• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT ILMU PENGERTIAN FUNGSI HUBUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT ILMU PENGERTIAN FUNGSI HUBUNGAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Isi

1. BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah ...2

b. Rumusan Masalah ...2

2. BAB II Pembahasan a. Pengertian Filsafat ... 3

b. Fungsi Filsafat ... 4

c. Hubungan Filsafat dan Ilmu ... 5

d. Pendekatan Dalam Filsafat Ilmu ... 7

e. Objek Kajian Filsafat Ilmu ... 9

3. BAB III Penutup a. Kesimpulan ... 12

b. Saran ...12

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yaitu pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian filsafat? 2. Apa Fungsi Filsafat ?

3. Bagaimana Hubungan filsafat dan Ilmu? 4. Bagaimana Pendekatan dalam Filsafat Ilmu ? 5. Apa Objek Kajian Filsafat Ilmu ?

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos

artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pyhthagoras.2

Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki pada kata falsafah dari bahasa Arab, philosopy dari bahasa Inggris, philosophia dari bahasa Latin dan

philosophie dari bahasa Jerman, Belanda dan Perancis. Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai, sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan.3

Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-Farabi mengartikan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (ilmu itu ada, dengan kehidupan yang ada). Ibnu Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Francis Bacon filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. Immanuel Kant filsafat sebagai ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup masalah epistimologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Aristoteles mengartikan filsafat sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Adapun Rene Descartes mengartikan filsafat sebagai kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.4

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menelaah segala sesuatu yang ada secara mendasar dan mendalam dengan

2 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 2010, hlm. 2.

3 Muzairi, Filsafat Umum. Yogyakarta, 2009, hlm. 6.

(4)

mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, akan tetapi mencari hakikat dari fenomena tersebut dengan kata lain filsafat adalah pangkal dari segala ilmu yang ada dalam pemikiran manusia.

B. Fungsi Filsafat

Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan, upaya ini menghasilkan beberapa peranan bagi manusia.5 Filsafat berperan sebagai pendobrak. Artinya bahwa filsafat mendobrak keterjungkungan pikiran manusia. Dengan memahami, dan mempelajari filsafat manusia dapat menghancurkan kebekuan, kabakuan, bahkan keterkungkungan pikirannya dengan kembali mempertanyakan segala. Pendobrakan ini bisa membuat manusia terbebas dari kebekuan, dan keterkungkungan. Jadi, bagi manusia filsafat berperan sebagai pembebas pikiran manusia. Pembebasan ini membimbing manusia untuk berpikir lebih jauh, lebih mendalam, lebih kritis terhadap segala hal sehingga manusia bisa mendapatkan kejelasan dan keterangan atas seluruh kenyataan. peranan ketiga yang dimiliki filsafat bagi manusia adalah sebagai pembimbing. Selain memiliki peran bagi manusia, filsafat juga berperan bagi ilmu pengetahuan umumnya. Menurut Descartes, filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.

Dalam menjalan peranannya filsafat memiliki tujuan. Menurut Plato, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Tujuan filsafat adalah meraih kebenaran. Tidak seperti agama yang menyandarkan diri dan mengajarkan kepatuhan, filsafat menyandarkan diri dan mengandalkan kemampuan berfikir kritis. Secara konkrit manfaat mempelajari filsafat adalah :

1. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan pikiran

lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.

2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan

memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.

(5)

3. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari

akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku).

4. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya

ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.

5. Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri(terutama

dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.6

C. Hubungan Filsafat dan Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alima, ya’lamu, ilman dengan wazan fa’ila, yaf’alu, fa’lan yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science, dari bahasa latin scientia-scire (mengetahui), dan dalam bahasa Yunani adalah episteme.

Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.7

6 A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Renika Cipta, 2010, hlm. 32.

(6)

Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakekat ilmu itu sebenarnya. Seperti kata pribahasa Prancis “mengerti berarti memaafkan segalanya”. Tujuan utama kegiatan keilmuan adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas dan sebagainya8. Dari beberapa pendapat tentang ilmu tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif.

Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para penyelenggara melakukan menyelidikan terhadap objek-objek serta masalah-masalah yang berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri, maka orangpun dapat melakukan penyelidikan lanjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut. Dengan mengalihkan perhatian dari objek-objek yang sebenarnya dari penyelidikan ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu matra baru.9

Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua yaitu filsafat ilmu dalam arti luas dan sempit, filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang menyangkut hubungan luar dari kegiatan ilmiah, sedangkan dalam arti sempit yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan dalam yang terdapat di dalam ilmu. Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah:

1. Robert Akermann, filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pedapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.

2. Leswi White Beck, filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

8 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif; Sebuah Kumpulan dan karangan Tentang Hakekat Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm. 19

(7)

3. Cornelius Benjamin, filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang intelektual.

4. May Brodbeck, filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

5. The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.10

Untuk mendapatkan gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu dapat dirangkum menjadi tiga yaitu:

1. Suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu.

2. Upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar-dasar keempirisan, kerasionalan, dan kepragmatisan.

3. Studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.

D. Pendekatan Filsafat Ilmu

Fisafat ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah perkembangan ilmu bertujuan: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan medote keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan secara umum.11 Berdasarkan tujuan filsafat ilmu yang dikemukan oleh Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, maka dapat dikembangkan bahwa tujuan filsafat ilmu mengkaji dan mencari fakta-fakta terhadap pemikiran secara ilmiah dan rasional.

10 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Op.Cit., hal. 49

(8)

Pendekatan dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat ilmu akan lebih mudah di pahami arti pengertian bila diajukan pandangan tentang pokok masalah, yaitu tentang permasalahan filsafat yang berarti hubungan antara filsafat dan ilmu. Pendekatannya antara lain:

1. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif kerap dikontraskan dengan pendekatan induktif. Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Dari segi bahasa, deduktif atau deduksi berasal dari Bahasa Inggris, yaitudeduction yang artinya penarikan kesimpulan-kesimpulan dari keadaan-keadaan umum atau menemukan yang khusus dari yang umum. Pendekatan deduktif juga diartikan sebagai cara berpikir dimana pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan dalam pendekatan deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan dalam penyusunan dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.

2. Pendekatan Induktif

Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Berpikir induktif adalah bentuk dari apa yang disebut generalisasi. Induksi (induction) adalah cara mempelajarai sesuatu yang bertolak dari hal-hal khusus untuk menentukan hukum atau hal yang bersifat umum. Metode berpikir induktif merupakan cara berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Oleh karena itu, penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang khusus dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

(9)

Rasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan rasio. Paham ini beranggapan bahwa prinsip-prinsip dasar keilmuan bersumber dari rasio manusia, sehingga pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip rasio. Karena rasio itu ada pada subjek (manusia), maka asal pengetahuan harus dicari pada subjek. Rasio itu berpikir. Berpikir inilah ynag membentuk pengetahuan. Karena hanya manusia yang berpikir, maka hanya manusia yang mempunyai pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Berbeda pengetahuan, berbeda pula laku perbuatan dan tindakannya. Rasionalisme juga bisa diartikan sebagai doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.

4. Pendekatan Empirisme

Empirisme merupakan suatu paham yang mengutamakan pengalaman. Secara harfiah, istilah empirisme berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata

emperia yang berarti pengalaman. Pendekatan empiris melihat bahwa pengalaman, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah merupakan sumber utama pengenalan. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan12

E. Objek Kajian Filsafat Ilmu

Setiap ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu yang menjadi lapangan penyelidikan atau lapangan studinya. Objek ini diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang, metode, dan sistem tertentu. Adanya objek menjadikan setiap ilmu pengetahuan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Objek filsafat ilmu menurut Surajiyo adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan.13

12 http://hamdimalae.blogspot.co.id/2014/04/makalah-filsafat-ilmu.html, pada tanggal 07 desember 2017 pukul 18.00.

