commit to user
i
CERITA RAKYAT GUA JLAMPRONG
DI DESA NGEPOSARI, KECAMATAN SEMANU
KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
(
Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor)SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan
guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh : DONY SETIYAWAN
C 0105016
JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Doni Setyawan
NIM : C 0105016
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul CERITA RAKYAT GUA
JLAMPRONG DI DESA NGEPOSARI, KECAMATAN SEMANU KABUPATEN
GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Sebuah Studi
Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor)adalah benar-benar karya sendiri
bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari
skripsi tersebut.
Surakarta, Mei 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user
v
MOTTO
Pelajari jalannya kemudian carilah jalan sendiri. (Biksu Tang dalam King of
Monkey)
Aja dadi macan kang ora duwe siyung ’Jangan menjadi harimau yang tidak memiliki gigi taring’ (penulis)
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Kepada Bapak dan Ibuku yang terhomat
Almamater yang kubanggakan
Kekasih hatiku tercinta
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Hanya kepada Allah SWT segala puji kehadiratNya dipanjatkan karena hanya
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya dan atas kasih-Nya yang
melimpah kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesukaran. Namun berkat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari beberapa pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu sudah sepantasnyalah apabila
dalam kesempatan ini dengan penuh ikhlas dan kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D.,selaku Dekan Fakultas Sastra beserta staf
yang telah mengijinkan penulis mengakhiri studi dengan pembuatan skripsi ini.
2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberi dorongan
serta bimbingan untuk mengakhiri studi.
3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah
dengan penuh perhatian dan kebijaksanaanya, serta yang selalu mengingatkan
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang senantiasa
commit to user
viii
5. Drs. Christiana Dwi Wardana, M.Hum., selaku pembimbing pertama, dengan
kesabaran, kegigihan, dan kedisiplinan mengarahkan penulis hingga selesainya
skripsi ini.
6. Siti Muslifah, S.S., M.Hum., selaku pembimbing kedua, dengan penuh
kesabaran mengarahkan dan memberi petunjuk yang sangat berguna bagi
penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan
yang sangat berguna kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Masyarakat Desa Ngeposari, Semanu beserta jajaran pemerintahan yang telah
memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sebagai data skripsi
9. Teman-teman Mahasiswa Sastra Daerah beserta saudara-saudaraku
Wiswakarman yang banyak membantu dan member masukan pada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu selesainya penyusunan skripsi ini. Semoga
kebaikan dari semua pihak tersebut di atas maupun yang tidak penulis sebut
mendapat imbalan yang layak dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini walau telah
diusahakan semaksimal mungkin, namun karena keterbatasan penulis, banyak
kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat
membangun penulis terima dengan terbuka.
Surakarta, Mei 2012
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Sinopsis Cerita
Lampiran II : Surat Penelitian
Lampiran III : Data Informan atau Narasumber
Lampiran IV : Pertanyaan dan jawaban Informan atau Narasumber
Lampiran V : Foto - Foto
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFAR LAMPIRAN... x
DAFTAR ISI... xi
ABSTRAK... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Sistematika Penulisan... 8
BAB II LANDASAN TEORI... 9
commit to user
xi
B. Pengertian Cerita Rakyat... 12
C. Mitos... 17
BAB III METODE PENELITIAN... 21
A. Bentuk Penelitan... 21
B. Lokasi Penelitian... 22
C. Sumber Data dan Data Penelitian... 23
D. Teknik Pengumpulan Data... 24
E. Teknik Pengolahan Data... 27
F. Populasi dan Sampel... 28
G. Validitas Data………. 30
H. Teknik Analisis Data……….. 31
BAB IV PEMBAHASAN... 34
A. Perbandingan Isi Cerita Rakyat Gua Jlamprong... 34
1. Versi Lisan………... 34
2. Versi Tertulis... 38
3. Suntingan Teks... 40
B. Bentuk dan Isi Cerita... 42
1. Bentuk Cerita... 42
2. Isi Cerita... 45
C. Fungsi dan Nilai Ajaran Cerita... 49
D. Bukti Artefak dari Cerita... 55
commit to user
xii
1. Fungsi Mitos... 57
2. Faktor Pengayatan Masyarakat terhadap Keberadaan Cerita Gua Jlamprong... 62
BAB V PENUTUP... 68
A. Kesimpulan... 68
B. Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA... 72
commit to user
xiii ABSTRAK
Dony Setyawan. C 0105016. Cerita Rakyat Gua Jlamprong Di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Alasan umum yang melatar belakangi penelitian cerita rakyat Cerita Rakyat Gua Jlamprong ini adalah, penelitian terhadap karya sastra dirasa kurang maksimal, dan sebagai bukti masih banyak karya sastra yang belum dijadikan obyek penelitian dan belum di kaji khususnya cerita rakyat Gua Jlamprong, cerita rakyat Gua Jlamprong mengandung ajaran yang berguna bagi pendukungnya dan cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakartasepengetahuan penulis belum ada yang meneliti, bentuk dan isi serta fungsi yang terkandung di dalam cerita rakyat Gua Jlamprong dan bukti artefak serta fungsi mitos cerita Gua Jlamprong.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana perbandingan isi cerita gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (2) Bagaimana bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong? (3) Bagaimana fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (4) Adakah bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong? dan (5) Apakah fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat?
Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui perbandingan isi cerita Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Mendiskripsikan bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong. (3) Mengetahui fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (4) Mengetahui bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong. (5) Mendiskripsikan fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat.
Teori yang digunakan adalah teori folklor. Teori folklor diambil karena penelitian terhadap cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan tinjauan folklor.
commit to user
xiv
bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yaitu informan dan buku. Data primer yaitu cerita tentang Gua Jlamprong dan penghayatan terhadap cerita rakyat tersebut dan data sekunder yaitu informan serta hasil referensi tertulis. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumen, observasi langsung, wawancara, dan analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.
commit to user
xv
commit to user
xvi
SARI PATHI
Dony Setyawan. C0105016. Cerita Rakyat Gua Jlamprong Di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ingkang dados alêsan panalitèn cariyos rakyat Guwa Jlamprong inggih mênika amargi kirangipun panalitèn babagan karya sastra lan minangka bukti, taksih kathah karya sastra ingkang dèrèng dipun dadosakên objek panalitèn, utaminipun cariyos rakyat Guwa Jlamprong, ingkang ngandhut piwucal ingkang migunani tumrap masyarakatipun lan cariyos rakyat Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daèrah Istimewa Yogyakarta mênika sapangêrtosan panulis dèrèng wonten inkang nêliti, saking wujud lan wosing sarta kagunan ingkang kakandhut wonten ing cariyos rakyat Gua Jlamprong lan bukti artefak sarta kagungan mitos cariyos Gua Jlamprong.
