• Tidak ada hasil yang ditemukan

ECONOMIC EFFICIENCY ESTIMATION ON SRI PADDY FARMING (Case Study in Kawasen Village, Banjarsari District, Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ECONOMIC EFFICIENCY ESTIMATION ON SRI PADDY FARMING (Case Study in Kawasen Village, Banjarsari District, Cianjur)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI EFISIENSI EKONOMIS USAHATANI PADI SRI (System Of Rice Intensification)

(Studi Kasus di Desa Kawasen Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) ECONOMIC EFFICIENCY ESTIMATION ON SRI PADDY FARMING

(Case Study in Kawasen Village, Banjarsari District, Cianjur) Agus Yuniawan Isyanto

Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui : (1) besarnya biaya, penerimaan, dan R/C usahatani padi SRI per hektar per musim tanam, (2) titik impas nilai penjualan, volume produksi, dan harga jual pada usahatani padi SRI per hektar per musim tanam, (3) pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi SRI, dan (4) efisiensi penggunaan faktor-faktor-faktor-faktor produksi pada usahatani padi SRI. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus di Desa Kawasen Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. Sampel penelitian diambil secara sensus terhadap 39 orang petani padi SRI yang tergabung dalam kelompoktani Tirta Mukti. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Estimasi efisiensi penggunaan faktor produksi dilakukan dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass melalui penggunaan model regresi berganda. Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi usahatani padi Sri secara simultan diuji dengan menggunakan Uji F sedangkan secara parsial menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Biaya usahatani padi SRI Rp. 4.967.443,07 per hektar yang terdiri dari biaya tetap Rp. 495.814,23 per hektar dan biaya variabel Rp. 4.471.628,84 per hektar. Penerimaan usahatani padi SRI Rp. 9.062.483,31 per hektar, sehingga pendapatan usahatani padi SRI Rp. 4.095.040,24 per hektar. R/C usahatani padi SRI 1,82 yang menunjukkan bahwa usahatani padi SRI menguntungkan dan layak untuk diusahakan, (2) BEP Nilai Penjualan pada usahatani padi SRI sebesar Rp. 978.752,04 per hektar, BEP Volume Produksi 815,63 Kg/Ha, dan BEP Harga Rp. 129,60 per kg, (3) Secara simultan, penggunaan faktor produksi lahan (X1), benih (X2), pupuk kandang (X3),

dan tenaga kerja (X4) berpengaruh sangat signifikan terhadap produksi (Y) pada usahatani padi SRI.

Secara parsial, faktor produksi lahan (X1) berpengaruh sangat signifikan terhadap produksi (Y),

sedangkan faktor produksi benih (X2), pupuk kandang (X3), dan tenaga kerja (X4) tidak berpengaruh

signifikan terhadap produksi (Y) pada usahatani padi SRI, dan (4) Faktor produksi lahan (X1) dan benih

(X2) belum efisien sehingga perlu ditambah, sedangkan faktor produksi pupuk (X3) dan tenaga kerja

(X4) tidak efisien sehingga perlu dikurangi.

Kata kunci: titik impas, efisiensi, faktor produksi, usahatani, padi SRI ABSTRACT

The objectives of research was to know : (1) cost, revenue, and R/C on SRI paddy farming per hectare per cropping season, (2) Break even point of sales value, production volume, and sales price on SRI paddy farming per hectare per cropping season, (3) influence of production factors using on SRI paddy farming, and (4) efficiency of production factors used on SRI paddy farming. Research was done by used case study method in Kawasen Villade District of Banjarsari Ciamis Regency. Sample was taking by using census method of 39 farmers member of Tirta Mukti Group of farmer. The collected data was analyzed descriptively. Estimation of production factors used on SRI paddy farming was done by using Cobb-Douglass production function through multiple regression model. Influence of production factors used on SRI paddy farming to the production was analyzed by F test simultaneously and t test partially.

Result of research showed: (1) Cost of SRI paddy farming was Rp. 4.967.443,07 per hectare consist of fixed cost was Rp. 495.814,23 per hectare and variable cast Rp. 4.471.628,84 per hectare. Revenue was Rp. 9.062.483,31 per hectare, so the income was Rp. 4.095.040,24 per hectare. R/C of SRI paddy farming was 1,82 showed that SRI paddy farming was profitable and feasible to be done, (2) BEP of sales value on SRI paddy farming was Rp. 978.752,04 per hectare, BEP of production volume was 815,63 kilograms per hectare, and BEP of sales price was Rp. 129,60 per kilogram, (3) Land, seed, organic fertilizer and labor most significantly influenced the production of SRI paddy farming simultaneously. Land most significantly influenced the production of SRI paddy farming, while seed,

(2)

organic fertilizer and labor was not influencing production yet partially, and (4) Land and seed ware not efficient yet so must be added, while organic fertilizer and labor were not efficient so must be reduced.

Keywords: break even point, production factors, farming, paddy, SRI PENDAHULUAN

Teknik budidaya padi konvensional yang dilaksanakan selama ini salah satu cirinya berupa penggunaan pupuk kimia yang tinggi. Selain itu dengan cara menanam bibit yang sudah tua berumur 3-4 minggu, dengan jarak tanam rapat (3-6 bibit per rumpun, dan 75-150 bibit per m2),

serta dilaksanakan di lahan sawah yang digenangi air secara terus menerus. Praktek budidaya demikian dimaksudkan untuk menghemat tenaga kerja, mengurangi risiko, dan mendapat-kan produksi yang tinggi. Namun cara demikian ini membatasi potensi hasil padi dengan menghambat pertumbuhan akar dan anakan serta mengurangi jumlah dan keragaman mikroorganisme di dalam tanah yang sangat berperan dalam menyehatkan tanah dan menyo-kong pertumbuhan tanaman (Sub Dinas Tanam-an Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, 2005).

