1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Upaya pembangunan pedesaan telah dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat melalui berbagai kebijakan dan
program-program. Upaya-upaya itu telah menghasilkan berbagai kemajuan yang dirasakan
oleh sebagian masyarakat pedesaan. Namun masih banyak wilayah pedesaan yang
belum berkembang secepat wilayah lainnya. Pembangunan desa merupakan
bagian yang penting dari pembangunan nasional, mengingat kawasan pedesaan
masih dominan dan lebih dari setengah penduduk indonesia masih tinggal di
kawasan pedesaan.
Arti penting pembangunan pedesaan adalah dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan pelestarian lingkungan hidup dan
konversi sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan antara kawasan
umum dalam kawasan pedesaan, dan kepentingan umum dalam kawasan pedesaan
secara partisipatif, produktif dan berkelanjutan dengan berbasis pemberdayaan
masyarakat ( Peraturan Menteri Dalam Negeri no 51 Tahun 2007 tentang
Pembangunan Pedesaan berbasis Masyarakat ). Dalam pembangunan desa, hal
yang perlu diketahui, dipahami dan diperhatikan adalah berbagai kekhususan yang
ada dalam masyarakat pedesaan. Tanpa memperhatikan adanya kekhususan
tersebut mungkin program pembangunan yang dilaksankan tidak akan berjalan
2 masyarakat desa relatif sangat kuat keterikatannya pada nilai-nilai lama seperti
budaya/ adat istiadat maupun agama. Nilai-nilai lama atau yang disebut dengan
budaya tradisional itu sendiri sangat dan selalu terkait dengan proses perubahan
ekonomi, sosial dan politik dari masyarakat pada tempat dimana budaya
tradisional tersebut melekat.
Kelembagaan lokal merupakan salah satu elemen penting dalam
pembangunan desa. Tanpa adanya kelembagaan lokal, infrastruktur tidak akan
dapat dibangun atau dipertahankan. Jasa pelayanan masyarakat tidak dapat
dilakukan secara maksimal dan pemerintah tidak akan dapat memelihara atau
mempertahankan arus informasi yang dibutuhkan masyarakat. Dengan demikian
kelembagaan lokal merupakan faktor dominan , terutama dalam penggerakan
partisipasi masyarakat. Kelembagaan lokal tradisional mempunyai kekuatan yang
tidak dimiliki oleh institusi formal yang ada yaitu kedekatannya dengan
masyarakat tingkat bawah dan peka dengan kebutuhan masyarakat. Keberadaanya
sangat menentukan sekali akan keberhasilan sebuah pembangunan.
Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan lembaga lokal yang ada di
daerah Minangkabau atau Sumatera Barat. Kerapatan Adat Nagari ini merupakan
kerapatan niniak mamak pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara turun
temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari yang ada di
Minangkabau dan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di
nagari. Keberadaan Kerapatan Adat Nagari di dalam sebuah pemerintahan nagari
sangat dibutuhkan mengingat Kerapatan adat nagari ini merupakan salah satu
3 kesejahteraan didalam sebuah masyarakat. Selain itu Kerapatan Adat Nagari juga
menjadi tempat untuk memberi masukan dan pertimbangan kepada pemerintah
nagari dalam masalah pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan di
pemerintahan nagari juga merupakan hasil persetujuan dari kerapatan adat nagari
karena lembaga ini yang tahu bagaimana keadaan masyarakatnya.
Adanya istilah “babaliak ka nagari” menjadi suatu gagasan agar
pembangunan yang dilakukan di daerah Sumatera Barat dimulai dari tingkat yang
paling bawah yaitu nagari. Pemerintahan dilaksanakan dari tingkat yang paling
dekat dari masyarakat itu sendiri sehingga pembangunan akan mudah untuk di
laksanakan. Akan tetapi pembangunan yang dilakukan di tingkat pemerintahan
nagari tidak akan berjalan sesuai yang diinginkan apabila peran lembaga lokal
kurang maksimal. Seharusnya lembaga lokal memiliki fungsi yang sangat
membantu pemerintah agar kesejahteraan masyarakat nagari itu dapat dicapai.
