• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Menurut Pasal 1 huruf 1 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dapat diartikan sebagai berikut :

Pendaftaran tanah ialah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Menurut A.P Parlindungan (1999:18) pendaftaran tanah diartikan sebagai berikut :

Pendaftaran tanah berasal dari kata Cadastre (Bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukkan kepada luas, nilai dan kepemilikan terhadap suatu bidang tanah. Kata ini berasal dari Bahasa latin “Capistratum” yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi (Capotatio Terrens). Dalam arti yang tegas, Cadastre adalah record pada lahan, nilai dari pada tanah dan pemegang haknya untuk ke-pentingan perpajakan. Dengan demikian, Cadastre merupakan alat yang tepat dalam memberikan uraian tersebut dan juga sebagai Cobtinous recording (rekaman yang berkesinam-bungan) dari hak atas tanah. Menurut Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis dalam Urip Susanto (2010:12) dari segi istilah pendaftaran tanah diartikan sebagai berikut :

Dari segi istilah, ditemukan istilah pendaftaran tanah dalam bahasa Latin disebut “Capistratum”, di Jerman dan Italia disebut “Catastro”, di Perancis disebut “Cadastre”, di Belanda dan juga di Indonesia dengan istilah “Kadastrale” atau “Kadaster”. Maksud dari

Capistratum dan Kadaster dari segi bahasa adalah suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi, yang berarti

suatu istilah teknis untuk record (rekaman) yang menunjukkan kepada luas, nilai dan kepemilikan atau pemegang hak suatu bidang tanah,

(2)

sedangkan kadaster yang modern bisa terjadi atas peta yang ukuran besar dan daftar-daftar yang berkaitan.

Berdasarkan pengertian pendaftaran tanah yang dijabarkan diatas maka dapat diketahui bahwa pendaftaran tanah adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara berkesinambungan, mulai dari pengumpulan, pengolahan, pem-bukuan, dan penyajian sampai pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar-daftar yang memberikan keterangan atas luas, nilai dan kepemilikan atau pemegang hak tanah untuk kepentingan hak-hak tertentu yang membebaninya.

2. Asas Pendaftaran Tanah

Menurut Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 seperti yang terdapat dalam Urip Santoso (2010:17), menyatakan bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas:

a) Asas sederhana

Dimaksudkan agar peraturan dan prosedurnya, mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama yang memiliki hak atas tanah.

b) Asas aman

Dimaksudkan agar diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga dapat memberikan jaminan kepastian hukum.

c) Asas terjangkau

Dimaksudkan agar pelayanan yang diberikan bisa terjangkau oleh pihak yang memerlukan.

d) Asas mutakhir

Dimaksudkan agar data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang sesuai di lapangan.

e) Asas Terbuka

Dimaksudkan agar masyarakat memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap saat di Kantor Pertanahan Kabupaten.

(3)

3. Tujuan Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanah bertujuan :

a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkut-an, b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuat-an hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar

c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.1

Dan lanjutan penjelasan :

(1) Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada peme-gang hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.

(2) Untuk melaksanakan fungsi informasi sebagaimana di-maksud dalam Pasal 3 huruf b data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar terbuka untuk umum. (3) Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana di-maksud dalam

Pasal 3 huruf c, setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib didaftar.2

4. Manfaat Pendaftaran Tanah

Menurut Urip Santoso (2010:21) beberapa pihak yang memperoleh manfaat dari diselenggarkannya pendaftaran tanah, adalah :

1) Bagi pemegang hak a. Memberikan rasa aman

b. Mengetahui dengan jelas data fisik dan data yuridis c. Memudahkan pelaksanaan peralihan hak

d. Harga tanah menjadi lebih tinggi

e. Dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan f. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak mudah keliru

1 PP Nomor 24 Tahun 1997, Pasal 3. 2 Ibid., Pasal 4.

(4)

2) Bagi Pemerintah

a. Terwujudnya tertib administrasi pertanahan sebagai salah satu program Catur Tertib Pertanahan

b. Memperlancar kegiatan Pemerintahan yang berkaitan dengan tanah dalam pembangunan

c. Mengurangi sengketa di bidang pertanahan, misalnya sengketa batas-batas tanah, pendudukan tanah secara liar dan lain sebagainya.

