• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. - Pengaruh Musik Tradisional Batak Toba Terhadap Mood

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. - Pengaruh Musik Tradisional Batak Toba Terhadap Mood"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. MOOD 1. Definisi Mood

Zevon, Tellegen, dan Watson (dalam Ekkekakis, 2012) menyatakan mood sebagai keadaan keterbangkitan (arousal) yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi affective valence atau activation dan dimensi engagement. Zevon, Tellegen, dan Watson (dalam Ekkekakis, 2012) mengungkapkan bahwa kedua dimensi ini bersumber dari faktor analisis data self-report inter dan intraindividual. Namun Ekkekakis (2012) menyebutkan bahwa kebanyakan aitem-aitem pada faktor analisis tidak menggambarkan valence dan activation yang murni, namun malah menggambarkan campuran dari kedua dimensi tersebut. Ia menjelaskan bahwa dengan mengikuti rotasi varimax, satu sumbu diperpanjang dari high-activation pleasant affect (gembira, antusias, tertarik) menuju low-activation affect (mengantuk, bosan), sehingga dinamakanlah dimensi ini dimensi

(2)

Zevon dan Tellegen (dalam Ekkekakis, 2012) menyatakan bahwa mood secara deskriptif bipolar namun secara afektif adalah unipolar. Hal ini berarti mood memiliki dimensi keterbangkitan (arousal) yang bipolar, individu merasakan keadaan yang menyenangkan atau keadaan yang tidak menyenangkan; namun bukan berarti apabila individu merasakan keadaan yang menyenangkan berarti tidak mengalami keadaan yang tidak menyenangkan. Individu tetap merasakan keadaan yang tidak menyenangkan, hanya saja kadarnya lebih rendah dibandingkan keadaan yang menyenangkan. Hal inilah yang disebut dengan unipolar secara afektif. Dengan pemaparan ini, Zevon, Tellegen, dan Watson (dalam Ekkekakis, 2012) berpendapat bahwa kata-kata sifat yang menggambarkan mood tidak mengandung arti yang berlawanan.

2. Dimensi Mood

Zevon, Tellegen, dan Watson (dalam Ekkekakis, 2012) membagi mood atas dua dimensi yaitu afek positif (PA) dan afek negatif (NA).

a. Afek Positif (PA)

(3)

dan keadaan yang menyenangkan; sedangkan rendahnya skor afek positif menggambarkan kesedihan dan kelesuan.

b. Afek Negatif (NA)

Dimensi afek negatif menggambarkan distres subjektif dan sesuatu yang tidak menyenangkan yang akan mengarah pada mood negatif (Ekkekakis, 2012). Dimensi afek negatif (negative affect) menggambarkan distres subjektif dan keadaan yang tidak menyenangkan (Watson dkk, dalam Ekkekakis, 2012). Skor dimensi afek negatif yang tinggi menandakan keadaan aversif seperti marah, takut, atau merasa bersalah; sedangkan skor afek negatif yang rendah menggambarkan ketenangan dan ketentraman (Ekkekakis, 2012).

Zevon dan Tellegen (dalam Ekkekakis, 2012) mengungkapkan bahwa dimensi afek positif dan afek negatif mood sebagian besar tidak saling tergantung satu sama lain, sehingga menamakan afek positif dan afek negatif menjadi aktivasi positif dan aktivasi negatif. Crawford dan Henry (2004) menyatakan bahwa afek positif dan afek negatif menggambarkan dimensi disposisional (kecenderungan) dan lebih baik bila disebut sebagai aktivasi positif dan aktivasi negatif dibandingkan hanya afek positif atau afek negatif.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mood

Devine et al (2010) mengemukakan komponen STORC (situation, thougts, organ/physical/bodily, response, reaction) sebagai komponen yang dapat mempengaruhi mood.