Ada berbagai pendapat yang berkembang dalam masyarakat tentang
Kerapatan Adat Nagari, ada yang berpendapat kalau Kerapatan Adat Nagari hanya
melakukan fungsinya sebagai pengurus tanah saja, tanpa ada membantu
pemerintah dalam hal pembangunan lainnya. Di lain pihak menyatakan kalau
Kerapatan Adat Nagari mempunyai fungsi dalam pembangunan. Selain juga untuk
menyelesaikan permasalahan tanah, Kerapatan Adat Nagari juga memberikan
kontribusi yang banyak untuk pembangunan tertutama didalam Nagari.
Adapula yang berpendapat, Kerapatan Adat Nagari hanya tinggal sebagai
4 lembaga lokal ini telah lama tidak berfungsi. Sehingga tidak ada memberikan
kontribusi yang jelas bagi masyarakat tertutama bagi pembangunan Nagari.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : Peran Kerapatan Adat Nagari ( KAN ) dalam Pembangunan Nagari di Nagari Baringin, Kecamatan Lima Kaum , Kabupaten Tanah Datar.
I.2. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta
dan data ke dalam penulisan skripsi ini, maka terlebih dahulu dirumuskan
masalahnya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti
merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam Pembangunan Nagari di Nagari Baringin Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar”.
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Bagaimana Peran Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam Pembangunan
Nagari di Nagari Baringin ?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
5 I.4. Manfaat Penelitian
Adapaun yang menjadi manfaat ynag diharapkan dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis
karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan di lapangan.
2. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi
bagi Pemerintahan Nagari Baringin dalam menyusun strategi untuk
melaksanakan pembangunan.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan
khasanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian sosial.
I.5. Kerangka Teori
Menurut Wuisman ( 1996:333 ) teori merupakan himpunan pernyataan
baik abstrak dan spesifik, beberapa diantaranya terbuka untuk diuji dan yang
memberikan penjelasan, pemahaman menyeluruh dan mendalam tentang
himpunan gejala yang beraneka ragam baik yang sudah diteliti maupun yang
belum diketahui.
Dalam menjelaskan suatu permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat
maka diperlukan konsep dan asumsi yang secara alamiah telah diteliti. Sebelum
melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu
kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana
6 dalam mengkonstruksi pemahaman terhadap realita dalam masyarakat yang akan
diteliti.
1.5.1. Peran
I.5.1.1. Pengertian Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal
(Friedman,M, 1998 :287 ). Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam
suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
I.5.1.2. Struktur Peran
Struktur peran menurut Friedman (1998:288) dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Peran Formal ( Peran yang Nampak Jelas )
Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang
standar terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang membentuk posisi
sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu adalah peran sebagai provider
(penyedia) pengatur rumah tangga memberikan perawatan sosialisasi anak
rekreasi persaudaraan (memelihara hubungan keluarga paternal dan
7 b. Peran Informal ( Peran Tertutup )
Yaitu suatu peran yang bersifat implisit ( emosional ) biasanya
tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga, peran-peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak
terlalu dan didasarkan pada atribut-atibut kepribadian anggota keluarga
individual. Pelaksanaan peran-peran informal yang efektif dapat
mempermudah pelaksanaan peran-peran formal.
I.5.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Peran
Menurut Komarovsky ( Friedman, M.1998) membagi faktor yang
mempengaruhi struktur peran menjadi :
a. Kelas Sosial
b. Latar Belakang Keluarga
c. Model-model Peran
d. Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
e. Peristiwa Situasional yang Khususnya Masalah Kesehatan atau Sakit
I.5.2. Kerapatan Adat Nagari (KAN)
I.5.2.1. Pengertian Kerapatan Adat Nagari (KAN)
Berdasarkan ( Perda Kab. Tanah Datar no 4 Tahun 2008 Tentang Nagari
pasal 86) Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan lembaga kerapatan
8 temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan
merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari.
KAN ( Kerapatan Adat Nagari ) suatu lembaga di dalam nagari yang
mengurus dan menjaga serta melestarikan adat dan kebudayaan di
Minangkabau. Di mana KAN ini terdiri dari berbagai unsur dalam nagari
tersebut seperti;
a. Para Penghulu atau datuk setiap suku yang ada dalam ke nagarian
tersebut.
b. Manti atau Cadiak Pandai merupakan kalangan itelektual dalam
nagari tersebut.
c. Malin atau Alim Ulama yang ada dalam nagari tersebut.
d. Dubalang atau Penjaga keamanan dalam nagari tersebut.