3) Bagi calon pembeli atau kreditor

Memperoleh keterangan yang jelas mengenai data fisik atau yuridis tanah yang akan menjadi objek perbuatan hukum.

5. Penyelenggara Pendaftaran Tanah

Dijelaskan dalam Urip Santoso (2010:23-24) bahwa Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 secara tegas menyebutkan bahwa :

Instansi Pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut Pasal 5 adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN), selanjutnya dalam Pasal 6 Ayat (1) nya ditegaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaanya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dibantu oleh Pejabat-pejabat yang ditugaskan untuk membantu kegiatan-kegiatan tertentu.

Pejabat-pejabat tersebut adalah :

1) Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Berperan dalam hal pembuatan akta pemindahan hak dan akta pemberian Hak Tanggungan atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

2) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW)

Berperan dalam hal pembuatan Akta Ikrar Wakaf tanah Hak Milik. 3) Pejabat dari Kantor Lelang

Berperan dalam hal pembuatan Berita Acara Lelang atas hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.

(5)

Berperan dalam hal kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik dari awal hingga penandatanganan sertifikasi hak atas tanah.

6. Persyaratan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010, persyaratan pendaftaran tanah untuk pertama kali sebagai berikut :

1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya di atas materai cukup.

2. Surat Kuasa apabila dikuasakan

3. Fotocopy identitas (KTP, KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket. 4. Bukti perolehan tanah/Alas Hak

5. Surat pernyataan pemohon mengenai jumlah bidang dan status tanah-tanah yang telah dimiliki.

6. Foto copy SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan (pada saat pendaftaran hak).

7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan ketentuan

7. Tinjauan tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Pengertian Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, yaitu :

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya.3

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diketahui bahwa Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap adalah pendaftaran tanah untuk pertama kali yang sebelumnya belum pernah didaftarkan yang dilakukan secara 3 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

(6)

serentak di seluruh wilayah Indonesia meliputi pengumpulan data-data yang sudah menjadi persyaratan.

Penjelasan lain terkait Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), antara lain:

1. Hak atas Tanah adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

2. Tanah Negara adalah Tanah yang tidak dilekati dengan suatu Hak atas Tanah, bukan tanah ulayat Masyarakat Hukum Adat, bukan tanah wakaf, bukan tanah komunal dan/atau bukan Barang Milik Negara/Daerah/ BUMN/BUMD/Desa.

3. Data Fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya. 4. Data Yuridis adalah keterangan mengenai status hukum atau status

penguasaan bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang hak atau pihak yang menguasai, dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.

5. Peta Dasar Pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik dasar teknik dan unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah. Peta Pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah.

6. Peta Bidang Tanah adalah gambar hasil pemetaan satu bidang tanah atau lebih pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman data fisik.

7. Gambar Ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah baik berupa jarak, sudut, azimuth ataupun sudut jurusan dan koordinat baik dalam bentuk elektronik atau non elektronik.

8. Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian.

9. Daftar Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran.

10. Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.

11. Komputerisasi Kegiatan Pertanahan yang selanjutnya disingkat KKP adalah aplikasi utama dalam menunjang pelaksanaan kewenangan, tugas dan fungsi Kementerian Agraria dan Tata

(7)

Ruang/Badan Pertanahan Nasional berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dibangun dan dikembangkan mengacu kepada alur, persyaratan, waktu, biaya, dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12. Panitia Ajudikasi PTSL adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk melaksanakan pendaftaran tanah sistematis lengkap.

13. Satuan Tugas yang selanjutnya disebut satgas adalah unit organisasi yang membantu pelaksanaan kegiatan Panitia Ajudikasi PTSL.

14. Surveyor Kadaster Berlisensi adalah mitra kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, yang terdiri dari Surveyor Kadaster dan Asisten Surveyor Kadaster.

15. Kantor Jasa Surveyor Kadaster Berlisensi yang selanjutnya disingkat KJSKB adalah Surveyor Kadaster Berlisensi yang berbentuk badan usaha baik perorangan maupun firma.

16. Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi: a. penyelenggaraan PTSL

b. pelaksanaan kegiatan PTSL c. penyelesaian kegiatan PTSL d. pembiayaan.