Pêrkawis ingkang dipun wêdhar wontên ing panalitèn mênika (1) Kados pundi wosing cariyos Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta? (2) Kados punapa kemawon wujud lan wosing cariyos kaliyan mitos ingkang wontên ing Guwa Jlamprong? (3) Punapa kemawon kagunan cariyos kagêm masyarakat ingkang kaèmot ing cariyos Guwa Jlamprong ing Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (4) punapa wontên bukti-bukti artefak ingkang wontên gandhèng cènèngipun kaliyan carios rakyat Guwa Jlamprong? Lan (5) punapa kagunan mitos lan penghayatan masyarakat tumrap wotênipun cariyos rakyat Guwa Jlamprong anggadhahi kêkiyatan budaya ingkang sagêd nuwuhakên tradisi-tradisi wontên ing masyarakat?
Panalitèn mênika anggadhahi ancas (1) mangêrtosi bèntênipun wosing cariyos Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) anggambarakên kaliyan wosipun cariyos sarta mitos ingkang wontên ing Gua Jlamprong. (3) mangêrtosi kagunan cariyos kagêm masyarakat ingkang kaèmot wontên ing cariyos rakyat Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. (4) ngawuningani bukti-bukti artefak ingkang wontên gandhèng cènèngipun kalihan cariyos rakyat Guwa Jlamprong. (5) anggambarakên pigunanipun mitos kalihan penghayatan masyarakat tumrap wontênipun cariyos rakyat Guwa Jlamprong anggadhahi kêkiyatan budaya ingkang sagêd nuwuhakên tradisi-tradisi wontên ing masyarakat.
commit to user
xvii
Metode panalitèn kagêm anggayuh wosing panalitèn mênika inggih papan dunungipun panalitèn wontên ing ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta kalêbêt wontên ing jenis panalitèn folklor, wujudipun panalitèn inggih mênika diskriptif kualitatif. Sumbêr data ingkang kapundhut inggih mênika saking informan kalihan buku. Data primer inggih mênika cariyos babagan Guwa Jlamprong kaliyan penghayatan dhumatêng cariyos rakyat kasêbat. Data sekunder inggih mênika informan sarta asil referensi ingkang sampun kasêrat. Tata cara ngêmpalakên data inggih mênika kanthi studi dokumèn, observasi langsung, wawancara, kalihan analisis wosing cariyos. Tata cara analisis data ingkang dipun agêm inggih mênika teknik analisis interaktif.
commit to user
xviii
(Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor)
Alasan umum yang melatar belakangi penelitian cerita rakyat Cerita Rakyat Gua Jlamprong ini adalah, penelitian terhadap karya sastra dirasa kurang maksimal, dan sebagai bukti masih banyak karya sastra yang belum dijadikan obyek penelitian dan belum di kaji khususnya cerita rakyat Gua Jlamprong, cerita rakyat Gua Jlamprong mengandung ajaran yang berguna bagi pendukungnya dan cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti, bentuk dan isi Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (2) Bagaimana bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong? (3) Bagaimana fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (4) Adakah bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong? dan
1
Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0105016
2
Dosen Pembimbing I
3
Dosen Pembimbing II
Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui perbandingan isi cerita Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Mendiskripsikan bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong. (3) Mengetahui fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (4) Mengetahui bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong. (5) Mendiskripsikan fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat.
Teori yang digunakan adalah teori folklor. Teori folklor diambil karena penelitian terhadap cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan tinjauan folklor.
Metode penelitian yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah lokasi penelitian yang berada di desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta jenis penelitian folklor, bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yaitu informan dan buku. Data primer yaitu cerita tentang Gua Jlamprong dan penghayatan terhadap cerita rakyat tersebut dan data sekunder yaitu informan serta hasil referensi tertulis. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumen, observasi langsung, wawancara, dan analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.
Jlamprong. Tokoh tersebut memiliki kekuatan-kekuatan magis yang disakralkan oleh masyarakat. Jlamprong ini adalah hewan harimau putih keturunan Kyai Kepek, masih melindungi mereka dan menjadi hewan piaraan sang penguasa di wilayah tersebut yaitu Gus Bandol dengan dua rekannya yang bernama Gus Kartijo, dan Gus Kartiman, ketiganya merupakan punggawa Majapahit yang saat itu tengah melakukan sasmito gaib di daerah yang banyak pohon Mojonya selain melakukan sasmito gaib mereka juga bergabung dengan rakyat dan melakukan bimbingan pertanian sehingga masyarakat bisa bercocok tanam sekalipun air sulit didapatkan disana, selain itu juga mengajarkan seni dan kebudayaan antara lain seni ukir batu ornamen yang hingga sekarang masih dilestarikan oleh penduduk Ngeposari bahkan menjadikannya mata pencaharian. (3) Cerita rakyat Gua Njlamprong merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang hidup pada masyarakat di Kelurahan Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Fungsi Cerita rakyat gua Jlamprong terkandung ajaran diantaranya: a) Ajaran untuk mengetahui asal-usul nenek moyangnya. b) Ajaran untuk menghargai jasa orang yang telah melakukan perbuatan yang bermanfaat. c) Ajaran untuk melestarikan budaya. d) Ajaran untuk mengetahui asal-usul suatu tempat. (4) Bukti artefak dari cerita rakyat gua Jlamprong adalah gua Jlamprong itu sendiri yang hingga saat ini masih terpelihara dengan baik oleh masyarakat. (5) Penghayatan masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat desa Ngeposari Kecamatan Semanu, masih banyak yang mengakui keberadaan Cerita Rakyat Gua Jlamprong. Masyarakat yang masih memegang teguh tradisi leluhurnya seperti masyarakat desa Ngeposari ini menganggap Cerita Rakyat Gua Jlamprong merupakan warisan budaya dan leluhurnya yang harus tetap dijaga dan dilestarikan sampai anak cucunya. Masyarakat desa Ngeposari mengadakan upacara Rasulan di gua Jlamprong pada setiap tahunnya yang tujuanya untuk mendoakan arwah para leluhur. Masyarakat desa Ngeposari juga menganggap bahwa upacara-upacara yang mereka lakukan
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu warisan dari leluhur adalah karya sastra. Karya sastra itu sendiri
terbagi menjadi dua yaitu karya sastra tulis dan karya sastra lisan. Prosa, puisi, cerita
pendek dan lain-lain merupakan karya sastra tulis, sedangkan yang merupakan sastra
lisan salah satunya yaitu folklor karena diceritakan dari mulut ke mulut.
Folklor yang ada didalam masyarakat sebagai bentuk cerita dari mulut ke
mulut yang sampai sekarang masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Sementara
menurut James Danandjaya (1984:4), definisi folklor secara keseluruhan adalah :
sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun,
diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik
dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat
pembantu mengingat.