Di dalam suatu kenagarian keputusan-keputusan KAN di jadikan pedoman
oleh Wali Nagari dalam menjalankan pemerintahannya dan wajib di taati oleh
seluruh msyarakat kenagarian tersebut sepanjang tidak melanggar peraturan dan
perundangan yang berlaku.
I.5.2.2. Tugas dan Fungsi Kerapatan Adat Nagari ( KAN )
Untuk memberikan kontribusi yang layak bagi pemerintah nagari
Kerapatan Adat Nagari (KAN) tentu mempunyai tugas dan fungsi yang harus di
laksanakan, ini juga sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar No 4
9 Tugas KAN terdiri sebagai berikut :
a. Memberikan pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Nagari
dan BPRN dalam melestarikan nilai-nilai adat basandi syara’, syara’
basandi kitabullah di Nagari
b. Memberikan pertimbangan dan masukan kepada Pemerintah Nagari
dan BPRN dalam penyusunan dan pembahasan Peraturan Nagari
c. Membentuk lembaga-lembaga unsur masyarakat adat yaitu Unsur
Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda
d. Mengurus, membina dan menyelesaikan hal-hal yang berkaitan
dengan adat sehubungan dengan sako, pusako dan syara
e. Mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum
terhadap anggota masyarakat yang bersengketa terhadap sesuatu
yang dipersengketakan dan pembuktian lainnya menurut sepanjang
adat dan atau silsilah keturunan/ranji
f. Mengusahakan perdamaian dan memberikan nasehat-nasehat hukum
dan keputusan yang sifatnya final terhadap anggota masyarakat yang
bersengketa terhadap sako dengan pembuktian menurut sepanjang
adat dan atau silsilah keturunan/ranji
g. Membentuk majelis penyelesaian sengketa sako, pusako dan syara’
h. Membuat kode etik, yang berisikan pantangan, larangan, hak dan
10
i. Mengembangkan kebudayaan anak Nagari dalam upaya
melestarikan kebudayaan Daerah dalam rangka memperkaya
khasanah kebudayaan nasional
j. Membina masyarakat hukum adat Nagari menurut adat basandi
syara’,syara’ basandi kitabullah
k. Melaksanakan pembinaan dan mengembangkan nilai-nilai adat
minangkabau dalam rangka mempertahankan kelestarian adat.
KAN bersama Pemerintahan Nagari menjaga, memelihara dan memanfaatkan
kekayaan Nagari untuk kesejahteraan masyarakat Nagari. KAN melaksanakan
tugas setelah melalui proses bajanjang naiak batanggo turun sesuai dengan adat
salingka Nagari. Selain mempunyai tugas yang harus di emban oleh KAN, KAN
juga mempunyai fungsi. KAN mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. sebagai lembaga penyelenggara urusan adat di Nagari
b. sebagai lembaga yang mengurus dan mengelola adat salingka Nagari
c. sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan adat di Nagari
d. sebagai lembaga pembinaan, pengembangan, perlindungan terhadap
unsur Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda
Nagari dan unsur lainnya di salingka Nagari
e. memberikan kedudukan hukum menurut adat terhadap hal-hal yang
menyangkut harta kekayaan masyarakat guna kepentingan hubungan
keperdataan adat, juga dalam hal adanya persengketaan sako, pusako
11 f. bersama Pemerintahan Nagari meningkatkan kualitas hubungan
perantau dengan Nagari.
Fungsi yang dilakukan oleh KAN berdasarkan azas musyawarah dan
mufakat sepanjang tidak bertentangan dengan ”adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” serta Peraturan Perundang-undangan. Setiap keputusan yang diambil oleh KAN ditetapkan melalui rapat KAN sesuai dengan adat salingka
Nagari. Setiap rapat KAN yang melahirkan keputusan harus dibuatkan risalah.