Solusi untuk mengatasi hambatan penca-paian potensi hasil padi tersebut adalah dengan menerapkan Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification / SRI). SRI didasarkan pada dua konsep pemikiran, yaitu (1) Tanaman padi akan berproduksi lebih tinggi apabila siklus hidupnya dimulai dengan penggunaan bibit muda tunggal, yang dipindah-tanamkan (transplanting) secara hati-hati dengan jarak tanam lebar, dan (2) Tanaman padi akan berproduksi lebih baik bila ditanam pada tanah yang mempunyai drainase dan aerasi lebih baik selama periode pertumbuhan anakan (tillering) dan aktif secara biologi, serta mengandung berbagai jenis mikroorganisme yang mendukung pertumbuhan tanaman. SRI

dilaksanakan dengan menginvestasikan lebih banyak tenaga kerja pada tahap awal produksi, tetapi produk lebih banyak sehingga produktifitas output per tenaga kerja lebih besar. Risiko usahatani juga bisa dikurangi karena sistem perakaran yang lebih baik dan lebih sehat, sehingga produksi semakin banyak (Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis, 2005).

Secara empiris, usahatani padi SRI memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani konvensional, dengan demikian usahatani padi SRI tersebut lebih efisien. Menurut Rojak (1996), tingkat efisiensi diukur dengan cara membandingkan antara jumlah input produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi. Apabila setiap satuan faktor produksi menghasilkan produk yang lebih tinggi daripada produk rata-rata per satuan input normal, maka penggunaan faktor produksi tersebut dikatakan efisien.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui : (1) Biaya, pene-rimaan, pendapatan dan R/C usahatani padi SRI, (2) Titik impas nilai penjualan, produk dan harga jual pada usahatani SRI, (3) Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi SRI, dan (4) Efisiensi penggunaan faktor-faktor pro-duksi pada usahatani padi SRI.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Kawasen Kecamatan Banjarsari Kabupa-ten Ciamis. Penelitian dilak-sanakan dengan menggunakan studi kasus.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

(3)

a. Biaya total (total cost) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan usahatani padi SRI, dan meliputi biaya tetap total (total fixed cost) dan biaya variabel total (total variable cost), dan dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar (Rp/ha).

b. Penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi dengan harga jual, dan dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam.

c. R/C merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi SRI. d. Titik impas volume produksi adalah

besarnya jumlah produk dimana usahatani padi SRI tidak untung dan tidak rugi, atau pada saat pendapatan usahatani padi SRI sama dengan nol. e. Titik impas nilai penjualan adalah

besarnya nilai penjualan dimana usahatani padi SRI tersebut tidak untung dan tidak rugi, atau pada saat pendapatan usahatani padi SRI sama dengan nol.

f. Titik impas harga adalah besarnya harga jual produk dimana usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi, atau pada saat pendapatan usahatani padi SRI sama dengan nol.

Usahatani padi SRI di Desa Kawasen Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis dilaksanakan oleh Kelompoktani Tirta Mukti, dengan jumlah anggota sebanyak 39 orang. Arikunto (1998) menyatakan, bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil seluruhnya sebagai sampel penelitian atau dilaksanakan sensus. Dengan demikian pada penelitian ini dilaksanakan sensus pada seluruh petani anggota Kelompoktani Tirta Mukti.

Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari responden (first hand) yang diperoleh melalui teknik wawancara.

sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi instansi pemerintah.

Analisis data dilakukan sebagai berikut :

1. Pendapatan usahatani padi SRI dihitung dengan menggunakan rumus menurut Nurheru dan Priyono (1997) sebagai berikut :

= TR – TC = Y . HY – Xi > HXi

Dimana :

: Pendapatan (Rp/ha)

TR : Penerimaan total (Rp/ha) TC : Biaya total (Rp/ha) Y : Hasil produksi padi SRI (kg/ha) HY : Harga jual padi SRI (Rp/kg) Xi : Penggunaan faktor produksi ke-I HXi : Harga faktor produksi ke-i

2. R/C usahatani padi SRI dihitung dengan menggunakan rumus menurut Tjakrawiralaksana (1983) sebagai berikut :

Penerimaan total R/C =

Biaya total

3. Titik impas (Break Even Point / BEP) dihitung dengan menggunakan rumus menurut Sigit (1990) sebagai berikut : a. Titik impas nilai penjualan

(Rp/ha/musim tanam) Biaya Tetap BEPNP = Biaya Variabel 1 – Nilai Penjualan b. Titik impas volume produksi (kg)

BEPNP

BEPVP =

Harga jual produk c. Titik impas harga jual (Rp/kg)

BEPNP

BEPHJ =

Volume Produksi 4. Analisis regresi terhadap fungsi

produksi Cobb-Douglass digunakan untuk menghitung koefisien regresi masing-masing faktor-faktor produk-si.