17. PTSL meliputi seluruh objek pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia. Objek PTSL meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak yang memiliki hak dalam rangka memperbaiki kualitas data pendaftaran tanah, yang sudah ada tanda batasnya maupun yang akan ditetapkan tanda batasnya dalam pelaksanaan kegiatan PTSL.4

Kegiatan PTSL meliputi beberapa tahapan atau prosedur yaitu : a. perencanaan

b. penetapan lokasi c. persiapa

d. pembentukan dan penetapan panitia ajudikasi PTSL dan satuan tugas

e. penyuluhan

f. pengumpulan data fisik dan pengumpulan data yuridis g. penelitian data yuridis untuk pembuktian hak

h. pengumuman data fisik dan yuridis serta pengesahannya i. penegasan konversi, pengakuan hak dan pemberian hak j. pembukuan hak

k. penerbitan sertipikat hak atas tanah 4 Ibid.

(8)

l. pendokumentasian dan penyerahan hasil kegiatan m. pelaporan5

Prosedur inilah yang menjadi acuan pembahasan di Bab IV dengan tetap menyesuaikan pelaksanaan di BPN Sukoharjo.

8. Sertifikat Tanah

Pengertian Sertifikat menurut Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang sertifikat dapat diartikan sebagai berikut :

Sertipikat Hak atas Tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria untuk Hak atas Tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.

Dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 :

Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian sertifikat yang diatas maka dapat diketahui bahwa sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat yang berisi data fisik dan yuridis.

9. Macam-macam Sertifikat

Menurut Urip Santoso (2010:261-262) macam sertifikat berdasarkan objek pendaftaran tanah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, yaitu :

a. Sertifikat Hak Milik b. Sertifikat Hak Guna Usaha

c. Sertifikat Hak Guna Bangunan Atas Tanah Negara

d. Sertifikat Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Pengelolaan e. Sertifikat Hak Pakai Atas Tanah Negara

(9)

f. Sertifikat Hak Pakai Atas Tanah Hak Pengelolaan g. Sertifikat tanah Hak Pengelolaan

h. Sertifikat Wakaf Tanah Hak Milik

i. Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun j. Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Nonrumah Susun k. Sertifikat Hak Tanggungan

Hak-hak atas tanah yang tidak diterbitkan sertifikat adalah : a. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Milik

b. Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik c. Hak Sewa Untuk Bangunan 10. Sifat Pembuktian Sertifikat

Menurut Urip Santoso (2010:272) sifat pembuktian sertifikat sebagai tanda bukti hatk ada 2 (dua) macam, yaitu :

a. Sertifikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat kuat. b. Sertifikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat mutlak.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sifat pembuktian sertifikat sangatlah kuat dan mutlak sebagai legalitas kepemilikan tanah yang jelas diakui.

11. Sertifikasi Tanah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (https://kbbi.kemdikbud.go.id, di akses pada tanggal 22 Maret 2019 pada pukul 23:30) terdapat beberapa pengertian terkait sertifikasi tanah, yaitu :

a. Sertifikasi adalah penyertifikatan

b. Penyertifikatan adalah proses cara, perbuatan menyertifikat-kan c. Menyertifikatkan adalah mencatatkan (tanah, sawah, dan sebagainya)

dalam bentuk sertifikat; membuatkan sertifikat d. Tanah adalah permukaan bumi yang diberi batas.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa sertifikasi tanah adalah proses mencatatkan tanah dalam bentuk sertifikat.

(10)

B. Metode Pengamatan

Tahap pengamatan pada dasarnya membutuhkan ketelitian dan teknik pengumpulan data yang sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan, tahap ini merupakan bagian dari pencarian informasi sebagai bahan penyusunan laporan hasil pengamatan. Teknik atau metode pengamatan tersebut terdiri dari :

1. Lokasi Pengamatan

Lokasi yang menjadi tempat pengamatan adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sukoharjo yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No. 310 Sukoharjo. Sesuai dengan judul Tugas Akhir yaitu Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Sebagai Program Percepatan Sertifikasi Tanah, pengamatan ini diperlukan untuk mengetahui keadaan di lapangan ketika melakukan pekerjaan terutama dalam prosedur PTSL dan mengapa progam tersebut dapat mempercepat proses seritifikasi tanah di Indonesia khususnya di Kabupaten Sukoharjo, alasan selanjutnya yaitu untuk mendukung tercukupinya data dan informasi lain terkait pengerjaan Tugas Akhir. Disamping itu penulis telah memperoleh ijin untuk magang dan melakukan pengamatan yang memungkinkan penulis mendapatkan semua informasi yang didibutuhkan.