I.5.3. Pembangunan
I.5.3.1. Pengertian Pembangunan
Pembangunan merupakan proses perubahan sosial dengan partisipator
yang luas dalam masyrakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan materi
( termasuk besarnya kebebasan, keadilan dan kualitas lainnya yang dihargai )
untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh
terhadap lingkungan mereka ( menurut Rogers dalam Zulkarnain :2007). Adapun
tujuan pembangunan terbagi atas 2 bagian , yaitu :
1. Tujuan umum.
Pembangunan adalah suatu proyeksi terjauh dari harapan-harapan
dan ide-ide manusia, komponen-komponen dari yang terbaik atau
12 2. Tujuan Khusus.
Pembangunan adalah tujuan jangka pendek, pada tujuan jangka
pendek biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran
dari suatu program tertentu.
I.5.3.2. Tipe-Tipe Pembangunan
Dalam mencapai tujuan yang akan di diperoleh ada beberapa tipe-tipe
pembangunan yang memberikan perbedaan. Tipe-tipe ini dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Tipe Ideal
Tipe Ideal merupakan tipe pembangunan yang merencanakan
perubahan dan pertumbuhan. Pembangunan ini didasarkan pada
rencana yang sudah di susun sehingga akan memperlancar
pembangunan.
b. Tipe menghasilkan dalam jangka pendek
Tipe menghasilkan dalam jangka pendek adalah tipe pembangunan
yang merencanakan pertumbuhan tetapi tidak adanya perubahan.
Pembangunan dilakukan hanya untuk mencapai pertumbuhan saja.
c. Tipe menghasilkan dalam jangka panjang
Tipe menghasilkan dalam jangka panjang adalah tipe
pembangunan yang bisa merencakan perubahan tetapi tidak adanya
13 mencapai pertumbuhan. Sehingga mengekesampingan adanya
perubahan yang akan di dapat.
d. Tipe kegagalan
Tipe kegagalan merupakan tipe pembangunan yang tidak bisa
merencanakan perubahan dan pertumbuhan.
e. Dorongan dan tekanan lingkungan
Dorongan dan tekanan lingkungan adalah tipe pembangunan yang
tidak bisa merencanakan tetapi adanya perubahan.
f. Tipe pragmatis
Tipe pragmatis merupakan tipe pembangunan yang tidak ada
perencanaan, tetapi adanya perubahan dan pertumbuhan.
g. Tipe krisis
Tipe krisis merupakan tipe pembangunan yang tidak adanya
perencanaan dan perubahan, tetapi adanya pertumbuhan.
1.5.4. Nagari
1.5.4.1. Pengertian Nagari
( Berdasarkan Perda No 4 Tahun 2008 Tentang Nagari BAB 1 Pasal 1
Poin 7 ) Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan
14 a. Asal Usul Nagari
Nagari merupakan wilayah atau sekumpulan kampung yang
dipimpin oleh seorang penghulu. Batas-batas wilayah nagari
ditentukan oleh alam, seperti sungai, hutan, bukit dan sebagainya.
Namun agaknya batas-batas seperti ini sekarang tidak lagi signifikan
dengan diterapkannya pembagian wilayah secara administratif.
Keluasan wilayah nagari sama dengan luas tanah yang dimiliki oleh
masing-masing suku pendiri nagari dan daerah kantong. Daerah
kantong adalah tanah yang berada di antara tanah ulayat
masing-masing suku. Sebelum bangsa Belanda menjejakan kaki di tanah
Sumatera, nagari merupakan sistem pemerintahan yang berdiri sendiri.
Tidak ada pemerintah di atas nagari.
Nagari merupakan republik mini yang diperintah secara demokrasi
oleh anak nagari, sebutan penduduk nagari. Dalam pemerintahan
nagari, pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan
umum berdasarkan pada musyawarah mufakat. Seiring perkembangan
zaman, nagari bukan lagi merupakan bentuk pemerintahan yang berdiri
sendiri. Sejak pemerintah Indonesia terbentuk nagari mengalami
pasang surut sampai saat ini. Saat ini, nagari merupakan pemerintahan
di wilayah setingkat desa/kelurahan.
b. Proses Pembentukan Nagari
Pembentukan nagari melewati proses panjang, sepanjang sejarah
15 selalu berhubungan dengan proses persebaran penduduk, perpindahan,
atau penggabungan kelompok masyarakat. Ada empat tahapan proses
terbentuknya nagari, yaitu banjar, taratak, koto, dan akhirnya nagari.
a) Banjar
Banjar atau yang juga kabul merupakan tahap awal
pembentukan nagari. Masyarakat ini masih belum terlalu
lama menetap di suatu tempat dan masih tinggal di
bangunan panggung sederhana bertiang empat (Dangau).
