BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar dimana instumen keuangan dalam jangka waktu panjang bisa diperjual belikan. Pasar modal dapat dijadikan tempat bagi investor untuk menanamkan modalnya, selain itu bagi perusahaan, pasar modal dapat dijadikan tempat memperoleh tambahan dana. Untuk meningkatkan modalnya, perusahan dapat menerbitkan sekuritas berupa saham, obligasi atau sekuritas lainnya yang dijual ke publik melalui bankir investasi dalam pasar primer. Melalui kepemilikan saham seseorang menyertakan modalnya ke dalam perusahaan, sehingga mereka berhak mengklaim kepemilikan perusahaan serta keuntungan yang diperoleh perusahaan sesuai dengan jenis dan besar saham yang dimiliki. Kisaran harga saham dari yang terendah sampai yang tertinggi dianggap mencerminkan nilai dari perusahaan, karena saham yang patut dihargai adalah saham dengan harga tinggi. Investasi dalam bentuk saham memiliki resiko tinggi dengan return ekspektasi terbesar atau resiko yang kecil dengan tingkat pengembalian tertentu.
investor sebab dengan memilih portofolio tersebut investor dapat mengetahui perkembangan saham perusahaan, kinerja perusahaan, mengetahui return ekspektasi sehingga meminimumkan resiko yang terjadi ketika memiliki saham tersebut.
Banyak informasi yang diperlukan para investor mengenai bursa saham, salah satunya informasi mengenai pemecahan saham yang dilakukan perusahaan. Pemecahan saham atau stock split adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan go public untuk memperbanyak jumlah lembar saham yang beredar sehingga
harga saham berkurang . Contohnya dengan perbandingan 1:2 , maka nilai nominal dari saham akan berkurang menjadi setengahnya. Satu lembar saham akan dibagi menjadi 2 lembar saham, dengan harga saham setengah dari harga saham semula ( Jogiyanto 2000 : 397 ).
jauh di atas kenaikan indeks saham perusahaan infrastructure & utility yang mencapai 1,44%, demikian pula dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hari itu mengalami kenaikan hingga 1,47%.
akan masuk dalam ayat jurnal namun akan tetap dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan.
Ada dua teori yang mendasari manajemen perusahaan melakukan stock split. Pertama, signaling theory yang menyatakan bahwa stock split akan
yang didapat pada masa yang akan datang lebih banyak lagi sehingga pembagian deviden akan lebih besar. Investor tidak terfokus pada pemecahan saja, tetapi investor melihat informasi yang disampaikan melalui pemecahan saham. Pemecahan saham selain menaikkan pendapatan dikisaran tanggal pengumuman dan setelahnya juga akan diikuti dengan peningkatan deviden tunai.
Stock split dibagi menjadi dua yakni : stock split up ( pemecahan saham
naik) dan reverse stock split ( pemecahan saham terbalik ). Stock split up yaitu peningkatan jumlah lembar saham yang beredar dengan nilai nominal yang berkurang, tergantung porsi pembaginya. Reverse stock split adalah penurunan jumlah lembar saham beredar dengan nilai nominal yang meningkat, misalnya reverse stock split dengan perbandingan 2:1 maka pemegang saham akan
menerima satu saham baru dengan nominal dua kali dari harga saham yang lama. Stock split dianggap tidak memiliki nilai ekonomis karena pemecahan saham tidak
merupakan pasar yang tidak bereaksi terhadap pengumuman yang tidak memiliki nilai ekonomis dan sebaliknya pasar yang tidak efisien akan bereaksi terhadap pengumuman yang tidak memiliki nilai ekonomis. Menurut Copeland (1979) pemecahan saham berakibat pada likuiditas saham yang akan semakin rendah karena volume perdagangan yang rendah selain itu biaya transaksi pialang akan meningkat dan bid-ask spread yang lebih tinggi. Perusahaan memiliki alasan sendiri dalam melakukan pemecahan saham, selain untuk menjaga harga saham berada pada rentang perdagangan yang optimal, manajemen perusahan juga ingin menunjukkan bahwa perusahaan dalam kinerja yang baik. Dalam melakukan pemecahan saham perusahaan akan menanggung beberapa biaya, dan resiko apakah informasi ini ditanggapi dengan positif oleh pasar atau tidak. Manajemen perusahaan melakukan pemecahan saham dengan tujuan menunjukkan prospek perusahaan yang bagus, sehingga para investor menanggapi pemecahan saham secara positif, hal ini tentunya akan berdampak baik bagi perdagangan saham.
yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemecahan saham, maka pemecahan saham memiliki pengaruh terhadap volume perdagangan saham.
Melinda Savitri dan Dwi Martani (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa pemecahan saham ke bawah (reverse stock split ) memiliki efek lebih untuk return saham dibandingkan stock split. Terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan antara hari-hari sebelum dan setelah pengumuman stock split atau reverse stock split. I Gusti Mila W (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Selain itu pemecahan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata abnormal return saham sesudah dan sebelum pemecahan saham, hal ini dikarenakan reaksi
pasar yang berbeda. Fretty Asih Rumanti dan Moerdiyanto (2012) mengemukakan bahwa stock split berpengaruh terhadap harga saham, pasar bereaksi terhadap stock split. Terdapat perbedaan abnormal return selang waktu 10 hari sebelum
sebagai sebuah portofolio. Tidak adanya perbedaan signifikan untuk abnormal return berarti tidak ada perubahan pada return saham baik secara individual
maupun sebuah portofolio. Berbagai fenomena yang muncul dengan adanya kebijakan pemecahan saham mendorong peneliti untuk mengkaji “ Analisis Dampak Pemecahan Saham (Stock Split ) Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham “.
1.2. Perumusan Masalah
Hasil penelitian mengenai kebijakan pemecahan saham menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Kebijakan pemecahan saham ada yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, volume perdagangan dan abnormal return, namun sebagian penelitian menunjukkan pemecahan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return dan likuiditas saham. Pengumuman stock split dianggap sinyal positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan
prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada public yang belum mengetahuinya. Alasan ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang berkinerja baik, karena pemecahan saham akan menimbulkan resiko yang harus ditanggung perusahaan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa pemecahan saham adalah informasi yang tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga pasar yang efisien tidak akan bereaksi terhadap informasi tersebut. Adanya perbedaan pendapat mengenai pengaruh pemecahan saham membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai :
2. Apakah terdapat perbedaan antara abnormal return saham sebelum pemecahan saham dan sesudah stock split dilakukan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terkait masalah yang dipaparkan sebelumnya yaitu :
a. Untuk mengetahui perbedaan antara volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split dilakukan.
b. Untuk mengetahui perbedaan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah stock split dilakukan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh pemecahan saham kepada manajemen perusahaan sehingga dapat mempertimbangkan keputusan dalam mengambil kebijakan selanjutnya.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dimasa yang akan datang bagi investor maupun calon investor.