• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur Intrinsik Cerpen Rasa Karya Putu W

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Unsur Intrinsik Cerpen Rasa Karya Putu W"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Unsur Intrinsik Cerpen “Rasa” Karya Putuwijaya Oleh Achmad Syuja’i

Pendahuluan

Dalam kajian sastra terdapat beberapa teori yang dapat menjadi “pisau analisis” terhadap suatu karya. Salah satunya adalah teori struktural. Pandangan strukturalisme dalam bahasa dipelopori oleh Ferdinand D’Sausure (Lihat Ratna, 2004). Dalam pandangan ini karya sastra memiliki unsur yang membentuk. Unsur–unsur tersebut biasanya disebut dengan unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra itu sendiri terkait dengan unsur pembangun isi dari karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri. Sederhananya adalah unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun yang tak tercantum dalam teks karya, seperti biografi penulis, latar sosial, latar sejarah, dll.

Unsur instrinsik yang biasanya dikenal ada tujuh, yaitu: 1. Tema

Tema adalah ide yang diangkat penulis untuk membentuk secara keseluruhan karya sastra. Tema menentukan konflik yang akan terjadi pada sebuah cerita atau tema juga akan menentukan pemilhan diksi yang sesuai dengan permasalahan atau tema yang dibahas. Contoh tema karya sastra pada umumnya adalah pendidikan, roman percintaan, persahabatan, dll. 2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah subjek atau pelaku yang berperan dalam keseluruhan jalan cerita. Umunya tokoh dianggap sebagai nama-nama orang yang terlibat dalam cerita, tetapi untuk cerita yang bergaya surealis, tokoh bisa saja berupa hewan atau tumbuhan atau benda lain—bukan manusia. Tokoh umumnya dibagi menjadi tiga macam, yaitu: antagonis (jahat), protagonis (baik), dan tritagonis (penengah). Namun, sebenarnya itu berlaku untuk karya sastra klasik atau lama. Pada karya-karya tersebut citraan apakah tokoh itu baik atau jahat sangat jelas. Untuk karya sastra modern citraan seperti itu sulit dijelaskan. Umumnya perwatakan pada tokoh dibuat secara alami—seperti tidak ada orang yang benar-benar jahat di dunia ini. Contoh watak yang sering muncul dalam karya sastra adalah serakah, pemarah, penyayang, pendendam, rendah hati, bijaksana, dll.

3. Latar

Latar/setting dapat dikatakan sebagai konteks terjadinya cerita, tetapi konteks yang dimaksud bukan konteks lahirnya karya tersebut. Latar umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: latar waktu, latar tempat, dan latar suasana.

(2)

Alur adalah kronologi cerita berdasarkan konflik yang terjadi. Alur biasanya dibagi menjadi tiga, yaitu: alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Alur maju memiliki tahapan sebagai berikut:

Orientasi → Permulaan konflik → Klimaks → Penyelesaian Masalah → Penutup/koda

Alur mundur memiliki tahapan yang diawali dengan situasi permasalahan yang telah selesai. Artinya dalam cerita seorang Tokoh hendak menceritakan tentang permasalahan yang telah lalu. Tahapan alur mundur dapat juga dimulai dengan klimaks menuju penyelesaian, lalu menceritakan kembali latar belakang permasalahan.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan posisi dalam cerita. Cara ini juga menentukan bagaimana pembaca memahami keseluruhan cerita. Sudut pandang dalam karya sastra terbagi menjadi tiga, yaitu: sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga pengamat, dan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Dalam penggunaan sudut pandang orang pertama, cerita berjalan berdasarkan apa yang dialami oleh tokoh Aku. Dalam hal ini sudut pandang tokoh pertama dapat dirasakan seolah-olah pengarang atau pembaca mengikuti apa yang diceritakan dan dialami tokoh Aku. Contoh narasinya adalah sebagai berikut.

Tampaknya dalam sudut rumah ini, aku lah hujan. Aku yang selalu dianggap anak manja. Dulu di rumahku sendiri, orang tuaku samapi kewalahan melayani semua keinginanku. Aku anak kedua. Anak termanja di keluargaku.

Sudut pandang orang ketiga umumnya menggunakan tokoh “dia” sebagai tokoh utama. Dapat juga dikatakan bahwa pengarang seolah hendak menceritakan tentang “dia”. Dalam sudut pandang orang ketiga serba tahu, pengarang biasanya menceritakan tokoh dengan sangat jelas. Artinya pengarang mengetahui apa saja mengenai tokoh “dia”. Selain itu pengarang juga bebas menceritakan siapapun tokoh yang ada dalam cerita, meliputi latar belakangnya, motifasinya, wataknya, dan sebagainya, sedangkan sudut pandang orang ketiga pengamat hanya terbatas pada beberapa tokoh saja. Beberapa tokoh dibiarkan tetap menyimpan rahasia, seolah pengarang pun juga tak begitu memahaminya.

