• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Sebagian Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Ambarawa Belum Membuat Penelitian Tindakan Kelas T1 162009069 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Sebagian Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Ambarawa Belum Membuat Penelitian Tindakan Kelas T1 162009069 BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Guru beserta Karakteristik Guru 2.1.1. Pengertian Guru

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk

watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diiinginkan.

Dari dimensi tersebut peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang

dari dimensi pembelajaran peranan guru dalam masyrakat Indonesia tetap

dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran

berjalan amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses

pendidikan, atau lebih khusus pada proses pembelajaran, yang diperankan oleh

guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Sejak dahulu hingga sekarang

guru dalam masyarakat Indonesia terutama di daerah-daerah perdesaan masih

memegang peranan amat penting sekalipun status sosial guru di tengah

masyarakat telah berubah. Guru ialah semua orang yang berwenang dan

bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, individual maupun klasikal baik di

sekolah maupun diluar sekolah.

Guru adalah tenaga profesional yang memiliki citra yang baikdi tengah masyarakat , sebagaimana yang telah diungkapkan

Soetjipto dan Kosasi (1999) demikian” apabila seorang guru dapat

(2)

10

sering menjadi anggota masyarakat luas. Karena menyandang predikat guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan intelektual saja, tetapi diperlukan kepribadian matang yang dapat diteladani

oleh banyak orang”.1

Menurut pendapat diatas guru adalah seseorang yang memiliki citra di

masyarakat. Guru dal tugasnya sebagai pengajar harus mampu meningkatkan

pengetahuan dan pelayanan kepada siswa , karena predikat guru bukan hanya

mempunyai kemampuan itelektual tetapi juga diperlukan kepribadian yang

matang.

2.1.2. Peran dan Tugas Pokok Guru

Sepanjang sejarah perkembangannya rumusan tentang profil tenaga

pengajar (guru) ternyata bervariasi, tergantung kepada cara mempersepsikan apa

yang menjadi peran dan tugas pokoknya.

1. “Guru sebagai pengajar

Ia harus menampilkan dirinya sebagai cendekiawan dan sekaligus juga sebagai pengajar. Dengan demikian yang bersangkutan harus menguasai bidang disiplin ilmu yang akan diajarkannya baik aspek substansinya maupun metode penelitian pengembangannya. Cara mengajarkan kepada orang lainatau bagaimana cara mempelajarinya.

2. Guru sebagai pengajar dan juga pendidik

ia harus menampilkan pribadinya sebagai ilmuwan dan juga sekaligus pendidik yaitu dengan menguasai bidang disiplin ilmu yang diajarkan, menguasai cara mengajarkan dan mengadministrasikannya, memiliki wawasan dan pemahaman tentang seluk beluk kependidikan dengan mempelajari filsafat pendidikan, sejarah pendidikan, sosiologi pendidikan, dan psikologi pendidikan.

3. Guru sebagai pengajar , pendidik, dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat, yaitu yang bersangkutan diharapkan dapat menampilkan pribadinya sebagai pengajar dan pendidik siswanya dalam berbagai situasi (individual dan kelompok) sesuai dengan keragaman karakteristik dan kondisi

1

(3)

11

siswa dengan lingkungan kontektualnya, lebih luas lagi bagi penggerak dan pelopor pembaharuan dan perubahan masyarakatnya dimana ia berada.

4. Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik profesional dengan bidang keahlian selain kependidikan”.2

Melihat peran dan tugas guru diatas ada empat peran dan tugas pokok

sebagai seorang yang bisa dikatakan guru yaitu sebagai pengajar, pendidik, agen

pembaharuan dan juga sebagai pendidik profesional dengan bidang keahlian

selain kependidikan.

2.2. Guru sebagai profesi pendidik

2.2.1. Guru sebagai Tenaga Kependidikan

Pada dasarnya jabatan guru merupakan profesi tenaga kependidikan pada

lembaga pendidikan. Guru merupakan salah satu sumber daya yang sangat

penting dalam pengelolaan organisasi pendidikan. Pencapaian hasil sebagimana

yang diharapkan, maka diperlukan kegiatan pengembangan sumber daya guru.

Semiawan membagi profesi pendidikan kedalam tiga hierkaki.

(1) tenaga profesional; (2) tenaga profesional;

(3) tenaga profesional yang dijelaskan bahwa tenaga profesional adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sekurang-kurangnya sarjana atau setara dengan S1 dan memiliki wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, peniaian, pengendalian pendidikan /pengajaran.3

Agar mampu berperan sebagai guru perlu menjadi profesional. Artinya,

guru benar-benar menguasai materi yang diajarkannya, serta tahu

menerangkannya dengan cara sederhana kepada setiap peserta-didik. Sekalipun

2

Udin Syaefudin, 2011, Penegembangan Profesi Guru, Bandung, Alfabeta, hal. 36. 3

(4)

12

peserta-didik yang pemahamannya terbatas. Guru mampu menjelaskan kepada

siswa, bagaimana penerapan setiap konsep yang diterangkannya itu pada dunia

nyata. Untuk itu, setiap kali guru menerangkan satu konsep abstrak, dia

menyediakan dua atau tiga contoh dalam hidup sehari-hari bagaimana konsep itu

diaplikasikan.

