• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SD Negeri 2 Jatisari semester 2 tahun ajaran 2014/2015. SD N 2 Jatisari adalah sekolah yang berada di tengah pedesaan yang beralamat Tanduran RT 02 RW 03 desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, dengan jumlah siswa kelas 4 sebanyak 25 siswa.

4.1.2. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penilitian ini adalah siswa kelas 4 SD N 2 Jatisari semester 2 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 25 siswa dengan jumlah siswa laki laki sebanyak 9 anak dan jumlah siswa perempuan sebanyak 16 anak. Di SD N 2 Jatisari terkhusus untuk kelas 4 ditemukan permasalahan yaitu hasil pembelajaran IPA yang masih sangat rendah, hal ini disebabkan guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional yakni pembelajaran yang berpusat pada guru, guru tidak pernah menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa seperti diskusi kelompok dan menemukan konsep baru. Untuk permasalahan yang lebih jelas secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil Belajar IPA

Hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas 4 di SD N 2 Jatisari tersebut pada semester 2 tahun 2014/2015 tentang pembelajaran IPA nampak bahwa hasil belajar IPA tidak ada yang mencapai KKM ≥ 70. Terdapat 32% siswa yang mencapai KKM, dan 68% yang belum mencapai KKM. Dari hasil belajar tersebut didapatkan nilai terendah yaitu 40 sedangkan untuk nilai tertinggi 90, sehingga didapatkan rata-rata 63,92.

(2)

2. Proses Pembelajaran IPA

Proses pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional, yakni pembelajaran berpusat pada guru, guru juga tidak pernah menggunakan model pembelajaran yang akan membentuk siswa menjadi siswa yang aktif serta pembelajaran yang menyenangkan.

4.1.3. Hasil Penelitian Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas 4 di SD N 2 Jatisari tersebut pada semester 2 tahun 2014/2015 tentang pembelajaran IPA dengan jumlah siswa 25 nampak bahwa hasil belajar IPA masih rendah, yaitu masih banyak siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM ≥70. Untuk penjelasan lebih rinci ketuntasan belajar IPA pra siklus pada SD N 2 Jatisari disajikan melalui tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra siklus

Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

≥70 Tuntas 8 32

<70 Tidak Tuntas 17 68

Jumlah 25 100

Sumber :Data Primer

(3)

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar

Berdasarkan gambar 4.1 ketunt

Jatisari masih 32% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 68%.

Rendahnya hasil belajar IPA pembelajaran ya

pada guru, guru tidak pernah menggunakan model

melibatkan siswa seperti diskusi kelompok dan menemukan konsep baru. Siswa juga belum pernah terlibat dalam penggunan model pem

terutama dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil belajar solusi yaitu pembelajar

pembelajaran cooperative

2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Diharapkan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan mod

Gambar 4.1

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus

Berdasarkan gambar 4.1 ketuntasan belajar pra siklus kelas 4

Jatisari masih 32% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 68%.

Rendahnya hasil belajar IPA dikarenakan guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional yakni pembelajaran yang berpusat pada guru, guru tidak pernah menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa seperti diskusi kelompok dan menemukan konsep baru. Siswa juga belum pernah terlibat dalam penggunan model pembelajaran

terutama dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan hasil belajar tersebut, maka peneliti mencoba memberi solusi yaitu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD, yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Diharapkan dalam

n IPA dengan menggunakan model cooperative 32%

68%

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus

Pra Siklus

asan belajar pra siklus kelas 4 SD N 2 Jatisari masih 32% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang

(4)

STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 4 semester 2 SD N 2 Jatisari tahun pelajaran 2014/2015.