(4)

Situation merujuk pada orang, tempat, dan hal-hal yang mengelilingi individu pada titik tertentu dalam waktu tertentu yang dapat menimbulkan afek positif atau afek negatif dalam mood. Misalnya berada terlalu lama pada tempat yang bising cenderung memunculkan afek negatif mood. Pengalaman musikal yang dapat dialami seseorang kapanpun dimanapun juga termasuk dalam faktor situation yang dapat mempengaruhi mood seseorang. Misalnya ketika mendengarkan musik tertentu di toko memunculkan mood tertentu seseorang.

b. Thought Pattern (Cognitive Component)

Interpretasi individu sebagai pemahaman terhadap situasi yang mengelilinginya akan mempengaruhi afek yang muncul. Pemikiran atau interpretasi yang berbeda akan memunculkan afek yang berbeda pula. c. Organ Experience (Physical or Bodily Component)

Apa yang terjadi di dalam tubuh seseorang berpengaruh pada afek yang dirasakannya. Afek yang muncul merupakan respons langsung terhadap sensasi internal tubuh tersebut.

d. Response Patterns (Behavioral Component)

(5)

Situasi/lingkungan sosial individu akan memberi reaksi terhadap cara merespon/perilaku individu. Konsekuensi terhadap cara merespon ini mempengaruhi afek individu. Misalnya lingkungan yang kurang memberikan penguatan positif cenderung menimbulkan afek negatif mood. B. MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA

1. Definisi Musik

Musik adalah hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui elemen-elemen musik (Jamalus, 1988). Djohan (2005) juga mengungkapkan musik adalah suara-suara terorganisir yang dirangkai dengan menggunakan elemen-elemen musik.

2. Musik Tradisional Batak Toba

Musik tradisional Batak Toba adalah musik yang berasal dari suku Batak Toba yang mengekpresikan keragaman bahasa, agama, kondisi geografi, sosial, sistem ekonomi, nilai, keyakinan, dan pandangan hidup suku Batak Toba, kemudian diwujudkan dalam karakteristik instrumen, performansi, melodi, dan pola irama masing-masing (Kamien; dalam Siregar, 2008). Walker (dalam Djohan, 2005) berpendapat bahwa musik pada setiap budaya bergantung pada lingkungan, teknologi, pola pikir, serta keunikan-keunikan lainnya yang hanya ada pada budaya tersebut.

(6)

norma sosial, (6) validasi instituisi sosial dan ritual keagamaan, (7) kontribusi terhadap kontinuitas dan stabilitas budaya, (8) kontribusi terhadap integrasi masyarakat, (9) kesenangan terhadap keindahan, dan (10) hiburan.

Musik tradisional suku Batak Toba disebut gondang, yang berarti seperangkat alat musik, ensambel musik, dan komposisi lagu (Irfan, 2004). Berdasarkan pengertian ensambel, gondang dalam suku Batak Toba dibagi atas dua jenis, yaitu gondang sabangunan dan gondang hasapi (Simangungsong, 2013). Dalimunthe (2012) membedakan gondang sabangunan dan gondang hasapi berdasarkan pola permainan. Gondang sabangunan membawa pola ritmis, sedangkan gondang hasapi membawa pola melodi.

a. Gondang Sabangunan

Sebutan lain untuk gondang sabangunan ialah parhohas na ualu atau perkakas delapan (Irfan, 2004). Menurut keyakinan suku Batak Toba, apabila gondang sabangunan dimainkan maka suaranya akan terdengar sampai ke langit dan semua penari mengikuti gondang tersebut akan melompat seperti kesurupan (na tondol di tano). Purba (2002) menyatakan bahwa gondang sabangunan merupakan praktik kultural dari leluhur suku Batak Toba untuk mengiringi permohonan berkat kepada dewa melalui pemberian sesajian, doa, dan pelaksanaan upacara.

Gondang sabangunan memiliki delapan alat musik di dalamnya (Simangungsong, 2005), yaitu :

(7)

Sarune bolon merupakan alat musik aerofon (ditiup) oleh pemain. Sarune

bolon berasal dari batang kayu mahoni panjang yang berbentuk kon berukuran 60-70cm dan terdapat lima lubang jari di bagian depan serta satu lubang jari di bagian belakang batang. Sarune bolon memainkan melodi gondang.

a.2. Taganing.

