• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of COMMUNITY OPINION AGAINST THE QUALITY OF BASIC EDUCATION ON ELEMENTARY SCHOOL (SDN) IN TABALONG REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of COMMUNITY OPINION AGAINST THE QUALITY OF BASIC EDUCATION ON ELEMENTARY SCHOOL (SDN) IN TABALONG REGENCY"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 402

OPINI MASYARAKAT TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DASAR PADA SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) DI KABUPATEN TABALONG

Jauhar Arifin*, Budi Setiawati*, Kiswanul Arifin*

Program Studi Ilmu Administrasi Publik Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Tabalong

Jl. Komplek Stadion Olah Raga Saraba Kawa Pembataan Tanjung-Tabalong Kode Pos 70123 Telp./Fax (0526) 2022484

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk Menguji dan menjelaskan Opini masyarakat terhadap mutu pendidikan dasar dan pemberdayaan Komite Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong dengan 96 orang sampel. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dinyatakan cukup baik. Dilihat dari beberapa indikator mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong Indikator Standar Isi, Standar Kompentensi Kelulusan, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian dan Standar Pembiyaan dapat dikategorikan Sangat Baik, sedangkan Standar Proses dengan kategori Baik, Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan dengan kategori cukup baik serta standar Sarana dan prasarana dengan kategori kurang baik. Ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap. Hal ini akan menyebabkan tidak berdayanya komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong.

Kata kunci : opini masyarakat; mutu pendidikan; komite sekolah

COMMUNITY OPINION AGAINST THE QUALITY OF BASIC EDUCATION ON ELEMENTARY SCHOOL (SDN) IN TABALONG REGENCY

ABSTRACT

(2)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 403

content, Graduation, standards Management, standards and Assessment Standard cost can catagore very good, while Standard process with catagore good, Standard Competencies and produce educators with catagore is quite good as well as the standards and infrastructure with Availability of facilities owned by the school Committee on SDN in Tabalong Regency, was largely unavailable, or available but not complete. This will cause no empower School Committee on elementary school in Tabalong Regency.

Keywords: opinion of the communit;, the quality of education; school Committee

PENDAHULUAN

Penjaminan mutu pendidikan adalah

kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan

atau program pendidikan, penyelenggara

satuan atau program pendidikan,

pemerintah daerah, pemerintah, dan

masyarakat untuk meningkatkan mutu

pendidikan dalam rangka menaikkan

tingkat kecerdasan kehidupan bangsa

melalui pendidikan. Berdasarkan

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 35 ayat (3),

pengembangan standar nasional

pendidik-an serta pempendidik-antaupendidik-an dpendidik-an pelaporpendidik-an

pencapaiannya secara nasional

dilaksana-kan oleh suatu badan standardisasi,

penjaminan, dan pengendalian mutu

pendidikan. Dalam hal ini penjaminan

mutu dilakukan oleh Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan dan Penjaminan Mutu

Pendidikan (BPSDMPK-PMP). Dengan

mengacu pada Permendiknas No. 63 tahun

2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan (SPMP) pasal 20 dimana

dinyatakan salah satu jenis kegiatan

penjaminan mutu pendidikan adalah

evaluasi dan pemetaan mutu satuan atau

program pendidikan oleh Pemerintah,

pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten atau kota.

Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan

(SNP) Pasal 2 ayat 1 menyebutkan tentang

lingkup standar nasional meliputi: standar

isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan,n standar sarana dan

pra-sarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian

pendidikan. Sementara ayat 2 menyatakan

bahwa untuk penjaminan dan pengendalian

mutu pendidikan sesuai dengan Standar

Nasional Pendidikan (SNP) dilakukan

evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Setiap

satuan pendidikan pada jalur formal wajib

melakukan penjaminan mutu pendidikan

bertujuan untuk memenuhi atau melampaui

Standar Nasional Pendidikan yang

(3)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 404

terencana dalam suatu program

penjamin-an mutu ypenjamin-ang memiliki target dpenjamin-an

kerangka waktu yang jelas. Salah satu alat

untuk melakukan penjaminan mutu

pendidikan tersebut adalah evaluasi diri

sekolah (EDS). Sedangkan dalam pasal 92

ayat 8 PP 19 Tahun 2005 disebutkan

bahwa Menteri menerbitkan pedoman

program penjaminan mutu satuan

pendidikan pada semua jenis, jenjang dan

jalur pendidikan. Sejalan dengan

diterbitkannya Permendiknas No. 63 tahun

2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan (SPMP), sejak tahun 2010

