• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review Analisis Penentuan Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Critical Review Analisis Penentuan Pusat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTASTEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

ANALISIS PENENTUAN

PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN

EKONOMI DI KABUPATEN

SIMALUNGUN

CRITICAL REVEW

MADANIYA HIYA EFENDI

3613100024

(PANDAPOTAN T.P NAINGGOLAN)

DOSEN PENGAMPU

(2)

Analisis Lokasi dan Keruangan | i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Critical Review “Analisis Penentuan

Pusat - Pusat Pertumbuhan Ekonomi” sebagai tugas dari mata kuliah Analisis Lokasi dan

Keruangan.

Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam

proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan Ir. Eko Budi

Santoso, Lic. Rer. Reg., yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa mungkin makalah ini kiranya masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada

umumnya.

Surabaya, 21 Maret 2015

(3)

Analisis Lokasi dan Keruangan | ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

PENDAHULUAN ... 1

a. Latar Belakang ... 1

b. Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 1

a. Pembangunan Ekonomi ... 1

b. Teori Tempat Sentral ... 2

c. Pusat Pertumbuhan ... 2

REVIEW JURNAL ... 3

a. Metode Penelitian ... 3

b. Alasan Pemilihan Lokasi ... 4

c. Faktor-faktor Penentu Lokasi ... 5

d. Hasil Penelitian ... 6

CRITICAL REVIEW ... 8

a. Kekurangan ... 8

b. Kelebihan ... 8

c. Implikasi Teori terhadap Lokasi ... 9

PENUTUP ... 9

(4)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Pada umumnya hampir semua negara berkembang dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan yang sama yakni kemiskinan, pengangguran, tingkat kesehatan dan

pendidikan yang rendah, ketimpangan distribusi pendapatan bahkan kriminalitas yang tinggi

(Todaro, 2009). Hal inilah yang menjadi penghambat proses pembangunan suatu negara,

termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 pembangunan Indonesia bersifat desentralisasi, yaitu pemerintah daerah lebih

berperan dalam membangun daerahnya masing-masing. Untuk mempercepat pembangunan

suatu daerah, maka dapat dilakukan melalui pembangunan wilayah dengan menetapkan

pusat pertumbuhan. Sehingga, pemerintah dapat lebih fokus membangun daerah tersebut

yang diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap daerah-daerah di sekitarnya atau

dibawahnya. Selain itu, dengan menetapkan pusat pertumbuhan akan memudahkan

pemerintah daerah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan daerahnya.

Bagi mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, khususnya dalam belajar tentang

analisis lokasi dan keruangan sangat penting untuk mencari wawasan lebih dalam tentang

teori-teori lokasi yang berhubungan dengan penentuan lokasi. Hal ini, diharapkan jika suatu

saat akan merencanakan pembangunan dapat tetap sasaran melalui penentuan lokasi yang

sesuai. Oleh karena itu, melalui critical review jurnal ini mahasiswa akan memperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam tentang analisis lokasi.

Dalam makalah ini, berisi critical review terhadap Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.

1 Nomor 12 Tahun 2015 berjudul Analisis Penentuan Pusat- Pusat Pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten Simalungun yang ditulis oleh Pandapotan T.P Nainggolan. Penelitian dalam jurnal

tersebut bertujuan untuk menentukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Simalungun dan menentukan hubungan antara pusat pertumbuhan dengan daerah

belakangnya.

b. Tujuan

Penulisan makalah critical review ini bertujuan untuk memahami implikasi-implikasi

teori-teori lokasi terhadap fenomena lokasi dan keruangan yang terbentuk dalam wilayah dan

kota.

TINJAUAN PUSTAKA

a. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi berarti adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

suatu negara secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Menurut Adissasmita

(2005), pembangunan tidak hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok saja, tetapi juga

(5)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 2

manusia. Sedangkan menurut Todaro, pembangunan adalah suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan dasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

instansi-instansi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,

penanganan ketimpangan pendapat, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2006:22).

Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang utama didalam melaksanakan pembangunan.

Oleh karena itu, pemerintah daerah sebagai penanggungjawab atas daerah harus

mengupayakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan

memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki daerah tersebut.

b. Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral dipelopori oleh Walter Christaller yang menyatakan bahwa

daerah-daerah nodal mempunyai tingkat hirarki. Tidak semua daerah bersifat homogenitas

tetapi terdapat perbedaan baik dalam persebaran penduduk maupun luas wilayahnya

(Richardson, 2001). Dengan mengetahui tingkat hirarki suatu daerah, dapat dilihat apa yang

dibutuhkan oleh daerah dan kegiatan ekonomi seperti apa yang cocok untuk daerah tersebut.