4.1.4. Hasil Penelitian Siklus 1

Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dengan model cooperative learning tipe STAD di SD N 2 Jatisari semester 2 tahun 2014/2015 dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi tindakan dan yang terakhir refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini baik dalam pertemuan 1 dan pertemuan 2 hampir sama dalam perencanaan, yaitu diawali dari menyusun RPP dengan SK: Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan materi ajar energi panas dan energi bunyi, dengan KD: Mendiskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. RPP terdiri dari indikator, materi energi panas dan bunyi. Alat peraga untuk energi panas yaitu pertemuan 1 menggunakan besi, korek api dan lilin serta menggunakan sumber belajar buku paket kelas 4, baik BSE maupun buku paket lainnya yang berhubungan dengan materi energi. Sedangkan untuk pertemuan ke 2 dengan materi energi bunyi tidak menggunakan alat peraga, yang dibutuhkan hanya sumber belajar yaitu buku paket kelas 4, baik BSE maupun buku paket lainnya yang berhubungan dengan materi energi.

b. Pelaksanaan Tindakan Model Cooperative learning tipe STAD dan Observasi

(5)

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mengawali pembelajaran mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Guru memberikan motivasi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru siswa ketahui.

Selanjutnya dalam kegiatan inti, siswa menyimak penjelasan guru mengenai model pembelajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran tersebut menggunakan model pembelajaran STAD. Sebelum membentuk kelompok, guru terlebih dahulu menjelaskan materi, dan melakukan diskusi secara klasikal dengan siswa mengenai energi panas, untuk selanjutnya guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen, siswa tidak diperkenankan memilih anggota kelompoknya sendiri. Siswa terlebih dahulu memperhatikan demonstrasi perpindahan energi panas yang dilakukan oleh guru. Guru membagikan lembar diskusi, dan siswa melakukan diskusi kelompok, apabila ada teman yang kurang jelas mengenai materi, siswa yang lebih pandai harus membimbing teman yang kurang paham tersebut sampai semua anggota kelompok paham. Guru juga memantau siswa berdiskusi, serta membimbing kelompok yang masih merasa kesulitan. Guru menunjuk perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain juga diperkenankan untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain, guru juga berperan sebagai penengah dan meluruskan materi. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu sebagai nilai skor kelompok, kemudian guru dan siswa mengkoreksi hasil dari kuis, diperoleh rata-rata nilai dalam satu kelompok. Salah satu kelompok yang memiliki rata-rata tertinggi mendapatkan reward dari guru

Kegiatan penutup siswa dan guru bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum jelas, dan guru menginformasikan untuk pertemuan selanjutnya.

(6)

senior. Observer mengisi lembar pengamatan guru yang berjumlah 19 item yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut berisi implementasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh bahwa guru belum melakukan apersepsi dan memotivasi siswa, guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran, serta guru kurang memperhatikan alokasi waktu, namun pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD sudah cukup baik.

Pertemuan kedua

Langkah pertama dalam pertemuan kedua adalah sama dengan pertemuan pertama, siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Guru mengungkapkan kembali model pembelajaran yang akan dilakukan.

(7)

penengah dan meluruskan materi. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu sebagai nilai skor kelompok, kemudian guru dan siswa mengkoreksi hasil dari kuis, diperoleh rata-rata nilai dalam satu kelompok. Salah satu kelompok yang memiliki rata-rata tertinggi mendapatkan reward dari guru. Akhir dari kegiatan inti dalam siklus 1 pertemuan 2 yaitu siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.

Kegiatan penutup, guru melakukan refleksi dalam pembelajaran, menyimpulkan apa yang telah dipelajari yaitu mengenai energi panas dan energi bunyi. Untuk mengakhiri pelajaran siswa mengucapkan salam penutup kepada guru.