(4)

Menurut Soekartawi (1986) dalam Nurheru dan Priyono (1997), koefisien regresi fungsi Cobb-Douglass merupakan nilai elastisitas dari faktor produksi yang bersang-kutan. Bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglass adalah :

Y = b0 X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 e

Dimana :

Y : Hasil padi SRI (kg) X1 : Luas lahan (ha)

X2 : Benih (kg)

X3 : Pupuk kandang (kg) X4 : tenaga kerja (HKP)

b0 : Konstanta

bi : Koefisien regresi dari faktor produksi Xi

5. Efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi dihitung dengan suatu konstansta Ki yang merupakan perbandingan antara Nilai Produksi Marjinal (NPM) dengan harga satuan faktor produksi ke-i (HXi)

NPM Ki = HXi PMXi . HY Ki = HXi bi (Y/Xi) . HY Ki = HXi

Berdasarkan nilai konstanta Ki, maka tingkat efisiensi ekonomis penggunaan faktor produksi ke-i dapat diketahui sebagai berikut :

1. Ki > 1, berarti penggunaan faktor

produksi ke-i belum mencapai tingkat efisiensi ekonomis sehingga perlu ditambah.

2. Ki = 1, berarti penggunaan faktor

produksi ke-i mencapai tingkat

efisiensi ekonomis sehingga diperoleh keuntungan maksimum. 3. Ki < 1, berarti penggunaan faktor

produksi ke-i telah men-capai tingkat efisiensi ekonomis sehingga perlu dikurangi.

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi SRI, pengujiannya dilakukan dengan menggu-nakan uji F (simultan) dan uji t (parsial). Pengujian dilakukan dengan mengguna-kan komputasi program SPSS versi 10. Adapun pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut :

1. Pengujian simultan Kriteria pengujian :

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0

H1 : paling tidak salah satu nilai bi tidak sama dengan 0

Jika Fhitung > Ftabel (k : n – k – 1), maka Ho ditolak.

Jika Fhitung < Ftabel (k : n – k – 1), maka

Ho diterima.

Keterangan : k adalah jumlah variabel bebas

n adalah jumlah sampel Apabila Ho ditolak, artinya secara simultan, faktor-faktor produksi berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi SRI. Sedangkan apabila Ho diterima, artinya secara simultan, faktor-faktor produksi tidak berpengaruh terhadap produksi padi SRI.

2. Pengujian parsial Kriteria Pengujian : Ho : bi = 0

H1 : bi 0

Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak,

artinya variabel Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel Y pada taraf kepercayaan tertentu.

Apabila thitung < ttabel, maka Ho

(5)

berpengaruh signifikan terhadap variabel Y pada taraf kepercayaan tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden

Sebagian besar responden memiliki lahan kurang dari 0,25 ha, yaitu sebanyak 30 orang atau atau 76,92% dari jumlah responden keseluruhan. Dengan demikian sebagian besar responden termasuk dalam golongan petani kecil.

Umur responden berkisar antara 21-58 tahun, dengan demikian keseluruh-an responden termasuk dalam golongan penduduk usia produktif. Hal ini seusai dengan pendapat Rusli (1995) yang menyatakan bahwa penduduk usia produktif adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun.

Pendidikan responden tergolong masih rendah, dimana sebagian responden yaitu sebanyak 33 orang (84,61%) memiliki pendidikan setara SD. Rendahnya tingkat pendidikan ini akan menjadi kendala dalam mengadopsi teknologi yang diperlukan dalam meningkatkan efisiensi usahataninya.

Sebagian besar responden memiliki pengalaman dalam melaksanakan usahataninya antara 21-30 tahun, yaitu sebanyak 22 petani (56,41%). Dengan demikian sebagian besar responden telah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam melaksanakan usahataninya.

Sebagian besar responden mempunyai tanggungan keluarga 1-3 orang, yaitu sebanyak 21 responden (53,85%). Hal ini menunjukkan bahwa responden telah melaksanakan program kependudukan dengan baik, dimana jumlah tanggungan keluarga relatif kecil.

Biaya, Penerimaan dan R/C Usahatani Padi SRI

Biaya total pada usahatani padi SRI terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Data selengkapnya mengenai biaya, penerimaan, pendapatan dan R/C pada usahatani padi SRI dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan R/C Usahatani Padi SRI

No Uraian Jumlah

1 Biaya Tetap : - PBB (Rp/Ha)

- Penyusutan alat (Rp/Ha) - Bunga modal (Rp/Ha)

Biaya tetap total (TFC) (Rp/Ha)

105.540,72 199.218,01 191.055,50 495.814,23 2 Biaya variabel : - Benih (Rp/Ha) - Pupuk (Rp/Ha)

- Pestisida nabati (Rp/Ha) - Media tanam (Rp/Ha) - Tenaga kerja (Rp/Ha)

Biaya variabel total (TVC) (Rp/Ha)

21.428,57 1.917.556,74 86.782,38 43.991,99 2.401.869,16 4.471.628,84 3 Biaya total (TC) 4.967.443,07 4 Penerimaan : - Hasil produksi (kg) - Harga jual produk (Rp/kg) Penerimaan total (TR) (Rp/Ha)

7.552 1.200 9.062.483,31

5 Pendapatan (Rp/Ha) 4.095.040,24

(6)

Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya total usahatani padi SRI Rp 4.967.443,07, dengan biaya terbesar pada biaya tetap adalah biaya penyusutan alat, sedangkan pada biaya variabel terbesar adalah biaya tenaga kerja.