Christaller memiliki pandangan yang sama dengan Lloyd mengenai suatu barang dan jasa,

bahwa barang-barang dan jasa-jasa memiliki daerah jangkauannya sendiri (range) dan

produsen memiliki batas minimal luasnya pasar (threshold) agar dapat berproduksi

(Robinson, 2010). Barang-barang dan jasa-jasa dapat dikelompokkan berdasarkan ordenya,

dimana orde I adalah barang kelompok 4, yaitu jenis barang yang mewah dan sangat jarang

dibeli seperti mobil. Orde II adalah barang kelompok 3, yaitu barang yang jarang dibeli yaitu

tempat tidur. Orde III adalah barang kelompok 2, yaitu barang yang tidak setiap hari dibeli

seperti pakaian, sepatu dan peralatan rumah tangga. Orde IV adalah barang kelompok 1,

yaitu barang yang sering dibeli seperti beras, gula, garam dn lain-lain. Setiap orde memiliki

wilayah heksagonalnya sendiri-sendiri dan lebar barang Orde I sama dengan 3 kali lebar

barang Orde II demikian seterusnya. Hal ini berarti barang Orde I memiliki luas jangkauan tiga

kali barang Orde II. Selain itu, dalam teori ini berbagai jenis barang pada orde yang sama

cenderung bergabung pada pusat dari wilayahnya sehingga terjadi pusat konsentrasi.

Berdasarkan k=3, pusat dari hirarki yang lebih rendah berada pada pengaruh pusat hirarki

yang lebih tinggi (Robinson, 2010).

c. Pusat Pertumbuhan

Ketidakhomogennya wilayah dalam suatu daerah baik dalam jumlah penduduk, iklim,

cuaca bahkan fasilitas sosial dan ekonomi menyebabkan adanya daerah nodal dan spasial.

Pada daerah nodal biasanya lebih cepat bertumbuh daripada wilayah belakangnya

dikarenakan pada daerah nodal memiliki keuntungan agglomerasi ekonomi dan distribusi

penduduk yang terpusat.

Menurut Richardson, yang menyebabkan terjadinya pusat pertumbuhan dikarenakan

(6)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 3

yang terkonsentrasi. Keuntungan agglomerasi didapat karena adanya keuntungan skala yang

berasal dari fasilitas-fasilitas perbankan, sosial, pemerintahan, pasar tenaga kerja,

perusahaan jasa-jasa khusus tertentu (Richardson dalam Paul Sitohang, 2001:96). Para

pemilik modal akan jauh lebih tertarik untuk berinvestasi pada daerah agglomerasi, sehingga

menyebabkan industri-industri menjadi terpusat di daerah ini terutama industri inti (dalam

skala besar). Menurutnya, pusat pertumbuhan pertumbuhan harus memiliki empat ciri yaitu

adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,

adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi geografis, dan bersifat

mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya (Robinson, 2010:128-129).

REVIEW JURNAL

Pada umumnya hampir semua negara berkembang dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan yang sama yakni kemiskinan, pengangguran, tingkat kesehatan dan

pendidikan yang rendah, ketimpangan distribusi pendapatan bahkan kriminalitas yang tinggi

(Todaro, 2009). Hal inilah yang menjadi penghambat proses pembangunan suatu negara,

termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 pembangunan Indonesia bersifat desentralisasi, yaitu pemerintah daerah lebih

berperan dalam membangun daerahnya masing-masing. Untuk mempercepat pembangunan

suatu daerah, maka dapat dilakukan melalui pembangunan wilayah dengan menetapkan

pusat pertumbuhan. Sehingga, pemerintah dapat lebih fokus membangun daerah tersebut

yang diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap daerah-daerah di sekitarnya atau

dibawahnya. Selain itu, dengan menetapkan pusat pertumbuhan akan memudahkan

pemerintah daerah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan daerahnya.

a. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada jurnal “Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan

Ekonomi di Kabupaten Simalungin” menggunakan data time series dari tahun 2006-2010. Penelitian ini menggunakan data sekunder yakni data yang diperoleh dari publikasi-publikasi

suatu lembaga atau instansi. Data tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik

(BPS).

