• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG BABY LANGUAGE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG BABY LANGUAGE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA 39 Vol.03, No. XIII, Desember 2012

KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

Dadang Kusbiantoro

…………...……….…… …… . .….

ABSTRAK

…… … ...………. …… …… . .…. Bayi belum bisa mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu komunikasi pada bayi lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal (menangis). Bayi hanya bisa menangis untuk memenuhi kebutuhannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang baby language dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan. Desain penelitian ini adalah Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 29 ibu di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dan observasi. Setelah ditabulasi, data dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan tingkat signifikasi 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar ibu yang memiliki bayi usia 0-3 bulan memiliki pengetahuan yang cukup tentang baby language. Hampir seluruhnya kebutuhan bayi 0-3 bulan terpenuhi. Dari uji statistik diperoleh hasil ada hubungan pengetahuan ibu tentang baby language dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan dengan tingkat signifikasi 0,042 (p < 0,05). Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya pengarahan kepada ibu agar memahami baby language sehingga semua kebutuhan bayi akan terpenuhi.

Keyword : Pengetahuan Ibu Baby Language, Pemenuhan Kebutuhan Bayi.

PENDAHULUAN

. …… . … … . Masa bayi merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan manusia. Pada masa ini, bayi pertama kali diperkenalkan dengan suasana yang sama sekali “baru”. Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikannya dengan cara menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat merespons terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, mendekap, mendorong, dan berbicara dengan lembut (Supartini, 2004).

Selama 3 hari pertama, bayi yang normal masih lebih banyak yang tidur.

Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk tidur. Setelah 2 minggu bayi mulai mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya, menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikiran belum berfungsi sama sekali. Pada usia 12-14 bulan bayi mulai mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun sosial. Secara bertahap, bayi mulai memahami hubungan antar “kata” dengan apa atau siapa saja yang ada di sekitarnya. Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekspresi yang disebut “bahasa” (Hesnerita,2011).

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif. Perkembangan komunikasi pada

(2)

SURYA 40 Vol.03, No. XIII, Desember 2012 bayi dapat dimulai dengan kemampuan

untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi di gerakan maka bayi akan berespons untuk membuat suara-suara yang dikeluarkan oleh bayi (Hidayat, 2005). Kedua aspek komunikasi, yaitu mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain dan kemampuan mengkomunikasikan pikiran serta perasaan diri sendiri kepada orang lain sehingga dapat dimengerti, terasa sulit dan tidak cepat dikuasai. Tetapi dasar-dasar kedua aspek itu telah diletakkan selama masa bayi, meskipun kemampuan untuk mengerti biasanya lebih besar dari pada kemampuan berbicara pada menjelang berakhirnya masa bayi.

Berdasarkan pernyataan yang pernah diungkap oleh Sheila Kitzingert (2005) bahwa kebayakan ibu merasa terasingkan dan kesepian ketika bayi banyak menangis. Namun, yang mengejutkan adalah kemampuan para ibu mengendalikan diri dengan baik. 38% dari para ibu itu sendirian dalam menangani bayi yang sedang menangis antara 8-12 jam sehari di hari kerja, dan 34% lainnya 4-8 jam sehari. Jadi, hampir tiga perempat dari mereka menghabiskan sebagian besar hari-hari mereka berdua dengan sang bayi yang hampir tidak bisa berhenti menangis. Para ibu sering kali putus asa mencoba satu dan lain hal untuk menenangkan bayi selama beberapa menit saja. 80% ibu dari bayi yang paling banyak menangis mengalami depresi, dibandingkan dengan 33% ibu dari bayi yang jarang menangis. Mereka juga mengungkapkan sangat ingin “melarikan diri” dari bayinya: 57% ibu dari bayi yang paling sering menangis, tapi juga 22% ibu dari bayi yang jarang menangis.

Berdasarkan data survey awal peneliti pada bulan September 2012 didapatkan data bahwa dari 10 orang tua bayi usia 0-3 bulan, 7 orang tua (70%) kurang mengetahui tentang tangisan bayi atau bahasa bayi (baby language) dan 3 orang tua (30%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang tangisan bayi atau bahasa bayi. Jadi dari data tersebut masih ada ibu yang belum memahami bahasa bayi.

