• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG BERORGANISASI DI KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG BERORGANISASI DI KELAS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG BERORGANISASI DI KELAS

Anik Laili Masudah (10110046)

Mahasiswa PPKn IKIP Veteran Semarang

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menguji efektifitas penggunaan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan pemahaman tentang berorganisasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tahun 2014 sebanyak 17 siswa. Penelitian ini menggunakan 2 jenis tes yang disebut pre-test dan test siklus I, test siklus II. Pre-test dilakukan untuk mengukur perolehan nilai siswa sebelum mendapatkan tindakan, sedangkan test siklus I, test siklus II dilakukan untuk mengukur perolehan nilai siswa sesudah mendapatkan tindakan. Selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa (1) Keaktifan siswa mengalami peningkatan yang dibuktikan dengan nilai persentasi keaktifan anak yang meningkat dari 29,4 % pada pra siklus menjadi 64,7 % pada siklus I dan 76,5 % pada siklus II. (2) Prestasi siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa meningkat dari 67,29 pada pra siklus menjadi 72,35 pada siklus I dan 78,12 pada siklus II. (3) prosentasi ketuntasan siswa pada pra siklus sebesar 41,18 % meningkat menjadi 58,82 % pada siklus I dan sebesar 94,12 % pada siklus II sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa “ Penggunaan Model Think-Pair-Share (TPS) Dapat Meningkatkan Pemahaman Tentang Berorganisasi Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tahun 2014” dapat diterima. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa (1) Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan efektifitas pemahaman tentang berorganisasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. (2) Penggunaan motode Think Pair Share memberi pengaruh yang besar terhadap sikap siswa. (3) Penggunaan metode Think Pair Share memberi pengaruh terhadap nilai yang diperoleh siswa sehingga prestasi siswa mengalami kenaikan yang signifikan. Saran dari penelitian ini yaitu (1) Guru perlu melakukan inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan yang selalu berkembang demi meningkatkan pengetahuannya melalui program KKG, penataran/diklat dan seminar agar mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat. (2) Guru harus kreatif dalam penggunaan alat peraga agar sesuai dengan materi yang diajarkan serta melibatkan semua siswanya secara merata, baik individu, kelompok, maupun klasikal dalam proses belajar.

Kata Kunci : Model Think-Pair-Share, Berorganisasi PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu memberi dampak pada lembaga pendidikan salah satunya, dimana lembaga pendidikan dituntut untuk dapat menyelenggarakan proses pendidikan secara optimal dan aktif sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan itu sendiri. Peningkatan kualitas dan mutu pendidikan yang baik diharapkan mampu melahirkan lulusan-lulusan yang mempunyai daya saing tinggi untuk menghadapi ketatnya tantangan dan persaingan di dunia kerja. Oleh sebab itu, perbaikan-perbaikan yang membangun di bidang pendidikan harus terus dilaksanakan guna mencapai kualitas dan mutu pendidikan yang sesuai dengan harapan.

(2)

Upaya melakukan perbaikan di bidang pendidikan menjadi tanggung jawab Semua pihak, salah satunya yaitu guru. Sebagaimana dijelaskan oleh Hamalik (1991: 44) yang mengatakan bahwa “Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa”. Guru harus dapat melakukan suatu inovasi yang menyangkut tugasnya sebagai pendidik yang berkaitan dengan tugas mengajar siswa. Inovasi-inovasi yang dilakukan guru dalam tugasnya sebagai pendidik diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Mengingat bahwa guru juga memberi pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Uno (2008:17) bahwa “Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya”.Oleh karena itu perubahan-perubahan berkaitan dengan tugas mengajar guru harus selalu ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya. Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode untuk menunjang proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pemilihan metode mengajar ini juga perlu diperhatikan karena tidak semua materi dapat diajarkan dengan hanya satu metode mengajar. Guru hendaknya dapat memilih metode mengajar yang dianggap sesuai dengan materi yang hendak diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berlangsung secara efektif, efisien dan tidak membosankan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yangdiwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37. Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan.

Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai metode konvensional atau tradisional. Metode konvensional merupakan metode dimana guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar berkurang dan hanya bergantung pada guru. Metode ini berkisar pada pemberian ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Akibatnya dalam mempelajari materi PKn siswa cenderung kurang semangat dan dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Hal tersebut terjadi pula di Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati, khususnya pada materi tentang “Berorganisasi”. Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati terdiri dari enam kelas, meliputi kelas I hingga kelas VI. Peneliti memfokuskan perhatian pada kelas V, yang terdiri dari 17

(3)

siswa. Kelas tersebut memiliki permasalahan tentang pemahaman anak tentang berorganisasi yang rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata PKn kelas V yang hanya 58, 2 dengan batas ketuntasan minimalnya (KKM) yaitu 70. Berdasarkan data tersebut siswa yang mampu mencapai nilai ≥70 hanya 40%, sedangkan sisanya memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan minimal tersebut. Data ini peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara dengan guru PKn di Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati tersebut. Rendahnya pengetahuan siswa tentang berorganisasi tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya semangat siswa dalam belajar PKn, tidak semua siswa mempunyai buku pegangan atau buku paket PKn, selain itu metode mengajar guru yang masih berkisar pada ceramah, tanya jawab serta penugasan juga menjadi penyebab rendahnya prestasi anak dalam belajar PKn. Berdasarkan sebab-sebab tersebut peneliti memfokuskan pada metode mengajar guru yang masih bersifat konvensional dalam upaya meningkatkan pemahaman tentang berorganisasi terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru berkaitan dengan pengembangan metode mengajar agar tidak terpaku pada metode mengajar konvensional adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Uno (2008:17) yaitu dengan “Mengubah dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramahi) guru, atau baru belajar kalau ada guru”. Oleh karena itu metode konvensional dalam pengajaran PKn harus diubah. Hal ini dilakukan supaya siswa tidak lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran PKn. Sebaliknya dengan metode baru siswa diharapkan lebih aktif tidak lagi hanya sekedar menerima informasi atau diceramahi guru, tetapi bisa memberikan informasi kepada teman-temannya. Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan di atas dan mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan tidak membosankan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir, menjawab, merespon dan membantu satu sama lain. Muslimin dalam Ghiffard (2009;1) mengatakan bahwa “Langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (sharing)”. Melalui metode ini penyajian bahan ajar tidak lagi membosankan karena siswa diberikan waktu untuk berdiskusi menyelesaikan suatu masalah atau soal bersama dengan pasangannya sehingga baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar ini. Jadi selama proses belajar mengajar diharapkan semua siswa aktif karena pada akhirnya nanti masing-masing siswa secara berpasangan harus membagikan hasil diskusinya di depan kelas kepada teman-teman lainnya. Metode Think-Pair-Share (TPS) dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang berorganisasi. Hal ini seperti dinyatakan oleh Arends(1997:122) bahwa “Think-pair-share and Numbered heads together, described here, are two examples of structures teachers can use to teach academic contentor to check on student understanding of particular content”. Peningkatan pemahaman berorganisasi siswa

(4)

terhadap materi pelajaran dilalui dengan tiga proses tahapan yaitu melalui proses thinking (berpikir) siswa diajak untuk merespon, berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan guru, melalui proses pairing (berpasangan) siswa diajak untuk bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk bersama-sama menemukan jawaban yang paling tepat atas pertanyaan guru. Terakhir melalui tahap sharing (berbagi) siswa diajak untuk mampu membagi hasil diskusi kepada teman dalam satu kelas. Jadi melalui metode Think-Pair-Share (TPS) ini pemahaman berorganisasi siswa dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mengadakan tes kemampuan awal dan wawancara dengan guru kelas V, maka penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peneliti bermaksud mencobakan metode Think-Pair-Share (TPS) bagi kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Metode ini diterapkan agar dapat membantu guru khususnya dalam meningkatkan pemahaman berorganisasi siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Pemahaman Tentang Berorganisasi Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tahun 2014”.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Prestasi

Pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli sangat beragam, hal ini dikarenakan masing-masing ahli memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam mengartikan prestasi. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha (Zainal Arifin, 1990: 3). Menurut Peter Salim & Yenny Salim (1991: 1190) menyatakan bahwa “Prestasi adalah hasil yang diperoleh dari sesuatu yang dilakukan, dan sebagainya”.Ahli lain berpendapat “Prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan” (Ridwan, 2008). Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Sunartombs (2009) bahwa Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu, prestasi dalam hal ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu usaha yang telah dilakukan dalam rangka mendapatkan apa yang menjadi cita-cita, dalam hal ini adalah hasil usaha yang telah dilakukan siswa selama proses pembelajaran.

(5)

Berorganisasi

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sokokuon 01 kecamatan Margorejo kabupaten Pati. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan peneliti menemukan masalah sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang permasalahan yaitu prestasi belajar rata-rata di kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 pada mata pelajaran PKn yang rendah, khususnya pada tema Berorganisasi. Disamping itu karena lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, sehingga dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga.

