PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 402
OPINI MASYARAKAT TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DASAR PADA SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) DI KABUPATEN TABALONG
Jauhar Arifin*, Budi Setiawati*, Kiswanul Arifin*
Program Studi Ilmu Administrasi Publik Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Tabalong
Jl. Komplek Stadion Olah Raga Saraba Kawa Pembataan Tanjung-Tabalong Kode Pos 70123 Telp./Fax (0526) 2022484
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk Menguji dan menjelaskan Opini masyarakat terhadap mutu pendidikan dasar dan pemberdayaan Komite Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong dengan 96 orang sampel. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dinyatakan cukup baik. Dilihat dari beberapa indikator mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong Indikator Standar Isi, Standar Kompentensi Kelulusan, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian dan Standar Pembiyaan dapat dikategorikan Sangat Baik, sedangkan Standar Proses dengan kategori Baik, Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan dengan kategori cukup baik serta standar Sarana dan prasarana dengan kategori kurang baik. Ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap. Hal ini akan menyebabkan tidak berdayanya komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong.
Kata kunci : opini masyarakat; mutu pendidikan; komite sekolah
COMMUNITY OPINION AGAINST THE QUALITY OF BASIC EDUCATION ON ELEMENTARY SCHOOL (SDN) IN TABALONG REGENCY
ABSTRACT
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 403
content, Graduation, standards Management, standards and Assessment Standard cost can catagore very good, while Standard process with catagore good, Standard Competencies and produce educators with catagore is quite good as well as the standards and infrastructure with Availability of facilities owned by the school Committee on SDN in Tabalong Regency, was largely unavailable, or available but not complete. This will cause no empower School Committee on elementary school in Tabalong Regency.
Keywords: opinion of the communit;, the quality of education; school Committee
PENDAHULUAN
Penjaminan mutu pendidikan adalah
kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan
atau program pendidikan, penyelenggara
satuan atau program pendidikan,
pemerintah daerah, pemerintah, dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam rangka menaikkan
tingkat kecerdasan kehidupan bangsa
melalui pendidikan. Berdasarkan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 35 ayat (3),
pengembangan standar nasional
pendidik-an serta pempendidik-antaupendidik-an dpendidik-an pelaporpendidik-an
pencapaiannya secara nasional
dilaksana-kan oleh suatu badan standardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu
pendidikan. Dalam hal ini penjaminan
mutu dilakukan oleh Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK-PMP). Dengan
mengacu pada Permendiknas No. 63 tahun
2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) pasal 20 dimana
dinyatakan salah satu jenis kegiatan
penjaminan mutu pendidikan adalah
evaluasi dan pemetaan mutu satuan atau
program pendidikan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten atau kota.
Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP) Pasal 2 ayat 1 menyebutkan tentang
lingkup standar nasional meliputi: standar
isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan,n standar sarana dan
pra-sarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Sementara ayat 2 menyatakan
bahwa untuk penjaminan dan pengendalian
mutu pendidikan sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dilakukan
evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Setiap
satuan pendidikan pada jalur formal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui
Standar Nasional Pendidikan yang
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 404
terencana dalam suatu program
penjamin-an mutu ypenjamin-ang memiliki target dpenjamin-an
kerangka waktu yang jelas. Salah satu alat
untuk melakukan penjaminan mutu
pendidikan tersebut adalah evaluasi diri
sekolah (EDS). Sedangkan dalam pasal 92
ayat 8 PP 19 Tahun 2005 disebutkan
bahwa Menteri menerbitkan pedoman
program penjaminan mutu satuan
pendidikan pada semua jenis, jenjang dan
jalur pendidikan. Sejalan dengan
diterbitkannya Permendiknas No. 63 tahun
2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP), sejak tahun 2010
Kementerian Pendidikan Nasional
(sekarang disebut Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan) mengupayakan tercipta
budaya mutu pendidikan dengan
men-dorong terlaksananya proses penjaminan
mutu pendidikan di tingkat satuan
pendidikan. Sekolah diberikan peningkatan
kapasitas untuk dapat melakukan EDS
secara mandiri dan meningkatkan kualitas
layanan pendidikan dengan mengacu
kepada hasil EDS tersebut. Dari sisi
pemerintah, dengan mengacu pada
Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
(SPMP) pasal 20 dimana dinyatakan salah
satu jenis kegiatan penjaminan mutu
pendidikan adalah evaluasi dan pemetaan
mutu satuan atau program pendidikan oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten atau kota. Pemetaan
mutu pendidikan telah dilakukan oleh
pemerintahumelalui berbagai cara, salah
satunya dengan berbasis EDS. Pemetaan
mutu berbasis EDS ini telah dilakukan
sejak tahun 2010 dengan sasaran terbatas.