Kementerian Pendidikan Nasional

(sekarang disebut Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan) mengupayakan tercipta

budaya mutu pendidikan dengan

men-dorong terlaksananya proses penjaminan

mutu pendidikan di tingkat satuan

pendidikan. Sekolah diberikan peningkatan

kapasitas untuk dapat melakukan EDS

secara mandiri dan meningkatkan kualitas

layanan pendidikan dengan mengacu

kepada hasil EDS tersebut. Dari sisi

pemerintah, dengan mengacu pada

Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

(SPMP) pasal 20 dimana dinyatakan salah

satu jenis kegiatan penjaminan mutu

pendidikan adalah evaluasi dan pemetaan

mutu satuan atau program pendidikan oleh

Pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten atau kota. Pemetaan

mutu pendidikan telah dilakukan oleh

pemerintahumelalui berbagai cara, salah

satunya dengan berbasis EDS. Pemetaan

mutu berbasis EDS ini telah dilakukan

sejak tahun 2010 dengan sasaran terbatas.

Pada tahun 2013 pemetaan mutu

pendidik-an dengpendidik-an mengikuti pola evaluasi diri

sekolah (EDS) ini dilaksanakan dengan

sasaran semua satuan pendidikan dari SD,

SMP, SMA, dan SMK. Pemetaan ini

diharapkan dapat berfungsi ganda sebagai

acuan dalam melakukan evaluasi diri di

tingkat sekolah serta sekaligus memetakan

mutu pendidikan pada tingkat pusat

maupun daerah.

(4)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 405

higienis. Keempat, sebagai umpan balik terhadap pelaksanaan sistem managemen pendidikan yang ditempuh, sekaligus sebagai alat evaluasi-koreksi untuk penyusunan program dan sistem manajemen baru yang lebih mengena. Terakhir, sebagai alat penentu ketuntasan belajar, kelulusan siswa pada jenjang pendidikan tertentu, sekaligus sebagai alat seleksi masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sayangnya, UN yang berperan bagus itu, pada kiprah dan pelaksanannya di lapangan sering dinodai oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Ini membuat praktik pelaksanaan UN menjadi bias, tidak valid, kurang akuntabel, dan sulit dipertanggungjawab-kan dalam tataran tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia mutu adalah baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya (Depdiknas, 2001:768). Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat (Depdiknas, 2002:7). Dalam pengertian mutu

mengandung makna derajat (tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible atau intangible. Mutu yang tangible artinya dapat diamati dan dilihat dalam bentuk kualitas suatu benda atau dalam bentuk kegiatan dan perilaku. Misalnya televisi yang bermutu karena mempunyai daya tahan (tidak cepat rusak), warna gambarnya jelas, suara terdengar bagus, dan suku cadangnya mudah didapat, perilaku yang menarik, dan sebagainya. Sedangkan mutu yang intangible adalah suatu kualitas yang tidak

dapat secara langsung dilihat atau diamati, tetapi dapat dirasakan dan dialami, misalnya suasana disiplin, keakraban, kebersihan dan sebagainya (Suryosubroto, 2004:210).

(5)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 406

prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, Ebta dan Ebtanas). Dapat pula di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah-raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya computer, beragam jenis teknik, jasa dan sebagainya. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana, disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya (Suryosubroto, 2004: 210-211). UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS melihat pendidikan dari segi proses dengan dengan merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadi-an, kecerdaskepribadi-an, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” (Fokusmedia, 2003:3).

Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolut dan relatif (Edward & Sallis, 1993, dalam Nurkolis, 2003: 67; Daniel C. Kambey,

2004:10-12). Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Artinya, barang tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya. Sedangkan dalam konsep relatif, kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Oleh karena itu kualitas bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang ditentukan. Produk yang berkualitas adalah sesuai dengan tujuan (fit for their purpose). Definisi kualitas dalam konsep

relative memiliki dua aspek, yaitu dilihat dari sudut pandang produsen, maka kualitas adalah mengukur berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan dan dari sudut pandang pelanggan maka kualitas untuk memenuhi tuntutan pelanggan (Edward Sallis, 1993, dalam Nurkolis 2003:68).

(6)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 407

kepala sekolah, guru dan staf kependidikan lainnya. Pelanggan eksternal ada tiga kelompok, yaitu pelanggan eksternal primer, pelanggan sekunder, dan pelang-gan tersier. Pelanpelang-gan eksternal primer adalah peserta didik. Pelanggan eksternal sekunder adalah orang tua dan para pemimpin pemerintahan. Pelanggan eksternal tersier adalah pasar kerja dan masyarakat luas ( Kamisa, 1997, dalam Nurkolis, 2003: 70 – 71; lih. juga Senduk J.E., 2006: 110).