Penerimaan total merupakan hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk. Rata-rata produksi yang dihasilkan pada usahatani padi SRI sebanyak 7.552 kg per hektar dengan harga jual sebesar Rp. 1.200 per kg, sehingga penerimaan total yang diterima sebesar Rp. 9.062.483,31 per hektar.

Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dalam melaksanakan usahatani padi SRI sebesar Rp. 4.095.040,24 per hektar, sedangkan rata-rata R/C pada usahatani padi SRI sebesar 1,82 yang menunjukkan

bahwa setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,82 sehingga pendapatannya sebesar Rp. 0,82. Nilai R/C 1,82 menunjukkan bahwa usahatani padi SRI tersebut menguntung-kan dan layak untuk diusahamenguntung-kan.

Titik Impas

Analisis Titik Impas (Break Even Point /BEP) adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume produksi. Titik impas dapat diartikan sebagai titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam menjalankan operasinya tidak untung dan tidak rugi, atau pada keadaan dimana keuntungan perusahaan sama dengan nol. Titik impas pada usahatani padi SRI dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Titik Impas Usahatani Padi SRI

No Uraian Nilai

1 Biaya tetap (Rp/Ha) 495.814,23

2 Biaya variabel (Rp/Ha) 4.471.628,84

3 Penerimaan (Rp/Ha) 9.062.483,31

4 Titik Impas Nilai Penjualan (Rp/Ha) 978.752,04

5 Titik Impas Volume Produksi (Kg/Ha) 815,63

6 Titik Impas Harga (Rp/Kg) 129,60

Tabel 2 menunjukkan bahwa BEP Nilai Penjualan pada usahatani padi SRI sebesar Rp. 978.752,04 per hektar. Nilai BEP ini menunjukkan bahwa apabila petani memperoleh penerimaan sama dengan nilai BEP tersebut maka usahatani padi SRI yang dilaksanakannya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian, atau dengan kata lain usahatani padi SRI tersebut dalam keadaan impas.

BEP Volume Produksi pada usahatani padi SRI sebesar 815,63 Kg/Ha. Nilai BEP ini menunjukkan bahwa apabila petani memperoleh hasil produksi sebesar

sama dengan nilai BEP tersebut maka usahatani padi SRI yang dilaksanakannya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian, atau dengan kata lain usahatani padi SRI tersebut dalam keadaan impas.

BEP Harga Jual pada usahatani padi SRI sebesar Rp. 129,60 per kg. Nilai BEP ini menunjukkan bahwa apabila petani menjual hasil produksinya sama dengan nilai BEP tersebut maka usahatani padi SRI yang dilaksanakannya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian,

(7)

atau dengan kata lain usahatani padi SRI tersebut dalam keadaan impas.

Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Padi SRI

Pembuatan model persamaan regresi yang digunakan sebagai penduga

penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi SRI dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi berganda, dimana perhitungannya menggunakan program SPSS versi 10. Model analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Model Hasil Analisis Regresi Pengunaan Faktor Produksi

Variabel Koefisien Regresi Standar Error t-hitung t-tabel a (konstanta) Lahan (X1) Benih (X2) Pupuk (X3) TK (X4) 3,917** 1,007** 0,016 - 0,016 0,019 0,062 0,022 0,011 0,010 0,017 10,548 5,141 2,936 - 0,257 2,605 1%= 2,390 5%= 1,671 R2 : 1,000 Adjusted R2 : 1,000

F-hitung : 63.158,016 ** = signifikan pada = 1 persen Tabel 3 memperlihatkan bahwa

koefisien determinasi (adjusted R2) dari

model persamaan regresi tersebut sebesar 1,000. Hal ini berarti bahwa variasi variabel produksi (Y) sebesar 100 persen dapat diterangkan oleh variabel-variabel bebas (Xi) dalam penelitian ini yang meliputi luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja.

Hasil analisis statistik dengan Uji F (ANOVA) didapatkan nilai F-hitung sebesar 63.1558,016, sedangkan nilai F-tabel (df = 4;38) pada tingkat signifikansi 1 persen sebesar 3,96. Karena F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka dapat dikatakan

bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas (Xi) berpengaruh signifikan

terhadap produksi (Y).

Hasil analisis regresi dengan Uji t sebagaimana terlihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa secara parsial variabel luas lahan (X1) berpengaruh signifikan

terhadap produksi (Y) pada taraf nyata 1 persen. Sedangkan benih (X2), pupuk kandang (X3) dan tenaga kerja (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi (Y).

Model persamaan regresi yang merupakan hasil analisis persamaan penduga dapat dituliskan sebagai berikut : Log Y = 3,917 + 1,007 Log X1 + 0,016 Log X2 - 0,016 Log X3 - 0,019 Log X4

(Se) (0,062) (0,022) (0,011) (0,010) (0,017) (t-hit) (62,817)** (46,022)** (1,473) (-0,155) (-1,064) Pengaruh penggunaan faktor produksi

lahan, benih, pupuk kandang, dan tenaga kerja terhadap produksi padi SRI dianalisis secara simultan dan parsial.

Analisis Simultan

Faktor produksi yang dianalisis meliputi faktor produksi lahan (X1), benih

(X2), pupuk (X3), dan tenaga kerja (X4). Berkaitan dengan analisis tersebut maka dilakukan identifikasi terhadap variasi skala usaha. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, maka variasi penggunaan aktor-faktor produksi tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 4.

