• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERAN PEMUDA TERHADAP PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI WILAYAH KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERAN PEMUDA TERHADAP PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI WILAYAH KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERAN PEMUDA TERHADAP PEMBANGUNAN

PETERNAKAN SAPI POTONG DI WILAYAH KABUPATEN

AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT

Rozalinda*, Ma’ruf Tafsin** dan Supriadi**

Alumni PWD Sekolah Pascasarjana USU Dosen PWD Sekolah Pascasarjana USU

Abstract: The objective of the research was to find out the role of breeding

sub-sector in developing agriculture, the role of youth in developing beef cow breeding, and the factors which influenced the development of beef cow breeding in Agam District. The research used a survey method. The population was young breeders (16-30 years old) in Agam District, and 96 of them were used as the samples, taken by using purposive sampling technique and Frank Lyne formula. The variables of the research were the role of youth, breeders’ age, breeding experience, length of business, manpower, the number of dependents, cattle mortality, and business scale. The data were analyzed by using descriptive quantitative and multiple regression analysis. The result of the research showed that Differential Shift (D) value was 2.374.01 which indicated that breeding sub-sector has good competitiveness in Agam District because of this rapid development. It was also found that the role youth had significant influence on breeding development in the aspect of income.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sub sektor peternakan dalam pembangunan pertanian, peran pemuda dalam pembangunan peternakan sapi potong, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan peternakan sapi potong di Kabupaten Agam. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini adalah pemuda yang beternak di Kabupaten Agam yang memiliki umur 16-30 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, dengan menggunakan rumus Frank Lync jumlah sampel sebanyak 96 orang responden. Variabel-variabel dalam penelitian adalah peran pemuda, umur peternak, pengalaman beternak, lama usaha, tenaga kerja, jumlah tanggungan, mortalitas ternak, dan skala usaha. Analisis data secara deskriptif kuantitatif dengan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Differential Shift (D) adalah 2.374,01 berarti bahwa sub sektor peternakan mempunyai daya saing yang bagus di Kabupaten Agam karena pertumbuhannya cepat. Hasil uji peran pemuda secara simultan berpengaruh signifikan menjelaskan pembangunan peternakan dalam aspek pendapatan.

Kata kunci: peran pemuda, pembangunan peternakan sapi potong, kabupaten agam

PENDAHULUAN

Pemuda secara demografi ekonomi merupakan aset untuk menggerakkan pembangunan, namun di sisi lain pemuda merupakan beban dari keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu keberadaan pemuda tidak harus dijadikan beban tetapi harus dimanfaatkan secara efektif. Pemuda diharapkan dapat menjadi agen perubahan pembangunan ke arah yang lebih baik dan menjadi harapan bangsa.

Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral diwujudkan dengan menumbuhkembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan kepemudaan, memperkuat iman dan takwa serta ketahanan mental-spiritual, dan meningkatkan kesadaran hukum. Sebagai

(2)

kontrol sosial diwujudkan dengan memperkuat wawasan kebangsaan, membangkitkan kesadaran atas tanggungjawab, hak, dan kewajiban sebagai warga negara, membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum, meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik, menjamin transparansi dan akuntabilitas publik, dan memberikan kemudahan akses informasi.

Keberadaan pemuda mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan termasuk pula dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemuda merupakan aktor dalam pembangunan. Pemuda adalah warga negara yang berusia 16-30 tahun. Pada fase ini, pemuda berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan. Sudah seharusnya pemuda ikut ambil bagian dari berbagai pembangunan termasuk pembangunan peternakan.

Pembangunan peternakan sebagai bagian dari sub sektor pertanian, terus diupayakan pengembangannya dalam mencukupi kebutuhan protein hewani sekaligus memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan nasional (Sonbait et al. 2011). Sapi potong adalah sapi yang dipelihara untuk dimanfaatkan hasilnya khususnya produksi daging yang dimiliki Sapi potong merupakan komoditas yang sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam hal pemenuhan kebutuhan protein hewani. Indonesia akan berswasembada daging, berarti sekitar 90% kebutuhan daging harus dipasok dari ternak potong dalam negeri secara berkesinambungan, sedang sisanya dapat di impor (Yasin, 2013).

Kabupaten Agam memiliki potensi untuk pengembangan usaha peternakan. Wilayah timur ditumbuhi hijauan untuk pakan ternak terutama untuk ternak sapi. Tetapi ketersediaan lahan untuk pengembangan semakin terbatas, hal ini tingginya perubahan alih fungsi lahan. Wilayah barat, petaninya lebih banyak pada pertanian padi dan perkebunan yaitu coklat dan sawit dimana banyaknya ketersediaan lahan untuk pengembangan peternakan.