Pada tahun 2013 pemetaan mutu
pendidik-an dengpendidik-an mengikuti pola evaluasi diri
sekolah (EDS) ini dilaksanakan dengan
sasaran semua satuan pendidikan dari SD,
SMP, SMA, dan SMK. Pemetaan ini
diharapkan dapat berfungsi ganda sebagai
acuan dalam melakukan evaluasi diri di
tingkat sekolah serta sekaligus memetakan
mutu pendidikan pada tingkat pusat
maupun daerah.
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 405
higienis. Keempat, sebagai umpan balik terhadap pelaksanaan sistem managemen pendidikan yang ditempuh, sekaligus sebagai alat evaluasi-koreksi untuk penyusunan program dan sistem manajemen baru yang lebih mengena. Terakhir, sebagai alat penentu ketuntasan belajar, kelulusan siswa pada jenjang pendidikan tertentu, sekaligus sebagai alat seleksi masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sayangnya, UN yang berperan bagus itu, pada kiprah dan pelaksanannya di lapangan sering dinodai oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Ini membuat praktik pelaksanaan UN menjadi bias, tidak valid, kurang akuntabel, dan sulit dipertanggungjawab-kan dalam tataran tertentu.
TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia mutu adalah baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya (Depdiknas, 2001:768). Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat (Depdiknas, 2002:7). Dalam pengertian mutu
mengandung makna derajat (tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible atau intangible. Mutu yang tangible artinya dapat diamati dan dilihat dalam bentuk kualitas suatu benda atau dalam bentuk kegiatan dan perilaku. Misalnya televisi yang bermutu karena mempunyai daya tahan (tidak cepat rusak), warna gambarnya jelas, suara terdengar bagus, dan suku cadangnya mudah didapat, perilaku yang menarik, dan sebagainya. Sedangkan mutu yang intangible adalah suatu kualitas yang tidak
dapat secara langsung dilihat atau diamati, tetapi dapat dirasakan dan dialami, misalnya suasana disiplin, keakraban, kebersihan dan sebagainya (Suryosubroto, 2004:210).
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 406
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta dan Ebtanas). Dapat pula di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah-raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya computer, beragam jenis teknik, jasa dan sebagainya. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana, disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya (Suryosubroto, 2004: 210-211). UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS melihat pendidikan dari segi proses dengan dengan merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadi-an, kecerdaskepribadi-an, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” (Fokusmedia, 2003:3).
Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolut dan relatif (Edward & Sallis, 1993, dalam Nurkolis, 2003: 67; Daniel C. Kambey,
2004:10-12). Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya. Sedangkan dalam konsep relatif, kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu kualitas bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang ditentukan. Produk yang berkualitas adalah sesuai dengan tujuan (fit for their purpose). Definisi kualitas dalam konsep
relative memiliki dua aspek, yaitu dilihat dari sudut pandang produsen, maka kualitas adalah mengukur berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan dan dari sudut pandang pelanggan maka kualitas untuk memenuhi tuntutan pelanggan (Edward Sallis, 1993, dalam Nurkolis 2003:68).
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 407
kepala sekolah, guru dan staf kependidikan lainnya. Pelanggan eksternal ada tiga kelompok, yaitu pelanggan eksternal primer, pelanggan sekunder, dan pelang-gan tersier. Pelanpelang-gan eksternal primer adalah peserta didik. Pelanggan eksternal sekunder adalah orang tua dan para pemimpin pemerintahan. Pelanggan eksternal tersier adalah pasar kerja dan masyarakat luas ( Kamisa, 1997, dalam Nurkolis, 2003: 70 – 71; lih. juga Senduk J.E., 2006: 110).
