• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi dan sasaran dakwah dalam al quran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Materi dan sasaran dakwah dalam al quran"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI DAN SASARAN DAKWAH DALAM AL-QUR’AN

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tafsir Ayat Dakwah

Dosen Pengampu: Dra. Anisah Indriati, Msi

Disusun Oleh:

Hariz Fahmi Ash-shiddiqi 14210103

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam berdakwah, tentu materi dan sasaran berdakwah didalam al-Quran sangatlah penting untuk menjadi acuan berdakwah kita sekarang. sejatinya berdakwah adalah aktivitas mengajak mad’u kepada jalan Allah, dengan cara amar ma’ruf dan nahi munkar. Terkait ini pada zaman Rasulullah pun, Allah telah menyeru terkait sasaran dakwah yang diperintahkan kepada Nabi pada saat itu, yaitu berdakwah kepada ahlul kitab dan kepada keluarga kita sendiri supaya keluarga kita terhindar dari panasnya api neraka. Materi dakwahpun tidak terlepas dari unsur terpenting dari syariat yang Allah turunkan kepada manusia secara keseluruhan, yaitu tauhid dengan mengesakan Allah dan tidak menyekutukannya dengan apapun.

Maka disini pemakalah akan menyajikan bagaimana materi dan sasaran dalam berdakwah yang tertera didalam al-Quran, supaya pembaca ataupun pemakalah lebih faham terhadap apa yang harus menjadi acuan kita dalam berdakwah. Dan juga sebagai cambuk agar kita lebih giat dalam berdakwah dan meningkatkan lagi keimanan dan ketakwaan kita.

(3)

A. Materi dan Sasaran Dakwah dalam QS Al-Imran: 64

Dalam memahami sasaran dakwah menurut al-Quran maka kita harus mengambil sumber referensi dari al-Quran itu sendiri, siapa sasarann yang al-Quran beritahukan kepada kita atau bisa disebut lebih pokok, meskipun sasaran dakwah seharusnya ditujukan kepada semua manusia dibumi Allah ini. Didalam surat Al-Imran: 64 Allah berfirman:













Katakanlah: “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak pula sebagian dari kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’.

Ajakan seperti ini kepada agli kitab, untuk menuju kepada kalimatun sawa menurut Sayyid Qutb tidaklah bermaksud mengungguli mereka, ini merupakan ajakan untuk menuju sebuah kesepakatan dimana kesepekatan tersebut sudah pernah disepakati oleh semua Rasul sebelum Nabi Muhammad. Ajakan yang tidak mungkin ditolak oleh seorang yang beriman, kecuali oleh orang yang benar-benar sudah keras kepala dan tidak ingin kembali kepada jalan Allah yang lurus. Ajakan tersebut adalah menyatukan pendapat dan ha; yang sudah pasti (sakral) untuk mengabdi kepada Allah dan beribadah kepadanya, tidak mempersekutukan Allah meskipun dengan Nabi sekaliipun 1.

Sejatinya seorang Muslin harus memenuhi tiga kriteria yaitu beriman dan menyembah kepada Allah, mengabdi kepada Allah dan tidak mempersekutukannya dengan apapun. Jika

(4)

salah satu tidak terpenuhi maka tidak sempurna Imannya dan bisa disebut dia bukanlah seorang muslim. Sesungguhnya Islam itu bebas dari penghambaan diri kepada sesama hamba dan juga kepada apapun yang bisa menjadi ‘Arbaaban Minduunillah’ kalaupun itu sebuah sistem kenegaraan, karena terkadang Nizham Ardiyyah menjadi sembahan selain Allah, yang selalu diagung-agungkan dsb.2

Berbeda dengan penjelasan diatas dalam tafsir al-Maraghi memberikan tafsir yang sedikit berbeda, didalam tafsir al-Maraghi disebutkan penjelasan bahwa.. menjelaskan tentang seruan kepada Nabi Muhammad supaya membuat kesepakatan (bersepakat) dengan ahlul kitab dalam kesepakatan yang adil. Yang dimana kesepakatan tersebut sudah disepakati oleh Rasul-rasul sebelum Muhammad Saw, yaitu Ibrahim As, Musa As dan Isa As. Maka ini membuktikan pendapat Sayyid Qutb bahwa seharusnya kesepakatan ini seharusnya tidak mungkin ditolak oleh mereka keculai oleh orang-orang yang begitu keras kepala dan tidak ingin lagi kembali kepada jalan Allah. Kesepakan tersebut meliputi:

هللا نود نم ابابرا اضعب انضعب ذختي لؤ ائيش هب كرشنلو هللالا دبعنلا

Ini merupakan kesepakatan dalam bidang Tauhid, yaitu untuk tidak menyembah kecuali kepada Allah, tidak menyekutukannya, dan tidak mengambil apapun sebagai tandingan Allah. Karena hanya Allah lah yang mempunyai kekuasaan yang benar-benar mutlak dalam segala urusan apapun termasuk Syariat, juga dalam urusan menghalalkan dan mengharamkan. Semua hal ini telah disepakati agama wahyu dengan semua Rasulnya merupakan pembawa Ajaran/Agama Tauhid.

Dalam Tafsirnya Hamka menyebutkan ‘satu kalimat tidak berbilang, satu Allah tidak bersekutu’ dikarenakan jika mereka benar-benar beriman maka didalam kitab yang mereka pegang teguhpun ada keterangan tentang hal itu, seperti dalam Taurat ada yang dinamakan Hukum Sepuluh, (keluaran fasal 20, ayat 3-5). Juga didalam kitab injilpun dijelaskan didalam yohanes fasal 17 ayat 3.3

Akan tetapi kenyataannya tidak banyak Ahlul kitab yang beriman dan sepakat dalam hal ini, karena ego dan kekeras kepalaan mereka. Dahulu orang Yahudi dan Nasrani merupakan ahli Tauhid, akan tetapi semuanya berubah, dengan Yahudi yang pecah karena mereka mengikuti kepada kepala Agama dalam perihal hukum yang telah mereka tetapkan, kemudian mengutamakannya daripada hukum Allah. Adapun orang Nasrani yang mereka membuat

2 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Terjemahan, Pdf

(5)

tambahan-tambahan dalam ajarannya, seperti penebusan dosa dengan uang, sampai ada sebuah sekte yang menuntut perbaikan terhadap mereka yaitu Protestan. maka semua yang mereka kerjakan itu benar-benar tertolak dari sisi Allah SWT.4

Maka jika mereka tetap berpaling dan tetap menyekutukan Allah, mementingkan talmud daripada kitab Taurat maka hendaklah katakan kepada mereka:

نوملسماناباودهشااولوقف اولوت ناف

Maka sesungguhnya pendirian mereka yang salah tidak akan merusak pendirian yang teguh dan kokoh pada jalan Allah, maka jika mereka tidak ingin kembali kepada jalan yang benar bersama Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad, maka biarkan saja mereka dengan kesesatan meraka dan kita melanjutkan jalan kita yang lurusm dengan penolakan mereka tidak akan merubah pendirian orang yang berpegang teguh dari jalan-Nya.5

B. Materi dan Sasaran Dakwah dalam QS An-Nisa: 136

Sama seperti sebelumnya, bahwa ayat ini menerangkan tentang materi dan sasaran dakwah. Akan tetapi awalnya ayat ini ditujukan kepada orang mu’min yahudi yang datang kepada Nabi Muhammad Saw, kemudian berkata: ‘aku beriman kepadamu, kitabmu, kepada Musa dan Taurat dan kepada Uzair dan aku inkar kepada kitab selain itu’ maka Rasulullah menjawab agar dia hendaknya beriman kepada Allah, Rasulullah, al-Quran dan Kitab-kitab sebelumnya, kemudian mereka berkata tidak mau untuk itu, maka turunlah ayat “Qala Fa’manu kulluhum”6

Dalam QS An-Nisa: 136 Allah SWT berfirman:











“Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasulnya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.

(6)

Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

Dalam kalimat pertama disebutkan bahwa Allah menyeru kepada orang yang beriman, akan tetapi mereka disuruh untuk beriman kembali, disini hamka menyatakan hal itu supaya orang beriman itu benar-benar dalam beriman kepada Allah dan sayyid Qutb menyatakan itu supaya tambah tenang dan yakin dalam beriman. Karena sesungguhnya setelah beriman tidak hanya langsung diam dan tenang dengan seperti itu, akan tetapi harus diperkokoh dan diperdalam lagi, ibarat sebuah tumbuhan Iman itu haruslah terus dipupuk agar lebih lebat lagi dan tidak sampai mati. Maka didalam ayat ini, Allah menyeru untuk beriman kepada Allah dan Rasulnya, beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (al-Quran) dan kitab sebelumnya. Menjadikan kitab Allah sebagai pegangan hidup, memegang sumbernya dan meyakini bahwa itu bersumber satu yaitu dari Allah, juga meyakini bahwa kitab sebelumnya juga berasal dari Allah, Asas-asasnya adalah menyerahkan diri kepada Allah dam mengesakan Allah.7

Didalam ayat ini Allah memberikan ancaman bagi siapa saja yang tidak mau beriman (kufur) terhadap apa yang Allah perintahkan, yaitu sesungguhnya dia tersesat dengan kesesatan yang sangatlah jauh. Tersesat dari jalan yang benar yaitu jalan yang menyelamatkan dari Akhirat dan Azab yang pedih. Sayyid Qutb menyebutkan kesesatan disini adalah kesesatan yang sudah sangatlah sulit untuk orang itu kembali kepada jalan yang benar, karena ketika dia kafir maka fitrahnya rusak, kesia-siaan dan kehancuran.

Maka kebanyakan orang yang kufur adalah karena mereka tidak mau menerima kitab-kitab secara keseluruhan, maka logikanya jika mereka hanya menerima kitab yang satu dan menolak kitab yang satunya lagi maka mereka sama dengan menolak Rasul yang satu juga menerima Rasul yang lain. Orang seperti itu sama saja dengan beriman kepada sebagian hal yang Allah perintahkan dan kemudian Kufur kepada sebagian lain yang Allah perintahkan. Maka keimanan seperti itu tidak akan dipandang apa-apa oleh Allah, karena yang seperti itu bukanlah ketaatan akan tetapi mengikuti hawa nafsu dan mengekor secara jahil dan buta8

dan Hamka menyebutkan bahwa alasan penolakan mereka itu adalah fanatik dan taqlid.

Maka sungguh tercela orang yang kufur karena memperjuangkan hawa nafsunya. Padahal yang haq dan yang bathil sangatlah nyata, maka mereka sungguh telah buta karena hawa nafsu mereka sendiri. Maka yang berlaku taqlid dan fanatik itu sangatlah tercela dan

7 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Terjemahan, Pdf

(7)

dilarang, maka benar-benar telah Allah nampakan diantara kita orang yang benar-benar beriman dan orang yang mengaku beriman padahal mereka dalam keadaan kufur.

C. Materi dan Sasaran Dakwah dalam QS At-Tahrim: 6

Sebelum turun surat at-Tahrim ayat 6, Allah sempat memperingatkan istri-istri nabi agar tidak melakukan kesalahan dan tipu daya lagi terhadap nabi, dengan ancaman akan dithalaq. Kemudian setelah itu Allah memberikan peringatan kepada kaum Mu’min untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Yang dimana api neraka itu menyala dengan kayu bakar manusia dan berhala-berhala. Mari kita simak firman Allah QS At-Tahrim: 6:















































“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Ini merupakan seruan dari Allah kepada orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bisa melahap apapun di dunia ini, terlebih bahwa manusialah yang menjadi kayu bakar dari menyalanya api neraka tersebut. Maka cara supaya menjauhkan diri dari api neraka tersebut adalah dengan taat kepada Allah dan menuruti perintah-Nya. Kemudian Allah pun memerintahkan agar kita menjaga keluarga kita dari api neraka pula, yaitu dengan mengajarkan dan mendidik kepada mereka tentang kebaikan dan kebenaran agar mereka terjaga dari api neraka. Ayat ini diperkuat dengan surat Thaha: 132:



