Sektor petanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar pada Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Agam. Menurut Agam dalam angka (2014), Produk Domestik Regional Bruto tahun 2013 untuk sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar, yaitu 39,31%. Sumbangan untuk sektor pertanian salah satunya berasal dari sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang hanya menyumbang sebesar 2,92%.

Berdasarkan hasil sensus pertanian tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, populasi sapi potong di Kabupaten Agam berada pada urutan ke 6 (enam) di Sumatera Barat menjadikan daerah ini harapan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya mendukung program-program peningkatan percepatan swasembada daging tahun 2014 melalui pembangunan peternakan sapi potong. Usaha peternakan ini dapat ditingkatkan, selain potensi wilayah yang cukup besar masih dapat dikembangkan, sehingga dapat mendorong pembangunan peternakan sapi potong di Kabupaten Agam.

Untuk itu, perlu dilakukan kajian tentang sejauh mana peran pemuda dalam pembangunan peternakan. Hal ini, dapat memberikan gambaran tentang peran pemuda dalam pembangunan peternakan terutama pada ternak sapi potong. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul yaitu Analisis Peran Pemuda Terhadap Pembangunan Peternakan Sapi Potong di Wilayah Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.

METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Agam terdiri atas 16 kecamatan. Waktu penelitiannya dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Juni sampai Agustus 2015.

Untuk menganalisis peran sub sektor peternakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Agam dengan ini menggunakan penelitian deskriptif, dan untuk peran pemuda adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena menurut kejadian sebagaimana adanya (Sugiyono, 2005).

Data yang digunakan untuk menganalisis peran sub sektor peternakan

(3)

dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Agam adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan referensi yang diperoleh dari instansi terkait, buku-buku literatur. Data tersebut antara lain; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009-2013, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Kabupaten Agam Tahun 2009– 2013.

Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti (Sugiyono, 2006). Populasinya adalah peternak. Alasan pemilihan populasi di wilayah kabupaten agam adalah karena merupakan salah satu daerah penghasil peternakan sapi potong di Provinsi Sumatera Barat.

Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2012:129), pertama, ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian sosial adalah 30 sampai 500 sampel. Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30.

Pada penelitian ini perhitungan sampel akan mengunakan rumus perhitungan Frank Lynch (Sugiarto, 2001:60): n =

P P Nd P P Z N    1 1 . . 2 2 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

Z = Nilai normal dari variabel (1,96) tingkat kepercayaan 95%

P = Harga patokan tertinggi (0,50) d = Sampling eror (0,10)

Untuk menganalisis peran sub sektor peternakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Agam digunakan analisisis shift share. Peran pemuda dalam pembangunan peternakan sapi potong dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan peternakan sapi potong di Kabupaten Agam digunakan regresi linear berganda.

HASIL

Analisis ini membahas tentang peran sub sektor peternakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Agam. Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2009-2013

Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 Sumatera Barat

Sektor Tahun 2009 Tahun 2013

Pertanian 8.773.503,32 10.273.538,83 - Tanaman Pangan & Hortikultura 4.431.126,73 5.090.021,72 - Tanaman Perkebunan 2.177.111,66 2.612.679,03 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 696.369,69 811.493,82

- Kehutanan 479.354,84 557.579,50

- Perikanan 989.540,40 1.201.764,76

Sumber: BPS, Sumatera Barat dalam Angka 2014.

Nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 Kabupaten Agam.

Sektor Tahun 2009 Tahun 2013

Pertanian 1.096.917,80 1.353.612,20 - Tanaman Pangan &

Hortikultura

591.065,71 727.611,21

- Tanaman Perkebunan 356.785,29 442.503,68 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 79.133,97 94.573,40

- Kehutanan 18.694,47 21.291,02

- Perikanan 51.238,36 67.632,88

(4)

Analisis shift share

Pertanian PS NS DS

Tanaman Pangan &

Hortikultura -11821,31 100.481,17 47.285,08

Tanaman Perkebunan 10.703,56 60.653,49 85.628,46 Peternakan &

hasil-hasilnya -395,67 13.452,77 2.374,01

Kehutanan -130,86 3.178,06 -560,83

Perikanan 2.049,53 8.710,52 15.883,89

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2015 Hasil perhitungan Shift Share dari Proportional Shift kabupaten Agam terhadap Provinsi Sumatera Barat memiliki nilai Proportional Shift sebesar -395,67 yang menunjukkan bahwa sektor ini adalah sektor yang tumbuh lambat di Kabupaten Agam. Nilai Differential Shift (D) adalah 2.374,01 berarti bahwa sub sektor peternakan mempunyai daya saing yang bagus karena pertumbuhannya cepat. Hal ini disebabkan karena sudah ada perhatian berbagai pihak seperti pemerintah, swasta dan masyarakat untuk pembangunan sub sektor peternakan di Kabupaten Agam, baik dari segi ketersediaan bakalan, sarana dan prasarana pendukung. Nilai National Share dari sub sektor peternakan memberikan sumbangan yang positif sebesar 13.452,77 di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini, sub sektor peternakan sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang khusus dari Pemerintah dalam hal ketersediaan pangan yang berasal dari daging dan hasil ikutannya.

5 tahun analisis kebijakan pemerintah bernilai positif dalam pengembangan sub sektor peternakan di Kabupaten Agam. Sub sektor peternakan secara proporsional mengalami pengurangan pendapatan namun mempunyai keunggulan lokal.

Peran Pemuda dalam Pembangunan Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Agam

Hasil penelitian terhadap 96 orang pemuda peternak yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjung Raya, Ampek Angkek, Baso, Tilatang Kamang, dan Palembayan yang menjadi sampel penelitian untuk menganalisis peran pemuda terhadap pendapatan ternak sapi potong di Kabupaten Agam dengan perhitungan

komputasi menggunakan program pengolahan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16, dengan uji regresi linier berganda (multiple regression linier), maka Uji Analisis Statistik tersebut adalah dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = 3,352 + 641529,25X1 + 572564,98X2 + 251826,05X3 + 394612,73X4 + 212159,34X5

Uji statistik secara simultan ditunjukkan oleh perbandingan nilai F hitung dengan F tabel. Nilai F tabel dengan derajat kepercayaan sebesar 95 persen, adalah sebesar 2,46. F hitung 57,07 adalah lebih besar dari pada F tabelnya. Tingkat probabilitas 0,000. Maka dapat disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti bahwa variabel independen (dinamisator, katalisator, motivator, inovator dan evaluator) secara simultan berpengaruh signifikan menjelaskan pembangunan peternakan sapi potong dalam aspek pendapatan.

PEMBAHASAN

Pada uji statistik secara parsial dengan nilai t:

1. Peran Pemuda Dinamisator terhadap Pendapatan

Variabel dinamisator dengan t-hitung 4,306 ; t-tabel 1,990, dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, maka tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha yang menyatakan variabel dinamisator berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Peran pemuda sebagai dinamisator berarti pemuda yang memiliki pemikiran kreatif dan inovatif untuk pembangunan, apabila disatukan dengan kemauan dan kemampuan yang sangat kuat, maka akan menjadikan pemuda sebagai

(5)

penggerak dalam pembangunan. Peran pemuda dinamisator merupakan peran yang cukup besar, berarti bahwa peternak sudah mulai menerapkan sesuatu yang bernilai positif dan menerima masukan dari berbagai pihak.

2. Peran Pemuda Katalisator terhadap Pendapatan

Variabel katalisator dengan t-hitung 3,821; t-tabel 1,990, dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan P = 0,000 < α = 0,05, maka tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha yang menyatakan variabel katalisator berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Peran pemuda katalisator berarti pemuda dapat menjadi penghubung dan mempercepat perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Responden sudah mulai menerapkan perannya sebagai katalisator, dalam hal ini dari segi penyediaan pakan ternak dari segi hijauan dan konsentarat (pakan tambahan), berupaya mempercepat pembentukan kelompok ternak untuk mewadahi peternak dalam berbagai hal dan mempercepat masyarakat dalam sistem kewaspadaan bencana dalam ternak sapi potong.

3. Peran Pemuda Motivator terhadap Pendapatan

Variabel motivator dengan t-hitung = 2,053; t-tabel 1,990, dengan tingkat probabilitas 0,043. Dengan demikian dapat disimpulkan P = 0,043 < α = 0,05, maka tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha yang menyatakan variabel motivator berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Peran pemuda motivator berarti pemuda disini berperan untuk membantu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan. Responden sudah mulai menerapkan perannya sebagai motivator, dalam hal ini dari segi memotivasi peternak dengan cara meningkatkan jumlah sapi yang dipelihara dari tahun ke tahun sehingga adanya peningkatan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan, mendorong peternak untuk mencegah atau mengurangi pemotongan ternak betina produktif supaya sistem usaha pemeliharaan induk-anak sebagai penghasil bakalan/pedet (calf cow operation) tercapai

dan diharapkan dapat menjadi tolak ukur dari swasembada pangan asal ternak.

4. Peran Pemuda Inovator terhadap Pendapatan

Variabel inovator dengan t-hitung = 3,056; t-tabel 1,990, dengan tingkat probabilitas 0,003. Dengan demikian dapat disimpulkan P = 0,003 < α = 0,05, maka tolak hipotesis Ho dan terima hipotesis Ha yang menyatakan variabel inovator berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Peran pemuda inovator berarti pemuda akan terus berinovasi hingga mencapai keberhasilan lebih dari yang sebelumnya.

5. Peran Pemuda Evaluator terhadap Pendapatan

Variabel evaluator dengan t-hitung = 1,038; t-tabel 1,990, dengan tingkat probabilitas 0,302. Dengan demikian dapat disimpulkan P = 0,302 > α = 0,05, maka terima hipotesis Ho dan tolak hipotesis Ha yang menyatakan variabel evaluator berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan. Peran pemuda inovator berarti pemuda mengevaluasi hasil pembangunan dengan cara-cara yang telah mereka tentukan. Hal-hal yang ditentukan itu adalah peran pemuda belum maksimal dalam pengawasan/kebijakan dari sektor peternakan dan pengawasan terhadap program-progam peternakan yang direncanakan dan dibuat oleh pemerintah dalam pembangunan peternakan sapi potong di wilayah Kabupaten Agam. Pengawasan disini dalam hal sasaran dan target yang ingin dicapai dalam program– program peternakan yang ditentukan oleh Pemerintah. Keikutsertaan pemuda dalam pembuatan kebijakan sangat diharapkan dengan gagasan dan pengetahuan yang mendalam.

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Agam

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan peternakan sapi potong di Kabupaten Agam yang akan dibahas dalam sampel penelitian yang dilakukan di 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjung Raya, Ampek Angkek,

(6)

Baso, Tilatang Kamang, dan Palembayan yang menjadi sampel penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ternak sapi potong di Kabupaten Agam dengan perhitungan komputasi menggunakan program pengolahan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16, dengan uji regresi linier berganda (multiple regression linier), maka Uji Analisis Statistik tersebut adalah:

Berdasarkan hasil pengolahan analisis statistik tersebut menunjukkan koefisien determinasi (R2) 0,28 yakni sebesar 28 persen artinya bahwa variabel faktor-faktor terhadap pembangunan peternakan sapi potong dalam aspek pendapatan dapat dijelaskan dalam penelitian dan sisanya variabel yang berada di luar penelitian.

Secara simultan umur, pengalaman, lama usaha, tenaga kerja, jumlah tanggungan, skala dan mortalitas ternak berpengaruh signifikan. Hasil analisis statististik secara parsial menunjukkan variabel yang signifikan mempengaruhi pendapatan adalah skala usaha dan mortalitas. Untuk variabel umur, lama usaha, pengalaman beternak, jumlah tanggungan, dan tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan. Hasil uji ini dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 838778,46 + 113694,22X1 – 118526,93X2 + 379531,42X3 + 2637800,88X4 – 172237,58X5 + 366247,34X6 + 265092,10X7 Pengaruh dari faktor-faktor pendapatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Umur terhadap Pendapatan

Umur responden pemuda yang beternak paling dominan adalah 24-30 tahun sebanyak 82 jiwa (85,42%) dan umur 16-23 tahun sebanyak 14 jiwa (14,58%). Hal ini dapat dijelaskan bahwa responden masih berada pada umur produktif, dimana umur tersebut responden belum serius dalam mengelola usaha peternakan sapi potong dan responden lebih terfokus pada usaha pokoknya yang rata-rata adalah usaha tani. Berdasarkan umur sebagian besar berada pada umur produktif, rata-rata umur peternak yang relatif muda merupakan

suatu keuntungan karena pada umur tersebut merupakan modal utama dalam pengembangan usaha di masa yang akan datang.

