilih calon suami atau istri. Dalam agama penulis lebih ditekankan untuk memilih berdasarkan agama dan akhlak (kepribadiannya) sebagai pertimbangan pertama, Nabi Muhammad SAW bersabda “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia” (Muttafaqun ‘Alaihi)(Gugun, 2009). Artinya pilihlah pasangan hidup karena alasan agamanya, hal ini juga berlaku untuk wanita dalam memilih laki-laki sebagai calon suaminya. Memilih pasangan juga karena akhlaknya, sebagaimana dalam Al-Qur’an, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki-laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26). Artinya, wanita atau laki-laki yang mempunyai ilmu agama akan senantiasa melihat dengan kaca-mata agama dalam memilih pasangan hidup. Penulis yakin, agama manapun tentu juga mempertimbangkan dua hal ini, karena memang demikianlah hakikat yang seharusnya.

Belajar dari rumah tangga Nabi muhammad SAW, untuk mencapai kebahagiaan berumah tangga ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

Tabel 2 Kunci Kebahagiaan Rumah tangga dalam Islam

Kunci kebahagiaan rumah tangga Contoh Aplikasi

Mengagungkan pernikahan - Menghindari perselingkuhan (pengkhianatan)

- Suami terpacu mencari nafkah yang halal dan istri amat ringan menjalankan tugas dalam rumah tangganya (dijalani sebagai rutinitas yang indah, nyaman, dan penuh makna)

Jangan saling menuntut, akan tetapi lakukanlah kewajiban anda

- Selalu berfikir bagaimana membahagiakan suami atau istri (saling memberikan kebahagiaan)

Saling meminta maaf - Saling meminta maaf ketika berselisih faham sebagai wujud saling menghormati

(5)

- Artinya berlomba untuk meminta maaf, tidak hanya ketika berselisih atau bersalah saja

Menjaga mata - Menjaga mata dari memperhatikan yang bukan pasangannya (tidak mudah tergoda dengan yang lain)

- Menjaga mata dari melihat yang tidak seharusnya (video atau gambar-gambar porno)

Sumber : Disimpulkan dari syaria4Indonesia (A Call for Islamic Revolution) oleh Buya Yahya

Kenapa penulis memaparkan berdasarkan agama? Karena memang ketika berbicara soal kebaikan, begitupun halnya terkait panduan kebahagiaan dalam pernikahan, maka semuanya sudah diatur di dalam agama. Kebetulan penulis adalah muslim maka mengambil rujukan pada kitab suci Al-Qur’an. Begitupun dengan agama diluar islam, yang tentunya juga sudah termaktub (terdapat) dalam ajaran agama masing-masing. Kita tidak akan bisa lepas dari konteks agama, karena bagaimana berbicara kebaikan ketika mencoba keluar dari konteks agama sebagai landasan dan pijakan dalam bertindak? (it’s imposible). Belajar dari rumah tangga nabi Muhammad, karena ketika berbicara realita dalam Islam belajar dari rumah tangga nabi Muhammad SAW sebagai salah satu bukti, seseorang yang membina rumah tangganya berlandaskan agama.

Dalam bukunya Baron dan Byrne (2003), ketika berbicara soal pernikahan memiliki sangkut paut yang lebih panjang dari pada kebahagiaan tiada akhir. Pasangan suami isteri harus berinteraksi pada level harian, bagaimana pembagian tugas dan tanggungjawab dalam rumah tangga, menghadapi pasang surutnya kehidupan sehari-hari, dan memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan di luar, kepedulian ekonomi, stres saat menjadi orang tua. Bagaimana efeknya terhadap kepuasan pernikahan? Berdasarkan data, kualitas hubungan menurun setelah mereka mengatakan “saya bersedia” (kurdek, 1999 cit Baron dan Byrne, 2003). Benarkah demikian?

Menurut hemat penulis ketika belajar dari kunci-kunci kebahagiaan pernikahan yang diuraikan sebelumnya, tentulah kebahagiaan pernikahan itu akan tercapai, dan dengan sendirinya kepuasan akan pernikahan tersebut dengan sendirinya akan mengiringi. Tapi ada baiknya juga kita belajar dari konsepnya Baron dan Byrne (2003) dalam bukunya yang disimpulkannya dari beberapa penelitian ahli di luar negri. Walaupun menurut hemat penulis tidak sepenuhnya bisa digeneralkan dengan kehidupan pernikahan di Indonesia, karena budaya yang berbeda. Kepuasan pernikahan yang dapat penulis simpulkan dari bukunya Baron dan Byrne, menyangkut beberapa faktor yaitu : (a) orang yang menikah “secara konsisten” lebih bahagia dan sehat dan menurunnya tingkat bunuh diri, (b) terus merasakan cinta membara (bagi wanita) dan “cinta karib” (bagi laki-laki) yakni berbagi aktifitas bersama, bertukar ide, tertawa bersama, bekerja bersama dalam hal-hal tertentu, (c) menemukan cara yang baik untuk “menyesuaikan kebutuhan” pada keluarga yang berperan ganda (antara pekerjaan dan keluarga).

(6)

Sebenarnya sudah terjawab oleh kunci kebahagiaan pernikahan, yakni : (a) konsisten = mengagungkan pernikahan dan menjaga mata, (b) cinta karib = lakukanlah kewajiban anda dan saling meminta maaf, (c) menyesuaian kebutuhan (saling memahami) = jangan banyak menuntut. Ketika kesemuanya berjalan sebagaimana harusnya, bukan mustahil kebahagiaan dan kepuasan pernikahan akan terwujud.

2.

Permasalahan dan Kegagalan Pernikahan

Orang-orang yang memutuskan menikah tentunya punya harapan yang tinggi akan keberhasilan (kebahagiaan dan kepuasan) pernikahan mereka. Berdasarkan bukunya Baron dan Byrne (2003) yang penulis ambil intisarinya, permasalahan dalam pernikahan bisa timbul karena dua hal. Pertama, gagal merencanakan calon suami atau istri, seperti : tanpa mempertimbangkan kesamaan dan kesamaan yang dipersepsikan (menerima bagaimana adanya karena diputuskan dengan bijaksana) namun lebih pada pertimbangan fisik dan nafsu belaka, dan tanpa mempertimbangkan bagaimana kepribadian calon pasangan tersebut sehingga setelah berumah tangga baru timbul kekecewaan terhadap pasangan. Lalu siapa yang harus disalahkan? Bukankah sudah merupakan pilihan mereka? Silahkan tunjuk diri sendiri. Kedua, terlalu menuntut dan egois, padahal tidak ada pasangan hidup (termasuk diri sendiri) yang sempurna, wajarkah antara suami dan istri masih mempertimbangkan “untung rugi”?, seperti keluarnya kata-kata “saya yang paling banyak berperan mengurus semuanya”. Ketidaksamaan dan perbedaan pendapat akan memicu konflik, dan akan berlarut-larut ketika tidak adanya self-control dari masing-masing pasangan atau pasangan tidak dewasa (kekanak-kanakan) dalam menyikapi persoalan yang singgah dalam rumah tangga mereka.

(7)

Gambar 2 Berbagai Respon terhadap Hubungan yang Bermasalah

Permasalahan yang berlarut-larut (tidak ada yang mau mengalah) atau persoalan yang berulang-ulang dan intens (karena tidak belajar dari kesalahan dan egois) akan berdampak pada gagalnya pernikahan, dan jika tidak ada upaya untuk memperbaiki dan mempertahankan pernikahan tersebut bisa memicu kegagalan hubungan yang berefek pada putus atau berakhirnya hubungan (perceraian). Pribadi yang bertahan dengan egonya (tidak peduli) berarti memiliki self-esteem (harga diri) yang rendah. Karena walaupun tidak mudah, bukan berarti tidak bisa menyelamatkan pernikahan. Karena yang justeru disayangkan adalah, bagaimana dengan anak-anak dari kedua pasangan tersebut?.

Penulis jadi teringat dengan kehidupan dari beberapa “selebritis” zaman sekarang, karena infonya hampir tiap hari diberitakan dan dibeber oleh media seolah menyuguhkan suatu hal yang “wajar” dan “biasa”. Hari ini berita pernikahan, besoknya perceraian, atau bahkan kedua berita (pernikahan dan perceraian) sekaligus, digandengkan, seolah ingin menyampaikan “kalau ada pernikahan pasti ada perceraian”, seperti lagu “setiap pertemuan pasti ada perpisahan”. Berikut pada Tabel 3 beberapa berita tentang alasan berakhirnya rumah tangga beberapa orang selebritis.

Beberapa Penyebab Berakhirnya Rumah Tangga

Artis (menurut mereka) Menurut informasi

Dihubungkan dengan Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga

Tidak ada lagi kecocokan Kedekatan suami

dengan wanita lain Tidak mengagungkan pernikahan, terlalu menuntut, tidak sadar akan tanggungjawab, tidak saling meminta

maaf, dan TIDAK TERJAGANYA MATA (terlalu dekat dengan wanita atau

laki-laki lain). Tidak ada lagi kecocokan

(perbedaan prinsip) dengan wanita lainkedekatan suami Perbedaan pendapat dan

(8)

“ketidakcocokan” dan “perbedaan pendapat”. Kalau lebih dirunut lagi karena “kesalahpahaman” yang sebetulnya juga dipicu oleh sikap dan tingkah laku masing-masing pihak. Dalam dunia selebritis sepertinya kedekatan dengan seseorang (lawan jenis) yang bukan pasangan (suami atau istri)nya dianggap hal biasa. Bagaimanapun juga, fitrahnya manusia itu adalah cenderung pada yang “seharusnya”, ketika melihat pasangan melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, maka muncullah keraguan pada kesetiaan pasangan (ada orang ketiga). Maka dari itu, perlu yang namanya menjaga mata, karena dari mata akan turun ke hati. Ketika hati sudah bermasalah (sudah mulai membandingkan pihak ketiga dengan suami atau istri), maka betapa tidak akan terjadi cekcok di dalam rumah tangga.

Hal lain sebetulnya terkait dunia selebritis, mereka punya uang, karir, dan fisik (tampang) yang bagus, kondisi ini kalaulah tidak saling menjaga akan punya banyak kesempatan untuk berkhianat kepada pasangan. Dunia mereka yang menyuguhkan hal demikian, ketika tidak ada “penolakan” malah sebaliknya “menerima”, maka wajar menimbulkan kesalahpahaman dalam rumah tangga. Ketidakdewasaan menyikapi persoalan yang kerap muncul, tidak mengherankan jika berujung pada berakhirnya perkawinan.

3.

Tips Menjaga dan Memperkuat Ikatan Pernikahan

Jelf Herring cit Baron dan Byrne (2003) memberikan saran-saran (tips) untuk memperkuat pernikahan, bagaimana mempertahankan hubungan pernikahan yang bahagia. Sepuluh tips tersebut adalah :

a. Anda dapat menjadi benar atau Anda dapat menjadi bahagia, tetapi tidak kedua-duanya. Pilihlah dengan bijak.

b. Pelajarilah seni yang lembut dari kerjasama.

c. Bicarakanlah hal-hal yang penting.

d. Beri maaf sebanyak atau lebih banyak dari jumlah maaf yang anda inginkan.

e. Rayakanlah apa yang ingin Anda lihat lebih banyak. Penghargaan bisa menjadi efek jangka panjang.

f. Lebih dengarkan hati daripada mendengarkan kata-kata. Langkah ini dapat menyelesaikan konflik dan saling peduli satu sama lain.

g. Doronglah pasangan Anda untuk menggunakan talentanya (saling menghargai karir masing-masing).

h. Waspadai komunikasi Anda. Berbicara itu mudah, tetapi lebih sulit berkomunikasi.

i. Bertanggungjawablah terhadap kontribusi Anda pada permasalahan.

j. Jangan berasumsi bahwa hanya karena Anda sudah menikah, anda tahu bagaimana cara menikah.

(9)

terakhir nampaknya menjadi hal paling penting untuk diingat. Seperti layaknya teman, saling bekerjasama dalam menjalankan tanggungjawab, saling mendukung, saling mengingatkan. Perlakukanlah pasangan hidup dengan lembut, jangan sekali-kali berkata yang membuat hati pasangan terluka, apalagi sampai berkata-kata kasar. Meminta maaf lebih dulu dan lebih sering tidak akan membuat self-esteem menjadi rendah. Sering-seringlah meminta maaf pada pasangan walaupun tidak merasa bersalah, apalagi kalau menyadari memang berada di pihak yang salah. Seringnya meminta maaf malah akan memperkuat tali cinta antara pasangan. Memberi kejutan berupa kado kecil sekali-kali untuk pasangan tidak sulit kan?, tentunya akan membuat hubungan menjadi indah dan romantis selalu. Kalaupun ada perbedaan pendapat, berdialoglah dengan HATI bukan dengan PIKIR, karena setiap diri manusia punya sisi kelembutan yakni suara hatinya, mungkin dengan mengingat pengalaman-pengalaman yang membahagiakan selama menjalani rumah tangga, pengorbanan pasangan, kenapa pasangan kita memilih kita (tentunya bukan pasal sederhana). Maka berdamailah dengan hati, bahwa disana masih ada cinta untuk pasangan kita. Orang yang tahu bagaimana kita dan kitapun diizinkan untuk tahu bagaimana dia, haruskah berakhir dengan persoalan “remeh-temeh”. Jawabannya ada pada diri masing-masing individu, karena ini soal “pilihan”.

Bagi orang-orang yang berpegang teguh pada agama dalam membina rumah tangga, asumsinya akan lebih mampu menjaga keutuhan rumah tangganya. Karena buat mereka menjalani kehidupan rumah tangga tidak hanya untuk dijalani satu atau dua tahun, tapi untuk selama-lamanya.