Berdasarkan konsep relatif tentang kualitas, maka pendidikan yang berkualitas apabila:

a) Pelanggan internal berkembang baik fisik maupun psikis. Secara fisik antara mendapatkan imbalan finansial. Sedangkan secara psikis adalah bila mereka diberi kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kemam-puan, bakat dan kreatifitasnya.

b) Pelanggan eksternal :

1. Dalam pengembangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Eksternal primer (para siswa) : menjadi

pembelajar sepanjang hayat, komuni-kator yang baik dalam bahasa nasional dan internasional, punya keterampilan teknologi untuk

lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari, siap secara kognitif untuk pekerjaan yang kompleks, pemecahan masalah dan penciptaan pengetahuan, dan menjadi warga Negara yang bertanggung jawab secara sosial, politik dan budaya (Phillip Hallinger, 1998, dalam Nurkolis, 2003:71). Intinya para siswa menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab akan hidupnya. (Kartini Kartono, 1997:11).

2. Eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintahan dan perusaha-an): mendapatkan konstribusi dan sumbangan yang positif. Misalnya para lulusan dapat memenuhi harapan orang tua dan pemerintah dan pemimpin perusahan dalam hal menjalankan tugas-tugas dan pekerja-an ypekerja-ang diberikpekerja-an.

3. Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas) : para lulusan memiliki kompetensi dalam dunia kerja dan dalam pengembangan masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi, kesejah-teraan rakyat dan keadilan sosial.

Peningkatan Mutu Pendidikan

(7)

pening-PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 408

katan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan konsepsi school based management dan community based education merupakan suatu keharusan. Dalam MBS sekolah dapat merencanakan, menetapkan, dan melaksanakan sendiri kebijakan, program, dan kegiatan sekolah, sepanjang untuk memajukan institusi sekolah dan meningkatkan mutu pendidikannya (Bafadal, 2006: 86). Oleh karena itu, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini kemudian dikenal dengan nama Manaje-men Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Sudah barang tentu sekolah tidak dapat melakukannya sendiri. Sekolah harus dapat menjalin dan bekerja sama dengan semua stakeholder pendidikan (Suparlan, 2008: 30).

Pembangunan Mutu

Membangun mutu pedidikan merupakan usaha terprogram/tersistem, sinergis, kontinyu, berproses secara kompleks, holistik, dan konsisten. Terprogram dimaknai, bahwa lembaga pendidikan memiliki goal/tujuan yang diterjemahkan dalam visi, misi, langkah strategis. Secara konseptual, tujuan tadi diterjemahkan dan dimplementasikan dalam seluruh aspek kegiatan lembaga

tersebut, sampai tujuannya terwujud ideal. Sinergis dimaknai, terpadunya dan terkonsentrasikannya seluruh kekuatan dan elemen pendukung untuk secara bersama-sama memberdayakan diri sehingga tujuan lembaga tersebut terwujud secara ideal pada tahapan waktu yang ditentukan. Kontinyu, menunjuk makna bahwa usaha mengukir tujuan dan mutu pendidikan tadi dijalankan dari waktu ke waktu, proses ke proses, langkah demi langkah, tahapan demi tahapan, pencapaian tingkat tertentu ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga terbentuk kurva meningkat ideal. Ini perlu perjuangan, ketelitian, kejelian, kesabaran, keuletan, ketangguhan, dan optimisme.

Prestasi : Sebuah Usaha Kompleks Potret kinerja pembangunan mutu pendidikan di atas menuntut usaha dan kerja serius dan kompleks dari setiap warga sekolah. Unsur lima M-IO (man, mindset, management, machine, material/

money, input, output) harus benar-benar

(8)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 409

dikelola, dimiliki, dan dipercayanya. Spiritualitas, karakter, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa harus mendasari kiprah dan kinerja mereka dalam menyelenggarakan pendidikan. Ini akan turut membangun kultur sekolah dan lembaga pendidikan kita. Kultur ini akan menjadi trade mark /brand pendidikan kita ke depan. Untuk itu perlu ada kesepakatan, sinergi, dan konsistensi yang mantap. Management adalah tata kelola

penyeleng-garaan pendidikan. Perlu dipilih dan dilaksanakan sistem managemen yang kondusif, efektif, efisien, dan profit untuk mewujudkan dan mengendalikan mimpi kita membangun mutu pendidikan. Machine dimaknai sebagai mesin

