KONSTITUSI
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
1. Landasan Idiil : Pancasila 2. Landasan
Konstitusional
: Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan
3. Landasan Historis : Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi 17 Agustus 1945
4. Landasan Normatif : Etika, Tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat , tata nilai ke-Siliwangian 5. Landasan Operasional : - Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Angkatan Muda Siliwangi
- Peraturan-Peraturan Organisasi Angkatan Muda Siliwangi
ANGGARAN DASAR ANGKATAN MUDA SILIWANGI ( AMS )
BAB I : Nama, Waktu, Kedudukan , dan Wilayah ( pasal 1 ) BAB II : Azas, Tujuan, dan Tugas ( pasal 2, 3, 4 )
BAB III : Sifat, Fungsi, dan Status ( pasal 5, 6, 7 )
BAB IV : Lambang, Panji, Doktrin, Ikrar, Lagu dan Atribut ( pasal 8 ) BAB V : Kedaulatan ( pasal 9 )
BAB VI : Keanggotaan ( pasal 10 )
BAB VII : Kewajiban dan Hak Anggota ( pasal 11, 12 )
BAB VIII : Susunan Organisasi dan Kepengurusan ( pasal 13, 14, 15, 16, 17 ) BAB IX : Wewenang dan Kewajiban Pengurus ( pasal 18, 19, 20, 21, 22 ) BAB X : Dewan Penasehat ( pasal 23 )
BAB XI : Majelis Pendiri ( pasal 24 )
BAB XII : Musyawarah dan Rapat-Rapat ( pasal 25, 26 ) BAB XIII : Quorum dan Pengambilan Keputusan ( pasal 27 ) BAB XIV : Keuangan dan Harta Benda ( pasal 28 )
BAB XV : Pembubaran Organisasi dan Likuidasi ( pasal 29, 30 ) BAB XVI : Peraturan Peralihan ( pasal 31 )
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGKATAN MUDA SILIWANGI ( AMS )
BAB I : Lambang, Panji, Doktrin, Ikrar, Lagu dan Atribut lainnya ( pasal 1 ) BAB II : Keanggotaan ( pasal 2, 3 )
BAB III : Kewajiban Hak Anggota dan Larangan ( pasal 4, 5, 6, 7, 8 ) BAB IV : Pemberhentian Anggota ( pasal 9 )
BAB V : Susunan Pengurus ( pasal 10,11,12,13,14,15,16,17,18 ) BAB VI : Pedoman Tata Kerja ( pasal 19 )
BAB VII : Susunan Dewan Penasehat ( pasal 20 ) BAB VIII : Personalia Dewan Penasehat ( pasal 21 )
BAB IX : Kedudukan dan Wewenang Dewan Penasehat ( pasal 22, 23 ) BAB X : Susunan dan Kedudukan Mejelis Pendiri ( pasal 24 )
BAB XI : Lembaga-Lembaga ( pasal 25 0
BAB XII : Peserta Musyawarah dan Rapat-Rapat (pasal 26,2,28,29,30,31,32,33) BAB XIII : Hak Bicara dan Hak Suara ( pasal 34 )
BAB XIV : Keuangan ( pasal 35 )
BAB XV : Peraturan Peralihan ( pasal 36 )
PERATURAN ORGANISASI ANGKATAN MUDA SILIWANGI ( AMS )
NOMOR : PO-01/PP.AMS/II/2007 TENTANG
DISIPLIN DAN SANKSI ORGANISASI, SERTA PEMBELAAN DIRI PENGURUS DAN ATAU ANGGOTA ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO-02/PP.AMS/II/2007 TENTANG
PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU
NOMOR : PO-03/PP.AMS/II/2007 TENTANG
MAJELIS PENIDIIRI
NOMOR : PO-04/PP.AMS/II/2007 TENTANG
KEANGGOTAAN ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO-05/PP.AMS/II/2007 TENTANG
NOMOR : PO-06/PP.AMS/II/2007 TENTANG
ATRIBUT ORGANISASI ANGKATAN MUDA SILIWANGI ( Pasal 1, 2, 3 )
NOMOR : PO-07/PP.AMS/II/2007 TENTANG
PEMBENTUKAN BADAN DAN LEMBAGA DI LINGKUNGAN ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO-08/PP.AMS/II/2007 TENTANG
HUBUNGAN/KERJASAMA ANGKATAN MUDA SILIWANGI DENGAN ORGANISASI YANG DIDIRIKAN
NOMOR : PO-09/PP.AMS/II/2007 TENTANG
KODE DISTRIK/PERWAKILAN ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO-10/PP.AMS/II/2007 TENTANG
PERNYATAAN POLITIK RAPAT PIMPINAN PARIPURNA ANGKATAN MUDA SILIWANGI TAHUN 2007
ANGGARAN DASAR ANGKATAN MUDA SILIWANGI
PEMBUKAANCita-cita Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bisa dicapai secara damai demokratis jika Pancasila sebagai dasar falsafah Negara dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan kenegaraan diamalkan dan dihormati dengan adil dan benar serta jujur dan konsisten.
Perjalanan Dua Puluh Satu tahun merdeka telah mengalami bencana krisis kepemimpinan Nasional yang terus memburuk menjadi tirani demokrasi terpimpin di jaman kegelapan rezim Seratus Menteri dengan terpancangnya tonggak penghianatan Gestapu PKI sebagai batas garis darah pemisah antara rakyat Indonesia dengan gerombolan komunis dan antek-anteknya. Hal ini berarti suatu peringatan bagi bangsa Indonesia untuk selalu waspada didalam menegakan tatakrama kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan hukum dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber moral Politik Nasional.
Mengingat betapa perlu dan mendesaknya kerja sama diantara semua golongan dan lapisan masyarakat yang sama-sama berke-Tuhan–an Yang Maha Esa dan berkebudayaan didalam mengemban tugas sejarah berupa pengamanan dan peningkatan perjuangan bangsa yang telah memasuki Gapura Raya Jaman Baru, maka sesuai dengan Amanat Penderitaan Rakyat dan tuntutan hati nurani rakyat yang menjiwai kebangkitan Angkatan’66 sebagai kekuatan sosial politik baru di Indonesia, terbinanya kepemimpinan baru yang jujur berilmu dan cerdas berwibawa serta hormat bertanggung jawab kepada rakyat merupakan tuntutan jaman yang harus disadari dan dipenuhi oleh putra-putri Indonesia yang merasakan adanya getaran Indonesia Baru serta memiliki rasa tanggung jawab atas kehormatan dan keselamatan bersama sebagai suatu bangsa yang besar.
Menyadari akan bahaya didalam masa peralihan arus sejarah Nasional dari otokrasi istana menjadi demokrasi Pancasila maka kami Angkatan Muda yang bergerak dibawah Panji Bhakti Siliwangi dan semboyan perjuangan PAKUSARAKAN ! , dengan ini menyatakan tekad kami untuk merapatkan barisan dalam rangka :
- Pengokohan Angkatan Muda sebagai pelopor dan komponen vital perjuangan bangsa - Pembentukan kader inti Siliwangi sebagai warga kader Nasional yang berwatak, berotak
serta hormat bertanggung jawab kepada rakyat, yang didalam segala bidang kehidupan merupakan unsur pembaharu.
- Pembinaan wilayah Siliwangi dalam rangka Nasional se Nusantara Indonesia.
Berdasarkan kesemuanya itu maka didirikanlah Angkatan Muda Siliwangi sebagai Lembaga Patriotisme Angkatan Muda Indonesia yang berada di bumi Siliwangi sebagai tanah budaya indah tempat penggemblengan persatuan Nasional Bhineka Tunggal Ika yang pada tahun pertama sesuai dengan batas-batas kemampuan yang ada mendharma bhaktikan karya dan cipta bersama dilembur matuh banjar karang pamidangan lemah cai tempat bali geusan ngajadi, untuk terus bergerak dengan selalu eling akan purwadaksina Wangsit Siliwangi
menuju wujud masyarakat, bangsa dan antar bangsa yang bebas dewasa serta adil sejahtera dengan ridho Allah SWT.
B A B I
NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN DAN WILAYAH Pasal 1
1. Organisasi ini bernama ANGKATAN MUDA SILIWANGI, disingkat AMS
2. AMS, didirikan pada hari Jum’at, tanggal 10 Nopember 1966 di Bandung, untuk waktu yang tidak ditentukan.
3. Organisasi Tingkat Pusat berkedudukan di Bandung. 4. Wilayah AMS adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia
B A B II
ASAS, TUJUAN DAN TUGAS Pasal 2
AMS , berasaskan Pancasila
Pasal 3
Tujuan AMS adalah mewujudkan cita-cita Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pasal 4 Tugas pokok AMS adalah :
(1) Mengembangkan keberadaan organisasi sebagai kekuatan masyarakat dalam rangka membangun perwujudan masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
(2) Membina potensi AMS untuk diarahkan kepada terwujudnya masyarakat yang mandiri, bermartabat serta demokratis berdasarkan Pancasila.