(8)

Tabel 4. Variasi Penggunaan Faktor Produksi Benih, Pupuk dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi SRI

Jumlah

Penggunaan Lahan (X1) Benih (X2) Faktor Produksi Pupuk Kandang (X3) Tenaga Kerja (X4)

Terbesar 0,87 5,0 6.000 168

Terkecil 0,04 0,5 300 12

Rata-rata 0,19 1,37 1.473 46

Skala usaha dapat dilihat dari luas lahan yang diusahakan pada usahatani padi SRI. Tabel 4 menunjukkan bahwa skala usaha terbesar adalah 0,87 hektar dengan penggunaan benih sebanyak 5,0 kg, pupuk kandang sebanyak 6.000 kg dan tenaga kerja yang digunakan sebesar 168 HKP. Skala usaha terkecil adalah 0,04 hektar dengan penggunaan benih sebanyak 0,5 kg,

penggunaan pupuk yang sebanyak 300 kg dan tenaga kerja yang digunakan sebesar 12 HKP.

Pengaruh penggunaan faktor produksi lahan, benih, pupuk kandang, dan tenaga kerja secara simultan dianalisis dengan menggunakan Uji F sebagaimana terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tabel ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 3,833 4 0,958 63158,016 0,000

Residual 0,001 34 0,000

Total 3,833 38

Tabel 5 menunjukkan nilai F-hitung sebesar 63.158,016 yang lebih besar dari F-tabel (df = 4;38) pada taraf nyata 1 persen sebesar 3,96. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel lahan, benih, pupuk kandang dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi.

Analisis Parsial

Analisis statistik pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi (lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja) terhadap produksi pada usahatani padi SRI secara parsial disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Parsial pada Usahatani Padi SRI

Faktor Produksi Koefisien Elastisitas t-hitung t-tabel

Lahan (X1) 1,007 46,022** 1% = 2,704

Benih (X2) 0,016 1,473 5% = 2,021

Pupuk Kandang (X3) -0,016 -0,155

Tenaga Kerja (X4) -0,019 -1,064

Tabel 6 menunjukkan bahwa secara parsial variabel luas lahan berpengaruh

sangat signifikan terhadap produksi pada usahatani padi SRI, sedangkan benih,

(9)

pupuk, dan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi pada usahatani padi SRI.

Lahan

Analisis parsial dengan menggu-nakan Uji t diperoleh nilai t-hitung sebesar 46,022 yang lebih besar dari t-tabel pada taraf nyata 1 persen sebesar 2,704. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel lahan secara parsial berpengaruh sangat signifikan terhadap produksi pada usahatani padi SRI.

Nilai koefisien elastisitas sebesar 1,007 mengandung arti bahwa setiap penambahan atau pengurangan 1 persen lahan akan meningkatkan atau menurun-kan hasil produksi pada usahatani padi SRI sebesar 1,007 persen ceteris paribus.

Benih

Analisis parsial dengan menggu-nakan Uji t diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,473 yang lebih kecil dari t-tabel pada taraf nyata 5 persen sebesar 2,021. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel benih secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi pada usahatani padi SRI.

Nilai koefisien elastisitas sebesar 0,016 mengandung arti bahwa setiap penambahan atau pengurangan 1 persen benih akan meningkatkan atau menu-runkan hasil produksi pada usahatani padi SRI sebesar 0,016 persen ceteris paribus. Pupuk Kandang

Analisis parsial dengan menggunakan Uji t diperoleh nilai t-hitung sebesar –0,155 yang lebih kecil dari t-tabel pada taraf nyata 5 persen sebesar 2,021. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pupuk secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi pada usahatani padi SRI.

Nilai koefisien elastisitas sebesar -0,016 mengandung arti bahwa setiap penambahan atau pengurangan 1 persen pupuk akan menurunkan atau mening-katkan hasil produksi pada usahatani padi SRI sebesar 0,016 persen ceteris paribus. Tenaga Kerja

Analisis parsial dengan menggunakan Uji t diperoleh nilai t-hitung sebesar –1,064 yang lebih kecil dari t-tabel pada taraf nyata 5 persen sebesar 2,021. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi pada usahatani padi SRI.

Nilai koefisien elastisitas sebesar -0,019 mengandung arti bahwa setiap penambahan atau pengurangan 1 persen tenaga kerja akan menurunkan atau meningkatkan hasil produksi pada usahatani padi SRI sebesar 0,019 persen ceteris paribus.

Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Padi SRI

Petani yang berorientasi bisnis akan menekan penggunaan sumberdaya seefisien mungkin, dalam arti bukan penggunaan sumberdaya sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin, melainkan berusaha dengan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan hasil tertentu sehingga perlu memperhatikan kandisi faktor produksi yang tepat.

Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien apabila Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan faktor produksi yang ditambahkan untuk mendapatkan NPM tersebut. Dengan menggunakan persamaan matematis maka pernyataan tersebut dinyatakan dalam bentuk NPMX = PX.

Model persamaan regresi pada usahatani padi SRI yang diperoleh dari

(10)

hasil analisis dapat diestimasikan sebagai berikut:

Y = 3,917 + 1,007 log X1 + 0,016 log X2 – 0,016 log X3 – 0,019 log X4 Y = 8.260,38 X11,007 X

20,016 X3-0,016 X4-0,019

Dimana :

Y = Produksi padi SRI X1 = Lahan

X2 = Benih

X3 = Pupuk kandang

X4 = Tenaga Kerja

Jumlah koefisen elastisitas produksi ( Epi) dari persamaan tersebut, yaitu penjumlahan dari nilai-nilai koefisien elastisitas faktor-faktor produksi dari faktor produksi lahan, benih, pupuk kandang, dan tenaga kerja adalah 0,988 dan dinotasikan secara matematis dengan Epi = 0,988.