pembe-lajaran; yaitu kegiatan belajar mengajar (KBM). Di sini terjadi atau dilakukan pemrosesan diri, karakter, wawasan, iman, dan semangat anak untuk melayani sesama dan Tuhannya, sebagai dasar pembangunan mutu lulusan. Belakangan ini, atas tuntutan kurikulum KTSP, pembelajaran lebih terkonsentrasi pada aktivitas murid. Untuk itu dikenal istilah Student Centre Learning, pembelajaran terpusat pada murid. Di sini guru sebagai manager kelas harus mampu mengelola dan membangun situasi belajar yang kondusif, harus mampu menciptakan KBM yang efektif. Material dimaknai sebagai sarana-prasarana pendukung

pen-didikan. Wujudnya banyak : gedung dan kelengkapannya, sarana pendingin (ini penting karena suhu udara kita dan iklim kita luar biasa gerah), Teknologi Informasi, laboratorium, ruang praktikum, dan seba-gainya. Semua harus baik, dipelihara, siap digunakan maksimal, dan mendukung pembangunan mutu lulusan. Money adalah dana penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Dana perlu dikumpulkan dari banyak pihak, dari berbagai cara halal, dikembangkan, dimanfaatkan secara mak-simal untuk pengembangan mutu pendidik-an kita. Aktivitas trpendidik-ansaksinya perlu dipertanggungjawabkan secara transparan, akuntabel, serta responsibilitis.

Faktor Pendukung

(9)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 410

lebih mudah memberdayakan mereka belajar sukses dan tepat waktu. Inilah kualitas pelayanan kita. Inilah berkat yang bisa kita salurkan pada generasi kita.

Faktor ekternal meliputi unsur guru, kenyamanan lingkungan belajar/sekolah, KBM, lingkungan keluarga, dan lingkung-an sekitar lingkung-anak. Guru perlu menjadi sosok yang visioner, supel, ramah tetapi tegas, berteladan, bersistem among, sabar dan berintegritas, serba bisa, disiplin, menjadi motivator, inspirator, inisiator, inovator. Ia perlu menjadi sosok yang berwibawa, ramah, dicari siswa sebagai pendamping belajar dan membangun konsep, serta menjadi pembina spiritualitas siswanya. Lingkungan sekolah perlu diciptakan menjadi nyaman, tenang, aman, dan mendukung terciptaya KBM yang efektif. Ruang kelas dingin ber-AC, sekolah hijau perlu dipikirkan untuk diwujudkan agar murid betah belajar. Kondisi-kondisi tersebut akan membantu menciptakan ketenangan, konsentrasi, dan maksimali-sasi usaha belajar dan pembangunan konsep siswa, di tengah-tengah iklim global yang tak bersahabat. KBM harus bejalan efektif dan berkualitas. Di dalamnya terus terjadi transaksi pembe-lajaran nan dinamis, partisipatif, terkendali dalam suasana dan arus komunikasi antararah. Siswa konsentrasi, memberikan

respon, membangun konsep, memperluas wawasan diri, memiliki keunggulan kompetitif, akhirnya leading dan survive.

Lingkungan keluarga perlu diupaya-kan saling perhatian, saling mengasihi, saling membutuhkan, saling memberikan keamanan, kenyamanan, kedamaian, per-satuan, perlindungan, serta didasari cukup ekonomi. Rumah dan keluarga harus menjadi lingkungan belajar pertama dan utama yang nyaman dan progresif bagi anak. Jadikan anak betah dan senang di rumah, menghargai dan kangen terhadap rumah dan keluarga. Jadikan anak bangga terhadap keluarganya sehingga ia penuh hormat dan loyal pada keluarga. Lingkungan sekitar anak perlu diciptakan searah dan secitra dengan upaya nasional membangun mutu. Untuk itu perlu diciptakan kondisi lingkungan sekitar anak yang terus belajar, terus membaca, terus maju, dan terus mendukung pembangunan mutu pendidikan. Anak harus selektif dalam memilih teman sepergaulan di lingkungannya agar misi membangun mutu tetap lurus terwujud, tidak terkontaminasi pengaruh buruk yang ada di sekitarnya, dan sukses mutu.

Manfaat Mutu

(10)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 411

mutu menjadi penting dan menempati prioritas dalam penyelenggaraan pendidik-an. Mutu pendidikan memliki dan mem-berikan banyak manfaat bagi siapa pun. Apa saja manfaat mutu itu ?