Maka, pengajaran guru profesional seperti ini pasti akan selalu menarik.

Untuk itu, guru perlu berlatih, banyak membaca, terus membarui diri, dan

mencoba mengaplikasikan ilmu yang diajarkannya itu dalam kehidupan

sehari-hari. Sehingga guru memberi keterangan teori yang telah didukung dengan contoh

dan fakta-fakta dari pengalaman lapangan yang dapat dirasakan dalam hidup

sehari-hari.

2.2.2. Pengertian Profesi

Secara etimologis istilah “profesi” diambil dari kata bahasa inggris” “profession” yang diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang tetap dan teratur

untuk memeperoleh nafkahyang membutuhkan bidang dan keahlian khusus

dibidang kependidikan dan keguruan.

Kriteria suatu Profesi menurut Umbu Tagela adalah sebagai berikut:

“Kategori pertama: memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, mencakup : 1) pengetahuan yang luas. 2) keahlian khusus yang mendalam

Kategori kedua mencakup karir yang dibina; 1) keterikatan dengan organisasi profesional. 2) memiliki otonomi jabatan. 3) mempunyai kode etik jabatan. 4) mempunyai karya bakti selam hidup.

(5)

13

3) mempunyai persyaratan kerja yang sehat. 4) mempunyai jaminan hidup yang layak”.4

Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar

layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat

dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan

kata lainprofesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena

tidak memperoleh pekerjaan lain.

2.2.3.Strategi pengembangan profesionalisasi guru 2.2.3.1.Pengembangan profesionalisasi Guru

Pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan

meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian.

Selanjutnya dikatakan juga pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi

adalah penting, namun hal yang lebih penting adalah berdasarkan kebutuhan

individu guru untuk menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian

dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang

dan waktu, guru dituntut untuk selau meningkatkan kompetensinya.

Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam

dunia pendidikan. Sejalan dengan itu jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam

dunia kependidikan mengandung arti peningkatan daya dan usaha dalam rangka

pencapaian secara optimal yang akan diberikan kepada masyarakat. Syaefudin dan

Kurniatun memberikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

penyengglaraan pengembangan untuk tenaga kependidikan, yaitu:

4

(6)

14

1. “Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik tenaga struktural, fungsional, maupun teknis)

2. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan profesioanal dan untuk teknis pelaksanaan tugas harian sesuai posisi masing-masing.

3. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi individu terhadap organisasi pendidikan.

4. Dididik dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum dan sesudah menduduki jabatan/posisi.

5. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remidial, pemeliharaan motivasi kerja, dan ketahanan organisasi pendidikan.

6. Pengembangan yang menyangkut jenjang kariernya sebaiknya disesuaikan dengan kategori masing-masing jenis kependidkan itu

sendiri’.5

2.2.3.2. Model Pengembangan Guru

Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan

perubahan, baik itu secara perorangan, kelompok, atau dalam satu sistem yang

diatur oleh lembaga.Menurut Kosasi dan Soetjipto yang dikutip dalam bukunya

Udin Syefudin pengembangan profesional dapat dibagi sebagai berikut:

1. “Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan Daam pendidikan prajabatan, calon guru didik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selau menjadi panutan bagi siswanya dan bahkan lagi masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perehatian siswa dan masyarakat.

2. Pengembangan profesional selama dalam jabatan

Penegembangan sikap profesional tidak terhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabtan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai seorang guru. Seperti telah disebut peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan penataran, lakakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Ataupun secara informal seperti melihat televisi,

5

(7)

15

mendengarkan radio , membaca koran dan majalah karena kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, sekaligus dapat meningkatkan sikap profesional

keguruan.”.

Direktoral Jenderal Pendidkan Dasar dan Menengah Depatemen

Pendidkan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif program

pengembangan profesionalisme guru, sebagai guru adalah:

1. “Program peningkatan kualifikasi keguruan yaitu pendidikan guru minimal S1. Program ini berupa kelanjutan studi dan bentuk tugas belajar.

2. Program penyerataan dan sertifikasi diperuntukan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

3. Program pelatihan terintregasi berbasis kompetensi guna meningkatkan kompetensinya.

4. Program supervisi pendidkan 5. Program Pemberdayaan MGMP

6. Simposium Guru diharapkan untuk menyebarkan upaya kreatif yang digunakan dalam pemecahan masalah. 7. Program pelatihan tradisional laiinya. Pada umumnya

mengacu pada satu aspek khusus yang sifatnya aktual dan penting untuk diketahui oleh para guru misalnya : CTL, KTSP, Penelituan Tindakan Kelas, Penulisan Karya Ilmiah dll.