Berdasarkan konsep relatif tentang kualitas, maka pendidikan yang berkualitas apabila:
a) Pelanggan internal berkembang baik fisik maupun psikis. Secara fisik antara mendapatkan imbalan finansial. Sedangkan secara psikis adalah bila mereka diberi kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kemam-puan, bakat dan kreatifitasnya.
b) Pelanggan eksternal :
1. Dalam pengembangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Eksternal primer (para siswa) : menjadi
pembelajar sepanjang hayat, komuni-kator yang baik dalam bahasa nasional dan internasional, punya keterampilan teknologi untuk
lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari, siap secara kognitif untuk pekerjaan yang kompleks, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, dan menjadi warga Negara yang bertanggung jawab secara sosial, politik dan budaya (Phillip Hallinger, 1998, dalam Nurkolis, 2003:71). Intinya para siswa menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab akan hidupnya. (Kartini Kartono, 1997:11).
2. Eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintahan dan perusaha-an): mendapatkan konstribusi dan sumbangan yang positif. Misalnya para lulusan dapat memenuhi harapan orang tua dan pemerintah dan pemimpin perusahan dalam hal menjalankan tugas-tugas dan pekerja-an ypekerja-ang diberikpekerja-an.
3. Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas) : para lulusan memiliki kompetensi dalam dunia kerja dan dalam pengembangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejah-teraan rakyat dan keadilan sosial.
Peningkatan Mutu Pendidikan
pening-PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 408
katan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan konsepsi school based management dan community based education merupakan suatu keharusan. Dalam MBS sekolah dapat merencanakan, menetapkan, dan melaksanakan sendiri kebijakan, program, dan kegiatan sekolah, sepanjang untuk memajukan institusi sekolah dan meningkatkan mutu pendidikannya (Bafadal, 2006: 86). Oleh karena itu, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini kemudian dikenal dengan nama Manaje-men Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Sudah barang tentu sekolah tidak dapat melakukannya sendiri. Sekolah harus dapat menjalin dan bekerja sama dengan semua stakeholder pendidikan (Suparlan, 2008: 30).
Pembangunan Mutu
Membangun mutu pedidikan merupakan usaha terprogram/tersistem, sinergis, kontinyu, berproses secara kompleks, holistik, dan konsisten. Terprogram dimaknai, bahwa lembaga pendidikan memiliki goal/tujuan yang diterjemahkan dalam visi, misi, langkah strategis. Secara konseptual, tujuan tadi diterjemahkan dan dimplementasikan dalam seluruh aspek kegiatan lembaga
tersebut, sampai tujuannya terwujud ideal. Sinergis dimaknai, terpadunya dan terkonsentrasikannya seluruh kekuatan dan elemen pendukung untuk secara bersama-sama memberdayakan diri sehingga tujuan lembaga tersebut terwujud secara ideal pada tahapan waktu yang ditentukan. Kontinyu, menunjuk makna bahwa usaha mengukir tujuan dan mutu pendidikan tadi dijalankan dari waktu ke waktu, proses ke proses, langkah demi langkah, tahapan demi tahapan, pencapaian tingkat tertentu ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga terbentuk kurva meningkat ideal. Ini perlu perjuangan, ketelitian, kejelian, kesabaran, keuletan, ketangguhan, dan optimisme.