Hampir sama dengan pertemuan pertama dalam kegiatan observasi observer mengisi lembar pengamatan guru yang berjumlah 20 item yang telah disediakan. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh bahwa ada peningkatan dalam pembelajarn yaitu guru sudah melakukan apersepsi dan memotivasi siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran, namun guru masih belum memperhatikan alokasi waktu yaitu 2x35 menit, namun pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD sudah cukup baik dan adanya peningkatan dari pembelajarn sebelumnya.

c. Refleksi

(8)

meskipun STAD merupakan model pembelajaran yang baru bagi guru. Berdasarkan evaluasi tersebut, guru menjadikan acuan untuk pembelajaran selanjutnya

Refleksi pada pertemuan kedua siklus 1 mengacu pada pertemuan pertama, didapatkan bahwa guru masih mengulang kesalahan dalam pembelajaran pertama yaitu belum melakukan apersepsi dan motivasi, serta belum melaksanakan pembelajaran sesuai waktu yang diberikan namun guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga dengan adanya refleksi, adanya peningkatan dalam guru mengajar. Dengan refleksi tersebut, guru diharapkan lebih memperhatikan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pertemuan berikutnya.

Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan hasil belajar IPA siklus 1 melalui ketuntasan belajar siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥70. Ketuntasan belajar IPA Energi Bunyi dan Energi Panas siklus 1 di SD N 2 Jatisari disajikan melalui tabel 4.2 berikut ini

Tabel 4.2

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

≥70 Tuntas 16 64

<70 Tidak Tuntas 9 36

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

(9)

KKM sebanyak 9 siswa atau 36

belajar energi bunyi dan energi panas siklus 1 di SD N 2 Jatisari dapat disajikan melalui

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar

Berdasarkan gambar 4.2

N 2 Jatisari mencapai 64% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 36%.

4.1.5. Hasil Penelitian Siklus 2

Dalam pelaksanaan pemb learning tipe STAD

dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan serta observasi dan yang terakhir refleksi.

ikan melalui diagram, pada gambar 4.2 berikut ini

Gambar 4.2

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

erdasarkan gambar 4.2 nampak bahwa ketuntasan belajar kelas Jatisari mencapai 64% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang

um mencapai KKM yaitu 36%.

Hasil Penelitian Siklus 2

Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dengan model

STAD di SD N 2 Jatisari semester 2 tahun 2014/2015 dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan serta observasi dan yang terakhir refleksi.

Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini dalam siklus 2 pertemuan pertama dan kedua diawali menyusun RPP dengan SK: Memahami berbagai bentuk energi dan

nampak bahwa ketuntasan belajar kelas 4 SD Jatisari mencapai 64% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang

elajaran siklus 2 dengan model cooperative di SD N 2 Jatisari semester 2 tahun 2014/2015 dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan serta

dalam siklus 2 pertemuan pertama dan kedua diawali SK: Memahami berbagai bentuk energi dan

(10)

cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan materi ajar energi alternatif pembelajaran pertama dengan KD 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya. Sedangkan untuk materi penerapan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara yaitu pembelajaran kedua dengan KD 8.3 Membuat suatu karya / model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/ baling-baling/ pesawat kertas / parasut. RPP terdiri dari indikator, materi energi alternatif dan penerapan konsep perubahan gerak akibat pengaruh udara, serta menggunakan sumber belajar buku paket kelas 4, baik BSE maupun buku paket lainnya yang berhubungan dengan materi energi. Dalam pembelajaran pertama tidak menggunakan alat peraga tetapi dalam pembelajaran kedua memerlukan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pesawat kertas maupun baling-baling yang berasal dari kertas.

b. Pelaksanaan Tindakan Model Cooperative learning tipe STAD dan Observasi

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian siklus 2 ini berjalan sesuai apa yang telah direncanakan, dan melalui 2 pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 1 April 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 2 April 2015.

Pertemuan Pertama

Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Guru memberikan motivasi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru siswa ketahui.