8. Membaca dan menulis jurnal dan karya tulis ilmih 9. Berpatisipasi dalam pertemuan ilmiah

10.Melakukan peneliian khususnya penelitian tindakan kelas 11.Magang

12.Mengikuti berita aktual dari media pemberitaan 13.Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi 14.Menggalang kerja sama dengan teman sejawat.”.6

6

(8)

16

2.3.1. Faktor Yang Menyebabkan Guru Belum Melakukan Penelitian Tindakan Kelas

Seperti yang dikutip dalam buku Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,

berikut adalah faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK dalam

proses belajar mengajar;

1. Guru belum memahami profesi guru.

Guru harus memahami fungsi dan perannya di sekolahan. Tidak hanya sebagai pentransfer ilmu tetapi guru juga adalah sebagai teladan. Tidak hanya menuntut kreativitas anak, guru juga perlu mengasah kreativitasnya dengan mengadakan penelitian.

2. Guru malas membaca

Saat ini terlihat banyak guru yang malas membaca. Dengan membaca akan menambah wawasan guru. Dengan alasan kesibukan mengajar atau diluar kegiatan lain sehingga tidak ada upaya untuk meluang waktu untuk membaca. Jarang dilihat guru yang datang ke perpustakaan untuk membaca. Dengan rajin membaca wawasan guru bertambah luas.

3. Guru malas menulis

Jika guru malas menulis, sudah dipastikan guru juga malas menulis. Karena membaca dan menulis sama seperti sisi mata uang. Dengan membaca akan ada ide untuk ditulis. Menulis adalah proses, untuk bisa mahir harus dilakukan berulang-ulang. Ketika guru mampu mengatasi permasalahan dalam mengajar tetapi guru tidak menuliskan hanya akan untuk dirinya-sendiri tidak bisa memberi manfaat untuk teman sejawat.

4. Guru kurang sensitif terhadap waktu

(9)

17 5. Guru terjebak dalam rutinitas kerja.

Kesibukan kerja setiap hari menjadi rutinitas yang tiada henti. Rutinitas yang dilakukan guru malah bisa membuat guru menjadi pasif, hari-harinya diisi dengan mengajar saja. Guru harus mampu mengatur waktu dengan baik. Guru harus bisa keluar dari rutinitas kerja yang sudah membosankan.

6. Guru kurang kreatif dan inovatif

Guru yang sudah merasa berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Dia merasa cukup, tidak ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Bahkan untuk membuat program semester atau rencana pelaksanaan pembelajaran hanya sekedar copy paste. Untuk menjadi kreatif perlu kemauan yang kuat dan inovasi yang terus menerus.

7. Guru malas meneliti

Masih banyak guru yang beranggapan kalau meneliti itu hanya untuk yang ingin naik tingkat saja, atau beranggapan meneliti itu ibarat mengerjakan skripsi yang dirasa sulit. Penelitian diselenggarakan untuk memperbaiki hal-hal yang telah dilakukan agar menjadi lebih baik. Guru yang terbiasa meneliti akan segera memperbaiki kinerjanya. Sebenarnya meneliti itu tidak sulit, rasa sulit itu hanya berasal dari guru.

8. Guru kurang memahami PTK

Kenyataannya yang ada adalah banyak guru yang kurang memahami PTK. Walau sebenarnya banyak referensi tentang jenis penelitian ini. Kemauan untuk memahami PTK juga harus muncul dari guru, tidak hanya menunggu bimbingan dari penyelenggara pendidikan.7

Sejalan dengan faktor-faktor yang menyebabkan guru belum membuat

tindakan kelas dalam proses belajar mengajar PTK juga mempunyai kelemahan

yang membuat guru kesulitan daam melaksanakannya. Hal ini seperti yang

dinyatakan oleh Kunandar.

7

(10)

18

Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut,

1. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dan teknik dasar para pihak peneliti (guru). Penelitian tindakan kelas yang lazimnya dilakukan oleh guru, pelatih, pengelola, pengawas, kepala sekolah, dan widyauswara dan pihak-pihak laiinya yang selalu peduli dengan ketimpangan atau kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya dan berkehendak untuk memperbaikinya. Karena para praktisi ini biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis. Mereka kurang dilengkapi dengan pengetahuan dan kerampilan tentang teknik dasar PTK. Hal ini di perparah oleh perasaan bahwa kegiatan penelitian hanya layak dilakukan oleh para praktisi kampus yang bergeut dengan kegiatan ilmiah, sehingga para praktisi (guru) pada umumnya kurang tertarik untuk meakukan penelitian.

2. Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya. Faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang cukup besar. Hal ini di sebabkan belum optimalnya pembagian waktu antara untuk kegiatan rutinnya dengan aktivitas PTK. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan waktu yang optimal sehingga kegiatan rutin dan aktivitas penelitian dapat dilaksanakan secara efektif, sebab pada hakekatnya kegiatan PTK dapat dilakukan bersama-sama tanpa saling mengganggu dengan tugas rutin (mengajar). Disamping itu pula perlu ditanamkan komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan, karena perubahan berarti kerja keras dan perubahan melalui PTK benar-benar menuntut penyediaan tenaga, pikiran dan waktu serta sikap yang baru.8

2.4. Penelitian Tindakan Kelas Suatu Tinjauan Teoritis 2.4.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki

peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu

pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.

Diimplementasikan dengan baik dan benar artinya pihak yang terlibat dalam PTK

( guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi

8

(11)

19

dan memecahkan masalah-masalah yang tejadi dalam pembelajaran dikelas

melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memcahkan masalah atau

memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya

untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplemantasikan dengan benar,

artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat

menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) dikalangan para guru. PTK

menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan

penelitian ini menepatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola

kerjanya bersifat kolaboratif.

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan kelas(action

recearch), dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya. Jadi,

sebelum membahas penelitian tindakan perlu didenfinisikan terlebih dahulu

tentang penelitian secara umum.

“Penelitian adalah suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah atau teknologi baru, menentukan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori dan atau proses gejala sosial. Penelitian juga bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya”.9

Penelitian ilmiah pada dasarnya adalah usaha mencari kebenaran

perolehan makna tentang suatu yang dikaji. Memahami makna berarti memahami

hakikat suatu keberadaan, fakta dan kkejadian-kejadian sebagai suatu

kausalitas.Penelitian tindakan (action recearch) memiliki ruang likup yang lebih

9

(12)

20

luas dari PTK karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas didalam

kelas, tetapi bisa diluar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan

masyarakat. Ada beberapa pengertian dari penelitian tindakan, yaitu sebagai

berikut:

Kurt Lewin yang dikutip dalam buku Kunandar mengatakan “penelitian tindakan

adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri dari empat tahap, yakni

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi”.10

Sedangkan pendapat menurut Ebbout yang dikutip oleh Kunandar,

Penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai tindkan hasil tindakan-tindakan tersebut”.11

Pendapat Wallance yang dikutip oleh Kunandar menyebutkan bahwa,

“penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data

atau informasi secara sistematis tentang praktik keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan dimasa mendatang”.12

Dari beberapa pendapat diatas penelitian tindakan dapat disimpulkan

memiliki tiga prinsip, yakni: (1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu

program atau kegiatan; (2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas guru suatu

program atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut; dan (3) adanya

tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.

Mengacu pada prinsip diatas, penelitian tindakan dapat diartikan sebagai suatu

10

Kunandar, Log.Cit., hal. 43.

11

Ibid.

12

(13)

21

penelitian yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya

atau bersama-sama dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan,

dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan

untuk memperbaiki mutu dan meningkatkan proses pembeljaran dikelasnya

melalui tindakan tententu dalam suatu silklus.

PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas. Fokus PTK pada siswa dan

proses belajar mengajar (PMB) yang terjadi dikelas. Tujuan utama PTK adalah

untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi dikelas dan meningkatkan

kegiatan nyata guru dalam kegitan pengembangan profesinya.

Jadi penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep yaitu sebagai berikut:

1. “Penelitian adalah aktifitas mencermati suatu objek tetentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

2. Tindakan adalah sutu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.

3. Kelas adaah sekelompok siswa yang ada dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.”13

Dari definisi tersebut diatas dalam konteks kependidikan, PTK mengandung

pengertian PTK yang berarti adalah suatu bentuk kegiatan refleksi diri yang

dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk

memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan

mereka; (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut; (c) situasi

dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

13

(14)

22

Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan suatu kegiatan ilmiah yang

dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan

dan mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus kolaboratif

dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu

proses pembelajaran dikelasnya.

Menurut Rochiyati yang dikutip dalam buku Kunandar

“Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif

meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif daam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari

suatu kegiatan”.14

Penelitian tindakan kelas harus dilakukan dikelas yang sehari-hari diajar,

bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah. Hal

ini disebabkan karena PTK adalah suatu penelitian yang berbasis kepada kelas.

Penelitian dapat dilakukan secara mandiri, tetapi alangkah baiknya kalau

dilaksanakan secara kolaboratif, baik dengan teman sejawat, kepala sekolah,

pengawas, widyaiswara, dosen dan pihak lain yang berkaitan dengan PTK. Hasil

PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar sesuai

dengan kondisi dan karakteristik sekolah siswa dan guru. Melalui PTK guru

dapat mengembangkan model-model mengajar bervariasi, penegelolaan kelas

yang dinamis dan kondusif, serta penggunaaan media dan sumber beajar yang

tepat dan memadai. Dengan penerapan hasil-hasil PTK secara berkesinambungan

14

(15)

23

diharapkan PBM disekolah (kelas) tidak kering dan membosankan serta

menyenangkan siswa.