Berikut ini sedikit ulasan tentang manfaat mutu pendidikan. Mutu pendidik-an menjadi simbol kebpendidik-anggapendidik-an pemiliknya dan segenap civitas di sekolah/kampus. Mutu memberikan pamor dan wibawa tertentu bagi lembaga pendidikan. Mutu menjadi sumber favorit masyarakat terhadap sekolah itu. Mutu menjadi alat promosi dan nilai jual sekolah/kampus di tengah masyarakat dan pencari tempat belajar. Jika sebuah lembaga sekolah diminati masyarakat maka tentu saja lembaga itu akan terus eksis dan survive. Ia memiliki kelangsungan hidup yang kontinyu. Selain itu, bagi pribadi lulusan yang juga bermutu, ia akan dengan lebih mudah mencari kerja karena dengan kondisi mutunya mampu bersaing dan menang. Ia memperoleh kesempatan untuk bekerja tenang dan hidup nyaman lebih panjang. Ia memperoleh kesempatan untuk mengabdikan diri kepada lembaga kerjanya dan masyarakat.

Standar Nasional Pendidikan sebagai Acuan Mutu Pendidikan

Acuan mutu yang digunakan untuk pencapaian atau pemenuhan mutu

pendidikan pada satuan pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. Standar nasional pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/atau lembaga lain yang dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan pendidikan sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

(11)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 412

Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.

Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Komite Sekolah

Di dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 044/u/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dijelaskan bahwa Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelo-laan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Sedangkan Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing- masing satuan

pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang disepakati.

Sedangkan badan yang seperti BP3, komite sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini. sedangkan di dalam PP no 17 tahun 2010 kedudukan ini tidak berubah, artinya bahwa Komite Sekolah tetap sebagai lembaga yang mandiri yang dibentuk guna mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, perbedaannya dalam PP no 17 tahun 2010 ini disebutkan bahwa komite sekolah selain mandiri juga harus profesional. Artinya Komite sekolah harus benar-benar dapat menjalankan peran dan fungsi, tidak hanya menjadi alat pelengkap di sekolah, atau bahkan hanya menjadi ”tukang stempel: atas kebijakan kepala sekolah.

(12)

mem-PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 413

bentuk komite sekolah, tidak peduli berapapun jumlah peserta didik yang terdaftar dalam sekolah tersebut. Tetapi dalam PP no 17 tahun 2010 pasal 196 dijelaskan bahwa Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik kurang dari 200 (dua ratus) orang dapat membentuk komite sekolah/madrasah gabungan dengan satuan pendidikan lain yang sejenis. Dengan demikian, dalam PP ini dikenal adanya komite sekolah gabungan.

Peran Komite Sekolah

Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/ 2002, komite sekolah berperan:

1. Pemberi pertimbangan (advisory agen-cy) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendi-dikan;

2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3. Pengontrol (controlling agency) dalam

rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendi-dikan di satuan pendipendi-dikan;

4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidik-an. Sedangkan dalam PP nmor 17 tahun 2010 pada pasal 205 fungsi pengawasan komite sekolah lebih dipertegas lagi.

Dalam pasal ini dijelaskan :

1) Komite sekolah/madrasah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada ting-kat satuan pendidikan;

2) Hasil pengawasan oleh komite sekolah/ madrasah dilaporkan kepada rapat orang tua/ wali peserta didik yang diseleng-garakan dan dihadiri kepala sekolah/ madrasah dan dewan guru.

Fungsi Komite Sekolah

Lebih lanjut dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 dijelaskan bahwa Komite Sekolah berfungsi :

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penye-lenggaraan pendidikan yang bermutu; 2. Melakukan kerjasama dengan

masyara-kat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkena-an dengberkena-an penyelenggaraberkena-an pendidikberkena-an yang bermutu;

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masya-rakat;

(13)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 414

kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;

5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan;

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penye-lenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Secara prinsip fungsi ini tidak berbeda dengan PP nomor 17 tahun 2010, artinya fungsi yang dijelaskan dalam PP ini masih relevan dilaksanakan. Hal yang berbeda dari PP ini adalah tentang keanggotaan komite sekolah. Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 dijelas-kan bahwa jumlah anggota komite sekolah sekurang-kurangnya adalah 9 (sembilan) orang dan jumlahnya adalah gasal, sedangkan dalam PP nomor 17 tahun 2010 keanggotaan komite sekolah ditetapkan sebanyak 15 (lima belas) orang. Unsur-unsur yang dapat menjadi anggota komite sekolah juga berubah, Kepmendiknas nomor 044/u/2002 menjelaskan bahwa anggota komite sekolah dapat berasal dari

unsur orang tua/wali peserta didik; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri; organisasi profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; wakil peserta didik. Sedangkan dalam PP nor 17 tahun 2010, keanggotaan komite.sekolah terdiri dari orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen); tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen); dan pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dengan demikian yang berubah adalah ditiadakannya anggota komite sekolah dari unsur alumni dan peserta didik. Masa keanggotaan komite sekolah juga mengalamai perubahan. Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 setelah pembentukan pertama kali oleh sekolah, maka masa keanggotaan komite sekolah diatur berdasar anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) komite sekolah, sehingga dimungkinkan masa jabatan anggota komite sekolah bisa lebih dari tiga tahun. Dalam PP nomor 17 tahun 2010 pasal 197 ditegaskan bahwa keanggotaan komite sekolah adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali setelah satu kali masa jabatan.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

(14)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 415

semua Sekolah Dasar Negeri. Penelitian dilaksanakan dilakukan pada bulan Oktober dan Desember 2014. Populasi penelitian ini adalah semua SDN di Kabupaten Tabalong berjumlah 225 SDN. Sampel penelitian diambil secara random dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, dimana Kabupaten Tabalong di

bagi dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu wilayah Utara (Kecamatan Bintang Ara, Haruai, Upau, Muara Uya dan Kecamatan Jaro), wilayah Tengah (Kecamatan Tajung, Murung Pudak dan Kecamatan Tanta) dan wilayah Selatan (Kecamnatan Muara Harus, Kelua, Pugaan dan Kecamatan Banua Lawas) dan sebanyak 2 (tiga) sekolah setiap kecamatan dalam satu wilayah, yaitu 1 (satu) SDN di Kota Kecamatan, 1 (satu) SDN di Desa Kecamatan. Kemudian sampel diambil sebanyak 4 orang setiap sekolah (masing-masing 1 (satu) orang dari Kepala Sekolah, 1 (satu) dari guru, 1 (satu) dari pengurus Komite Sekolah dan 1 (satu) Orang Tua Murid). Sehinga responden penelitian, sebanyak 2 x 12 x 4 orang = 96 orang responden tingkat SDN.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data penelitian dilakukan dengan berbagai cara. Adapun cara yang ditempuh yaitu: 1) Metode survey menggunakan angket, untuk

(15)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 416

berdasarkan masukan dari expert judgment atau seminar hasil penelitian

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Data dijaring dengan menggunakan alat ukur akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun teknis analisis yang dilakukan yaitu: 1) Analisis deskriptif untuk menggambarkan opini publik terhadap standar mutu pendidikan dan profil komite sekolah dan pemberdayaan komite sekolah. 2) Analisis kualitatif untuk menggambarkan perbedaan opini publik antara sekolah Dasar yang berada di kota, pinggiran kota dan di desa pada kecamatan tersebut yang berkaitan dengan Standar mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Opini publik terhadap mutu pendidikan SDN di Kabupaten Tabalong.

Berdasarkan dari konsep Standar Nasional Pendidikan bahwa mutu pendidikan didasarkan pada mutu Standar

Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa masing-masing standar yang diharapkan merupakan acuan Standar Nasional Pendidikan dan ter-gambar dan dapat dilihat jawaban kuesioner masing-masing sampel. Sebelum dilakukan pembahasan dan analisis kami merumuskan beberapa kriteria yaitu : 1) 81 % - 100% = Sangat Baik 2) 61% - 80% = Baik

3) 41% - 60 % = Cukup Baik 4) 21% - 40% = Kurang Baik 5) 1% - 20% = Tidak baik

Memperhatikan kriteria tersebut di atas, maka uraikan beberapa pembahasan dan analisis sebagai berikut :

Berikut ini dibuatkan rekapitulasi Standar Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong berdasarkan hasil penelitian tersebut, sebagai berikut :

Tabel 4.1

Rekapitulasi Standar Mutu SDN di Kabupaten Tabalong

No. Uraian A(%) B(%) C(%) D(%) E(%)

1 Standar Isi 10,71 51,42 30,71 7,16 -

2 Standar Proses 15 38,13 26,87 16,87 3,13

3 Standar Kompentensi Kelulusan 34,26 41,79 17,89 5,53 0,53 4 Standar Kompetensi Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan (PTK)

3,57 25,71 27,86 11,43 31,43

5 Standar Sarana dan Prasarana 7,75 22,75 30,75 28,5 10,25

6 Standar Pengelolaan 22,29 43,75 25,42 8,54 -

(16)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 4, September 2018 417

8 Standar Penilaian 20,63 31,87 29,68 16,25 1,57

Rata-rata 17,76 37,84 28,96 9,58 5,86

Berdasarkan tabel rekapitulasi Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong dinyatakan Sebagian terkecil (17,76%) menyatakan Sangat Baik, sebagian kecil (37,84%) menyatakan Baik, sebagian kecil (28,96%) menyatakan cukup baik, sebagian terkecil (9,58%) menyatakan kurang baik dan sebagian terkecil (5,86%) menyatakan tidak baik. Dengan demikian Standar mutu

Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong dinyatakan cukup baik (55,60%).

