• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELATIHAN PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR MODALITAS DALAM JEJARING (DARING)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PELATIHAN PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR MODALITAS DALAM JEJARING (DARING)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN PELATIHAN

PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR

MODALITAS DALAM JEJARING (DARING)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

TAHUN 2016

(3)
(4)
(5)

iii

DAFTAR ISI

SAMBUTAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ... viii

BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Landasan Hukum ... 2 C. Tujuan ... 3 D. Sasaran ... 3 E. Manfaat ... 3 F. Ruang Lingkup ... 4 BAB II ... 5

TINJAUAN UMUM PELATIHAN MODALITAS DARING ... 5

A. Pengertian ... 5

B. Jenis Modalitas Daring ... 5

C. Prinsip Modalitas Daring ... 6

D. Pentingnya Modalitas Daring ... 7

E. Penentuan Peserta ... 7

F. Komponen Sistem Modalitas Daring ... 8

G. Arsitektur Modalitas Daring ... 8

H. Sistem Penjaminan Mutu ... 9

BAB III ... 13

PELAKSANAAN PELATIHAN MODALITAS DARING MODEL 1 ... 13

A. Deskripsi Kegiatan ... 13

B. Mekanisme Pembimbingan/Fasilitasi ... 13

C. Pengampu, Peserta, dan Admin ... 14

D. Peran dan Tanggung Jawab ... 15

E. Waktu ... 16

F. Struktur Program ... 16

G. Aktivitas Pembelajaran ... 18

H. Penilaian dan Pemberian Sertifikasi ... 19

I. Penerbitan Sertifikat ... 20

J. Monitoring dan Evaluasi ... 21

1. Waktu ... 21

2. Perangkat Evaluasi ... 21

3. Pengumpulan dan Analisa Data ... 22

K. Pelaporan ... 23

(6)

iv

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MODALITAS DARING ... 24

A. Pengertian Sistem Informasi Manajemen ... 24

B. Tujuan dan Ruang Lingkup ... 24

C. Mekanisme Sistem Informasi Manajemen ... 24

D. Peran dan Tanggung Jawab ... 28

E. Pengelolaan Kelas ... 29

BAB V ... 31

PENUTUP ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis Modalitas Daring ... 6

Gambar 2. Peruntukan Modalitas Daring ... 8

Gambar 3. Arsitektur Modalitas Daring ... 9

Gambar 4. Mekanisme Pembimbingan Modalitas Daring Model 1 ... 13

Gambar 5. Pelaksaaan Pembimbingan Modalitas Daring ... 14

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Program Modalitas Daring ... 16

Tabel 2. Tahapan Pembelajaran Modalitas Daring (6 minggu) ... 17

Tabel 3. Aktivitas Pembelajaran Modalitas Daring ... 19

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Evaluasi Peserta Penyelenggaraan ... 33

Lampiran 2. Instrumen Monitoring dan Evaluasi ... 35

Lampiran 3. Format Laporan Monev ... 38

Lampiran 4. Format Laporan Mentor ... 41

Lampiran 5. Format Laporan Pengampu ... 47

Lampiran 6. Contoh Format Daftar Hadir ... 53

(10)

viii

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

Istilah/Singkatan Keterangan

Coorporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung jawab sosial dari perusahaan yang ikut

mendanai program Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Pembelajar Modalitas Daring

Dapodik GTK Data pokok pendidik yang ada di Direktorat GTK Daring Dalam jejaring/ (internet) / online

Difabel Orang yang memiliki kebutuhan khusus

Ditjen GTK Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Efektifitas Suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

pembelajaran yang telah dicapai

effect size Besarnya pengaruh proses pembelajaran terhadap capaian hasil belajar

e-portofolio Wadah di dalam LMS yang digunakan untuk menyimpan lembar kerja yang diselesaikan

PSP Pengawas sekolah pembelajar

PSP Modalitas Daring Model pembelajaran bagi pengawas sekolah yang dilakukan secara daring

Interaksi asynchronous Interaksi yang terjadi pada waktu yang tidak bersamaan Interaksi synchronous Interaksi yang terjadi pada waktu yang bersamaan Komunitas Pembelajar Sekelompok guru yang melakukan pembelajaran

kolaborasi secara daring dan luring, misalnya melalui diskusi, berbagi informasi, berbagi pengalaman, dan berbagi sumber belajar

Konstruktivisme social Teori belajar yang memandang bahwa ilmu pengetahuan dapat dibangun melalui interaksi social

Koordinator Admin Tenaga teknis yang ada di UPT, yang mempunyai otoritas di dalam memanipulasi konten teknis untuk menjamin keberlangsungan pelaksanaan PSP Modalitas Daring

Learning Management System (LMS)

Sistem manajemen pembelajaran secara elektronik, misalnya moodle, dan blackboard

Log activity Rekaman kegiatan dalam sistem

Luring Luar jaringan (internet) / offline

Pengampu Widyaiswara/PTP/Dosen/Instruktur yang memfasilitasi, membimbing dan memonitor kegiatan peserta dalam PSP Modalitas Daring

Pusat Belajar (PB) Tempat kegiatan pendampingan dan tatap muka antara mentor dengan peserta pada PSP Modalitas Daring Refleksi Memikirkan ulang dan menuangkan hal-hal yang telah

diperoleh dalam proses belajar, faktor-faktor pendukung atau penghambat (baik internal maupun eksternal) dalam proses belajar, langkah apa yang harus diambil untuk mengantisipasi masalah, dan rencana aksi tindak lanjut

(11)

ix

Istilah/Singkatan Keterangan

pembelajaran

Relevansi Kaitan atau hubungan antara kesesuaian isi pelatihan dengan profesi peserta, dan penerapannya di tempat kerja

smiley face Instrumen untuk mengukur reaksi peserta terhadap proses pembelajaran, berupa “kepuasan peserta”

Surel Surat elektronik yang biasa dikenal dengan email Tagihan Seluruh tugas yang harus diselesaikan selama

pembelajaran dalam bentuk: penilaian diri yang diunggah dan dibagikan ke pengampu dan atau mentor, tes sesi dan tes akhir.

t-test Uji statistik (parametrik) berdasarkan perbandingan 2 (dua) kelompok data; hasil kemampuan awal dan hasil tes Akhir, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan setelah proses pembelajaran

UPT Unit pelaksana teknis mencakup PPPPTK, LPPKS dan

LPPPTK-KPTK yang menyelenggarakan PSP Modalitas Daring

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawas Sekolah merupakan jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan. Oleh karena itu, Pengawas Sekolah mempunyai peran sangat penting dan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Partisipasi Pengawas Sekolah dalam pembangunan nasional sangat diharapkan. Pengawas sekolah, bersama-sama dengan kepala sekolah dan guru diharapkan mampu membantu mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, berjiwa sosial, dan berkepribadian yang baik. Sebagai konsekuensi dari jabatan tersebut, Pengawas Sekolah harus profesional dalam menyelesaikan berbagai permasalahan akademik dan manajerial yang terjadi di satuan pendidikan.

Permeneg PAN & RB No 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, butir (b) pasal 7, menjelaskan bahwa “wajib bagi pengawas sekolah untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kompetensi pengawasan sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasan secara profesional. Dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah, kompetensi pengawas sekolah erat hubungannya dengan kompetensi kepala sekolah dan guru. Atas dasar itu, kualitas pengawas sekolah secara tidak langsung merefleksikan kompetensi kepala sekolah dan guru serta kualitas sekolah yang dibinanya.

Tuntutan agar pengawas sekolah harus selalu meningkatkan kualitasnya, hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah bahwa pengawas sekolah wajib senantiasa melakukan pengembangan diri sebagai bagian dari Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) atau Continuing Professional Development (CPD). Pengembangan diri pengawas sekolah merupakan bagian penting dan strategis dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Program Pengawas Sekolah Pembelajar merupakan salah satu strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pengawas sekolah. Implementasi program tersebut diharapkan dapat memberikan dampak pada peningkatan karier pengawas sekolah.