Prestasi : Sebuah Usaha Kompleks Potret kinerja pembangunan mutu pendidikan di atas menuntut usaha dan kerja serius dan kompleks dari setiap warga sekolah. Unsur lima M-IO (man, mindset, management, machine, material/
money, input, output) harus benar-benar
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 409
dikelola, dimiliki, dan dipercayanya. Spiritualitas, karakter, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa harus mendasari kiprah dan kinerja mereka dalam menyelenggarakan pendidikan. Ini akan turut membangun kultur sekolah dan lembaga pendidikan kita. Kultur ini akan menjadi trade mark /brand pendidikan kita ke depan. Untuk itu perlu ada kesepakatan, sinergi, dan konsistensi yang mantap. Management adalah tata kelola
penyeleng-garaan pendidikan. Perlu dipilih dan dilaksanakan sistem managemen yang kondusif, efektif, efisien, dan profit untuk mewujudkan dan mengendalikan mimpi kita membangun mutu pendidikan. Machine dimaknai sebagai mesin
pembe-lajaran; yaitu kegiatan belajar mengajar (KBM). Di sini terjadi atau dilakukan pemrosesan diri, karakter, wawasan, iman, dan semangat anak untuk melayani sesama dan Tuhannya, sebagai dasar pembangunan mutu lulusan. Belakangan ini, atas tuntutan kurikulum KTSP, pembelajaran lebih terkonsentrasi pada aktivitas murid. Untuk itu dikenal istilah Student Centre Learning, pembelajaran terpusat pada murid. Di sini guru sebagai manager kelas harus mampu mengelola dan membangun situasi belajar yang kondusif, harus mampu menciptakan KBM yang efektif. Material dimaknai sebagai sarana-prasarana pendukung
pen-didikan. Wujudnya banyak : gedung dan kelengkapannya, sarana pendingin (ini penting karena suhu udara kita dan iklim kita luar biasa gerah), Teknologi Informasi, laboratorium, ruang praktikum, dan seba-gainya. Semua harus baik, dipelihara, siap digunakan maksimal, dan mendukung pembangunan mutu lulusan. Money adalah dana penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Dana perlu dikumpulkan dari banyak pihak, dari berbagai cara halal, dikembangkan, dimanfaatkan secara mak-simal untuk pengembangan mutu pendidik-an kita. Aktivitas trpendidik-ansaksinya perlu dipertanggungjawabkan secara transparan, akuntabel, serta responsibilitis.
Faktor Pendukung
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 410
lebih mudah memberdayakan mereka belajar sukses dan tepat waktu. Inilah kualitas pelayanan kita. Inilah berkat yang bisa kita salurkan pada generasi kita.
Faktor ekternal meliputi unsur guru, kenyamanan lingkungan belajar/sekolah, KBM, lingkungan keluarga, dan lingkung-an sekitar lingkung-anak. Guru perlu menjadi sosok yang visioner, supel, ramah tetapi tegas, berteladan, bersistem among, sabar dan berintegritas, serba bisa, disiplin, menjadi motivator, inspirator, inisiator, inovator. Ia perlu menjadi sosok yang berwibawa, ramah, dicari siswa sebagai pendamping belajar dan membangun konsep, serta menjadi pembina spiritualitas siswanya. Lingkungan sekolah perlu diciptakan menjadi nyaman, tenang, aman, dan mendukung terciptaya KBM yang efektif. Ruang kelas dingin ber-AC, sekolah hijau perlu dipikirkan untuk diwujudkan agar murid betah belajar. Kondisi-kondisi tersebut akan membantu menciptakan ketenangan, konsentrasi, dan maksimali-sasi usaha belajar dan pembangunan konsep siswa, di tengah-tengah iklim global yang tak bersahabat. KBM harus bejalan efektif dan berkualitas. Di dalamnya terus terjadi transaksi pembe-lajaran nan dinamis, partisipatif, terkendali dalam suasana dan arus komunikasi antararah. Siswa konsentrasi, memberikan
respon, membangun konsep, memperluas wawasan diri, memiliki keunggulan kompetitif, akhirnya leading dan survive.
Lingkungan keluarga perlu diupaya-kan saling perhatian, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling memberikan keamanan, kenyamanan, kedamaian, per-satuan, perlindungan, serta didasari cukup ekonomi. Rumah dan keluarga harus menjadi lingkungan belajar pertama dan utama yang nyaman dan progresif bagi anak. Jadikan anak betah dan senang di rumah, menghargai dan kangen terhadap rumah dan keluarga. Jadikan anak bangga terhadap keluarganya sehingga ia penuh hormat dan loyal pada keluarga. Lingkungan sekitar anak perlu diciptakan searah dan secitra dengan upaya nasional membangun mutu. Untuk itu perlu diciptakan kondisi lingkungan sekitar anak yang terus belajar, terus membaca, terus maju, dan terus mendukung pembangunan mutu pendidikan. Anak harus selektif dalam memilih teman sepergaulan di lingkungannya agar misi membangun mutu tetap lurus terwujud, tidak terkontaminasi pengaruh buruk yang ada di sekitarnya, dan sukses mutu.
Manfaat Mutu
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 411
mutu menjadi penting dan menempati prioritas dalam penyelenggaraan pendidik-an. Mutu pendidikan memliki dan mem-berikan banyak manfaat bagi siapa pun. Apa saja manfaat mutu itu ?
