BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya
(Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit memiliki tenaga kerja yang berasal dari disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda-beda sehingga menuntut kerjasama satu sama lain. Perawat adalah salah satu tenaga kerja di rumah sakit sehingga profesi perawat memiliki andil untuk mewujudkan kualitas perawatan setiap saat. Lunqvist dan Axelsson (2007) mendukung pernyataan tersebut, mereka menyatakan bahwa mutu
tidak didokumentasikan dengan akurat dan lengkap akan sulit untuk membuktikan bahwa asuhan keperawatan tersebut telah dilakukan dengan benar (Potter & Perry, 2005). Perawat dapat mengkomunikasikan tindakan yang sudah dilakukan dalam bentuk tulisan, fakta-fakta penting tentang klien dengan tujuan mempertahankan kelangsungan pelayanan kesehatan selama kurun waktu tertentu. Potter dan Perry juga menyatakan bahwa dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek, salah satunya aspek hukum.
Perawat sebagai bagian dari rumah sakit ikut ambil bagian dalam menentukan mutu sebuah rumah sakit dengan cara memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Kualitas asuhan keperawatan menunjukkan asuhan keperawatan yang bermutu apabila asuhan keperawatan diberikan secara holistik mulai dari pengkajian sampai dengan pendokumentasian. Hasil asuhan keperawatan adalah hasil akhir intervensi keperawatan, maka perubahan status kesehatan pasien merupakan hasil dari tindakan keperawatan yang telah diberikan (Gillies, 2004). Asuhan keperawatan yang bermutu akan terwujud apabila tindakan keperawatan kepada pasien dilakukan sesuai dengan standar praktek keperawatan. Standar praktek keperawatan dapat berupa standar asuhan keperawatan (SAK) dan standar prosedur operasional (SPO).
pelayanan kesehatan termasuk tindakan keperawatan akan menyebabkan peningkatan dalam gugatan malpraktek melawan dokter, perawat dan lembaga kesehatan. Tekanan masyarakat untuk meningkatkan mutu dan menurunkan biaya perawatan kesehatan berakibat pemerintah, departemen dan kantor pelindung hukum menganjurkan instansi rumah sakit atau pemberi pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan langkah-langkah pengawasan mutu.
Mutu dipertahankan dengan menempuh berbagai cara, salah satunya adalah rumah sakit mempunyai program jaminan mutu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gillies (2004), bahwa Joint Commission on the Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) menganjurkan kepada setiap rumah sakit supaya memiliki program jaminan mutu yang menyeluruh dan terintegrasi yang melibatkan monitoring berkelanjutan terhadap perawatan pasien untuk menemukan masalah, memperbaiki dan mengawasinya. Patel (2010) mendukung pernyataan tersebut, bahwa QA membantu memastikan bahwa pasien diberikan perawatan yang aman, handal dan bermartabat, dan untuk mendorong kesembuhan atau pemulihan pasien.
keperawatan sangat penting dalam memastikan bahwa data pasien disajikan dalam cara yang mudah untuk memfasilitasi perawat atau profesional kesehatan lainnya dan mempermudah akses informasi penting untuk pengambilan keputusan klinis. Selain itu, Patel (2010) menyatakan audit dilakukan untuk membantu mengurangi hari rawat pasien di rumah sakit, meningkatkan jumlah pasien dan meminimalkan biaya perawatan. Audit yang dilaksanakan akan membantu perawat untuk bersikap dan bertindak hati-hati dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien untuk meminimalkan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya.
Kegiatan panitia pengendalian mutu RS Santa Elisabeth Medan lebih difokuskan pada peningkatan kualitas ketrampilan perawat yaitu menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Penanganan Gawat Darurat (PPGD) bagi para perawat, manajemen asuhan keperawatan, resusitasi jantung paru sementara (RJPS), pelatihan Elektro Kardiografi (EKG) dasar dan pelatihan penggunaan alat-alat di ruang perawatan intensif. Kegiatan pelatihan tersebut memang sudah baik untuk meningkatkan ketrampilan perawat dalam melaksanakan tindakan-tindakan, akan tetapi mutu dalam asuhan keperawatan tidak hanya dilihat dari ketrampilan perawat dalam melakukan tindakan saja, melainkan dari dokumentasi keperawatan yang dilakukan.
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan memerlukan keterlibatan perawat manajer dan perawat pelaksana sebagai satu organisasi (Harvey, 1991). Dibutuhkan partisipasi dan kerelaan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan tujuan pelayanan keperawatan yang diharapkan. Penelitian dengan pendekatan
dengan penelitian ini perawat memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan audit dokumentasi keperawatan.
Ruang Perawatan Intensif merupakan tempat yang membutuhkan pengambilan keputusan dan tindakan yang tepat dan cepat untuk membantu klien mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Storesund & Mc Murray, 2009). Pasien yang membutuhkan perawatan intensif sering memerlukan support terhadap instabilitas hemodinamik (hipotensi), airway atau respiratory compromise dan atau gagal ginjal, kadang ketiga-tiganya. Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan kondisi yang potensial reversibel atau mereka yang memiliki peluang baik untuk bertahan hidup. Karena penyakit kritis begitu dekat dengan “kematian”, outcome intervensi yang diberikan sangat sulit diprediksi. Banyak pasien yang akhirnya tetap meninggal di Ruang Perawatan
Keadaan pasien yang kritis menuntut perawat memberikan reaksi segera atas status kesehatan pasien seperti yang dikemukakan oleh Orlando (1972) dalam Schmieding (2006) tentang Disciplin Nursing Process. Orlando menyatakan bahwa perawat harus segera memberikan reaksi sesegera mungkin atas perubahan status kesehatan pasien, mulai dari melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, merencanakan, melakukan intervensi, sampai dengan mengevaluas keadaan pasien. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan atau perkembangan status kesehatan klien, apabila status kesehatan pasien tidak berubah maka perawat harus segera menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta melakukan
evaluasi terhadap perkembangan status kesehatan pasien yang baru. Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan berulang-ulang menyerupai sebuah siklus umpan balik Deming yang dikenal dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act).
1.2.Pertanyaan Penelitian
Latar belakang yang sudah diuraikan di atas, menimbulkan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana pengembangan audit dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif ?
1.3.Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program audit dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
1.4.Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit, perawat administrator dan perkembangan riset keperawatan.
Bagi rumah sakit diharapkan dengan adanya penelitian ini akan menciptakan pola baru atau alur program audit dokumentasi keperawatan yang efektif dalam proses keperawatan. Alur audit dokumentasi yang tercipta bisa digunakan untuk seluruh unit di rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
kelemahan dan kekurangan dalam mengerjakan tugasnya sehingga bisa dilakukan perbaikan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.