Nilai Epi = 0,988 menunjukkan bahwa skala usahatani padi SRI berada pada rational stage of production karena Epi < 1. Fungsi produksi berada dalam skala usaha kenaikan hasil yang semakin menurun atau decreasing return to scale. Pada daerah ini setiap penambahan faktor produksi sebesar 1% akan mengakibatkan penambahan produksi paling tinggi sebesar 1% dan paling rendah sebesar 0% tergantung dari harga-harga produk dan faktor-faktor produksi, dengan demikian maka pada daerah ini akan dapat dicapai pendapatan maksimum.

Untuk dapat melihat secara lebih jelas mengenai tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lahan, benih, pupuk kandang, dan tenaga kerja pada usahatani padi SRI dapat dilihat Tabel 7.

Perbandingan NPM dengan harga faktor produksi lahan adalah 2.369,64 dan untuk penggunaan benih 35,28. Karena penggunaan lahan dan benih mempunyai perbandingan NPM/PXi > 1 maka penggunaan lahan dan benih pada usahatani padi SRI tersebut belum efisien, sehingga penggunaan lahan dan benih harus ditambah.

Perbandingan NPM dengan harga faktor produksi pupuk adalah 0,39 sedangkan untuk penggunaan tenaga kerja adalah 0,37. Karena penggunaan pupuk dan tenaga kerja mempunyai perbandingan NPM/PXi < 1 maka penggunaan pupuk dan tenaga kerja pada usahatani padi SRI tersebut tidak efisien, sehingga penggunaan pupuk dan tenaga kerja harus dikurangi.

Efisiensi Penggunaan Lahan

Koefisien elastisitas faktor produksi lahan pada usahatani padi SRI adalah 1,007. Setiap penambahan atau pengurangan faktor produksi lahan akan menyebabkan penambahan atau pengurangan hasil produksi. Secara konkrit hubungan fungsional tersebut dapat dinyatakan dalam konsep marginal.

Produk Marginal (PM) penggunaan lahan adalah 40.025,60. Artinya setiap penambahan 1 hektar lahan akan menambah produksi sebesar 40.025,60 kg. Apabila dinyatakan dalam rupiah, maka penambahan 1 hektar lahan memerlukan tambahan biaya sebesar Rp 20.269,23,-. Sementara tambahan penerimaan yang ditimbulkan akibat penambahan luas lahan tersebut mencapai Rp 48.030.720,00,-. Dengan demikian akibat penambahan lahan seluas 1 hektar akan mendapatkan tambahan keuntungan sebesar Rp 48.010.450,77. Jika dilihat tingkat efisiensinya yang belum efisien yaitu sebesar 2.369,64 maka keputusan petani

(11)

untuk meningkatkan penggunaan lahan dengan harapan akan bisa meningkatkan hasil produksinya adalah rasional.

Efisiensi Penggunaan Benih

Koefisien elastisitas faktor produksi benih adalah 0,016. Setiap penambahan atau pengurangan faktor produksi benih akan menyebabkan penambahan atau pengurangan hasil produksi. Secara konkrit hubungan fungsional tersebut dapat dinyatakan dalam konsep marginal.

Produk Marginal (PM) penggunaan benih adalah 88,20. Artinya setiap penambahan 1 kg benih akan menambah

produksi sebesar 88,20 kg. Apabila dinyatakan dalam rupiah, maka penambahan 1 kg benih memerlukan tambahan biaya Rp 3.000,-. Sementara tambahan penerimaan yang ditimbulkan mencapai Rp 105.838,25,-. Dengan demikian akibat penambahan benih sebanyak 1 kg akan mendapatkan tambahan keuntungan sebesar Rp 102.838,25. Jika dilihat tingkat efisiensinya yang belum efisien yaitu sebesar 35,28 maka keputusan petani untuk meningkatkan penggunaan benih dengan harapan akan bisa meningkatkan hasil produksinya adalah rasional.

Tabel 7. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Lahan, Benih, Pupuk Kandang, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi SRI

Uraian Lahan Faktor Produksi Benih Pupuk Tenaga Kerja

Elastisitas produksi 1,007 0,016 0,016 0,019

Rata-rata penggunaan (kg) 0,19 1,37 1.473 46

Rata-rata produksi (kg) 7.552 7.552 7.552 7.552

Produk Marjinal (PM) 40.025,60 88,20 0,08 3,12

Rata-rata harga produk

(Rp/kg) 1.200 1.200 1.200 1.200

Nilai Produk Marjinal

(NPM) 48.030.720,00 105.838,25 98,44 3.743,17

Rata-rata harga Xi (Pxi) 20.269,23 3.000 250 10.000

NPM : Pxi 2.369,64 35,28 0,39 0,37

Efisiensi Penggunaan Pupuk

Koefisien elastisitas faktor produksi pupuk adalah 0,016. Setiap penambahan atau pengurangan faktor produksi benih akan menyebabkan pengurangan atau penambahan hasil produksi. Secara konkrit hubungan fungsional tersebut dapat dinyatakan dalam konsep marginal.