Berikut ini sedikit ulasan tentang manfaat mutu pendidikan. Mutu pendidik-an menjadi simbol kebpendidik-anggapendidik-an pemiliknya dan segenap civitas di sekolah/kampus. Mutu memberikan pamor dan wibawa tertentu bagi lembaga pendidikan. Mutu menjadi sumber favorit masyarakat terhadap sekolah itu. Mutu menjadi alat promosi dan nilai jual sekolah/kampus di tengah masyarakat dan pencari tempat belajar. Jika sebuah lembaga sekolah diminati masyarakat maka tentu saja lembaga itu akan terus eksis dan survive. Ia memiliki kelangsungan hidup yang kontinyu. Selain itu, bagi pribadi lulusan yang juga bermutu, ia akan dengan lebih mudah mencari kerja karena dengan kondisi mutunya mampu bersaing dan menang. Ia memperoleh kesempatan untuk bekerja tenang dan hidup nyaman lebih panjang. Ia memperoleh kesempatan untuk mengabdikan diri kepada lembaga kerjanya dan masyarakat.
Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan
Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu
pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau lembaga lain yang dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 412
Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.
Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Komite Sekolah
Di dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 044/u/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dijelaskan bahwa Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelo-laan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Sedangkan Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing- masing satuan
pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang disepakati.
Sedangkan badan yang seperti BP3, komite sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini. sedangkan di dalam PP no 17 tahun 2010 kedudukan ini tidak berubah, artinya bahwa Komite Sekolah tetap sebagai lembaga yang mandiri yang dibentuk guna mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, perbedaannya dalam PP no 17 tahun 2010 ini disebutkan bahwa komite sekolah selain mandiri juga harus profesional. Artinya Komite sekolah harus benar-benar dapat menjalankan peran dan fungsi, tidak hanya menjadi alat pelengkap di sekolah, atau bahkan hanya menjadi ”tukang stempel: atas kebijakan kepala sekolah.
mem-PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 413
bentuk komite sekolah, tidak peduli berapapun jumlah peserta didik yang terdaftar dalam sekolah tersebut. Tetapi dalam PP no 17 tahun 2010 pasal 196 dijelaskan bahwa Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik kurang dari 200 (dua ratus) orang dapat membentuk komite sekolah/madrasah gabungan dengan satuan pendidikan lain yang sejenis. Dengan demikian, dalam PP ini dikenal adanya komite sekolah gabungan.
Peran Komite Sekolah
Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/ 2002, komite sekolah berperan:
1. Pemberi pertimbangan (advisory agen-cy) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendi-dikan;
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3. Pengontrol (controlling agency) dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendi-dikan di satuan pendipendi-dikan;
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidik-an. Sedangkan dalam PP nmor 17 tahun 2010 pada pasal 205 fungsi pengawasan komite sekolah lebih dipertegas lagi.
Dalam pasal ini dijelaskan :
1) Komite sekolah/madrasah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada ting-kat satuan pendidikan;
2) Hasil pengawasan oleh komite sekolah/ madrasah dilaporkan kepada rapat orang tua/ wali peserta didik yang diseleng-garakan dan dihadiri kepala sekolah/ madrasah dan dewan guru.