(11)

membentuk kelompok, guru terlebih dahulu menjelaskan materi, dan melakukan diskusi secara klasikal dengan siswa mengenai energi alternatif, untuk selanjutnya guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen, siswa tidak diperkenankan memilih anggota kelompoknya sendiri. Guru membagikan lembar diskusi, dan siswa melakukan diskusi kelompok, apabila ada teman yang kurang jelas mengenai materi, siswa yang lebih pandai harus membimbing teman yang kurang paham tersebut sampai semua anggota kelompok paham. Guru juga memantau siswa berdiskusi, serta membimbing kelompok yang masih merasa kesulitan. Guru menunjuk perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain juga diperkenankan untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain, guru juga berperan sebagai penengah dan meluruskan materi. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu sebagai nilai skor kelompok, kemudian guru dan siswa mengkoreksi hasil dari kuis, diperoleh rata-rata nilai dalam satu kelompok. Salah satu kelompok yang memiliki rata-rata tertinggi mendapatkan reward dari guru .

Dalam kegiatan penutup siswa dan guru bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum jelas, dan guru menginformasikan untuk pertemuan selanjutnya.

(12)

Pertemuan kedua

Langkah pertama dalam pertemuan kedua adalah sama dengan pertemuan pertama, siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Guru memberikan motivasi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru siswa ketahui

(13)

Kegiatan penutup, guru melakukan refleksi dalam pembelajaran, menyimpulkan apa yang telah dipelajari yaitu mengenai energi alternatif dan penerapan konsep perubahan gerak akibat pengaruh udara. Untuk mengakhiri pelajaran siswa mengucapkn salam penutup kepada guru.

Sama dengan pertemuan sebelum-sebelumnya dalam kegiatan observasi observer mengisi lembar pengamatan guru yang berjumlah 18 item yang telah disediakan. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh bahwa ada peningkatan dalam pembelajaran dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat, bahwa evaluasi-evaluasi sebelumnya sudah menjadi pertimbangan guru, sehingga ada pertemuan kedua siklus 2, guru sudah mengajar dengan baik dengan menggunakan model cooperativelearning tipe STAD.

c. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai. Hasil dari refleksi kegiatan pembelajaran didapatkan bahwa guru sudah mulai memperbaiki hasil dari refleksi sebelumnya, dalam pertemuan pertama guru masih belum memperhatikan waktu yang tersedia, sebaiknya guru juga harus benar-benar memperhatikan waktu dan memanfaatkan waktu yang ada dengan maksimal. Namun secara keseluruhan pembelajaran sudah cukup baik, ada peningkatan dalam pembelajaran serta guru sudah memahami pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD, meskipun STAD merupakan model pembelajaran yang baru bagi guru.

(14)

model cooperative learning tipe STAD, sehingga guru dikesempatan yang akan datang dapat merancang kegiatan pembelajaran dengan lebih baik lagi.

Berdasarkan hasil evaluasi, hasil belajar siklus 2 dapat diketahui melalui ketuntasan belajar siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥70. Ketuntasan belajar IPA siklus 2 di SD N 2 Jatisari disajikan melalui tabel 4.3 berikut ini

Tabel 4.3

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA siklus 2

Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

≥70 Tuntas 23 92

<70 Tidak Tuntas 2 8

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer

(15)

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

Berdasarkan gambar 4.3

N 2 Jatisari mencapai 92% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagr lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 8%.

4.2 . Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil tindakan model dapat meningkatkan hasil

Jatisari. Peningkatan hasil belajar IPA menggunkan model learning tipe STAD

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

Gambar 4.3

Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

Berdasarkan gambar 4.3 nampak bahwa ketuntasan belajar kelas 4 N 2 Jatisari mencapai 92% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagr lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 8%.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil tindakan model cooperative learning

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 semester 2 SD N 2 Jatisari. Peningkatan hasil belajar IPA menggunkan model

STAD secara rinci disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini 92%

8%

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

hwa ketuntasan belajar kelas 4 SD N 2 Jatisari mencapai 92% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang

learning tipe STAD semester 2 SD N 2 Jatisari. Peningkatan hasil belajar IPA menggunkan model cooperative

(16)

Tabel 4.4

Distribusi Perbandingan Skor Ketuntaan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Ketuntasan Hasil Belajar

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Tuntas 8 32 16 64 23 92

Tidak Tuntas 17 68 9 36 2 8

Jumlah 25 100 25 100 25 100

Sumber : Data Primer

(17)