Dalam penelitian yang dilakukan pada jurnal tersebut menggunakan metode analisis

skalogram dan indeks sentralitas serta analisis gravitasi. Analisis skalogram merupakan suatu

alat analisis yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam rangka

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang dimaksudkan dalam hal ini

adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas yang ada di daerah itu seperti fasilitas yang berkaitan

dengan aktivitas ekonomi, aktivitas sosial dan pemerintahan. Dengan analisis skalogram

(7)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 4

pertumbuhan. Kecamatan yang memiliki kelengkapan fasilitas tertinggi dapat ditentukan

sebagai pusat pertumbuhan (Rodinelli dalam Ermawati, 2010:47).

Analisis gravitasi digunakan untuk mengukur daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah

atau besarnya interaksi antar daerah. Analisis gravitasi dilandaskan pada asumsi bahwa

interaksi antara dua pusat mempunyai hubungan proporsional langsung dengan “massa” dari

pusat-pusat bersangkutan dan mempunyai hubungan proporsional terbalik dengan “jarak” antara pusat-pusat tersebut. Variabel yang dapat mewakili massa antara lain, penduduk,

kesempatan kerja, pendapat, pengeluaran. Sedangkan, variabel yang mewakili jarak

dinyatakan dalam ukuran phisik, waktu, harga, dala lain-lain (Glasson dalam Paul

Sitohang,1990:27). Seiring dengan perkembangannya, variabel yang sering digunakan dalam

analisis gravitasi dapat dilihat dari jumlah penduduk dan jarak kedua daerah yang diteliti.

Rumus gravitasi yang pada umumnya digunakan yaitu (Tarigan, 2010:105) :

� = � �

Rumus gravitasi tersebut dapat disederhanakan menjadi (Daldjoeni dalam Ermawati,

2010:51)

� =� � �

Keterangan:

I = besarnya interaksi antara kota/wilayah A dan B

P1 = jumlah penduduk kota/wilayah i (ribuan jiwa)

P2 = jumlah penduduk kota/wilayah j (ribuan jiwa)

dij = jarak antara daerah i dan j (km)

k = bilangan konstanta berdasarkan pengalaman

b = pangkat dari dij yang sering digunakan adalah b=2

Semakin besar angka interaksi yang diperoleh oleh suatu wilayah maka semakin erat

hubungan wilayah tersebut dengan daerah lainnya. dalam hal ini berarti semakin potensial

daerah tersebut untuk berkembang karena berkaitan antar kegiatan ekonominya erat.

b. Alasan Pemilihan Lokasi

Kabupaten Simalungun memiliki luas wilayah 4.386,60 km2 yang terdiri dari 31

kecamatan. Dengan memiliki wilayah yang sangat luas, Kabupaten Simalungun memiliki

berbagai potensi untuk membangun perekonomian daerahnya, antara lain memiliki tanah

yang subur sehingga sangat cocok untuk pertanian. Letak yang strategis karena diapit oleh

delapan kabupaten, Kabupaten Simalungun juga memiiki potensi sebagai objek wisata,

terutama wisata alam. Hal ini dikarenakan Kabupaten Simalungun berada di sekitar Danau

Toba. Akan tetapi, daerah tujuan wisata yang ada di Kabupaten Simalungun hampir

(8)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 5

Kabupaten Simalungun, dari tahun 2006-2010 PDRB Kabupaten Simalungun mengalami

peningkatan yang rendah, yaitu berkisar 4,5 – 6 % setiap tahunnya. Lambatnya pembangunan ekonomi di Kabupaten Simalungun salah satu penyebabnya adalah sektor pertanian tidak

didukung oleh perkembangan sektor industrinya. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten

Simalungun perlu untuk mengembangkan sektor industri didalam mendukung sektor

pertaniannya.