Fungsi Komite Sekolah
Lebih lanjut dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 dijelaskan bahwa Komite Sekolah berfungsi :
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penye-lenggaraan pendidikan yang bermutu; 2. Melakukan kerjasama dengan
masyara-kat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkena-an dengberkena-an penyelenggaraberkena-an pendidikberkena-an yang bermutu;
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masya-rakat;
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 414
kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;
5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan;
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penye-lenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Secara prinsip fungsi ini tidak berbeda dengan PP nomor 17 tahun 2010, artinya fungsi yang dijelaskan dalam PP ini masih relevan dilaksanakan. Hal yang berbeda dari PP ini adalah tentang keanggotaan komite sekolah. Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 dijelas-kan bahwa jumlah anggota komite sekolah sekurang-kurangnya adalah 9 (sembilan) orang dan jumlahnya adalah gasal, sedangkan dalam PP nomor 17 tahun 2010 keanggotaan komite sekolah ditetapkan sebanyak 15 (lima belas) orang. Unsur-unsur yang dapat menjadi anggota komite sekolah juga berubah, Kepmendiknas nomor 044/u/2002 menjelaskan bahwa anggota komite sekolah dapat berasal dari
unsur orang tua/wali peserta didik; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri; organisasi profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; wakil peserta didik. Sedangkan dalam PP nor 17 tahun 2010, keanggotaan komite.sekolah terdiri dari orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen); tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen); dan pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dengan demikian yang berubah adalah ditiadakannya anggota komite sekolah dari unsur alumni dan peserta didik. Masa keanggotaan komite sekolah juga mengalamai perubahan. Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 setelah pembentukan pertama kali oleh sekolah, maka masa keanggotaan komite sekolah diatur berdasar anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) komite sekolah, sehingga dimungkinkan masa jabatan anggota komite sekolah bisa lebih dari tiga tahun. Dalam PP nomor 17 tahun 2010 pasal 197 ditegaskan bahwa keanggotaan komite sekolah adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali setelah satu kali masa jabatan.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 415
semua Sekolah Dasar Negeri. Penelitian dilaksanakan dilakukan pada bulan Oktober dan Desember 2014. Populasi penelitian ini adalah semua SDN di Kabupaten Tabalong berjumlah 225 SDN. Sampel penelitian diambil secara random dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, dimana Kabupaten Tabalong di
bagi dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu wilayah Utara (Kecamatan Bintang Ara, Haruai, Upau, Muara Uya dan Kecamatan Jaro), wilayah Tengah (Kecamatan Tajung, Murung Pudak dan Kecamatan Tanta) dan wilayah Selatan (Kecamnatan Muara Harus, Kelua, Pugaan dan Kecamatan Banua Lawas) dan sebanyak 2 (tiga) sekolah setiap kecamatan dalam satu wilayah, yaitu 1 (satu) SDN di Kota Kecamatan, 1 (satu) SDN di Desa Kecamatan. Kemudian sampel diambil sebanyak 4 orang setiap sekolah (masing-masing 1 (satu) orang dari Kepala Sekolah, 1 (satu) dari guru, 1 (satu) dari pengurus Komite Sekolah dan 1 (satu) Orang Tua Murid). Sehinga responden penelitian, sebanyak 2 x 12 x 4 orang = 96 orang responden tingkat SDN.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data penelitian dilakukan dengan berbagai cara. Adapun cara yang ditempuh yaitu: 1) Metode survey menggunakan angket, untuk
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 416
berdasarkan masukan dari expert judgment atau seminar hasil penelitian
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Data dijaring dengan menggunakan alat ukur akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun teknis analisis yang dilakukan yaitu: 1) Analisis deskriptif untuk menggambarkan opini publik terhadap standar mutu pendidikan dan profil komite sekolah dan pemberdayaan komite sekolah. 2) Analisis kualitatif untuk menggambarkan perbedaan opini publik antara sekolah Dasar yang berada di kota, pinggiran kota dan di desa pada kecamatan tersebut yang berkaitan dengan Standar mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Opini publik terhadap mutu pendidikan SDN di Kabupaten Tabalong.
Berdasarkan dari konsep Standar Nasional Pendidikan bahwa mutu pendidikan didasarkan pada mutu Standar
Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa masing-masing standar yang diharapkan merupakan acuan Standar Nasional Pendidikan dan ter-gambar dan dapat dilihat jawaban kuesioner masing-masing sampel. Sebelum dilakukan pembahasan dan analisis kami merumuskan beberapa kriteria yaitu : 1) 81 % - 100% = Sangat Baik 2) 61% - 80% = Baik
3) 41% - 60 % = Cukup Baik 4) 21% - 40% = Kurang Baik 5) 1% - 20% = Tidak baik
Memperhatikan kriteria tersebut di atas, maka uraikan beberapa pembahasan dan analisis sebagai berikut :
Berikut ini dibuatkan rekapitulasi Standar Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong berdasarkan hasil penelitian tersebut, sebagai berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Standar Mutu SDN di Kabupaten Tabalong
No. Uraian A(%) B(%) C(%) D(%) E(%)
1 Standar Isi 10,71 51,42 30,71 7,16 -
2 Standar Proses 15 38,13 26,87 16,87 3,13
3 Standar Kompentensi Kelulusan 34,26 41,79 17,89 5,53 0,53 4 Standar Kompetensi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (PTK)
3,57 25,71 27,86 11,43 31,43
5 Standar Sarana dan Prasarana 7,75 22,75 30,75 28,5 10,25
6 Standar Pengelolaan 22,29 43,75 25,42 8,54 -
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 417
8 Standar Penilaian 20,63 31,87 29,68 16,25 1,57
Rata-rata 17,76 37,84 28,96 9,58 5,86
Berdasarkan tabel rekapitulasi Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong dinyatakan Sebagian terkecil (17,76%) menyatakan Sangat Baik, sebagian kecil (37,84%) menyatakan Baik, sebagian kecil (28,96%) menyatakan cukup baik, sebagian terkecil (9,58%) menyatakan kurang baik dan sebagian terkecil (5,86%) menyatakan tidak baik. Dengan demikian Standar mutu
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong dinyatakan cukup baik (55,60%).