Taganing atau tataganing terdiri dari lima drum yang disusun dalam satu

baris pada satu rangka kayu, dengan drum yang paling kecil berada di bagian kiri hingga drum paling besar di bagian kanan. Taganing terbuat dari kayu seperti hau ni pinasa (Artocarpus integer), hau ingul (Cedrella toona), dan hau joring (Phite colobium) (Purba, dalam Simangungsong, 2005). Drum tersebut memiliki kulit di bagian atas untuk ditabuh yang terbuat dari kulit kerbau, kulit kambing, atau kulit lembu dengan ukuran 35-50cm dan panjang 17-22cm. Kelima drum ini dipukul oleh satu orang dengan menggunakan pemukul kayu yaitu palu-palu. Taganing memainkan melodi dan/atau irama. Jika memainkan melodi/pola irama, maka tangan kanan pemain memainkan melodi sedangkan tangan kiri memainkan pola irama.

a.3. Gordang.

Gordang ialah drum yang mempunyai bentuk yang sama dengan taganing namun berukuran lebih besar dengan panjang 100-110cm dan lebar 23-27cm. Gordang memainkan pola irama.

(8)

Ogung yang digunakan dalam gondang sabangunan adalah empat buah ogung (ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora, dan ogung doal). Ogung oloan dan ogung ihutan memiliki ukuran lebih besar dan lebih panjang sekitar 40-50cm, sedangkan ogung panggora dan ogung doal berukuran 30-37cm. Keempat ogung dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul yang berbalut dan dimainkan satu orang, namun terkadang ogung oloan dan ogung ihutan dimainkan satu orang. Terdapat tiga cara yang berbeda untuk memainkan keempat ogung. Ogung oloan dan ogung ihutan digantung tegak pada satu rak kayu dan tidak diredam untuk menghasilkan bunyi bergaung. Ogung panggora boleh digantung atau diletak di atas paha pemain dengan meredam bunyinya. Ogung doal dipeluk oleh pemain sehingga tidak menghasilkan bunyi bergaung sedikit pun, namun sekarang ogung doal digantung.

a.5. Hesek.

Hesek adalah alat musik idiofon (alat gesek) yang terbuat dari besi atau botol bir kosong kemudian dipalu dengan sebantang besi atau kayu. Hesek berfungsi sebagai penanda tempo di sepanjang lagu dan dimainkan

satu orang. b. Gondang Hasapi

Sebelum dikenal dengan sebutan gondang hasapi, gondang ini disebut uning-uningan (Irfan, 2004). Gondang hasapi disajikan pada saat acara-acara

(9)

b.1. Sarune na metmet/etek (oboe)

Sarune etek termasuk kelompok aerofon (ditiup) oleh pemain yang ukurannya lebih kecil dari sarune bolon.

b.2. Sulim

Sulim dimainkan dengan cara ditiup yang terbuat dari bambu seperti suling atau seruling. Sulim memiliki enam lubang nada yang jarak antas satu lubang berdasarkan pengukuran-pengukuran tradisional. Sulim berfungsi sebagai pembawa melodi.

b.3. Dua hasapi.

Hasapi adalah alat musik dawai/senar, yang dapat disebut kecapi Batak.

b.4. Garantung.

Garantung merupakan klasifikasi alat musik xylofon (suara berasal dari kayu) yang terdiri dari lima bilah kayu bernada (Naiborhu, 2006).

b.5. Hesek

Sudah dijelaskan sebelumnya. 3. Aspek-aspek Musik

Musik adalah bunyi yang diorganisir ke dalam pola irama yang berhubungan dengan pitch ke dalam melodi dan harmoni (Djohan, 2010). Suara yang terorganisir menimbulkan respons pada manusia. Berikut empat elemen dasar pembentuk musik menurut Djohan (2010) :

a. Pitch

(10)

frekuensi getaran bunyi yang dihantar oleh udara. Semakin cepat getaran bunyi maka pitch yang dihasilkan semakin tinggi. Bunyi yang memiliki pitch yang tetap disebut dengan nada. Apabila nada-nada disusun sedemikian rupa secara vertikal akan menjadi rangkaian melodi. Bila disusun secara horizontal, simultan, dan dibunyikan bersamaan akan membentuk harmoni.

b. Timbre

Walaupun sulit mendefinisikan timbre, namun timbre diartikan sebagai warna suara yang berasal dari sumber suara. Suara yang didengar dari sumber suara tersebut diterima oleh indera pendengaran dan sistem auditori manusia melabel suara tersebut yang diasosiasikan dengan karakteristik gelombang tertentu. Kamien (2004) menyatakan bahwa timbre lembut biasanya pada lagu-lagu tentang kesedihan.