Untuk itu perlu dilakukan suatu langkah yang baik untuk mempercepat pembangunan

ekonomi di Kabupaten Simalungun, yaitu dengan menentapkan pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi daerah tersebut. Melalui pusat-pusat pertumbuhan tersebut diharapkan akan

memberikan spread effect bagi daerah belakangnya.

c. Faktor-faktor Penentu Lokasi

Penelitian yang dituliskan pada jurnal tersebut, menggunakan faktor penentu lokasi

disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang digunakan dalam penelitian. Pada analisis

skalogram menggunakan faktor kelengkapan fasilitas untuk menentukan hierarki

kecamatan-kecamatan. Kelemahan dari analisis skalogram adalah tidak mempertimbangkan frekuensi

setiap jenis fasilitasnya. Sementara untuk menentukan kecamatan sebagai pusat

pertumbuhan tidak hanya berdasarkan setiap jenis fasilitasnya tetapi juga dengan

mempertimbangkan frekuensinya. Oleh karena itu, untuk menentukan kecamtan sebagai

pusat pertumbuhan diperoleh tidak hanya dengan menggunaka skalogram tetapi perlu

dilanjutkan dengan Indeks Sentralitas.

Fasilitas-fasilitas yang digunakan di dalam analisis skalogram yakni fasilitas yang

berhubungan dengan kegiatan sosial, ekonomi dan pemerintahan. Fasilitas sosial yang

digunakan terdiri dari fasilitas untuk pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,

puskesmas pembantu, posyandu), untuk pelayanan pendidikan (SD, SLTP, SLTA, Perguruan

Tinggi) dan pelayanan keagamaan (masjid, mushola, langgar, gereja, klenteng). Fasilitas

yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang digunakan antara lain, pasar,

supermarket, KUD, non KUD, bank dan non bank serta objek wisata. Sementara itu, untuk

menggambarkan pelayanan pemerintah diwakili oleh keberadaan kantor pos dan kantor

pemerintahan. Secara keseluruhan fasilitas yang didata ada sebanyak 30 jenis fasilitas yang

akan digunakan untukmenggambarkan hierarki setiap kecamatan.

Berbeda dengan analisis sebelumnya, analisis gravitasi yang merupakan langkah

lanjutan dari analisis skalogram dan indeks sentralitas. Pada analisis gravitasi faktor penentu

(9)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 6

d. Hasil Penelitian

Hasil analisis skalogram yang dilakukan pada penelitian tersebut,

kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok.

Dari 30 jenis fasilitas yang didata, jumlah jenis fasilitas tertinggi yang ada di dalam satu

kecamatan adalah 25 jenis fasilitas, sementara yang terendah adalah 13 jenis fasilitas.

Kelompok I merupakan kelompok kecamatan yang memiliki 23-25 jenis fasilitas, yaitu

Kecamatan Bandar, Girsang Simpangan Bolon, Tapian Dolok, Dolok Panribuan, Jorlang

Hataran. Jenis fasilitas yang membedakan kelompok lainnya adalah keberadaan rumah sakit

(Bandar, Girsang Simpangan Bolon,Tapian Dolok), Universitas (Bandar, Tapian Dolok),

Restoran (Bandar, Girsang Simpangan Bolon, Tapian Dolok Panribuan, Jorlang Hataran).

Keberadaan rumah sakit dan universitas di kecamatan Bandar dan Kecamatan Tapian Dolok

sangat erat hubungannya dengan jumlah penduduk pada kecamatan tersebut yang banyak.

Sedangkan keberadaan Restoran di Kecamatan Bandar, Girsang Simpangan Bolon, dolok

Panribuan dan Jorlang Hataran selain dipengaruhi oleh jumlah penduduk juga dipengaruhi

oleh keberadaan objek wisata yang ada di kecamatan tersebut.

Kelompok II yakni Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Pematang Bandar, Bandar

Huluan, Tanah Jawa, Bosar Maligas, Raya, Hutabayu Raja, Bandar Masilam, Panei dengan

jumlah fasilitas 21-22 jenis. Jenis fasilitas yang membedakan kelompok II yaitu, kantor

pemerintahan, rumah sakit, SMA Negeri, SMK Negeri, SMK Swasta, Bank. Kelompok III yaitu

dengan ketersediaan fasilitas yang sedang (18-19 jenis fasilitas), antara lain Kecamatan

Siantar, Gunung Malela, Sidamanik, Jawa Maraja Bah Jambi, Hatonduhan, Raya Kahean,

Silou Kahean, Dolok Silou, Silimakuta, Haranggaol Horison, Panombeian Panei dan Dolok

Pardamean. Jenis fasilitas yang membedakan kelompok III yaitu, bank, non bank, SMA

swasta. Kelompok IV merupakan kelompok kecamatan yang memiliki tingkat keberadaan

fasilitas 16-17 jenis, yaitu Kecamatan Ujung Padang, Purba, Gunung Maligas, dan ematang

Sidamanik. Sementara itu, kecamatan yang memiliki tingkat keneradaan fasilitas yang paling

rendah, yakni hanya memiliki 13 jenis fasilitas adalah Kecamatan Pematang Silimahuta. Hal

ini berhubungan dengan Kecamatan Pematang Silimahuta yang baru saja mengalami

pemekaran sehingga masih dalam tahap pembenahan.

Setelah pengelompokan kecamatan tersebut, untuk menentukan kecamatan sebagai

pusat pertumbuhan tidak cukup hanya melihat keberagaman fasilitasnya saja, tetapi juga

mempertimbangkan frekuensi setiap jenis fasilitas. Semakin tinggi frekuensi jenis fasilitas

yang dimiliki maka akan semakin besar nilai sentralitas suatu kecamatan tersebut.

Berdasarkan nilai sentralitasnya maka kecamatan di kabupaten Simalungun dibagi menjadi 5

hierarki. Hierarki I adalah Kecamatan Siantar dengan ketersediaan fasilitas paling/memiliki

nilai sentralitas yang paling tinggi. Hierarki II adalah Kecamatan Bandar, Tanah Jawa, Raya,

(10)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 7

Raja, Pematang Bandar, Sidamanik, dan Gunung Malela. Hierarki IV adalah Kecamatan

Panei,Pematang Sidamanik, Bandar Huluan, Tapian Dolok, Dolok Panribuan, Bandar

Masilam, Purba, Gunung Maligas, Hatonduhan, Silou Kahean, Raya Kahean. Dan hierarki V

adalah kecamatan dengan ketersediaan fasilitas/memiliki indeks sentralitas paling rendah,

yaitu Kecamatan Dolok Pardamean, Panombeian Panei, Girsang Simpangan Bolon,

Silimakuta, Jorlang Hataran, Dolok Silou, Jawa Maraja Bah Jambi, Pematang Silimahuta,

Haranggaol Horison. Berdasarkan peringkat hierarki tersebut, terdapat 5 kecamatan yang

dapat ditetapkan sebagai kecamatan pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Siantar, Bandar,

Tanah Jawa, Raya dan Bosar Maligas.

Setelah mengetahui kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan, untuk melihat daya

tarik setiap pusat pertumbuhan terhadap daerah di belakangnya dilakukan analisis gravitasi

dengan hasil yang diperoleh yaitu Kecamatan Siantar sebagai kecamatan pusat pertumbuhan

memiliki daerah hinterland yakni Kecamatan Gunung Malela, Gunung Maligas, Tanah Jawa,

Jawa Maraja Bah Jambi. Dari nilai interaksinya yang paling tinggi, Kecamatan Gunung Malela

merupakan daerah yang paling kuat hubungannya dengan Kecamatan Siantar.

Kecamatan Bandar sebagai pusat pertumbuhan memiliki daerah hinterland yaitu

Kecamatan Bandar Masilam, Bosar Maligar, Pematang Bandar dan Bandar Huluan. Dan

Kecamatan Pematang Bandar memiliki nilai interaksi yang paling tinggi dan paling rendah

adalah Kecamatan Bandar Huluan. Hal ini disebabkan oleh jarak antara Kecamatan Bandar

dengan Pematang Bandar yang dekat dibandingkan jarak antara Kecamatan Bandar dengan

Bandar Huluan yang jauh. Kemudian, Kecamatan Tanah Jawa sebagai kecamatan pusat

pertumbuhan memiliki daerah hinterland yaitu Kecamatan Siantar, Hutabayu Raja,

Hatonduhan, Jawa Maraja Bah Jambi. Dan Kecamatan Hatonduhan memiliki hubungan yang

sangat kuat dengan Kecamatan Tanah Jawa.

Kecamatan Raya sebagai kecamatan pusat pertumbuhan memiliki daerah hinterland

yaitu Kecamatan Dolok Pardamean, Panei, Raya Kahean, Silou Kahean, Dolok Silou, dan

Purba. Dan Kecamatan Panei memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Kecamatan Raya.

Kecamatan Bosar Maligas sebagai kecamatan pusat pertumbuhan memiliki daerah hinterland

yaitu Kecamatan Hutabayu Raja, Ujung Padang, Pematang Bandar. Dari ketiga kecamatan

tersebut, Kecamatan Bandar memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Kecamatan Bosar

Maligas. Akan tetapi ketiga daerah hinterland tersebut, terlihat nilai interaksinya tidak berbeda

jauh antara satu dengan lainnnya. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Bosar Maligas

(11)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 8

CRITICAL REVIEW

a. Kekurangan

Dari segi penulisan, sebagian besar jurnal ilmiah yang ditulis oleh Pandapotan T.P

Nainggolan tersebut, sudah sesuai dengan sistematika penulisan jurnal. Hanya terdapat

beberapa kekurangan, diantaranya penulis tidak menuliskan identitas dengan jelas. Dalam

jurnal tersebut hanya disebutkan nama penulis, sehingga informasi identitas yang

dicantumkan msih kurang. Penulis seharunya mencantumkan pula identitas lainnya seperti

alamat (instansi) dan email.

Kekurangan lainnya adalah penulis kurang menjelaskan metode penelitian yang

digunakan atau kurang spesifik menyebutkan jenis metode penelitian. Penulis hanya

menjelaskan bahwa pada penelitiannya menggunakan data sekuder yang diperoleh dari

publikasi suatu lembaga atau instansi. Pada metode analisa skalogram dan indeks sentralis,

penulis juga kurang menjelaskan cara kerja atau langkah secara singkat dari metode analisis

tersebut, bagaimana analisa ini dapat menghasilkan kesimpulan yang tepat. Sehingga

pembaca jurnal ini dapat meyakini bahwa penggunaan analisa ini sudah tepat digunakan.

b. Kelebihan

Dimulai dari penulisan abstrak, pada jurnal tersebut telah menuliskan tujuan dari

penelitian yang diangkat, metode penelitian yang digunakan, hasil singkat dari penelitian yang

telah dilaksanakan dalam satu paragraf secara ringkas dan jelas serta terdapat kata kunci di

dalamnya. Sehingga, memudahkan pembaca jurnal dalam mengetahui lebih awal apa

maksud dari penelitian yang dilakukan. Penulis juga menjelaskan latar belakang dari

penelitian yang dilaksanakan ke dalam pendahuluan, yaitu lambatnya pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Simalungun padahal kabupaten tersebut memiliki banyak potensi untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Kelebihan lain dari jurnal tersebut adalah penulis mencantumkan beberapa teori lokasi

yang dijadikan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian. Penulis juga menggunakan

beberapa metode analisis yang dapat mendukung penelitiannya. Hal ini ditunjukkan ketika

penulis menggunakan analisis skalogram dan pada metode tersebut terdapat kekurangan,

penulis menyempurnakan atau melanjutkannya dengan metode lain yaitu indeks sentralitas.

Kemudian dari hasil kedua penelitian tersebut, peneliti mengadakan pengujian untuk

mengukur daya tarik yang dimiliki antar objek penelitian. Di samping itu, sebagai referensi

bagi penulis jurnal tersebut dalam melakukan penelitian, dituliskan pula penelitian terdahulu

yang sejenis dengan penelitian yag ditulis dalam jurnal tersebut. Dengan dicantumkannya

penelitian-penelitian terdahulu, pembaca dapat membandingkan perbedaan maupun

persamaan apa saja yang ada pada jurnal tersebut dengan penelitian terdahulu. Sehingga

secara tidak langsung, pembaca dapat memahami dengan menarik kesimpulan sendiri

(12)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 9

Pada jurnal tersebut, dilengkapi dengan tabel hasil penelitian yang didapatkan dari

penelitian yang telah dilaksanakan dan mendeskripsikannya dengan singkat dan jelas.

Sehingga memudahkan pembaca memahami dan mengetahui apa yang diperoleh dari

penelitian. Secara keseluruhan, antara latar belakang dengan pembahasan dan kesimpulan

yang dibahas sudah sinkron atau berkesinambungan.

c. Implikasi Teori terhadap Lokasi

Dari kajian teori yang digunakan pada penelitian dalam jurnal tersebut, teori yang

digunakan sebaga acuan adalah teori tempat sentral dan teori pusat pertumbuhan. Teori

pusat pertumbuhan digunakan sebagai acuan karena dalam jurnal tersebut secara tersirat

menginginkan adanya model pembangunan ekonomi yang cepat dan efektif diterapkan pada

suatu daerah. Oleh sebab itu, maka dapat dilakukan melalui pembangunan wilayah dengan

menetapkan pusat pertumbuhan. Dengan menentukan pusat pertumbuhannya, pemerintah

setempat dapat lebih fokus untuk membangun daerah yang menjadi pusat pertumbuhan saja.