Pemberdayaan peran dan fungsi Komite Sekolah
Dalam hal pemberdayaan peran dan fungsi komite sekolah pada Sekolah dasar Negeri di Kabupaten Tabalong dapat tergambar dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.11
Jawaban responden dalam (%) tentang keberadaan fasilitas yang dimiliki oleh Komite Sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong
No. Fasilitas dan SDM yang dimiliki Tidak ada
Tersedia Tidak Lengkap
Tersedia Lengkap
1 Tenaga administrasi dan keuangan 100 - -
2 Ruang kantor khusus 90 10 -
3 Meja kursi rapat 90 10 -
4 Papan tulis dan papan data 85 10 5
5 Papan struktur organisasi 100 - -
6 Agenda dan arsip surat masuk/keluar 85 10 5
7 Stempel dan bak stempel Komite Sekolah
- 50 50
8 Buku daftar hadir rapat 60 30 10
9 Buku notulensi rapat 65 10 25
10 Buku kas 75 25
11 Rekening bank 10 75 15
12 Dokumen RAPBS/APBS 50 35 15
13 Dokumen AD/ART Komite Sekolah - 35 65
14 Buku Panduan Umum Komite Sekolah - 60 40
15 Buku Acuan Operasional Komite Sekolah
- 75 25
16 Salinan Kepmendiknas No. 044/U/2002 - 25 75
17 Salinan UU No. 20 Tahun 2003 - 25 75
18 Data sekolah - 60 40
19 Data orang tua siswa 50 30 20
20 Data Pengusaha sekitar sekolah 80 20 -
21 Data hasil belajar siswa 80 20 -
22 Papan nama Komite Sekolah 10 55 35
23 Kop surat khusus Komite Sekolah - 65 35
24 Rencana Pengembangan Sekolah 45 50 5
Rata-rata dalam (%) 44,96 32,54 22,50
Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa fasilitas yang dimiliki oleh komite
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 418
(44,96%) tidak tersedia, sebagian kecil (32,54%) tersedia tapi tidak lengkap dan sebagian kecil (22,50%) tersedia lengkap. Dengan demikian ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar (77,50%) yaitu (44,96%+32,54%) tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong berdasar-kan Standar Nasional Pendidikan dinyatakan cukup baik.
2. Dilihat dari beberapa indikator mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong Indikator Standar Isi, Standar Kompentensi Kelulusan, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian dan Standar Pembiyaan dapat dikategorikan Sangat Baik, sedang Standar Proses dengan kategori Baik, Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan dengan kategori cukup baik serta standar Sarana dan prasarana dengan katagori kurang baik.
3. Indikator Standar isi, yaitu item tentang Sekolah mengembangkan kurikulum berdasarkan kurikulum KTSP dan pengembangan kurikulum 2013, bahwa
sebagian terbesar menyatakan sekolah melaksanakannya, tetapi sebagian terbe-sar menyatakan melaksanakan Kuriku-lum 2013 tidak dapat dilaksanakan secara baik dan maksimal.
4. Indikator Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan, yaitu item Jumlah guru yang mempunyai kualifikasi minimal dan sudah bersertifikasi terdapat sebagian yang belum bersertifikasi dan sebagian besar sekolah memiliki guru honorer (GTT). Dan item tenaga perpustakaan mem-punyai kualifikasi pendidikan minimal terdapat sebagian terbesar tidak memeiliki kualifikasi pendidikan minimal. Demikian juga tenaga perpus-takaan mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan sebagian terbesar tidak memiliki kompetensi.