Di dalam Program Pengawas Sekolah Pembelajar, kegiatan pelatihan dilakukan melalui 4 (tiga) modalitas, yaitu (1) Tatap Muka; (2) Dalam jejaring (Daring); (3) Kombinasi, dan (4) Madiri. Setiap modalitas memiliki karakteristik masing-masing. Juknis ini secara khusus menjelaskan pelatihan melalui Modalitas Daring. Prinsip modalitas ini mendorong Pengawas Sekolah menjadi pembelajar yang aktif dan mandiri dengan mengakses sumber belajar secara daring, belajar secara individu sesuai kebutuhan, saling berbagi (sharing) pengalaman dengan pengawas sekolah lain dengan dukungan jaringan internet.

(13)

2 B. Landasan Hukum

Program pengawas sekolah pembelajar dikembangkan berdasarkan dasar hukum sebagai berikut.

1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

3.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2000.

4.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan sebagaimana telah diubah lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

5.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

6.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009.

8.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

9.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(14)

3 C. Tujuan

Petunjuk teknis ini disusun sebagai acuan kerja bagi penyelenggara, pengguna, dan pemangku kepentingan Program Pengawas Sekolah Pembelajar dalam:

1. Merencanakan kegiatan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas

Daring

2. Melaksanakan kegiatan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas

Daring

3. Mengelola kegiatan peningkatan kompetensi Pengawas Sekolah di wilayah

masing-masing

D. Sasaran

Petunjuk Teknis ini ditujukan kepada:

1.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen. GTK)

2.

Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah (Dit. PTK Dikdasmen)

3.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK);

4.

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

5.

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan, Perikanan, Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPPPTK-KPTK)

6.

Dinas Pendidikan Provinsi

7.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

8.

Satuan Pendidikan

9.

Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI)

10. Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) dan Musyawarah Kerja Pengawas

Sekolah (MKKPS)

11. Pengawas sekolah

E. Manfaat

Manfaat dari Juknis ini sebagai berikut: 1. Bagi Ditjen GTK

a. Sebagai acuan operasional dalam pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

b. Sebagai panduan dalam pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring

c. Sebagai panduan dalam fasilitasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

(15)

4 2. Bagi PPPPTK, LPPKS, dan LPPPTK-KPTK sebagai unit pelaksana teknis (UPT)

a. Sebagai acuan operasional dalam melaksanakan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

b. Sebagai panduan dalam melaksanakan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring sehingga pelaksanaannya dapat lebih terencana, bermakna dan bermanfaat.

c. Sebagai panduan dalam memfasilitasi, mengorganisasi, melakukan monitoring dan evaluasi, serta melakukan pendampingan pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

3. Bagi Dinas Pendidikan Provinsi/Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

a. Membantu dalam menentukan peserta Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar dengan Modalitas Daring sesuai peruntukannya.

b. Membantu dalam menentukan Pusat Belajar (PB).

c. Memberikan informasi kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk melegalisasi sertifikat Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring Daring yang dicetak oleh peserta.

F. Ruang Lingkup

Petunjuk Teknis Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring ini memuat informasi tentang latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, materi, strategi, jenis kegiatan, dan rambu-rambu penyelenggaraan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring serta tata cara penilaiannya.

(16)

5

BAB II

TINJAUAN UMUM PELATIHAN MODALITAS DARING

A. Pengertian

Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring adalah kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi jaringan komputer dan internet. Kegiatan pembelajaran pada pelatihan ini dilaksanakan secara mandiri tanpa keterlibatan narasumber serta layanan pelatihan oleh pihak penyelenggara pelatihan. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara langsung melalui internet dan tidak melalui tatap muka. Pada kondisi tertentu keterlibatan narasumber dalam Kegiatan pembelajaran masih diperlukan, misalnya dalam memberikan penguatan materi dengan menggunakan video call secara terjadwal.

Pembelajaran Modalitas Daring memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

a. Menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan pengetahuan secara mandiri (constructivism);

b. Pembelajar akan berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam membangun pengetahuan dan memecahkan masalah secara bersama-sama (social-

constructivism);

c. Membentuk suatu komunitas pembelajar (community of learners) yang inklusif; d. Memanfaatkan media laman (website) yang bisa diakses melalui internet,

pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan atau kelas digital; e. Interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan;

B. Jenis Modalitas Daring

Modalitas Daring terdiri dari 2 (dua) Jenis, yaitu Modalitas Daring (Penuh) dan Modalitas Kombinasi. Modalitas Daring (Penuh) memiliki 2 (dua) model pembimbingan/fasilitasi terhadap peserta pelatihan. Kedua model tersebut adalah Modalitas Daring Model 1 dan Modalitas Daring Model 2. Pembimbingan/fasilitasi peserta pelatihan pada Model 1 dilakukan oleh pengampu. Sedangkan Pembimbingan/fasilitasi peserta pelatihan pada Model 2 dilakukan oleh pengampu dan mentor. Proses komunikasi antara pengampu, mentor dan peserta dilakukan secara daring penuh.

Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar menggunakan Modalitas Daring Model 1.

Modalitas kombinasi hampir sama dengan Modalitas Daring (Penuh) Model 2, hanya saja interaksi belajar antara mentor dan peserta dilakukan secara daring dan tatap muka. Interaksi belajar daring dilakukan secara mandiri dengan memanfaatkan TIK dan kegiatan pembelajaran dilakukan secara elektronik. Interaksi tatap muka dilaksanakan di pusat belajar (PB) yang telah ditetapkan. Tata muka difasilitasi oleh seorang mentor.

(17)

6 Pertemuan tatap muka dilaksanakan sesuai jadwal yang disepakati bersama antara peserta dan mentor. Jenis Modalitas Daring dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Jenis Modalitas Daring

C. Prinsip Modalitas Daring

Pelatihan dengan Modalitas Daring menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Rumusan tujuan pembelajaran pada setiap modul jelas, spesifik, teramati, dan terukur untuk mengubah perilaku pembelajar.

2. Konten di modul relevan dengan kebutuhan pembelajar, masyarakat, dunia kerja, atau dunia pendidikan.

3. Meningkatkan mutu pendidikan yang ditandai dengan pembelajaran lebih aktif dan mutu lulusan lebih produktif.

4. Efisiensi biaya, tenaga, sumber dan waktu, serta efektivitas program. 5. Pemerataan dan perluasan kesempatan belajar.

6. Pembelajaran yang berkesinambungan dan terus menerus.

Pembelajaran Modalitas Daring menganut prinsip-prinsip yaitu:

1. Mendorong komunikasi antara peserta dengan fasilitator dan pengampu

Komunikasi yang baik dalam lingkungan belajar daring adalah praktik pembelajaran yang baik. Praktik pembelajaran yang baik akan mendorong keterlibatan peserta dan membantu peserta mengatasi tantangan-tantangan dalam belajar.

2. Mengembangkan kedekatan dan kerjasama antar peserta

Lingkungan belajar daring didesain dan dikembangkan guna mendorong kerjasama, adanya dukungan timbal balik, berbagi ide dan saling menanggapi antar sesama peserta.

3. Mendukung pembelajaran aktif

Lingkungan belajar Modalitas Daring mendukung pembelajaran berbasis proyek, melakukan proses pembelajaran secara aktif, mengakses materi, berkarya, berdiskusi dengan sesama peserta dan mentor serta pengampu. Peserta membahas materi yang dipelajari, menuliskan, menghubungkan dengan pengalaman mereka, dan mengaplikasikannya.

(18)

7 Kunci pembelajaran daring yang efektif adalah memberikan tanggapan secepatnya kepada peserta dalam bentuk teks atau suara. Dengan cara ini peserta akan merasakan manfaat atas kelas yang mereka ikuti dan merasakan bahwa proses belajar dalam Modalitas Daring ternyata tidak membosankan. Peserta Modalitas Daring memerlukan dua macam umpan balik: (a) umpan balik atas konten dan (b) umpan balik untuk pengakuan kinerja.

5. Pembatasan waktu pengerjaan tugas

Walaupun lingkungan belajar daring memberikan keleluasaan untuk belajar dengan ritme masing-masing peserta, tetapi belajar daring membutuhkan batasan waktu pengerjaan tugas, sehingga peserta diarahkan untuk menggunakan rentang waktu yang telah di desain dalam sistem pembelajaran daring.