2. Variabel Pengalaman Beternak terhadap Pendapatan

Pengalaman beternak tidak berpengaruh dalam pendapatan ternak sapi potong, dimana pengalaman peternak adalah 5-5,99 tahun sebanyak 53 orang responden (55,21%), pengalaman beternak 6-6,99 tahun sebanyak 12 orang responden (12,50%), pengalaman beternak 3-3,99 tahun sebanyak 14 orang responden (14,58%), pengalaman beternak 4-4,99 tahun sebanyak 8 orang responden (8,33%), pengalaman beternak 2-2,99 tahun sebanyak 8 orang responden (8,33%), dan 1-1,99 tahun sebanyak 1 orang responden (1,04%). Pengalaman beternak yang paling dominan adalah 5-5,99 tahun atau kurang dari 10 tahun. Hal ini, dapat dilihat responden sudah mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan di bidang peternakan khususnya usaha peternakan sapi potong. Semakin lama pengalaman beternak responden maka semakin terlatih dan terampil dalam mengelola usaha peternakan sapi potong. Pengalaman peternak dari segi pengetahuan, sikap, dan tindakan peternak dalam pengelolaan usaha yang dijalankan masih sangat lamban karena pengalaman beternak diikuti dari orang tuanya secara turun temurun. Peternak dalam memelihara ternak, masih bersifat sederhana dan pemeliharaan secara tradisional.

3. Variabel Lama Usaha terhadap Pendapatan

Lama usaha tidak berpengaruh dalam pendapatan ternak sapi potong, dimana lama usaha peternak adalah 5–5,99 tahun sebanyak 39 orang responden (53,12 %), lama usaha 3-3,99 tahun sebanyak 20 orang responden (20,83%), lama usaha 2-2,99 tahun sebanyak 15 orang responden (15,63%), lama usaha 6-6,99 tahun sebanyak 12 orang responden (12,50%), 4-4,99 sebanyak 9 orang responden (9,38%) dan lama usaha 1-1,99 tahun sebanyak 1 orang responden (1,04%). Hal ini dapat disimpulkan peternak dengan lama usaha yang paling dominan adalah 5-5,99 tahun

(7)

(40,62%) dan dalam mengelola ternaknya masih menggunakan metode pemeliharaan yang bersifat tradisional serta rata-rata peternak pemula. Lama usaha merupakan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya sehingga dapat membantu peternak dalam usahanya, karena semakin lama usahanya semakin banyak pengalaman yang diperoleh peternak (Mosher, 1985). Lama usaha responden kurang dari 10 tahun, hal ini dapat dilihat bahwa peternak sudah ada keinginan untuk memahami dan mencoba usaha peternakan sapi potong.

4. Variabel Tenaga Kerja terhadap Pendapatan

Faktor tenaga kerja (X4) terhadap pendapatan memberi berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan, hal ini menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap pendapatan dimana tenaga kerja peternak yang paling dominan adalah 1 orang sebanyak 90 orang responden (93,75%), dan tenaga kerja 2 orang sebanyak 6 orang responden (6,25%). Hal ini menunjukkan bahwa pada 8 (delapan) daerah penelitian penyerapan tenaga kerja untuk usaha peternakan sapi potong masih rendah karena usaha peternakan sapi potong masih merupakan usaha sampingan dan masih menggandalkan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga.

Tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong dilakukan setiap hari dan dilakukan oleh rumah tangga pemelihara yang melaksanakan kegiatan sapi potong. Tenaga kerja yang dilakukan adalah pengembalaan ternak sapi, mencari rumput, pemberian pakan dan minum, memandikan sapi, dan membersihkan kandang.

5. Variabel Jumlah Tanggungan terhadap Pendapatan

Peningkatan jumlah tanggungan tidak mempengaruhi pendapatan ternak sapi potong, dimana jumlah tanggungan peternak yang paling dominan adalah 0-1 jiwa sebanyak 69 orang responden (71,88%), 2–3 jiwa sebanyak 20 orang responden (20,83), dan 4 –6 jiwa sebanyak 7 orang responden (7,29%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata peternak belum mempunyai tanggungan dan peternak berada di umur produktif. Jumlah

tanggungan akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga peternak.

6. Variabel Skala Usaha terhadap Pendapatan

Skala usaha berpengaruh terhadap besar kecilnya dan mempengaruhi kontribusi ternak terhadap pendapatan rumah tangga peternak. Besar atau kecil skala usaha yang dimiliki oleh peternak sangat membantu dalam meningkatkan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan.