Gambar 4.4

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Pada gambar 4.4 menunjukkan perbandingan hasil belajar pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 nampak bahwa perbandingan ketuntasan hasil belajar meningkat. Dalam gambar 4.4 batang warna biru menunjukkan tingkat ketuntasan, sedangkan batang warna merah menunjukkan tidak tuntas. Terlihat pada pra siklus terdapat 8 dari 25 siswa yang tuntas dan 17 dari 25 siswa yang tidak tuntas, siklus 1 terdapat 16 dari 25 siswa yang tuntas dan 9 dari 25 siswa yang tidak tuntas dan untuk siklus 2 terdapat 23 dari 25 siswa yang tuntas dan 2 dari 25 siswa yang tidak tuntas. Untuk mengetahui perbandingan skor minimal, skor maksimal, skor rata-rata dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 secara rinci disajikan pada gambar 4.5 berikut ini.

(18)

Gambar 4.5

Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal, Skor Rata-rata, Ketuntasan Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2

Pada gambar 4.5 nampak bahwa terjadi peningkatan pada skor maksimal walaupun tidak teralu drastis yaitu dari pra siklus 90 siklus 1 menjadi 92 dan siklus ke 2 menjadi 95. Peningkatan juga nampak pada besarnya peningkatan skor minimal pada tiap siklusnya, pada pra siklus skor 40 kemudian siklus 1 meningkat skor minimal menjadi 48 dan untuk siklus 2 meningkat menjadi 60. Peningkatan selanjutnya nampak pada skor rata-rata dari pra siklus skor rata-rata yang didapat yaitu 63,92 meningkat menjadi 71,96 pada siklus 1, kemudian meningkat lagi pada siklus 2 yaitu menjadi 76,4. Begitu juga dengan ketuntasan belajar terjadi peningkatan yang signifikan, semula dari pra siklus ketuntasan belajar hanya didapat 32% kemudian siklus 1 meningkat menjadi 64% dan siklus 2 meningkat menjadi 92%.

(19)

beberapa kelebihan yaitu siswa dapat menghargai perbedaan, bagi siswa yang pasif sudah menjadi aktif, intensitas belajar siswa lebih banyak. Guru juga mendapatkan pengetahuan baru mengenai model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Namun kekurangan dalam pembelajaran ini adalah, memerlukan waktu yang cukup lama dalam pembelajaran. Beberapa hal tersebut sesuai dengan lembar observasi ketika pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kondisi pra siklus hasil belajar IPA kelas 4 SD N 2 Jatisari yang diambil dari nilai ulangan tengah semester 2 dengan KKM ≥70 menunjukkan ketidaktuntasan belajar siswa 17 dari 25 siswa atau sebesar 68%, sedangkan ketuntasan hanya 8 siswa dari 25 atau sebesar 32%. Nilai terendah yang didapatkan dalam pra siklus adalah 40 dan untuk nilai tertinggi yaitu 90 dengan rata-rata 63,92. Hasil belajar yang rendah disebabkan karena pembelajaran masih bersifat konvensional, siswa belum melakukan diskusi, sehingga cara belajar siswa masih dengan cara menghafal, namun belum memahami materi dengan baik. Dengan hasil tersebut, maka perlu diberikan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar yaitu dengan menggunakan model cooperativelearning tipe STAD.

(20)

dari kesalahan-kesalahan tersebut, guru sudah memperbaikinya dalam pembelajaran selanjutnya.