2.4.2. Latar belakang perlunya guru melakukan PTK

Upaya peningkatan mutu pendidikan harusah dilaksanakan dengan

menggerakan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem

mutu pendidikan. Subsistem yang utama dan pertama adalah dalam meningkatkan

mutu pendidikan adalah faktor guru. Ditangan gurulah hasil pembelajaran yang

merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yakni

pembelajaran yang baik sekaligus bernilai sebagai pemberdayaan kemampuan dan

kesanggupan peserta didik. Tanpa guru yang dapat dijadikan andalannya, mustahil

suatu sistem pendidikan dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan.

Maka prasyarat utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses

beajarmengajar yang menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya

guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang mampu memenuhi tuntuntan

tugasnya. Mutu pendidkan pada hakekatnya adalah bagaimana proses belajar

mengajar yang dilakukan guru dikelas berlangsung dengan baik dan bermutu.

Jadi, mutu pendidkan ditentukan didalam kelas melalui PBM.

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kretif dan

inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki

dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Karena dengan

peningkatan mutu proses pembelajaran dikelas, maka mutu pendidikan dapat

ditingkatkan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

(16)

24

melaksanakan PTK. Dengan PTK kekurangan dan kelemahan yang terjadi dalam

PBM dapat terdeteksi dan teridentifikasi, untuk selanjutnya dicari solusi yang

tepat. Seperti yang dinyatakan oleh Kunandar bahwa:

PTK umumnya diarahkan pada kebutuhan praktis dalam pendidikan. Selama ini penelitian-penelitian pendidikan sudah banyak dilakukan, tetapi kurang dirasakan dampaknya dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Hal ini sekurang-kuragnya disebabkan oleh dua faktor. Pertama, penelitian pendidikan pada umumnya dilakukan oleh pakar peneliti dari perguruan tinggi serta lembaga pendidikan mandiri. Oleh karena itu, meskipun kelas sering kali digunakan sebagai tempat penelitian sering kali digunakan sebagai tempat penelitian, permasalahan yang diteliti kurang dihayati oleh guru. Hal ini disebabkan guru tidak dilibatkan secara aktif dan partisipatif dalam penelitian tersebut, tetapi hanya dijadikan sebagai penelitian objek semata. Kedua, penyebarluasan hasil penelitian kepada kalangan praktisi dilapangan (guru) seringkali tidak sampai, klaupun sampai sangat hangat. Padahal dilapangan, guru-guru banyak menemukan masalah yang harus dipecahkan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Hal ini perlu dicarinya alternatif yakni dengan guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang diihadapi di kelas.15

Guru banyak mengalami persoalan pembelajaran, baik itu yang

berhubungan dengan pemahaman materi,penggunaan metode, media maupun alat

evaluasi. Untuk mengatasi persoalan itu diharapkan guru melakukan

tindakan-tindakan secara sistematis, terarah dalam suatu proses, sehingga ada perubahan

dan perbaikan. Usaha yang dilakukan secara dilakukan secara sistematis dan

terarah tersebut, dengan mengkombinasikan prosedur penelitian dan tindakan

yang bersifat inkuiri, disusun dalam bentuk laporan.

Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran di

kelas, baik dilihat dari interaksi siswa dalam PBM atau hasil pembelajaran secara

15

(17)

25

reflektif. PTK dapat dilaksanakan secara terintregasi dengan kegiatan

pembelajaran di kelas sehari-hari sehingga tidak menggangu tugas pokok guru.

Dalam pelaksanaannya, guru yang sedang melakukan PTK berarti meneliti

sendiri aktivitasnya sendiri, dikelasnya sendiri, dengan melibatkan siwanya

sendiri, melakukan langkah-langkah yang direncankan, melalui langkah-langkah

yang direncanakan sendiri, dan dievaluasi sendiri. Meskipun dalam

pelaksanaannya PTK memerlukan pengamat, peran terbesar ada pada guru yang

berperan sebagai peneliti sekaligus pelaksana PTK. Melalui pelaksanaan PTK,

guru dapat mengadaptasi teori yang ada, untuk kepentingan proses dan hasil

pembelajaran yang lebih efektif, optimal dan fungsional. Melalui PTK seorang

guru memperoleh pemahaman tentang apa yang yang harus dilakukan, merefleksi

diri untuk memahami dan menghayati nilai pendidikan dan pembelajaran sendiri,

dapat bekerja secara kontekstual, dan mengerti tentang sejarah pendidikan dan

persekolahannya. Beberapa alasan PTK menjadi salah satu pendekatan dalam

meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah:

(1) merupakan pendekatan pemecah masalah bukan sekedar trial and eror; (2) menganggap masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya; (4) guru sebagai peneliti; (5) mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru; (6) dapat dilaksankan pada saat muncul kebutuhan; (7) dilaksankan dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya; (9) desain lentur atau fleksibel; (10) analisis seketika dan data tidak rumit; (11) manfaat jelas dan langsung.16

16

(18)

26 2.4.Sejarah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pada saat ini PTK berkembang dengan pesat dinegara maju seperti

Amerika Serikat, Kanada , Australia, Inggris dan beberapa negara maju lainnya.