C. Penutup

Keluarga atau rumah tangga dalam ilmu psikologi merupakan “hubungan” yang pertama. Membangun rumah tangga merupakan suatu tantangan tersendiri yang tentunya tidak mudah. Ketika memilih pasangan hidup, tentunya sudah atau harusnya dipertimbangkan dengan bijaksana sebelum akhirnya memutuskan berdasarkan kriteria tertentu yang harusnya tidak jauh-jauh dari aturan yang sudah diajarkan agama (sebagai insan yang ber-agama). Ada warna yang akan menghiasi, tidak hanya cinta, tapi sesekali juga perbedaan pendapat yang mungkin akan memicu perdebatan, bagi yang tidak bisa menyikapinya dengan dewasa (hanya mengedepankan pikiran sendiri), tanpa terlebih dahulu berdialog dengan hati, mungkin juga akan memicu konflik. Bagaimana menyikapi konflik, akan menentukan bagaimana hubungan selanjutnya, ada yang memutuskan untuk terus konflik, ada yang memutuskan berdiam diri sampai pasangannya lebih dulu mengakui kesalahan, ada yang mempercayakan pada orang lain untuk menyelesaikan konflik rumah tangganya, bahkan ada yang langsung memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahan (bercerai). Maka dari itu penulis rasa lebih cocok jika diistilahkan “IT’S ABOUT YOUR CHOICE”, ingin di buat bahagia dan memuaskan atau justeru sebaliknya JAWABANNYA ADA PADA DIRI MASING-MASING PRIBADI.

(10)

SERIBU

Sudah seribu hari Ainun pindah ke dimensi dan keadaan berbeda. Lingkunganmu, kemampuanmu, dan kebutuhanmu pula berbeda. Karena cinta murni, suci, sejati, sempurna dan abadi tak berbeda. Kita tetap manunggal, menyatu dan tak berbeda sepanjang masa.

Ragamu di Taman Pahlawan bersama Pahlawan bangsa lainnya. Jiwa, roh, bathin dan nuranimu menyatu denganku. Di mana ada Ainun ada Habibie, di mana ada Habibie ada Ainun. Tetap manunggal dan menyatu tak terpisahkan lagi sepanjang masa.

"Titipan Allah bibit cinta Ilahi pada tiap insan kehidupan di mana pun. Sesuai keinginan, kemampuan, kekuatan dan kehendak-Mu Allah. Kami siram dengan kasih sayang, cinta, iman, taqwa dan budaya kami, Yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi sepanjang masa.

Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami. Perekat kami menyatu, manunggal jiwa, roh, bathin dan nurani kami. Di mana pun, dalam keadaan apa pun kami tetap tak terpisahkan lagi. Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun.. sampai akhirat.

Bacharuddin Jusuf Habibie Jakarta, 15 Februari 2013 (sumber : vemale.com, 2013)

Puisi cinta ini merupakan gambaran cinta abadi yang dapat dijadikan salah satu rujukan dalam membina rumah tangga.

Daftar Pustaka

Merdeka.---.2012. http://article.wn.com. [2 Januari 2013]

Jonnata, Willem. ---. 2012. http://www.tribunnews.com. [2 Januari 2013] ---. ---. http://koran-jakarta.com. [2 Januari 2013]

---.---. 2012. http://gayahidup.plasa.msn.com. [2 Januari 2013] Yahya, Buya. 2011. Mewujudkan Kebahagiaan Dalam Berumah Tangga (Menjadikan

Pernikahan Seindah Impian). http://sharia4indonesia.com. [2 Januari 2013]

Baron, Robert and Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial (edisi 10). Jakarta : Erlangga Al-Qur’an (Al-Baqarah ayat 221 dan An-Nur ayat ayat 26)

(11)

Gambar

Gambar 1. Segitiga Cinta dari Sternberg (Baron and Byrne, 2005)
Tabel 1. Faktor yang Membedakan Pernikahan yang Sukses dan tidak Sukses
Tabel 2 Kunci Kebahagiaan Rumah tangga dalam Islam
Gambar 2 Berbagai Respon terhadap Hubungan yang Bermasalah

Referensi

Dokumen terkait

Semakin banyak perbendaharaan pengetahuan anak tentang dunia nyata semakin cepat perkembangan kognisi mereka terutama dalam kemampuan berfikir konvergen, kemampuan ini

Phoenix does a particularly poor job serving such students: while its stated 31 percent overall graduation rate is no cause for pride, its first-time-student graduation rate is

Konsentrasi garam NaCl hingga 3000 ppm berpengaruh tidak nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, laju perkecambahan, persentase kecambah normal, persentase

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Melihat keingintahuan masyarakat yang tinggi terhadap topik psikologi (termas- uk di dalamnya kesehatan mental), dan kondisi kesehatan mental masyarakat In- donesia yang

Maka, dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, dalam pelaksanaannya diharapkan kita dapat melakukan percobaan dengan baik, dimana selain memperkenalkan alat dan fungsinya kita

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Maklumat berikut berkaitan dengan dua jenis cukai yang dikenakan oleh kerajaan. Tarif spesifik sebanyak RM300 dikenakan ke atas setiap unit mesin pemotong daging