2. Waktu Penelitian

Setelah lokasi penelitian ditentukan, langkah selanjutnya yaitu menentukan waktu penelitian. Peneliti memerlukan waktu sekitar 2 bulan yaitu bulan Januari sampai Februari 2014. Waktu tersebut meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 kecamatan Margorejo kabupaten Pati. Siswa tersebut berjumlah 17 orang yang terdiri dari 2 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru maupun peneliti untuk memperbaiki suatu keadaan atau hasil yang belum sesuai dengan harapan, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Jadi disini seorang guru atau peneliti terjun secara langsung ke kelas untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi kemudian mencari dan melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian tindakan kelas berupa segala gejala atau peristiwa yang mengandung informasi yang berkaitan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Data tersebut meliputi: 1. Data mengenai prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(6)

2. Data mengenai keaktifan siswa selama proses belajar mengajar dan data mengenai aktivitas guru mengajar dengan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dengan menggunakan lembar observasi.

3. Data mengenai respon siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan.

4. Informasi mengenai kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran PKn sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Informasi tersebut diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01.

Data penelitian tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi:

1. Informan, dalam penelitian ini yang ditunjuk sebagai informan adalah guru kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokuon 01.

2. Peristiwa, peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada pertemuan awal, siklus I dan siklus II.

3. Dokumen, dokumen digunakan untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh yang terdiri dari rencana pembelajaran, data identitas siswa, daftar nilai siswa, daftar guru, dan foto ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah Tes.

Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi/pengamatan dan interpretasi, dan (4) Analisis dan refleksi.

HASIL PENELITIAN Siklus I

Berdasarkan proses pembelajaran pada siklus I, maka di dapat hasil yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 1. Persentase Sikap Siswa Selama Pembelajaran PKn

No Sikap Siswa Sebelum PTK Siklus I

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1. 2. 3. Aktif Kurang aktif Tidak aktif 5 6 6 29,4 % 35,3 % 35,3 % 11 4 2 64,7 % 23,5 % 11,8 %

Berdasarkan tabel 1, setelah diadakan perbaikan pada Siklus I ternyata siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran sudah meningkat dari 29,4 % menjadi 64,7 %. Hal ini dikarenakan bentuk evaluasi yang bervariasi, sehingga siswa aktif dalam pembelajaran ini. Sedangkan siswa yang

(7)

kurang aktif menurun dari 35,3 % menjadi 64,7 %. Dengan diberikannya soal-soal yang bervariasi, siswa menjadi berkurang dalam bermainnya. Sementara siswa yang tidak aktif menurun dari 35,3 % menjadi 11,8 %. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran PKn ini juga ditentukan oleh guru, bagaimana dapat menarik perhatian siswa. Dari hasil yang diperoleh tersebut dapat dibuat grafik 4.4 sebagai berikut :

Grafik 1. Persentase Sikap Siswa Selama Pembelajaran PKn Siklus I

Berdasarkan proses pembelajaran pada Siklus I maka didapat hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Tes dan Ketuntasan Selama Proses Pembelajaran Siklus I

No Data

Analisa Hasil Evaluasi Siklus I

Nilai Tuntas Belum

1 Jumlah 1230 10 7

2 Nilai Rata-rata 72,35 - -

3 Nilai Tertinggi 80 - -

4 Nilai Terendah 66 - -

5 Persentase Ketuntasan Kelas - 58,82 % 41,18 %

Berdasarkan pada hasil Siklus I tersebut, diketahui bahwa kelas V SD Negeri Sokokulon 01 memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 72,35 dengan jumlah siswa yang tuntas 10 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa. Berdasarkan data pada tabel 4.7, siswa yang memperoleh nilai tuntas 10 siswa atau hanya 58,82 % dan siswa yang memperoleh nilai belum tuntas sebanyak 7 siswa atau 41.18 %. Nilai ini juga digunakan sebagai pedoman dalam menentukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

Berdasarkan tabel 2 diketahui hasil evaluasi pada proses pembelajaran PKn kelas V tentang Berorganisasi dapat dibuat grafik 4.5 sebagai berikut:

Aktif, 64.7 Kurang Aktif, 23.5 Tidak Aktif, 11.8

(8)

Grafik 2. Grafik Ketuntasan Siswa Siklus I

Pada siklus I ini, frekuensi nilai siswa kelas V SD Negeri Sokokulon 01 berdasarkan standar KKM sekolah sebesar 7,0 sebanyak 10 orang siswa pada rentang nilai ≥ 70. Hal ini menjadikan siswa kelas V SD Negeri Sokokulon 01 berada pada kriteria cukup (frekuensi terbesar pada rentang nilai 75-77). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik 3.