Bayi rata-rata menangis selama 1-4 jam lamanya dalam sehari. Beberapa bayi menangis lebih banyak dan berlebihan, tetapi beberapa bayi menangis dalam jumlah sedikit. Bayi yang menangis mencoba memberitahu sesuatu pada orang disekitarnya. Hal yang sebaiknya tidak dilakukan adalah mengajarkan bayi untuk bersabar. Kenyataannya lebih cepat respon terhadap tangisannya lebih baik, lebih mudah untuk menenangkan bayi yang baru saja menangis, sebelum tangisannya berubah menjadi hisreris (Nee, Tekla S, 2009).

Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari sekitarnya. Tetapi ada kemungkinan hambatan selama proses komunikasi, karena melibatkan beberapa komponen dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: 1) Pendidikan, umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan memiliki pengetahuan yang bagus sehingga komunikasi dapat digunakan secara efektif. 2) Pengetahuan, merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. 3) Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau tidak. 4) Usia Tumbuh Kembang, semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat dari bahasa anak. 5) Status Kesehatan Anak, dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif. 6) System sosial, adalah budaya yang ada di masyarakat, dimana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. 7) Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi.

Bayi berusia 0-3 bulan di seluruh dunia, ternyata memiliki bahasa bayi yang sama. Bahasa tersebut ditemukan oleh Priscilla Dunstan. Ada lima kata yang dikenal oleh bahasa bayi untuk berkomunikasi dengan orang dewasa yaitu owh, neh, eh, eairh, dan heh. Sebaiknya,

(3)

SURYA 41 Vol.03, No. XIII, Desember 2012 para orang tua mendengar kata-kata yang di

ucapkan bayinya sebelum ia menangis histeris karena tidak menginginkan apa yang dimintanya. Tingkat toleransi para ayah sering kali lebih rendah. Jika seorang bayi tidak berhenti menangis, mereka menyerahkannya kembali kepada sang ibu (36%), pergi dari tempat itu (27%), atau mulai berteriak (12%).

Para ibu diharapkan bisa menyesuikan diri secara naluriah, tahu apa yang harus dilakukan pada bayinya, dan menomorduakan perasaannya sendiri demi menjalankan kewajiban sebagai ibu yang baik. Selain itu, mereka juga diharapkan tahu bagaimana menimang dan menyusui segera setelah melahirkan. Orang tua biasanya menjadi lebih panik dulu, sehingga tidak bisa bertindak dengan tepat dalam memberikan pertolongan pada sang bayi. Upaya yang bisa dilakukan oleh ibu saat bayinya menangis yaitu bertindak atas tangisan bayi (kata) yang dominan keluar, mendengarkan bunyi secara spesifik dari setiap katanya.

Dunstan baby language adalah suatu sistem yang mempelajari arti tangisan bayi usia 0-3 bulan. Sistem ini meliputi pengenalan akan lima “bahasa tangisan” yang digunakan para bayi sejak dilahirkan, yaitu bahasa untuk menyampaikan kebutuhan akan; rasa lapar, mengantuk, sendawa, rasa tidak nyaman, dan nyeri di perutnya (dikutip dari Mother & baby Indonesia, 2011)

METODE PENELITIAN

.… … .… Desain penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analitik yaitu mencari keterkaitan antara dua variabel, pendekatannya cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,2003). Adapun jumlah sampel sebanyak 29 ibu yang memiliki bayi berusia 0-3 bulan.

HASIL

.

PENELITIAN

1. Data Umum 1) Karakteristik Responden (1) Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur di Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan

No. Umur Frekuensi Prosentase

1. < 20 tahun 5 17,2 % 2. 20 – 45 tahun 21 72,5 % 3. > 45 tahun 3 10,3 %

Jumlah 29 orang 100%

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu berusia antar 20 –45 tahun, dan sebagian kecil ibu berusia lebih dari 45 tahun.