Kemudian, daerah yang menjadi pusat pertumbuhan tersebut dapat memberikan pengaruh

positif terhadap daerah-daerah yang ada di sekitarnya atau dibawahnya. Sehingga, perlu

pengelompokkan daerah-daerah (kecamatan di Kabupaten Simalungun) untuk menentukan

kecamatan mana yang sangat cocok dijadikan pusat pertumbuhan. Konsep dasar yang

dijelaskan dalam jurnal tersebut, sesuai dengan konsep teori pusat pertumbuhan.

Dengan mengetahui tingkat hirarki suatu daerah, dapat dilihat apa yang dibutuhkan

oleh daerah dan kegiatan ekonomi seperti apa yang cocok untuk daerah tersebut.Karena

kebutuhan setiap daerah (kecamatan) berbeda antara satu dengan lainnya. Dimana

penyebab terjadinya pusat pertumbuhan dikarenakan adanya keuntungan agglomerasi yang

didapat dari keputusan untuk berlokasi pada tempat yang terkonsentrasi. Dari sini,

keuntungan agglomerasi tempat sentral yang dipelopori oleh Walter Christaller, menyatakan

bahwa daerah-daerah nodal mempunyai tingkat hirarki. Sehingga, dapat dipastikan bahwa

dengan penentuan hierarki pada kecamatan di Kabupaten Simalungun, maka teori tempat

sentral juga dijadikan sebagai acuan atau landasan dalam penelitian.

PENUTUP

a. Lesson Learn

Dari critical review terhadap jurnal Analisis Penentuan Pusat - Pusat Pertumbuhan

Ekonomi di Kabupaten Simalungun beberapa pelajaran yang dapat dipetik adalah sebagai

berikut:

 Apabila akan melakukan suatu penelitian, hendaknya menentukan dasar atau acuan teori apa yang sesuai dengan penelitian. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

(13)

Analisis Lokasi dan Keruangan | 10

untuk mendukung penelitian serta dengan kajian teori, penulis dapat membatasi

lingkup yang sesuai dengan penelitian. Selain itu, dapat menambahkan

penelitian-penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian-penelitian yang akan dilakukan.

 Dalam menulis suatu jurnal ilmiah harus memperhatikan sistematika sesuai dengan aturan penulisan jurnal ilmiah yang baik dan benar.

 Untuk penentuan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti studi kasus di atas dapat menggunakan teori pusat pertumbuhan dan teori tempat sektoral sebagai dasar teori.

DAFTAR PUSTAKA

Nainggolan, Pandapotan T.P. 2015. Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Simalungun. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1 Nomor 12, Tahun 2013. Diambil dari internet tanggal 18 Maret 2015: http://jurnal.usu.ac.id/index.php/edk/article/view/9471/4121

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diterima peserta PIR adalah meningkatnya pendapatan, memiliki penghasilan tetap, memiliki pekerjaan tetap, dapat hidup tenang dan nyaman karena sudah

Abstrak. Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia. Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan Pemerintah di antaranya

Hasil dari pengujian Aplikasi SIAPKAN Modul Aset Tetap adalah masih terdapat use case yang belum berjalan sesuai dengan fungsi yang diharapkan, yaitu Cetak Laporan Barang

c) Actuating. Pada bagian ini melaksanakan dari planing dan organising, maka adri itu sangat dibutuhkan sekali bentuk nyata dari kerja keras, kerjasama dan kerja nyata

1 SuraP Perm ohonan KrediP dari DireksiCKuasa Direksi * ) M uPlak 2 AkPa Pendirian Perusahaan sCd PeruNahan Terakhir M uPlak7. Pengesahan dari DepPB Kehakim anCDepPB Koperasi (dalam

tingkat pengetahuan ibu balita tentang penyakit DHF di desa tergo RW 01 Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2011 dari 20 orang di rw 01 yang memiliki tingkat

Dengan terealisasinya perkembangan pengetahuan bijaksana ( nana ) selama satu periode waktu yang baik di dalam latihan perenungan yang berkesinambungan, maka akan muncul

Globalni cilj je opredeljen kot »PRESOJANJE BONITETE PODJETJA«, kriteriji so »KVANTITATIVNI DEJAVNIKI« in »KVALITATIVNI DEJAVNIKI«, atributi pa so »STOPNJA