(3) Menggalang solidaritas masyarakat Indonesia dalam memperkokoh Persatuan dan Kesatuan.
BAB III
SIFAT, FUNGSI DAN STATUS Pasal 5
AMS bersifat kekeluargaan, kesetiaan, kejujuran dan rasa tanggung jawab sebagaimana tersurat dan tersirat dalam semboyan silih asih, silih asah, silih asuh, yang dijiwai
kepemimpinan Siliwangi sebagaimana tercermin dalam Catur Watak : Leber wawanen, kukuh kana jangji, silih wawangi, medangkeun kamulyaan.
Pasal 6
AMS adalah lembaga dan gerakan patriotisme sebagai wadah berhimpunnya para kader-kader bangsa yang memiliki persamaan kehendak untuk mencapai dan mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pasal 7 AMS adalah organisasi Kemasyarakatan
BAB IV
LAMBANG, PANJI, DOKTRIN, IKRAR, LAGU DAN ATRIBUT Pasal 8
AMS mempunyai Lambang, Panji, Doktrin, Ikrar, Lagu dan Atribut yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
B A B V K E D A U L A T A N
Pasal 9
Kedaulatan AMS berada ditangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Kongres
BAB VI
K E A N G G O T A A N Pasal 10
(1) Anggota AMS adalah warga Negara Republik Indonesia yang dengan sukarela mengajukan permintaan menjadi anggota serta memenuhi persaratan yang ditentukan oleh organisasi.
(2) Tata Cara penerimaan Anggota seperti yang dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
(3) Keanggotaan AMS terdiri atas : a. Anggota biasa
B A B VII
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Pasal 11
Setiap anggota berkewajiban untuk :
(1) Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan organisasi.
(2) Memegang teguh Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi. (3) Aktif melaksanakan program-program organisasi
Pasal 12 (1) Setiap anggota mempunyai hak :
a. Hak berbicara dan hak suara b. Hak memilih dan dipilih c. Hak membela diri
(2) Tentang penggunaan hak-hak anggota seperti tersebut dalam ayat (1) pasal ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB VIII
SUSUNAN ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN Pasal 13
Susunan Organisasi terdiri atas :
(1) Organisasi Tingkat Pusat berkedudukan di Bandung
(2) Organisasi Tingkat Distrik berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten / Kota (3) Organisasi Tingkat Rayon berkedudukan di Ibu Kota Kecamatan
(4) Dilingkungan masyarakat tertentu karena kebutuhan pembinaan dan pengembangan organisasi, dapat dibentuk komisariat yang kedudukannya setingkat Rayon.
(5) Organisasi Tingkat Sub Rayon berkedudukan di Desa atau Kelurahan
(6) Diluar Propinsi Jawa Barat dapat dibentuk Pengurus Perwakilan Organisasi yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 14 Susunan kepengurusan terdiri atas :
(1) Kepengurusan Organisasi Tingkat Pusat adalah Pengurus Pusat (2) Kepengurusan Organisasi Tingkat Distrik adalah Pengurus Distrik (3) Kepengurusan Organisasi Tingkat Rayon adalah Pengurus Rayon
(4) Kepengurusan Organisasi setingkat Rayon lainnya adalah Pengurus Komisariat (5) Kepengurusan Organisasi Tingkat Sub Rayon adalah Pengurus Sub Rayon (6) Kepengurusan Perwakilan Organisasi adalah Pengurus Perwakilan
Pasal 15
Setiap tingkat kepengurusan memerlukan pengesahan : (1) Pengurus Pusat oleh Kongres
(2) Pengurus Distrik, Pengurus Rayon/Komisariat, Pengurus Sub Rayon, masing-masing disahkan oleh Pengurus setingkat lebih atas.
(3) Pengurus Perwakilan disahkan oleh Pengurus Pusat
(4) Pengurus Lembaga Ekstra Struktural disahkan oleh Pengurus AMS yang sesuai dengan masing-masing tingkatannya.
Pasal 16
AMS dalam rangka pelaksanaan program dapat membentuk Lembaga/Badan Otonom yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga
Pasal 17
AMS menjalin hubungan baik dengan organisasi Kemasyarakatan yang mempunyai kesamaan dan hubungan nilai-nilai dasar dan kesejarahan.
B A B IX
WEWENANG DAN KEWAJIBAN PENGURUS Pasal 18
Pengurus Pusat mempunyai wewenang :
(1) Menentukan kebijakan dan Peraturan Organisasi
(2) Mengesahkan susunan dan Personalia Pengurus Distrik, Pengurus Perwakilan dan Lembaga-lembaga Ekstra Struktural Tingkat Pusat
(3) Menetapkan penggantian unsur Pengurus Distrik, Unsur pengurus Perwakilan dan Lembaga-lembaga / Badan Otonom Tingkat Pusat.
Pasal 19 Pengurus Pusat berkewajiban :
(1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan-keputusan Kongres, Kongres Luar Biasa, Rapat Pimpinan Paripurna Pusat dan Rapat Kerja Tingkat Pusat.
(2) Memberikan pertanggung jawaban kepada Kongres, Kongres Luar Biasa
(3) Melakukan pembinaan organisasi terhadap Distrik-distrik / Pengurus Perwakilan, Lembaga-lembaga Ekstra Struktural Tingkat Pusat dan Badan-Badan Otonom Tingkat Pusat.
Pasal 20 Pengurus Distrik mempunyai wewenang :
(1) Menentukan kebijaksanaan organisasi pada Tingkat Distrik sesuai dengan garis kebijaksanaan Pengurus Pusat.
(2) Menetapkan penggantian unsur Pengurus Rayon / Komisariat dan unsur Pengurus Lembaga-lembaga Ekstra Struktural Tingkat Distrik
(3) Mengesahkan susunan dan personalia Pengurus Rayon / Komisariat dan Pengurus Lembaga-lembaga Ekstra Struktural Tingkat Distrik
(4) Membentuk lembaga-lembaga Ekstra Struktural Tingkat Distrik.
Pasal 21 Pengurus Distrik berkewajiban :
(1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan-keputusan Kongres, Kongres Luar Biasa, Musyawarah Distrik/Musyawarah Distrik Luar Biasa, Rapat Pimpinan Paripurna dan Rapat kerja baik Tingkat Pusat maupun Tingkat Distrik.
(2) Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah Distrik / Musyawarah Distrik Luar Biasa.
(3) Melaksanakan pembinaan Organisasi terhadap Rayon / Komisariat, Lembaga-lembaga Ekstra Struktural Tingkat Distrik dan Badan-Badan Otonom Tingkat Distrik.
Pasal 22
Ketentuan-ketentuan seperti tersebut pada pasal 20 dan 21 berlaku pula untuk Pengurus Rayon / Komisariat, Sub Rayon sesuai dengan tingkat kewenangan dan kewajibannya
B A B X
DEWAN PENASEHAT Pasal 23
(1) Dewan Penasehat merupakan Badan yang memberikan nasehat, bimbingan serta pengayoman kepada Pengurus Organisasi pada masing tingkatannya, apabila diminta (2) Keanggotaan , kedudukan dan wewenang Dewan Penasehat diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga
B A B XI MAJELIS PENDIRI
Pasal 24
(1) Majelis Pendiri adalah wadah non struktural tempat berhimpunnya para pendiri AMS dan tokoh-tokoh yang telah berjasa kepada organisasi dan hanya dibentuk di Tingkat Pusat.
(2) Majelis Pendiri dapat memberi saran dan nasehat terhadap pelaksanaan kegiatan Organisasi.
B A B XII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal 25
Musyawarah dan rapat-rapat terdiri atas : a. Kongres
b. Kongres Luar Biasa
c. Rapat Pimpinan Paripurna Pusat d. Rapat Kerja tingkat Pusat
e. Musyawarah Distrik
f. Musyawarah Distrik Luar Biasa
g. Rapat Kerja Tingkat Distrik / Pengurus Perwakilan, Rayon dan Sub Rayon h. Musyawarah Rayon/Komisariat
i. Musyawarah Rayon Luar Biasa j. Musyawarah Sub Rayon
k. Musyawarah Sub Rayon Luar Biasa l. Rapat-rapat lainnya
Pasal 26 (1) Kongres
a. Pemegang Kedaulatan Tertinggi Organisasi
b. Menetapkan dan atau menyempurnakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga
c. Menetapkan Program Umum Organisasi
d. Meminta dan menilai pertanggung jawaban Pengurus Pusat
e. Memilih dan mengangkat Pengurus Pusat dan Dewan Penasehat Pusat f. Kongres dilaksanakan satu kali dalam 5 ( lima ) tahun
(2) Dalam keadaan terpaksa suatu Kongres ditangguhkan maka seluruh Kepengurusan dapat memegang jabatannya melampaui masa bhakti yang seharusnya sampai pada saat yang dimungkinkan diadakannya suatu Kongres.