Penduduk yang tinggal di banjar hanya berasal dari satu
suku dengan mata pencarian berburu dan berladang.
b) Taratak
Taratak mempunyai arti bercocok tanam, sedangkan
kampungtempat para penduduknya tinggal disebut dusun.
Di dusun ini tinggal dua suku asal. Dengan adanya dua
suku yang berbeda ini, terbuka kemungkinan di antara
mereka menikah dan menggambarkan keturunan. Setelah
masyarakat dusun semakin berkembang, mereka akan turun
ke kaki bukit dan bermukin di sana. Mereka cenderung
memilih permukiman di pinggir sungai atau anak-anak
sungai. Di antara mereka sudah mulai membangun rumah
secara permanen. Perkampungan ini kemudian berkembang
16 c) Koto
Koto terdiri dari tiga suku yang berbeda. Perkembangan
penduduk tahap ketiga ini semakin pesat sehingga mereka
membutuhkan lahan yang lebih luas. Biasanya, mereka
akan mencari tempat-tempat yang lebih luasuntuk
perkampungan mereka. Namun, pilihan para penduduk ini
tetap sama dengan permukiman sebelumnya, yaitu
daerah-daerah di sekitar aliran sungai. Sebagian besar
penduduknya sudah membangunan rumah permanen.
Perkembangan ini kemudian masuk pada tahap terakhir
yaitu terbentuknya nagari.
d) Nagari
Ada empat suku asal yang menghuni permukiman ini yang
sekaligus menjadi salah satu syarat terbentuknya nagari.
Para penduduk mulai membangun permukiman yang lebih
luas,aman dan lebih nyaman. Masing-masing keluarga
menguasai tanah ulayat di hutan, ladang-ladang yang
terletak di lereng-lereng bukit, dan sawah yang tak jauh dari
perkampungan. Pada tahap ini, masyarakat mulai
membentuk perangkat pemerintahan dan bentuk
17 1.5.4.2. Pemerintahan Nagari
Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari
berdasarkan asal usul Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada di
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ( Berdasarkan
Perda No 4 Tahun 2008 BAB 1 Pasal 1 Poin 8 )
1.5.5. Pembangunan Nagari
Pembangunan nagari adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mencapai
perubahan ke arah yang lebih baik dengan memberdayakan masyarakat nagari
melalui program-program pembangunan yang ditujuan untuk kemajuan nagari.
Pembangunan nagari bersifat multisektor menyangkut semua segi kehidupan
masyarakat, sehingga pembangunan nagari tidaklah pembangunan yang berdiri
sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional di Daerah.
Keberhasilan Pembangunan nagari merupakan wujud adanya efektifitas dan
kemampuan serta etos kerja wali nagari dan aparatur pemerintah nagari. Dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Nagari disusun perencanaan pembangunan
Nagari sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan Daerah.
(Berdasarkan Perda No 4 Tahun 2008 Tentang Nagari BAB VI Pasal 106)
Perencanaan pembangunan Nagari disusun secara partisipatif oleh Pemerintahan
Nagari sesuai dengan kewenangannya. Dalam menyusun perencanaan
pembangunan Nagari wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan Nagari.
18 a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJMN) untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun
b. Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP-Nagari) merupakan
penjabaran dari RPJMN untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari (RPJMN) ditetapkan
dengan Peraturan Nagari dan Rencana Kerja Pembangunan Nagari (RKP-Nagari)
ditetapkan dalam Keputusan Wali Nagari berpedoman pada Peraturan Daerah.
Perencanaan pembangunan Nagari didasarkan pada data dan informasi yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi mencakup:
a. penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
b. organisasi dan tata laksana Pemerintahan Nagari
c. keuangan Nagari
d. profil Nagari
e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan
Nagari dan pemberdayaan masyarakat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan, tata cara penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Nagari diatur
dengan Peraturan Bupati. Dalam perencanaan pembangunan nagari, pemerintah
nagari dalam hal ini wali nagari tidak merencanakan sendiri perencanaan
19 Lembaga yang paling berpengaruh untuk menampung aspirasi masyarakat
adalah Badan Perwakilan Rakyat Nagari, maka seharusnya Wali Nagari sebagai
kepala tertinggi Pemerintahan Nagari harus bekerja sama dengan, BPRN tersebut
dalam menetapkan perencanaan pembangunan desa, serta harus mengikut sertakan
masyarakat dan lembaga lokal yang ada.
