• Tidak ada hasil yang ditemukan

CERITA RAKYAT GUA JLAMPRONG DI DESA NGEPOSARI, KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CERITA RAKYAT GUA JLAMPRONG DI DESA NGEPOSARI, KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

CERITA RAKYAT GUA JLAMPRONG

DI DESA NGEPOSARI, KECAMATAN SEMANU

KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

(

Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan

guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh : DONY SETIYAWAN

C 0105016

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Doni Setyawan

NIM : C 0105016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul CERITA RAKYAT GUA

JLAMPRONG DI DESA NGEPOSARI, KECAMATAN SEMANU KABUPATEN

GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Sebuah Studi

Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor)adalah benar-benar karya sendiri

bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari

skripsi tersebut.

Surakarta, Mei 2012

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

MOTTO

Pelajari jalannya kemudian carilah jalan sendiri. (Biksu Tang dalam King of

Monkey)

Aja dadi macan kang ora duwe siyung ’Jangan menjadi harimau yang tidak memiliki gigi taring’ (penulis)

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Kepada Bapak dan Ibuku yang terhomat

Almamater yang kubanggakan

Kekasih hatiku tercinta

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Hanya kepada Allah SWT segala puji kehadiratNya dipanjatkan karena hanya

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya dan atas kasih-Nya yang

melimpah kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan dan

kesukaran. Namun berkat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari beberapa pihak,

akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu sudah sepantasnyalah apabila

dalam kesempatan ini dengan penuh ikhlas dan kerendahan hati penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D.,selaku Dekan Fakultas Sastra beserta staf

yang telah mengijinkan penulis mengakhiri studi dengan pembuatan skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberi dorongan

serta bimbingan untuk mengakhiri studi.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah

dengan penuh perhatian dan kebijaksanaanya, serta yang selalu mengingatkan

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang senantiasa

(8)

commit to user

viii

5. Drs. Christiana Dwi Wardana, M.Hum., selaku pembimbing pertama, dengan

kesabaran, kegigihan, dan kedisiplinan mengarahkan penulis hingga selesainya

skripsi ini.

6. Siti Muslifah, S.S., M.Hum., selaku pembimbing kedua, dengan penuh

kesabaran mengarahkan dan memberi petunjuk yang sangat berguna bagi

penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan

yang sangat berguna kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Masyarakat Desa Ngeposari, Semanu beserta jajaran pemerintahan yang telah

memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sebagai data skripsi

9. Teman-teman Mahasiswa Sastra Daerah beserta saudara-saudaraku

Wiswakarman yang banyak membantu dan member masukan pada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu selesainya penyusunan skripsi ini. Semoga

kebaikan dari semua pihak tersebut di atas maupun yang tidak penulis sebut

mendapat imbalan yang layak dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini walau telah

diusahakan semaksimal mungkin, namun karena keterbatasan penulis, banyak

kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat

membangun penulis terima dengan terbuka.

Surakarta, Mei 2012

(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Sinopsis Cerita

Lampiran II : Surat Penelitian

Lampiran III : Data Informan atau Narasumber

Lampiran IV : Pertanyaan dan jawaban Informan atau Narasumber

Lampiran V : Foto - Foto

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI... xi

ABSTRAK... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan... 8

BAB II LANDASAN TEORI... 9

(11)

commit to user

xi

B. Pengertian Cerita Rakyat... 12

C. Mitos... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A. Bentuk Penelitan... 21

B. Lokasi Penelitian... 22

C. Sumber Data dan Data Penelitian... 23

D. Teknik Pengumpulan Data... 24

E. Teknik Pengolahan Data... 27

F. Populasi dan Sampel... 28

G. Validitas Data………. 30

H. Teknik Analisis Data……….. 31

BAB IV PEMBAHASAN... 34

A. Perbandingan Isi Cerita Rakyat Gua Jlamprong... 34

1. Versi Lisan………... 34

2. Versi Tertulis... 38

3. Suntingan Teks... 40

B. Bentuk dan Isi Cerita... 42

1. Bentuk Cerita... 42

2. Isi Cerita... 45

C. Fungsi dan Nilai Ajaran Cerita... 49

D. Bukti Artefak dari Cerita... 55

(12)

commit to user

xii

1. Fungsi Mitos... 57

2. Faktor Pengayatan Masyarakat terhadap Keberadaan Cerita Gua Jlamprong... 62

BAB V PENUTUP... 68

A. Kesimpulan... 68

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA... 72

(13)

commit to user

xiii ABSTRAK

Dony Setyawan. C 0105016. Cerita Rakyat Gua Jlamprong Di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Alasan umum yang melatar belakangi penelitian cerita rakyat Cerita Rakyat Gua Jlamprong ini adalah, penelitian terhadap karya sastra dirasa kurang maksimal, dan sebagai bukti masih banyak karya sastra yang belum dijadikan obyek penelitian dan belum di kaji khususnya cerita rakyat Gua Jlamprong, cerita rakyat Gua Jlamprong mengandung ajaran yang berguna bagi pendukungnya dan cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakartasepengetahuan penulis belum ada yang meneliti, bentuk dan isi serta fungsi yang terkandung di dalam cerita rakyat Gua Jlamprong dan bukti artefak serta fungsi mitos cerita Gua Jlamprong.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana perbandingan isi cerita gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (2) Bagaimana bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong? (3) Bagaimana fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (4) Adakah bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong? dan (5) Apakah fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat?

Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui perbandingan isi cerita Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Mendiskripsikan bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong. (3) Mengetahui fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (4) Mengetahui bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong. (5) Mendiskripsikan fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat.

Teori yang digunakan adalah teori folklor. Teori folklor diambil karena penelitian terhadap cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan tinjauan folklor.

(14)

commit to user

xiv

bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yaitu informan dan buku. Data primer yaitu cerita tentang Gua Jlamprong dan penghayatan terhadap cerita rakyat tersebut dan data sekunder yaitu informan serta hasil referensi tertulis. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumen, observasi langsung, wawancara, dan analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.

(15)

commit to user

xv

(16)

commit to user

xvi

SARI PATHI

Dony Setyawan. C0105016. Cerita Rakyat Gua Jlamprong Di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ingkang dados alêsan panalitèn cariyos rakyat Guwa Jlamprong inggih mênika amargi kirangipun panalitèn babagan karya sastra lan minangka bukti, taksih kathah karya sastra ingkang dèrèng dipun dadosakên objek panalitèn, utaminipun cariyos rakyat Guwa Jlamprong, ingkang ngandhut piwucal ingkang migunani tumrap masyarakatipun lan cariyos rakyat Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daèrah Istimewa Yogyakarta mênika sapangêrtosan panulis dèrèng wonten inkang nêliti, saking wujud lan wosing sarta kagunan ingkang kakandhut wonten ing cariyos rakyat Gua Jlamprong lan bukti artefak sarta kagungan mitos cariyos Gua Jlamprong.

Pêrkawis ingkang dipun wêdhar wontên ing panalitèn mênika (1) Kados pundi wosing cariyos Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta? (2) Kados punapa kemawon wujud lan wosing cariyos kaliyan mitos ingkang wontên ing Guwa Jlamprong? (3) Punapa kemawon kagunan cariyos kagêm masyarakat ingkang kaèmot ing cariyos Guwa Jlamprong ing Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (4) punapa wontên bukti-bukti artefak ingkang wontên gandhèng cènèngipun kaliyan carios rakyat Guwa Jlamprong? Lan (5) punapa kagunan mitos lan penghayatan masyarakat tumrap wotênipun cariyos rakyat Guwa Jlamprong anggadhahi kêkiyatan budaya ingkang sagêd nuwuhakên tradisi-tradisi wontên ing masyarakat?

Panalitèn mênika anggadhahi ancas (1) mangêrtosi bèntênipun wosing cariyos Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) anggambarakên kaliyan wosipun cariyos sarta mitos ingkang wontên ing Gua Jlamprong. (3) mangêrtosi kagunan cariyos kagêm masyarakat ingkang kaèmot wontên ing cariyos rakyat Guwa Jlamprong ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. (4) ngawuningani bukti-bukti artefak ingkang wontên gandhèng cènèngipun kalihan cariyos rakyat Guwa Jlamprong. (5) anggambarakên pigunanipun mitos kalihan penghayatan masyarakat tumrap wontênipun cariyos rakyat Guwa Jlamprong anggadhahi kêkiyatan budaya ingkang sagêd nuwuhakên tradisi-tradisi wontên ing masyarakat.

(17)

commit to user

xvii

Metode panalitèn kagêm anggayuh wosing panalitèn mênika inggih papan dunungipun panalitèn wontên ing ing Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta kalêbêt wontên ing jenis panalitèn folklor, wujudipun panalitèn inggih mênika diskriptif kualitatif. Sumbêr data ingkang kapundhut inggih mênika saking informan kalihan buku. Data primer inggih mênika cariyos babagan Guwa Jlamprong kaliyan penghayatan dhumatêng cariyos rakyat kasêbat. Data sekunder inggih mênika informan sarta asil referensi ingkang sampun kasêrat. Tata cara ngêmpalakên data inggih mênika kanthi studi dokumèn, observasi langsung, wawancara, kalihan analisis wosing cariyos. Tata cara analisis data ingkang dipun agêm inggih mênika teknik analisis interaktif.

(18)

commit to user

xviii

(19)

(Sebuah Studi Inventarisasi, Dokumentasi, dan Fungsi Folklor)

Alasan umum yang melatar belakangi penelitian cerita rakyat Cerita Rakyat Gua Jlamprong ini adalah, penelitian terhadap karya sastra dirasa kurang maksimal, dan sebagai bukti masih banyak karya sastra yang belum dijadikan obyek penelitian dan belum di kaji khususnya cerita rakyat Gua Jlamprong, cerita rakyat Gua Jlamprong mengandung ajaran yang berguna bagi pendukungnya dan cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti, bentuk dan isi Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (2) Bagaimana bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong? (3) Bagaimana fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta? (4) Adakah bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong? dan

1

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0105016

2

Dosen Pembimbing I

3

Dosen Pembimbing II

Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui perbandingan isi cerita Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Mendiskripsikan bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong. (3) Mengetahui fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (4) Mengetahui bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong. (5) Mendiskripsikan fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat.

Teori yang digunakan adalah teori folklor. Teori folklor diambil karena penelitian terhadap cerita rakyat Gua Jlamprong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan tinjauan folklor.

Metode penelitian yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah lokasi penelitian yang berada di desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta jenis penelitian folklor, bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yaitu informan dan buku. Data primer yaitu cerita tentang Gua Jlamprong dan penghayatan terhadap cerita rakyat tersebut dan data sekunder yaitu informan serta hasil referensi tertulis. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumen, observasi langsung, wawancara, dan analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.

(20)

Jlamprong. Tokoh tersebut memiliki kekuatan-kekuatan magis yang disakralkan oleh masyarakat. Jlamprong ini adalah hewan harimau putih keturunan Kyai Kepek, masih melindungi mereka dan menjadi hewan piaraan sang penguasa di wilayah tersebut yaitu Gus Bandol dengan dua rekannya yang bernama Gus Kartijo, dan Gus Kartiman, ketiganya merupakan punggawa Majapahit yang saat itu tengah melakukan sasmito gaib di daerah yang banyak pohon Mojonya selain melakukan sasmito gaib mereka juga bergabung dengan rakyat dan melakukan bimbingan pertanian sehingga masyarakat bisa bercocok tanam sekalipun air sulit didapatkan disana, selain itu juga mengajarkan seni dan kebudayaan antara lain seni ukir batu ornamen yang hingga sekarang masih dilestarikan oleh penduduk Ngeposari bahkan menjadikannya mata pencaharian. (3) Cerita rakyat Gua Njlamprong merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang hidup pada masyarakat di Kelurahan Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Fungsi Cerita rakyat gua Jlamprong terkandung ajaran diantaranya: a) Ajaran untuk mengetahui asal-usul nenek moyangnya. b) Ajaran untuk menghargai jasa orang yang telah melakukan perbuatan yang bermanfaat. c) Ajaran untuk melestarikan budaya. d) Ajaran untuk mengetahui asal-usul suatu tempat. (4) Bukti artefak dari cerita rakyat gua Jlamprong adalah gua Jlamprong itu sendiri yang hingga saat ini masih terpelihara dengan baik oleh masyarakat. (5) Penghayatan masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat desa Ngeposari Kecamatan Semanu, masih banyak yang mengakui keberadaan Cerita Rakyat Gua Jlamprong. Masyarakat yang masih memegang teguh tradisi leluhurnya seperti masyarakat desa Ngeposari ini menganggap Cerita Rakyat Gua Jlamprong merupakan warisan budaya dan leluhurnya yang harus tetap dijaga dan dilestarikan sampai anak cucunya. Masyarakat desa Ngeposari mengadakan upacara Rasulan di gua Jlamprong pada setiap tahunnya yang tujuanya untuk mendoakan arwah para leluhur. Masyarakat desa Ngeposari juga menganggap bahwa upacara-upacara yang mereka lakukan

(21)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu warisan dari leluhur adalah karya sastra. Karya sastra itu sendiri

terbagi menjadi dua yaitu karya sastra tulis dan karya sastra lisan. Prosa, puisi, cerita

pendek dan lain-lain merupakan karya sastra tulis, sedangkan yang merupakan sastra

lisan salah satunya yaitu folklor karena diceritakan dari mulut ke mulut.

Folklor yang ada didalam masyarakat sebagai bentuk cerita dari mulut ke

mulut yang sampai sekarang masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Sementara

menurut James Danandjaya (1984:4), definisi folklor secara keseluruhan adalah :

sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun,

diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik

dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat

pembantu mengingat.

Pada umumnya folklor mempunyai makna dan amanat yang tersembunyi

dibalik cerita yang tersebar di masyarakat. Cerita tersebut bertujuan untuk

menghormati, memuja dan memohon keselamatan serta ucapan syukur kepada Tuhan

melalui para leluhur dan peninggalannya. Mereka percaya bahwa keterbatasan yang

dimiliki oleh manusia dapat diatasi dengan keterlibatan para leluhurnya dan

peninggalannya, sehingga akhirnya mempercayai dan meyakini adanya cerita rakyat .