6. Nilai/Amanah

(3)

7. Majas/gaya bahasa

Gaya bahasa berkaitan dengan style atau gaya kepenulisan pengarang. hal ini juga berkenaan dengan estetika atau keindahan dalam sastra. Umumnya karya sastra ditulis dengan gaya yang menarik dan terkadang juga simbolik. Dalam sastra terdapat banyak gaya bahasa atau majas seperti: hiperbola, metafora, personifikasi, dll.

Unsur-unsur tersebut membangun sebuah karya menjadi kesatuan yang utuh. Dalam sebuah karya roman atau narasi, unsur tema mendukung untuk membentuk latar, kemudian membantu menunjuk tokoh dan penokohannya, seterusnya hingga suatu karya terbentuk dengan maksud yang diinginkan pengarangnya. Meskipun terkadang para sastrawan atau pengarangnya tidak terlalu peduli dengan adanya unsur-unsur tersebut, karena tugas mereka memang adalah melahirkan karya sastra itu sendiri. Dalam kajian struktural, karya sastra dianalisis untuk menemukan dan menjelaskan unsur instrinsik yang membentuk karya tersebut.

Dalam artikel ini contoh penerapan kajian struktural untuk menemukan unsur instrinsik dilakukan pada cerpen “Rasa” karya Putu Wijaya. Cerpen ini berkisah tentang tokoh Aku sebagai seorang ayah yang kebingungan dengan perilaku anak gadisnya dan istrinya. Tokoh Aku mengira bahwa anak gadisnya tersinggung oleh ucapannya yang membandingkan dan memuji seorang wanita bergelar doktor yang dibacanya di sebuah koran. Tokoh Aku mengira anak gadisnya cemburu dan tersinggung karena ucapan ayahnya itu. Anak gadisnya tersebut memutuskan untuk tidak keluar kamar dan pada malam harinya pergi ke rumah temannya dengan alasan belajar dan hendak menginap di sana.

Tokoh Aku merasa bersalah sebagai seorang ayah telah menyinggung perasaan anak gadisnya. Pada tengah malam, ia memutuskan untuk menjemput Ami—anak gadisnya, dari rumah temannya. Ia merasa perlu meminta maaf atas ucapannya. Dengan alasan ibunya sakit, tokoh aku hendak membujuk Ami untuk pulang. Tetapi, atas kebohongannya tersebut, tokoh Aku merasa tambah bersalah kepada anaknya. Akhirnya ia memutuskan untuk meminta maaf atas perilakunya termasuk mengenai doktor muda yang cantik. Di luar dugaan tokoh Aku, Ami malah tertawa mendengar ucapan ayahnya itu. Kemudian ia menjelaskan bahwa sebenarnya yang merasa cemburu adalah ibunya. Ibunya yang menyuruh untuk mengurung diri dalam kamar dan pergi ke rumah Rani pada malam harinya. Setelah mendengar penjelasan anak gadisnya tersebut, tokoh Aku baru menyadari bahwa ia tidak bisa memahami apa-apa tentang perempuan, bahkan istri dan anak gadisnya. Selain itu ia juga sadar bahwa sebenarnya dibalik kecerewetannya, istrinya begitu sangat mencintainya.

(4)

Referensi

Dokumen terkait

Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu (dari dalam) sendiri, unsur ini adalah.. yang menyebabkan ide atau gagasan imajiner hadir sebagai karya

Selanjutnya Hendy (dalam Rapika, 2007:28) mengemukakan bahwa cerpen adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang isinya merupakan kisahan pendek yang mengandung

Setiap karya sastra juga mengandung unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur dari luar yang mempengaruhi isi karya sastra, misalnya psikologi, sosiologi, agama, sejarah,

Untuk memahami unsur intrinsik sastra digunakan teori Wellek and Austin (1956), sedangkan cara melihat unsur ekstrinsik digunakan cara yang disarankan oleh Mahayana (2007),

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi memengaruhi keberadaan karya sastra sebagai karya seni.. 

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang ada diluar karya sastra itu, tapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut atau dengan kata lain dapat

Setiap karya sastra juga mengandung unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur dari luar yang mempengaruhi isi karya sastra, misalnya psikologi, sosiologi, agama, sejarah,