(2) Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan pendidikan

di Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan

No. Pendidikan Frekuensi Prosentase

1. SD/sederajat 3 orang 10,3 % 2. SMP/sederajat 11 orang 38,0 % 3. SMA/sederajat 9 orang 31,0 %

4. PT 6 orang 20,7 %

Jumlah 29 orang 100%

Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini hampir sebagian ibu berpendidikan SMA, dan sebagian kecil ibu berpendidikan SD

(3) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan pekerjaan

di Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan

No. Pekerjaan Frekuensi %

1. Tidak bekerja 15 orang 51,8 %

2. Petani 3 orang 10,3 %

3. Wiraswasta 8 orang 27.6 %

4. PNS 3 orang 10.3 %

Jumlah 29 orang 100%

Dari tabel 3 dapat disimpulkan sebagian besar ibu tidak bekerja atau murni sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil ibu bekerja sebagai PNS

(4)

SURYA 42 Vol.03, No. XIII, Desember 2012 (4) Karakteristik responden bayi

berdasarkan umur

Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik

responden bayi berdasarkan umur

di Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan

No. Umur Bayi Frekuensi Prosentase

1. 0-30 hari 5 17,2 %

2. 31-60 hari 9 31,0 %

3 61-90 hari 15 51,8 %

Jumlah 29 orang 100%

Dari tabel 4 dapat dilihat dalam penelitian ini sebagian besar bayi berusia 61-90 hari dan sebagaian kecil pasien berusia 0-30 hari.

(5) Karakteristik responden bayi berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik

responden bayi berdasarkan jenis

kelamin

di Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan

No. Paritas Frekuensi Prosentase

1. Laki-laki 15 orang 51,7 % 2. Perempuan 14 orang 48,3 %

Jumlah 29 orang 100%

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini sebagian besar bayi berjenis kelamin laki-laki

2. Data Khusus

1) Pengetahuan ibu tentang baby language

Tabel 6 Distribusi frekuensi Pengetahuan

ibu tentang baby language di Desa

Kembangbahu

kecamatan

Kembangbahu

Kabupaten

Lamongan

No. Pengetahuan Frekuensi %

1. Baik 10 orang 34,48 % 2. Cukup 15 orang 51,72 % 3. Kurang 4 orang 13,80 %

Jumlah 29 orang 100%

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang baby language dan sebagian kecil ibu memiliki pengetahuan kurang tentang baby language

2) Pemenuhan Kebutuhan Bayi Usia 0-3 bulan di desa Kembangbahu, Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan

Tabel 7

Distribusi frekuensi Pemenuhan

Kebutuhan

Bayi Usia 0 sampai 3 Bulan di Desa Kembangbahu, Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan

No. Kebutuhan bayi Frekuensi %

1. Terpenuhi 25 86,2 %

2. Tidak terpenuhi 4 13,8 %

Jumlah 29 orang 100%

Dari tabel 7 dapat disimpulkan hampir seluruhnya kebutuhan bayi terpenuhi dan sebagian kecil kebutuhan bayi tidak terpenuhi

3) Pengetahuan ibu tentang baby language dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan

Tabel 8

Hubungan Pengetahuan ibu tentang baby language dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan di Desa Kembangbahu Kec. Kembangbahu Kab. Lamongan No Pengeta huan Kebutuhan bayi Total Terpen uhi Tidak terpenuhi 1. Kurang 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%) 2. Cukup 14 (93,3%) 1 (6,67%) 15 (100%) 3. Baik 10 (100%) 0 (0%) 10 (100%) Jumlah 25 (86,21% ) 4 (13,79%) 29 (100%) Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa sebagian (51,71%) ibu yang memiliki bayi berusia 0-3 bulan mempunyai pengetahuan cukup hampir seluruhnya kebutuhan bayi terpenuhi dan sebagian kecil (13,80%) ibu yang mempunyai pengetahuan kurang, sebagian besar kebutuhan bayi tidak terpenuhi.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS for windows versi 18,0 dan menggunakan uji statistik Chi Square dengan hasil sebagai berikut p = 0,003 dimana p ≤0,05 sehingga H1 diterima

(5)

SURYA 43 Vol.03, No. XIII, Desember 2012 artinya terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0–3 bulan di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.

PEMBAHASAN

.… .… 1) Pengetahuan Ibu tentang Baby

language di Desa kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (51,72%) ibu berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (13,80%) ibu berpengetahuan kurang. Dalam hal cukupnya pengetahuan ibu tentang baby language di pengaruhi oleh umur ibu. Berdasarkan gambar tabel 1 tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (72,5) ibu berada pada rentang usia 20-45 tahun dan sebagian kecil (10,3 %) ibu berusia > 45 tahun. Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Walaupun pengetahuan itu menjadi dominasi dalam berfikir positif, maka pengalaman, pekerjaan, minat, informasi dan kebudayaan tidak kala penting dalam menambah pengetahuan seseorang. Orang tua semakin mempunyai pengetahuan dan pengalaman diharapkan kebutuhan bayinya terpenuhi.

Menurut teori Wasis (2008) bahwa pengetahuan (knowledge) adalah hal-hal yang kita ketahui tentang kebenaran yang ada di sekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya, didapat melalui pengamatan yang lebih mendalam. Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo (2003) bahwa umur adalah usia, lama waktu hidup. Dengan bertambahnya umur atau tua kemampuan kognitif, afektif dan perilaku seseorang menjadi menurun. Dan pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh factor yang lain yaitu pekerjaan, pendidikan, kebudayaan dan informasi. Pada penelitian ini selain usia, pendidikan juga perpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini bisa dilihat bahwa

hampir setengahnya atau hampir sebagian (38,0%) ibu berpendidikan SMP dan sebagian kecil (10,3%) ibu berpendidikan SD.

Hal berbeda dengan teori Soekidjo Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendididkan seseorang semakin mudah menentukan informasi makin banyakpengetahuan, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan. Selain umur, pendidikan, pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah responden (38,0%) ibu tidak bekerja dan sebagian kecil (10,3%) ibu bekerja sebagai petani dan PNS.

Menurut teori Hurlock (2002) mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaan dalam diri seseorang memberikan kesan dan pengetahuan tersendiri (Arifah, 2011). Dengan seseorang bekerja maka berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang karena ketika seseorang bekerja maka terjadi kontak (sosialisasi) dengan partner kerjanya sehingga dapat saling berbagi wawasan dan pengetahuan baik secara langsung maupun media seperti media cetak atau elektronik. Peningkatan pengetahuan juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia bekerja dan kesesuaian pekerjaan dengan keterampilan yang di miliki oleh orang tua, dengan adanya lingkungan kerja yang nyaman dan kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki terhadap pekerjaan maka akan memberikan kesan yang positif dan pengetahuan yang baik khususnya tentang baby language.

2) Pemenuhan Kebutuhan Bayi Umur 0-3 Bulan Di Desa Kembangbahu Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan

Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden (86,2%) kebutuhan bayi terpenuhi. Fakta tersebut didukung oleh data pendidikan pada tabel 2. Menunjukkan bahwa setengahnya atau

(6)

SURYA 44 Vol.03, No. XIII, Desember 2012 hampir sebagian (38,0%) ibu berpendidikan

SMP dan sebagian kecil (10,3%) ibu berpendidikan SD.

Semakin tinggi pendidikan maka pengetahuan, keterampilan dan peran positif akan meningkat pula, begitu juga sebaliknya. Pendidikan juga berpengaruh dalam pemberian informasi yang diberikan oleh seseorang begitu pula pemberian informasi pada orang tua. Orang tua yang pendidikan dan pengetahuannya rendah kemungkinan wawasan yang dimiliki sedikit sehingga orang tua tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan anak (bayi).

Menurut Soetjiningsih (2000) yang dikutip dari Nursalam (2005), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang optimal dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh (kebutuhan fisik – biologis), asih (kebutuhan kasih sayang – emosional) dan asah (kebutuhan stimulasi). Sebagai orang tua hendaklah mengerti dan memehami kebutuhan yang diperlukan anak (bayi). Karena pada masa ini diharapkan orang tua mampu mencapai keseimbangan atau homeostatis untuk memenuhi kebutuhan anak (bayi) untuk mencapai tujuan berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi serta keunggulan anak (bayi) dalam segala aspek.

Menurut Muscari (2005) ada 5 kebutuhan bayi, antara lain: 1) Nutrisi meliputi, sumber makanan awal antara lain : air susu ibu adalah sumber makanan lengkap yang paling disenangi selama 6 bulan pertama. Air susu ibu secara gizi adalah yang paling unggul, aman dari bakteri, dan sedikit menyebabkan alergi, 2) Pola tidur Kebanyakan bayi tidur saat sedang tidak makan selama bulan pertama. Bayi tidur 9 sampai 11 jam di malam hari antara usia 3 dan 4 bulan, Ritual tidur harus dimulai pada masa bayi yang mempersiapkan bayi tidur dan mencegah masalah tidur dikemudian hari, 3) Pola eliminasi biasanya berkembang pada usia minggu kedua kehidupan dan dikaitkan dengan frekuensi dan jumlah pemberian makan. Konsistensi dan warna feses tergantung pada apa yang bayi makan. Pada semua bayi, perubahan kualitas defekasi bayi sejalan dengan

diperkenalkannya makanan padat, 4) Kebersihan kulit kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Sebaiknya orang tua maupun orang lain yang ingin memegang bayi diharuskan cuci tangan terlebih dahulu, 5) Keamanan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Lima kebutuhan bayi ini harus terpenuhi, para orang tua diharapkan bisa menyesuaikan diri secara naluriah, tahu apa yang harus dilakukan ketika kebutuhan pada anak (bayi) tidak terpenuhi, karena bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah, mengantuk dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan-gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif.

Bayi berusia 0-3 bulan di seluruh dunia, ternyata memiliki bahasa bayi yang sama. Bahasa tersebut ditemukan oleh Priscilla Dunstan. Ada lima kata yang dikenal oleh bahasa bayi untuk berkomunikasi dengan orang dewasa yaitu owh (mengantuk), neh (sedang lapar), eh (bersendawa), eairh (perut kembung), dan heh (tidak nyaman atau reflek dari rangsangan kulit). Sebaiknya, para orang tua mendengar kata-kata yang di ucapkan bayinya sebelum ia menangis histeris karena tidak menginginkan apa yang dimintanya (kebutuhannya tidak terpenuhi).

3) Hubungan Pengetahuan orag tua tentang baby language dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa sebagian (51,71%) orang tua yang memiliki

(7)

SURYA 45 Vol.03, No. XIII, Desember 2012 bayi berusia 0-3 bulan mempunyai

pengetahuan cukup hampir seluruhnya kebutuhan bayi terpenuhi dan sebagian kecil (13,80%) orang tua yang mempunyai pengetahuan kurang, sebagian besar kebutuhan bayi tidak terpenuhi.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS for windows versi 18,0 dan menggunakan uji statistik Chi Square dengan hasil sebagai berikut p = 0,003 dimana p ≤0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0 – 3 bulan. Seperti yang kita ketahui domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu tahu (know), memehami (comprehention), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (sintesis), evaluasi (evaluation). Berdasarkan hasil penelitian bahwa hampir seluruh ibu bukan hanya sekedar tahu bahkan memahami tangisan bayi atau baby language sehingga ibu mampu mengaplikasikan apa yang dibutuhkan oleh anak (bayi) sehingga kebutuhan anak (bayi) dapat terpenuhi.

Jika pengetahuan orang tua kurang terutama tentang tangisan bayi atau baby language maka anak (bayi) akan menagis histeris karena kebutuhan anak (bayi ) tidak terpenuhi. Orang tua biasanya menjadi panik dulu ketika anak (bayi) menangis, sehingga orang tua tidak bisa bertindak dengan tepat dalam memberikan pertolongan pada bayi. Oleh karena itu usahakan para orang tua jangan panik dan mulai melihat mimik bayi dan bunyi tangisannya. Upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua ketika bayinya menangis yaitu bertindak atas tangisan bayi (kata) yang dominan keluar, mendengarkan bunyi secara spesifik dari setiap katanya. Dan sebaliknya jika pengetahuan orang tua tentang tangisan bayi (baby language) baik maka anak (bayi) akan jarang menagis dan kebutuhan anak (bayi) dapat terpenuhi sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak (bayi) wajar sesuai dengan umur anak (bayi). Dan orang tua juga merasa percaya diri dalam merawat (mengasuh) anak (bayi) mereka sendiri, selain itu orang tua dapat

melihat perkembangan dan pertumbuhan anak (bayi) mereka.

Menurut teori Rogers tahun 1974 dikutip oleh Notoatmodjo Soekidjo (2003), bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, adapun proses perilaku diawali dengan kesadaran atau Awareness yaitu dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek. Kemudian orang akan merasa tertarik atau Interest terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. Kemudian orang tersebut akan menimbang-nimbang atau Evaluation, terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik. Kemudian timbulah mencoba atau Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki. Proses terakhir adalah adopsi atau Adoption, yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Akan tetapi dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

KESIMPULAN DAN SARAN

. … 1. Kesimpulan

1) Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup tentang baby language di desa Kembangbahu kecamatan Kembangbahu kabupaten Lamongan

2) Hampir seluruhnya kebutuhan bayi 0-3 bulan di desa Kembangbahu kecamatan Kembangbahu kabupaten Lamongan terpenuhi

(8)

SURYA 46 Vol.03, No. XIII, Desember 2012 3) Terdapat hubungan antara pengetahuan

ibu tentang baby language dengan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan

di

desa

Kembangbahu

kecamatan Kembangbahu kabupaten

Lamongan

2. Saran

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi mahasiswa serta dapat dijadikan sebagai bahan pengelolaan untuk memperkaya informasi tentang pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan melalui baby language khususnya untuk Mata Kuliah Keperawatan Anak. Hendaknya hasil penelitian ini dapat disosialisasikan kepada para orang tua dan calon orang tua sehingga mengetahui baby language dan pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-3 bulan. . . .

DAFTAR PUSTAKA

. . . Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia

(Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Herawati, Mansur. 2011. Psikologi Ibu Dan

Anak untuk Kebidanan. Salemba Empat: Jakarta.

Hesnerita. 2011. Kebiasaan Bayi Ketika Baru Lahir - menyusu, tidur, menangis.

http://ibudankeluarga.wordpress.co m/2011/11/21/kebiasaan-bayi- ketika-baru-lahir-menyusu-tidur-menangis/. Diakses pada tanggal 01 Oktober 2012 jam 10.15 WIB Hurlock, Elizabeth, 1997. Perkembangan

Anak, Jakarta : Erlangga.

Kitzinger, Sheila. 2005. Memahami

Tangisan Bayi.

http://books.google.co.id/books?id= 40Gf4tZtwncC&printsec=frontcover &hl=id#v=onepage&q&f=false.

Diakses pada tanggal 01 Oktober 2012 jam 09.00 WIB

Mönks, F.J, A.M.P. Knoers, dan Siti Rahayu Haditomo. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nee, Tekla S. 2009. Pengasuhan Anak Bayi

Tahun Pertama. Alih Bahasa: Sri Mariyana. Jakarta: Arcan.

Nursalam. 2003. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak.

Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis

Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Gambar

Tabel 4. Distribusi  frekuensi  karakteristik  responden  bayi  berdasarkan umur  di  Desa Kembangbahu  Kec

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang ... Tinjauan Umum ... Tinjauan Umum Pengetahuan ... Pengertian Pengetahuan ... Pengukuran Pengetahuan ... Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dipengaruhi oleh status pekerjaan dan tingkat pendapatan, hal itu disebabkan karena ibu yang bekerja

Para ibu beketja yang termotivasi untuk menyusui bayinya diduga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI, sedangkan para ibu bekerja yang tidak tennotivasi

Tingkat pengetahuan ibu tentang pasca imunisasi polio pada bayi, yang paling banyak adalah pengetahuan tinggi yaitu 11 orang atau 36,7%.. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MADUREJO PANGKALAN BUN Mas

4.3 Analisa Bivariat 4.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Nutrisi Dengan Kenaikan Berat Badan Table 4.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Nutrisi Dengan Kenaikn Berat

Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan di Desa Paranjulu Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 No Pengetahuan Jumlah Persentase % 1 Baik 7 8.4 2 Sedang 33 39.8

Sedangkan faktor internal meliputi faktor pengetahuan dan pendidikan ibu dapat berpengaruh pada perkembangan balita, apabila ibu memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif baik dan