c. Dinamika

Dinamika adalah elemen musik yang berhubungan dengan tingkat kekerasan bunyi. Dinamika mengarahkan pada suara yang dihasilkan. Tanda-tanda dinamika yang umum digunakan adalah pianissiomo (sangat lembut), piano (lembut), mezzo-piano (agak lembut), mezzo-forte (agak nyaring), forte (nyaring), dan fortissimo (sangat nyaring).

d. Irama

(11)

sedangkan secara sempit, irama berhubungan dengan pitch dan tempo sehingga irama memiliki pola tertentu. Kamien (2004) mengelompokkan beat, meter, accent, syncopator dan tempo ke dalam irama. Tempo yang

cepat memberikan energi, dorongan, sedangkan tempo yang lambat mengarahkan pada rasa khidmat, tenang.

C. PENGARUH MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA TERHADAP MOOD

Mood merupakan salah satu aspek psikologis yang termasuk dalam afek yang dialami manusia selain emosi. Mood merupakan kondisi keterbangkitan (arousal) yang dialami manusia yang diukur dalam afek positif dan afek negatif. Mood merupakan kondisi keterbangkitan yang memiliki penyebab yang sulit diidentifikasi sehingga sulit mengetahui dengan pasti penyebab munculnya mood tertentu, bertahan dalam jangka waktu yang lama, baik berjam-jam bahkan berhari-hari, dan bersifat kognitif artinya mood mempengaruhi aktivitas kognitif seseorang yang kemudian akan mengarahkannya pada pembentukan eskpresi emosi.

Mood memiliki dua dimensi di dalamnya, yaitu dimensi afek positif yang

(12)

penelitian, yaitu ―pada saat ini‖, ―hari ini‖, ―beberapa hari yang lalu‖, ―beberapa

minggu yang lalu‖, ―tahun lalu‖, dan ―secara umum‖ (Gatari, 2008).

Devine dkk (2010) mengungkapkan bahwa afek positif dan afek negatif mood dapat dipengaruhi oleh komponen STORC, yaitu situation, thought pattern,

physical response, response pattern, dan environtmental reactions. Komponen-komponen ini saling berhubungan dan mempengaruhi afek yang muncul. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan untuk mempengaruhi mood adalah musik. Musik adalah suara-suara yang terorganisir yang dirangkai dengan menggunakan elemen-elemen musik yaitu pitch, timbre, dinamika, dan irama (Djohan, 2010). Suara yang terorganisir ini menimbulkan respons pada manusia apabila diperdengarkan. Lebih lanjut, Djohan (2010) menyimpulkan bahwa setiap manusia mengalami pengalaman musikal kapanpun dimanapun. Dapat disimpulkan bahwa musik sebagai komponen situation yaitu hal yang mengelilingi individu pada waktu tertentu.

(13)

Gondang sabangunan dan gondang hasapi memiliki perbedaan, baik bunyi-bunyian yang berasal dari instrumen musik yang ada di dalamnya yang mengarah pada perbedaan pola permainan musik keduanya juga penggunaan gondang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Gondang sabangunan biasanya dimainkan untuk mengiringi pesta masa tanam, perayaan masa panen raya, ritus penyembuhan penyakit, dan hal-hal yang bersifat pesta adat (ulaon adat) (Purba, 2002). Gondang hasapi biasanya disajikan pada acara-acara yang bersifat hiburan untuk masyarakat, misalnya opera Batak (Simon, 1985). Dogiel (dalam Merriam, 1964) berpendapat bahwa budaya memberi respons secara fisiologis terhadap musik/suara yang sama dengan cara-cara tertentu, tergantung pada makna budaya tersebut.

Bunyi-bunyian pada gondang sabangunan berasal dari sarunei bolon, ogung, drum taganing, hesek dan bass drum gordang. Sebagian besar instrumen musik pada gondang sabangunan adalah dipukul/ditabuh, yaitu instrumen taganing, gordang, dan ogung. Menurut Smith & Noon (dalam Murrock, 2005)

bahwa musik yang terdiri dari sebagian besar instrumen perkusi (dimainkan dengan cara dipukul, digosok, atau diadu) berhubungan dengan perasaan gelisah, membangkitkan energi, dan meningkatkan kekuatan. Hal ini berhubungan dengan afek positif mood yang dihasilkan dari gondang sabangunan.