SIKLUS I

Grafik 3. Diagram Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn Siklus I

Siklus II

Berdasarkan proses pembelajaran pada siklus II, maka di dapat hasil yang disajikan dalambentuk tabel di bawah ini:

Tuntas, 10 Belum Tuntas, 7

0

1

2

3

4

5

6

7

8

66-68 69-71 72-74 75-77 78-80

(9)

Tabel 3. Persentase Sikap Siswa Selama Pembelajaran PKn Siklus II

No Sikap Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II

F % F % F % 1. 2. 3. Aktif Kurang aktif Tidak aktif 5 6 6 29,4% 35,3% 35,3% 11 4 2 64,7% 23,5% 11,8% 13 3 1 76,5% 17,6% 5,9%

Berdasarkan tabel 3, setelah diadakan perbaikan pada Siklus II ternyata siswa yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sudah meningkat dari 64,7 % menjadi 76,5 % atau dari 11 siswa yang aktif menjadi 13 siswa. Hal ini dikarenakan bentuk evaluasi yang bervariasi, sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran ini. Sementara itu siswa yang kurang aktif menurun dari 23,5 % menjadi 17,6 % atau dari 4 siswa kurang aktif manjadi 3 siswa yang kurang aktif. Hal ini disebabkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang tinggi. Sedangkan siswa tidak aktif hanya 1 siswa karena guru mampu menghidupkan kelas dengan memberi tugas secara merata dan bervariasi selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil yang diperoleh tersebut dapat dibuat grafik 4.7 sebagai berikut:

Grafik 4. Persentase Sikap Siswa Selama Pembelajaran PKn Siklus II

Berdasarkan proses pembelajaran pada Siklus II maka didapat hasil sebagai berikut:

Aktif, 76.5 Kurang Aktif,

17.6

(10)

Tabel 4. Hasil Tes dan Ketuntasan Selama Proses Pembelajaran Siklus II

No Data

Analisa Hasil Evaluasi Siklus II

Nilai Tuntas Belum

1 Jumlah 1328 16 1

2 Nilai Rata-rata 78,12

3 Nilai Tertinggi 90

4 Nilai Terendah 66

5 Persentase Ketuntasan Kelas 94,12 % 5,88 %

Berdasarkan pada hasil Siklus II tersebut, diketahui bahwa kelas V SD Negeri Sokokulon 01 memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 78,12 dengan jumlah siswa yang tuntas 16 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa. Berdasarkan data pada tabel 4.9, siswa yang memperoleh nilai tuntas sebanyak 16 siswa atau hanya 94,12 % dan siswa yang memperoleh nilai belum tuntas sebanyak 7 siswa atau 41.18 %. Nilai ini juga digunakan sebagai pedoman dalam menentukan berhasil tidaknya penggunaan metode Think Pair Share (TPS) yang digunakan.

Berdasarkan tabel 4. diketahui hasil evaluasi pada proses pembelajaran PKn kelas V tentang Berorganisasi dapat dibuat grafik 5 sebagai berikut:

Grafik 5. Grafik Ketuntasan Siswa Siklus II

Pada siklus II ini, frekuensi nilai siswa kelas V SDN Sokokulon 01 berdasarkan standar KKM sekolah sebesar 7,0 sebanyak 16 orang siswa pada rentang nilai ≥ 70. Hal ini menjadikan siswa kelas V SDN Sokokulon 01 berada pada kriteria baik (frekuensi terbesar pada rentang nilai 76-80). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik 6.

Tuntas, 16 Belum Tuntas, 1

(11)

SIKLUS II

Grafik 6. Diagram Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn Siklus II

Berdasarkan proses pembelajaran pada pra siklus, siklus I, dan siklus II maka di dapat hasil yang disajikan dalam bentuk diagram dibawah ini :

Grafik 7. Ketuntasan Siswa Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Kelas V SDN Sokokulon 01 Tahun Pelajaran 2013/2014

Pada grafik 7 menunjukkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn yang mencapai tingkat ketuntasan siswa sebesar 94,12 %. Hal ini dapat dilihat dari penyajian grafik yang selalu meningkat.