Pada umumnya folklor mempunyai makna dan amanat yang tersembunyi
dibalik cerita yang tersebar di masyarakat. Cerita tersebut bertujuan untuk
menghormati, memuja dan memohon keselamatan serta ucapan syukur kepada Tuhan
melalui para leluhur dan peninggalannya. Mereka percaya bahwa keterbatasan yang
dimiliki oleh manusia dapat diatasi dengan keterlibatan para leluhurnya dan
peninggalannya, sehingga akhirnya mempercayai dan meyakini adanya cerita rakyat .
commit to user
Folklor merupakan salah satu bentuk upaya manusia untuk melestarikan
kebudayaan dan adat yang telah dibuat oleh leluhurnya kemudian diteruskan secara
turun menurun kepada masyarakat. Melalui folklor tersebut manusia dapat
mengetahui asal-usul ataupun kejadian dimana cerita rakyat itu diceritakan kepada
masyarakat. Cerita rakyat Gua Jlamprong disebarkan secara lisan dan sampai saat ini
masih diyakini kebenarannya oleh masyarakat Desa Ngeposari dan sekitarnya, karena
cerita rakyat Gua Jlamprong disebarkan secara lisan maka digolongkan sebagai cerita
lisan atau folklor. Folklor sendiri merupakan manifestasi kreatifitas sekelompok
masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Cerita
rakyat dalam penyebarannya biasanya bersifat kolektif atau terbatas pada kelompok
masyarakat tertentu dan menjadi kebanggaan daerah yang bersangkutan. Gua
Jlamprong sendiri merupakan kebanggaan masyarakat Kelurahan Ngeposari. Adapun
cerita tersebut mengisahkan tentang perang antara Majapahit dan Demak yang
merupakan perang antara ayah dan anak. Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami
kekalahan akibatnya kekuasaan berpindah ke Kerajaan Demak, sehingga sang ayah
Prabu Brawijaya V beserta keluarga dan abdi dalem yang tidak mau tunduk pada
Kerajaan Demak pergi ke Jawa Tengah untuk memenuhi sasmito gaib bahwa wahyu
keraton selamanya berada di Jawa Tengah.
Gus Bandol Puspito seorang punggawa perang Majapahit bersama dengan
beberapa prajurit lainnya sampailah pada suatu tempat yang banyak terdapat pohon
mojo, maka daerah tersebut Dinamakan Padukuhan Mojo. Di daerah ini Gus Bandol
beserta para prajurit lainnya menyatu dengan rakyat, dan memberi bimbingan pada
commit to user
terkenal daerah yang gersang namun masih dapat digunakan untuk bercocok tanam.
Selain itu mereka juga mengajarkan seni dan kebudayaan antara lain seni ukir batu
ornamen yang hingga sekarang masih dilestarikan oleh penduduk Ngeposari bahkan
menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian. Karena teraliri darah seni dari
nenek moyang maka generasi sekarang terampil dalam seni, diantaranya yaitu seni
suara seperti waranggono, penyanyi dan lain sebagainya. Di Desa Ngeposari ini
terdapat gua yang sangat indah, yang terletak di bawah dan di ketiga mulut guanya
ditumbuhi pepohonan rindang yang membuat udara disekitar gua menjadi sejuk
sampai menusuk ke hati. Gua tersebut dinamakan Gua Jlamprong, yang konon nama
tersebut berasal dari harimau yang menunggu gua. Harimau tersebut merupakan
keturunan dari harimau putih yang bernama Kyai Kepek. Pada suatu hari ketika
Jlamprong berburu ke hutan kemudian ia mencari sasaran hewan lain yang akan
menjadi santapannya. Dapatlah ia seekor mangsa lalu memakannya, namun disaat ia
memakan mangsa hasil buruannya itu, mulutnya tertusuk tulang rusuk mangsa
tersebut dan tidak bisa dikeluarkan. Harimau tersebut hanya bisa meraung-raung
kesakitan.
Beberapa saat kemudian Jlamprong bertemu dengan Mbah Bodo, yang ingin
menolongnya namun rasa takut menghinggapi diri Mbah Bodo. Karena niatnya yang
kuat untuk menolong maka Mbah Bodo mengumpulkan keberaniannya untuk
mengambil tulang yang menancap di mulut Jlamprong. Akhirnya tulang tersebut
dapat diambil dan si Jlamprong sangat berterima kasih karena telah ditolong.
Jlamprong berjanji akan membalas budi karena telah terlepas dari maut yang
commit to user
membawakan binatang hasil buruannya dan sangat menurut dengan Mbah Bodo.
Setiap malam saat panen ketela Jlamprong selalu setia menemani Mbah Bodo di
dekat perapian yang dibuat dari kumpulan kotoran hewan untuk menunggu hasil
tanaman yang akan dipanen Mbah Bodo. Karena begitu setianya maka harimau
tersebut diberi kalung Gentho sebagai tanda kasih sayang karena telah sering
membantu manusia terutama penduduk sekitar Desa Ngeposari. Untuk mengenang
budi baik harimau tersebut, yang meskipun merupakan hewan yang buas namun tetap
baik budinya dengan sering menolong penduduk, maka gua tempat tinggal harimau
tersebut dinamakan Gua Jlamprong dan sampai sekarang masyarakat disekitar Desa
Ngeposari masih percaya kalau Jlamprong masih melindungi mereka.
Hingga saat ini arwah dari Gus Bandol dipercaya masih berada di dalam Gua
Jlamprong dan Jlamprong menjadi hewan peliharaannya yang akan selalu melindungi
masyarakat sekitar. Sampai saat ini masyarakat sekitar masih mengingat dan
mengenang kebaikan budi Gus Bandol beserta para punggawa Majapahit lainnya
dengan cara pada waktu tertentu memberikan sesaji dan membersihkan gua, yang
menjadi tempat tinggal Jlamprong dan sekitar tempat Gus Bandol bertapa hingga
muksa.
Masyarakat Ngeposari masih percaya dengan cerita rakyat Gua Jlamprong.
Mereka meyakini kalau Jlamprong hewan harimau putih keturunan Kyai Kepek,
masih melindungi mereka dan menjadi hewan piaraan sang penguasa di wilayah
tersebut yaitu Gus Bandol dengan dua rekannya yang bernama Gus Kartijo, dan Gus
commit to user
masyarakat Padukuhan Mojo dan Semuluh mengadakan ritual dan sesaji yang disebut
dengan rasulan untuk bersih dusun. Dalam acara tersebut masyarakat menggunakan
beberapa sesajen yang dipersembahkan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa serta roh
disekitar yang melindungi. Salah satunya Nyi Ageng Kramawati sebagai penguasa
daerah Sumber Kecemut.