(22)

commit to user

Folklor merupakan salah satu bentuk upaya manusia untuk melestarikan

kebudayaan dan adat yang telah dibuat oleh leluhurnya kemudian diteruskan secara

turun menurun kepada masyarakat. Melalui folklor tersebut manusia dapat

mengetahui asal-usul ataupun kejadian dimana cerita rakyat itu diceritakan kepada

masyarakat. Cerita rakyat Gua Jlamprong disebarkan secara lisan dan sampai saat ini

masih diyakini kebenarannya oleh masyarakat Desa Ngeposari dan sekitarnya, karena

cerita rakyat Gua Jlamprong disebarkan secara lisan maka digolongkan sebagai cerita

lisan atau folklor. Folklor sendiri merupakan manifestasi kreatifitas sekelompok

masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Cerita

rakyat dalam penyebarannya biasanya bersifat kolektif atau terbatas pada kelompok

masyarakat tertentu dan menjadi kebanggaan daerah yang bersangkutan. Gua

Jlamprong sendiri merupakan kebanggaan masyarakat Kelurahan Ngeposari. Adapun

cerita tersebut mengisahkan tentang perang antara Majapahit dan Demak yang

merupakan perang antara ayah dan anak. Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami

kekalahan akibatnya kekuasaan berpindah ke Kerajaan Demak, sehingga sang ayah

Prabu Brawijaya V beserta keluarga dan abdi dalem yang tidak mau tunduk pada

Kerajaan Demak pergi ke Jawa Tengah untuk memenuhi sasmito gaib bahwa wahyu

keraton selamanya berada di Jawa Tengah.

Gus Bandol Puspito seorang punggawa perang Majapahit bersama dengan

beberapa prajurit lainnya sampailah pada suatu tempat yang banyak terdapat pohon

mojo, maka daerah tersebut Dinamakan Padukuhan Mojo. Di daerah ini Gus Bandol

beserta para prajurit lainnya menyatu dengan rakyat, dan memberi bimbingan pada

(23)

commit to user

terkenal daerah yang gersang namun masih dapat digunakan untuk bercocok tanam.

Selain itu mereka juga mengajarkan seni dan kebudayaan antara lain seni ukir batu

ornamen yang hingga sekarang masih dilestarikan oleh penduduk Ngeposari bahkan

menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian. Karena teraliri darah seni dari

nenek moyang maka generasi sekarang terampil dalam seni, diantaranya yaitu seni

suara seperti waranggono, penyanyi dan lain sebagainya. Di Desa Ngeposari ini

terdapat gua yang sangat indah, yang terletak di bawah dan di ketiga mulut guanya

ditumbuhi pepohonan rindang yang membuat udara disekitar gua menjadi sejuk

sampai menusuk ke hati. Gua tersebut dinamakan Gua Jlamprong, yang konon nama

tersebut berasal dari harimau yang menunggu gua. Harimau tersebut merupakan

keturunan dari harimau putih yang bernama Kyai Kepek. Pada suatu hari ketika

Jlamprong berburu ke hutan kemudian ia mencari sasaran hewan lain yang akan

menjadi santapannya. Dapatlah ia seekor mangsa lalu memakannya, namun disaat ia

memakan mangsa hasil buruannya itu, mulutnya tertusuk tulang rusuk mangsa

tersebut dan tidak bisa dikeluarkan. Harimau tersebut hanya bisa meraung-raung

kesakitan.

Beberapa saat kemudian Jlamprong bertemu dengan Mbah Bodo, yang ingin

menolongnya namun rasa takut menghinggapi diri Mbah Bodo. Karena niatnya yang

kuat untuk menolong maka Mbah Bodo mengumpulkan keberaniannya untuk

mengambil tulang yang menancap di mulut Jlamprong. Akhirnya tulang tersebut

dapat diambil dan si Jlamprong sangat berterima kasih karena telah ditolong.

Jlamprong berjanji akan membalas budi karena telah terlepas dari maut yang

(24)

commit to user

membawakan binatang hasil buruannya dan sangat menurut dengan Mbah Bodo.

Setiap malam saat panen ketela Jlamprong selalu setia menemani Mbah Bodo di

dekat perapian yang dibuat dari kumpulan kotoran hewan untuk menunggu hasil

tanaman yang akan dipanen Mbah Bodo. Karena begitu setianya maka harimau

tersebut diberi kalung Gentho sebagai tanda kasih sayang karena telah sering

membantu manusia terutama penduduk sekitar Desa Ngeposari. Untuk mengenang

budi baik harimau tersebut, yang meskipun merupakan hewan yang buas namun tetap

baik budinya dengan sering menolong penduduk, maka gua tempat tinggal harimau

tersebut dinamakan Gua Jlamprong dan sampai sekarang masyarakat disekitar Desa

Ngeposari masih percaya kalau Jlamprong masih melindungi mereka.

Hingga saat ini arwah dari Gus Bandol dipercaya masih berada di dalam Gua

Jlamprong dan Jlamprong menjadi hewan peliharaannya yang akan selalu melindungi

masyarakat sekitar. Sampai saat ini masyarakat sekitar masih mengingat dan

mengenang kebaikan budi Gus Bandol beserta para punggawa Majapahit lainnya

dengan cara pada waktu tertentu memberikan sesaji dan membersihkan gua, yang

menjadi tempat tinggal Jlamprong dan sekitar tempat Gus Bandol bertapa hingga

muksa.

Masyarakat Ngeposari masih percaya dengan cerita rakyat Gua Jlamprong.

Mereka meyakini kalau Jlamprong hewan harimau putih keturunan Kyai Kepek,

masih melindungi mereka dan menjadi hewan piaraan sang penguasa di wilayah

tersebut yaitu Gus Bandol dengan dua rekannya yang bernama Gus Kartijo, dan Gus

(25)

commit to user

masyarakat Padukuhan Mojo dan Semuluh mengadakan ritual dan sesaji yang disebut

dengan rasulan untuk bersih dusun. Dalam acara tersebut masyarakat menggunakan

beberapa sesajen yang dipersembahkan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa serta roh

disekitar yang melindungi. Salah satunya Nyi Ageng Kramawati sebagai penguasa

daerah Sumber Kecemut.

Alasan yang melatarbelakangi peneliti mengambil objek penelitian Gua

Jlamprong adalah selain pada cerita rakyat juga peneliti tertarik adat atau tradisi,

dokumentasi dan ajaran. Masyarakat di sekitar Gua Jlamprong yang masih sangat

percaya pada Cerita Rakyat Gua Jlamprong dengan melestarikan tata cara adat atau

tradisi yang dilakukan nenek moyang mereka hingga sekarang. Kurangnya

pendokumentasian tentang cerita rakyat sehingga membuat peneliti tertarik untuk

mendokumentasikan cerita rakyat tersebut. Alasan selanjutnya yaitu adanya ajaran

yang bagus sehingga perlu penguraian lebih dalam tentang ajaran baik yang

terkandung dalam cerita rakyat tersebut.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi masalah pada profil masyarakat pendukung cerita,

bentuk, isi, fungsi, pengaruh cerita rakyat yang terdapat di Gua Jlamprong bagi

masyarakat dan bukti artefaknya serta kekuatan budaya yang menimbulkan

penghayatan masyarakat. Adapun langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah

mengkaji cerita rakyat yang terkandung dalam cerita rakyat Gua Jlamprong di

(26)

commit to user

Istimewa Yogyakarta yang kemudian dilanjutkan dengan menganalisis ajaran, budaya

serta tradisi yang ada dalam cerita rakyat Gua Jlamprong.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dimuka, maka permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana perbandingan isi cerita gua Jlamprong di Desa Ngeposari,

Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Bagaimana bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua Jlamprong?

3. Bagaimana fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita

rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu,

Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta?

4. Adakah bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua Jlamprong?

5. Apakah fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap keberadaan cerita

rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang mampu menimbulkan

tradisi-tradisi dalam masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan

tersebut, Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbandingan isi cerita Gua Jlamprong di Desa Ngeposari,

(27)

commit to user

2. Mendiskripsikan bentuk dan isi cerita serta mitos yang terdapat di Gua

Jlamprong.

3. Mengetahui fungsi cerita bagi masyarakat yang terkandung didalam cerita

rakyat Gua Jlamprong di Dukuh Mojo, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu,

Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Mengetahui bukti-bukti artefak yang terkait dengan cerita rakyat Gua

Jlamprong.

5. Mendiskripsikan fungsi mitos dan penghayatan masyarakat terhadap

keberadaan cerita rakyat Gua Jlamprong memiliki kekuatan budaya yang

mampu menimbulkan tradisi-tradisi dalam masyarakat.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat yang ingin dicapai adalah mampu

menggunakan dan memanfaatkan teori yang telah ada untuk mengetahui

asal-usul, isi dan bentuk, fungsi serta pengaruh cerita rakyat Gua Jlamprong bagi

masyarakat pendukungnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan mengenai pendekatan teori folklor bagi perkembangan sastra dan

dapat dijadikan sebagai sumber ilmu bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

(28)

commit to user

a. Pendokumentasian cerita rakyat dalam bentuk tulisan sebagai naskah salah

satu aset kekayaan lisan Nusantara

b. Pendokumentasian dalam bentuk video untuk memberikan gambaran yang

tepat mengenai cerita rakyat Gua Jlamprong yang ada di masyarakat.

c. Bahan penelitian lebih lanjut.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan teori meliputi Pendekatan cerita rakyat terdiri dari

pengertian cerita rakyat, ciri dan bentuk, serta fungsi dari cerita

rakyat. Pendekatan folklor dan pendekatan mitos

BAB III : METODE PENELITIAN

Metode penelitian meliputi lokasi penelitian, bentuk penelitian,

sumber data dan data, teknik pengumpulan data, populasi dan

sempel, dan validitas data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pembahasan meliputi deskripsi dan analisis.

BAB V : PENUTUP

(29)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

Pendekatan yang akan diterapkan dalam melakukan penelitian folklor. Secara

etimologis kata folklor adalah pengindonesiaan kata Inggris Folklore. Kata itu adalah

kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Folk adalah sinonim

dengan kolektif yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama

serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Sedangkan

lore adalah tradisi folk yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara turun

temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat

atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). (James Dananjaja, 1997: 2)

Penelitian Folklor meliputi tiga tahap yaitu pengumpulan, pengulangan dan

penganalisisan. Sedangkan menurut James Danandjaja peneliti dapat melakukan tiga

tahap penelitian terhadap objek penelitian yang meliputi:

1. Pendekatan Folklor

a. Tahap Pra Penelitian di Tempat

Sebelum melakukan penelitian, dimana peneliti terjun langsung ke

daerah yang akan dijadikan objek penelitian dalam bentuk folklor maka harus

mengadakan persiapan yang matang, ini akan lebih meminimalisir hambatan

yang akan terjadi saat penelitian.

(30)

commit to user

b. Tahap Penelitian di Tempat Sesungguhnya

Tahap ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang harmonis

dengan informan, maka sebagai peneliti harus jujur, rendah hati dan tidak

bersikap menggurui. Sikap yang demikian akan membuat informan dengan

cepat menerima dan memberikan semua keterangan yang diperlukan. Di

lapangan peneliti harus bersikap yang jujur, rendah hati, dan tidak sombong

ataupun menggurui, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan

informan. Adapun cara yang digunakan untuk memperoleh bahan folklor

ditempat adalah melalui wawancara dengan informan dan melakukan

pengamatan. Jika sikap kita dengan informan sopan maka kemungkinan

informan akan menerima peneliti dengan baik dan memberikan keterangan

selengkap-lengkapnya yang diperlukan untuk bahan penelitian.

c. Cara Pembuatan Naskah Folklor Bagi Kearsipan

Sebelum kita membuat naskah bagi kearsipan maka harus dipastikan

bahwa folklor tersebut diakui dan dipercaya oleh masyarakat. Cerita Rakyat

Gua Jlamprong diakui keberadaannya dan dipercaya masyarakat sekitar. Pada

setiap naskah koleksi folklor harus mengandung tiga macam bahan yaitu :

1) Teks bentuk foklor yang dikumpulkan.

2) Konteks teks yang bersangkutan.

3) Pendekatan dan penilaian informasi maupun pengumpulan foklor.

Jadi kesimpulannya foklor adalah sebagian kebudayaan yang

(31)

commit to user

dipercaya oleh masyarakat, maka bukan termasuk cerita rakyat. Masyarakat di

Desa Ngeposari sebagai pemilik cerita tersebut masih melaksanakan

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang timbul karena adanya cerita

tersebut.

Menurut James Danandjaja pada setiap naskah koleksi folklor harus

mengandung tiga bahan yaitu teks bentuk folklor yang dikumpulkan, konteks

teks yang bersangkutan, pendekatan dan penilaian informasi serta

pengumpulan foklor. James Danandjaja, 1984:Bab III menerangkan bahwa

foklor terdiri dari dua bentuk yaitu folklor lisan dan folklor sebagian lisan.

Adapun bentuk folklor lisan terdiri dari:

1) Bahasa rakyat, yaitu bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam bahasa

rakyat berupak logat atau dialek bahasa – bahasa Nusantara.

2) Ungkapan tradisional, yakni termasuk dalam bentuk folklor semacam ini

adalah peribahasa (peribahasa yang sesungguhnya, peribahasa tidak

lengkap kalimatnya, peribahasa perumpmaan) dan ungkapan (ungkapan

yang mirip peribahasa).

3) Pertanyaan tradisional, yakni yang lebih dikenal sebagai teka – teki

merupakan pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban

yang tradisional pula.