Produk Marginal (PM) penggunaan benih adalah 0,08. Artinya setiap penambahan 1 kg pupuk akan menambah produksi sebesar 0,08 kg. Apabila dinyatakan dalam rupiah, maka penambahan 1 kg pupuk memerlukan tambahan biaya Rp 250,-. Sementara tambahan penerimaan yang ditimbulkan

mencapai Rp 98,44,-. Dengan demikian akibat penambahan pupuk sebanyak 1 kg menyebabkan petani akan menderita kerugian sebesar Rp 151,56. Jika dilihat tingkat efisiensinya yang tidak efisien yaitu sebesar 0,39 maka keputusan petani untuk mengurangi penggunaan pupuk dengan harapan untuk mengurangi kerugian pada usahatani padi SRI adalah rasional.

Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Koefisien elastisitas faktor produksi tenaga kerja adalah 0,019. Setiap penambahan atau pengurangan faktor produksi tenaga kerja akan menyebabkan pengurangan atau penambahan hasil

(12)

produksi. Secara konkrit hubungan fungsional tersebut dapat dinyatakan dalam konsep marginal.

Produk Marginal (PM) penggunaan tenaga kerja adalah 3,12. Artinya setiap penambahan 1 HKP tenaga kerja akan menambah produksi sebesar 3,12 kg. Apabila dinyatakan dalam rupiah, maka penambahan 1 HKP tenaga kerja memerlukan tambahan biaya Rp 10.000,-. Sementara tambahan penerimaan yang ditimbulkan mencapai Rp 3.743,17,-. Dengan demikian akibat penambahan tenaga kerja sebanyak 1 HKP menyebabkan petani akan menderita kerugian sebesar Rp 6.256,83. Jika dilihat tingkat efisiensinya yang tidak efisien yaitu sebesar 0,39 maka keputusan petani untuk

mengurangi penggunaan tenaga kerja dengan harapan akan bisa mengurangi kerugian pada usahatani padi SRI adalah rasional.

Tabel 8 menunjukkan penambahan faktor produksi supaya tercapai kondisi optimal. Kondisi optimal adalah kondisi dimana penggunaan faktor produksi pada usahatani padi SRI mencapai tingkat efisiensi ekonomis, dimana petani dapat mencapai keuntungan yang maksimum. Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi lahan aktual yang digunakan petani dalam melaksanakan usahatani padi SRI seluas 0,19 hektar. Analisis produksi optimal menunjukkan bahwa penggunaan lahan optimal seluas 0,80 hektar, dengan demikian untuk Tabel 8. Tingkat Pendugaan Pemakaian Input untuk Mencapai Kondisi Optimal

No Variabel Aktual Penggunaan Input Optimal Penggunaan Input

1 Lahan (X1) 0,19 0,80 0,61 (+) 2 Benih (X2) 1,37 8,62 7,25 (+) 3 Pupuk (X3) 1.473 103,39 1.369,61 (–) 4 Tenaga Kerja (X4) 46 3,07 42,93 (–) Keterangan : (+) : Penambahan input (–) : Pengurangan input

memperoleh produksi optimal maka lahan yang digunakan harus ditambah 0,61 hektar. Ini sejalan dengan analisis efisiensi dimana efisiensi penggunaan faktor produksi lahan sebesar 2.369,64 yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi lahan belum efisien sehingga perlu ditambah.

Penggunaan faktor produksi benih aktual yang digunakan petani dalam melaksanakan usahatani padi SRI sebanyak 1,37 kg. Analisis produksi optimal menunjukkan bahwa penggunaan benih optimal sebanyak 8,62 kg, dengan demikian untuk memperoleh produksi optimal maka benih yang digunakan harus ditambah 7,25 kg. Ini sejalan dengan analisis efisiensi

dimana efisiensi penggunaan faktor produksi benih sebesar 35,28 yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi benih belum efisien sehingga perlu ditambah.

Penggunaan faktor produksi pupuk kandang aktual yang digunakan petani dalam melaksanakan usahatani padi SRI sebanyak 1.473 kg. Analisis produksi optimal menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang optimal sebanyak 103,39 kg, dengan demikian untuk memperoleh produksi optimal maka pupuk kandang yang digunakan harus dikurangi 1.369,61 kg. Ini sejalan dengan analisis efisiensi dimana efisiensi penggunaan faktor produksi pupuk kandang sebesar 0,39 yang

(13)

menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi pupuk kandang tidak efisien sehingga perlu dikurangi.

Penggunaan faktor produksi tenaga kerja aktual yang digunakan petani dalam melaksanakan usahatani padi SRI sebanyak 46 HKP. Analisis produksi optimal menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja optimal sebanyak 3,07 HKP, dengan demikian untuk memperoleh produksi optimal maka tenaga kerja yang digunakan harus dikurangi 42,93 HKP. Ini sejalan dengan analisis efisiensi dimana efisiensi penggunaan faktor produksi tenaga kerja sebesar 0,37 yang menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja tidak efisien sehingga perlu dikurangi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(1) Biaya usahatani padi SRI Rp. 4.967.443,07 per hektar yang terdiri dari biaya tetap Rp. 495.814,23 per hektar dan biaya variabel Rp. 4.471.628,84 per hektar. Penerimaan usahatani padi SRI Rp. 9.062.483,31 per hektar, sehingga pendapatan usahatani padi SRI Rp. 4.095.040,24 per hektar. R/C usahatani padi SRI 1,82 yang menunjukkan bahwa usahatani padi SRI menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

(2) BEP Nilai Penjualan pada usahatani padi SRI sebesar Rp. 978.752,04 per hektar, BEP Volume Produksi 815,63 Kg/Ha, dan BEP Harga Jual Rp. 129,60 per kg.