6. Mengkomunikasikan harapan yang tinggi

Standar yang tinggi diterapkan untuk semua peserta. Dengan demikian, peserta diharapkan dapat mendorong diri sendiri untuk mau belajar dan untuk menumbuhkan motivasi yang tinggi bagi peserta. Dalam lingkungan pembelajaran modalitas daring, harapan yang tinggi dikomunikasikan melalui tugas yang menantang, contoh-contoh kasus, dan pujian hasil kerja yang berkualitas, serta berfungsi untuk mencapai harapan yang tinggi terhadap hasil pembelajaran.

7. Menghargai berbagai kompetensi dan metode pembelajaran

Pembelajaran Modalitas Daring, menyediakan media belajar dan topik yang beragam untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan kreasi untuk mengakomodalitassi gaya belajar yang berbeda-beda.

D. Pentingnya Modalitas Daring

Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring sangat penting karena dapat mengembangkan keterampilan instruksional dan pengetahuan pengawas sekolah Melalui berbagai bentuk sumber belajar dan referensi yang tersedia dalam Sistem Modalitas Daring, pengawas sekolah diharapkan dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi tugas-tugas supervisi akademik, supervisi manajerial, evaluasi pendidikan, dan penelitian pengembangan.

E. Penentuan Peserta

Dalam kurun waktu 1 (satu) tahun, pengawas sekolah diwajibkan untuk menyelesaikan setidaknya 2 (dua) kelompok kompetensi yang nilainya paling rendah dalam satu tahun program berjalan dan atau modul prioritas yang sudah ditentukan untuk 1 (satu) modalitas. Pengawas sekolah yang akan mengikuti Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring adalah:

1. Pengawas sekolah yang memiliki peta kompetensi dari hasil UKPS/tes awal menunjukan terdapat nilai di bawah Kriteria Capaian Minimum (KCM) pada 3 (tiga) hingga 7 (tujuh) kelompok kompetensi.

2. Berada di wilayah yang tersedia akses/jaringan internet

3. Bersedia melaksanakan pembelajaran menggunakan Modalitas Daring dengan kemauan dan komitmen yang tinggi

(19)

8 Peruntukan Modalitas Daring Model 1 dan Model 2 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

Daring

Model 1

Nilai dibawah KCM 3-5 KK Akses/Jaringan internet mendukung Berkomitmen tinggi untuk menyelesaikan pembelajaran

Daring

Model 2

Nilai dibawah KCM 6-7 KK

Lokasi jauh dari KKG/MGMP (tidak mendukung Tatap Muka)

Binaan dari mentor yang kurang dari kuota

Gambar 2. Peruntukan Modalitas Daring

F. Komponen Sistem Modalitas Daring

Unsur-unsur yang ada di dalam penyelenggaraan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring terdiri dari pembelajaran menggunakan akses internet, pusat belajar, mentor, materi ajar, belajar mandiri, interaksi tatap muka, interaksi daring, kegiatan praktikum, sistem penilaian pembelajaran daring, sistem penilaian belajar mandiri, penggunaan sistem UKPS dalam tes akhir, evaluasi akhir program dan sertifikasi.

G. Arsitektur Modalitas Daring

Sistem Program Guru dan Tenaga Kependidikan Pembelajar yang berisi data peserta akan diekspor ke Learning Managament System (LMS) untuk didaftarkan sebagai peserta. Modul Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar yang disusun dalam bentuk aktivitas pembelajaran seperti: teks modul, gambar, video, audio, serta fasilitas video

call sebagai sarana interaksi antara pengampu, mentor, dan peserta disimpan di server repository. Data seluruh aktivitas pengguna SIM Pengawas Sekolah Pembelajar ini akan

(20)

9 setiap peserta akan direkam dan disimpan di dalam database peserta. Arsitektur Sistem Guru dan Tenaga Kependidikan Pembelajar dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 3 berikut ini.

Peserta yang akan melakukan Tes Akhir

Jadwal pelaksanaan Tes Akhir Konten Laporan Keaktifan Peserta Bukti Fisik Pembelajaran Pengguna Data kelas Mendaftarkan pengguna ke kelas Nilai Sementara Laporan Activity Completion

Nilai Tes Akhir

LMS

GTK

PEMBELAJAR

SISTEM UKG SIM GTK PEMBELAJAR

LAPO

RAN

/

ANALY

TI

C

T

OOL

e-Po

rtfoli

o

Server Konten

Gambar 1. Arsitektur Modalitas Daring

H. Sistem Penjaminan Mutu

Penjaminan mutu dalam pelatihan pengawas sekolah modalitas daring adalah segenap tindakan yang direncanakan secara sistematis, yang diperlukan untuk menjamin agar proses dan hasil pelatihan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Sistem penjaminan mutu ini mencakup:

1. Pengendalian Sistem

Pengendalian sistem dalam pelatihan pengawas sekolah modalitas daring merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menjaga agar pelatihan dengan modalitas daring yang dilaksanakan tetap berada dalam ‘prosedur’ yang diinginkan atau ditetapkan. Hal ini dilandasi bahwa proses pelatihan yang terkendali dengan baik dapat menjamin hasil pelatihan memenuhi standar yang ditetapkan

Pengendalian sistem dilakukan dengan membentuk beberapa petugas. Setiap petugas memiliki peran dan tugas sebagai berikut.

(21)

10 a. Koordinator Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring

Koordinator Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring ditunjuk oleh Ditjen GTK dan bertanggungjawab terhadap keberlangsungan Modalitas Daring di tingkat pusat. Koordinator bertugas mengawasi, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan Pelatihan dengan Modalitas Daring di setiap UPT.

b. Penanggung jawab UPT

Penanggung jawab UPT adalah orang yang diberi tugas oleh Kepala UPT untuk mengkoordinasikan, mengawasi, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring di tingkat UPT. Penanggung jawab bertugas membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan dilaporkan kepada koordinator program Pengawas Sekolah Pembelajar.

c. Operator PPPPTK

Operator PPPPTK adalah orang yang ditugasi oleh UPT untuk menyiapkan dan memastikan bahwa kelas pelatihan pengawas sekolah pembelajar modalitas daring sudah terbentuk di SIM Pengawas Sekolah Pembelajar dan siap dimulai.

d. Pengampu

Pengampu merupakan widyaiswara/PTP/dosen/pengembang modul Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar yang telah lulus Bimtek Narasumer Nasional. Pengampu mempunyai otoritas di dalam LMS Pengawas Sekolah Pembelajar untuk memanipulasi konten dalam menjamin keberlangsungan pelaksanaan pelatihan dengan modalitas daring. Apabila terjadi sesuatu hal yang memang harus diperbaiki dari sisi konten, maka pengampu diwajibkan untuk memperbaiki sesuai dengan kelas yang diampu.

e. Koordinator Admin LMS UPT

Koordinator admin LMS UPT merupakan tim pengembang sistem pelatihan pengawas sekolah pembelajar modalitas daring yang diangkat di setiap UPT. Koordinator admin LMS UPT mempunyai otoritas di dalam memanipulasi konten dan teknis di dalam LMS Pengawas Sekolah Pembelajar untuk menjamin keberlangsungan pelaksanaan Modalitas Daring. Apabila terjadi hal yang memang harus diperbaiki, baik dari sisi teknis maupun konten, maka koordinator admin LMS diwajibkan berkoordinasi dengan koordinator admin LMS UPT lainnya, terutama bagi materi pembelajaran yang diampu di beberapa UPT.

f. Admin Kelas

Admin kelas adalah orang yang ditugasi oleh UPT untuk memberikan bantuan dalam hal teknis pelaksanaan pengawas sekolah pembelajar modalitas daring di kelasnya masing-masing. Jumlah admin kelas dapat disesuaikan dengan kebutuhan UPT. Pengendalian sistem oleh admin kelas di UPT dilakukan dengan cara:

1) membantu peserta, mentor, dan pengampu terkait dengan teknis pelaksanaan pelatihan dengan modalitas daring.

(22)

11 2) memonitor jalannya kegiatan pelatihan dengan modalitas daring

3) mengumpulkan data hasil monitoring dan evaluasi dari LMS. 2. Pengendalian Konten Sistem

Konten sistem Program Guru dan Tenaga Kependidikan Pembelajar Modalitas Daring merupakan tanggung jawab Direktorat Pembinaan Tendik Dikdasmen dengan menggunakan standar yang sudah ditentukan. Penjaminan konten sistem dilakukan secara terpusat dalam sebuah LMS Program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

3. Pengendalian Kualitas Mentor

Peserta dapat melaporkan pelayanan mentor dalam memberikan bimbingan kepada pengampu dan admin kelas. Laporan pelayanan dapat disampaikan melalui tautan

message, sms atau surat elektronik (surel) kepada pengampu di tingkat UPT.

4. Pengendalian Pengampu

Peserta dan mentor dapat melaporkan pelayanan pengampu dalam memfasilitasi pembelajaran kepada UPT tempat pengampu bertugas. Laporan pelayanan dapat disampaikan melalui message, sms atau surat elektronik kepada koordinator admin LMS UPT.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan diantisipasi agar pelatihan pengawas sekolah pembelajar modalitas daring dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu:

1. Ketersediaan Tempat Kegiatan

Tempat pelaksanaan pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring harus dikoordinasikan secara dini dengan pihak-pihak terkait.

2. Ketepatan Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan pelatihan perlu diselaraskan dengan agenda pelaksanaan kegiatan yang bersifat nasional maupun regional.

3. Ketersediaan Pusat Belajar

Penentuan Pusat Pelajar (PB) perlu dikoordinasikan dengan UPT lainnya, seperti Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

4. Ketersediaan Tempat Uji Kompetensi

Tempat Uji Kompetensi

(TUK)

yang disarankan adalah TUK yang pernah digunakan sebelumnya sejak tahun 2015. TUK tersebut telah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun Provinsi.

5. Ketersediaan Pengampu dan Mentor

Pemenuhan kebutuhan pengampu dan mentor harus dikoordinasikan dengan UPT lainnya, seperti Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota maupun Provinsi.

(23)

12 6. Resiko Tidak Terduga

Bila terjadi bencana, sakit/meninggal, pencurian, dll. maka penanganannya disesuaikan dengan prosedur yang berlaku dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait.

7. Keaktifan Peserta

Peserta diupayakan aktif mengikuti pelatihan dengan Modalitas Daring. Bagi peserta yang tidak aktif agar segera diberi peringatan. Apabila peringatan tersebut tidak ditindaklanjuti, maka pembiayaan akses internet yang diberikan akan diberhentikan. Hal ini sebagai upaya efisiensi pebiayaan akses internet

8. Peningkatan Kompetensi Peserta

Peserta diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya melalui Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

(24)

13

BAB III

PELAKSANAAN PELATIHAN PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR

MODALITAS DARING MODEL 1

A. Deskripsi Kegiatan

Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring adalah pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pengawas sekolah secara daring. Model 1 menunjukkan bahwa pelatihan hanya akan dibimbing/difasilitasi oleh seorang pengampu. Peserta dalam pelatihan ini ditentukan atas dasar hasil UKPS, dengan kriteria yaitu: memiliki 3 (tiga) hingga 5 (lima) kelompok kompetensi ada dibawah KCM, tersedia akses/jaringan internet, dan memiliki komitmen yang tinggi. Dalam pelatihan ini, interaksi peserta dengan pengampu dan atau peserta dengan peserta sepenuhnya dilakukan secara daring. Melalui interaksi daring diharapkan akan terbentuk komunitas belajar (community of learners).

B. Mekanisme Pembimbingan/Fasilitasi

Salah satu karakteristik Modalitas Daring adalah adanya keleluasaan waktu belajar. Peserta dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Peserta tidak perlu meninggalkan tugas dan kewajibannya sebagai pengawas sekolah. Peserta dapat berinteraksi dengan pengampu secara synchronous – interaksi belajar pada waktu yang bersamaan seperti dengan menggunakan video call, telepon atau live chat, maupun asynchronous – interaksi belajar pada waktu yang tidak bersamaan melalui kegiatan pembelajaran yang telah disediakan secara elektronik.

Pembelajaran Modalitas Daring Model 1 melibatkan pengampu dan peserta secara penuh. Peserta melakukan pembelajaran daring dengan mengakses dan mempelajari bahan ajar, mengerjakan latihan-latihan (tugas), berdiskusi dan berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan peserta lainnya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Selama proses pembelajaran, peserta dibimbing dan difasilitasi secara daring oleh pengampu seperti pada Gambar 1.

Gambar 4. Mekanisme Pembimbingan Modalitas Daring Model 1

Narasum ber / Pengam pu Sistem Guru dan Tenaga Kependidik-an Pembelajara nan Peserta Pengampu memfasilitasi peserta secara daring. Peserta berkomunikasi dengan pengampu secara daring

Admin Kelas

(25)

14 Pelaksanaan pembimbingan/fasilitasi Modalitas Daring Model 1 diatur dengan ketentuan 1 (satu) orang pengampu akan mendampingi atau memfasilitasi sebanyak 40 orang peserta. Lihat Gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Pelaksaaan Pembimbingan Modalitas Daring C. Pengampu, Peserta, dan Admin

1. Pengampu

Pengampu dalam pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring adalah Widyaiswara/Dosen/Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) dan Pengembang Modul yang telah mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Narasumber Nasional dengan kriteria sebagai berikut:

a. Mempunyai pengalaman di dalam kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih pembelajar dewasa (pendekatan andragogi).

b. Memiliki kemampuan dasar TIK (pengolah kata/ word processor, pengolah data/spreadsheet, presentasi/powerpoint, penggunaan internet – email/ surel,

browsing, download / unduh dan upload / unggah data).

c. Bersedia memfasilitasi pembelajaran menggunakan Modalitas Daring dengan kemauan dan komitmen yang tinggi.

2. Peserta

Peserta Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring adalah pengawas sekolah yang telah mengikuti UKPS/Pre test dan memenuhi kriteria:

a. Nilai UKPS-nya terdapat 3 (tiga) hingga 7 (tujuh) kelompok modul di bawah Kriteria Capaian Minimal (KCM).

b. Berada di wilayah yang tersedia akses/jaringan internet.

c. Bersedia melaksanakan pembelajaran menggunakan Modalitas Daring dengan kemauan dan komitmen yang tinggi.

(26)

15 3. Admin

Admin pada pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring terdiri atas satu orang koordinator admin LMS PPPPTK dan beberapa admin kelas. Koordinator admin LMS PPPPTK adalah tim pengembang Sistem Program Guru dan Tenaga Kependidikan Pembelajar modalitas daring dan menguasai LMS yang digunakan, sedangkan admin kelas adalah:

a. Staf teknis yang ditugaskan oleh UPT bersangkutan b. Telah mengikuti program desiminasi dari tim pengembang

c. Mampu menggunakan Sistem Program Guru dan Tenaga Kependidikan Pembelajar dengan baik

d. Memiliki integritas untuk menjaga kerahasiaan data peserta e. Memiliki komitmen tinggi untuk menjalankan tugasnya D. Peran dan Tanggung Jawab

1. Peran Pengampu

a. Berkomunikasi dengan peserta secara daring untuk memonitor pelaksanaan pembelajaran.

b. Memfasilitasi proses belajar selama pembelajaran daring berlangsung.

c. Mendampingi dan memberi semangat kepada peserta dalam proses pembimbingan pembelajaran.

d. Memberi umpan balik terhadap tugas yang diunggah peserta e. Mengevaluasi kegiatan para peserta dalam pembelajaran. f. Memeriksa rekaman kegiatan peserta, dan

g. Memberikan umpan balik terhadap laporan kemajuan peserta. h. Memonitor keaktifan peserta dalam pembelajaran daring

i. Memfasilitasi proses belajar selama pembelajaran daring berlangsung

j. Menganalisis hasil rekaman kegiatan dan hasil penilaian peserta sebagai bahan laporan bagi UPT.

2. Peran Peserta

Peserta dalam program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring harus berperan aktif dalam seluruh proses pembelajaran modalitas daring, antara lain:

a. Melaksanakan proses pembelajaran secara aktif dan berkomitmen tinggi saat daring maupun luring,

b. Melaksanakan pembelajaran secara kolaboratif, c. Berbagi pengalaman kepada peserta lain, d. Memberikan umpan balik yang konstruktif,

e. Mencari jawaban terhadap permasalahan melalui berbagai sumber antara lain melalui internet, buku, dan lain-lain,

f. Mengungkapkan permasalahan terkait pembelajaran yang dihadapi, g. Menyelesaikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran,

(27)

16 3. Peran Admin

a. Koordinator admin LMS PPPPTK:

1) Bertanggung jawab untuk mengatasi masalah teknis terkait dengan sistem yang digunakan

b. Operator PPPPTK

1) Membuat kelas Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring di dalam SIM Pengawas Sekolah Pembelajar

2) Pendistribusian pengampu, mentor, peserta, admin kelas dan PB (daring kombinasi) di dalam kelas daring

3) Memulai kelas di SIM Pengawas Sekolah Pembelajar

4) Mengakhiri kelas di SIM Pengawas Sekolah Pembelajar sesuai dengan instruksi dari penanggungjawab program Pengawas Sekolah Pembelajar c. Admin kelas:

1) Pendistribusian pengampu, mentor, dan peserta di dalam kelas Modalitas Daring

2) Membantu pengampu dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk kepentingan monitoring, evaluasi dan pelaporan

3) Memberikan bantuan teknis terhadap peserta, mentor, dan pengampu di kelas Modalitas Daring.

E. Waktu

Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring dilaksanakan dengan pola 60 jam pelajaran (6 minggu). Waktu pelaksanaan pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring ditetapkan oleh masing-masing UPT.

F. Struktur Program

Struktur program Pelatihan Pengawas Sekolah Modalitas Daring dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Struktur Program Modalitas Daring

No Materi Alokasi Waktu (JP)

1 Materi Umum

a. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah

2

b. Konsep Pengawas Sekolah Pembelajar 2

2 Materi Inti

Pendalaman Materi Kelompok Kompetensi 54

3 Tes Akhir 2

Jumlah 60

(28)

17 Pembelajaran pada Modalitas Daring menggunakan modul yang dikembangkan dan direkonstruksi dengan mengikuti model pola 60 jam pelajaran (JP) selama 6 (enam) minggu dengan struktur seperti pada Tabel 2, berikut.

Tabel 2. Tahapan Pembelajaran Modalitas Daring (6 minggu)

Sesi Pendahul

uan

Sesi Pembelajaran Sesi

Penut up

Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5

Minggu ke-1 Materi Pembelaja ran Fo rum & Refl e k s i Materi Pembelaja ran Fo rum & Refl e k s i Materi Pembelaja ran Fo rum & Refl e k s i Materi Pembelaja ran Fo rum & Refl e k s i Mingg u ke-6

Penjelasan tabel 2, mengenai Tahapan Pembelajaran Modalitas Daring dapat dilihat pada uraian berikut:

1. Sesi Pendahuluan Sesi pendahuluan berisi:

a. Pengenalan dan demonstrasi sistem (hanya pada Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Kombinasi di Pusat Belajar)

b. Kebijakan pengembangan dan pembinaan profesi pengawas sekolah sebagai pengawas sekolah pembelajar

c. Penjelasan umum kegiatan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring d. Saran dan cara penggunaan modul

e. Alur Pembelajaran

2. Sesi Pembelajaran

Sesi pembelajaran memuat materi yang harus dikuasai sesuai dengan tuntutan hasil belajar yang dibuktikan dengan tagihan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada tiap sesi adalah:

a. Pengantar Sesi meliputi hasil belajar (indikator), aktivitas belajar, dan tagihan yang sesuai dengan sesi yang yang bersangkutan.

b. Aktivitas belajar mencakup serangkaian kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang harus diselesaikan sesuai dengan hasil belajar yang telah ditetapkan. Aktivitas pembelajaran Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring terdiri atas:

1) Mengerjakan kegiatan secara daring dan luring 2) Diskusi sesama peserta

3) Menyelesaikan tugas dan tagihan c. Forum Sesi

(29)

18 Kegiatan di dalam suatu komunitas pembelajar (community of learners) untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan memecahkan masalah sehingga peserta memperoleh pengetahuan baru melalui pendekatan kunstruktivisme sosial (social

constructivism). d. Refleksi

Peserta melakukan refleksi pada tiap akhir sesi dan dituangkan dalam blog. Refleksi mencakup pemikiran hal-hal yang baru didapatkan dalam proses belajar, faktor-faktor pendukung atau penghambat (baik internal maupun eksternal) dalam proses belajar, langkah apa yang harus diambil untuk mengantisipasi masalah, dan rencana aksi tindak lanjut pembelajaran.

e. Mengunggah Tugas dan Tagihan

Peserta mengunggah tugas dan tagihan sebagai bukti belajar untuk mendapatkan umpan balik dan penilaian dari mentor atau pengampu.

f. Reaksi peserta

Setiap akhir pembelajaran pada sesi genap, peserta diminta mengungkapkan reaksi mereka yang mencerminkan tingkat kepuasan terhadap proses pembelajaran yang diikuti.

g. Penilaian Diri

Peserta diminta untuk melakukan penilaian diri secara professional terhadap setiap hasil kegiatan yang ditagihkan sesuai dengan rubrik yang disediakan. Hasil penilaian diri menjadi salah satu komponen penilaian pada nilai akhir.

h. Tes Sumatif Sesi

Pada setiap akhir sesi, peserta akan mengerjakan soal tes sumatif. Hasil tes sumatif menjadi salah satu komponen penilaian pada nilai akhir.

3. Sesi Penutup

Sesi penutup adalah sesi terakhir dalam proses pembelajaran Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring peserta wajib melakukan beberapa aktivitas berikut: a. Kesimpulan dan umpan balik

Peserta mengisi format yang disediakan secara daring sebagai bentuk refleksi terhadap seluruh pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Evaluasi Penyelenggaraan PSP Modalitas Daring

Peserta mengisi format evaluasi penyelenggaraan program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring. Data evaluasi dari peserta akan digunakan oleh UPT untuk perbaikan program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring berikutnya.

c. Tes Akhir

Pada akhir pembelajaran (sesi penutup), peserta mengerjakan soal tes akhir. Hasil tes akhir merupakan salah satu komponen penilaian pada nilai akhir, dan dijadikan sebagai nilai UKPS ke-2 pada kelompok kompetensi yang diikuti.

(30)

19 Pada modalitas ini, peserta akan masuk (login) ke dalam LMS sesuai dengan nama pengguna (username) dan kata kunci (password) yang sudah ditentukan, melakukan pembelajaran pada sesi pendahuluan dan membuat rencana belajar. Selanjutnya, peserta melakukan aktivitas belajar pada setiap sesi seperti pada Tabel 3, sesuai dengan rencana belajar yang telah dibuat. Seluruh kegiatan akan dilakukan secara daring penuh dengan bimbingan pengampu

Tabel 3. Aktivitas Pembelajaran Modalitas Daring

Sesi Pendahuluan Sesi Pembelajaran Sesi Penutup Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5 10 JP 10 JP 10 JP 10 JP 10 JP 10 JP Peserta akan mempelajari

tentang:

 Kebijakan

pengembangan dan pembinaan karir pengawas sekolah dan program pengawas pembelajar

 Penjelasan umum kegiatan PSP Modalitas Daring

 Saran dan cara penggunaan modul

 Alur Pembelajaran

Peserta akan melakukan kegiatan pembelajaran berikut:

 Pengantar Sesi

 Aktivitas belajar

 Forum Sesi

 Refleksi

 Mengunggah Tugas dan Tagihan

Umpan balik (reaksi peserta)

Penilaian Diri

Tes Sumatif Sesi

Peserta akan melakukan kegiatan pembelajaran berikut:  Kesimpulan dan umpan balik  Evaluasi penyelenggaraan  Tes akhir

Video Call (Wajib)

H. Penilaian dan Pemberian Sertifikasi

Penilaian dalam kegiatan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring (selanjutnya disebut nilai akhir), diperoleh dari tagihan yang harus diselesaikan oleh peserta dan akan dilakukan secara otomatis di dalam LMS. Nilai akhir (NA) peserta diperoleh dari komponen:

1. Penilaian Diri

Penilaian diri (PD) merupakan tugas-tugas (baik pengetahuan maupun keterampilan) yang harus diselesaikan oleh peserta. Kemudian peserta menilai sendiri hasil pekerjaannya sesuai dengan rubrik yang telah disediakan di LMS.