0

2

4

6

8

10

66-70 71-75 76-80 81-85 86-90

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% Pra Siklus Siklus I Siklus II 41,18% 58,82% 94.12%

(12)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model Think Pair Share untuk meningkatkan pemahaman tentang berorganisasi di kelas V SDN Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati tahun 2014 yang dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam proses belajar dapat meningkatkan efektifitas pemahaman tentang berorganisasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokokulon 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati.

2. Penggunaan motode Think Pair Share memberi pengaruh yang besar terhadap sikap siswa di kelas yang dapat dibuktikan dengan nilai persentasi keaktifan anak yang meningkat tiap siklusnya. 3. Penggunaan metode Think Pair Share memberi pengaruh terhadap nilai yang diperoleh siswa

sehingga prestasi siswa mengalami kenaikan yang signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aji Baroto. 2008.”Overview of Cooperative Learning Definition”. Journal Scienceand Technology. Volume 37, Issue 9, 415-440.

Anonim. 2006. Undang-Undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional. Jakarta: Wipress.

Basrowi & Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: GhaliaIndonesia.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PendidikanKewarganegaraan SD-SMP-SMA-SMK.

Donald R. Cruishank, Deborah L. Bainer, & Kim K. Metcall. 1999. The Act ofTeaching. United States of America: Mc Graww-Hill Companies

Etin Solihatin & Raharjo. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Herawati Susilo, Husnul Chotimah, & Yuyun Dwita Sari. 2008. PenelitianTindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Gurudan Calon Guru. Malang: Bayumodic Publishing

Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas NegeriMalang.

Muhammad Numan Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nizar Alam Hamdani & Dody Hermana. 2008. Classroom Action Research.Sukabumi: Rahayasa Research and Training.

Oemar Hamalik. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.. 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: MandarMaju.

(13)

Richard. I Arends. 1998. Learning To Teach: Fifth Edition. Boston: Mc Graw-HillCompanies, Inc.1997. Classroom Instruction and Management. United Statesof America: The Mc Graw-Hill Companies, Inc.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PTRineka Cipta. Stephen B. Klein. 1996. Learning Principles and Applications. Misissippi StateUniversity: Mc

Graw-Hill, Inc.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Kualitatif (Dasar Teori danTerapannya dalam

Penelitian). Surakarta: UNS Press.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. www.dedidwitagama.wordpress.com/2008/01/31/laporan-tindakan/kelaspkn. www.dikmenum.go.id /dataapp/ kurikulum.

www.elista.akprind.ac.id/upload/files/800-bab-i.doc. www.fadliyanur.blogspot.com/2008/1/civiceducation.html. www.fazalfarisi.blogspot.com/2009/03/contoh.html. www.muhamads-teknologipendidikan.blogspot.com/2009/03/paradigm pendidikankewarganegaraan.html. www.researchengines.com/fahcrul-razi.html. www.ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasibelajar/. www.sps.upi.edu/pend/wp. www.wahdisayuti.wordpress.com/2009/02/107/selayang-pandang-civicseducation. Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1. Persentase Sikap Siswa Selama Pembelajaran PKn
Grafik 1. Persentase Sikap Siswa Selama Pembelajaran PKn Siklus I
Grafik 3. Diagram Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PKn Siklus I
Tabel 3. Persentase Sikap Siswa Selama Pembelajaran PKn Siklus II  No  Sikap Siswa  Pra Siklus  Siklus I  Siklus II
+3

Referensi

Dokumen terkait

b. Confrontative coping : usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko. 1) Apakah

[r]

 Menyampaikan kisah singkat tentang peristiwa penting dan sikap terpuji Nabi Sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw secara individu maupun perwakilan kelompok.  Menyampaikan hasil

Dari kunjungan wisatawan yang meningkat dari tahun ke tahun tersebut muncul sebuah kebutuhan akan suatu tempat berupa bangunan penginapan yang memiliki berbagai

Dalam data hasil observasi dan wawancara baik guru maupun siswa setiap aspek yang diamati telah mencapai 100 %, dan untuk penilaian bagi siswa semuanya telah tercapai nilai

RSIA KENARI GRAHA MEDIKA Dapat memberikan pelayanan Rawat Inap tidak hanya untuk Ibu dan Anak tetapi juga untuk Laki - Laki dan Perempuan Dewasa (selain kasus kebidanan). RS

PENGARUH AKSESIBILITAS FASILITAS BELAJAR DAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DI SMK NEGERI 1 CIMAHI Universitas

Melalui surat ini perkenankan kami D‟ART BEAT, selaku produser Drama Musikal PUTIH HITAM LASEM mengajukan proposal sponsorship dalam rangka dipentaskan kembali