4) Sajak dan puisi rakyat, yakni folklor lisan yang memiliki kekhususan,

kalimatnya tidak berbentuk bebas, tetapi terikat. Sajak dan puisi rakyat

(32)

commit to user

jumlah larik maupun persajakan yang mengakhiri setiap lariknya. Yang

termasuk ke dalam jenis ini adalah paparikan, rarakitan, wawangian, serta

tembang berpupuh (sinom, dhandhanggula, dan seterusnya) juga termasuk

mantra.

5) Cerita prosa rakyat, yaitu jenis folklor yang paling banyak di teliti oleh

para ahli. Menurut Bascom ( 1965 : 44, dalam James Danandjaja, 1984 :

50), cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu mite

(myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale).

6) Nyanyian rakyat menurut Jan Harold Bruvand ( 1963 : 130, dalam

Danandjaja, 1984 :141 ) adalah salah satu genre atau bentuk folklore yang

terdiri atas kata – kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional serta mempunyai banyak varian.

Folklor berbentuk sebagian lisan antara lain kepercayaan rakyat, yang

sering kali juga disebut takhayul. Takhayul adalah kepercayaan yang oleh

orang berpendidikan barat dianggap sederhana, bahkan pander, tidak

berdasarkan logika, sehinga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan

kebenaranya ( James Danadjaja, 1984 : 153).

2. Pengertian Cerita Rakyat

Menurut James Danandjaja (1984:4) cerita rakyat adalah suatu karya

sastra yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan

dalam bentuk relatif tetap, atau dalam bentuk baku disebarkan diantara kolektif

(33)

commit to user

Cerita rakyat menurut kejadiannya dalam ruang dan waktu, cerita dapat

dibedakan atas cerita factual adalah cerita yang terjadi dalam ruang dan waktu.

Cerita fiktif yaitu yang tidak terjadi dalam ruang dan waktu, sedangkan cerita

factual adalah cerita yang terjadi dalam ruang dan waktu (Yus Rusyana, 1981:

14).

Sedangkan Winick (dalam Yus Rusyana, 1981: 14) berpendapat bahwa

cerita rakyat sebagai bagian dari foklor mengandung survival, yaitu sesuatu yang

masih terdapat dalam budaya masa kini sebagai peninggalan masa-masa

sebelumnya. Cerita rakyat sebagai bagian dari foklor merupakan bagian dari

persediaan cerita yang telah lama hidup dalam tradisi suatu masyarakat, baik

masyarakat itu telah lama dalam tradisi atau masyarakat, baik masyarakat itu telah

mengenal huruf atau belum. Perbedaannya dengan sastra tulisan yaitu sastra lisan

tidak mempunyai naskah, jika pun sastra lisan dituliskan, naskah itu hanyalah

merupakan catatan dari sastra lisan itu, misalnya mengenai gunanya dan perilaku

yang menyertainya (Elli Kongas Maranda dan Pierre Maranda dalam Yus

Rusyana, 1981: 10).

Cerita rakyat adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar

secara lisan, diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat

pendukungnya secara tradisional. Cerita rakyat yang di dalam bahasa Inggris

disebut dengan istilah foklates adalah sangat inklusif. Secara singkat dikatakan

bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari

(34)

commit to user

Elli Konggas Maranda (dalam Yus Rusyana 1981 : 10) berpendapat

bahwa cerita lisan sebagai bagian dari folklor merupakan bagian persediaan cerita

yang telah mengenal huruf atau belum. Perbedaannya dengan sastra tulis yaitu

sastra lisan tidak mempunyai naskah, jikapun sastra lisan dituliskan, naskah itu

hanyalah merupakan catatan dari sastra lisan itu, misalnya mengenai gunanya dan

perilaku yang menyertainya.

Sastra lisan atau dalam bahasa Inggris oral literature diartikan sebagai

unwritten literature, yaitu bentuk-bentuk sastra yang hidup dan tersebar secara

tidak tertulis (Finnegan, 1992: 9; Rusyana, 1978:1; Teeuw, 1984: 279). Sastra

lisan sering dipertukarkan dengan istilah tradisi lisan. Tradisi merupakan budaya

yang berguna, cara untuk melakukan suatu hal, unik, berproses dalam hal

pekerjaan, ide, atau nilai, dan kadang-kadang berkonotasi kuno serta muncul

secara alami. Jadi, tradisi lisan adalah tradisi yang bersifat verbal atau tidak

tertulis, milik masyarakat (folk), dan memiliki nilai (Finnegan, 1992: 7).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang diceritakan

secara lisan dari generasi-kegenerasi dalam waktu yang cukup lama dan relatif

sama dalam kolektif tertentu.

a. Ciri-ciri cerita rakyat

James Danandjaja (1984:4) berpendapat bahwa cerita rakyat sebagai

folklor mempunyai beberapa ciri pengenal yang membedakan dari

(35)

commit to user

1) Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan dari

mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2) Cerita rakyat memiliki versi yang berbeda-beda karena penyebarannya

secara lisan.

3) Cerita rakyat bersifat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif tetap

atau dalam bentuk standar disebarkan diantara kolektif tertentu dalam

waktu yang cukup lama.

4) Cerita rakyat anonym karena pengarangnya tidak diketahui lagi, maka

cerita rakyat telah menjadi milik masyarakat pendukungnya.

5) Cerita rakyat selalu menggunakan bentuk berpola yaitu menggunakan

kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan

mempunyai pembukuan dan penutupan yang baku. Gaya ini berlatar

belakang kultus terhadap peristiwa dan tokoh utamanya.

6) Cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif, yaitu

sebagai sarana pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi

keinginan terpendam.

7) Cerita rakyat mempunyai sifat-sifat prologis, dalam arti mempunyai

logika tersendiri, yaitu tentu saja lain dengan logika umum.

8) Cerita rakyat menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu. Dasar

anggapan ini sebagai akibat sifatnya yang anonym.

9) Cerita rakyat bersifat polos dan lugu, sehingga sering kali kelihatan kasar,

(36)

commit to user

Rusyana (1981: 17) menyebutkan ada tiga ciri dasar sastra lisan yaitu:

1) Sastra lisan tergantung kepada penutur, pendengar, ruang dan waktu

2) Antara Penutur dan pendengar terjadi kontak fisik sarana komunikasi

dilengkapi paralinguistik

3) Bersifat anonim

b. Bentuk cerita rakyat

Cerita rakyat memiliki ciri-ciri seperti yang telah disebutkan diatas dan

William R. Boscom membagi bentuk-bentuk cerita rakyat seperti di bawah

ini :

1) Mite mengandung tokoh-tokoh dewa atau setengah dewa. Tempat

terjadinya ditempat lain dan masa terjadinya jauh di masa purba.

2) Legenda adalah cerita yang mengandung ciri-ciri hampir sama dengan

mite. Tokoh dalam legenda tidak disakralkan oleh pendukungnya. Tokoh

merupakan manusia biasa yang mempunyai kekuatan-kekuatan gaip,

tempat terjadinya di dunia kita. Legenda tidak setua mite. Legenda

menceritakan terjadinya tempat, seperti : pulau, gunung, daerah/desa,

danau/sungai, dan sebagainya.

3) Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan tidak

terikat oleh ketentuan tentang pelaku, waktu dan tepat. Dongeng hanyalah

cerita khayalan belaka.

(37)

commit to user

Menurut Finnegan (1992: 128-129), sebagai folklore cerita rakyat

mempunyai enam fungsi yaitu:

1) fungsi untuk mendasari atau mengesahkan eksistensi suatu tatanan sosial.

2) membentuk atau mempertahankan identitas dan alat pengesahan

pengalaman.

3) sebagai paradigma untuk memahami suatu komunitas dan menentukan

serta membentuk pandangan dan kepribadian seseorang dalam komunitas

tersebut.

4) fungsi untuk menghibur.

5) untuk memahami bentuk-bentuk ideologi yang berbeda pada satu subjek

narasi yang bercerai berai namun tetap identik.

6) fungsi kognitif dan menyebarkan kaidah ritual dan pertunjukan.

Fungsi sastra lisan atau cerita rakyat akan selalu berubah sesuai

dengan kehendak masyarakat peneriamanya. Penghayatan seseorang

tergantung pada sikap individu itu sendiri, tergantung terhadap sikap individu

dalam menerima pengaruh dari luar dirinya.

3. Mitos

a. Pengertian Mitos

Mitos adalah suatu cerita yang benar – benar menjadi milik mereka

yang paling berharga, karena merupakan suatu yang suci, bermakna dan

menjadi contoh model bagi tindakan manusia. Mitos bukan hanya merupakan

(38)

commit to user

orientasi spiritual dan mental yang berhubungan dengan illahi ( Hari Susanto

1987 : 9).

Mitos berpijak pada fungsi mitos tersebut dalam kehidupan manusia.

Mitos bukan sekedar cerita mengenai kehidupan dewa-dewa, namun mitos

merupakan cerita yang mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku

manusia sehingga bisa bersikap bijaksana (Van Peursen, 1976 :42).

Mitos merupakan cerita yang sanggup memberikan arah serta

pedoman dalam kehidupan, karena manusia tidak dapat dilepaskan dengan

mitos begitu saja. Meskipun kebenaran mitos belum menjamin dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenaraanya.

Mitos juga merujuk kepada suatu cerita dalam sebuah kebudayaan

yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai sesuatu perkara yang pernah

berlaku pada suatu masa dahulu. Ia dianggap sebagai satu kepercayaan dan

kebenaran mutlak yang dijadikan sebagai rujukan yang dianggap suci dan

mempunyai konotasi upacara. Mitos sendiri sebenarnya ada yang berasal dari

luar negeri dan ada yang berasal dari Indonesia. Mitos yang berasal dari luar

negeri pada umumnya telah mengalami perubahan pengolahan lebih lanjut,

sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena

perubahan jaman. Menurut Monees-Zoeb orang Jawa bukan saja telah

mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi

dewa-dewa Hindu sebagai dewa-dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percata bahwa

(39)

commit to user

menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa,

terjadinya manusia pertama, dunia dewata dan terjadinya makanan pokok.

Dapat disimpulkan mitos adalah sebuah hal yang paling berharga

karena sesuatu yang suci dan bermakna, merujuk lepada satu cerita dalam

sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai sesuatu

perkara yang pernah berlaku pada statu masa dahulu, sehingga mitos mampu

memberikan arah dan pedoman tingkah laku manusia sehingga mampu

bersikap bijaksana karena manusia tidak dapat dilepaskan dengan mitos begitu

saja, meskipun kebenaran mitos Belem menjamin dan

mempertanggungjawabkan.

b. Fungsi Mitos

Van Peursen (1976 : 37) membagi fungsi mitos menjadi tiga macam

yaitu menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan – kekuatan gaib, memberikan jaminan pada masa kini, memberikan pengetahuan pada dunia.

Fungsi mitos ada tiga macam, yaitu menyadarkan manusia bahwa ada

kekuatan gaib, memberikan jaminan pada masa kini, dan memberikan

pengetahuan pada dunia. Fungsi mitos yang pertama adalah menyadarkan

manusia bahwa kekuatan-kekuatan ajaib, berarti mitos tersebut tidak

memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan itu, tetapi

membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya itu sebagai kekuatan

yang mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan sukunya, missal

(40)

commit to user

Fungsi mitos yang kedua yaitu mitos memberikan jaminan masa kini.

Misalnya pada bulan Sura, dilakukan suatu ritual tertentu atau

upacara-upacara dengan berbagai tarian-tarian, seperti pada zaman dahulu, pada suatu

kerajaan bila tidak dilakukan suatu upacara ritual akan terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan. Cerita serupa itu dipentaskan atau akan menampilkan

kembali peristiwa yang telah terjadi. Sehingga usaha serupa pada zaman

sekarang ini.

Fungsi ketiga adalah memberikan pengetahuan tentang dunia. Artinya

fungsi ini mirip dengan fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam

(41)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah bentuk penilitan diskriptif kualitatif. Bentuk

penelitian diskriptif kualitatif adalah data-data yang dikumpulkan berwujud kata –

kata dan gambar-gambar yang memiliki arti lebih sekedar angka-angka atau jumlah.

Hasil penelitian yang berupa catatan-catatan yang menggambarkan situasi yang

sebenarnya guna mendukung penyajian.(Sutopo, 1988:10).

Ada beberapa definisi mengenai penelitian kualitatif, menurut Bogdan dan

Taylor 1975: 5, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. (Dalam Moleong, 2007: 4)

Kirk dan Milner 1986: 9 memberikan definisi penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.

(Dalam Moleong, 2007: 4).

Disimpulkan oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindhakan, dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahsa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (2007: 4)

(42)

commit to user

Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran

atau deskripsi dari objek yang dikaji. Karena dalam wawancara nantinya akan

terdapat rekaman-rekaman, foto-foto lokasi catatan-catatan, dan lain-lain. Ciri-ciri

terpenting metode kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Memberikan perhatian utama pada makna pesan, sesuai dengan hakikat objek,

yaitu sebagai studi kultural.

2. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian sehingga

makna selalu berubah.

3. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek peneliti

sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung diantaranya.

4. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian bersifat

terbuka.

5. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks budayanya

masing-masing.(Nyoman Kutha Ratna (2008 : 47 – 48)

Selain itu dengan penelitian deskriptif kualitatif ini akan memperoleh

berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang penuh nuansa yang lebih

berharga dari sekedar angka atau jumlah dalam bentuk angka (H.B. Sutopo, 1988 :9).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu,

Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya 9 Km ke arah

(43)

commit to user

berbatasan dengan desa Ngipak di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan

desa Sidoreja, dan batas Timur berbatasan dengan Desa Candirejo dan sebelah Barat

Desa Semanu.

C. Sumber Data dan Data

Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Cerita Rakyat Gua

Jlamprong. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis maupun melalui

perekaman audio dan video serta pengambilan foto dan film. (Moleong, 2005:135)

Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer

dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui

tentang tentang cerita rakyat Gua Jlamprong antara lain yaitu juru kunci yang

berada di Gua Jlamprong, sesepuh desa Ngeposari, pejabat daerah, masyarakat

sekitar dan pengunjung dari luar.Dengan demikian, peneliti melakukan

pengamatan secara langsung dan wawancara ditempat, hasil dari pengamatan dan

wawancara tersebut berupa catatan dan rekaman.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah referensi maupun buku-buku

yang relevan dengan topik penelitian.