Hal ini disebabkan jenis peelitian ini memiliki kekhasan dan kekhususan serta

karakteristik tersendiri dibandingkan dengan penelitian pada umumnya. PTK

diyakini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk meningkatkan

profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar dikelas, dengan meihat

berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi di

kelas. PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan sehingga membicarakan

PTK berarti membahas sejarah penelitian tindakan.

“Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengkoordinasi suatu keadaan sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka

dapat diakses orang lain”.17

Dalam prakteknya maupun perseorangan dengan harapan pengalaman

mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas kinerja kualitas

orang lain. Secara praktis penelitian tindakan pada umumnya sangat tepat untuk

meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti. Subjek pennelitian ini dapat

berupa kelas atau sekelompok orang yang bekerja diindusrti atau lembaga kerja

sosial lain yang berusaha meningkatkan kuaitas kinerja. Dilihat dari aspek sejara

penelitian tidakan pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli psikolog sosial

yang bernama Kurt Lewin dipandang sebagai tokoh penelitian tindakan terutama

untuk bidang psikolog sosial dan pendidikan. Penelitian yang emansipatoris

berhubungan dengan gerakan sosial dibidang pendidikan, Kemmis 1993. Hal itu

17

(19)

27

sebagai ekspresi dan aspirasi nyata dan praktis untuk mendorong didunia sosial.

Pendidikan menjadi lebih baik engan melakukan tindakan-tindakan perbaikan

sosial bersama. Kemudian memahami bersama makna tindakan-tindakan ini dan

berbagai situasi dan tempat perbaikan tindakan-tindakan perbaikan dilaksanakan.

Penelitian tindakan di indonesia dikena pada dekade 80 an. Oleh karena itu

keberadaanya belum terlalu dikenal luas dan mapan. Keberadaannya sebgai suatu

penelitian maih menjadikan pro dan kontra , terutama jika dikaitkan dengan bobot

keilmiahannya. Di Indonesia, penelitian tindakan kelas mulai muncul ke

permukaan pada waktu upaya-upaya perbaikan mutu pendidkan dicanangkan dan

mulai berkembang dan mereka para guru dapat belajar pada program-program

studi yang ada di lembaga pendidikan.

2.5. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas

Ciri-ciri penelitian tindakan kelas dapat dibedakan menjadi dua, yakni

ciri-cri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri –ciri umum adalah sebagai berikut:

1. “Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secra langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan dengan diagnosis suatu maslah dengan konteks tertentu dan usaha dalam memecahkan masalah dalam konteks tersebut. Subjeknya bisa siswa di kelas, petatar di kelas penataran, mahasiswa dan dosen diruang kuiah dan sebagainya.

2. Memberikan kerangka kerja yang teratur dan kepada pemecahan maslah praktis. Penelitian tindakan juga bersifat empiris artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku.

(20)

28

4. Partisipatori karena penelitia dan anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK.

5. Self evaluation, yaitu modifikasi secara kontinu yang dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu.

6. Perubahan dalam praktik didasari informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.

7. Secara ilmiah kuarang ketat karena kesakhihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah”.18

Sementara itu, ciri –ciri penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. “Dalam penelitian tindakan kelas ada komitmen pada peningkatan pendidikan. Komitmen tersebut ada kemungkinan setiap yang terlibat memberikan andil besar yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan.

2. Dalam penelitian tindakan kelas, ada maksud jelas untuk melakukan intervensi kedalam dan peningkatan pemahaman dan praktik sesorang serta untuk menerma tanggung jawabnya sendiri.

3. Pada penelitian tindakan kelas melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud. Tindkan dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah kearah perbaikan.

4. Dalam PTK dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data dan informasi yang valid.

5. Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan.

6. Perlunya validasi yaitu validasi diri, sejawat dan publik”.

2.6. Karakteristik dan Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK)

PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK

memiliki berbagai karakteristik sebagai berikut:

18

(21)

29

1. On the join problem oriented (masalah yang diteliti adalah maslah riil dan nyata yang mincul dari dunia kerja penelitui yang ada dalam kewenagan atau tanggunga jawab peneliti). Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar dikelas.

2. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK dilakukan oleh guru dalam PBM dikelasnya melalui tindkan tertentu sebagai upaya penyempurnaan proses pembelajaran dikelas. PTK akan dilaksanakan sejak awal dan dini menyadari permasalahan dalam praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru.