Alasan yang melatarbelakangi peneliti mengambil objek penelitian Gua
Jlamprong adalah selain pada cerita rakyat juga peneliti tertarik adat atau tradisi,
dokumentasi dan ajaran. Masyarakat di sekitar Gua Jlamprong yang masih sangat
percaya pada Cerita Rakyat Gua Jlamprong dengan melestarikan tata cara adat atau
tradisi yang dilakukan nenek moyang mereka hingga sekarang. Kurangnya
pendokumentasian tentang cerita rakyat sehingga membuat peneliti tertarik untuk
mendokumentasikan cerita rakyat tersebut. Alasan selanjutnya yaitu adanya ajaran
yang bagus sehingga perlu penguraian lebih dalam tentang ajaran baik yang
terkandung dalam cerita rakyat tersebut.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah pada profil masyarakat pendukung cerita,
bentuk, isi, fungsi, pengaruh cerita rakyat yang terdapat di Gua Jlamprong bagi
masyarakat dan bukti artefaknya serta kekuatan budaya yang menimbulkan
penghayatan masyarakat. Adapun langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah
mengkaji cerita rakyat yang terkandung dalam cerita rakyat Gua Jlamprong di
commit to user
Istimewa Yogyakarta yang kemudian dilanjutkan dengan menganalisis ajaran, budaya
serta tradisi yang ada dalam cerita rakyat Gua Jlamprong.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dimuka, maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana perbandingan isi cerita gua Jlamprong di Desa Ngeposari,
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong?
3. Bagaimana fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita
rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta?
4. Adakah bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong?
5. Apakah fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita
rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan
tradisi-tradisi dalam masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan
tersebut, Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbandingan isi cerita Gua Jlamprong di Desa Ngeposari,
commit to user
2. Mendiskripsikan bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua
Jlamprong.
3. Mengetahui fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita
rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Mengetahui bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua
Jlamprong.
5. Mendiskripsikan fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap
keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang
mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat yang ingin dicapai adalah mampu
menggunakan dan memanfaatkan teori yang telah ada untuk mengetahui
asal-usul, isi dan bentuk, fungsi serta pengaruh cerita rakyat Gua Jlamprong bagi
masyarakat pendukungnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan mengenai pendekatan teori folklor bagi perkembangan sastra dan
dapat dijadikan sebagai sumber ilmu bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
commit to user
a. Pendokumentasian cerita rakyat dalam bentuk tulisan sebagai naskah salah
satu aset kekayaan lisan Nusantara
b. Pendokumentasian dalam bentuk video untuk memberikan gambaran yang
tepat mengenai cerita rakyat Gua Jlamprong yang ada di masyarakat.
c. Bahan penelitian lebih lanjut.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori meliputi Pendekatan cerita rakyat terdiri dari
pengertian cerita rakyat, ciri dan bentuk, serta fungsi dari cerita
rakyat. Pendekatan folklor dan pendekatan mitos
BAB III : METODE PENELITIAN
Metode penelitian meliputi lokasi penelitian, bentuk penelitian,
sumber data dan data, teknik pengumpulan data, populasi dan
sempel, dan validitas data.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan meliputi deskripsi dan analisis.
BAB V : PENUTUP
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
Pendekatan yang akan diterapkan dalam melakukan penelitian folklor. Secara
etimologis kata folklor adalah pengindonesiaan kata Inggris Folklore. Kata itu adalah
kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Folk adalah sinonim
dengan kolektif yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama
serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Sedangkan
lore adalah tradisi folk yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun
temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat
atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). (James Dananjaja, 1997: 2)
Penelitian Folklor meliputi tiga tahap yaitu pengumpulan, pengulangan dan
penganalisisan. Sedangkan menurut James Danandjaja peneliti dapat melakukan tiga
tahap penelitian terhadap objek penelitian yang meliputi:
1. Pendekatan Folklor
a. Tahap Pra Penelitian di Tempat
Sebelum melakukan penelitian, dimana peneliti terjun langsung ke
daerah yang akan dijadikan objek penelitian dalam bentuk folklor maka harus
mengadakan persiapan yang matang, ini akan lebih meminimalisir hambatan
yang akan terjadi saat penelitian.
commit to user
b. Tahap Penelitian di Tempat Sesungguhnya
Tahap ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang harmonis
dengan informan, maka sebagai peneliti harus jujur, rendah hati dan tidak
bersikap menggurui. Sikap yang demikian akan membuat informan dengan
cepat menerima dan memberikan semua keterangan yang diperlukan. Di
lapangan peneliti harus bersikap yang jujur, rendah hati, dan tidak sombong
ataupun menggurui, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan
informan. Adapun cara yang digunakan untuk memperoleh bahan folklor
ditempat adalah melalui wawancara dengan informan dan melakukan
pengamatan. Jika sikap kita dengan informan sopan maka kemungkinan
informan akan menerima peneliti dengan baik dan memberikan keterangan
selengkap-lengkapnya yang diperlukan untuk bahan penelitian.
c. Cara Pembuatan Naskah Folklor Bagi Kearsipan
Sebelum kita membuat naskah bagi kearsipan maka harus dipastikan
bahwa folklor tersebut diakui dan dipercaya oleh masyarakat. Cerita Rakyat
Gua Jlamprong diakui keberadaannya dan dipercaya masyarakat sekitar. Pada
setiap naskah koleksi folklor harus mengandung tiga macam bahan yaitu :
1) Teks bentuk foklor yang dikumpulkan.
2) Konteks teks yang bersangkutan.
3) Pendekatan dan penilaian informasi maupun pengumpulan foklor.
Jadi kesimpulannya foklor adalah sebagian kebudayaan yang
commit to user
dipercaya oleh masyarakat, maka bukan termasuk cerita rakyat. Masyarakat di
Desa Ngeposari sebagai pemilik cerita tersebut masih melaksanakan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang timbul karena adanya cerita
tersebut.
Menurut James Danandjaja pada setiap naskah koleksi folklor harus
mengandung tiga bahan yaitu teks bentuk folklor yang dikumpulkan, konteks
teks yang bersangkutan, pendekatan dan penilaian informasi serta
pengumpulan foklor. James Danandjaja, 1984:Bab III menerangkan bahwa
foklor terdiri dari dua bentuk yaitu folklor lisan dan folklor sebagian lisan.
Adapun bentuk folklor lisan terdiri dari:
1) Bahasa rakyat, yaitu bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam bahasa
rakyat berupak logat atau dialek bahasa – bahasa Nusantara.