7. Variabel Mortalitas terhadap Pendapatan

Persentase mortalitas ternak yang dipelihara peternak di 8 (delapan) kecamatan, semakin tinggi persentase mortalitas maka semakin rendah pendapatan dan sebaliknya semakin rendah persentase mortalitas maka semakin tinggi pendapatan. Hal ini sangat mempengaruhi peningkatan pendapatan peternak, dimana semakin kecil mortalitas berarti penanganannya sudah cukup baik. Besar atau kecil mortalitas ternak sangat mempengaruhi peningkatan pendapatan. KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan:

1. 5 tahun analisis, kebijakan pemerintah bernilai positif dalam pengembangan sub sektor peternakan di Kabupaten Agam. Sub sektor peternakan secara proporsional mengalami pengurangan pendapatan namun mempunyai keunggulan lokal.

2. Peran pemuda sebagai dinamisator, katalisator, motivator, dan inovator berpengaruh signifikan terhadap pendapatan, sedangkan variabel evaluator berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan.

3. Skala usaha dan mortalitas ternak bepengaruh signifikan, sedangkan umur peternak, lama usaha, jumlah tanggungan, tenaga kerja, dan pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak.

SARAN

1. Peran sub sektor peternakan terhadap pembangunan pertanian di Kabupaten

(8)

Agam memberikan sumbangan yang positif tetapi masih kecil, untuk itu perlu adanya peningkatan potensi peternakan di Kabupaten Agam karena mempunyai keunggulan lokal.

2. Variabel evaluator tidak berpengaruh signifikan terhadap pembangunan peternakan sapi potong dalam aspek pendapatan sehingga perlunya meningkatkan peran pemuda sebagai pengawasan dan kebijakan dalam pembangunan peternakan sapi potong di Kabupaten Agam.

Skala usaha dapat ditingkatkan dengan pemberian kredit dan bantuan modal untuk peternak. Mortalitas ternak perlu adanya peningkatan penanganan dengan cara penyuluhan kepada peternak tentang pentingnya kesehatan ternak.

DAFTAR RUJUKAN

Badan Pusat Statistik. 2013. Sensus Pertanian 2013 Kabupaten Agam. ________________.2014. Provinsi

Sumatera Barat dalam Angka 2014. _________________. 2014. Kabupaten

Agam dalam Angka 2014.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan Kabupaten Agam. Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan Kabupaten Agam. 2011-2015.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Repiblik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Jakarta. 40 hlm.

Mosher, A. T. 1985. Menggerakkan dan Membangun Ekonomi Pertanian. Disadur Oleh Krisnandi, S. & Somad, B. Cetakan Ke-10, Yasaguna, Jakarta.

Sonbait, Y.L, Santosa, K.A. dan Panjono. 2011. Evaluasi Program Pengembangan Sapi Potong Gaduhan Melalui Kelompok Lembaga Mandiri Yang Mengakar di Masyarakat di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Buletin Peternakan Vol. 35(3):208-217, Oktober 2011.

Sugiarto. 2001. Pengujian Dalam Auditing Statistika dan Nonstatistika Sampling. Pionir Jaya, Yogyakarta. Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian,

Cetakan Kelima, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

________. 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

_______. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pedekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Cetakan ke-16. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta. hal 87-88.

Taufiq, M. 2013. Peran Pemuda dalam Pembangunan. Peran Pemuda dalam Pembangunan Universitas Mathla’ul Anwar Bante.htm. Yasin, S. 2013. Produksi Ternak

Ruminansia. Penerbit Pustaka Reka Cipta, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi faktor lingkungan sosial seperti tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan kuantil indeks kepemilikan merupakan determinan variabel yang dapat dimodifikasi

Membantu Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah merumuskan kebijakan daerah dalam pelaksanaan kewenangan daerah di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika

Hasil penelitian serupa juga dilakukan oleh Bayuningsih (2011), menjelaskan bahwa terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen sebelum dan sesudah penggunaan nesting

tentang asupan nutrisi pada anak.. yaitu menggali pengetahuan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Kemampuan interkoneksi multiple

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat beberapa saran dari peneliti, sebagai berikut :Secara Akademis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

 Kerb pracetak (bingkai mulut air) type dan ukuran sesuai gambar, beton K-300 termasuk lantai kerja - Tertimpa Kansteen saat Pekerjaan Bongkaran - Terkena iritasi pada

Nama L/P Tempat, Tgl Lahir Alamat Kec Kab No Telephone/ HP 1 Doni Santoso L Tapin 7 Juli 1990 Jl... Rantau Kiwa