3. Improvment oriented(berorientasi pada peningkatan mutu) PTK dilaksankan dalam kerangka untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dilakukan guru dikelasnya. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yanh dicapai siswa.

4. Siklus. Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang. Yaitu terdiri dari empat tahapan melimputi, perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.

5. Actions Oriented. Dalam PTK selau didasarakan pada adanya tindakan atau treatment tertentu untuk memperbaiki masalah PMB yang dihadapi guru dikelas. Tindakan itu benar-benar dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat itu daam konteks dan situasi saat itu pula. 6. Pengakajian terdahap dampak tindakan. Dampak tindakan

harus mengkaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif, yang tidak diduga sebelumnya atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan peserta didik.

7. Specifik contectual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM dikelas. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang sifatnya spesifik kontektual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut

8. Parsipatory (collaboratif). PTK dilaksanakan secara Kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi dalam PTK perlu adanya partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektifitas dari hasil PTK.

(22)

30

Dalam refleksi ini ada banyak hal yang perlu dilaksanakan yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya.

10.Dilaksanakan dalam beberapa siklus rangkaian kegiatan yang terdiriri dari serangkaian langkah diman satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.19

Sedangkan tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:

1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung oleh interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan apara guru.

2. Peningkatan kualiats praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3. Peningkatan relevansi pendidikan hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

4. Sebagai alat training in service yang melengkapi guru dengan skill dan metode baru. Mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

5. Sebagai alat ukur untuk memasukkkan pendekatan yang berkelanjutan dan biasanyaa menghambat inovasi dan perubahan.

6. Peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis ketrampilan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

8. Menumbuhkan budaya akademik dilingkungan sekolah, sehingga tercipta sistem proaktof dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelajutan.

9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan atau perbaikan proses pembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber yang terintegrasi didalamnya. 20

19

Kunandar, Op.Cit., hal. 58.

20

(23)

31

2.7. Output dan Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Sedangkan output dari PTK adalah:

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah.

2. Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya. 4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan

alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.

6. Peningkatan perbaikan kualitas penerapan kurikulum dan pengembangkan kompetensi siwa di sekolah.21

Sedangkan pentingnya PTK bagi guru adalah:

1. Membuat guru peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas.

2. Meningkatkan kinerja guru.

3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelas. 4. PTK tidak menggangu tugas pokok guru, artinya kegiatan

PTK tidak memungkinkan guru mengadakan penelitian terhadap kegiatan pembelajaran tanpa harus meninggalkan kegiatan utamanya sebagai pengajar dan pendidik.

5. Guru menjadi kreatif.

6. Guru melaksanakan PTK berarti guru telah menerapkan pengajaran yang reflektif.

7. Dengan melaksankan PTK guru dapat segera memikirkan cara memecahkan masalah yang dihadapinya ketika melaksanakan proses pembelajaran.

8. Kegiatan PTK dapat menjebatani kesenjangan antara teori dengan fakta empiris.22

21

Kunandar, Op.Cit.,hal. 64.

22

(24)

32 2.8. Fokus dan Komponen PTK

Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar

yang terjadi didalam kelas, dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi.

PTK harus tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Pengertian kelas

dalam PTK tidak hanya terbatas pada kelas yang sedang aktif melangsungkan

proses belajar mengajar dikelas, dapat juga terjadi ketika siswa sedang karya

wisata , di laboratorium, di kebun, di masyarakat, dan berbagai tempat

lainnya.Objek yang menjadi fokus penelitian kelas antara lain:

1. Siswa yang dapat dicermati ketika siswa tersebut sdang melakukan aktifitas

2. Guru yang dapat dicermati ketika mengajar di kelas.

3. Media atau alat peraga pendidkan dapat dicermati ketika guru sedang menggunakan media atau alat peraga dalam proses belajar mengajar.

4. Hasil pembelajaran dapat dicermati peningkatan hasil belajar siswa.

5. Sistem evaluasi dan hasil pembelajaran. 6. Lingkuangan baik didalam atau diluar kelas.23

2.9. Prinsip dan Manfaat PTK

Prinsip dan pelaksaan PTK adalah sebagai berikut:

1. Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar. 2. Tidak boleh terlalu menyita banyak waktu.

3. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya. 4. Maslah yang dikaji benar-benar ada dan dihadapi guru. 5. Memegang etika kinerja.

6. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

7. PTK menjadi media berpikir guru untuk berfikir kritis dan sistematis.

8. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah.

9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang kongkret, jelas dan tajam.

23

(25)

33

10.Pengumpulan data atau informasi PTK tidak boleh terlalu banyak menyita waktu dan terlalu rumit.24

Manfaat PTK dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis:

1.Manfaat aspek akademis untuk membantu guru menghasilakan pengetahuan yang shakhih dan relevan bagi kelas mereka untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

2. Manfaat praktis PTK antara lain:

a. Merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksana inovasi pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan PTK maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dan tataran praktis, yakni bagaiman akurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi . sehingga

pembelajaran lebih aktif, menarik dan menyenangkan”.25

2.10. Kelebihan dan Kekurangan PTK

Penelitian tindakan kelas sebagaimana jenis penelitian lainnya memiliki kelebihan

da kekurangan. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan tersebut,

diharapkan peneliti dapat iivitas dan mengantisipasi kekurangan tersebut dan

mampu mengoptimalkan kelebihan tersebut.

Shumsy dan Suwarsih dalam Kunandar menyatakan bahwa kelebihan PTK

adalah sebagai berikut:

1. “Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.

2. Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran kritis dalam hal ini sekaligus guru sebagai peneliti.

3. Melalui kerja sama kemungkian berubah meningkat. 4. Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi”.26

Sementara itu, kelemahan dalam PTK adalah sebagai berikut:

24

Kunandar, Op,Cit., hal. 67.

25

Kunandar, Op.Cit., hal. 68.

26

(26)

34

1. “Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan guru dalam teknik dasar PTK pada pihak peneliti (guru).

2. Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang cukup besar. Hal ini disebabkan belum optimalnya pembagian waktu untuk kegiatan rutinnya dengan aktivitas PTK. Disamping itu diperlukan perubahan untuk kearah perbaikan dengan mreneriam ketersediaan untuk mengakui kekurangan guru, kemampuan untuk menemukan sesuatu yang baru, dorongan unuk menemukan gagasan baru, waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan, kepercayaan timbal balik antara yang

terlibat dalam PTK”.27

2.11. Empat Aspek Pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas.

Menurut Kemmis dan MC Taggart dalam Kunandar, penelitian tindakan

kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari

empat momentum esensial yaitu sebagai berikut:

1. “Penyusunan rencana, adalah mengembangkan rencana tindakan secara kritis untik meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas hendaknya tersusun dari segi definisi harus prospektif dalam tindakan, rencana itu harus memandang kedepan. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang refleksif. Hasil pengamatan awal terhadap proses yang terjadi dalam situasi yang ingin diperbaiki dituangkan dalam bentuk catatan lapangan dalam situasi yang akan ditingkatkan atau diperbaiki.

2. Tindakan, yang dimaksud adalah dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi cermat dan bijaksana. Praktik diakui dalam gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tidakan- tindakan berikutnya. Salah satu perbedaan penelitian tindakan dan penelitian biasanya adalah bahwa penelitian tindakan diamati, pelakunya mengumpulkan bukti, tentang tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilainya. PTK didasarkan atas pertimbangan teoritis dan empiris agar hasil yang diperoleh berupa peniongkatan PBM optimal.

3. Observasi, berfungsi untuk mempengaruhi tindakan terkait. Observasi berorientasi kemasa yang akan datang memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih ketika putaran sekarang

27

(27)

35

ini berjalan. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif. Observasi dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM.

4. Refleksi, adalah mengingat dan merennungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicacat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses , masalah persoalan, dan kendala nyata dalam tindakan strategis. Dalam refleksi ada beberapa kegiatan penting diantaranya, (a) merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan; (2) menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjai selama pelaksanaan kegiatan tersebut berlangsung; (3) memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul; (4) mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi; (5) memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan. Kegiatan refleksi itu terdiri dari empat aspek pokok, yaitu: (1) analisis data hasil observasi; (2) pemaknaan hasil analisi; (3) penjelasan hasil analisi; (4) penyimpulan atas maslah itu teratasi atau tidak”.28

28

(28)

36 2.12. Kerangka Berfikir Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas

pembelajaran. Penelitian ini belum banyak dilaksanakan oleh sebagian besar guru

yang mengajar di SMP N di Ambarawa karena beberapa alasan yang

berbeda-beda dari masing-masing guru. Sehingga banyak guru yang belum membuat

Penelitian tindakan Kelas, tetapi ada beberapa yang sudah melaksanakan

penelitian tindakan kelas sebagai tuntutan guru sebagai pengajar Profesional.

Dalam penelitian ini penulis akan mencari faktor apa yang menyebabkan guru

belum membuat penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan

Kelas

Identifikasi faktor penyebab

dilaksanakan Tidak

dilaksanakan

Referensi

Dokumen terkait

Masalah dalam matematika menurut Ruseffendi bagi mahasiswa adalah suatu persoalan atau soal yang dapat diselesaikan mahasiswa tanpa menggunakan cara atau algoritma yang

Serupa dengan gambar (5), pada gambar (6) di atas ini siswa mengerjakan dengan menggunakan pendekatan holistik karena siswa memandang soal sebagai satu kesatuan yang utuh

Dalam pendekatan analisis-sintetik terdapat tiga strategi kognitif yang digunakan siswa yaitu strategi additional, linguistik dan fungsional, dari ketiga strategi

karena belum begitu mengenal. Dari tabel 6 dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam penggunaan bahan ajar yang