(3) Secara simultan, penggunaan faktor produksi lahan (X1), benih (X2), pupuk

kandang (X3), dan tenaga kerja (X4) berpengaruh sangat signifikan terhadap produksi (Y) pada usahatani padi SRI. Secara parsial, faktor produksi lahan (X1) berpengaruh

sangat signifikan terhadap produksi (Y), sedangkan faktor produksi benih (X2), pupuk kandang (X3), dan tenaga kerja (X4) tidak berpengaruh signifikan

terhadap produksi (Y) pada usahatani padi SRI.

(4) Faktor produksi lahan (X1) dan benih (X2) belum efisien sehingga perlu

ditambah, sedangkan faktor produksi pupuk kandang (X3) dan tenaga kerja (X4) tidak efisien sehingga perlu

dikurangi.

Saran

(1) Usahatani padi SRI secara faktual memberikan keuntungan kepada petani, namun demikian keuntungan tersebut masih dapat dioptimalkan melalui optimalisasi penggunaan faktor produksi. Optimalisasi penggunaan faktor produksi tersebut meliputi penambahanan faktor produksi lahan dan benih, serta pengurangan faktor produksi pupuk dan tenaga kerja. (2) Pendapatan petani dapat ditingkatkan

melalui efisiensi penggunaan faktor produksi. Pendekatan efisiensi dapat dilakukan melalui minimalisasi biaya (least cost combination) maupun melalui upaya pencapaian keuntungan yang maksimum (profit maximization). Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan kepada petani padi SRI salah satunya diarahkan kepada upaya pemahaman mengenai efisiensi penggunaan faktor produksi sehingga dapat tercapai tingkat efisiensi usahatani padi. Pencapaian efisiensi pada usahatani padi SRI tersebut akan meningkatkan pendapatan petani padi SRI.

(14)

DAFTAR RUJUKAN

Alwi, S. 1991. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan. Andi. Yogyakarta.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2001. Pembangunan Sistem Agribisnis Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. 2005. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis Tahun 2005. Ciamis.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. 2001. Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Husodo, S.Y. 2001. Otonomi Daerah : Tantangan dan Peluang Pembangunan Pertanian. Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. Jakarta.

Nuheru dan Priyono. 1997. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Ekonomi Pada Usahatani Kenaf di Lahan Bonorowo, Bojonegoro. Jurnal Littri Vol. VIII N0. 4, November 1997.

Riyanto, B. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.

Rodjak, A. 1996. Dasar-dasar Manajemen Usahatani. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.

Sigit, S. 1990. Analisis Break Even. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada Jakarta.

_______. 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sub Dinas Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. 2003. Laporan Pelaksanaan System of Rice Intensification (SRI) di Kabupaten Ciamis Tahun 2003. Ciamis.

Teken, I.G.B., dan Asnawi, S. 1993. Teori Ekonomi Mikro. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wahyunindyawati, F. Kasijadi dan Heriyanto. 2003. Tingkat Adopsi Teknologi Usahatani Padi Lahan Sawah di Jawa Timur : Suatu Kajian Model Pengembangan “Cooperative Farming”. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 6 No. 1, Januari 2003:40-49.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan R/C Usahatani Padi SRI
Tabel  1  menunjukkan  bahwa  biaya  total  usahatani  padi  SRI  Rp  4.967.443,07,  dengan  biaya  terbesar  pada  biaya  tetap  adalah  biaya  penyusutan  alat,  sedangkan  pada  biaya  variabel  terbesar  adalah  biaya  tenaga kerja
Tabel 3. Model Hasil Analisis Regresi Pengunaan Faktor Produksi
Tabel  5  menunjukkan  nilai  F-hitung  sebesar 63.158,016 yang lebih besar dari  F-tabel (df = 4;38) pada taraf nyata 1 persen  sebesar  3,96
+3

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan jika plat resin akrilik yang direparasi dengan penambahan E- JODVV ¿EHU dengan volumetrik 7,4% menghasilkan kekuatan transversal tertinggi dibandingkan

Hal ini secara umum didukung oleh banyak penulis, diantaranya Barney (1991), yang mendukung kesimpulan bahwa suatu perusahaan mencapai keunggulan kompetitif

nilai water uptake yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan membran dalam proses transfer proton sehingga meningkat juga nilai konduktivitas proton yang

Pandangan hukum islam pelaku tindak pidana pemalsuan merek kosmetik dapat dijatuhi hukuman ta‟zir karena dianggap telah memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tidak mengenal istilah anak yang dilahirkan akibat dari perkawinan siri, selain itu juga tidak ada yang

Penelitian ini hanya terbatas untuk meneliti tentang hubungan kerjasama dengan hasil belajar muatan pelajaran IPA siswa IV di SD Negeri Karangmloko 1 pada ranah kognitif KD

Pertubuhan ini menyokong penggunaan tulisan Rumi sebagai tulisan bahasa Melayu moden untuk memperkembangkan kesusasteraan Melayu dalam KBPM II, membentangkan kertas

Kompetensi yang dikembangkan di SMK dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan karakter, sementara itu upaya serupa yang dikembangkan di SUPM KKP dan