2) Ungkapan tradisional, yakni termasuk dalam bentuk folklor semacam ini
adalah peribahasa (peribahasa yang sesungguhnya, peribahasa tidak
lengkap kalimatnya, peribahasa perumpmaan) dan ungkapan (ungkapan
yang mirip peribahasa).
3) Pertanyaan tradisional, yakni yang lebih dikenal sebagai teka – teki
merupakan pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban
yang tradisional pula.
4) Sajak dan puisi rakyat, yakni folklor lisan yang memiliki kekhususan,
kalimatnya tidak berbentuk bebas, tetapi terikat. Sajak dan puisi rakyat
commit to user
jumlah larik maupun persajakan yang mengakhiri setiap lariknya. Yang
termasuk ke dalam jenis ini adalah paparikan, rarakitan, wawangian, serta
tembang berpupuh (sinom, dhandhanggula, dan seterusnya) juga termasuk
mantra.
5) Cerita prosa rakyat, yaitu jenis folklor yang paling banyak di teliti oleh
para ahli. Menurut Bascom ( 1965 : 44, dalam James Danandjaja, 1984 :
50), cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu mite
(myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale).
6) Nyanyian rakyat menurut Jan Harold Bruvand ( 1963 : 130, dalam
Danandjaja, 1984 :141 ) adalah salah satu genre atau bentuk folklore yang
terdiri atas kata – kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional serta mempunyai banyak varian.
Folklor berbentuk sebagian lisan antara lain kepercayaan rakyat, yang
sering kali juga disebut takhayul. Takhayul adalah kepercayaan yang oleh
orang berpendidikan barat dianggap sederhana, bahkan pander, tidak
berdasarkan logika, sehinga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenaranya ( James Danadjaja, 1984 : 153).
2. Pengertian Cerita Rakyat
Menurut James Danandjaja (1984:4) cerita rakyat adalah suatu karya
sastra yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan
dalam bentuk relatif tetap, atau dalam bentuk baku disebarkan diantara kolektif
commit to user
Cerita rakyat menurut kejadiannya dalam ruang dan waktu, cerita dapat
dibedakan atas cerita factual adalah cerita yang terjadi dalam ruang dan waktu.
Cerita fiktif yaitu yang tidak terjadi dalam ruang dan waktu, sedangkan cerita
factual adalah cerita yang terjadi dalam ruang dan waktu (Yus Rusyana, 1981:
14).
Sedangkan Winick (dalam Yus Rusyana, 1981: 14) berpendapat bahwa
cerita rakyat sebagai bagian dari foklor mengandung survival, yaitu sesuatu yang
masih terdapat dalam budaya masa kini sebagai peninggalan masa-masa
sebelumnya. Cerita rakyat sebagai bagian dari foklor merupakan bagian dari
persediaan cerita yang telah lama hidup dalam tradisi suatu masyarakat, baik
masyarakat itu telah lama dalam tradisi atau masyarakat, baik masyarakat itu telah
mengenal huruf atau belum. Perbedaannya dengan sastra tulisan yaitu sastra lisan
tidak mempunyai naskah, jika pun sastra lisan dituliskan, naskah itu hanyalah
merupakan catatan dari sastra lisan itu, misalnya mengenai gunanya dan perilaku
yang menyertainya (Elli Kongas Maranda dan Pierre Maranda dalam Yus
Rusyana, 1981: 10).
Cerita rakyat adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar
secara lisan, diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat
pendukungnya secara tradisional. Cerita rakyat yang di dalam bahasa Inggris
disebut dengan istilah foklates adalah sangat inklusif. Secara singkat dikatakan
bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari
commit to user
Elli Konggas Maranda (dalam Yus Rusyana 1981 : 10) berpendapat
bahwa cerita lisan sebagai bagian dari folklor merupakan bagian persediaan cerita
yang telah mengenal huruf atau belum. Perbedaannya dengan sastra tulis yaitu
sastra lisan tidak mempunyai naskah, jikapun sastra lisan dituliskan, naskah itu
hanyalah merupakan catatan dari sastra lisan itu, misalnya mengenai gunanya dan
perilaku yang menyertainya.
Sastra lisan atau dalam bahasa Inggris oral literature diartikan sebagai
unwritten literature, yaitu bentuk-bentuk sastra yang hidup dan tersebar secara
tidak tertulis (Finnegan, 1992: 9; Rusyana, 1978:1; Teeuw, 1984: 279). Sastra
lisan sering dipertukarkan dengan istilah tradisi lisan. Tradisi merupakan budaya
yang berguna, cara untuk melakukan suatu hal, unik, berproses dalam hal
pekerjaan, ide, atau nilai, dan kadang-kadang berkonotasi kuno serta muncul
secara alami. Jadi, tradisi lisan adalah tradisi yang bersifat verbal atau tidak
tertulis, milik masyarakat (folk), dan memiliki nilai (Finnegan, 1992: 7).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang diceritakan
secara lisan dari generasi-kegenerasi dalam waktu yang cukup lama dan relatif
sama dalam kolektif tertentu.
a. Ciri-ciri cerita rakyat
James Danandjaja (1984:4) berpendapat bahwa cerita rakyat sebagai
folklor mempunyai beberapa ciri pengenal yang membedakan dari
commit to user
1) Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan dari
mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2) Cerita rakyat memiliki versi yang berbeda-beda karena penyebarannya
secara lisan.
3) Cerita rakyat bersifat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif tetap
atau dalam bentuk standar disebarkan diantara kolektif tertentu dalam
waktu yang cukup lama.
4) Cerita rakyat anonym karena pengarangnya tidak diketahui lagi, maka
cerita rakyat telah menjadi milik masyarakat pendukungnya.
5) Cerita rakyat selalu menggunakan bentuk berpola yaitu menggunakan
kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan
mempunyai pembukuan dan penutupan yang baku. Gaya ini berlatar
belakang kultus terhadap peristiwa dan tokoh utamanya.
6) Cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif, yaitu
sebagai sarana pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi
keinginan terpendam.
7) Cerita rakyat mempunyai sifat-sifat prologis, dalam arti mempunyai
logika tersendiri, yaitu tentu saja lain dengan logika umum.
8) Cerita rakyat menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu. Dasar
anggapan ini sebagai akibat sifatnya yang anonym.
9) Cerita rakyat bersifat polos dan lugu, sehingga sering kali kelihatan kasar,
commit to user
Rusyana (1981: 17) menyebutkan ada tiga ciri dasar sastra lisan yaitu:
1) Sastra lisan tergantung kepada penutur, pendengar, ruang dan waktu
2) Antara Penutur dan pendengar terjadi kontak fisik sarana komunikasi
dilengkapi paralinguistik
3) Bersifat anonim
b. Bentuk cerita rakyat
Cerita rakyat memiliki ciri-ciri seperti yang telah disebutkan diatas dan
William R. Boscom membagi bentuk-bentuk cerita rakyat seperti di bawah
ini :
1) Mite mengandung tokoh-tokoh dewa atau setengah dewa. Tempat
terjadinya ditempat lain dan masa terjadinya jauh di masa purba.
2) Legenda adalah cerita yang mengandung ciri-ciri hampir sama dengan
mite. Tokoh dalam legenda tidak disakralkan oleh pendukungnya. Tokoh
merupakan manusia biasa yang mempunyai kekuatan-kekuatan gaip,
tempat terjadinya di dunia kita. Legenda tidak setua mite. Legenda
menceritakan terjadinya tempat, seperti : pulau, gunung, daerah/desa,
danau/sungai, dan sebagainya.
3) Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan tidak
terikat oleh ketentuan tentang pelaku, waktu dan tepat. Dongeng hanyalah
cerita khayalan belaka.
commit to user
Menurut Finnegan (1992: 128-129), sebagai folklore cerita rakyat
mempunyai enam fungsi yaitu:
1) fungsi untuk mendasari atau mengesahkan eksistensi suatu tatanan sosial.
2) membentuk atau mempertahankan identitas dan alat pengesahan
pengalaman.
3) sebagai paradigma untuk memahami suatu komunitas dan menentukan
serta membentuk pandangan dan kepribadian seseorang dalam komunitas
tersebut.
4) fungsi untuk menghibur.
5) untuk memahami bentuk-bentuk ideologi yang berbeda pada satu subjek
narasi yang bercerai berai namun tetap identik.
6) fungsi kognitif dan menyebarkan kaidah ritual dan pertunjukan.
Fungsi sastra lisan atau cerita rakyat akan selalu berubah sesuai
dengan kehendak masyarakat peneriamanya. Penghayatan seseorang
tergantung pada sikap individu itu sendiri, tergantung terhadap sikap individu
dalam menerima pengaruh dari luar dirinya.
3. Mitos
a. Pengertian Mitos
Mitos adalah suatu cerita yang benar – benar menjadi milik mereka
yang paling berharga, karena merupakan suatu yang suci, bermakna dan
menjadi contoh model bagi tindakan manusia. Mitos bukan hanya merupakan
commit to user
orientasi spiritual dan mental yang berhubungan dengan illahi ( Hari Susanto
1987 : 9).
Mitos berpijak pada fungsi mitos tersebut dalam kehidupan manusia.
Mitos bukan sekedar cerita mengenai kehidupan dewa-dewa, namun mitos
merupakan cerita yang mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku
manusia sehingga bisa bersikap bijaksana (Van Peursen, 1976 :42).
Mitos merupakan cerita yang sanggup memberikan arah serta
pedoman dalam kehidupan, karena manusia tidak dapat dilepaskan dengan
mitos begitu saja. Meskipun kebenaran mitos belum menjamin dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenaraanya.
Mitos juga merujuk kepada suatu cerita dalam sebuah kebudayaan
yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai sesuatu perkara yang pernah
berlaku pada suatu masa dahulu. Ia dianggap sebagai satu kepercayaan dan
kebenaran mutlak yang dijadikan sebagai rujukan yang dianggap suci dan
mempunyai konotasi upacara. Mitos sendiri sebenarnya ada yang berasal dari
luar negeri dan ada yang berasal dari Indonesia. Mitos yang berasal dari luar
negeri pada umumnya telah mengalami perubahan pengolahan lebih lanjut,
sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena
perubahan jaman. Menurut Monees-Zoeb orang Jawa bukan saja telah
mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi
dewa-dewa Hindu sebagai dewa-dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percata bahwa
commit to user
menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa,
terjadinya manusia pertama, dunia dewata dan terjadinya makanan pokok.
Dapat disimpulkan mitos adalah sebuah hal yang paling berharga
karena sesuatu yang suci dan bermakna, merujuk lepada satu cerita dalam
sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai sesuatu
perkara yang pernah berlaku pada statu masa dahulu, sehingga mitos mampu
memberikan arah dan pedoman tingkah laku manusia sehingga mampu
bersikap bijaksana karena manusia tidak dapat dilepaskan dengan mitos begitu
saja, meskipun kebenaran mitos Belem menjamin dan
mempertanggungjawabkan.
b. Fungsi Mitos
Van Peursen (1976 : 37) membagi fungsi mitos menjadi tiga macam
yaitu menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan – kekuatan gaib, memberikan jaminan pada masa kini, memberikan pengetahuan pada dunia.
Fungsi mitos ada tiga macam, yaitu menyadarkan manusia bahwa ada
kekuatan gaib, memberikan jaminan pada masa kini, dan memberikan
pengetahuan pada dunia. Fungsi mitos yang pertama adalah menyadarkan
manusia bahwa kekuatan-kekuatan ajaib, berarti mitos tersebut tidak
memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan itu, tetapi
membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya itu sebagai kekuatan
yang mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan sukunya, missal
commit to user
Fungsi mitos yang kedua yaitu mitos memberikan jaminan masa kini.
Misalnya pada bulan Sura, dilakukan suatu ritual tertentu atau
upacara-upacara dengan berbagai tarian-tarian, seperti pada zaman dahulu, pada suatu
kerajaan bila tidak dilakukan suatu upacara ritual akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Cerita serupa itu dipentaskan atau akan menampilkan
kembali peristiwa yang telah terjadi. Sehingga usaha serupa pada zaman
sekarang ini.
Fungsi ketiga adalah memberikan pengetahuan tentang dunia. Artinya
fungsi ini mirip dengan fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah bentuk penilitan diskriptif kualitatif. Bentuk
penelitian diskriptif kualitatif adalah data-data yang dikumpulkan berwujud kata –
kata dan gambar-gambar yang memiliki arti lebih sekedar angka-angka atau jumlah.
Hasil penelitian yang berupa catatan-catatan yang menggambarkan situasi yang
sebenarnya guna mendukung penyajian.(Sutopo, 1988:10).
Ada beberapa definisi mengenai penelitian kualitatif, menurut Bogdan dan
Taylor 1975: 5, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. (Dalam Moleong, 2007: 4)
Kirk dan Milner 1986: 9 memberikan definisi penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.
(Dalam Moleong, 2007: 4).
Disimpulkan oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindhakan, dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahsa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (2007: 4)
commit to user
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
atau deskripsi dari objek yang dikaji. Karena dalam wawancara nantinya akan
terdapat rekaman-rekaman, foto-foto lokasi catatan-catatan, dan lain-lain. Ciri-ciri
terpenting metode kualitatif adalah sebagai berikut :
1. Memberikan perhatian utama pada makna pesan, sesuai dengan hakikat objek,
yaitu sebagai studi kultural.
2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga
makna selalu berubah.
3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek peneliti
sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung diantaranya.
4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat
terbuka.
5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks budayanya
masing-masing.(Nyoman Kutha Ratna (2008 : 47 – 48)
Selain itu dengan penelitian deskriptif kualitatif ini akan memperoleh
berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang penuh nuansa yang lebih
berharga dari sekedar angka atau jumlah dalam bentuk angka (H.B. Sutopo, 1988 :9).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya 9 Km ke arah
commit to user
berbatasan dengan desa Ngipak di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan
desa Sidoreja, dan batas Timur berbatasan dengan Desa Candirejo dan sebelah Barat
Desa Semanu.
C. Sumber Data dan Data
Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Cerita Rakyat Gua
Jlamprong. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis maupun melalui
perekaman audio dan video serta pengambilan foto dan film. (Moleong, 2005:135)
Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui
tentang tentang cerita rakyat Gua Jlamprong antara lain yaitu juru kunci yang
berada di Gua Jlamprong, sesepuh desa Ngeposari, pejabat daerah, masyarakat
sekitar dan pengunjung dari luar.Dengan demikian, peneliti melakukan
pengamatan secara langsung dan wawancara ditempat, hasil dari pengamatan dan
wawancara tersebut berupa catatan dan rekaman.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah referensi maupun buku-buku
yang relevan dengan topik penelitian.
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
commit to user
Gua Jlamprong baik dari pihak masyarakat sekitar atau masyarakat pendatang serta
fungsi Cerita Rakyat Gua Jlamprong tersebut bagi masyarakat dan pendatang yang
berkunjung di tempat tersebut. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah
informasi-informasi pendukungnya, foto-foto, catatan lapangan, serta hasil referensi
tertulis yaitu buku-buku yang berkaitan dengan cerita rakyat dan sastra lisan , yang di
jadikan sebagai data pelengkap dalam penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah salah satu cara pengumpulan data dengan
melihat secara langsung fenomena yang terdapat dilokasi penelitian untuk
diungkapkan secara tepat. Pengumpulan teknik observasi langsung dalam
penelitian ini untuk mendapatkan keterangan tertentu tentang asal-usul cerita
rakyat di Gua Jlamprong. Observasi langsung dilakukan, supaya peneliti bisa
mengamati secara langsung dengan menggunakan alat indra, segala sesuatu yang
berhubungan dengan cerita tersebut.
2. Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data adalah wawancara, wawancara adalah
salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara peneliti tidak
akan mendapatkan informasi yang hanya di dapat dengan jalan bertanya terhadap
responden (Singarimbun dalam Sutopo,1988:192). Wawancara merupakan salah
commit to user
diangkat kepermukaan dalam penelitian kepada narasumber. Narasumber atau
informan adalah masyarakat pendukung yang mengetahui permasalahan dalam
penelitian.
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan menyimpulkan keterangan
yang ada pada kehidupan dalam suatu masyarakat serta pendirian mereka
merupakan suatu alat pembantu metode observasi langsung (Koentjaraningrat,
1983:129). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data atau keperluan yang diperlukan sebanyak-banyaknya dan
yang ada hubunganya dengan penelitian dalam masyarakat pemilik cerita rakyat
Gua Jlamprong untuk diambil data yang paling akurat. Jenis wawancara yang
digunakan ada dua yaitu wawancara tidak berstruktur atau bebas dan wawancara
berstruktur.
Wawancara terstruktur dilakukan dalam pencarian data sehubungan
dengan intansi yang terkait yang dapat memeberikan informasi sehubungan
dengan penelitian. Wawancara tidak tersetruktur digunakan dalam pencarian
informasi dalam masyarakat untuk mengetahui pemahaman masyarakat. Dalam
penelitian ini wawancara digunakan metode tidak berstruktur dilakukan dengan
suasana akrab dan kekeluargaan dengan memebuka pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat terbuka. Proses berlangsungnya wawancara dilakukan secara acak dan
commit to user
3. Content Analysis
Usaha untuk memanfaatkan dokumen yang padat, biasanya digunakan
teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan yaitu content analysis atau
yang dinamakan “kajian isi”. Holsti menyatakan bahwa kajian isi merupakan
teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif, dan sistematis
(dalam Moleong, 2007:220).
Teknik content analysis ini sering disebut analisis isi, adalah metode
penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk meraih kesimpulan
yang sahih dari sebuah buku atau dokumen (Weber dalam J.Moleong, 2006:
163). Cara menganalisa dokumen yang terpenting adalah reabilitas data, dengan
mencari data dari dokumen atau artikel yang telah diterbitkan oleh departemen
pendidikan nasional yang di jadikan bahan tambahan untuk dijadikan pelengkap
dalam penarikan kesimpulan, selain itu digunakan untuk mengecek reabilitas hasil
kesimpulan dan informan yang bersangkutan. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari kesalahpahaman dan menafsiran yang berbeda-beda.
Dokumen-dokumen ada hubunganya dengan Cerita Rakyat Gua
Jlamprong yang berwujud rekaman, artikel atau data tertulis lainya dapat
dicocokan dengan hasil penelitian yang didapat peneliti dari informan sehingga
terhindar dari salah penafsiran dan diperoleh reabilitas data.
Pengumpulan data perlu mencantumkan data hasil wawancara maupun
commit to user
didalam data hasil wawancra untuk diambil data yang paling akurat. Mencatat
data hasil wawancara dan pengamatan perlu di perhatikan antara data sebenarnya
dengan hasil interpretasi sebagai seorang peneliti, karena dalam penelitian
seorang peneliti dapat dipertahankan subyektifitas dalam pengolahan data.
E. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini cerita lisannya mengenai Gua Jlamprong yang
berada di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah
Istimewa Yogyakarta ini dijadikan sebagai populasi penelitian karena terkait dengan
cerita asal-usul Cerita Gua Jlamprong. Daerah tersebut memiliki populasi yang tinggi.
Dalam penentuan sampel dalam populasi tesebut digunakan cara Purposive Sampling
(penentuan sampel). Dalam Purposive Sampling subyeknya didasarkan atas diri atau
sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri sifat
populasi itu sendiri (Sutresno Hadi, 1982: 29) Populasi dalam penelitian ini adalah
penduduk Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah
Istimewa Yogyakarta. Terletak di sebuah bukit lereng bagian selatan gugusan
Pegunungan Seribu Gunung Kidul
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian secara
langsung yang mewakili populasi atau mewakili populasi secara keseluruhan. (Edi
Subroto, 1992: 25). Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini
commit to user
menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan
bangunannya (contructions) (Moleong, 2007: 224)
Tujuan dari teknik sampling seperti yang dikatakan oleh Moleong adalah :
1. Merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik.
2. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
muncul.(2007: 224)
Metode pengumpulan dan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Dalam purposive sampling subyeknya didasarkan atas diri atau sifat-sifat tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri sifat populasi itu sendiri
(Sutrisno Hadi, 1982:29). Sampel dalam penelitian ini informan yang dianggap bisa
mewakili pendapat dan keterangannya. Masyarakat yang berhubungan dengan
upacara adat dipilih beberapa sampel untuk mewakili kelompoknya sebanyak 5
informan dengan kriteria :
1. Sebagai tokoh masyarakat
2. Sebagai pemuka agama
3. Sebagai sesepuh desa
4. Sebagai masyarakat berpendidikan
5. Sebagai kaum muda
commit to user
Untuk meningkatkan kualitas dan keabsahan data dalam penelitian maka
peningkatan kualitas data memakai sistem trianggulasi data yaitu, teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagian pembandingan terhadap data lain. Trianggulasi data adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap data itu (Lexy
J. Moloeng,1989:79). Trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari
berbagai sumber data yang berbeda (Pattan dalam Sutopo,1988:32). Dengan demikian
kebenaran data yang satun akan diuji atau dibandingkan dengan data yang lain dari
sumber data yang lain, sehingga bisa dihasilkan data yang valid.
Langkah kerja teknik ini adalah membandingkan balik tingkat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Patton,
commit to user
Dalam penelitian ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil
pembandingan tersebut merupakan kesamaan pasangan, pendapat atau pemikiran.
Yang penting disini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya
perbedaan-perbedaan tersebut. (Patton, 1987: 331, dalam Moleong, 331: 2007)
Sebelum penulis terjun langsung ke lapangan, penulis melakukan survei
lapangan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mencari informan yang
tersebar di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dalam melakukan penelitian lapangan, didapatkan berbagai
macam informasi tentang gua Jlamprong. Ternyata dalam proses penelitian terdapat
perbedaan-perbedaan data yang didapatkan, akan tetapi banyak pula kesamaan data
yang didapatkan. Jadi dalam proses pencarian data tentang gua Jlamprong. Setelah
meninjau kembali ke lapangan dan data yang diperoleh sesuai yang diharapkan, yaitu
data yang berupa gugon tuhon pernikahan, kehamilan, dan kematian, maka data
dipastikan benar-benar valid dan dapat dilanjutkan proses yang selanjutnya.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton,
1990: 268, dalam Moleong: 2007: 280). Analisis data adalah proses yang merinci
usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis. (ide) seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema
dan hipotesis itu. (Bogdan dan Taylor, 1975: 79, dalam Moleong ,2007: 280). Teknik
commit to user
interaktif adalah penelitian yang bergerak diantara tiga komponen, yang meliputi
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Wujud data merupakan suatu
kesatuan siklus yang menempatkan peneliti tetap bergerak diantara ketiga siklus.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interakatif adalah penelitian yang bergerak diantara tiga komponen, yang meliputi
reduksi data, penyajian data dalam penarikan kesimpulan. Wujud data merupakan
suatu kesatuan siklus yang menempatkan peneliti tetap bergerak diantara tiga siklus.
1. Reduksi Data: dalam tahap ini dilakukan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dari hasil – hasil observasi data yang masih bersifat kasar.
2. Peyajian Data: merupakan kegiatan merakit data yang telah direduksi, maka dapat
diketahui segala sesuatu yang terjadi sehingga berguna dalam analisa nanti,
kemudian dilanjutkan dengan mereduksi hasil penyajian data.
3. Kesimpulan: data yang dianalisis kemudian direduksi secara cermat guna
mendapatkan kajian yang kuat dan berusaha mengadakan kesimpulan setelah data
diperoleh secara siklus.
Adapun model analisis data Miles dan Huberman
Sumber : Sutopo, 2002: 96 Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
commit to user
Reduksi data diartikan sebagai proses pemulihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan atau transformasi data yang sering muncul dari
catatan-catatan tertulis selama pengumpulan data berlangsung, maka terjadilah
tahapan reduksi (meringkas, mengkode, menelusuri tema dan lain-lain) sampai pada
proses penyajian data.
Reduksi dan sajian data harus disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan
unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu
pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik
kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi
maupun sajian datanya. Proses akhir penelitian ini sangat tergantung pada
kemantapan dan keyakinan peneliti terhadap apa yang diperoleh selama dalam
commit to user BAB IV
PEMBAHASAN
A. Profil Masyarakat Desa Ngeposari
1. Kondisi Geografis
Penelitian ini dilakukan di Desa Ngeposari Kecamatan Semanu Kabupaten
Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administratif Desa Ngeposari
termasuk wilayah Kecamatan Semanu Kabupaten Daerah Tingkat II Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Ngeposari ini berada di 186 mdl dari permukaan
laut dengan suhu rata-rata 240 - 320. Tinggi curah hujan 2.200Mm dengan jumlah
bulan hujan 6 bulan.
Secar orbitrasi Desa Ngeposari ini jarak dari kota kecamatan ada 2 km, dari
kota kabupaten 9 Km. Desa Ngeposari secara administratif berdampingan atau
dibatasi oleh desa atau kelurahan yang lain adapun batas-batas wilayahnya adalah:
Tabel 1 : Batas wilayah Desa Ngeposari.
Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan
Utara Ngipak Karangmojo
Timur Candirejo Semanu
Selatan Sidorejo Ponjong
Barat Semanu Semanu
Sumber : Data monografi Kelurahan Desa Ngeposari Tahun 2012
commit to user
Desa Ngeposari mempunyai luas wilayah 1169,7597 ha/m2 terdiri dari 16
RT an 5 RW. Garis besar tata guna lahan desa Ngeposari dibagi menjadi tiga bagian
yaitu sawah, tanah kering (pemukiman) dan prasarana umum. Pembagian tataguna
lahan desa Ngeposari secara jelas dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 2 : Penggunaan lahan Desa Ngeposari.
NO TATA GUNA LAHAN LUAS LAHAN (Ha) PERSENTASE (%)
1 Sawah 844,343 72,18
2 Pemukiman 309,8325 26,49
3 Prasarana umum 15,5842 1,33
Jumlah 1169,7597 100
Sumber: Data monografi Desa Ngeposari Tahun 2012
2. Kondisi Demografis
Desa Ngeposari memiliki jumlah penduduk 9.402 jiwa yang terdiri dari
4.473 laki-laki dan 4.929 perempuan.
a. Komposisi Penduduk menurut Usia
Penduduk Desa Ngeposari sesuai dengan usia sesuai dengan data