2. Tes Sumatif Sesi

Tes sesi (TS) dilakukan oleh peserta di setiap akhir sesi. Nilai tes sesi merupakan rata-rata dari keseluruhan nilai tes sesi yang dilakukan.

3. Tes Akhir

Tes akhir (TA) dilakukan oleh peserta pada akhir pembelajaran di sesi penutup. Pelaksanaan tes akhir dilakukan secara serentak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan pada setiap kelas modul. Tes akhir akan digunakan sebagai nilai UKPS ke-2 pada kelompok kompetensi yang diikuti.

(31)

20 NA = 10%PD + 50%TS + 40%TA

Peserta pelatihan modalitas daring akan mendapatkan sertifikat dengan kategori:

Angka Predikat 90–100 BaikSekali 80–89 Baik 70–79 Cukup 60–69 Kurang ≤59 Kurang Sekali

Peserta yang nilai akhirnya di bawah 70 tidak akan mendapatkan sertifikat maupun surat keterangan.

I. Penerbitan Sertifikat

Sertifikat Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring diberikan kepada para peserta yang mengikuti kegiatan pembelajaran dan memenuhi kriteria kelulusan. Pencetakan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) yang terdapat pada aplikasi SIM pengawas sekolah pembelajar Modalitas Daring menjadi tanggungjawab peserta pelatihan pengawas sekolah pembelajar dan dilegalisasi oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota setempat.

Surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) untuk peserta dan pengampu berisi hal-hal sebagai berikut:

1. Sertifikat untuk Peserta Halaman depan STTPP a. Logo Kemendikbud b. Identitas UPT c. Nomor STTPP d. Identitas Peserta

e. Identitas Instansi Peserta f. Kegiatan yang Diikuti g. Periode Kegiatan Pelatihan

h. Nilai dan Keterangan Capaian Kompetensi (predikat) i. Tanggal Penerbitan Sertifikat

(32)

21 k. Cap Stempel UPT

Halaman belakang STTPP

Tabel 4. Struktur Program Modalitas Daring

No. Materi Alokasi

Waktu (JP) 1 Materi Umum

a. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah

2 b. Konsep Pengawas Sekolah Pembelajar 2

2 Materi Inti 54

Pendalaman materi kelompok kompetensi

3 Tes Akhir 2

Total 60

Tanda Tangan Penanggung Jawab Program.

2. Sertifikat untuk Pengampu

a. Setifikat untuk pengampu diberikan oleh UPT kepada pengampu setelah pengampu melaporkan hasil pekerjaannya sebagai pengampu

b.

Sertifikat diberikan setelah kegiatan selesai dilaksanakan.

J. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi (Monev) merupakan bagian dari sistem penjaminan mutu Program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh UPT, dengan menggunakan instrumen yang diisi oleh dan didasarkan pada hasil penilaian yang dilakukan oleh peserta. Monitoring dan evaluasi bertujuan mengetahui efektivitas dan relevansi penyelenggaraan program peningkatan kompetensi pengawas sekolah, khususnya kompetensi supervisi akademik, supervisi manajerial, evaluasi pendidikan, dan penelitian pengembangan. Hasil analisis monitoring dan evaluasi akan menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan program selanjutnya.

Monev dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Waktu

Pelaksanaan Monev dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.

(33)

22 a. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan menggunakan perangkat evaluasi

analisa hasil tes yang meliputi:

 Nilai awal peserta, diperoleh dari nilai hasil UKPS dan/atau tes awal bagi pengawas yang belum mengikuti UKPS.

 Nilai Akhir b. Reaksi peserta

c. Evaluasi penyelenggaraan dilakukan pada akhir pembelajaran pelatihan modalitas daring

3. Pengumpulan dan Analisa Data

Monitoring dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta, yaitu::

a. Penilaian yang mengukur hasil proses pembelajaran peserta secara daring

 Peserta melalukan penilaian diri dan tes sumatif sesi di LMS Pengawas Sekolah Pembelajar

 Pemeriksaan hasil penilaian diri dan tes sumatif sesi dilakukan oleh LMS Pengawas Sekolah Pembelajar dan selanjutnya dikirim ke SIM Pengawas Sekolah Pembelajar

 Peserta melaksanakan tes akhir di Tempat Uji Kompetensi (TUK) dengan menggunakan sistem uji kompetensi pengawas sekolah (UKPS).

 Pemeriksaan hasil tes akhir dilakukan oleh sistem UKPS dan akan dikirim ke SIM Pengawas Sekolah Pembelajar

b. Instrumen Monev digunakan untuk mengukur reaksi peserta terhadap proses pembelajaran. Pengukuran dilakukan terhadap “kepuasan peserta” dengan manggunakan instrumen smiley face. Pengukuran dilakukan secara daring pada setiap akhir sesi genap. Langkah-langkah dalam pengukuran adalah sebagai berikut.

Peserta mengisi instrumen smiley face secara daring

Admin merekapitulasi hasil smiley face

Pengampu menganalisis hasil smiley face

Hasil analisis smiley face setiap akhir sesi genap digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran daring berikutnya.

c. Instrumen evaluasi penyelenggaraan digunakan untuk mengukur efektifitas dan relevansi program pengawas sekolah pembelajar modalitas daring.

 Pada sesi terakhir pembelajaran, peserta diminta mengisi instrumen evaluasi penyelenggaraan secara daring

 Pengampu melakukan dan memastikan analisa secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengukur efektifitas dan relevansi program

 Pengampu membuat laporan hasil analisa pembelajaran di kelasnya dan diserahkan kepada penanggungjawab UPT sebagai bagian dari bahan laporan pelaksanaan kegiatan

 Hasil evaluasi penyelenggaraan dimasukkan ke SIM Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring oleh admin kelas

(34)

23 K. Pelaporan

Laporan hasil pelaksanaan pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring disusun oleh masing-masing UPT. Laporan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pelatihan secara menyeluruh. Laporan disiapkan oleh penanggung jawab kegiatan di UPT, dibantu oleh ketua panitia, petugas data, dan petugas keuangan. Laporan dibuat pada akhir kegiatan untuk kemudian diserahkan kepada Sekretariat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Setditjen. GTK).

Laporan berisikan hasil pelaksanaan kegiatan yang dilengkapi dengan dokumen pelaksanaan kegiatan dan dokumen pertanggungjawaban keuangan. Laporan kegiatan diharapkan dapat menunjukkan efektivitas dan relevansi program pelatihan terhadap peningkatan kompetensi pengawas sekolah.

Dokumen dan rekaman setiap kegiatan pelatihan dikompilasi dan diarsipkan dalam bentuk hard copy dan soft copy oleh penanggungjawab UPT. Data dan dokumen tersebut menjadi sumber data dalam penyusunan laporan hasil pelaksanan program pengawas sekolah pembelajar modalitas daring.

Dokumen dan rekaman yang perlu dilampirkan dalam laporan kegiatan terdiri atas: 1. Rekaman data login pengampu, mentor, peserta pelatihan pengawas sekolah

pembelajar Modalitas Daring

2. Surat tugas panitia, admin, pengampu, dan mentor 3. Biodata pengampu, mentor dan peserta

4. Daftar hadir (pengampu, mentor, panitia, peserta)

5. Rekap hasil pembelajaran (ketuntasan belajar/activity completion) 6. Smiley face (instrumen dan hasil analisis)

7. Evaluasi penyelenggaraan, meliputi:

a. Rekapitulasi data evaluasi penyelenggaraan

b. Hasil analisis evaluasi penyelenggaraan pelatihan pengawas sekolah pembelajar Modalitas Daring (relevansi dan efektifitas)

8. Resume dan laporan kegiatan belajar peserta dari mentor ke pengampu 9. Nilai hasil belajar peserta yang meliputi:

a. Rekapitulasi nilai penilaian diri b. Rekapitulasi nilai tes sumatif sesi c. Rekapitulasi nilai tes akhir

d. Rekapitulasi nilai akhir yang menunjukkan tingkat kelulusan 10. Hasil analisis kegiatan pembelajaran (uji beda t-test dan effect size) 11. Dokumen pertanggungjawaban keuangan minimal terdiri atas:

a. SPPD Pengampu dan mentor (bila ada) b. Kwitansi pembayaran

12. Surat Keputusan penetapan pengampu, mentor dan admin dari kepala UPT 13. Surat Keputusan penetapan KKPS

14. Dokumen kontrak barang dan jasa (bila ada) 15. Foto Kegiatan

(35)

24

BAB IV

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MODALITAS DARING

A. Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan alat penghasil informasi yang menekankan pada penggunaan alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan, serta untuk melakukan pengawasan/kontrol, analisis dan visualisasi terhadap hasil interaksi dari sub-sub sistem informasi.

B. Tujuan dan Ruang Lingkup

Tujuan dari SIM PSP Modalitas Daring adalah untuk mengelola data peserta, mentor dan pengampu. Ruang lingkup dari SIM Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring terdiri atas :

1. Rekrutmen dan penetapan data peserta, mentor dan pusat belajar.

2. Pengelompokan peserta, mentor dan pengampu ke dalam kelas PSP Modalitas Daring

3. Merekap seluruh data kegiatan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring

C. Mekanisme Sistem Informasi Manajemen

SIM merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari keseluruhan penyelenggaraan Pelatihan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring. Ketersediaan SIM untuk memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan mengikuti alur informasi yang harus dilakukan sesuai wilayah tugasnya masing-masing. Untuk memberikan gambaran skematik SIM Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring, pada bagian berikut ini disajikan alur sistem informasi manajemen pada penyelenggaraan program Pengawas Sekolah Pembelajar PSP Modalitas Daring tahun 2016.

(36)
(37)
(38)

27 Gambar 2 Alur Sistem Informasi Manajemen

(39)

28 D. Peran dan Tanggung Jawab

1. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

a. Dalam hal ini PPPPTK, LPPKS dan LPPPTK-KPTK melakukan koordinasi dengan Dinas Kab./Kota/Provinsi terkait dengan data calon peserta sasaran berdasarkan hasil UKPS.

b. UPT bersama dengan Dinas Kabupaten/Kota/Provinsi melakukan verifikasi dan validasi data calon peserta dan mentor di setiap pusat belajar.

c. Menetapkan calon pengampu untuk mengikuti Bimtek Pengampu d. Menetapkan calon Admin

e. Menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Pengampu dan Admin yang bertugas pada kegiatan Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

f. Melakukan pengelolaan kelas ke dalam sistem, yang meliputi: (1) penempatan peserta sesuai kelompok kompetensi dan (2) penempatan peserta sesuai mentor dan pengampunya. Kegiatan ini dilakukan sebelum pelaksanaan program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring

g. Melaksanakan pelatihan mentor yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten./Kota/Provinsi sesuai dengan struktur program yang telah ditetapkan. Pembekalan dilakukan oleh pengampu yang lulus bimbingan teknis Pengampu . h. Menyelenggarakan pelatihan pengawas sekolah pembelajar modalitas daring

sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

i. Di akhir program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring, UPT mengolah penilaian peserta dan hasil evaluasi penyelenggaraan.

j. Menerbitkan sertifikat bagi peserta, mentor dan pengampu.

k. Menyusun laporan penyelenggaraan pelatihan untuk diserahkan kepada Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan di bagian akhir kegiatan

2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi

a. Berdasarkan informasi dari UPT, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan pemetaan calon peserta Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring berdasarkan Pusat Belajar.

b. Bersama UPT, melakukan verifikasi dan validasi data peserta dan mentor. Perubahan peserta dan mentor pada setiap kelompok kompetensi tidak dapat dilakukan baik oleh Dinas maupun UPT apabila pembelajaran pada kelas sudah dimulai.

c. Data hasil verifikasi dan validasi selanjutnya diajukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, untuk ditetapkan sebagai peserta dan mentor dalam bentuk surat keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota.

3. Mentor

a. Mengikuti dan lulus Pelatihan Mentor

b. Masuk ke dalam LMS menggunakan username dan password yang telah diberikan

(40)

29 c. Merekap data keaktifan peserta dari LMS untuk dilaporkan ke pengampu melalui

e-portfolio “Laporan Hasil Kemajuan Peserta”

d. Membuat dan melaporkan resume hasil pembelajaran ke pengampu dan koordinator admin melalui e-portfolio “Laporan Hasil Kemajuan Peserta” secara berkala setiap minggunya, jadwal pelaporan disesuaikan dengan jadwal tatap muka atau web conference yang telah ditentukan oleh mentor.

4. Peserta Pelatihan

a. Mengikuti kegiatan pelatihan dan mengunggah tugas-tugas yang harus diselesaikan.

b. Melakukan Penilaian Diri, Tes Sesi dan Tes Akhir yang disediakan di LMS. 5. Pengampu

a. Merekap hasil evaluasi program PSP Modalitas Daring. b. Merekap hasil penilaian peserta.

c. Membuat laporan akhir kelas yang menjadi tanggungjawabnya. 6. Administrator

a. Merekap data keaktifan pengampu dan peserta dari LMS secara berkala sebagai bahan laporan.

b. Membantu pengampu dalam proses rekap hasil evaluasi program pengawas sekolah pembelajar modalitas daring dan penilaian peserta.

E. Pengelolaan Kelas

Sebelum peserta mengikuti pembelajaran daring, peserta harus dibagi ke dalam kelas kelompok modul. Peserta akan mengambil modul sesuai dengan kelompok modul yang memiliki nilai dibawah KCM. Pengelompokan Modalitas Daring dilakukan dengan perbandingan 1 (satu) orang pengampu akan membimbing maksimal 40 (empat puluh) peserta dalam satu kelas kelompok modul. Satu orang pengampu dapat memfasilitasi lebih dari satu kelas kelompok modul.

1. Program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring

Dalam satu kelas kelompok kompetensi pada daring akan terdiri dari: a. Satu orang pengampu

b. 10 (sepuluh) sampai dengan 40 (empat puluh) peserta c. Satu orang admin

Pengelolaan kelas pada Modalitas Daring dilakukan dengan perbandingan 1 (satu) orang pengampu akan membimbing maksimal 40 (empat puluh) peserta dalam satu kelas kelompok kompetensi. Satu orang pengampu dapat memfasilitasi lebih dari satu kelas kelompok kompetensi.

(41)

30 2. Program Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Kombinasi

Pengelompokan dilakukan dengan ketentuan 1 (satu) orang pengampu akan memfasilitasi mentor dengan perbandingan berikut.

Gambar 6. Bagan Pengelolaan Kelas Modalitas Daring

Berdasarkan Gambar 6 tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam satu kelas kelompok modul akan terdiri dari:

a. Satu orang pengampu

Pengampu akan memfasilitasi maksimal 40 (empat puluh) mentor dan dapat memfasilitasi lebih dari satu kelas kelompok modul

b. 10 (sepuluh) sampai dengan 40 (empat puluh) orang mentor

Satu orang mentor akan membimbing 10 (sepuluh) sampai dengan 30 (tiga puluh) orang peserta dalam satu kelas kelompok modul yang sama atau berbeda sepanjang dalam satu rumpun mata pelajaran/paket keahlian. Jumlah peserta yang ideal adalah 20 (dua puluh) orang. Contoh distribusi peserta pengawas sekolah pembelajar terhadap mentor dalam satu KKPS/MKPS (PB) adalah sebagai berikut.

Jumlah peserta (orang) 10 20 25 30 31 60

Jumlah mentor (orang) 1 1 1 1 2 3

c. Satu orang Admin

(42)

31

BAB V

PENUTUP

Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Modalitas Daring ini disusun berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Modalitas Daring. Model pembimbingan/fasilitasi yang diuraikan dalam Juknis ini adalah Modalitas Daring Model 1, karena model ini yang nantinya akan diimplementasi di lapangan.

Pelaksanaan Pelatihan Pengawas Sekolah Modalitas Daring Model 1 telah diatur secara tersistem, sehingga setiap komponen dalam sistem akan menentukan keberhasil program secara keseluruhan. Atas dasar itu, keberhasilan program ini sangat ditentukan oleh semua unsur yang ada di setiap unit kerja yang terlibat.

(43)

32

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah;

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

(44)

33

LAMPIRAN

Lampiran 1. Evaluasi Peserta Penyelenggaraan

BERILAH TANDA TICK  PADA KOTAK YANG DIANGGAP PALING SESUAI DENGAN PENDAPAT ANDA. TANDA TICK DIBERIKAN HANYA PADA SATU KOTAK PADA SETIAP PERTANYAAN.

1. Bagaimana Saudara menilai kesesuaian isi pembelajaran PSP Modalitas Daring ini dengan pekerjaan Saudara ?

Sangat Baik  Baik  Cukup  Kurang  Sangat Kurang  2. Bagaimana Saudara menilai akses ke sistem pembelajaran daring?

Sangat Baik  Baik  Cukup  Kurang  Sangat Kurang 

3. Bagaimana Saudara menilai kualitas materi pelatihan yang disediakan dalam pembelajaran PSP Modalitas Daring ini ?

Sangat Baik  Baik  Cukup  Kurang  Sangat Kurang  4. Bagaimana Saudara menilai dukungan pengawas dalam pembelajaran daring ?

Sangat Baik  Baik  Cukup  Kurang  Sangat Kurang 

5. Bagaimana Saudara menilai pembelajaran PSP Modalitas Daring ini secara keseluruhan?

Sangat Baik  Baik  Cukup  Kurang  Sangat Kurang 

6. Bagaimana Saudara menilai kegiatan ini berkaitan dengan kemampuan Saudara untuk menerapkannya pada pekerjaan Saudara ?

Sangat Baik  Baik  Cukup  Kurang  Sangat Kurang  7. Apa yang paling Saudara sukai dari pembelajaran PSP Modalitas Daring ini ?

8. Menurut pendapat Saudara , perubahan – perubahan apa saja yang perlu dilakukan agar pembelajaran PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring ini menjadi lebih baik ?

(45)

34 9. Jelaskan dengan singkat rencana apa yang akan Saudara lakukan di tempat kerja

Saudara setelah mengikuti pembelajaran PSP Modalitas Daring ini.

10a. Apakah ada masalah atau kesulitan bahasa dalam pembelajaran PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring ini?

Ya  Tidak 

10b. Jika ya, jelaskan masalah atau kesulitan bahasa yang Saudara alami?

11. Apakah Anda mempunyai pendapat lain tentang pembelajaran PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring ini?

(46)

35 Lampiran 2. Instrumen Monitoring dan Evaluasi

Panduan Wawancara atau Diskusi Kelompok Terpumpun Pelaksanaan Monev pada Modalitas Daring

Instrumen ini digunakan oleh petugas selama penyelenggaraan monev. Tujuan instrumen ini adalah untuk menjaring permasalahan penggunaan teknologi, kekurangan dan kelemahan sistem daring, konten pembelajaran, serta pelaksanaan pembelajaran daring. Hasil pengamatan monev ini akan digunakan untuk menyempurnakan sistem dan konten Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring. Petugas melakukan analisa data dan menyiapkan laporan hasil monev ini setelah kunjungan dilakukan.

PPPPTK Pelaksana Provinsi/Kabupaten/Kota Mapel/Paket Keahlian Modul PSP

Pusat Belajar Daring Nama Mentor

Nama PSP Petugas Monev Tanggal dan Lokasi

Panduan Wawancara atau Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) ini digunakan untuk mendapatkan masukan/pendapat yang konstruktif dari responden. Kita akan lebih memahami apa saja yang telah mereka pelajari, masalah/tantangan yang dihadapi, dan bagaimana masalah tersebut harus diatasi terkait dengan penggunaan teknologi, pemahaman konten, proses pembelajaran, serta kekurangan dan kelemahan sistem PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring.

Terdapat dua teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara, dilakukan apabila terdapat 1-3 responden PSP.

2. Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT), dilakukan apabila responden terdapat 4 – 10 guru pembelajar. Apabila terdapat lebih dari 10 guru pembelajar, maka dibuat beberapa kelompok.

Catatan/petunjuk bagi pewawancara ataupun fasilitator DKT:

1. Jelaskan kepada responden bahwa tujuan dari diskusi adalah agar mendapatkan input/masukan/feedback lisan konstruktif dari mereka mengenai kegiatan PSP Modalitas Daring yang diikuti.

2. Petugas melakukan wawancara atau DKT dengan responden dan mencatat isi percakapan/diskusi yang dilakukan.

3. Buatlah catatan singkat dalam diskusi dan isu/masalah yang penting sesuai komponen wawancara/DKT.

4. Lakukan diskusi sesuai dengan topik utama/komponen kunci investigasi. 5. Jawaban bersifat deskriptif

(47)

36 No Topik Wawancara atau DKT dan Pengamatan Kegiatan Monev

Catatan hasil wawancara atau DKT *)

Peran Mentor

1.

Peran fasilitator selama pembelajaran PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring 2. Tantangan yang dihadapi dan tindakan yang dilakukan Dukungan Dinas Pendidikan Kab./Kota 3. Respons dan Dukungan Dinas terhadap pelaksanaan peningkatan kompetensi PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring Sistem Pembelajaran PSP Daring dan infrastruktur pendukung 4. Penggunaan sistem PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring (Kemudahan/ Kesulitan) 5. a. Pemahaman peserta terhadap instruksi pembelajaran b. Penggunaan

fasilitas atau fitur dalam PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas Daring 6. Penilaian terhadap tampilan layar PSP Pengawas Sekolah Pembelajar Modalitas

Gambar

Gambar 1. Jenis Modalitas Daring
Gambar 2. Peruntukan Modalitas Daring
Gambar 1. Arsitektur Modalitas Daring
Gambar 4. Mekanisme Pembimbingan Modalitas Daring Model 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pemahaman semacam itu akan mengarahkan organisasi pada langkah-langkah yang lebih strategis dalam mengembangkan fungsi Masjid sebagai salah satu pusat

Didasari oleh penguasaan atas pengetahuan atas fungsi-fungsi bahasa serta ragam dan larasnya, keterampilan ejaaan-tanda baca, kalimat, paragraf, dan jenis wacana,

Dalam masyarakat, pelepah pisang biasanya dianggap sebagai limbah yang tidak bisa dijadikan sesuatu yang berguna. Dan pada akhirnya, biasanya mereka membuang

Ummi Edisi Spesial, (Jakarta: PT Insan Media Pratama, 2008), hal. 16 Ahmad Syarifuddin, “Mendidik Anak”…, hal.. Selain memperhatikan metode apa yang sebaiknya diberikan pada anak

Credit Card : sebaiknya memberi informasi beberapa hari sebelum berangkat kepada bank yang bersangkutan bahwa anda akan ke luar negeri agar jika anda

Penelitian ini berusaha untuk membuat sebuah proses bisnis MC secara keseluruhan selama siklus hidup produk dengan aliran tertutup, dimulai dari pre-manufaktur

11 Surojo Wignjodipuro lalu menjabarkan bahwa pengertian pewarisan dalam hukum waris adat memiliki tiga unsur, yang masing-masing merupakan unsur esensialia (mutlak), antara

cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25% selama 5, 10,.. 15, dan