(3) Kongres Luar Biasa
a. Kongres Luar Biasa merupakan forum organisasi yang memiliki kedaulatan tertinggi dalam organisasi dan memiliki kewenangan atau kekuasaan sama dengan Kongres
b. Kongres Luar Biasa dapat diselenggarakan atas pengajuan usul tertulis dari 2/3 jumlah Distrik dan Perwakilan
c. Kongres Luar Biasa AMS dapat diselenggarakan apabila 2/3 jumlah Pengurus Pusat AMS mengundurkan diri secara tertulis dengan alasan tidak bisa bekerja sama dengan Ketua Umum AMS.
d. Kongres Luar Biasa AMS dapat diselenggarakan apabila Ketua Umum AMS berhalangan tetap dalam kurun waktu sisa masa bhaktinya lebih dari 12 (dua belas ) bulan.
e. Kongres Luar Biasa AMS dapat diselenggarakan apabila dalam jangka waktu lebih dari 6 (enam) bulan setelah masa berakhirnya masa bhaktinya, Pengurus Pusat AMS tidak menyelenggarakan Kongres.
f. Kongres Luar Biasa AMS terpaksa diadakan mengingat huruf a,b,c,d,e pasal ini, oleh Distrik dan Pengurus Perwakilan.
(4) Rapat Pimpinan Paripurna Tingkat Pusat
a. Merupakan Forum tertinggi Organisasi setingkat dibawah Kongres
b. Berhak mengambil segala keputusan yang secara khusus bukan merupakan wewenang yang dimiliki Kongres atau wewenang yang telah didelegasikan kepada Pengurus Pusat
c. Diadakan sedikitnya 1 (satu) kali diantara 2 (dua) Kongres (5) Rapat Kerja Tingkat Pusat
a. Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan Program Kerja dan menetapkan pelaksanaan selanjutnya.
b. Diadakan sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun (6) Musyawarah Distrik / Pengurus Perwakilan
a. Pemegang kedaulatan tertinggi di tingkat Distrik / Pengurus Perwakilan
b. Menyusun program Distrik / Pengurus Perwakilan dalam rangka menjabarkan Program Umum Organisasi
c. Meminta dan menilai pertanggung jawaban Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan
d. Memilih dan mengangkat Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan dan Dewan Penasehat Distrik / Dewan Penasehat Perwakilan
e. Menetapkan keputusan lainnya
f. Diadakan 1 ( satu ) kali dalam 5 ( lima ) tahun
(7) Musyawarah Distrik Luar Biasa mengacu kepada Kongres Luar Biasa (Mutatis Mutandis) sebagaimana diatur dalam pasal 26 ayat 3 Anggaran Dasar ini.
(8) Rapat Kerja Tingkat Distrik / Pengurus Perwakilan
a. Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan program Distrik / Pengurus Perwakilan dan menetapkan program selanjutnya.
b. Diadakan sedikitnya sekali dalam 2 (dua) tahun (9) Musyawarah Rayon / Komisariat
a. Pemegang kedaulatan tertinggi ditingkat Rayon / Komisariat
c. Meminta dan menilai pertanggung jawaban Pengurus Rayon / Komisariat
d. Memilih dan mengangkat Pengurus Rayon / Komisariat dan Dewan Penasehat Rayon / Komisariat
e. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya f. Diadakan 1 ( satu ) kali dalam 5 (lima ) tahun
(10) Musyawarah Rayon/Komisariat Luar Biasa mengacu kepada Kongres Luar Biasa (Mutatis Mutandis) sebagaimana diatur dalam pasal 26 ayat 3 Anggaran Dasar ini. (11) Musyawarah Sub Rayon
a. Pemegang kedaulatan tertinggi ditingkat Sub Rayon
b. Menyusun Program Sub Rayon dalam rangka Program Rayon c. Meminta dan menilai pertanggung jawaban Pengurus Sub Rayon
d. Memilih dan mengangkat Pengurus Sub Rayon dan Dewan Penasehat Sub Rayon e. Menetapkan kepurtusan-keputusan lainnya
f. Diadakan 1 (satu ) kali dalam 5 (lima) tahun
(12) Musyawarah Sub Rayon Luar Biasa mengacu kepada Kongres Luar Biasa (Mutatis Mutandis) sebagaimana diatur dalam pasal 26 ayat 3 Anggaran Dasar ini.
(13) Rapat –rapat lainnya
Yang diadakan berdasarkan kebutuhan pada setiap tingkat kepengurusan
(14) Unsur peserta musyawarah dan rapat-rapat seperti dimaksud dalam pasal 25 dan 26 Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah tangga
B A B XIII
QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 27
(1) Musyawarah dan rapat-rapat seperti tersebut dalam pasal 25 dan 26 adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta
(2) Dalam hal musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan pengurus sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah peserta harus hadir
(3) Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga : a. Sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari jumlah peserta Kongres harus hadir
b. Keputusan adalah sah apabila diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah peserta yang hadir
c. Pengambilan keputusan pada azasnya diupayakan sejauh mungkin dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat agar mempunyai kekuatan yang bulat dan utuh dan apabila hal ini tidak tercapai maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.
B A B XIV
KEUANGAN DAN HARTA BENDA Pasal 28
Keuangan dan harta benda AMS diperoleh dari : a. Iuran anggota
b. Sumbangan yang tidak mengikat dan usaha-usaha lain yang sah serta tidak merugikan nama baik Organisasi
B A B XV
PEMBUBARAN ORGANISASI DAN LIKUIDASI Pasal 29
Pembubaran Organisasi hanya dapat dilakukan didalam suatu Kongres yang khusus diadakan untuk itu, dengan ketentuan quorum seperti diatur dalam Pasal 27 ayat (3) Anggaran Dasar ini
Pasal 30
Kongres yang diselenggarakan seperti yang dimaksud dalam pasal 26 menetapkan pula tentang keuangan / harta benda organisasi
B A B XVI
PERATURAN PERALIHAN Pasal 31
Peraturan-peraturan dan badan-badan yang ada tetap berlaku selama belum diadakan perubahan dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.
B A B XVII P E N U T U P
Pasal 32
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan atau Peraturan Organisasi
Ditetapkan di : B A N D U N G Pada Tangga : 16 Januari 2010
PIMPINAN KONGRES VIII ANGKATAN MUDA SILIWANGI Ketua, WAWAN DARMAWAN Wakil Ketua, MOELYADI ASMAYADIPOETRA Sekretaris, MUHADIK, M.Pd Anggota, AZAT WITARSA, SH Anggota,
ANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
BAB I
LAMBANG, PANJI, DOKTRIN, IKRAR, LAGU DAN ATRIBUT LAINNYA. Pasal 1
(1) Lambang AMS adalah Kepala Harimau dengan dua kujang Pusaka berlubang Empat dan bertuliskan SILIWANGI AMS PAKUSARAKAN.
(2) Panji AMS adalah berwarna kuning emas berhiaskan Lambang Organisasi ditengah-tengahnya berwarna hitam dengan ukuran 90 Cm x 150 Cm.
(3) Doktrin, Ikrar, Lagu dan atribut-atribut lainnya diatur dalam peraturan organisasi BAB II
KEANGGOTAAN Pasal 2
Warga Negara Indonesia yang dapat diterima menjadi anggota AMS harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
(1) Telah berumur 17 tahun
(2) Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi.
(3) Menerima AD, ART, program Umum Organisasi dan peraturan-peraturan organisasi (4) Menyatakan diri menjadi anggota AMS melalui peringkat organisasi terbawah yang
ada
(5) Ditetapkan dan disahkan oleh Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan sesuai dengan peraturan organisasi.
Pasal 3
Anggota Kehormatan
(1) Anggota Kehormatan adalah tokoh-tokoh yang dianggap telah berjasa kepada organisasi yang keanggotaannya ditentukan oleh keputusan organisasi.
(2) Anggota Kehormatan tingkat Pusat ditentukan oleh Pengurus Pusat sedangkan Anggota Kehormatan lainnya ditentukan oleh Kepengurusan setingkat lebih tinggi diatasnya.
BAB III
KEWAJIBAN, HAK ANGGOTA DAN LARANGAN Pasal 4
Setiap anggota berkewajiban :
(1) Mentaati AD dan ART serta seluruh keputusan-keputusan Organisasi. (2) Mentaati dan melaksanakan segala peraturan organisasi.
(3) Membantu pengurus dalam melaksanakan tugas dan kewajiban organisasi.
(4) Menentang setiap usaha dan tindakan yang merugikan kepentingan dan nama baik organisasi.
(5) Mengamankan dan memperjuangkan kebijaksanaan organisasi. (6) Membayar iuran
Pasal 5 Setiap anggota berhak :
(1) Berhak memperoleh perlakuan yang sama dari organisasi.
(2) Mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul-usul dan saran-saran. (3) Memilih dan dipilih.
(4) Memperoleh perlindungan, pembelaan
(5) Memperoleh pendidikan kader dan bimbingan dari organisasi. Pasal 6
Ketentuan-ketentuan dalam pasal 4 dan pasal 5 tentang kewajiban dan hak anggota berlaku bagi setiap anggota Organisasi, kecuali anggota kehormatan tidak memiliki hak memilih.
Pasal 7
(1) Anggota tidak dibenarkan melakukan tindakan dan atau mempublikasikan (menyebarluaskan) kepada umum hal-hal yang bersifat merugikan nama baik dan kepentingan organisasi baik langsung maupun tidak langsung.
(2) Pengurus yang tidak aktif, melalaikan tugas dan menghambat mekanisme organisasi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat (3) Anggaran Rumah Tangga ini.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (1) dan (2) pasal ini, dapat dikenakan tindakan administratif organisasi sebagai berikut :
a. Teguran/peringatan organiosasi. b. Skorsing Keanggotaan/Pengurus. c. Pemecatan/pemberhentian.
(4) Pelaksanaan tindakan administratif tersebut pada ayat (3) pasal ini, dilaksanakan oleh Pengurus Pusat dan atau Pengurus Distrik/ Pengurus Perwakilan.
Pasal 8
Tata cara pembelaan diri anggota akan diatur dalam peraturan organisasi.
BAB IV
PEMBERHENTIAN ANGGOTA Pasal 9
Anggota berhenti karena : (1) Meninggal Dunia. (2) Atas permintaan sendiri. (3) Diberhentikan.
BAB V
SUSUNAN PENGURUS Pasal 10
(1) Pengurus Pusat terdiri atas : a. Ketua Umum
b. Ketua-ketua c. Sekretaris Jenderal
d. Wakil-wakil Sekretaris Jenderal e. Bendahara Umum
f. Wakil-wakil Bendahara Umum g. Ketua-ketua Departemen
(2) Pada tiap-tiap wilayah dapat ditunjuk Koordinator Wilayah (KORWIL) sebagai Pembantu Pengurus Pusat di wilayahnya yang kewenangannya diatur oleh Pengurus Pusat.
(3) Ketua Umum dipilih oleh Kongres.
(4) Tata cara Pemilihan Ketua Umum dan penetapan kepengurusan tingkat Pusat diatur oleh Tata Tertib.
Pasal 11
(1) Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan terdiri atas :
a. Ketua b. Wakil-wakil Ketua c. Sekretaris d. Wakil-wakil Sekretaris e. Bendahara f. Wakil-wakil Bendahara g. Ketua-ketua Biro
(2) Pada tiap-tiap wilayah ditunjuk Koordinator Wilayah (KORWIL) yang kedudukannya setingkat dengan Wakil Ketua sebagai Pembantu Pengurus Distrik di wilayahnya yang kewenangannya diatur oleh Pengurus Distrik.
Pasal 12 (1) Pengurus Rayon/Komisariat terdiri atas :
a. Ketua. b. Wakil-wakil Ketua. c. Sekretaris. d. Wakil-wakil Sekretaris. e. Bendahara. f. Wakil-wakil Bendahara. g. Ketua-ketua Bidang.
(2) Pada tiap-tiap wilayah dapat ditunjuk Koordinator Wilayah (KORWIL) yang kedudukannya setingkat dengan Wakil Ketua sebagai Pembantu Pengurus Rayon di wilayahnya yang kewenangannya diatur oleh Pengurus Rayon.
Pasal 13 Pengurus Sub Rayon terdiri atas :
a. Ketua. b. Wakil-wakil Ketua. c. Sekretaris. d. Wakil-wakil Sekretaris. e. Bendahara. f. Wakil-wakil Bendahara. g. Ketua-ketua Bagian.
Pasal 14
(1) Pengisian lowongan antar waktu Personalia Pengurus Pusat dilakukan oleh Rapat Pimpinan Paripurna.
(2) Calon-calon diajukan oleh Pengurus Pusat setelah berkonsultasi dengan Dewan Penasehat Pusat.
(3) Sebelum diadakan rapat pimpinan Paripurna, maka Pengurus Pusat dapat mengisi lowongan tersebut dengan menunjuk penjabat.
Pasal 15
Pengisian lowongan antar waktu Personalia Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan disyahkan oleh Pengurus Pusat berdasarkan usulan Pengurus Distrik setelah berkonsultasi dengan Dewan Penasehat Distrik.
Pasal 16
Pengisian lowongan antar waktu personalia Pengurus Rayon/Komisariat disyahkan oleh Pengurus Distrik berdasarkan usul Pengurus Rayon setelah berkonsultasi dengan Penasehat Rayon.
Pasal 17
Pengisian lowongan antar waktu personalia Pengurus Sub Rayon disahkan oleh Pengurus Rayon berdasarkan usul Pengurus Sub Rayon setelah berkonsultasi dengan Dewan Penasehat Sub Rayon.
Pasal 18
Masa jabatan penggantian antar waktu berakhir pada waktu jabatan yang digantikannya berakhir.
BAB VI
PEDOMAN TATA KERJA Pasal 19
(1) Demi tertibnya pelaksanaan mekanisme organisasi, Pengurus Pusat wajib membuat Pedoman Tata Kerja yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi lainnya.
(2) Untuk memudahkan terlaksananya tujuan organisasi sesuai dengan kondisi masing-masing Distrik / Pengurus Perwakilan, setiap Distrik / Pengurus Perwakilan harus membuat Pedoman Tata Kerja yang berlaku untuk Distrik / Pengurus Perwakilan yang bersangkutan. Setelah mendapat pengesahan dari Pengurus Pusat yang tidak boleh bertentangan dengan AD dan ART serta peraturan-peraturan organisasi lainnya.
(3) Hal tersebut seperti yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini berlaku pula bagi masing-masing Rayon/Komisariat dan Sub Rayon dengan mendapat pengesahan dari Pengurus yang setingkat lebih atas.
BAB VII
SUSUNAN DEWAN PENASEHAT Pasal 20
Susunan Dewan Penasehat terdiri atas : a. Ketua b. Wakil Ketua c. Sekretaris d. Wakil Sekretaris e. Anggota-anggota BAB VIII
PERSONALIA DEWAN PENASEHAT Pasal 21
Susunan Dewan Penasehat dipilih dan ditetapkan oleh Formatur. BAB IX
KEDUDUKAN DAN WEWENANG DEWAN PENASEHAT Pasal 22
Dewan Penasehat merupakan Dewan yang bersifat kolektif yang dibentuk ditingkat Pusat, Distrik / Pengurus Perwakilan, Rayon/Komisariat, dan Sub Rayon.
Pasal 23
Keputusan-keputusan atau saran-saran Dewan Penasehat diambil dalam suatu rapat Dewan Penasehat sehingga mencerminkan kolektivitas.
BAB X
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PENDIRI Pasal 24
(1) Susunan dan kedudukan Majelis Pendiri diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
BAB XI
LEMBAGA-LEMBAGA Pasal 25
(1) Berdasarkan kebutuhan dengan disertai alasan yang benar dan tepat, Pengurus Pusat dapat membentuk lembaga-lembaga / Badan Otonom.
(2) Sebagaimana ayat (1), baik mengenai pengertian, jenis, tata cara pembentukan dan tata kerjanya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi
BAB XII
PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal 26
(1) Peserta Kongres terdiri atas : a. Pengurus Pusat.
b. Unsur Dewan Penasehat Pusat c. Unsur Pendiri.
d. Unsur Pengurus Distrik dengan menyertakan unsur Rayon. e. Unsur Perwakilan.
f. Organisasi / Lembaga ekstra struktural Tingkat Pusat yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
g. Perorangan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
(2) Peninjau Kongres adalah Lembaga/Badan Otonom Tingkat Pusat dan Perorangan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
(3) Peserta dan Peninjau Kongres Luar Biasa adalah sama seperti tersebut dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini.
(4) Pimpinan Kongres dipilih dari dan oleh peserta.
(5) Sebelum Pimpinan Kongres terpilih, Pengurus Pusat bertindak sebagai Pimpinan sementara.
Pasal 27 Rapat Pimpinan Paripurna Pusat dihadiri oleh :
(1) Pengurus Pusat.
(2) Unsur Dewan Penasehat Pusat.
(3) Unsur Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan.
(4) Organisasi/Lembaga Ekstra Struktural Tingkat Pusat yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat
Pasal 28
Rapat Kerja Tingkat Pusat dihadiri oleh unsur peserta yang sama dengan peserta Rapat Pimpinan Paripurna Pusat.
Pasal 29
(1) Musyawarah Distrik dan Musyawarah Distrik Luar Biasa dihadiri oleh :
a. Unsur Pengurus Pusat.
b. Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan. c. Unsur Dewan Penasehat Distrik
d. Unsur Pengurus Rayon yang menyertakan unsur Sub Rayon e. Komisariat
f. Organisasi/Lembaga Ekstra Struktural Tingkat Distrik / Pengurus Perwakilan. Yang ditetapkan oleh Pengurus Distrik
g. Perorangan yang ditetapkan oleh Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan. h. Unsur Pengurus Sub Rayon.
(2) Peninjau Musyawarah Distrik dan Musyawarah Distrik Luar Biasa adalah perorangan dan Lembaga/Badan Otonom Tingkat Disktrik yang ditentukan oleh Pengurus Distrik / Pengurus Perwakilan.
Pasal 30
Rapat Kerja Tingkat Distrik / Pengurus Perwakilan dihadiri oleh : (1) Unsur Pengurus Pusat.
(2) Pengurus Distrik.
(3) Unsur Dewan Penasehat Distrik.
(4) Unsur Pengurus Rayon yang menyertakan unsur Sub Rayon. (5) Unsur Komisariat.
(6) Organisasi/Lembaga Ekstra Struktural Tingkat Distrik yang ditetapkan oleh Pengurus Distrik .
(7) Perorangan yang ditetapkan oleh Pengurus Distrik . Pasal 31 (1) Peserta Musyawarah Rayon terdiri atas :
a. Unsur Pengurus Distrik. b. Pengurus Rayon.
c. Unsur Dewan Penasehat Rayon d. Unsur Pengurus Sub Rayon.
e. Organisasi/Lembaga Ekstra Struktural Tingkat Rayon yang ditetapkan oleh Pengurus Rayon.
f. Perorangan yang ditentukan oleh Pengurus Rayon.
(2) Peninjau Musyawarah Rayon adalah Perorangan dan Lembaga/Badan Otonom Tingkat Rayon yang ditentukan oleh Pengurus Rayon.
Pasal 32 (1) Peserta Musyawarah Sub Rayon terdiri atas :
a. Unsur Pengurus Rayon. b. Pengurus Sub Rayon.
c. Unsur Dewan Penasehat Sub Rayon
d. Organisasi/Lembaga Ekstra Struktural Tingkat Sub Rayon yang ditetapkan oleh Pengurus Sub Rayon.
e. Perorangan yang ditentukan oleh Pengurus Sub Rayon
(2) Peninjau Musyawarah Sub Rayon adalah Perorangan dan atau Lembaga/Badan Otonom Tingkat Sub Rayon yang ditentukan oleh Pengurus Sub Rayon.
Pasal 33
Jumlah terperinci Peserta Musyawarah dan Rapat-rapat seperti tersebut pada Bab XII Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dalam Peraturan tersendiri.
BAB XIII
HAK BICARA DAN HAK SUARA Pasal 34
Hak Bicara dan Hak Suara pada peserta Musyawarah dan Rapat-rapat yang diatur sebagai berikut :
(1) Hak Bicara pada dasarnya menjadi hak perorangan yang penggunaannya dapat diatur oleh kelompok-kelompok peserta.
(2) Hak Suara yang digunakan dalam pengambilan Keputusan pada dasarnya dimiliki oleh Anggota/Peserta yang penggunaannya dilakukan melalui kelompok peserta.
BAB XIV KEUANGAN
Pasal 35
(1) Iuran Anggota ditentukan dalam peraturan Organisasi
(2) Hal yang menyangkut pemasukan dan pengeluaran untuk dan dari Organisasi Wajib dipertanggung jawabkan setiap tahun kepada Lembaga/forum yang ditetapkan dalam Peraturan Organisasi.
(3) Penerimaan dan Pengeluaran uang dalam rangka Penyelenggaraan kongres, Kongres Luar Biasa, Musyawarah Distrik, Musyawarah Distrik Luar Biasa, Musyawarah Rayon, dan Musyawarah Sub Rayon harus dipertanggung jawabkan kepada Pengurus Organisasi sesuai tingkatannya melalui Panitia Verifikasi yang dibentuk oleh Pengurus sesuai tingkatannya.
BAB XV
PERATURAN PERALIHAN Pasal 36
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dan atau ditetapkan kemudian dalam Peraturan Organisasi.
BAB XVI PENUTUP
Pasal 37
Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Kongres dan berlaku sejak tanggal ditetapkannya. Ditetapkan di : B A N D U N G Pada Tanggal : 16 Januari 2010 PIMPINAN KONGRES VIII
ANGKATAN MUDA SILIWANGI Ketua, WAWAN DARMAWAN Wakil Ketua, MOELYADI ASMAYADIPOETRA Sekretaris, MUHADIK, M.Pd Anggota, AZAT WITARSA, SH Anggota,
PERATURAN ORGANISASI
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO - 01 / PP.AMS / II / 2007 Tentang
DISIPLIN DAN SANKSI ORGANISASI, SERTA PEMBELAAN DIRI PENGURUS DAN ATAU ANGGOTA ANGKATAN MUDA SILIWANGI
RAPAT PIMPINAN PARIPURNA PUSAT ANGKATAN MUDA SILIWANGI Memperhatikan : a. Bahwa Angkatan Muda Siliwangi sebagai Organisasi
Kemasyarakatan, dituntut untuk senantiasa melakukan penyesuaian dan pembaharuan sesuai dengan tantangan zaman. b. Bahwa keanggotaan organisasi Angkatan Muda Siliwangi merupakan keanggotaan aktif sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
c. Bahwa dalam rangka memantapkan peran dan jatidiri anggota Angkatan Muda Siliwangi perlu diatur suatu mekanisme pembinaan keanggotaan yang terpadu dan sejalan dengan misi Organisasi,
d. Bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut diatas, perlu ditetapkan Disiplin dan Sanksi Organisasi, serta Pembelaan Diri Pengurus dan/atau Anggota Angkatan Muda Siliwangi dalam bentuk Peaturan Organisasi.
Mengingat : 1. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 06/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Angkatan Muda Siliwangi
2. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi Nomor : 07/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Program Umum Angkatan Muda Siliwangi
3. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi Nomor : 08/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Pokok-Pokok Pikiran Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi
4. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi Nomor : 12/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Penetapan Susunan dan Personalia Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009
5. Keputusan Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Nomor : SKEP.01/PP-AMS/IX/2004, Tentang Pedoman Tata Kerja Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009
Memperhatikan : Saran dan Pendapat yang berkembang yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan Paripurna Pusat Angkatan Muda Siliwangi pada tanggal, 24 Maret 2007
M E M U T U S K A N
Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI PENGURUS PUSAT ANGKATAN MUDA SILIWANGI , NOMOR : PO – 01 / PP. AMS / II / 2007 TENTANG DISIPLIN DAN SANKSI ORGANISASI SERTA PEMBELAAN DIRI PENGURUS DAN / ATAU ANGGOTA ANGKATAN MUDA SILIWANGI
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Disiplin Organisasi Angkatan Muda Siliwangi (selanjutnya disebut “Disiplin Organisasi”) merupakan suatu tata aturan, sistem nilai dan norma yang berlaku, baik yang tersurat maupun tersirat, yang wajib ditaati dan dijalankan oleh seluruh anggota Angkatan Muda Siliwangi, baik yang menjabat dalam kepengurusan maupun tidak.
Pasal 2
Sanksi Organisasi Angkatan Muda Siliwangi (selanjutnya disebut “Sanksi Organisasi”) merupakan suatu tindakan berupa hukuman yang diambil Organisasi baik langsung maupun tidak langsung yang dijatuhkan kepada personil Pengurus dan/atau Anggota Angkatan Muda Siliwangi yang dengan itikad tidak baik telah sengaja melanggar Disiplin Organisasi.
Pasal 3
Pembelaan Diri Pengurus dan/atau Anggota Angkatan Muda Siliwangi (selanjutnya disebut “Pembelaan Diri”) adalah suatu kesempatan yang diberikan kepada Pengurus dan/atau Anggota untuk melakukan pembelaan atas adanya Sanksi Organisasi yang dijatuhkan kepadanya
BAB II
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 4
Yang termasuk sebagai pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi, yaitu : 1. Dengan itikad tidak baik :
a. melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan KONGRES, keputusan-keputusan RAPIMPUS dan/atau Peraturan Organisasi Angkatan Muda Siliwangi yang berlaku
b. melanggar keputusan dan/atau kebijakan yang telah diputuskan dan/atau diambil oleh Organisasi
c. merusak, mencemarkan dan/atau merendahkan nama dan kewajiban Organisasi. 2. Tidak memenuhi panggilan dan/atau undangan rapat-rapat dan kegiatan yang wajib
dihadiri oleh personil Pengurus Angkatan Muda Siliwangi disemua tingkatan dalam waktu 3 (tiga) bulan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan/atau tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
Pasal 5
Keputusan yang menyatakan telah terjadi pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi diambil dalam Rapat Pengurus Pleno yang diadakan khusus untuk itu.
Pasal 6
(1) Penilaian pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi yang dilakukan oleh Anggota yang bukan personil Pengurus dapat langsung diambil dalam Rapat Pengurus Pleno Angkatan Muda Siliwangi pada semua tingkatan kepengurusan
(2) Kepada yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat dimintakan keterangan secara lisan dan/atau tertulis, yang disampaikan dalam Rapat Pengurus Pleno yang diadakan untuk itu
(3) Diterima atau tidaknya keterangan tersebut diputuskan dalam rapat dimaksud
(4) Apabila yang melakukan pelanggaran tidak dapat dan/atau tidak bersedia memberikan keterangan pada Rapat Pengurus Pleno, maka penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini dapat dilaksanakan.
Pasal 7
(1) Penilaian atas pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi yang dilakukan oleh personil Pengurus diambil dalam Rapat Pengurus Pleno Angkatan Muda Siliwangi pada semua tingkatan kepengurusan
(2) Kepada yang melakukan pelanggaran diberikan hak jawab secara lisan dan/atau tertulis, yang langsung disampaikan dalam Rapat Pengurus Pleno tersebut
(3) Diterima atau tidaknya hak jawab tersebut diputuskan dalam Rapat Pengurus Pleno dimaksud
(4) Apabila hak jawab dimaksud tidak digunakan, maka penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini dapat dilaksanakan
Pasal 8
(1) Penilaian pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi yang dilakukan oleh Ketua Distrik / Ketua Rayon / Ketua Sub Rayon Angkatan Muda Siliwangi dapat diambil dalam Rapat Pengurus Pleno pada tingkatan kepengurusan diatasnya setelah memperoleh dan mempelajari dengan cermat masukan tentang pelanggaran tersebut, serta memperhatikan dan mempertimbangkan dengan seksama pandangan dan penilaian dewan penasehat Angkatan Muda Siliwangi sesuai tingkatanya
(2) Kepada yang melakukan pelanggaran diberikan hak jawab secara lisan dan/atau tertulis yang disampaikan dalam Rapat Pengurus Pleno setingkat diatasnya yang khusus diadakan untuk itu
(3) Diterima atau tidaknya hak jawab tersebut diputuskan dalam Rapat Pengurus Pleno dimaksud
(4) Apabila hak jawab dimaksud tidak digunakan, maka penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini dapat dilaksanakan
Pasal 9
(1) Penilaian pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi yang dilakukan oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi diambil dalam Rapat Pimpinan yang dihadiri oleh utusan dan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah seluruh Distrik Angkatan Muda Siliwangi
(2) Kepada Ketua Umum, jika dinilai telah melakukan pelanggaran, diberikan hak jawab secara lisan dan/atau tertulis yang disampaikan dalam Rapat tersebut
(3) Diterima atau tidaknya hak jawab tersebut diputuskan dalam Rapat Pimpinan dimaksud (4) Apabila hak jawab dimaksud tidak digunakan, maka penilaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) Pasal ini dapat dilaksanakan
Pasal 10
(1) Penilaian pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi yang dilakukan oleh perorangan pinisepuh atau penasihat dapat diambil dalam Rapat Pengurus Pleno sesuai dengan tingkatanya
(2) Kepada pinisepuh atau anggota Dewan Penasihat, jika dinilai telah melakukan pelanggaran, diberikan hak jawab secara lisan dan/atau tertulis yang disampaikan dalam Rapat tersebut
(4) Apabila hak jawab dimaksud tidak digunakan, maka penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini dapat dilaksanakan
Pasal 11
Rapat Pengurus Pleno yang diadakan khusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 – 10 Peraturan Organisasi ini disesuaikan dengan kewenangannya masing-masing sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Angkatan Muda Siliwangi BAB III
SANKSI ORGANISASI Pasal 12
(1) Bentuk Sanksi Organisasi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran Disiplin Organisasi adalah :
a. peringatan tertulis;
b. diberhentikan sementara sebagai Pengurus; c. diberhentikan sementara sebagai Anggota; d. diberhentikan sebagai Pengurus;
e. diberhentikan sebagai Anggota;
(2) Wewenang pemberian sanksi, masing-masing :
a. Peringatan tertulis diberikan oleh Pengurus sesuai tingkatanya
b. Diberhentikan sementara sebagai Pengurus diberikan oleh Pengurus sesuai tingkatanya
c. Diberhentikan sementara sebagai Anggota diberikan oleh Pengurus sesuai tingkatanya
d. Diberhentikan sebagai Pengurus diberikan oleh Pengurus satu tingkat diatasnya : i. Untuk Pengurus Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Pusat dan
dilaporkan kepada Rapat Pimpinan Pusat
ii. Untuk Pengurus Distrik dilakukan oleh Pengurus Pusat berdasarkan usul Pengurus Distrik
iii. Untuk Pengurus Rayon dilakukan oleh Pengurus Distrik berdasarkan usul Pengurus Rayon
iv. Untuk Pengurus Sub Rayon dilakukan oleh Pengurus Rayon berdasarkan usul Pengurus Sub Rayon
e. Diberhentikan sebagai Anggota diberikan oleh Pengurus Pusat berdasarkan usul Pengurus sesuai tingkatanya
Pasal 13
(1) Mekanisme pemberian Sanksi Organisasi yang dikenakan oleh Pengurus Angkatan Muda Siliwangi sesuai tingkatanya terhadap pelaku pelanggaran adalah
(b) pemberian peringatan tertulis kedua, apabila dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari pelaku pelanggaran mengabaikan dan/atau tidak mengindahkan peringatan tertulis pertama
(2) Apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari sejak peringatan tertulis kedua pelaku pelanggaran mengabaikan dan/atau tidak mengindahkan, maka masalah ini akan dibahas melalui proses sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 –10 Peraturan Organisasi ini
(3) Khusus untuk pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi yang akibat perbuatannya bersifat merugikan Organisasi secara permanen dapat dijatuhkan sanksi tanpa mekanisme peringatan dengan tetap memberi hak jawab dan sanksi yang diberikan sesuai dengan batas kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (2)
Pasal 14
Apabila semua peringatan yang disampaikan kepada individu yang melanggar Disiplin Organisasi ini diindahkan, namun masih dirasa kurang atau tidak memuaskan, maka hal ini masih dapat dibahas sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 – 10 Peraturan Organisasi ini
Pasal 15
Apabila semua peringatan terulis yang disampaikan kepada individu yang melakukan pelanggaran terhadap Disiplin Organisasi diabaikan dan/atau tidak diindahkan, maka yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai Pengurus dan/atau Anggota
Pasal 16
Apabila rapat yang membahas mengenai mekanisme Sanksi Organisasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 – 14 Peraturan Organisasi ini tidak dapat mengambil keputusan secara musyawarah mufakat, maka keputusan diambil dengan suara terbanyak
Pasal 17
Jika dalam jangka waktu 6 (enam) bulan seorang Pengurus dan/atau Anggota yang diberhentikan sementara dari kepengurusan maupun keanggotaan tidak memperlihatkan itikad baik untuk memperbaiki kesalahanya atau tidak melakukan upaya Pembelaan Diri, maka Organisasi mengambil keputusan untuk memberhentikan yang bersangkutan sebagai Pengurus dan/atau Anggota
BAB IV
PEMBELAAN DIRI Pasal 18
(1) Setiap Pengurus dan/atau Anggota yang dikenai Sanksi Organisasi dapat melakukan Pembelaan Diri
(2) Pembelaan diri sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan oleh Pengurus dan/atau Anggota yang dikenai Sanksi Organisasi kepada Pengurus Angkatan Muda Siliwangi satu tingkat diatasnya, setinggi-tingginya sampai ketingkat Pebgurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi
Pasal 19
Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah menerima permohonan Pembelaan Diri dari Pengurus dan/atau Anggota yang dikenai Sanksi Organisasi, Pengurus Angkatan Muda Siliwangi sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (2) harus melaksanakan rapat untuk mendengarkan Pembelaan Diri dan Pengurus dan/atau Anggota yang bersangkutan
Pasal 20
Pengurus Angkatan Muda Siliwangi sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (2) wajib memperhatikan muatan materi dan/atau langkah Pembelaan Diri yang dilakukan oleh Pengurus dan/atau Anggota sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 Peraturan Organisasi ini sebagi dasar pengambilan keputusan diterima atau ditolaknya upaya Pembelaan Diri yang disampaikan oleh pemohon
Pasal 21
Penerimaan atau penolakan Pengurus Angkatan Muda Siliwangi sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (2) atas permohonan Pembelaan Diri yang disampaikan oleh pemohon ditetapkan dala rapat Pengurus Pleno yang diadakan khusus untuk itu
Pasal 22
Jika upaya Pembelaan Diri sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 Peraturan Organisasi ini ditolak oleh Pengurus Angkatan Muda Siliwangi sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (2), maka Pengurus dan/atau Anggota yang dikenai Sanksi Organisasi dapat mengajukan Pembelaan Diri melalui Kongres dan/atau menempuh jalur hukum
Pasal 23
Jika Kongres dan/atau proses hukum sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 Peraturan Organisasi ini berhasil memenangkan Pengurus dan/atau Anggota yang dikenai Sanksi Organisasi dan yang khusus melalui proses hukum telah dikeluarkan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, maka keputusan Pengurus Angkatan Muda Siliwangi yang menolak Pembelaan Diri pemohon harus dibatalkan
Pasal 24
Pengurus Angkatan Muda Siliwangi wajib mengembalikan status pemohon, baik sebagai Pengurus maupun Anggota
BAB V
KETENTUAN PENUTUP Pasal 25
Dalam hal ini terjadi pemberhentian terhadap Pengurus, maka pengisisan jabatan yang lowong mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Organisasi tentang Pengisisan Jabatan Antar Waktu
Pasal 26
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan diatur dalam keputusan, kebijakan dan/atau petunjuk Organisasi Amgkatan Muda Siliwangi
Pasal 27 Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : B A N D U N G Pada Tanggal : 24 Maret 2007
RAPAT PIMPINAN PARIPURNA PUSAT ANGKATAN MUDA SILIWANGI
PENGURUS PUSAT
ANGKATAN MUDA SILIWANGI Ketua,
H. RUSNA KOSASIH, S.IP, M.Si
Sekretaris,
PERATURAN ORGANISASI
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO - 02 / PP .AMS / II / 2007 T e n t a n g
PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU
RAPAT PIMPINAN PARIPURNA PUSAT ANGKATAN MUDA SILIWANGI
Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan semua kebijakan Organisasi sebagaimana telah ditetapkan dalam KONGRES VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004,diperlukan kepengurusan yang handal dan mampu menjalankan roda Organisasi.
b. Bahwa untuk menjaga kelancaran mekanisme kerja dan kesinambungan pelaksanaan tugas Organisasi, perlu diatur suatu mekanisme pengisian jabatan antar waktu guna penetapan personil pengganti apabila suatu jabatan kepengurusan dinyatakan lowong,
c. Bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Peraturan Organisasi yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi melalui RAPIMPUS.
Mengingat : 1. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 06 / KONGRES VII / AMS / 2004 tentang Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Angkatan Muda Siliwangi
2. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 07/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Program Umum Angkatan Muda Siliwangi
3. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor :08/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Pokok-Pokok Pikiran Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi
4. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor :12/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Penetapan Susunan dan Personalia Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009, 5. Keputusan Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi tahun
2004 Nomor : SKEP.01/PP-AMS/IX/2004, Tentang Pedoman Tata kerja Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009,
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang berkembang yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan Paripurna Pusat Angkatan Muda
Siliwangi pada tanggal. 24 Februari 2007
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI ANGKATAN MUDA
SILIWANGI NOMOR : PO - 02 / PP.AMS / II / 2007 TENTANG PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
(1) Pengisian jabatan antar waktu dalam kepengurusan Angkatan Muda Siliwangi pada semua tingkatan adalah penetapan personil pengganti pada jabatan tertentu dalam kepengurusan Angkatan Muda Siliwangi karena jabatan tersebut dinyatakan lowong. (2) Keputusan yang menyatakan lowongnya suatu jabatan dalam kepengurusan Angkatan
Muda Siliwangi diambil dalam Rapat Pengurus Pleno yang diadakan khusus untuk itu. BAB II
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 2
Suatu jabatan kepengurusan Angkatan Muda Siliwangi dinyatakan dan diputuskan lowong apabila seorang Pengurus
a. Kehilangan keanggotaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Organisasi Nomor : PO-01/PP/AMS/I/2007 tentang Disiplin dan Sanksi Organisasi, Serta Pembelaan Diri Pengurus dan atau Anggota Angkatan Muda Siliwangi
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri.
c. Merangkap jabatan dalam struktur Pengurus Angkatan Muda Siliwangi setingkat dibawah maupun diatasnya.
d. Yang diberi hak untuk aktif kembali setelah menerima peringatan pertama karena mangkir dari tugas, dengan masa percobaan 6 (enam) bulan, namun ternyata mengulangi ketidakaktifannya.
e. Karena berhalangan tetap Pasal 3
Mekanisme tahapan pengambilan keputusan yang menyatakan bahwa suatu jabatan tertentu lowong, mengikuti prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Organisasi Nomor : PO-01/PP/AMS/I/2007 tentang Disiplin dan Sanksi Organisasi, serta Pembelaan Diri Anggota Angkatan Muda Siliwangi.
Pasal 4
Apabila lowongnya suatu jabatan terjadi karena hal – hal sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 Peraturan Organisasi ini, maka Rapat Pengurus Pleno dapat langsung memutuskan dan menetapkan lowongnya jabatan tersebut.
Pasal 5
(1) Pengisian jabatan lowong dan penetapan personil pengganti diambil dalam Rapat
Pengurus Pleno yang kemudian di konsultasikan dengan Dewan Penasehat di masing – masing tingkatannya.
(2) Pengurus Angkatan Muda Siliwangi mengajukan permohonan pengesahan kepada
Pengurus Angkatan Muda Siliwangi 1 (satu) tingkat di atasnya atas pengisian jabatan antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini.
(3) Khusus untuk Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi, maka pengisian jabatan dan
penetapan personil pengganti dilakukan dalam Rapat Pengurus Pleno, kemudian di konsultasikan dengan Dewan Penasehat kemudian pengesahannya dilaksanakan melalui Rapat Pimpinan.
(4) Sebelum ada pengesahan personil pengganti dapat melaksanakan tugas – tugasnya sebagai pejabat sementara.
Dalam hal yang lowong adalah jabatan Ketua Umum Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi maka penetapan jabatan antar waktu definitif terhadapnya harus diputuskan melalui Kongres Luar Biasa seperti yang diatur dalam Anggaran Dasar Bab XIII Pasal 29, ayat (3).
Pasal 7
Dalam hal yang lowong adalah jabatan Ketua Angkatan Muda Siliwangi sesuai tingkatannya maka penetapan jabatan antar waktu definitif terhadapnya harus di putuskan melalui Musyawarah Luar Biasa sesuai tingkatannya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Bab XIII Pasal 29, ayat (7).
BAB III
PENUTUP
Pasal 8
Hal – hal yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan diatur lebih lanjut dengan keputusan Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi.
Pasal 9
Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Pada Tanggal : 24 Februari 2007
RAPAT PIMPINAN PARIPURNA PUSAT
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
Pimpinan Rapat,
PENGURUS PUSAT
ANGKATAN MUDA SILIWANGI Ketua,
H. RUSNA KOSASIH, S.IP, M.Si
Sekretaris,
AZAT WITARSA, SH
PERATURAN ORGANISASI
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO - 03 / PP.AMS / II / 2007MAJELIS PENDIRI
RAPAT PIMPINAN PARIPURNA PUSAT ANGKATAN MUDA SILIWANGI Menimbang : a. Bahwa Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi yang
diselengarakan pada tahun 2004 diantaranya telah memutuskan mengenai Majelis Pendiri.
b. Bahwa Majelis Pendiri Angkatan Muda Siliwangi hanya ada pada tingkatan kepengurusan pusat
c. Bahwa untuk lebih memperjelas kedudukan, fungsi dan peranan Majelis Pendiri maka perlu ditetapkan peraturan organisasi Angkatan Muda Siliwangi
Mengingat : 1. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 06 / KONGRES VII / AMS / 2004 tentang Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Angkatan Muda Siliwangi
2. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 07/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Program Umum Angkatan Muda Siliwangi
3. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor :08/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Pokok-Pokok Pikiran Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi
4. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor :12/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Penetapan Susunan dan Personalia Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009, 5. Keputusan Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi tahun
2004 Nomor : SKEP.01/PP-AMS/IX/2004, Tentang Pedoman Tata kerja Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009,
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang berkembang yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan Paripurna Pusat Angkatan Muda Siliwangi pada tanggal. 24 Februari 2007
M E M U T U S K A N
Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI ANGKATAN MUDA
SILIWANGI NOMOR : PO - 03 / PP. AMS / II / 2007 TENTANG MAJELIS PENDIRI
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Majelis Pendiri adalah wadah non struktural tempat berhimpunnya para pendiri Angkatan Muda Siliwangi dan hanya dibentuk di Tingkat Pusat, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bab XII Pasal 27 Anggaran Dasar Angkatan Muda Siliwangi.
Pasal 2
Majelis Pendiri memiliki hubungan konsultatif dengan Dewan Penasehat Pusat maupun Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi serta memiliki hubungan komunikatif berdasarkan kebutuhan dan keadaan yang dipandang perlu.
Pasal 3
Majelis Pendiri tidak memiliki hubungan struktural dengan Dewan Penasehat Pusat maupun Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi.
BAB II
KEDUDUKAN, SIFAT DAN FUNGSI Pasal 4
(1) Majelis Pendiri merupakan badan otonom yang bersifat kolektif dan hanya berada di Tingkat Kepengurusan Pusat
(2) Majelis Pendiri berfungsi memberikan saran, nasihat, serta motivasi terhadap organisasi untuk tetap berada pada falsafah-falsafah Kejuangan Siliwangi yang telah dirancang oleh Para Pendiri
(3) Majelis Pendiri dapat mengundang Dewan Penasehat maupun Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi bila dianggap perlu untuk kepentingan seperti tertulis dalam Ayat (2)
BAB III
SUSUNAN DAN PERSONALIA Pasal 5
(1) Ketua Majelis Pendiri ditetapkan melalui Keputusan Kongres Angkatan Muda Siliwangi (2) Susunan dan personalia Majelis Pendiri terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota
(3) Sekretaris dan Anggota Majelis Pendiri ditunjuk dan ditetapkan oleh Ketua Majelis Pendiri terpilih
BAB IV PENUTUP
Pasal 6
Hal – hal yang belum diatur dalam Peraturan Organisasi ini akan diatur lebih lanjut dengan keputusan Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi.
Pasal 7 Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : B A N D U N G Pada Tanggal : 24 Februari 2007
RAPAT PIMPINAN PARIPURNA PUSAT
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
Pimpinan Rapat,
PENGURUS PUSAT
ANGKATAN MUDA SILIWANGI Ketua,
H. RUSNA KOSASIH, S.IP, M.Si
Sekretaris,
AZAT WITARSA, SH
PERATURAN ORGANISASI
ANGKATAN MUDA SILIWANGI
NOMOR : PO - 04 / PP.AMS / II / 2007T e n t a n g
KEANGGOTAAN ANGKATAN MUDA SILIWANGI
RAPAT PIMPINAN PARIPURNA PUSAT ANGKATAN MUDA SILIWANGI Menimbang : a. Bahwa setiap Warga Negara Republik Indonesia baik
sebagai perorangan maupun kelompok dapat menjadi anggota Angkatan Muda Siliwangi.
b. Bahwa pada dasarnya anggota Angkatan Muda Siliwangiadalah perorangan warga negara Republik Indonesia yangdengan sukarela mendaftarkan diri serta menyetujui AnggaranDasar , Anggaran Rumah Tangga serta Program – UmumOrganisasi.
c. Bahwa untuk menjadi anggota Angkatan Muda Siliwangi dipandang perlu dikeluarkan peraturan Organisasi yang mengatur Tata Cara dan Syarat-Syarat Penerimaan Anggota Angkatan Muda Siliwangi
Mengingat : 1. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 06 / KONGRES VII / AMS / 2004 tentang Penyempurnaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Angkatan Muda Siliwangi
2. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 07/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Program Umum Angkatan Muda Siliwangi
3. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor :08/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Pokok-Pokok Pikiran Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi
4. Keputusan Kongres VII Angkatan Muda Siliwangi tahun 2004 Nomor : 12/KONGRES VII/AMS/2004, Tentang Penetapan Susunan dan Personalia Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009, 5. Keputusan Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi tahun
Pedoman Tata kerja Pengurus Pusat Angkatan Muda Siliwangi Masa Bakti Tahun 2004 – 2009,
Memperhatikan : Saran dan pendapat yang berkembang yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan Paripurna Pusat Angkatan Muda Siliwangi pada tanggal. 24 Februari 2007
M E M U T U S K A N
Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI ANGKATAN MUDA
SILIWANGI NOMOR : PO - 04 / PP. AMS / II / 2007
TENTANG KEANGGOTAAN ANGKATAN MUDA
SILIWANGI BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Anggota Angkatan Muda Siliwangi adalah warga negara Republik Indonesia yang dengan sukarela mengajukan permintaan menjadi anggota serta memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Organisasi sebagaimana yang dimaksud Anggaran Dasar Angkatan Muda Siliwangi Bab VI Pasal 10 Ayat (1).
Pasal 2
Keanggotaan Angkatan Muda Siliwangi dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan sebagaimana yang dimaksud Anggaran Dasar Bab VI Pasal 10 Ayat (3).
Pasal 3
Setiap anggota Angkatan Muda Siliwangi mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana diatur pada Bab VII Anggaran Dasar dan Bab III Anggaran Rumah Tangga AMS, serta berhak mendapat Kartu Tanda Anggota yang selanjutnya dalam Peraturan Organisasi ini disebut KTA, sebagai jati diri keabsahanya menjadi anggota Angkatan Muda Siliwangi.
BAB II
SYARAT KEANGGOTAAN ANGKATAN MUDA SILIWANGI Pasal 4
(1) Syarat keanggotaan adalah suatu kondisi yang harus dipenuhi oleh perorangan Warga Negara Indonesia untuk menjadi anggota Angkatan Muda Siliwangi
(2) Persyaratan sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (1) diatas diatur pada Bab II Pasal 2 Anggaran Rumah Tangga Angkatan Muda Siliwangi
TATA CARA MENJADI ANGGOTA ANGKATAN MUDA SILIWANGI Pasal 5
(1) Untuk menjadi anggota Angkatan Muda Siliwangi adalah dengan mengisi formulir permohonan menjadi anggota, yang dapat diperoleh dari kepengurusan Angkatan Muda Siliwangi setempat sesuai dengan domisili anggota yang bersangkutan
(2) Bentuk formulir permohonan menjadi anggota Angkatan Muda Siliwangi dapat dilihat pada lampiran 1 (satu) Peraturan Organisasi ini
BAB IV
KEHILANGAN KEANGGOTAAN Pasal 6
(1) Yang dimaksud dengan kehilangan keanggotaan adalah lepasnya ikatan antara perorangan Anggota dengan Organisasi Angkatan Muda Siliwangi
(2) Menganti Kewargaan Negara Republik Indonesia dengan kewargaan Negara lain
Pasal 7
Kehilangan keanggotaan atas permintaan sendiri diajukan tertulis kepada Organisasi Angkatan Muda Siliwangi
Pasal 8
Kehilangan keanggotaan karena diberhentikan akibat kesalahan yang dilakukan, diatur dalam Peraturan Organisasi Nomor : PO-01/PP/AMS/I/2007 tentang Disiplin Dan Sanksi Organisasi Angkatan Muda Siliwangi
BAB V
KARTU TANDA ANGGOTA Pasal 9
(1) Kartu Tanda Anggota atau KTA merupakan bukti keanggotaan yang dikeluarkan oleh Organisasi Angkatan Muda Siliwangi
(2) KTA dikeluarkan oleh Pengurus Distrik
(3) KTA harus dibubuhi stempel kepengurusan Angkatan Muda Siliwangi yang mengeluarkanya dan ditandatangani oleh Ketua
Pasal 10
Pada dasarnya masa berlaku KTA tak terbatas selama yang bersangkutan tidak kehilangan keanggotaanya