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 419
tidak layak atau tidak nyaman dan tidak lengkap.
6. Ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap. Hal ini akan menyebabkan tidak berdayanya komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong.
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas disaran kepada yang berkompeten, yaitu :
1. Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tabalong untuk melaksana-kan kurikulum 2013, perlu memperhati-kan beberapa hal :
1). Kepada kepala sekolah, guru perlu di berikan pelatihan/penataran ten-tang pelaksanaan kurikulum 2013 secara merata.
2). Melengkapi semua kebutuhan termasuk buku pedoman, buku paket, multimedia dan lainnya. 3). Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan diantaranya standar proses, Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan serta standar Sarana dan prasarana, karena masing-masing standar
tersebut masih berada di bawah standar nasional pendidikan.
4). Dalam rangka memberdayakan komite sekolah SDN di Kabupaten Tabalong perlu diberikan dukungan kelengkapan fasilitas yang seharus-nya dimiliki oleh masing-masing komite sekolah.
2. Kepada Komite Sekolah Sekolah Dasar di Kabupaten Tabalong di sarankan untuk :
1). Memberikan pertimbangan (advi-sory agency) dalam penentuan dan
pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
2). Memberikan dukungan (supporting agency), baik yang berwujud
finan-sial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3). Menjadi pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi
dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
4). Sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 420
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis merekomendasikan kepada Bupati Tabalong adalah sebagai berikut : 1. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, khususnya mutu pendidikan di SDN di Kabupaten Tabalong maka Standar mutu yang berada di bawah standar nasional pendidikan perlu dilakukan langkah-langkah pembenah-an, seperti :
1). Pelaksanaan kurikulum 2013 perlu dilanjutkan secara terbatas kepada sekolah-sekolah yang benar-benar siap untuk melaksanakan.
2). Rekrutmen terhadap tenaga perpus-takaan (pustakawan) yang mem-punyai kualifikasi pendidikan minimal dan rekretmen tenaga pendidik (guru) sesuai dengan spesifikasi bidang yang dibutuhkan. 3). Memambah atau memberikan
fasilitas sarana dan prasarana sekolah berdasarkan kebutuhan minimal strandar mutu pendidikan nasional, seperti ; Buku perpus-takaan sesuai dengan standar yang berlaku, Ketersediaan peralatan multimedia di ruang perpustakaan, Kelayakan/kenyamanan ruang per-pustakaan untuk belajar, Peralatan pendidikan di laboratorium IPA
lengkap, Peralatan pendidikan di laboratorium bahasa lengkap, Peralatan pendidikan di laborato-rium IPS lengkap, Peralatan pendidikan di laboratorium TIK lengkap, Kelayakan/kenyamanan/ kelengkapan sarana ruang ibadah, ruang UKS, Ruang konseling, tempat bermain/OR sebagian ter-besar tidak layak atau tidak nyaman dan tidak lengkap.
2. Dalam rangka memberdayakan komite sekolah perlu menyediakan atau mem-berikan fasilitas yang harus dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, karena sebagian besar komite sekolah tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
UU NO. 20 TAHUN 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional
PP Nomor 39 tahun 1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional
PP Nomor 17 Tahun 2010, Tentang penyelenggaraan Pendidikan Nasional.
Kepmendiknas NO. 044/U/2002, tanggal 2 April 2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 421
Sekolah),UNESCO, Penerjemah : Noryamin Aini, Suparto, Penyunting ; Achmad Syahid,Abas Al-Jauhari, Jakarta : Logos.
Arcaro, Jeromes A., 2005, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan ata Langkah Penerapan, terj. Yosal Irinatara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bafadal, Ibrahim, 2006, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.II.
Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Konsep Dasar, Jakarta : Ditjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen SLTP.
__________________, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Dikdasmen, 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah, Jakarta: Dikdasmen
Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Senduk, J.E., 2006, Isu dan Kebijakan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya, Manado : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado.
Suryosubroto B., 2004, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Suparlan, 2008, Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing, cet.I.
Tilaar, H.A.R., 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian