• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP KELUARGA DENGAN TB PARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASKEP KELUARGA DENGAN TB PARU"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP KELUARGA DENGAN TBC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.Sa

KHUSUSNYA PADA AN.Si DENGAN TB PARU DI DESA KARANG MUKTI RT. 006 RW. 003

KECAMATAN BUNGURSARI PURWAKARTA

Disusun Oleh

Puji Astuti Nim. P3.73.20.3.11.028

(2)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN JALAN PERSAHABATAN JAKARTA

TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Penyakit Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang angka kejadiannya masih tinggi.

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang di kenal dengan nama mikrobakterium tuberculosis, Penularan penyakit ini melalui perantaran dahak/ludah yang mengandung basil Tuberculosis paru, pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan di udara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk ke dalam paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit Tuberculosis Paru.

Penyakit Tubercolosis, jaringan yang paling sering di serang adalah paru-paru (96,9%). Dari hasil pengkajian Didesa Karangmukti khususnya RW 003 dan 004 di dapatkan hasil untuk TB Paru sebanyak 11 orang. 64% dari penderita tidak berobat secara teratur. Oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus untuk penanganan TB Paru agar tidak menularkan lebih luas lagi. Dan pada makalah ini penulis akan membahas mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga pada TB Paru semoga dapat dijadikan pedoman sebagai penatalaksanaan pada TB Paru.

Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami dan dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada anak dengan TB Paru.

(3)

3. Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar TB Paru

4. Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan TB Paru.

1. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini penulis menggunakkan metode studi literature, adapun teknik yang digunakan yaitu studi kepustakaan dengan mempelajari buku– buku, browsing internet dan sumber buku lain untuk mendapatkan data dalam pembuatan makalah ini.

2. Sistematika Penulisan

(4)

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar TB Paru 1. Pengertian

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI, 2005).

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi ( Ridwan, 2009).

Tuberculosis Paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman mycrobacterium tuberculosis (Sallin, 2007)

2. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/μm dan tebal 0,3-0,6/μm. Spesies lain dari kuman ini yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia adalah mycobacterium bovis, mycobacterium kansasii, mycobacterium intracellulare.

3. Manifestasi Klinis

a. Demam

Biasanya sub febris menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang panas badan mencapai 40ºC-41ºC.

b. Batuk

(5)

setelah timbul perandangan menjadi produktif ( menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah (hemapnoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk berdarah pada tuberculosis terjadi kavitas, tetapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.

c. Sesak

Pada penyakit ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut. Dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.

d. Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Mailase

Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala mailase sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Mailase makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Bahar, 1998)

4. Patofisiologis

TB. Primer

a. Kuman dibatukkan / bersin (droplet nudei inidinborne) b. Terisap organ sehat

c. Menempel di jalan nafas / paru-paru d. Menetap / berkembang biak

e. Sitoplasma makroflag

f. Membentuk sarang TB Pneumonia kecil (sarang primer / efek primer)

g. Radang saluran pernafasan (limfangitis regional) h. Komplek primer

Sembuh Sembuh dengan bekas Komplikasi

TB Sekunder

a. Kuman dormat (TB Primer) b. Infeksi endogen

(6)

d. Sarang pneumenia kecil

5. Pemeriksaan Diagnostik Tuberculosis Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah (LED normal atau meningkat, limfositosis) b. Sputum

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis tuberculosis paru. Disamping itu juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang diberikan. Kadang-kadang tidak mudah untuk mendapatkan sputum terutama pada penderita yang tidak batuk maupun batuk tetapi non produktif.

Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, penderita dianjurkan minum sebanyak ± 2 liter dan idanjurkan melakukan batuk efektif. Dapat juga memberikan tambahan obat-obatan mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik slama 20-30 menit. Bila masih sulit sputum dapat diperoleh dengan bronchoscopy. Sputum yang sudah didapat harus mengandung kuman BTA. Criteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTApada sediaan. Dengan kata lain diperlukan 50000 kuman dalam 1 ml sputum. Pada pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam medium biakan, koloni kuman tuberculosis mulai tampak. Bila setelah 8 minggu pananaman, kolini tidak tampak, biakan dinyatakan negatif. Medium biakan yang sering digunakan adalah Lowenstien Jensen dan ATS.

c. Test Tuberculin

Biasanya memakai cara Mantaux yakni yakni dengan menyuntikan 0,1 cc Tuberculin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan 5 TU(intermediate strength). Setelah 48-72 jam tuberculin disuntukkan akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni persenyawaan antara anti bodi dan antigen tuberculin.

6. Penatalaksanaan /Pengobatan Tujuan :

1. Menyembuhkan Penderita 2. Mencegah kematian

3. Mencegah kekambuhan

4. Menurunkan tingakat penularan ± 85%

(7)

JENIS OBAT DAN DOSIS OBAT (Obat anti tuberculosis)

 Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakteriasid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif dalam keadaan metabolic efektif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis hariannya dianjurkan 5mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kgBB.

 Rifamphisin (R)

Bersifat bakteriasid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh INH. Dosis 10mg/kgNN diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermitten seminggu 3 kali

 Pirasinamid (Z)

Bersifat bakteriasid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian dianjurkan 25 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kgBB.

 Streptomicin (S)

Bersifat baketriasid, dosis hariannya dianjurkan 15 mg/kgBB sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali sehari menggunakan dosis yang sama. Penderita umur 60 tahun dosisnya 0,75gr/hari. Sedangkan diatas usia 60 tahun diberikan 0,5 gr/hari.

 Ethambutol (E)

(8)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TB PARU 1. Pengkajian

Merupakan dasar utama dari proses keperawatan. Melalui pengkajian ini, semua data pasien dapat dikumpulkan untuk menentukan masalah–masalah keperawatan yang mungkin timbul pada setiap kasus penyakit Tuberkulosis Paru. Pengkajian menurut Doenges (1999) meliputi :

1) Identitas Pasien.

Pengkajian ini mencakup nama klien, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, diagnosa medis, ruang dan nomor register.

2) Identitas Penanggung Jawab.

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pelajaran, agama, alamat, hubungan dengan klien.

3) Aktifitas/istirahat.

Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan. Napas pendek karena kerja.

Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari, menggigil dan atau berkeringat. Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja.

Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut).

4) Integritas Ego

Gejala : Adanya/faktor stres lama. Masalah keuangan, rumah.

Perasaan tak berdaya/etnik : madura, dll.

Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini). Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.

5) Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan. Tak dapat mencerna.

(9)

Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik. Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.

6) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda : Berhati–hati pada area yang sakit. perilaku distraksi, gelisah.

7) Pernapasan

Gejala : Batuk, produktif atau tak produktif. Napas pendek.

Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi. Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan.

Pengembangan pernapasan tak simetris.

Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak darah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)

8) Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, Kanker. Tes HIV positif.

Tanda : Demam rendah atau panas akut.

9) Interaksi Sosial.

Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular.

Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

10) Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga Tuberkulosis

Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk

Gagal untuk membaik/kambuhnya tuberkulosis paru dan tidak berpartisipasi dalam terapi.

Rencana pemulangan : memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan/perawatan rumah.

2. Diagnosa Keperawatan

(10)

2) Bersihan jalan nafas tak efektif B.d adanya secret Kelemahan , upaya batuk ,burukEdema tracheal.

3) Gangguan pertukaran gas B.d Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis ,Kerusakan membran alveolar – kapiler ,Sekret kental , tebal, Edema bronchial. 4) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.

3. Intervensi Keperawatan

1) Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d – Pertahanan primer tak adekuat , penurunan kerja silia – Kerusakan jaringan

– Penurunan ketahanan – Malnutrisi

– Terpapar lngkungan

– Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan pathogen 2) Kriteria hasil :

- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu - Mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi

- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan lingkungan yang aman

Intervensi :

1) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi 2) Identifikasi orang lain yang beresiko

3) Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah

4) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara 5) Awasi suhu sesuai indikasi

6) Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang 7) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

8) Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum 9) Dorong memilih makanan seimbang

10) Kolaborasi pemberian antibiotik

11) Laporkan ke departemen kesehatan lokal

1. Gangguan pertukaran gas B.d Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis ,Kerusakan membran alveolar – kapiler ,Sekret kental , tebal, Edema bronchial

Kriteria Evaluasi :

Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan

Intervensi :

1) Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya pernafasan , terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan

(11)

3) Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi

4) Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

5) Kolaborasi oksigen

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d Kelemahan ,Sering batuk / produksi sputum ,Anorexia ,Ketidakcukupan sumber keuangan

Kriteria hasil :

Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat

Intervensi :

1) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas mukosa oral , kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare

2) Pastikan pola diet biasa pasien

3) Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik

4) Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat .

5) Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah makan

6) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohodrat.

7) Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

(12)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN 2. Data Dasar Keluarga

(13)

5. Agama : Islam 6. Pendidikan : SD 7. Pekerjaan : Karyawan

8. Alamat/ No. Telp : Desa Karang Mukti Rw.03 Rt.06 9. Komposisi Keluarga : Ayah, Ibu, dan 2 orang Anak

No Nama JK Hub.dgn Kel Umur Pendidikan Agama Pekerjaan

1 Sariya L Ayah 38 th SD Islam Karyawan

2 Siti Nurhayati P Ibu 30 th SD Islam IRT

3 Siti Nurlela P Anak 11 th SD Islam Pelajar

(14)

1. Genogram

1. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. Sa adalah tipe keluarga inti. Terdiri dari Ayah , Ibu, dan 2 Anak.

1. Latar Belakang Budaya (Etnis)

Tn. Sa berasal dari suku Sunda (Subang) Jawa Barat dan Ny.S juga berasal dari suku Sunda (Purwakarta) Jawa Barat. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Sunda, Tn. Sa sudah lama tinggal di purwakarta dan istrinyapun sudah tinggal diPurwakarta sejak lahir. Lingkungan tempat tinggal klien saat ini dikelilingi dengan orang-orang dengan suku yang sama yaitu sunda, yang memang kampung mereka sendiri.

(15)

Dan makanan yang disajikan dan dikonsumsi oleh keluarga Tn.Sa dan anaknya biasanya seperti sayuran, dan lauk-lapuk. Terkadangpun Ny.S membuat olahan makanan yang dipelajari dari orang tuanya makanan khas sunda.

Peran ayah, ibu dan anak masih menganut kultur budaya Sunda, Anak-anak selalu mengikuti apa yang diperintahkan orangtuanya tanpa berani membantah.Peran Tn.Sa saat ini sebagai Kepala Keluarga yang memberi nafkah kepada keluarganya. Anak pertama yang bernama An.Si sangat menyayangi adiknya, terlihat saat sangat menjaga adiknya setelah pulang sekolah An.SI

menemani adiknya bermain dan membantu memenuhi segala kebutuhan adiknya. Di Keluarga Tn.Sa yang mengambil keputusan adalah Tn.Sa. Tetapi biasanya keputusan diambil setelah bermusyawarah dengan Ny.S Dekorasi di dalam rumah tidak menggambarkan budaya Sunda. Tn.Sa dan keluarganya jika sakit hanya dapat pergi kepuskesmas pembantu/ bidan terdekat untuk melakukan pemeriksaan dan mendapat pengobatan.

1. Idcntifikasi Nilai-Nilai Spriritual/Agama

Keluarga Tn.Sa beragama Islam dan menjalankan ajaran agama seperti Shalat, Puasa dan Mengaji. Ny.S juga sudah melatih anak-anaknya untuk menjalankan puasa dibulan Ramadhan. Dan Ny.S mengikutkan anaknya untuk mengaji bersama pada sore hari di pengajian anak-anak dekat rumahnya.

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Penghasilan keluarga didapatkan dari Tn.Sa sebagai karyawan pabrik dan Ny.Sebagai buruh kerja borongan di konveksi setiap hari. Semua kebutuhan keluarga dipenuhi secukup-cukupnya. Ny.S mengatakan tidak mempunyai tabungan, uang yang di dapatkan habis untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk membayar cicilan kendaraan.

1. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang

Waktu luang Tn.Sa saat libur bekerja digunakan untuk beristirahat. Karena menurutnya waktu liburnya yang hanya satu hari harus digunakan untuk beristirahat agar besok dapat bekerja lagi dengan maksimal. Ny.S mengisi waktu luangnya setelah pulang bekerja dengan berinteraksi dengan anak-anaknya, mengobrol dengan tetangga, dan bercanda dengan anaknya.

(16)

a. Tahap Perkembangan keluarga saat ini:

Keluarga Tn.Sa dalam tahap perkembangan ke 3 yaitu keluarga dengan anak sekolah. tahap ini di mulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun diluar sekolah. Tugas perkembangan sebagai berikut :

– Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal

– Privacy dan rasa aman

– Membantu anak bersosialisasi

– Mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya.

– Membiasakan anak belajar secara teratur

– Mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.

– Mempertahankan hubungan yang sehat baik dalam keluarga maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

1. Tugas keluarga yang belum terpenuhi/terlaksana pada tahap perkembangan: Dari semua tugas perkembangan diatas, masih ada tugas yang belum dilakukan yaitu mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak, orang tua hanya mengingatkan saja untuk mengerjakan tugas tetapi tidak mengintrol dan untuk meningkatkan pengetahuan anak orangtua tidak mampu karena latar belakang pendidikan yang rendah dan kurangnya waktu untuk keluarga.

1. Riwayat keluarga Inti

Tn.Sa dan Ny.S sebelum menikah mereka berpacaran dahulu, kemudian menikah dan tinggal di Bungursari desa Karangmukti setelah mendapatkan warisan dari orang tua Ny.S, mereka langsung dikarunia anak bernama Si dan I.

1. Riwayat Keluarga sebelumnya

(17)

3. DATA LINGKUNGAN 1. Karakteristik Rumah

Rumah yang sekarang ditempati adalah rumah warisan dari orang tua Ny.S . Luas kira-kira 48 m2, rumah berupa semipermanen yang sebagian bangunannaya terbuat dari kayu, rumah tak memiliki halaman hanya sedikit teras yang masih belum diplester, tidak tampak tanaman hias yang ditanam dirumah. Secara umum rumah tampak bersih, namun masih terlihat barang-barang yang diletakkan tidak pada tempatnya. Rumah memiliki jendela namun jendela paten yang tidak dapat dibuka sehingga untuk ventilasi udara kurang baik. Air bersih didapatkan dari sumur pompa. Pembuangan air limbah langsung dialirkan ke kali dan untuk pembuangan sampah ditimbun kemudian dibakar.

Berikut denah rumahnya:

Dapur Kmr.mndi

Kmr.tdur

8m

R.keluarga

Kmr.tdur

(18)

6 m

1. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas Lingkungan tempat tinggal keluarga Tn. K Sebagian besar penduduknya merupakan penduduk asli perwakarta yang memang sejak kecil sudah tinggal daerah tersebut. Lingkungan masih dalam suasana kampung untuk menaiki kendaraan umum harus berjalan terlebih dahulu ke jalan utama, dan harus menunggu lama untuk mendapatkan angkot.Keadaan jalan di lingkungan tempat tinggal terdiri dari gang-gang kecil. Secara umum lingkungan di sekitar rumah masih terlihat kotor. Pengolahan sampah yang dikelola dengan cara dibakar menyebabkan

ketidaknyamanan di area tersebut saat membakar sampah. Pelayanan kesehatan puskesmas dekat rumah ada rustu dengan jarak sekitar setengah km. Bisa diakses menggunakan ojek atau

angkutan umum. Mushola juga sangat dekat karena berada di lingkungan RT.

1. MobilitasGeografis Keluarga

Keluarga sudah lama tinggal di lingkungan Rt.06Rw.03 Desa Karangmukti. Sebelumnya

keluarga pernah tinggal disubang namun hanya sebentar dan kemudian pindah menempati rumah yang diwariskan kepada Ny.S.

d.Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

Ny.S tidak mengikuti kegiatan seperti arisan ibu-ibu di lingkungan sekitar rumahnya. Di sekitar rumahnya pun tidak ada pengajian untuk ibu-ibu. Ny.S hanya berinteraksi dengan tetangganya setelah ia pulang bekerja dan saat libur dengan cara berbincang-bincang atau mengobrol. Ny.S mengatakan anaknya biasanya hanya bermain dengan anak-anak disekitar rumahnya. Ny.S tidak mengikuti mengikuti kegiatan tentang kesehatan, Ny.S hanya memeriksakan keadaan

kesehatannya jika salah satu dari keluarganya mulai sakit dan tidak bisa disembuhkan dengan obat warung. Dan itu pun hanya ke Puskesmas pembantu dekat rumahnya atau pergi ke bidan desa.

(19)

Hubungan keluarga dengan masyarakat cukup baik. Karena Tn.Sa, istri dan anaknya mampu berinteraksi di lingkungan sekitar. Keluarga tidak meiliki jaringan sosial keluarga seperti asuransi kesehatan. Bisanya saat sakit keluarga Tn.Sa hanya memeriksakan ke puskesmas pembantu atau bidan desa.

4. STRUKTUR KELUARGA a. Pola-Pola Komunikasi

Tn.Sa jarang berkomunikasi dengan anak-anaknya karena saat pulang sudah malam dan istrinya Ny.S selalu berinteraksi dengan anaknya walaupun harus bekerja pada dari pagi hingga sore namun setelah pulang bekerja ia harus meluangkan waktunya untuk anak-anaknya. Hubungan antara ibu dengan anak baik, terlihat dari anak keduanya An.I yang selalu ingin berdekatan dengan Ny.S.

b. Struktur Kekuatan

Menurut Ny.S dirinya lebih dekat dengan anak-anaknya dan ibu nya yang tinggal berdekatan dengannya, karena Ny.S karena interaksi yang begitu sering dilakukan Ny.S dengan anak dan orang tuanya.Dirumahnya yang mengambil keputusan adalah Tn.Sa, setelah sebelumnya bermusyawarah dengan Ny.S.

1. Struktur Peran

Tn.Sa berperan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah untuk keluarganya. Setiap hari dirinya bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Ny.S berperan sebagai Ibu Rumah Tangga yang mengasuh anak-anaknya dirumah namun Ny.S juga bekerja sebagai buruh dikonveksi jika sedang ada pekerjaan saja, jika tidak Ny.S hanya sebagai IRT, Ny.S juga selalu menyiapkan keperluan untuk keluarganya dirumah. Setiap pagi juga Ny.S selalu menyiapkan sarapan untuk keluarganya dirumah sebelum berangkat bekeeja. An.Si berperan sebagai siswa SD dan anak. Saat ini usia An.Si sudah 11 thn. Setiap harinya An.Si sekolah didekat balai desa dengan jarak ± 500 km, biasanya An.Si diantar untuk kesekolah dan pulang jam 12 siang. Setelah sampai dirumah biasanya An.Si makan siang dan mengajak adiknya bermain sambil

(20)

1. Nilai-Nilai Keluarga

Nilai-nilai yang dianut oleh keluarga adalah nilai-nilai agama islam dan budaya sunda Tn.Sa dan Ny.S sudah mengajarkan kepada anak-anaknya untuk shalat 5 waktu. Dan mengikutkan anaknya untuk pengajian anak pada sore hari. Nilai budaya sunda yang mempengaruhi seperti berperilaku sopan kepada orang yang lebih tua. Selalu mengucapkan salam setiap ingin masuk rumah dan selalu meminta izin apabila ingin pergi keluar rumah.

5. FUNGSI KELUARGA a. Fungsi Afektif

Keluarga Tn..Sa saling menyanyangi dan saling menghargai. Menurut Ny.S dirinya akan selalu menunggu suaminya pulang dulu dan baru beristirahat. Ny.S selalu mengontrol perkembangan anak-anaknya. Ny. S juga memberikan pesan kepada anak-anaknya agar tidak macam-macam ketika kedua orangtuanya tidak ada, dan mematuhi perintah paman dan nenek yang

mengasuhnya saat orangtuanya tidak ada.

b. Fungsi Sosialisasi

Tn.S mengatakan bahwa sosialisasi antara dirinya dan lingkungan dirasakan baik, setiap memiliki waktu luang di sela libur kerjanya Tn.S menyempatkan waktu untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar rumahnya serta untuk mengikuti beberapa kegiatan. Contohnya kegiatan pengajian. Begitu juga dengan Ny.S, An.Si dan An. I yang terlihat dapat bersosialisasi dengan lingkungan disekitar rumahnya.

1. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga meyakini bahwa kesehatan merupakan hal yang penting. Namun keluarga masih sering mengkhwatirkan biaya untuk berobat walaupun sekarang ini sudah ada jaminan untuk

masyarakat. Keluarga juga mengatakan tidak memiliki waktu luang. Oleh sebab itu, keluarga Tn.Sa baru memeriksakan anggota keluarganya ketika sudah tidak bisa ditangani sendiri atau oleh obat warung.

(21)

Keluarga Tn.Sa sangat jarang sekali dan hampir tidak pernah berolahraga. Tn.Sa mengatakan tidak pernah ada waktu luang untuk berolahraga karena sibuk bekerja dan Ny.S masih meiliki anak kecil yang harus dijaga seperti An.I.

6. KOPING KELUARGA

a. Stresor-stresor (baik jangka pendek mau-pun jangka panjang)

Ny.S sebenarnya ingin memeriksakan kembali anaknya namun karena jauhnya puskesmas dan tidak memiliki waktu luang karena harus bekerja.

1. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi Stressor

Masalah-masalah yang ada dalam keluarga biasanya diselesaikan dengan berdiskusi. Yang biasanya mengambil keputusan tetap dari kepala keluarga yaitu Tn.Sa . Anak-anak belum dilibatkan dalam pengambilan keputusan, karena menurut Ny.S, anak-anak belum cukup umur untuk diikutkan dalam mengambil keputusan.

1. Strategi adaptasi disfungsional

Sampai saat ini belum ditemukan adaptasi disfungsional.

7. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)

Komponen Bp. Sa Ibu. S Anak Si Anak I

Kepala Rambut dan kulit kepala bersih, warna hitam, lurus, tebal.

Distribusi menyebar rata.

Rambut dan kulit kepala bersih, warna hitam, lurus, sebahu dan tipis.

Rambut dan kulit kepala bersih, warna hitam. Rambut sebahu.

Rambut dan kulit kepala bersih, warna hitam, lurus,

(22)

Distribusi menyebar

Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter

Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter

Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter

Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakkan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil + 2 mm, reaksi cahaya +/+,

konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikhterik.

Hidung

Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji pen

ciuman baik (N I)

Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik (N I)

Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji

penciuman baik (N I)

Bentuk simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik (N I)

Telinga

Daun telinga simetris kiri dan kanan,bersih, tidak ada benjolan , tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan pada masteudeus, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik

Daun telinga simetris kiri dan kanan,bersih, tidak ada benjolan , tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan pada masteudeus, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik

Daun telinga simetris kiri dan kanan,bersih, tidak ada benjolan , tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan pada masteudeus, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik

Daun telinga simetris kiri dan kanan,bersih, tidak ada benjolan , tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan pada masteudeus, tidak ada serumen. Klien dapat mendengar dengan baik

Mulut Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat

Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat

Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat

Bibir simetris,

(23)

bergerak ke kiri dan kekanan (N XII), tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. Gigi putih, karang gigi (+).

bergerak ke kiri dan kekanan (N XII), tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik., karang gigi (+).

bergerak ke kiri dan kekanan (N XII), tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. karang gigi (-).

bergerak ke kiri dan kekanan (N XII), tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, dan manis dengan baik. karang gigi (-), gigi bolong 1.

Leher dan Tenggorokan

Tidak ada kesulitan menelan, pembesaran kelenjar getah bening

(-) distensi vena jugularis(-), tidak ada tanda radang.

Tidak ada kesulitan menelan, pembesaran kelenjar getah bening

(-) distensi vena jugularis(-), tidak ada tanda radang

Tidak ada kesulitan menelan,

pembesaran kelenjar getah bening

(-) distensi vena jugularis(-), tidak ada tanda radang

Tidak ada kesulitan menelan, pembesaran kelenjar getah bening

(-) distensi vena jugularis(-), tidak ada namun pada saat batuk suara nafas terdapat ronchi

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada keluhan

ada nyeri tekan, saat maag kambuh

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada keluhan

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada keluhan

Ekstremitas Gerakan tak terbatas, mampu fleksi/ ekstensi tanpa rasa nyeri tidak ada benjol ekstensi tanpa rasa nyeri tidak ada benjolan, bengkak (-), kemerahan (-), kekuatan otot normal mampu menahan tahan an, refleks (+)

Gerakan tak terbatas, mampu fleksi/ ekstensi tanpa rasa nyeri tidak ada benjolan, bengkak (-), kemerahan (-), kekuatan otot normal mampu menahan tahan an,

(24)

an, refleks (+)

Turgor baik, tanda radang (-), sawo matang, tekstur sedikit kasar.

Turgor baik, tanda radang (-), kuning langsat, tekstur halus

Turgor baik, tanda radang (-), kuning langsat, tekstur halus

Turgor baik, tanda radang (-), kuning langsat, tekstur halus

Kuku

Tidak ada yang panjang, terawat bersih,sianosis(-), tanda radang (-)

Tidak ada yang panjang, terawat bersih,sianosis(-), tanda radang (-)

Sedikit panjang, sianosis (-), tanda radang (-), terawat.

Tidak ada yang panjang,

TD 130/90 mmHg 110/80 mmHg 110/70 mmHg

8. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

Keluarga berharap perawat dapat membantu penyelesaian masalah kesehatan yang ada didalam keluarganya terutama untuk anaknya yang menderita flek paru dan keluarganya agar lebih menjaga kesehatan.

(25)

Ny. S mengatakan, masalah kesehatan yang saat ini dialami oleh keluarganya adalah An.Si yang menderita flek paru berusia 11 thn. Sebelumnya An.Si pernah mengalami pengobatan namun pngobatannya tidak tuntas klien hanya menjalani pengobatan ± 2 bulan, keluarga mengaku tidak memiliki biaya untuk melakukan kontrol pemeriksaan kembali. Saat ini An.Si masih sering mengalami batuk namun dengan frekuensi yang jarang. Ny.S hanya mengatakan, bahwa anaknya terkadang mengalami batuk disertai dahak dan terkadang sesak .Ny.Si tidak mengetahui

penyebab dari penyakit flek paru yang diderita anaknya.Ny.Si mengatakan, akibat dari batuk – batuk yang di alami anaknya , anak Si jadi terganggu tidurnya tidak nyaman karena batuk yang dialaminya. Ny.S mengatakan, saat anaknya mengalami batuk hanya di berikan obat warung, sebenarnya Ny,S mau membawa anaknya untuk ke puskesmas namun karena letak puskesmas bungursari yang jauh dari rumahnya dan karena kesibukannya bekerja Ny.S memutuskan untuk diberikan obat warung saja. Ia juga mengatakan jika kesana harus menaiki angkot dan untuk mendapatkan angkot harus menunggu lama. Penataan Ruangan dirumah klien masih terlihat kurang rapih. Ada barang-barang yang diletakkan tidak pada tempatnya. Bangunan rumah yang semi permanen dan belum semua bagian lantai di plester. Ventilasi udara yang kurang baik terlihat dari kaca yang paten dan tidak bisa dibuka, ada debu-debu yang menumpuk di sekitaran sudut rumah. Ny. H mengatakan hanya bisa membawa anaknya ke puskesmas pembantu atau ke bidan karena puskesmas kecamatan letaknya jauh. Dan kendalanya adalah di puskesmas

pembantu tidak lengkap untuk pemeriksaannya.

Masalah Kesehatan Keluarga kedua

Ny.S mengatakan, dirinya memiliki maag akut sejak 2 tahun yang lalu, Ny.S mengatakan nyeri pada ulu hati saat maagnya kambuh, Ny,S megatakan maagnya kambuh bila ia telat makan dan jika makan tidak teratur, akibatnya Ny,S harus menunda dahulu pekerjaannya ketika maagnya kambuh.Saat maagnya kambuh Ny,S menyegerakan untuk makan dan beristirahat. Penataan ruangan dirumah klien masih terlihat kurang rapih. Ada barang-barang yang diletakkan tidak pada tempatnya. Bangunan rumah yang semi permanen dan belum semua bagian lantai di plester. Ventilasi udara yang kurang baik terlihat dari kaca yang paten dan tidak bisa dibuka, ada debu-debu yang menumpuk di sekitaran sudut rumah. Ny.S hanya mengkonsumsi obat warung untuk meredakan nyeri saat maagnya kambuh.

Masalah Kesehatan Keluarga Ketiga

(26)

klien masih terlihat kurang rapih. Ada barang-barang yang diletakkan tidak pada tempatnya. Bangunan rumah yang semi permanen dan belum semua bagian lantai di plester. Ventilasi udara yang kurang baik terlihat dari kaca yang paten dan tidak bisa dibuka, ada debu-debu yang menumpuk di sekitaran sudut rumah

B. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah

Data Subyektif:

 Keluarga mengatakan An.Si masih sering mengalami batuk disertai dahak dan sesak.

 Keluarga mengatakan An.Si Pernah mengikuti pengobatan di puskesmas namun tidak dilanjutkan.

 Keluarga mengatakan hanya memberi obat warung saat An.Si sakit dan jika tidak tertangani di bawa ke Pustu atau bidan desa.

 Anak Si mengatakan sulit tidur jika batuknya kambuh.

Data Obyektif:

(27)

 An.Si tampak batuk

 TD.110/70 mmHg

 Nadi 80x/mnt

 RR 22x/ mnit

 Suhu 36,7ºC

2

Data Subyektif:

 Ny.S mengatakan sudah menderita maag sejak 2 tahun lalu.

 Ny.S mengatakan sakit kambuh ketika ia telat makan/ makan tidak teratur.

 Ny.S mengatakan nyeri pada ulu hati saat maagnya kambuh.

 Ny.S mengatakan hanya

mengkonsumsi obat warung saat maagnya kambuh.

Data Obyektif :

Ttv

 TD: 110/80 mmHg

 N: 80x/menit

 RR: 18x/menit

 Suhu : 36,8ºC

 BB : 47 kg

Gangguan rasa nyaman nyeri pada Ny. S

3. Data Subjektif

(28)

lalu An.I mengalami batuk pilek namun pada saat pengkajian An.I sudah sembuh.

 Ny.S mengtakan anaknya sering terkena batuk pilek.

 Ny.S ,mengatakan hanya memberi obat warung saja pada anaknya.

 Ketika ditanya penyebab, tanda atau gejala, dan cara perawatan, Ny.S mengatakan mengetahui tetapi tidak terlalu luas yang diketahuinya.

Data Objektif

 Ttv

RR 24x/mnit

Nadi 87x/mnt

Suhu 32ºC.

(29)

MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa keperawatan keluarga I

Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.Si di keluarga Tn.Sa

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran

1

Sifat Masalah : aktual

Skala

Aktual: 3

Risiko : 2

Potensial : 1

3/3 X 1 1

Masalah adalah ancaman, dilihat dari riwayat An.Si yang masih sering mengalami batuk disertai dahak dan sesak. Keluarga belum melakukan perawatan karena belum mendapatkan informasi.

2

Kemungkinan masalah dapat diubah: Sebagian

Skala

Mudah : 2

Sebagian : 1

Tidak Dapat : 0

½ X 2 1

Pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit dan cara

perawatannya. Keluarga hanya memberikan obat warung untuk mengatasi keluhan anaknya.

Potensial masalah untuk dicegah: Cukup

Skala

3/3 X 1 1 Masalah ini sudah cukup lama, dan keluarga berkeinginan untuk memeriksakan dan kontrol ke puskesmas. Dan juga Ny.S

(30)

Tinggi : 3

Cukup : 2

Rendah : 1

masalah tersebut secara mandiri dirumah dengan difasilitasi oleh perawat.

Menonjolnya masalah: masalah perlu segera ditangani

Skala

Segera : 2

Tidak perlu segera 1:

Tidak dirasakan : 0

2/2 X 1 1 Ny.S menginginkan agar dapat membantu mengatasi masalah An. Si dengan segera saat keluhannya timbul

Jumlah 4

(31)

Diagnosa keperawatan keluarga II

Gangguan rasa nyaman nyeri pada Ny. S dikeluarga Tn.Sa

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran

1

Sifat Masalah : aktual

Skala

Aktual: 3

Risiko : 2

Potensial : 1

3/3 X 1 1

Ny. S mengatakan nyeri pada uluhati/ perutnya saat dirinya terlambat makan dan memakan makanan pedas dan asam.

2

Kemungkinan masalah dapat diubah: Sebagian

Skala

Mudah : 2

Sebagian : 1

Tidak Dapat : 0

½ X 2 1

Ny.S mengetahui jika dirinya telat makan mkan maka maagnya akan kambuh namun prilaku Ny.S belum bisa ia kontrol.

Potensial masalah untuk dicegah: Cukup

Skala

Tinggi : 3

Cukup : 2

Rendah : 1

2/3 X 1 2/3

Masalah ini sudah lama,Ny,S

berkeinginan agar dia bisa mengontrol pola makannya.

(32)

masalah perlu segera ditangani

Skala

Segera : 2

Tidak perlu segera 1:

Tidak dirasakan : 0

nya kambuh itu sangat mengganggu ia sangat ingin sekali disembuhkan.

Jumlah 3 2/3

SKALA PRIORITAS

(33)

Diagnosa keperawatan keluarga III

Resiko terjadinya ISPA berulang pada keluarga Tn. Sa khususnya An. I

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran

1

Sifat Masalah : aktual

Skala

Aktual: 3

Risiko : 2

Potensial : 1

2/3 X 1 2/3

Masalah bersifat resiko, Ny.S mengatakan An. I sering mengalami batuk pilek, dan keluarga

menganggap penyakit tersebut sudah biasa.

Masalah dapat diubah sebagian karena rumah Keluarga Ny.S dekat dengan klinik bidan, namun Ny,S lebih memilih memberi obat warung terlebih dahulu karena Ny.S

mengatakan tidak pnya waktu untuk berobat.

Potensial masalah untuk dicegah: Cukup

Masalah ini sudah sering terjadi . keluarga perduli dengan kesehatan dengan memberikan obat secara mandiri namun keluarga tidak menyegerakan periksa ke fasilitas kesehatan.

Menonjolnya masalah: tidak perlu segera ditangani

(34)

Skala

Segera : 2

Tidak perlu segera 1:

Tidak dirasakan : 0

Jumlah 3

Dari skoring di atas diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. Sa adalah sebagai berikut:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.Si di keluarga Tn.S (Score 4)

2. Gangguan rasa nyaman nyeri pada Ny. S dikeluarga Tn.Sa (Score 3 2/3)

3. Resiko terjadinya ISPA berulang pada keluarga Tn. Sa khususnya An. I (Score 3)

III. INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa

Keperawatan Tujuan Evaluasi

Umum Khusus Kriteria Standard

1 Bersihan Jalan Nafas tidak efektif pada An.Si

dikeluarga Tn. Sa

Setelah di lakukan kunjungan rumah selama 5 x 45 menit keluarga mampu merawat

1. Setelah dilakukan pertemuan 1 x 45

menit diharapkan: Respon verbal

dari keluarga

(35)

anak dengan TB Paru

1. Keluarga dapat mengenal tentang tanda dan gejala TBC Paru

1. Setelah dilakukan pertemuan 1 x45 menit diharapkan:

1. Setelah dilakukan

terkait pengertian, penyebab, tanda dan gejala TB Paru

Respon verbal dan sikap dari

disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, tanda dan gejalanya adalah batuk-batuk terus menerus selama kurang lebih 3 minggu dan berdahak, sesak nafas, keluar keringat dingin pada malam hari, dan berat badan menurun.

(36)

pertemuan 1×45 menit keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi maslaah TB Paru dengan cara

menyebutkan akibat dari TB Paru serta akibat dari tidak teratur minum obat dan memutuskan untuk merawat An. Si dengan TB Paru.

1. Setelah dilakukan pertemuan 1 x 45 penyakit TB Paru dengan cara dahak pada pasien TB Paru.

keluarga tentang akibat TB Paru dan keputusan

tidak teratur minum obat penyakit akan menjadi lebih berat penyakitnya, penyakit menjadi makin sulit diobati, dan perlu waktu lebih lama untuk dapat sembuh.

Cara perawatan penyakit TB Paru adalah minum obat secara teratur, makan makanan yang bergizi, istirahat cukup, menjaga kebersihan

(37)

1. Setelah dilakukan pertemuan 1×45 baik bagi pasien penyakit TB Paru.

1. Setelah dilakukan pertemuan

melalui hidung dan hembuskan seperti meniup balon sebanyak 3x dan waktu yang ketiga batukkan lalu buang dahak ke tempat yang berisi

lysol/desinfektan lalu tutup.

Cara memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung

penyembuhan penyakit TB Paru adalah pencahayaan ruangan yang cukup, ventilasi rumah yang cukup, jendela dibuka agar sinar matahari bisa masuk kedalam rumah,

(38)

menyebutkan manfaat kunjungan ke pelayanan kesehatan, menyebutkan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia dam memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Respon verbal, sikap, dan psikomotor keluarga tentang manfaat

pelayanan kesehatan dan penggunaan pelayanan kesehatan.

Manfaatkan kunjungan ke pelayanan kesehatan adalah untuk memperoleh informasi dan pengobatan, jenis

(39)

IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

Tanggal Dan Jam

No DX/ TUK

Implementasi Evaluasi (SOAP)

9 Mei 2014

Pukul 10.00

Dx.1

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

pada An.Si dikeluarga Tn. Sa TUK 1 :

1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang;

 Pengertian TB Paru

 Penyebab TB Paru

 Tanda dan gejala TB Paru

2. Memberi pendidikan kesehatan pada keluarga tentang Pengertian TB Paru, Penyebab TB Paru, Tanda dan gejala TB Paru.

3. Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengiden-tifikasi Pengertian TB Paru, Penyebab TB Paru, Tanda

Subjektif:

– Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian TB Paru yaitu penyakit yang menular, merusak paru-paru.

– Keluarga dapat menyebutkan kembali Penyebab TB Paru yaitu oleh bakteri microbacterium tuberculosis.

(40)

dan gejala TB Paru.

4. Memberikan reinforcement positif

seperti pujian atas kemampuan keluarga mengidentifikasi

Pengertian TB Paru, Penyebab TB Paru, Tanda dan gejala TB Paru.

5. Mengevaluasi pengetahuan keluarga dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk membandingkan pengetahuan yang dimiliki keluarga dengan standar.

Objektif:

– Keluarga tampak

memperhatikan dengan seksama saat penkes dan diskusi berlangsung

– Terjadi kontak mata saat berinteraksi dengan perawat

– Keluarga tampak sekali-kali menganggukkan kepala tanda mengerti penjelasan yang perawat berikan

– Keluarga tersenyum senang saat diberikan pujian oleh perawat

Analisa:

Masalah teratasi dimana keluarga memahami tentang pengertian TB Paru, penyebab TB Paru, tanda dan gejala TB Paru.

(41)

9 Mei 2014

Pukul 16.00

Dx.1

TUK.2

1. Menjelaskan dan berdiskusi pada

keluarga mengenai akibat dari penyakit TB Paru

2. Menanyakan kembali pada keluarga akibat TB Paru

3. Motivasi keliuarga untuk mengambil keputusan dalam mengatasi TB Paru.

4. Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang diambil keluarga dalam mengatasi TB Paru.

Subjektif:

– Keluarga dapat menyebutkan kembali Akibat dari TB Paru adalah pnemonia tuberkulosis, dan kematian, dan jika penderita tidak teratur minum obat penyakit akan menjadi lebih berat penyakitnya, penyakit menjadi makin sulit diobati, dan perlu waktu lebih lama untuk dapat sembuh,

– Keluarga memutuskan untuk mengatasi dan merawat An.Si yang menderita TB Paru

Objektif

– Tampak keluarga

memperhatikan dengan seksama saat diskusi berlangsung

– Terjadi kontak mata saat berinteraksi dengan perawat

– Tampak keluarga sekali-kali menganggukkan kepala tanda mengerti penjelasan yang perawat berikan

– Keluarga tersenyum senang saat diberikan pujian oleh perawat.

– Keluarga telah mengambil keputusan untuk merawat anaknya.

(42)

Masalah teratasi dimana keluarga memahami tentang akibat dariTB Paru jika tidak segera di tangani dan bahaya dari putus obat, dan keluarga sudah mampu mengambil keputusan.

Perencanaan: Lanjutkan TUK 3

Subyektif

 Keluarga mampu menjelaskan kembali cara merawat pasien dengan cara minum obat secara teratur, makan makanan yang bergizi, istirahat cukup, menjaga kebersihan

lingkungan.

 Keluarga mampu menjelaskan kembali bagaimana mencegah penularan TB Paru yaitu dengan cara dengan memisahkan perlengkapan makan anggota keluarga dengan pasien, menutup mulut saat bersin dan batuk, serta membuang dahak pada tempatnya.

(43)

10 Mei 2014

TUK 3:

1.Menjelaskan cara perawatan, pencegahan penyakit TB Paru

2.Mengajarkan klien cara batuk efektif dan membuang dahak yang benar

3.Menanyakan kembali cara perawatan, pencegahan penyakit TB Paru

4.Menganjurkan kelien mempraktekkan kembali cara batuk efektif dan membuang dahak ke tempatnya.

5.Memberikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai.

 Keluarga dan klien mampu mempraktikkan kembali cara nafas dalam untuk membantu mengeluarkan dahak dengan cara tarik nafas dalam melalui hidung dan hembuskan seperti meniup balon sebanyak 3x dan waktu yang ketiga batukkan.

 Keluarga tampak memperhatikan dengan seksama saat diskusi berlangsung

 Terjadi kontak mata saat berinteraksi dengan perawat

 Keluarga tampak sekali-kali menganggukkan kepala tanda mengerti penjelasan yang perawat berikan

 Keluarga tersenyum senang saat diberikan pujian oleh perawat

Analisa

Masalah teratasi

(44)

Pukul 11.00

Dx.1

Subjektif

– Keluarga dapat menjelaskan tentang modifikasi lingkungan yang dapat mendukung untuk

penyembuhan TB Paru kembali dengan cara pencahayaan ruangan yang cukup, ventilasi rumah yang cukup, jendela dibuka agar sinar matahari bisa masuk kedalam rumah, menjemur kasur, bantal minimal 1minggu sekali dijemur, tidak membuang dahak sembarangan tempat, tapi gunakan kaleng yang didalamnya sudah diisi cairan desinfektan.

Objektif:

– Keluarga tampak antusias dalam memikirkan cara yang dapat keluarga lakukan dalam memodifikasi lingkungan untuk mencegah TBC Paru.

Analisa:

Masalah teratasi dengan perwat sebagai fasilitator

Perencanaan:

Mempertahankan dan meningkatkan kemampuan keluarga untuk

memodifikasi lingkungan rumah.

(45)

TUK 4:

1.Mendiskusikan dengan keluarga tentang modifikasi lingkungan yang tepat untuk mendukung penyembuhan TB Paru

2. Mendorong keluarga untuk mengidentifikasi lingkungan yang tepat untuk mencegah TBC Paru

3.Memotivasi keluarga untuk

mengungkapkan kembali terhadap bahasan yang telah didiskusikan

4.Memberi reinforcement terhadap kemampuan keluarga mengungkapkan kembali apa yang telah didiskusikan

5.Memberi kesempatan keluarga bertanya

Subjektif:

– Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mencegah TB Paru, yaitu : Rumah sakit, Puskesmas, praktek (klinik).

– Keluarga dapat menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan seperti: memberikan informasi kesehatan, memberikan pengobatan, memberikan pelayanan konseling, membantu meningkatakan kesehatan

– keluarga mengatakan akan membawa An. Si yang mengalami TB Paru ke fasilitas kesehatan yang ada

Objektif:

(46)

11 Mei 2014

Pukul 11.00

Dx.1

tentang hal yang belum jelas

– Keluarga mau memeriksakan anggota keluarganya yang sakit ke fasilitas kesehatan.

– Keluarga tampak

memperhatikan dengan seksama saat diskusi berlangsung

– Terjadi kontak mata saat berinteraksi dengan perawat

– Keluarga tampak sekali-kali menganggukkan kepala tanda mengerti penjelasan yang perawat berikan

– Keluarga tersenyum senang saat diberikan pujian oleh perawat

Analisa:

Masalah teratasi dengan perawat sebagai fasilitator dan keluarga mau untukmemeriksakan anggota

keluarganya ke fasilitas kesehatan.

Planning:

Mempertahankan dan meningkatkan kemampuan keluarga untuk

(47)

TUK 5:

6. Mendiskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang tersedia

7. Mendiskusikan dengan keluarga untuk menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan

8. Mendorong keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi TBC Paru

9. Memberi reinforcement seperti pujian terhadap kemampuan keluarga menyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan

10. Memberi kesempatan keluarga bertanya tentang hal yang belum jelas

(48)

12 Mei 2014

Pukul 11.00

(49)

BAB V PENUTUP

Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan keluarga Tn.Sa khususnya kepada An.Si denganTB Paru, maka penulis menarik kesimpulan dan mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan yang diharapkan dapat berguna dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru.

1. KESIMPULAN

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada An.Si denganTB Paru, penulis

melaksanakan secara bertahap mulai dari npengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan menggunakan pendekatan secara komprehensif yang mencakup bio, psiko, sosial dan spiritual.

(50)

Adapun tanda dan gejala dari TB Paru adalah Demam, Batuk disertai dahak / darah, Sesak Nafas, Nyeri dada, Malaise meliputi anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.

Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan TB Paru adalah dengan medikasi tentunya ke fasilitas kesehatan, Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit TB Paru , pentingnya minum obat, pengawas obat (PMO). Penanganan segera penyakit yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah yaitu dengan teknik nafas dalam untuk mengeluarkan dahak, meminum air hangat hingga memberikan fisioterapi dada.

Pada kasus ini An. Si pernah mengalami putus obat, dan saat ini An.Si tengah melakukan pengobatan kembali oelh karena itu diperlukan perhatian khusus untuk kepatuhan minum obat agar tidak terjadi lagi putus obat dan perlunya PMO. Setelah dilakukan asuhan keluarga mau untuk melakukan perawatan kepada An.Si secara baik dan tuntas dengan harapan anaknya dapat sembuh total. Keluarga menyatakan keseriusannya untuk menjalani pengobatan.

1. SARAN

Setelah penulis memberikan asuhan Keperawatan Keluarga dengan TB Paru pada An.Si dikeluarga Tn.Sa, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan agar perawat dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan TB Paru pada An.Si dikeluarga Tn.Sa demi meningkatkan mutu keperawatan.

2. Peningkatan support sistem dan perlihatan keluarga dalam pemberian asuhan

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Bailon dan Malagya.2002. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta EGC.

Friedman, Marilyn M. 1998. Family Nursing Teoryand Practice. Edisi III. Penerjemah Ina Debora R. L. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Griffith, H. Winter. 1994. Complete Guide to Symtomps, Illnessand surgery. Cetakan I. Penterjemah : Peter Anugrah. Penerbit Arcan : Jakarta.

Great Anoa. 2012. Asuhan Keperawatan TBC Paru pada Anak.Jakarta.EGC.

(52)

Kelvi,N. 2009. Penyakit Pada Saluran Pernafasan. Jakarta. Salemba Medika.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.

Suprajitno. 2006. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :EGC.

Wahab, Samik. 2008. Pedoman Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

About these ads

Share this:

 Twitter

 Facebook

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL KARYAWAN TERHAD AP BUD AYA PERUSAHAAN D I KANTOR PUSAT PT TELEKOMUNIKASI IND ONESIA BAND UNG, JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia

3 Pre test, progres s test dan post test Tes tulisan (UTS) Menguraikan peng-ertian yankes dg child bearing secara tepat benar dan lengkap Menguraikan pengertian yan-kes dg

Bagian MIS/IT akan menginput surat pesanan ke dalam sistem dan membuat laporan penjualan - Surat pesanan - Laporan penjualan Perjanjian jual beli Bagian marketing

Beberapa pandangan para siswa yang setuju mengatakan bahwa mereka sangat antusias bahwa melalui materi yang diajarkan di komputer, materi matematika akan lebih mudah untuk

[r]

pembelian pada PT Madubaru telah dilaksanakan dengan baik. Praktik yang sehat yang harus dijalankan dalam setiap tugas dan fungsi. 1) Pemakaian dokumen bernomor urut tercetak

Pengambilan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan dengan subjek utama yang terkait dalam penelitian dan pihak lain yang ahli dalam ilmu atau masalah penelitian

dalam waktu yang relatif singkat, sehingga petani tidak lagi meras rugi dengan hasil panennya yang tidak dapat diolah semua pada waktunya dikarenakan hasil panennya banyak, mesin