2. Jenis Pengamatan

Jenis pengamatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, seperti yang dijelaskan H.B Sutopo (2002:65-66) yaitu observasi yang dilakukan dengan mendatangi lokasi pengamatan kemudian mengamati dan mencatat hal yang berlangsung menurut kondisi aslinya tanpa menganggu sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. Observasi ini tidak hanya mengamati kegiatan yang sedang berlangsung akan tetapi juga yang terdapat disekitarnya seperti komunikasi antar pegawai, kondisi bangunan, keadaan ruangan, benda atau peralatan dan perlengkapan yang ada yang menunjang kelancaran kegiatan terkait pekerjaan.

(11)

3. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis pengamatan yaitu deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan mengacu pada H.B Sutopo (2002:58-73) sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik mengumpulkan informasi dari sumber data yang berupa manusia sebagai narasumber atau informan. Teknik ini memberikan pertanyaan kepada sumber data secara mendalam, karena peneliti merasa “tidak tahu apa yang belum diketahuinya”, dengan demikian wawancara dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi ini dilakukan dengan mendatangi lokasi pengamatan kemudian mengamati dan mencatat hal yang berlangsung menurut kondisi aslinya tanpa menganggu sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. Selain itu mengamati yang terdapat disekitarnya seperti komunikasi antar pegawai, kondisi bangunan, keadaan ruangan, benda atau peralatan dan perlengkapan yang ada yang menunjang kelancaran kegiatan terkait pekerjaan.

3. Mengkaji dokumen dan arsip

Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting atau pokok dalam penelitian kualitatif, dengan dokumen atau arsip suatu kejadian dapat dibuktikan secara jelas kebenarannya terutama untuk men-dukung proses interprensi dari setiap peristiwa yang diteliti, lebih-lebih bila relevan dengan kondisi yang sedang diteliti akan membantu dalam penyusunan menjadi

(12)

semakin lengkap. Selain itu untuk memperjelas isi dari dokumen dan arsip, menurut Yin (1987) “peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat”, oleh karena itu harus bisa bersikap kritis dan teliti dalam penafsiran sehingga akan lebih mudah memahami proses mengapa usatu peristiwa bisa terjadi.

4. Perekaman

Perekaman merupakan teknik untuk memperjelas deskripsi berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti melalui alat kamera foto dan alat perekam suara (tape recorder). Perekaman dibutuhkan agar setiap kalimat dapat direkam secara lengkap. Teknik ini membantu peneliti cepat memahami penjelasan dari narasumber karena peneliti dapat dengan fokus mendengarkan pembicaraan. Dalam hal ini peneliti cukup mencatat kalimat yang dianggap penting sebagai kata-kata kunci sesuai pembahasan yang benar-benar dipahami,dan akan mengingatkan untuk bisa diurai menjadi catatan lengkap mengenai semua infomasi yang diperolehnya sebagai hasil wawancara.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan pedoman pemberian pelayanan kesehatan oleh BPJSKesehatan didasarkan pada SJSNdalam rangka menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Pasal 1 Peraturan

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Pada Program Studi Ilmu Lingkungan. Ma`in

Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam tanya jawab Nilai

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa rasa percaya diri pada Siswi Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Bambanglipuro yang diwakili 45

3: Percent conversion of rubber seed oil into biodiesel using CaO and CaO/SiO 2 calcined at different temperatures as a catalyst and coconut oil as a

Data D2 yang tidak masuk pada D3 Serdos Ge lombang 20150 2 ini akan dice k kem bali pada database di PDPT untuk penyusunan data D3 Ser dos selanjutnya.. PT dapat mengusulkan dosen

Hasil ini lebih besar dari hasil penelitian Patil dkk yang mendapatkan nilai tibiofibular clear space proyeksi anteroposterior 2,4mm dan lebih kecil pada proyeksi

Hasil studi yang dilakukan Hult et al (2003) pada 764 Unit Bisnis Strategis (SBU) di perusahaan manufaktur menyatakan bahwa diantara empat variabel (entrepreneurship, innovativeness,