Proses pengelolaan pembangunan Nagari sebagai berikut :
1. Perencanaan
Fungsi perencanaan adalah sebagai alat untuk memilih, merencanakan
untuk masa yang akan datang, cara untuk mengalokasikan sumber daya serta
alat untuk mencapai sasaran, dan apabila dikaitkan dengan pembangunan
yang hasilnya diharapkan dapat menjawab semua permasalahan, memenuhi
kebutuhan masyarakat, berdaya guna dan berhasil guna, serta mencapai
tujuan yang diinginkan, maka perencanaan itu sangat diperlukan agar
pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah, efektif dan efisien dalam
penggunaan sumber daya dan dana. Sedangkan pembangunan dalam
perencanaan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih
baik melalui apa yang dilakukan secara terencana. Memberi kesempatan pada
masyarakat untuk menentukan arah berarti memberikan kesempatan pada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
2. Penetapan dan Pelaksanaan
Pada tahap penetapan dan pelaksanaan perlu diadakan penyorotan
terhadap kekuatan social dalam masyarakat, dan disamping itu juga perlu
20 dipaparkan dalam UU No. 6 tahun 2014 bahwa di dalam desa/desa adat
terdapat tiga kategori kelembagaan desa/desa adat yang memiliki peranan
dalam tata kelola desa/desa adat, yaitu: pemerintah desa/desa adat, Badan
Permusyawaratan Desa/desa adat, Lembaga Kemasyarakatan dan lembaga
adat.
Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan
urusan pemerintahan di tingkat desa (pemerintahan desa/desa adat)
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa/Desa Adat dan Badan Permusyawaratan
Desa/Desa Adat. Pemerintahan desa/desa adat ini dijalankan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
di negeri ini.
3. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah pemantauan secara terus menerus proses
perencanaan dan pelakasanaan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan dengan
mengikuti langsung kegiatan atau membaca hasil laporan dari pelaksanaan
kegiatan. Monitoring sering dipandang sebagai pengukuran kuantitas yang
berkaitan dengan bagaimana pencapaian keselarasan antara sumber-sumber
yang digunakan dan waktu yang ditetapkan. Monitoring merupakan aktivitas
yang berkelanjutan yang terutama dimaksudkan untuk memberikan informasi
terhadap perencana dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan yuang
terjadi dalam tahap implementasi. Monitoring merupakn mekanisme yang
21 mungkin timbul dalam suatu kegiatan dengan membandingkan antara apa
yang diharapkan dan apa yang dilakukan.
Dalam tahap evaluasi diadakan analisis terhadap efek pembamgunan,
sehingga dapat mengukur keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu
program pembangunan. Evaluasi bertujuan :
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar.
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari dan
pembangunan Nagari, BPRN mempunyai peran normative sebagai alat
kontrol pemerintah Nagari. Selain adanya peran BPRN sebagai pengontrol
penyelenggaraan pemerintahan Nagari, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat
pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah
satu kritik adalah masyarakat merasa tidak memiliki dan acuh tak acuh
terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai
subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat
berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
monitoring dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila kita akan melakukan
pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas. Masyarakat lokal
menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu
22 pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam
melaksanakan pembangunan. Masyarakat lokal-lah yang mengetahui apa
permasalahan yang dihadapi serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya.
Bahkan pula mereka akan mempunyai pengetahuan lokal untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya tersebut.
I.6. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak kejadian , keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial ( Singarimbun, 2006:33). Oleh karena itu, untuk menemukan
batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas
masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan konsep-konsep
antara lain :
1. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun
secara informal.
2. Kerapatan Adat Nagari adalah lembaga kerapatan Niniak Mamak
pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun
sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan merupakan
lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari.
3. Pembangunan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka
23 maupun sosial yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan tanpa
merusak lingkungan atau kehidupan sosial.
4. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan