BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Keuangan
2.1.1 Pengertin Kinerja Keuangan
Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank. Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Penilaian kondisi likuiditas bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan. Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan menciptakan profit.
2.1.2 Tujuan Kinerja Keuangnan
Menurut Jumingan (2006:239), analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan:
a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
2.2 Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis terhadap
laporan keuangan dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan
keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui
hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba rugi.
2.2.1 Tujuan Rasio Keuangan Bank
Menurut Jumingan (2006: 243) rasio keuangan terdiri dari 5 aspek yakni:
a. Aspek permodalan
Aspek permodalan bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan
modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Rasio yang
digunakan adalah Capital Adequacy Ratio, Primery Rasio, Capital Rasio I, dan Capital Rasio II.
b. Aspek likuiditas
Aspek likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menyelesaikan kewajiaban jangka pendek. Rasio yang digunakan adalah
Quick Rasio, banking Rasio, Loan to Asset Ratio, Investment to Portofolio Ratio, dan Investing Policy Ratio.
c. Aspek rentabilitas
Aspek rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan profit melalui operasi bank. Rasio yang digunakan adalah
Gross Profit Margin, Return on Equity Capital, Net Income to Total Asset,
d. Aspek resiko usaha
Aspek resiko usaha digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menyanggah resiko dari aktivitas operasi. Rasio yang digunakan adalah
Credit Risk Ratio, Liquidity Risk Rasio, Asset Risk Rasio, Capital Risk Ratio,
dan Investment Risk Rasio.
e. Aspek effesiensi usaha
Aspek effesiensi Usaha digunakan untuk mengetahui kinerja manajemen
dalam menggunakan semua aset secara efisien. Rasio yang digunakan adalah
Leverage Multiplier Ratio, Aseet Utilization, Cost of Fund, Cost of Money,
dan Cost of Loanable Fund Ratio.
2.2.2 Keunggulan Analisis Rasio
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya (Harahap, 2009:298). Keunggulan tersebut adalah :
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
e. Menstandarisir size sebuah bank.
g. Lebih mudah melihat tren sebuah bank serta melakukan prediksi di masa yang akan datang
2.2.3 Aspek-aspek Penilaian Kesehatan Bank
Menurut Slamat Riyadi (2003:185), Tingkat Kesehatan Bank adalah penilaian suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanaya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMEL. Menurut Kasmir (2008), analisis ini terdiri dari:
a. Aspek Permodalan (Capital)
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum. Salah satu penilaian adalah dengan menggunakan rasio CAR (capital adequacy ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)
Modal
CAR = x 100%
ATMR b. Aspek Kualitas Aset (Asset)
penilaian aset yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif (NPL) yang diperoleh dengan rumus:
Kredit Non Lancar
NPL = x 100% Total Kredit
NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah dibandingkan dengan total kredit. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%
jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian Tingkat Kesehatan
Bank yang bersangkutan. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa
bank tersebut tidak profesional dalam pengolahan kreditnya, sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank
tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang akan dihadapi bank.
c. Aspek Kualiatas Manajemen (Management)
Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabillitas, manajemen likuiditas, dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.
d. Aspek Earning
dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO). Indikasi penilaian dalam aspek earning yang digunakan adalah rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional yang diperoleh dengan rumus:
Beban Operasional
BO/PO = x 100% Pendapatan Operasional
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin
efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya,
dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan
semakin besar.
e. Aspek Liquidity
Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi semua
kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan
simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu memenuhi
semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Dalam rasiolikuiditas, rasio
yang dapat diukur antara lain: Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Loans to Assets Ratio.
Kredit
LDR = x 100% Dana Pihak Ketiga
2.3 Laba
2.3.1 Pengertian Laba
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004: 18) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dijelaskan bahwa :
”Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa, dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini”.
Laba adalah sebagai selisih antara pengukuran pendapatan yang direalisasi
dari transaksi yang terjadi dalam satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut ( Chariri dan Ghozali, 2003).
2.3.2 Jenis-Jenis Laba
Laba terdiri dari beberapa jenis yakni: a. Laba Kotor.
Menurut Wild (2005 : 120) laba kotor merupakan ”pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk bertahan.
b. Laba operasi.
dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya. c. Laba sebelum pajak.
Laba sebelum pajak menurut Wild (2005 : 25) merupakan laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan.
d. Laba dari operasi berjalan.
Laba dari operasi berjalan menurut Wild (2005 : 25) merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak.
e. Laba bersih.
Laba atau rugi bersih menurut Stice (2004 : 258) adalah laba atau rugi operasi berkelanjutan dikombinasikan dengan hasil operasi yang dihentikan, pos luar biasa dan pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi, memberi pemakai laporan ikhtisar pengukuran kinerja perusahaan untuk periode berjalan.
2.3.3 Fungsi Laba
Menurut Arfan dan Herkulanus (2008:206-209), laba merupakan item laporan
keuangan mendasar dan penting yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai
konteks. Laba secara umum diyakini sebagai dasar untuk:
a. perpajakan dan pendistribusian kembali kesejahteraan diantara individual.
Versi laba seperti ini dikenal sebagai laba kena pajak, dihitung sesuai dengan
aturan yang ditetapkan oleh badan fiskal pemerintah.
c. indikator jumlah maksimum yang dapat didistribusikan sebagai dividen dan
ditahan untuk ekspansi atau diinvestasikan kembali dalam perusahaan.
d. petunjuk investasi dan pembuatan keputusan.
e. sarana prediksi yang membantu dalam memprediksi laba masa
mendatang.Laba diyakini sebagai ukuran efisiensi.
f. ukuran pengelolaan manajemen atas sumber daya perusahaan dan efisiensi
manajemen dalam menjalankan kegiatan perusahaan.
2.3.4 Karakteristik Laba
Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu
c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan
d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan
2.3.5 Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang
dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000:45).
Penghitungan dari pertumbuhan laba, didasarkan pada rumus berikut ini:
Yn – Yn-1
∆Yn = x 100%
Yn-1
Keterangan:
Δ Yn = Pertumbuhan laba tahun ke-n
Yn-1 = Laba tahun sebelumnya N = tahun ke-n
Menurut ketentuan Departeman Koperasi PengusahaKecil dan Menengah (Yuniartiningsih, 2006 :25), pertumbuhan laba dikatakan optimal jika mengalami peningkatan 10% atau lebih dari tahun sebelumnya. Laba pada perbankan terdiri dari laba operasional, laba sebelum pajak dan manfaat, serta laba bersih. Pertumbuhan laba ditentukan oleh kinerja perusahaan yang diukur dari rasio modal, rentabilitas, rasio likuidutas serta dapat dinilai dari efesiensi operasional (dendawijaya, 2005:116).
2.3.6 Faktor-Faktor Pertumbuhan Laba
Menurut Hanafi dan Halim sebagaimana dikutip Angkoso (2006 :20)
a. Besarnya perusahaan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang
diharapkan semakin tinggi.
b. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
c. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
d. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan
di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
e. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
Tika Yang Terdaftar di BEI
Independen: baik secara parsial dan simultan.
Hilda Sintya (2010)
Pengaruh Aspek Capital, Asset, Earning,
dan Liquidity Terhadap Pertumbuhan Laba
Secara simultan CAR, NPL, BOPO, GWM, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Secara parsial hanya
NPL memiliki dan Efisiensin Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
Loan to Deposit
Rasio
Capitatal
Adequacy Ratio
Debt to Equity
Operating Cost
Loan to Deposit Rasio
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba secara parsial. Capitatal Adequacy
dan Operating Cost memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba secara parsial.
Secara simultan, seluruh variabel independent memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
2.5 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.5.1.Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka dan tinjauan terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual CAR
(X1)
NPL (X2)
LDR (X4) BOPO
(X3)
PERTUMBUHAN LABA
Capital Adequacy Ratio (CAR) menggambarkan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian –
kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, maka tinggi rendahnya nilai
CAR suatu bank, akan mempengaruhi kinerja dan kemampuan bank untuk
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Permodalan yang kuat akan meningkatkan
kepercayaan nasabah terhadap kinerja bank. Dan hal ini akan berdampak pada
pertumbuhan laba perusahaan.
Non Performing Loans (NPL), apabila suatu bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya
lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank dengan kata lain menurunkan
laba.
Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) menggambarkan proses
produktivitas yang efesien akan meningkatkan output perusahaan dan tentunya akan
meningkatkan laba perusahaan. semakin kecil angka rasio BOPO maka semakin baik
kondisi bank tersebut karena kenaikan pendapatan dari periode ke periode akan
meningkatkan pertumbuhan laba bank.
Loan to Deposit Ratio (LDR), semakin tinggi rasio ini mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan karena LDR
menunjukkan seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan bank untuk memberikan kredit. Jika
pemberian kredit kepada masyarakat semakin tinggi, maka akan mempengaruhi
pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Karena salah satu sumber laba bank berasal
tinggi, sehingga menyebabkan laba meningkat. Tetapi jika sebaliknya, pinjaman
kredit menurun diikuti rendahnya kemampuan bank untuk melunasi kewajibannya,
maka pertumbuhan laba perusahaan pun akan turun.
Pertumbuhan laba menggambarkan kondisi kinerja keuangan perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya. Semakin besar pertumbuhan laba suatu perusahaan
menggambarkan bahwa kinerja perusahaan dalam kondisi baik.
2.5.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: