• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dahrul Yani 1, Suyanti Kasimin 1, Indra 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dahrul Yani 1, Suyanti Kasimin 1, Indra 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI DAN

PRODUKSI KAKAO DI KECAMATAN BANDAR BARU KABUPATEN PIDIE JAYA

(Analysis Of Efficiency And Factors Affecting The Production Of Cocoa In The District Of

Dahrul Yani

1

Program Studi Agr

Abstrak - Kakao merupakan tanaman tahunan yang menjadi salah satu komoditas unggulan di sektor perkebunan, yang menjadi andalan mata pencaharian

ini untuk mengetahui faktor

produksi kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner pada 40 petani k

Baru Kabupaten Pidie Jaya. Model analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Cobb Douglas dan Efisiensi Produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor luas lahan, modal dan hama penyakit tanaman berpengaruh nyata terhadap pr

tenaga kerja dan teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kakao. Nilai R

0,91%, ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebesar 91% sedangkan sisanya sebesar 9% dijel

Efisiensi faktor produksi > 1 bahwa menunjukkan belum efisien.Oleh karena itu, diharapkan kepada para petani agar dapat meningkatkan hasil produksi usahatani kakao maka petani harus memperhatikan penggunaan tekno

penyakit tanaman agar dapat menghasilkan produksi usahatani kakao yang tinggi. Kata Kunci: Usahatani, Kakao, Produksi, Efisiensi

Abstract - Cocoa is an annual plant which became one of the main export commodi

plantation sector, which becomes the people's livelihood. The purpose of this study to determine the factors that affect the production and efficiency level of cocoa production in the District of Bandar Baru Pidie Jaya Regency. The study was co

survey in 40 cocoa farmers in the sub

analysis model used is Regression Linier Cobb Douglas and Production Efficiency. The results showed that the factor of land area

significantly affected the production while variable laborand technology did not significantly affect cocoa production. R

independent variables and the dependent variab

by other factors outside the model. Efficiency of production factors > 1 that the show has not been efficient. Therefore, it is expected to farmers in order to increase production of cocoa farming, the farmer must pay attention to the use of technology and countermeasures against plant pests and diseases in order to produce a high cocoa farm production.

Keywords: Farming, Cocoa, Production, Efficiency

ANALISIS EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KECAMATAN BANDAR BARU KABUPATEN PIDIE JAYA

(Analysis Of Efficiency And Factors Affecting The Production Of Cocoa In The District Of Airport New District Pidie Jaya)

Dahrul Yani1, Suyanti Kasimin1, Indra1*

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Kakao merupakan tanaman tahunan yang menjadi salah satu komoditas unggulan di sektor perkebunan, yang menjadi andalan mata pencaharian masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan tingkat efisiensi produksi kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner pada 40 petani kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Model analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Cobb Douglas dan Efisiensi Produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor luas lahan, modal dan hama penyakit tanaman berpengaruh nyata terhadap produksi sedangkan variabel tenaga kerja dan teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kakao. Nilai R

0,91%, ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebesar 91% sedangkan sisanya sebesar 9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Efisiensi faktor produksi > 1 bahwa menunjukkan belum efisien.Oleh karena itu, diharapkan kepada para petani agar dapat meningkatkan hasil produksi usahatani kakao maka petani harus memperhatikan penggunaan teknologi dan penanggulangan terhadap serangan hama penyakit tanaman agar dapat menghasilkan produksi usahatani kakao yang tinggi.

Usahatani, Kakao, Produksi, Efisiensi

Cocoa is an annual plant which became one of the main export commodi

which becomes the people's livelihood. The purpose of this study to determine the factors that affect the production and efficiency level of cocoa production in the District of Bandar Baru Pidie Jaya Regency. The study was conducted by a questionnaire survey in 40 cocoa farmers in the sub-district of Bandar Baru Pidie Jaya Regency. The analysis model used is Regression Linier Cobb Douglas and Production Efficiency. The results showed that the factor of land area, capital and hpt (Plant Pests and Diseases) significantly affected the production while variable laborand technology did not significantly affect cocoa production. R2 value of 0.91%, this shows that the relationship between independent variables and the dependent variable of 91% while the remaining

by other factors outside the model. Efficiency of production factors > 1 that the show has not been efficient. Therefore, it is expected to farmers in order to increase production of cocoa must pay attention to the use of technology and countermeasures against plant pests and diseases in order to produce a high cocoa farm production.

Farming, Cocoa, Production, Efficiency

KTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KECAMATAN BANDAR BARU KABUPATEN PIDIE JAYA

(Analysis Of Efficiency And Factors Affecting The Production Of Cocoa In The District Of

, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Kakao merupakan tanaman tahunan yang menjadi salah satu komoditas unggulan masyarakat. Tujuan penelitian faktor yang mempengaruhi produksi dan tingkat efisiensi produksi kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian dilakukan akao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Model analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Cobb Douglas dan Efisiensi Produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor luas lahan, oduksi sedangkan variabel tenaga kerja dan teknologi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kakao. Nilai R2sebesar 0,91%, ini menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat faktor lain diluar model. Efisiensi faktor produksi > 1 bahwa menunjukkan belum efisien.Oleh karena itu, diharapkan kepada para petani agar dapat meningkatkan hasil produksi usahatani kakao maka petani logi dan penanggulangan terhadap serangan hama penyakit tanaman agar dapat menghasilkan produksi usahatani kakao yang tinggi.

Cocoa is an annual plant which became one of the main export commodities in the which becomes the people's livelihood. The purpose of this study to determine the factors that affect the production and efficiency level of cocoa production in the nducted by a questionnaire district of Bandar Baru Pidie Jaya Regency. The analysis model used is Regression Linier Cobb Douglas and Production Efficiency. The (Plant Pests and Diseases) significantly affected the production while variable laborand technology did not significantly %, this shows that the relationship between % while the remaining 9% is explained by other factors outside the model. Efficiency of production factors > 1 that the show has not been efficient. Therefore, it is expected to farmers in order to increase production of cocoa must pay attention to the use of technology and countermeasures against plant pests and diseases in order to produce a high cocoa farm production.

(2)

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan yang

nasional, khususnya sebagai penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dandevisa negarasebesar USD 1.053.446.947(1,053 Milyar)

melakukan usahatani kakao guna memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Karena di dukung oleh areal lahan yang luas, subur dan banyaknya masyarakat yang menanam kakao.

Aceh memiliki luas areal tanaman ka

sejumlah Kabupaten. Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu daerah sentra produksi kakao di Provinsi Aceh dengan luas lahan 13

dengan produktivitas sebesar 0, PidieJaya, dapat dilihat pada

Tabel 1. Luas Tanam dan Produksi Kakao Menurut Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015. No Kecamatan 1 Bandar Baru 2 Panteraja 3 Trienggadeng 4 Meureudu 5 Merah Dua 6 Ulim 7 Jangka Buya 8 Bandar Dua Jumlah / Total

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya, 2015

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Bandar Baru merupakan salah satu Kecamatan penghasil kakao yang terluas di Kabupaten Pidie Jaya. Perkembangan kakao di Kecamatan ini didukung karena daerah ini memiliki kondisi tanah yang subur dan iklim yang mendukung untuk membudidayakan tanaman kakao, serta

luas dan cukup potensial untuk perluasan areal kebun kakao.

Saat ini tanaman kakao sudah menjadi andalan ekonomi petani di Kecamatan Bandar Baru, namun secara umum

mulai dari aspek budidaya, pemeliharaan, panen/pasca panen, pengolahan hingga pemasaran. Dimana sistem budidayanya masih secara tradisional dan serangan hama dan penyakit pada tanaman kakao yang sulit dita

rendah dan berfluktuatif yaitu berkisar antara Rp 18.000 sampai dengan Rp 20.000 tergantung pada kualitas biji kakao yang dihasilkan oleh petani. Seharusnya harga bisa mencapai Rp 32.000 dengan kualitas yang tinggi.

Dari permasalahan di atas dapat diketahui bahwa produksi kakao terus mengalami penurunan produksi kakao dan jika terus menerus berlanjut petani kakao akan mengalami penurunan pendapatan petani. Maka dari permasalah tersebut faktor

mempengaruhi produksi dan apakah usahatani kakao di daerah penelitian sudah efisien. PENDAHULUAN

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan yang berperan dalam perekonomian sebagai penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dandevisa 1.053.446.947(1,053 Milyar). Hal ini mendorong petani untuk melakukan usahatani kakao guna memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Karena di dukung oleh areal lahan yang luas, subur dan banyaknya masyarakat yang Aceh memiliki luas areal tanaman kakao lebih dari 100,000 ha yang tersebar di sejumlah Kabupaten. Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu daerah sentra produksi kakao di Provinsi Aceh dengan luas lahan 13.897 ha, dengan produksi 6

dengan produktivitas sebesar 0,45ton/ha. Adapun perkembangan tanaman kakao diwilayah PidieJaya, dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Luas Tanam dan Produksi Kakao Menurut Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya

Kecamatan Luas (Ha)

Bandar Baru 5.368 1.072 Trienggadeng 2.420 Meureudu 1.409 Merah Dua 4.09 1.509 Jangka Buya 85 Bandar Dua 1.625 Jumlah / Total 13.897

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya, 2015

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Bandar Baru merupakan salah satu Kecamatan penghasil kakao yang terluas di Kabupaten Pidie Jaya. Perkembangan kakao di karena daerah ini memiliki kondisi tanah yang subur dan iklim yang ndukung untuk membudidayakan tanaman kakao, serta dengan adanya lahan masyarakat luas dan cukup potensial untuk perluasan areal kebun kakao.

Saat ini tanaman kakao sudah menjadi andalan ekonomi petani di Kecamatan Bandar Baru, namun secara umum usahatani kakao masih memiliki kekurangan di berbagai aspek, mulai dari aspek budidaya, pemeliharaan, panen/pasca panen, pengolahan hingga pemasaran. Dimana sistem budidayanya masih secara tradisional dan serangan hama dan penyakit pada tanaman kakao yang sulit ditanggulangi serta harga biji kakao ditingkat petani yang masih rendah dan berfluktuatif yaitu berkisar antara Rp 18.000 sampai dengan Rp 20.000 tergantung pada kualitas biji kakao yang dihasilkan oleh petani. Seharusnya harga bisa mencapai Rp

ualitas yang tinggi.

Dari permasalahan di atas dapat diketahui bahwa produksi kakao terus mengalami penurunan produksi kakao dan jika terus menerus berlanjut petani kakao akan mengalami penurunan pendapatan petani. Maka dari permasalah tersebut

faktor-mempengaruhi produksi dan apakah usahatani kakao di daerah penelitian sudah efisien. an dalam perekonomian sebagai penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dandevisa Hal ini mendorong petani untuk melakukan usahatani kakao guna memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Karena di dukung oleh areal lahan yang luas, subur dan banyaknya masyarakat yang kao lebih dari 100,000 ha yang tersebar di sejumlah Kabupaten. Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu daerah sentra produksi 897 ha, dengan produksi 6.259 ton/tahun, apun perkembangan tanaman kakao diwilayah Tabel 1. Luas Tanam dan Produksi Kakao Menurut Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya

Produksi(Ton) 2.395 5.72 1.275 6.53 161 6.65 26 5.12 6.259

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya, 2015

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Bandar Baru merupakan salah satu Kecamatan penghasil kakao yang terluas di Kabupaten Pidie Jaya. Perkembangan kakao di karena daerah ini memiliki kondisi tanah yang subur dan iklim yang dengan adanya lahan masyarakat Saat ini tanaman kakao sudah menjadi andalan ekonomi petani di Kecamatan Bandar akao masih memiliki kekurangan di berbagai aspek, mulai dari aspek budidaya, pemeliharaan, panen/pasca panen, pengolahan hingga pemasaran. Dimana sistem budidayanya masih secara tradisional dan serangan hama dan penyakit pada nggulangi serta harga biji kakao ditingkat petani yang masih rendah dan berfluktuatif yaitu berkisar antara Rp 18.000 sampai dengan Rp 20.000 tergantung pada kualitas biji kakao yang dihasilkan oleh petani. Seharusnya harga bisa mencapai Rp Dari permasalahan di atas dapat diketahui bahwa produksi kakao terus mengalami penurunan produksi kakao dan jika terus menerus berlanjut petani kakao akan mengalami -faktor apa saja yang mempengaruhi produksi dan apakah usahatani kakao di daerah penelitian sudah efisien.

(3)

Untuk mengetahuifaktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao tingkat efisiensi produksi kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten P

Metode pengambilan sampel dilakukan

sampling).Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan

menggunakan kueisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, referensi dan instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode analisis yang digunaka Analisis Fungsi Cobb-Douglas

Analisis Fungsi Cobb

faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi usahatani kakao atau dengan kata lain merupakan alat analisis yang digunakan untuk menjelask

produksi (X) dengan produksi (Y).

Secara matematik bentuk persamaan analisis Fungsi Cobb berikut (Soekartawi, 2002):

Y = aX1b1,X2b2,X3b3, X

Fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan ke dalam

persamaan yang linier. Setelah diubah dalam bentuk logaritma diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Ln Y = Ln a + b1Ln X1+ b

Keterangan:

Y = Produksi Kak

X1 = Luas Lahan (Ha)

X2 = Tenaga Kerja (HKP) X3 = Modal(Rp) X4 = Teknologi (Skor) X5 = HPT(dummy 0 a = Konstanta b1-b5= Koefisien Regresi Ln = Logaritma Natural e = error Uji Hipotesa F

Untuk mengetahui peranan variabel yang dipengaruhi secara serempak (bersama

rumus (Sudjana, 2005) sebagai berikut :

FCari= ோ

/୩

(ଵିோమ)/(୬ି୩ିଵ Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

Pengujian hipotesis melalui uji hasil perhitungan menunjukkan: F

faktor yang mempengaruhi produksi kakao dan tingkat efisiensi produksi kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten P

METODE PENELITIAN

Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani kakao dengan menggunakan kueisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, referensi dan

instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Douglas

Analisis Fungsi Cobb-Douglas merupakan suatu teknik matematika dalam mengetahui faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi usahatani kakao atau dengan kata lain merupakan alat analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan faktor produksi (X) dengan produksi (Y).

Secara matematik bentuk persamaan analisis Fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2002):

, X4b4…….Xnbne

Douglas ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma untuk mendapatkan persamaan yang linier. Setelah diubah dalam bentuk logaritma diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

+ b2Ln X2+ b3Ln X3+ b4Ln X4+ b5Ln X5+ e

Produksi Kakao (Kg) Luas Lahan (Ha) Tenaga Kerja (HKP) Teknologi (Skor) = HPT(dummy 0-1)

Koefisien Regresi = Logaritma Natural

Untuk mengetahui peranan variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang dipengaruhi secara serempak (bersama-sama) digunakan uji “F” dengan menuuggunakan rumus (Sudjana, 2005) sebagai berikut :

ଵ)

= Koefisien determinasi = Jumlah variabel bebas

Pengujian hipotesis melalui uji-F yaitu membandingkan Fhitung

hasil perhitungan menunjukkan: FCari> FTabel, pada taraf nyata 0,05 maka H

dan Untuk mengetahui tingkat efisiensi produksi kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya

secara acak sederhana (simple random Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. petani kakao dengan menggunakan kueisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, referensi dan

n dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Douglas merupakan suatu teknik matematika dalam mengetahui faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi usahatani kakao atau dengan kata an hubungan faktor-faktor Douglas dapat ditulis sebagai

bentuk logaritma untuk mendapatkan persamaan yang linier. Setelah diubah dalam bentuk logaritma diperoleh persamaan regresi

+ e

mempengaruhi terhadap variabel yang sama) digunakan uji “F” dengan menuuggunakan

dengan Ftabel. Apabila

(4)

diterima, berarti secara bersama tidak bebas (Y). FCari< FTabel

secara bersama-sama variabel bebas (X) berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tidak bebas (Y).

Uji Hipotesa t

Untuk mengetahui pengaruh

variabel yang dipengaruhi secara parsial (terpisah) digunakan uji “t” dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005) sebagai berikut:

tcari=ௌா௔೔

ೌ೔ Dimana:

ܽ௜ = koefisien regresi yang dicari

SEܽ= standar error

Pengujian hipotesis melalui uji perhitungan menunjukkan: t

berarti secara individual variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Y). tcari<ttabel, pada taraf nyata 0,05 maka H

variabel bebas (X) berpengaruh tidak nyata terhadap varia Uji Asumsi Klasik

Kebenaran spesifik model dalam penelitian ini akan dideteksi dengan menguji asumsi klasik regresi linear, yaitu (Anonymous, 2014):

Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribus

Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara. Yaitu dengan “Normal P

“Tabel Kolmogorov Smirnov”. Namun pada penelitian ini, dalam pengujian normalitas penulis menggunakan cara Normal P

Pada Normal P-P Plot prinsipnya normalit dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel variabel ini tidak ortogonal. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi multikolinieritas.

Uji Autokorelasi

Uji outokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sendiri adalah diterima, berarti secara bersama-sama variabel bebas (X) berpengaruh nya

Tabel, pada taraf nyata 0,05 maka Ho diterima dan H

sama variabel bebas (X) berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tidak

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang dipengaruhi secara parsial (terpisah) digunakan uji “t” dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005) sebagai berikut:

= koefisien regresi yang dicari

Pengujian hipotesis melalui uji-t yaitu membandingkan tcari dengan t

perhitungan menunjukkan: tcari> ttabel, pada taraf nyata 0,05 maka Ho ditolak dan H

berarti secara individual variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas , pada taraf nyata 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak berarti secara individual

variabel bebas (X) berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tidak bebas (Y).

Kebenaran spesifik model dalam penelitian ini akan dideteksi dengan menguji asumsi klasik regresi linear, yaitu (Anonymous, 2014):

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal.

Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara. Yaitu dengan “Normal P

“Tabel Kolmogorov Smirnov”. Namun pada penelitian ini, dalam pengujian normalitas penulis menggunakan cara Normal P-P Plot.

P Plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:

Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

i asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel

riabel ini tidak ortogonal. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF < 10, tidak terjadi multikolinieritas.

si merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sendiri adalah sama variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel diterima dan Ha ditolak berarti

sama variabel bebas (X) berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tidak

masing variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang dipengaruhi secara parsial (terpisah) digunakan uji “t” dengan menggunakan

dengan ttabel. Apabila hasil

ditolak dan Ha diterima,

berarti secara individual variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas ditolak berarti secara individual bel tidak bebas (Y).

Kebenaran spesifik model dalam penelitian ini akan dideteksi dengan menguji asumsi

Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Pengujian uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara Uji normalitas bisa dilakukan dengan dua cara. Yaitu dengan “Normal P-P Plot” dan “Tabel Kolmogorov Smirnov”. Namun pada penelitian ini, dalam pengujian normalitas as dapat dideteksi dengan melihat histogram Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi Jika data menyebar jauh garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-riabel ini tidak ortogonal. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF

si merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sendiri adalah

(5)

bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai variabel sesudahnya.

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut : a. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4

berarti terdapat autokorelasi. b. Jika d terletak antara dU

autokorelasi.

c. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4 kesimpulan yang pasti.

Uji Heterosekdastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apak

varian yang sama atau tidak. Heterosekdastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yan lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya heterosekdasti

koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterosekdastisitas yaitu dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel t

SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterosekdastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

adalah Y yang telah diprediksi, yang telah di-studentized.

Dasar analisisnya adalah sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu seperti titik

(bergelombang, melebar kemudian menyempi heterosekdastisitas.

b. Jika ada pola yang jelas, serta titik

sumbu Y, maka tidak terjadi heterosekdastisitas. Analisis Efisiensi

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.

tiga yaitu, efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi ekonomi di adalah:

Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis adalah proses produksi dengan menggunakan set kombinasi beberapa input saja (terkecil) untuk menghasilkan output terbesar. Dalam penelitian ini nilai efisiensi teknis akan secara otomatis terlihat dari ha

dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi yang maksimum (Soekartawi, 1994) dan dapat di jelaskan dengan matematik sebagai berikut :

ET =ܻ݅/Ŷi Dimana :

ET = adalah efisiensi teknis

besarnya produksi yang diduga pada pengamatan ke

Cobb-Douglas. Indikator nilai efisiensi teknis adalah sebagai berikut: a. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan sat

sudah efisien secara teknis.

bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik variabel sebelumnya atau nilai variabel sesudahnya.

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.

Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Heterosekdastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yan lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya heterosekdastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterosekdastisitas yaitu dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterosekdastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Yprediksi

Dasar analisisnya adalah sebagai berikut :

Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterosekdastisitas.

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi ekonomi di

Efisiensi teknis adalah proses produksi dengan menggunakan set kombinasi beberapa input saja (terkecil) untuk menghasilkan output terbesar. Dalam penelitian ini nilai efisiensi teknis akan secara otomatis terlihat dari hasil output. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi yang maksimum (Soekartawi, 1994) dan dapat di jelaskan dengan matematik sebagai berikut :

ET = adalah efisiensi teknis ܻ݅ adalah besarnya produksi (output) ke

besarnya produksi yang diduga pada pengamatan ke-i yang diperoleh melalui fungsi produksi Douglas. Indikator nilai efisiensi teknis adalah sebagai berikut:

Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu (=1), maka penggunaan faktor sudah efisien secara teknis.

bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik

dL) maka hipotesis nol ditolak yang dU), maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada dL), maka tidak menghasilkan

ah variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Heterosekdastisitas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yan lain berbeda. Salah satu metode yang sitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterosekdastisitas yaitu dengan melihat grafik erikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterosekdastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y dan sumbu X adalah residual (Yprediksi – Y sesungguhnya)

titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur t), maka mengidikasikan telah terjadi titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

faktor produksi pada usahatani Efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi ekonomi diantaranya

Efisiensi teknis adalah proses produksi dengan menggunakan set kombinasi beberapa input saja (terkecil) untuk menghasilkan output terbesar. Dalam penelitian ini nilai efisiensi sil output. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi yang maksimum (Soekartawi, 1994) dan dapat di jelaskan dengan

adalah besarnya produksi (output) ke-i Ŷ݅ adalah i yang diperoleh melalui fungsi produksi u (=1), maka penggunaan faktor–faktor produksi

(6)

b. Jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu (< = 1), maka penggunaan faktor tidak efisien.

Efisiensi Harga atau Alokat

Dikatakan efisiensi harga atau alokatif jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Dalam fungsi Cobb

dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian, maka nilai produk marginal (NPM) faktor produksi X dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003): NPM = PX NPM =್ೊು೤ Dimana : b = elastisitas produksi Y = produksi

ܲy = harga produksi

X = jumlah faktor produksi X

Kondisi efisiensi harga menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X, atau dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003):

Dalam kenyataannya persamaan diatas tidak selalu sama dengan satu,dan yang sering terjadi adalah :

NPMX/ PX= 1 artinya bahwa penggunaan fak

NPMX / PX > 1, artinya bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk

mencapai efisiensi maka input X perlu ditambah.

NPMX / PX < 1, artinya bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk

mencapai efisiensi maka in Efisiensi ekonomis

Efisiensi ekonomis akan tercapai apabila telah tercapai efisiensi teknis dan efisiensi harga. Dihitung dengan persamaan :

EE = ET x EH Dimana :

EE = Efisiensi Ekonomis ET = Efisiensi Teknis EH = Efisiensi Harga

Jika nilai efisiensi > 1 berarti penggunaan input perlu ditingkatkan, jika nilai efisiensi = 1 berarti alokasi input optimal, dan jika nilai efisiensi < 1 berarti penggunaan input perlu dikurangi (Soekartawi, 1990).

Jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu (< = 1), maka penggunaan faktor

Efisiensi Harga atau Alokatif

Dikatakan efisiensi harga atau alokatif jika nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Dalam fungsi Cobb-Dauglas, maka b disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan ikian, maka nilai produk marginal (NPM) faktor produksi X dapat ditulis sebagai berikut

b = elastisitas produksi

y = harga produksi

X = jumlah faktor produksi X

harga menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X, atau dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003):

Dalam kenyataannya persamaan diatas tidak selalu sama dengan satu,dan yang sering

= 1 artinya bahwa penggunaan faktor produksi X efisien.

> 1, artinya bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk mencapai efisiensi maka input X perlu ditambah.

< 1, artinya bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk mencapai efisiensi maka input X perlu dikurangi.

Efisiensi ekonomis akan tercapai apabila telah tercapai efisiensi teknis dan efisiensi harga. Dihitung dengan persamaan :

Jika nilai efisiensi > 1 berarti penggunaan input perlu ditingkatkan, jika nilai efisiensi = 1 berarti alokasi input optimal, dan jika nilai efisiensi < 1 berarti penggunaan input perlu dikurangi (Soekartawi, 1990).

Jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu (< = 1), maka penggunaan faktor-faktor produksi

Dikatakan efisiensi harga atau alokatif jika nilai dari produk marginal sama dengan Dauglas, maka b disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan ikian, maka nilai produk marginal (NPM) faktor produksi X dapat ditulis sebagai berikut

harga menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X,

Dalam kenyataannya persamaan diatas tidak selalu sama dengan satu,dan yang sering

tor produksi X efisien.

> 1, artinya bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk < 1, artinya bahwa penggunaan faktor produksi X belum efisien, untuk

Efisiensi ekonomis akan tercapai apabila telah tercapai efisiensi teknis dan efisiensi

Jika nilai efisiensi > 1 berarti penggunaan input perlu ditingkatkan, jika nilai efisiensi = 1 berarti alokasi input optimal, dan jika nilai efisiensi < 1 berarti penggunaan input perlu

(7)

Karakteristik Responden

Kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Dalam penelitian ini responden yang diteliti adalah terbatas pada petani kakao saja. Karakteristik responden ini yang diteliti meliputi produksi kakao, luas lahan, tenaga kerja, modal, teknologi

penyakit tanaman (hpt).

Rata-rata karakteristik responden petani pada penelitian usahatani kakao di daerah penelitian dapat dilihata pada table berikut :

Tabel 2. Karakteristik Responden Perhektar Tahun 2016

No Uraian (satuan)

1 Umur (Tahun)

2 Pendidikan (Tahun)

3 Pengalaman (Tahun)

4 Jumlah Tanggungan (Orang)

5 Luas Lahan (Hektar)

6 keuntungan (Rupiah)

7 Produksi (Kg)

8 Umur Tanaman (Tahun)

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Berdasarkan Tabel 2

daerah penelitian sebesar 48,42 rata sebesar 10,75 tahun, dengan rata luas lahan sebesar 0,9 hektar, rata keuntungan sebesar Rp.14.718.402 Total Biaya Produksi

Jumlah biaya produksi

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya dapat dilihat pada T

Tabel 3. Rata-rata Biaya Produksi Pada Usahatani Kakao Perhektar di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, 2016

No Komponen Biay

1 Sarana Produksi

2 Tenaga Kerja

3 Penyusutan Peralatan Jumlah

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Berdasarkan data Tabel

perhektar secara garis besar terdiri dari biaya pengadaan sarana produksi yaitu sebesar Rp.2.110.220/Ha, biaya untuk membayar upah tenaga kerja Rp.

penyusutan peralatan sebesar 253.225/Ha. Jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp. 3.257.800

Keuntungan Usahatani Kakao

Keuntungan merupakan jumlah nilai produksi di kurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung. Rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Dalam penelitian ini responden yang diteliti adalah terbatas pada petani kakao saja. Karakteristik responden ini yang diteliti meliputi produksi kakao, luas lahan, tenaga kerja, modal, teknologi

rata karakteristik responden petani pada penelitian usahatani kakao di daerah penelitian dapat dilihata pada table berikut :

. Karakteristik Responden Perhektar Pada Usahatani Kakao di Daerah

Uraian (satuan) Nilai Rata

48,42

Pendidikan (Tahun) 9,65

Pengalaman (Tahun) 10,75

Jumlah Tanggungan (Orang) 3,45

Luas Lahan (Hektar) 0,9

(Rupiah) 14.718.402

898,9

Umur Tanaman (Tahun) 11,49

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

2 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani kakao di daerah penelitian sebesar 48,42 rata-rata pendidikan sebesar 9,65 tahun, rata

sebesar 10,75 tahun, dengan rata-rata jumlah tanggungan sebesar 3,45 orang, serta rata luas lahan sebesar 0,9 hektar, rata-rata umur tanaman sebesar 11,49 tahun, rata

14.718.402, dan Produksi sebesar 898,9 kg/ha.

Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani kakao perhektar di Kecamatan Pidie Jaya dapat dilihat pada Tabel 3.

rata Biaya Produksi Pada Usahatani Kakao Perhektar di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, 2016

Komponen Biaya Biaya Produksi (Rp)

2.110.220 894.335

Penyusutan Peralatan 253.225

3.257.800

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Berdasarkan data Tabel 3, diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya usahatani kakao perhektar secara garis besar terdiri dari biaya pengadaan sarana produksi yaitu sebesar Rp.2.110.220/Ha, biaya untuk membayar upah tenaga kerja Rp. 894.335

an sebesar 253.225/Ha. Jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah sebesar Rp. 3.257.800/Ha.

Keuntungan Usahatani Kakao

Keuntungan merupakan jumlah nilai produksi di kurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung. Rata-rata keuntungan petani dari Kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Dalam penelitian ini responden yang diteliti adalah terbatas pada petani kakao saja. Karakteristik responden ini yang diteliti meliputi produksi kakao, luas lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan hama rata karakteristik responden petani pada penelitian usahatani kakao di daerah Pada Usahatani Kakao di DaerahPenelitian,

Nilai Rata-rata 48,42 9,65 10,75 3,45 0,9 14.718.402 898,9 11,49

rata umur petani kakao di rata pendidikan sebesar 9,65 tahun, rata-rata pengalaman jumlah tanggungan sebesar 3,45 orang, serta rata-rata rata umur tanaman sebesar 11,49 tahun, rata-rata

yang dikeluarkan dalam usahatani kakao perhektar di Kecamatan rata Biaya Produksi Pada Usahatani Kakao Perhektar di Kecamatan Bandar

Biaya Produksi (Rp) 2.110.220

894.335 253.225 3.257.800

rata biaya usahatani kakao perhektar secara garis besar terdiri dari biaya pengadaan sarana produksi yaitu sebesar 894.335/Ha serta biaya untuk an sebesar 253.225/Ha. Jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh petani

Keuntungan merupakan jumlah nilai produksi di kurangi dengan biaya produksi yang rata keuntungan petani dari

(8)

hasil usahatani kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidei Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Keuntungan Produksi Usahatani Kakao Perhektar di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, 2016

No Uraian

1 Nilai Produksi

2 Biaya Produksi

3 Keuntungan

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Berdasarkan pada Tabel

daerah penelitian adalah Rp 14.718.402per petani dengan per rata

merupakan keuntungan bersih yang diterima oleh petani setelah dikurangi dengan seluruh biaya produksi.

Hasil Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari hasil pengujian secara serempak yang dilakukan dengan uji F. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Fcari=

Dengan demikian Fcari>Ftabe

tenaga kerja (X2), modal (X

signifikan terhadap produksi kaka

Analisis Cobb Douglas Faktor Produksi Usahatani Kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, Tahun 2016

Dengan menggunakan fungsi Cobb

masing-masing faktor dapat dijelaskan besarnya pengaruh faktor hubungannya dengan produksi.

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Variabel (Constant) Luas Lahan Tenaga Kerja Modal Teknologi Hpt

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Hasil analisis menunjukkan pada persamaan regresi Cobb Yproduksi= 4,218 X

Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 4,218 menyatakan bahwa apabila nilai variabel luas lahan (X

(X5) adalah konstanta atau tidak berproduksi maka akan menghasilkan

4,218 Kg/Ha.

Untuk melihat kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dalam model digunakan koefisien Determinasi (R

hasil usahatani kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidei Jaya dapat dilihat pada rata Keuntungan Produksi Usahatani Kakao Perhektar di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, 2016

Satuan Rupiah Rupiah Rupiah

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Berdasarkan pada Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa keuntungan usahatani kakao di daerah penelitian adalah Rp 14.718.402per petani dengan per rata-rata luas lahan 1 Ha. Ini merupakan keuntungan bersih yang diterima oleh petani setelah dikurangi dengan seluruh

sil Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari hasil pengujian secara serempak yang dilakukan dengan uji F. Hasil yang didapat = 68,559sedangkan Ftabel= 2,39 pada tingkat kepercayaan 91%. abel,maka hipotesis ini terima Ha tolak H0.Artinya luas lahan (X

), modal (X3), teknologi (X4) dan Hpt (X5) secara bersama

signifikan terhadap produksi kakao.

Analisis Cobb Douglas Faktor Produksi Usahatani Kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, Tahun 2016

Dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglass akan menggambarkan elastisitas produk masing faktor dapat dijelaskan besarnya pengaruh faktor-faktor berbasis konversi dan hubungannya dengan produksi.

. Hasil Analisis Regresi

B T Sig. R R Square 4,218 1,808 0,080 0,954 0,910 0,327 1,733 0,012 0,213 0,620 0.476 0,700 4,156 0,000 0,056 0,378 0,708 0,066 2,129 0,028

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Hasil analisis menunjukkan pada persamaan regresi Cobb-Doubglass sebagai berikut: = 4,218 X10,327X20,213X30,700X40,056X50,066

Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 4,218 menyatakan bahwa apabila nilai variabel luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), modal (X3), teknologi (X

) adalah konstanta atau tidak berproduksi maka akan menghasilkan produksi kakao sebesar Untuk melihat kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dalam model digunakan koefisien Determinasi (R2). Nilai koefisien Determinasi dari model Jaya dapat dilihat pada rata Keuntungan Produksi Usahatani Kakao Perhektar di Kecamatan Bandar

Jumlah 17.976.202

3.275.800 14.718.402

di atas dapat dilihat bahwa keuntungan usahatani kakao di rata luas lahan 1 Ha. Ini merupakan keuntungan bersih yang diterima oleh petani setelah dikurangi dengan seluruh

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari hasil pengujian secara serempak yang dilakukan dengan uji F. Hasil yang didapat = 2,39 pada tingkat kepercayaan 91%. Artinya luas lahan (X1),

) secara bersama-sama berpengaruh

Analisis Cobb Douglas Faktor Produksi Usahatani Kakao di Kecamatan Bandar Baru Douglass akan menggambarkan elastisitas produk faktor berbasis konversi dan

R-Square Fhit(Sig.)

0,910 68,559

(0,000)

Doubglass sebagai berikut: Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 4,218 menyatakan bahwa

), teknologi (X4) dan Hpt

produksi kakao sebesar Untuk melihat kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dalam ). Nilai koefisien Determinasi dari model

(9)

inimampu menjelaskan variasi produksi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar

Analisis Efisiensi Ekonomis Penggunaan Faktor Produksi Kakao

Efisiensi ekonomis tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga atau alokatif tercapai.Berdasarkan hasil analisis tingkat efisien faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan hpt pada usahatani kakao daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel Tabel 6. Hasil Analisis Efisiensi Ekonom

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya

No Faktor Produksi

1 Luas lahan (Ha)

2 Tenaga kerja (HKP)

3 Modal (Rp)

4 Teknologi (Skor)

5 Hpt ( di dummy 0/1)

Sumber : Data Primer (diolah), 2016

Pada faktor produksi luas lahan adalah > 1 yaitu 27,5, hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan belum efisien,

faktor produksi tenaga kerja adalah > 1 yaitu 1,2, hal

lahan belum efisien,berarti penggunaan input perlu ditingkatkan. penambahan tenaga kerja demi meningkatnya produksi.

1 yaitu 16,2, hal ini menunjukkan faktor prod

input perlu ditingkatkan.Dimana perlu penambahan modal, maka akan meningkatkan produksi. Pada faktor produksi teknologi adalah > 1 yaitu 1,4, hal ini menunjukkan faktor produksi teknologibelumefisien,

pemakaian teknologi secara lengkap demi akan meningkatkan produksi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

Faktor luas lahan (X1

kakao sedangkan variabel tenaga kerja (X

terhadap produksi kakao, akan tetapi secara bersama peningkatan produksi.

Berdasarkan efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga atau alokatif tercapai. Efisiensi ekonomis merupakan h

efisiensi teknis dengan efisiensi harga atau alokatif dan seluruh faktor input, maka didapatkan hasil analisis tingkat efisiensi penggunakan faktor

menunjukkan bahwa nilai EE = ET x EH > 1 , artin

efisien, sehingga penggunaan input perlu ditingkatkan demi meningkatkan produksi. Adapun sarannya sebagai berikut:

Masalah serangan hama penyakit tanaman merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan, karena dapat

serius. Terkait masalah serangan hama penyakit, maka pemerintah atau dinas terkait harus bisa mengupayakan penanggulangan masalah tersebut dengan memberikan penyuluhan inimampu menjelaskan variasi produksi sebesar 91,0%sedangkan sisanya sebesar

faktor lain diluar model.

Analisis Efisiensi Ekonomis Penggunaan Faktor Produksi Kakao

Efisiensi ekonomis tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga atau alokatif Berdasarkan hasil analisis tingkat efisien faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan hpt pada usahatani kakao daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel

. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomis Penggunaan Faktor Produksi Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya

Faktor Produksi ET EH

Luas lahan (Ha) 4,212 6,53

Tenaga kerja (HKP) 4,212 299

4,212 3,86

Teknologi (Skor) 4,212 347

Hpt ( di dummy 0/1) 4,212 2,42

Data Primer (diolah), 2016

Pada faktor produksi luas lahan adalah > 1 yaitu 27,5, hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan belum efisien, berarti penggunaan input perlu ditingkatkan. faktor produksi tenaga kerja adalah > 1 yaitu 1,2, hal ini menunjukkan faktor produksi luas

berarti penggunaan input perlu ditingkatkan. Dimana perlu adanya penambahan tenaga kerja demi meningkatnya produksi. Pada faktor produksi modal adalah > 1 yaitu 16,2, hal ini menunjukkan faktor produksi modal belum efisien,

Dimana perlu penambahan modal, maka akan meningkatkan

Pada faktor produksi teknologi adalah > 1 yaitu 1,4, hal ini menunjukkan faktor produksi teknologibelumefisien, berarti penggunaan input perlu ditingkatkan.

pemakaian teknologi secara lengkap demi akan meningkatkan produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal,

1), modal (X3) dan Hpt (X5) berpengaruh nyata terhadap produksi

kakao sedangkan variabel tenaga kerja (X2) dan teknologi (X4) tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi kakao, akan tetapi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Berdasarkan efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga atau alokatif tercapai. Efisiensi ekonomis merupakan h

efisiensi teknis dengan efisiensi harga atau alokatif dan seluruh faktor input, maka didapatkan hasil analisis tingkat efisiensi penggunakan faktor-faktor produksi pada hasil produksi, menunjukkan bahwa nilai EE = ET x EH > 1 , artinya faktor produksi yang digunakan belum efisien, sehingga penggunaan input perlu ditingkatkan demi meningkatkan produksi.

Adapun sarannya sebagai berikut:

Masalah serangan hama penyakit tanaman merupakan masalah yang sangat perlu menurunkan produksi oleh karena itu perlu penanggulangan secara serius. Terkait masalah serangan hama penyakit, maka pemerintah atau dinas terkait harus bisa mengupayakan penanggulangan masalah tersebut dengan memberikan penyuluhan kan sisanya sebesar 9%

Efisiensi ekonomis tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga atau alokatif Berdasarkan hasil analisis tingkat efisien faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, modal, teknologi dan hpt pada usahatani kakao daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

is Penggunaan Faktor Produksi Kakao di Kecamatan EE 27,5 1,2 16,2 1,4 10,1

Pada faktor produksi luas lahan adalah > 1 yaitu 27,5, hal ini menunjukkan bahwa berarti penggunaan input perlu ditingkatkan. Pada ini menunjukkan faktor produksi luas Dimana perlu adanya Pada faktor produksi modal adalah > uksi modal belum efisien, berarti penggunaan

Dimana perlu penambahan modal, maka akan meningkatkan

Pada faktor produksi teknologi adalah > 1 yaitu 1,4, hal ini menunjukkan faktor enggunaan input perlu ditingkatkan. Dimana perlu pemakaian teknologi secara lengkap demi akan meningkatkan produksi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, ) berpengaruh nyata terhadap produksi ) tidak berpengaruh nyata sama berpengaruh signifikan terhadap Berdasarkan efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga atau alokatif tercapai. Efisiensi ekonomis merupakan hasil perkalian antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga atau alokatif dan seluruh faktor input, maka didapatkan faktor produksi pada hasil produksi, ya faktor produksi yang digunakan belum efisien, sehingga penggunaan input perlu ditingkatkan demi meningkatkan produksi.

Masalah serangan hama penyakit tanaman merupakan masalah yang sangat perlu menurunkan produksi oleh karena itu perlu penanggulangan secara serius. Terkait masalah serangan hama penyakit, maka pemerintah atau dinas terkait harus bisa mengupayakan penanggulangan masalah tersebut dengan memberikan penyuluhan

(10)

terhadap para petani agar petani dapat memahami cara penanggulangan serangan hama penyakit tanaman dengan cepat dan tepat. Serta memperhatikan pemakaian sarana produksi usahatani kakao sehingga biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisir. Untuk mencapai kondisi yang efisien dalam

produksi perlu dioptimalkan

Anonymous. 2014. Produksi 2016).

Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2014. Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2015.

Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. 2014. Jakarta.

Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. 2015. Jakarta.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb

Douglas. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori Dan Aplikasi Sudjana. 2005. Metode Statistika

ar petani dapat memahami cara penanggulangan serangan hama penyakit tanaman dengan cepat dan tepat. Serta memperhatikan pemakaian sarana produksi usahatani kakao sehingga biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisir. Untuk mencapai kondisi yang efisien dalam penggunaan input usahatani kakao, maka penggunaan faktor produksi perlu dioptimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Produksi. http://id.wikipedia.org/wiki/produksi (diakses tanggal 20

Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2014. Stastistik Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2015. Stastistik Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya

Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. 2014. Statistik Perkebunan Kakao Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. 2015. Statistik Perkebunan Kakao

Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb

. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Agribisnis Teori Dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

ar petani dapat memahami cara penanggulangan serangan hama penyakit tanaman dengan cepat dan tepat. Serta memperhatikan pemakaian sarana produksi usahatani kakao sehingga biaya yang dikeluarkan dapat diminimalisir. Untuk mencapai penggunaan input usahatani kakao, maka penggunaan faktor

(diakses tanggal

20-4-Stastistik Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya. Stastistik Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya.

Statistik Perkebunan Kakao. Statistik Perkebunan Kakao.

Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb

Gambar

Tabel 1. Luas Tanam dan Produksi Kakao Menurut Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2015
Tabel 2. Karakteristik Responden Perhektar Tahun 2016
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Variabel (Constant) Luas Lahan Tenaga Kerja Modal Teknologi Hpt

Referensi

Dokumen terkait

Bagi petani bawang merah saluran pemasaran I adalah yang paling efisien yaitu dengan cara menjual langsung kepada pedagang pengumpul, karena harga jual Petani melakukan fungsi

Berdasarkan hasil penelitian pada tahun pertama ini dapat disimpulkan bahwa penambahan glutathione 1.5 mM pada medium maturation oocytes kerbau secara in vitro

Dari hasil perhitungan sebelumnya maka diperoleh nilai eigen pada tabel 3.6 dan nilai eigen pada skala hirarki pada tabel 3.11 maka langkah selanjutnya adalah dengan cara

DEFINISI 33 : garis tinggi pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang ditarik dari sembarang verteks ( titik sudut ), tegak lurus terhadap sisi dihadapannya (dapat

Kontrol Group Design dengan menggunakan desain pre-post test dalam dua kelompok. Populasi penelitian adalah semua pasien post SC di RSUD Dr. Moewardi dan sampel penelitian adalah

Berdasarkan uji Anova didapatkan hasil bahwa perbedaan perlakuan yang diberikan dalam pembuatan lulur tidak berpengaruh nyata terhadap penilaian panelis pada

Berdasarkan hasil perhitungan information gain untuk kriteria nautis atribut yang memiliki nilai tertinggi adalah dokumentasi (N1) yang sekaligus merupakan root untuk model

Konsep rancangan didasarkan pada perinsip perinsip yang terdapat pada teori desain inklusif dimana output akhir dari pendekatan desain inklusif diharapkan dapat