(14)

tempo yang termasuk dalam irama harus cepat untuk memberikan energi ataupun dorongan berpesta yang akan menghasilkan afek positif mood (Kamien, 2004).

Jika dikaji dari alat musik yang dimainkan, instrumen ogung pada gondang sabangunan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul yang berbalut dan suara yang dihasilkan cukup keras/nyaring (Simon, 1985). Musik yang memiliki dinamika bunyi yang keras/nyaring dan pitch yang tinggi akan diinterpretasikan sebagai sesuatu hal yang menarik perhatian (thought pattern) dan tubuh akan menimbulkan sensasi-sensasi internal tubuh (organ

experience). Hal ini didukung oleh Dogiel (dalam Merriam, 1964) bahwa pitch,

intensitas, dan timbre suara musik sebagai sitimulus auditori mempengaruhi aliran darah yang kemudian berpengaruh pada kontraksi jantung dan pernafasan.

(15)

masyarakat maka musik yang dihasilkan adalah musik yang membangkitkan afek positif mood.

Musik yang dipakai untuk menghibur masyarakat akan mempengaruhi situation yaitu menimbulkan rasa senang/terhibur. Musik yang membangkitkan afek positif dihasilkan dari tempo yang cepat, dinamika yang cukup keras, pitch yang tinggi, serta irama yang konsisten. Gaston (1951 dalam Murrock, 2005) menyatakan bahwa irama yang konsisten akan memberikan perasaan aman, sedangkan irama yang tidak konsisten menciptakan suasana ketakutan. Elemen-elemen musikal pada gondang hasapi memberikan sensasi-sensasi internal pada tubuh yang akan memberikan reaksi terhibur melalui permainan musik gondang hasapi.

Dari pemaparan diatas, baik melalui elemen-elemen musikal maupun kajian instrumen musik, dapat ditarik kesimpulan bahwa musik tradisional Batak Toba yaitu gondang sabangunan dan gondang hasapi mempengaruhi afek positif dan afek negatif mood. Pengaruh musik tradisional Batak Toba yaitu gondang sabangunan dan gondang hasapi membangkitkan afek positif mood, yaitu senang,

terhibur, dan membangkitkan dorongan. D. HIPOTESIS PENELITIAN

(16)

Ha :

1. ―Ada perbedaan afek positif mood setelah mendengarkan musik

ansambel Batak Toba pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.‖

2. ―Ada perbedaan afek negatif mood setelah mendengarkan musik

ansambel Batak Toba pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.‖

3. ―Ada perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang sabangunan.

4. ―Ada perbedaan afek negatif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang sabangunan.

5. ―Ada perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang hasapi.

6. ―Ada perbedaan afek negatif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang hasapi.

Ho :

1. ―Tidak ada perbedaan afek positif mood setelah mendengarkan musik ansambel Batak Toba pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.‖

(17)

3. ―Tidak ada perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang sabangunan.‖

4. ―Tidak ada perbedaan afek negatif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang sabangunan.‖

5. ―Tidak ada perbedaan afek positif mood setelah diperdengarkan ansambel gondang hasapi.‖

Referensi

Dokumen terkait

Dalam wawancara ini peneliti akan menanyakan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan evaluasi pelaksanaan manajemen program literasi perspektif CIPP di

l Hot water operations: After the electrical water heater normally works and the heats for a long period of time, you can use the hot water in the tank, you need mixed

Adanya hubungan positif antara persepsi kerja beretika Islam dengan disiplin kerja guru, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhaimin (2004) bahwa

Penurunan angka BOD disebabkan adanya proses aerasi yang merupakan pengolahan tahap pertama, di bak aerasi tersebut kapasitas baknya besar dan terdapat 6 bak aerasi selain di bak

[r]

Untuk ubahan motivasi luar diperoleh skor terendan. 20 tertinggi

Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah.Setiap siswa yang datang

Oral malodorous compound triggers mitochondrial-dependent apoptosis and causes genomic DNA damage in human gingival epithelial cells. Hydrogen sulfide inhibits cell proliferation