Peningkatan hasi belajar siswa disebabkan adanya pemberian tindakan berupa model cooprative learning tipe STAD, dalam pembelajaran ini menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam memahami suatu pembelajaran. Nampak dalam cooperativelearning tipe STAD pada kelas 4 SD N 2 Jatisari mata pelajaran IPA yang telah dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik, sesuai dengan langkah-langkah. Dalam cooperative learning siswa berinteraksi dan belajar bersama-sama dalam satu kelompok, begitu juga untuk siswa yang memiliki sifat individual sudah mulai belajar bersama dan berinteraksi dengan teman kelompoknya, hal tersebut sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (2012). Dengan adanya interaksi antar anggota kelompok, siswa juga saling membantu teman yang kesulitan dalam pembelajaran, sehingga intensitas belajar siswa yang belum memahami materi lebih banyak, dan siswa tidak malu jika akan bertanya dengan teman sebayanya. Dalam pembelajaran siklus 1 guru sudah menggunakan model cooprativelearning tipe STAD, siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran, siswa yang pandai sudah membantu teman yang belum mampu dalam memahami materi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Robert E.Slavin (2005). Sehingga hasil belajar siswa meningkat, namun dalam pembelajaran siklus 1 masih kurang optimal karena masih terdapat 36% siswa yang belum mencapai KKM. Karena hasil sikus 1 belum mencapai indikator kerja sebesar 90% dari 25 siswa maka dilakukan penelitian siklus 2.

(21)

kelompok dengan terstruktur, misalnya salah satu siswa menuliskan hasil diskusi, sedangkan siswa yang lain memecahkan masalah, siswa sudah mulai mengatur kelompoknya, agar tugas yang diberikan guru cepat selesai serta mendapatkan hasil yang baik, hal tersebut sesuai dengan pendapat Anita Lie (2003). Selain itu setiap siswa semakin berusaha untuk membantu teman dalam kelompoknya serta mendorong teman-temannya dalam belajar, sehingga semua anggota kelompoknya mampu menguasai materi pembelajaran selain itu karena mereka mengharapkan reward dari guru yang berguna untuk memotivasi siswa dalam belajar, sehingga antar kelompok saling berlomba untuk mendapatkan reward dari guru, hal tersebut sesuai dengan pendapat Shlomo Sharan (2014). Namun dengan adanya reward pembelajaran dengan menggunakan STAD tidak bersifat kompetitif. Begitu juga dengan guru, adanya peningkatan dalam menggunakan model pembelajaran, guru sudah menyampaikan apersepsi, motivasi, tujuan serta waktu yang disediakan sudah digunakan dengan baik. Sehingga dalam siklus 2 hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hasil belajar pada siklus 2 ini ketuntasan siswa sudah mencapai 92%, sedangkan hanya 8% yang belum mencapai KKM, dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 95 dan rata-rata 76,4. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa belum memenuhi KKM, yaitu siswa tersebut kurang aktif dalam pembelajaran dan sebelumnya pernah tinggal kelas serta kemampuan untuk memahami materi kurang dibanding dengan anak yang lainnya. Persentase ketuntasan hasil belajar siklus 2 belum mencapai 100% namun sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi indikator kerja yaitu 90%.

(22)

Gambar

Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra siklus
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1
Tabel 4.3

Referensi

Dokumen terkait

Kesalahan dalam mengontrol sifat fisik lumpur akan menyebabkan kegagalan dari fungsi lumpur yang pada gilirannya dapat menimbulkan hambatan pemboran dan akhirnya

jp BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMA KELAS X (PEMINATAN) Buku referensi lain yang menunjang materi prinsip bahasa Indonesia baku serta kaidah dasar tentang kata, frasa,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan dewan komisaris terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) pada

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai pembahasan faktor- faktor yang mempengaruhi

intervensi materialis ke dalam kritik yang menggelikan, karena kritik tesebut tidak didasarkan semata-mata pada teori perbedaan tekstual, namun lebih didasarkan pada

• BI menegaskan akan melakukan langkah tegas kepada merchant yang menggunakan WeChat Pay sebagai alat transaksi pembayaran di I ndonesia, karena berdasarkan Peraturan BI (PBI)

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok

Pergerakan harga minyak akan sangat tergantung pada hasil 2 pertemuan penting yang akan terjadi. Pertama, pertemuan G20 di Buenos Aires pada 30 November dan