Pemberdayaan peran dan fungsi Komite Sekolah

Dalam hal pemberdayaan peran dan fungsi komite sekolah pada Sekolah dasar Negeri di Kabupaten Tabalong dapat tergambar dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.11

Jawaban responden dalam (%) tentang keberadaan fasilitas yang dimiliki oleh Komite Sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong

No. Fasilitas dan SDM yang dimiliki Tidak ada

Tersedia Tidak Lengkap

Tersedia Lengkap

1 Tenaga administrasi dan keuangan 100 - -

2 Ruang kantor khusus 90 10 -

3 Meja kursi rapat 90 10 -

4 Papan tulis dan papan data 85 10 5

5 Papan struktur organisasi 100 - -

6 Agenda dan arsip surat masuk/keluar 85 10 5

7 Stempel dan bak stempel Komite Sekolah

- 50 50

8 Buku daftar hadir rapat 60 30 10

9 Buku notulensi rapat 65 10 25

10 Buku kas 75 25

11 Rekening bank 10 75 15

12 Dokumen RAPBS/APBS 50 35 15

13 Dokumen AD/ART Komite Sekolah - 35 65

14 Buku Panduan Umum Komite Sekolah - 60 40

15 Buku Acuan Operasional Komite Sekolah

- 75 25

16 Salinan Kepmendiknas No. 044/U/2002 - 25 75

17 Salinan UU No. 20 Tahun 2003 - 25 75

18 Data sekolah - 60 40

19 Data orang tua siswa 50 30 20

20 Data Pengusaha sekitar sekolah 80 20 -

21 Data hasil belajar siswa 80 20 -

22 Papan nama Komite Sekolah 10 55 35

23 Kop surat khusus Komite Sekolah - 65 35

24 Rencana Pengembangan Sekolah 45 50 5

Rata-rata dalam (%) 44,96 32,54 22,50

Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa fasilitas yang dimiliki oleh komite

(17)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 418

(44,96%) tidak tersedia, sebagian kecil (32,54%) tersedia tapi tidak lengkap dan sebagian kecil (22,50%) tersedia lengkap. Dengan demikian ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar (77,50%) yaitu (44,96%+32,54%) tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Standar mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di kabupaten Tabalong berdasar-kan Standar Nasional Pendidikan dinyatakan cukup baik.

2. Dilihat dari beberapa indikator mutu pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong Indikator Standar Isi, Standar Kompentensi Kelulusan, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian dan Standar Pembiyaan dapat dikategorikan Sangat Baik, sedang Standar Proses dengan kategori Baik, Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan dengan kategori cukup baik serta standar Sarana dan prasarana dengan katagori kurang baik.

3. Indikator Standar isi, yaitu item tentang Sekolah mengembangkan kurikulum berdasarkan kurikulum KTSP dan pengembangan kurikulum 2013, bahwa

sebagian terbesar menyatakan sekolah melaksanakannya, tetapi sebagian terbe-sar menyatakan melaksanakan Kuriku-lum 2013 tidak dapat dilaksanakan secara baik dan maksimal.

4. Indikator Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan, yaitu item Jumlah guru yang mempunyai kualifikasi minimal dan sudah bersertifikasi terdapat sebagian yang belum bersertifikasi dan sebagian besar sekolah memiliki guru honorer (GTT). Dan item tenaga perpustakaan mem-punyai kualifikasi pendidikan minimal terdapat sebagian terbesar tidak memeiliki kualifikasi pendidikan minimal. Demikian juga tenaga perpus-takaan mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan sebagian terbesar tidak memiliki kompetensi.

(18)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 419

tidak layak atau tidak nyaman dan tidak lengkap.

6. Ketersedian fasilitas yang dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, Sebagian besar tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap. Hal ini akan menyebabkan tidak berdayanya komite sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong.

Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas disaran kepada yang berkompeten, yaitu :

1. Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tabalong untuk melaksana-kan kurikulum 2013, perlu memperhati-kan beberapa hal :

1). Kepada kepala sekolah, guru perlu di berikan pelatihan/penataran ten-tang pelaksanaan kurikulum 2013 secara merata.

2). Melengkapi semua kebutuhan termasuk buku pedoman, buku paket, multimedia dan lainnya. 3). Dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan diantaranya standar proses, Standar Kompetensi dan Tenaga Kependidikan serta standar Sarana dan prasarana, karena masing-masing standar

tersebut masih berada di bawah standar nasional pendidikan.

4). Dalam rangka memberdayakan komite sekolah SDN di Kabupaten Tabalong perlu diberikan dukungan kelengkapan fasilitas yang seharus-nya dimiliki oleh masing-masing komite sekolah.

2. Kepada Komite Sekolah Sekolah Dasar di Kabupaten Tabalong di sarankan untuk :

1). Memberikan pertimbangan (advi-sory agency) dalam penentuan dan

pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

2). Memberikan dukungan (supporting agency), baik yang berwujud

finan-sial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

3). Menjadi pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi

dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

4). Sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

(19)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 420

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis merekomendasikan kepada Bupati Tabalong adalah sebagai berikut : 1. Dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan, khususnya mutu pendidikan di SDN di Kabupaten Tabalong maka Standar mutu yang berada di bawah standar nasional pendidikan perlu dilakukan langkah-langkah pembenah-an, seperti :

1). Pelaksanaan kurikulum 2013 perlu dilanjutkan secara terbatas kepada sekolah-sekolah yang benar-benar siap untuk melaksanakan.

2). Rekrutmen terhadap tenaga perpus-takaan (pustakawan) yang mem-punyai kualifikasi pendidikan minimal dan rekretmen tenaga pendidik (guru) sesuai dengan spesifikasi bidang yang dibutuhkan. 3). Memambah atau memberikan

fasilitas sarana dan prasarana sekolah berdasarkan kebutuhan minimal strandar mutu pendidikan nasional, seperti ; Buku perpus-takaan sesuai dengan standar yang berlaku, Ketersediaan peralatan multimedia di ruang perpustakaan, Kelayakan/kenyamanan ruang per-pustakaan untuk belajar, Peralatan pendidikan di laboratorium IPA

lengkap, Peralatan pendidikan di laboratorium bahasa lengkap, Peralatan pendidikan di laborato-rium IPS lengkap, Peralatan pendidikan di laboratorium TIK lengkap, Kelayakan/kenyamanan/ kelengkapan sarana ruang ibadah, ruang UKS, Ruang konseling, tempat bermain/OR sebagian ter-besar tidak layak atau tidak nyaman dan tidak lengkap.

2. Dalam rangka memberdayakan komite sekolah perlu menyediakan atau mem-berikan fasilitas yang harus dimiliki oleh komite sekolah pada SDN di Kabupaten Tabalong, karena sebagian besar komite sekolah tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

UU NO. 20 TAHUN 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional

PP Nomor 39 tahun 1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional

PP Nomor 17 Tahun 2010, Tentang penyelenggaraan Pendidikan Nasional.

Kepmendiknas NO. 044/U/2002, tanggal 2 April 2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

(20)

PubBis : JurnalIlmu Administrasi Publik & Bisnis Vol. 2, No. 2, September 2018 421

Sekolah),UNESCO, Penerjemah : Noryamin Aini, Suparto, Penyunting ; Achmad Syahid,Abas Al-Jauhari, Jakarta : Logos.

Arcaro, Jeromes A., 2005, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan ata Langkah Penerapan, terj. Yosal Irinatara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bafadal, Ibrahim, 2006, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.II.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Konsep Dasar, Jakarta : Ditjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Ditjen SLTP.

__________________, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Dikdasmen, 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah, Jakarta: Dikdasmen

Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Senduk, J.E., 2006, Isu dan Kebijakan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya, Manado : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado.

Suryosubroto B., 2004, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Suparlan, 2008, Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing, cet.I.

Tilaar, H.A.R., 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian

Gambar

Tabel 4.11

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa matriks zirkonia agarosa telah dapat digunakan dengan baik untuk amobilisasi enzim dan lipase amobil dapat digunakan untuk

S DI RUANG INAYAH PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Latar belakang: karya tulis ilmiah ini berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan yang menyatakan

Hasil penelitan pengaruh komposisi katalis H-Zeolit dan kecepatan pengadukan pada sintesa plastisizer butil oleat menunjukkan adanya pengaruh komposisi katalis

In the lower group, the abstract reasoning of students was still in phase of quantitative thinking (concrete) with the achievement of SOLO taxonomy was at uni-structural level

Bahan ini dikenal sebagai anakardiol (rumus bangun pada gambar 1 lampiran) karena sudah didekarboksilasi, bahan gugus COOH yang reaktif akan terikat pada gugus

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Internet merupakan jalur informasi tercepat, yang termurah pada saat ini, sehingga semakin hari semakin banyak orang yang memakai internet. Karena itulah internet cocok untuk

sahaja menumpukan sepenuhnya perhatian tetapi melibatkan motivasi dan keadaan fizikal emosi yang mempengaruhi proses pendengaran itu sendiri.  Proses mendengar berkait