(8)

Rasulullah SAW bersabda “kamu melarang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu, itulah penjagaan antara diri mereka dan neraka”

Rasulullah sudah dengan sangat jelas mengatakan bahwa cara untuk kita ataupun menjaga keluarga kita adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Disini ibnu i’mundzir dan alhakim menjelaskan tentang menjaga keluarga yaitu “Ajarilah dirimu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka”9

Didalam Tafsir Al-Maraghi disebutkan bahwa yang termasuk al-ahl (keluarga) adalah:

1) Istri/suami

2) Anak

3) Budak Laki-laki

4) Budak Perempuan

Dalam ayat inipun disebutkan tentang malaikat penjaga neraka yang kasar dan keras, yang disana mereka mengurusi penghuni neraka dan menyiksa mereka. Karena kedaan malaikat itu adalah taat dan tidak menyalahi perintah dari Allah, ketika Allah memerintahkan kepada malaikat untuk menjadi yang baik hati maka mereka akan menuruti, juga ketika Allah memerintahkan mereka untuk menjadi bengis dan kasar terhadap penghuni neraka.

Karena didalam neraka manusia sama derajatnya seperti batu yang dijadikan kayu bakar neraka, sama rendahnya dan sama hinanya. Maka disini Allah menyuruh kepada orang yang beriman untuk menjaga dirinya dan keluarganya agar tidak sampai merasakan panasnya api neraka. Menjaga sebelum terlambat, sebelum tidak mempunyai kesempatan lagi, sebelum semua alasan dan semua uzur tidak bisa lagi diutarakan.10

(9)

BAB III

KESIMPULAN

Setelah memahami terhadap kandungan dari ketiga ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa dalam ayat tersebut yang menjadi sasaran dalam berdakwah kita adalah dari golongan ahlul kitab, diri kita sendiri dan juga dari keluarga kita. Maka didalam berdakwah kita haruslah berbenah diri terlebih dahulu, jangan sampai menjadi orang yang paling dibenci oleh Allah yang hanya mengatakan akan tetapi tidak melaksanakannya. Maka disini kita sebelum berdakwah seharusnya memperbaiki diri, jangan sampai seruan kita pada akhirnya menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Maka berdakwahlah dengan mengajak bukan dengan mengejek.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya, PT Tanjung Mas Inti Semarang, 1992

ِِAl-maraghi, Musthafa Ahmad. Terjemah Tafsir Al-maraghi 4, CV Toha Putra, 1986 Al-maraghi, Musthafa Ahmad. Terjemah Tafsir Al-maraghi 5, CV Toha Putra, 1986 Al-maraghi, Musthafa Ahmad. Terjemah Tafsir Al-maraghi 28, CV Toha Putra, 1986 Hamka, Prof Dr. Tafsir Al-Azhar Juz III, PT Pustaka Panji Mas, Jakarta. 1983

Referensi

Dokumen terkait

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tigametode pendekatan yakni pendekatan konseptual, pendekatan perbandingan dan pendekatan

Adapun skripsi yang penulis susun ini berkaitan dengan tanggung jawab dan perlindungan hukum bagi dokter internsip dalam perjanjian terapeutik di RS. Penulis lebih menyoroti pada

Aisyah berkata: Hai keponakanku, ayat itu berbicara tentang seorang anak perempuan yatim yang berada dalam asuhan walinya, di mana harta anak perempuan itu telah bercampur dengan

Pelayanan jasa (ijarah) pada produk (Print, copy, jilid, bayar bampah dan konsultasi sampah serta pendirian bank sampah binaan) serta produk lingkungan yaitu, daur

Kegiatan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pada implementasi teknik wait time di SMA Nu Hasyim Asy’ari Mlati Kidul Mejobo Kudus yang meliputi kegiatan

“ Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa

Peelotnau PcrrLrlisen Kur\ll Ilm[th l, PI ]t)l-l.. analisis data berupa laporan secara rinci tahaptahap analisis data, serta teknik yang dipakai dalam analisis data itu