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer

(44)

commit to user

Gua Jlamprong baik dari pihak masyarakat sekitar atau masyarakat pendatang serta

fungsi Cerita Rakyat Gua Jlamprong tersebut bagi masyarakat dan pendatang yang

berkunjung di tempat tersebut. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah

informasi-informasi pendukungnya, foto-foto, catatan lapangan, serta hasil referensi

tertulis yaitu buku-buku yang berkaitan dengan cerita rakyat dan sastra lisan , yang di

jadikan sebagai data pelengkap dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah salah satu cara pengumpulan data dengan

melihat secara langsung fenomena yang terdapat dilokasi penelitian untuk

diungkapkan secara tepat. Pengumpulan teknik observasi langsung dalam

penelitian ini untuk mendapatkan keterangan tertentu tentang asal-usul cerita

rakyat di Gua Jlamprong. Observasi langsung dilakukan, supaya peneliti bisa

mengamati secara langsung dengan menggunakan alat indra, segala sesuatu yang

berhubungan dengan cerita tersebut.

2. Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data adalah wawancara, wawancara adalah

salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara peneliti tidak

akan mendapatkan informasi yang hanya di dapat dengan jalan bertanya terhadap

responden (Singarimbun dalam Sutopo,1988:192). Wawancara merupakan salah

(45)

commit to user

diangkat kepermukaan dalam penelitian kepada narasumber. Narasumber atau

informan adalah masyarakat pendukung yang mengetahui permasalahan dalam

penelitian.

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan menyimpulkan keterangan

yang ada pada kehidupan dalam suatu masyarakat serta pendirian mereka

merupakan suatu alat pembantu metode observasi langsung (Koentjaraningrat,

1983:129). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengumpulkan data atau keperluan yang diperlukan sebanyak-banyaknya dan

yang ada hubunganya dengan penelitian dalam masyarakat pemilik cerita rakyat

Gua Jlamprong untuk diambil data yang paling akurat. Jenis wawancara yang

digunakan ada dua yaitu wawancara tidak berstruktur atau bebas dan wawancara

berstruktur.

Wawancara terstruktur dilakukan dalam pencarian data sehubungan

dengan intansi yang terkait yang dapat memeberikan informasi sehubungan

dengan penelitian. Wawancara tidak tersetruktur digunakan dalam pencarian

informasi dalam masyarakat untuk mengetahui pemahaman masyarakat. Dalam

penelitian ini wawancara digunakan metode tidak berstruktur dilakukan dengan

suasana akrab dan kekeluargaan dengan memebuka pertanyaan-pertanyaan yang

bersifat terbuka. Proses berlangsungnya wawancara dilakukan secara acak dan

(46)

commit to user

3. Content Analysis

Usaha untuk memanfaatkan dokumen yang padat, biasanya digunakan

teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan yaitu content analysis atau

yang dinamakan “kajian isi”. Holsti menyatakan bahwa kajian isi merupakan

teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha

menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif, dan sistematis

(dalam Moleong, 2007:220).

Teknik content analysis ini sering disebut analisis isi, adalah metode

penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk meraih kesimpulan

yang sahih dari sebuah buku atau dokumen (Weber dalam J.Moleong, 2006:

163). Cara menganalisa dokumen yang terpenting adalah reabilitas data, dengan

mencari data dari dokumen atau artikel yang telah diterbitkan oleh departemen

pendidikan nasional yang di jadikan bahan tambahan untuk dijadikan pelengkap

dalam penarikan kesimpulan, selain itu digunakan untuk mengecek reabilitas hasil

kesimpulan dan informan yang bersangkutan. Hal tersebut dilakukan untuk

menghindari kesalahpahaman dan menafsiran yang berbeda-beda.

Dokumen-dokumen ada hubunganya dengan Cerita Rakyat Gua

Jlamprong yang berwujud rekaman, artikel atau data tertulis lainya dapat

dicocokan dengan hasil penelitian yang didapat peneliti dari informan sehingga

terhindar dari salah penafsiran dan diperoleh reabilitas data.

Pengumpulan data perlu mencantumkan data hasil wawancara maupun

(47)

commit to user

didalam data hasil wawancra untuk diambil data yang paling akurat. Mencatat

data hasil wawancara dan pengamatan perlu di perhatikan antara data sebenarnya

dengan hasil interpretasi sebagai seorang peneliti, karena dalam penelitian

seorang peneliti dapat dipertahankan subyektifitas dalam pengolahan data.

E. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini cerita lisannya mengenai Gua Jlamprong yang

berada di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah

Istimewa Yogyakarta ini dijadikan sebagai populasi penelitian karena terkait dengan

cerita asal-usul Cerita Gua Jlamprong. Daerah tersebut memiliki populasi yang tinggi.

Dalam penentuan sampel dalam populasi tesebut digunakan cara Purposive Sampling

(penentuan sampel). Dalam Purposive Sampling subyeknya didasarkan atas diri atau

sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri sifat

populasi itu sendiri (Sutresno Hadi, 1982: 29) Populasi dalam penelitian ini adalah

penduduk Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah

Istimewa Yogyakarta. Terletak di sebuah bukit lereng bagian selatan gugusan

Pegunungan Seribu Gunung Kidul

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian secara

langsung yang mewakili populasi atau mewakili populasi secara keseluruhan. (Edi

Subroto, 1992: 25). Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini

(48)

commit to user

menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan

bangunannya (contructions) (Moleong, 2007: 224)

Tujuan dari teknik sampling seperti yang dikatakan oleh Moleong adalah :

1. Merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik.

2. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang

muncul.(2007: 224)

Metode pengumpulan dan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Dalam purposive sampling subyeknya didasarkan atas diri atau sifat-sifat tertentu

yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri sifat populasi itu sendiri

(Sutrisno Hadi, 1982:29). Sampel dalam penelitian ini informan yang dianggap bisa

mewakili pendapat dan keterangannya. Masyarakat yang berhubungan dengan

upacara adat dipilih beberapa sampel untuk mewakili kelompoknya sebanyak 5

informan dengan kriteria :

1. Sebagai tokoh masyarakat

2. Sebagai pemuka agama

3. Sebagai sesepuh desa

4. Sebagai masyarakat berpendidikan

5. Sebagai kaum muda

(49)

commit to user

Untuk meningkatkan kualitas dan keabsahan data dalam penelitian maka

peningkatan kualitas data memakai sistem trianggulasi data yaitu, teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagian pembandingan terhadap data lain. Trianggulasi data adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap data itu (Lexy

J. Moloeng,1989:79). Trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari

berbagai sumber data yang berbeda (Pattan dalam Sutopo,1988:32). Dengan demikian

kebenaran data yang satun akan diuji atau dibandingkan dengan data yang lain dari

sumber data yang lain, sehingga bisa dihasilkan data yang valid.

Langkah kerja teknik ini adalah membandingkan balik tingkat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan

apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang

dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Patton,

(50)

commit to user

Dalam penelitian ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil

pembandingan tersebut merupakan kesamaan pasangan, pendapat atau pemikiran.

Yang penting disini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya

perbedaan-perbedaan tersebut. (Patton, 1987: 331, dalam Moleong, 331: 2007)

Sebelum penulis terjun langsung ke lapangan, penulis melakukan survei

lapangan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mencari informan yang

tersebar di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul Daerah

Istimewa Yogyakarta. Dalam melakukan penelitian lapangan, didapatkan berbagai

macam informasi tentang gua Jlamprong. Ternyata dalam proses penelitian terdapat

perbedaan-perbedaan data yang didapatkan, akan tetapi banyak pula kesamaan data

yang didapatkan. Jadi dalam proses pencarian data tentang gua Jlamprong. Setelah

meninjau kembali ke lapangan dan data yang diperoleh sesuai yang diharapkan, yaitu

data yang berupa gugon tuhon pernikahan, kehamilan, dan kematian, maka data

dipastikan benar-benar valid dan dapat dilanjutkan proses yang selanjutnya.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton,

1990: 268, dalam Moleong: 2007: 280). Analisis data adalah proses yang merinci

usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis. (ide) seperti

yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema

dan hipotesis itu. (Bogdan dan Taylor, 1975: 79, dalam Moleong ,2007: 280). Teknik

(51)

commit to user

interaktif adalah penelitian yang bergerak diantara tiga komponen, yang meliputi

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Wujud data merupakan suatu

kesatuan siklus yang menempatkan peneliti tetap bergerak diantara ketiga siklus.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

interakatif adalah penelitian yang bergerak diantara tiga komponen, yang meliputi

reduksi data, penyajian data dalam penarikan kesimpulan. Wujud data merupakan

suatu kesatuan siklus yang menempatkan peneliti tetap bergerak diantara tiga siklus.

1. Reduksi Data: dalam tahap ini dilakukan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan dari hasil – hasil observasi data yang masih bersifat kasar.

2. Peyajian Data: merupakan kegiatan merakit data yang telah direduksi, maka dapat

diketahui segala sesuatu yang terjadi sehingga berguna dalam analisa nanti,

kemudian dilanjutkan dengan mereduksi hasil penyajian data.

3. Kesimpulan: data yang dianalisis kemudian direduksi secara cermat guna

mendapatkan kajian yang kuat dan berusaha mengadakan kesimpulan setelah data

diperoleh secara siklus.

Adapun model analisis data Miles dan Huberman

Sumber : Sutopo, 2002: 96 Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

(52)

commit to user

Reduksi data diartikan sebagai proses pemulihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan atau transformasi data yang sering muncul dari

catatan-catatan tertulis selama pengumpulan data berlangsung, maka terjadilah

tahapan reduksi (meringkas, mengkode, menelusuri tema dan lain-lain) sampai pada

proses penyajian data.

Reduksi dan sajian data harus disusun pada waktu peneliti sudah mendapatkan

unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu

pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik

kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi

maupun sajian datanya. Proses akhir penelitian ini sangat tergantung pada

kemantapan dan keyakinan peneliti terhadap apa yang diperoleh selama dalam

(53)

commit to user BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil Masyarakat Desa Ngeposari

1. Kondisi Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Ngeposari Kecamatan Semanu Kabupaten

Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administratif Desa Ngeposari

termasuk wilayah Kecamatan Semanu Kabupaten Daerah Tingkat II Gunung Kidul

Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Ngeposari ini berada di 186 mdl dari permukaan

laut dengan suhu rata-rata 240 - 320. Tinggi curah hujan 2.200Mm dengan jumlah

bulan hujan 6 bulan.

Secar orbitrasi Desa Ngeposari ini jarak dari kota kecamatan ada 2 km, dari

kota kabupaten 9 Km. Desa Ngeposari secara administratif berdampingan atau

dibatasi oleh desa atau kelurahan yang lain adapun batas-batas wilayahnya adalah:

Tabel 1 : Batas wilayah Desa Ngeposari.

Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan

Utara Ngipak Karangmojo

Timur Candirejo Semanu

Selatan Sidorejo Ponjong

Barat Semanu Semanu

Sumber : Data monografi Kelurahan Desa Ngeposari Tahun 2012

(54)

commit to user

Desa Ngeposari mempunyai luas wilayah 1169,7597 ha/m2 terdiri dari 16

RT an 5 RW. Garis besar tata guna lahan desa Ngeposari dibagi menjadi tiga bagian

yaitu sawah, tanah kering (pemukiman) dan prasarana umum. Pembagian tataguna

lahan desa Ngeposari secara jelas dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 2 : Penggunaan lahan Desa Ngeposari.

NO TATA GUNA LAHAN LUAS LAHAN (Ha) PERSENTASE (%)

1 Sawah 844,343 72,18

2 Pemukiman 309,8325 26,49

3 Prasarana umum 15,5842 1,33

Jumlah 1169,7597 100

Sumber: Data monografi Desa Ngeposari Tahun 2012

2. Kondisi Demografis

Desa Ngeposari memiliki jumlah penduduk 9.402 jiwa yang terdiri dari

4.473 laki-laki dan 4.929 perempuan.

a. Komposisi Penduduk menurut Usia

Penduduk Desa Ngeposari sesuai dengan usia sesuai dengan data

Gambar

Tabel 1 : Batas wilayah Desa Ngeposari.
Tabel 2 : Penggunaan lahan Desa Ngeposari.
Tabel 3 : Komposisi penduduk desa menurut Usia Desa Ngeposari.
Tabel 4 : Komposisi penduduk  menurut mata pencaharian desa Ngeposari.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini didasari pada pemikiran bahwa cerita rakyat yang terdapat di Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman menarik untuk diteliti karena struktur cerita

Penelitian ini bertujuan menganalisis agihan hutan rakyat (SVLK), menganalisis karakteristik hutan rakyat SVLK, dan menganalisis dampak keberadaan hutan rakyat SVLK

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Apakah kinerja birokrasi pelayanan publik pada Instansi Pemerintahan

Penentuan umur fasies batuan pada daerah penelitian dilakukan dengan membuat biozonasi berdasarkan kandungan foraminifera planktonik dan foraminifera bentik besar

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu mengenai analisis unsur intrinsik cerita rakyat Patahnya Gunung Daik karya Abdul Razak yang peneliti peroleh

Model pengembangan pembelajaran petani pengelola Hutan Rakyat Lestari hasil penelitian ialah peningkatan intensitas belajar petani melalui (1) pengembangan kelembagaan

terhadap cerita rakyat Raden Wijaya yang memiliki nama besar kurang mendapat perhatian. Cerita rakyat Raden Wijaya masih kalah popular bila dibandingan film-film

Sedangkan pengaruh dari parameter non- geologi yang berasal dari kuat tekan uniaksial dan air tanah, sangat kecil yaitu sebesar 16,97%, walaupun pengaruh non- kekar ini