(10)

Menurut Noeng Muhadjir objek studi filsafat ilmu dibagi menjadi dua yaitu objek material dan objek formal.14

1. Objek material

Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu membahas fakta dan kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan logika yang digunakan semua disiplin ilmu. Sedangkan menurut Arif Rohman, Rukiyati dan L. Andriani objek material suatu bahan yang berupa benda, barang, keadaan atau hal yang dikaji.15 Menurut Surajiyo objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal kongkret ataupun hal yang abstrak.16 Menurut Waryani Fajar Riyanto objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran, atau penelitian keilmuan. Ia bisa berupa apa saja baik apakah benda-benda material atau benda-benda non material. Ia tidak terbatas pada apakah hanya di dalam kenyataan kongret seperti manusia ataupun alam semetesta ataukah hanya di dalam realitas abstrak seperti Tuhan atau sesuatu yang bersifat ilahiah lainnya.17

2. Objek formal

Objek formal filsafat ilmu adalah telaah filsafat tentang fakta dan kebenaran, serta telaah filsafati tentang konfirmasi dan logika. Fakta dan kebenaran menjadi objek formil substantif, sedangkan konfirmasi dan logika menjadi objek formil instrumentatif dalam studi filsafat ilmu. Objek formal adalah sosok objek material yang dilihat dan didekati dengan sudut pandang dan perspektif tertentu atau dalam istilah lain kemampuan berpikir manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar.18 Sementara objek formal menurut Waryani Fajar Riyanto adalah cara pandang tertentu, atau sudut pandang

14 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Rake Sarasin, 2011, hlm. 9.

15 Arif Rohman, Rukiyati, dan L. Andriani, Mengenal Epistimologi dan Logika Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 22.

16 Surajiyo, Op.Cit., hlm. 5.

17 Waryani Fajar Riyanto, Filsafat Ilmu Topik-topik Estimologi. Yogyakarta: Integrasi Interrkoneksi Press, 2011, hlm. 20.

(11)

tertentu yang dimiliki serta yang menentukan satu macam ilmu.19 Menurut Surajiyo objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.20 Dalam pandangan The Liang Gie obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaah ilmuwan terhadap fenomena itu. Penggabungan antara obyek material dan obyek formal sehingga merupakan pokok soal tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah merupakan objek yang sebenarnya dari cabang ilmu yang bersangkutan.21

19 Waryani Fajar Riyanto, Op.Cit., hlm. 20.

20 Surajiyo. Op.Cit., hlm. 7.

(12)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat Ilmu adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat sangat dibutuhkan dalam membuktikan suatu aksiden atau fenomena dan Subtansi karena dengan filsafat lah bisa terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, karena dengan akal lah bisa membuktikan suatu substansi dan substansi itu terbentuknya dari filsafat. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.

Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari.

B. Saran

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Rohman, Rukiyati, dan L. Andriani. 2011. Mengenal Epistimologi dan Logika Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Asmoro Achmadi. 2010. Filsafat Umum. Jakarta : Rajawali Pers

Burhanuddin Salam. 2005. Pengantar Filsafa. Jakarta: Bumi Aksara

Dani Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks

Martini, Eka, 2012, Filsafat Umum, Palembang:Noer Fikri Offset

Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras

Noeng Muhadjir. 2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Rake Sarasin

Peursen, Vav, C.A. 2008. Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Demensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologi. Jakarta: Bumi Aksa

Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara ra

Suriasumantri S, Jujun. 2005. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan

The Liang Gie. 2012. Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Libert

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembuatan tepung wortel serta untuk mengetahui kadar protein dan lemak dalam tepung wortel, selain itu

11) KEHILANGAN PENGLIHATAN berarti kehilangan penglihatan secara menyeluruh dan Tetap yang tidak dapat dipulihkan. 12) KEHILANGAN KEMAMPUAN BICARA berarti ketidakmampuan

Berdasarkan hasil penelitian serta analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap keputusan masyarakat dalam memilih apartemen di Kota Depok, didapatkan

Berdasarkan masing – masing aspek penilaian kepuasan pasien yang meliputi ketepatan waktu penyajian, variasi menu, rasa makanan, kebersihan alat dan penampilan petugas

- Filsafat ilmu juga dapat diartikan cabang filsafat yang membahas secara sistematis tentang watak ilmu, khususnya metode, konsep, presuposisi, dan posisinya dalam

Further conservation action for smoked fish processing is strongly supported by local community.The smoked mackerel tuna has high water content, normal

Dalam dua dekade terakhir para karyawan menghadapi era globalisasi dan kompetisi internasional, yang dapat memberikan dampak negatif dalam hubungan karyawan dengan

Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,301 dengan p sebesar 0,000. Nilai p < 0,01 membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan