HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 12 SAMARINDA
Ramdhany Ismahmudi1, Jamian2
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF ADOLESCENT ABOUT REPRODUCTIVE HEALTH AT SMA NEGERI
12 SAMARINDA Ramdhany Ismahmudi1, Jamian2
INTISARI
Latar belakang : Pemahaman dan kesadaran tentang kesehatan reproduksi pada remaja masih rendah, dan beberapa diantaranya pemahaman tersebut tidak tepat. Anggapan remaja bahwa jika melakukan hubungan seks hanya sekali tidak mungkin terjadi kehamilan, merupakan cermin bahwa ia belum memahami proses terjadinya kehamilan. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman ini dapat membawa remaja ke arah perilaku berisiko yang akan berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Keadaan merisaukan lainnya yang sulit dipisahkan dari kesehatan reproduksi remaja adalah meningkatnya masalah ketergantungan napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, termasuk merokok).
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi Di SMA Negeri 12 Samarinda.
Metode penelitian : Rancangan penelitian ini adalah descriptive correlation dengan
metode pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMA Negeri 12 Samarinda yang berjumlah 64 orang, cara pengambilan sampel dengan
total sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan pernyataan
mengenai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi sebanyak 33 item, pernyataan sikap tentang seks bebas dan penyalahgunaan Napza sebanyak 18 item pertanyaan. Analisis untuk uji hipotesis dengan uji statistic Spearman Rank
Correlation.
Hasil penelitian : Hasil uji statistik Spearman Rank Correlation diketahui nilai P = 0,017,nilai tersebut lebih kecil dari alfa (P<0,05) maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 12 Samarinda.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan/ bermakna antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 12 Samarinda. Kata Kunci: kesehatan reproduksi remaja, seks bebas, penyalahgunaan napza
ABSTRACT
Background: Understanding and awareness about reproductive health on adolescent remains low, and some of the understandings are not appropriate. The presumption of adolescents that if they have sex only once is impossible become
pregnant, is a mirror that they did not understand the process of pregnancy. This lack of knowledge and understanding can bring teens towards risky behavior that will result in an unwanted pregnancy (KTD). More troubling circumstances that are difficult to separate from adolescent reproductive health is the increasing problem of drug dependence (narcotics, psychotropic drugs, and other addictive substances, including smoking).
Objective: This study aimed to determine the relationship between knowledge and attitude of adolescent about reproductive health at SMA Negeri 12 Samarinda. Methods: The research was descriptive correlation with cross sectional method. The study population was students of SMA Negeri 12 Samarinda totaling 64 people, with total sampling as the technique sampling. Measuring instrument used was questionnaire with statements regarding the level of reproductive health knowledge as much as 33 items, statement of free sex and injection drug use as many as 18 items of questions. Analysis to the hypothesis test was by Spearman Rank Correlation statistical tests.
Result: The result of Spearman Rank Correlation statistical tests was known the value of P=0.017, the value was less than alpha (P<0.05), then Ho was rejected means that there was a significant relationship between knowledge and attitudes of adolescent about reproductive health at SMA 12 Samarinda.
Conclusion: There was a significant relationship between knowledge and attitude of adolescent about reproductive health at SMA 12 Samarinda.
Keywords: adolescent reproductive health, free sex, drug abuse
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 10 sampai 24 tahun. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan fisik dan psikis pada periode yang dikenal sebagai
pubertas serta diiringi dengan
perkembangan seksual.
“Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural”.1 Secara garis besar ruang
lingkup substansi/isu kesehatan
reproduksi remaja adalah: Perkembangan
seksual dan seksualitas (termasuk
pubertas dan KTD), HIV dan AIDS, dan
NAPZA (Narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Ketiga substansi tersebut biasa dikenal dengan sebutan “triad KRR” yang mempunyai kaitan sebab akibat antara satu dengan lainnya. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan
terhadap masalahmasalah perilaku
berisiko, seperti melakukan hubungan
seks sebelum menikah dan
penyalahgunaan napza, yang keduanya dapat membawa risiko terhadap penularan
HIV dan AIDS. 2
Anggapan remaja bahwa jika melakukan hubungan seks hanya sekali tidak
mungkin terjadi kehamilan, merupakan cermin bahwa ia belum memahami proses terjadinya kehamilan. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) tahun 2002 yang dilakukan oleh BPS memperlihatkan bahwa penduduk yang mengetahui benar
tentang risiko hamil jika sekali
berhubungan seks pada laki-laki 46.1% dan pada perempuan 43.1%. Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja putri usia 15-24 tahun di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung) menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan pada remaja putri (42,3%) (LDFEUI & NFPCB, 1999). Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman ini dapat membawa remaja ke arah perilaku berisiko yang akan berdampak pada kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD).2 Pemahaman dan
kesadaran tentang kesehatan reproduksi pada remaja masih rendah, dan beberapa diantaranya pemahaman tersebut tidak tepat. Dari data PKBI Sumbar tahun 1997 ditemukan bahwa remaja yang telah melakukan hubungan seksual sebelum
menikah mengakui kebanyakan
melakukannya pertama kali pada usia
antara 15-18 tahun.3
Pusat Penelitian Kesehatan UI
mengadakan penelitian di Manado dan Bitung (1997) dan menunjukkan bahwa 6 % dari 400 pelajar SMU puteri dan 20% dari 400 pelajar SMU putera pernah melakukan hubungan seksual. Keadaan merisaukan lainnya yang sulit dipisahkan dari kesehatan reproduksi remaja adalah meningkatnya masalah ketergantungan napza (narkotika,psikotropika, dan zat adiktif lainnya, termasuk merokok) pada remaja. Penyalahgunaan NAPZA adalah Pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau pengawasan
dokter. Digunakan secara berkali-kali atau
terus menerus. Berdasarkan data Badan
Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.4
SMA Negeri 12 terletak di kelurahan Sungai Siring Kecamatan Samarinda Utara dan termasuk wilayah kerja Puskesmas Sungai Siring dimana Peneliti
bekerja. Studi Pendahuluan yang
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada tiga murid Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Samarinda diketahui belum pernah mendapatkan informasi secara mendalam tentang kesehatan reproduksi remaja. Sikap mereka tentang seks bebas dan penyalahgunaan napza, mereka berpendapat tergantung masing-masing individu, tetapi mereka menolak seks bebas dan penyalahgunaan napza. Informasi yang di dapat dari wawancara dengan guru BK bahwa sering ditemukan siswa ketahuan merokok di sekolah.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini adalah
Descriptive Correlation yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara 2 variabel independen dan variabel dependen5, dengan metode pendekatan Cross
Sectional yaitu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor dan resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat (point
approch).6 Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh siswa SMA Negeri 12 Samarinda dengan jumlah total populasi 64 orang. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi atau total sampling, yaitu sebanyak 64 orang. Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi. Adapun
Kriteria inklusinya adalah bersedia menjadi responden dan terdaftar sebagai murid SMA Negeri 12 Samarinda. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah siswa tidak bersedia menjadi responden dan siswa tidak masuk sekolah pada saat pengambilan data. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 12 Samarinda. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti yang diambil dari teori/referensi terkait. Kuesioner A tentang pengetahuan KRR 33 butir pertanyaan, kuesioner B tentang Sikap remaja tentang kesehatan reproduksi 18 butir pertanyaan. Sebelum instrumen digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu yaitu dengan pengujian validitas dan reliabilitas. Tempat uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SMK Negeri 10 Samarinda pada tanggal 20 januari 2012. Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menguji validitas item pertanyaan, dilakukan melalui kegiatan pilot study sebagai suatu uji coba desain penelitian kepada 30 orang yang memiliki karakteristik sama dengan sample penelitian. Hasil pilot study ini kemudian dilakukan perhitungan untuk kuesioner A dengan rumus
Koefisien korelasi biserial .7
Hasil uji analisis dari tiap item pertanyaan dengan menggunakan software komputer didapatkan nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,240 sehingga dikatakan valid, tetapi ada tiga pernyataan yang nilainya kurang dari 0,240 sehingga pertanyaan tersebut tidak valid yaitu pernyataan nomor 10, nomor 16, dan pernyataan nomor 22. Dari 3 pertanyaan yang tidak valid tersebut peneliti telah melakukan perbaikan secara substansi dan bahasa. Kemudian dilakukan perhitungan korelasi antara masing-masing pertanyaan untuk kuesioner B dengan skor total menggunakan Korelasi Pearson Product
Moment.8 Hasil uji analisis dari tiap item
pertanyaan didapatkan nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,240 sehingga dikatakan semua pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus KR 20 (Kuder &
Richardson)8 untuk kuesioner A.
Dari hasil uji instrument dengan menggunakan software komputer didapatkan nilai KR 20 0,946, maka instrumen tersebut reliable dan dapat digunakan. Peneliti menggunakan alpha
cronbach untuk mencari nilai KR 20. KR
20 adalah sama dengan alpha cronbach jika item pertanyaannya dikotomi.9 KR 20 adalah kasus special dari alpha cronbach jika item variabelnya binary.10 Hasil uji instrument B didapatkan nilai alpha cronbach 0,921, sehingga didapatkan kesimpulan instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 09 April 2012 dan tanggal 11 April 2012 pada murid SMA Negeri 12 Samarinda. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan jumlah responden sebanyak 64 siswa, tetapi yang hadir pada saat pengambilan data ada 58 murid. Pengumpulan data menggunakan instrument berupa kuesioner. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan tekstual yang didasarkan pada analisis univariat dan bivariat.
Analisis univariat dalam penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari seluruh variabel, yaitu : umur, jenis kelamin, kelas, pernah mendapat informasi tentang KRR dan sumber informasi di uraikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karaktersitik Responden
No Karaktersitik Responden Frekuensi %
1. Umur
16 Tahun 14 24 17 Tahun 19 33 18 Tahun 13 22 19 Tahun 1 2 20 Tahun 2 3 2. Jenis Kelamin Laki-laki 21 36 Perempuan 37 64 3. Kelas X 20 34 XI 13 22 XII 25 43 4.
Informasi tentang Kespro
Tidak Pernah 6 10 Pernah 52 90 5. Sumber Informasi Tidak ada 6 10 Teman 3 5 Pacar 1 2 Orang Tua 2 3 Guru 12 21 Televisi 4 7 Radio 3 5 Koran/Majalah 3 5 Petugas Kesehatan 23 40 Internet 1 2 Total 58 100
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh gambaran bahwa dari 58 responden yang terlibat dalam penelitian ini sebagian besar berumur 17 tahun, yaitu berjumlah 19 responden (32.8 %), 14 responden (24.1%) berumur 16 tahun, 13 responden (22.4 %) berumur 18 tahun, 9 responden (15.5 %) berumur 15 tahun, 2 responden (3.4 %) berumur 20 tahun, 1 responden (1.7 %) berumur 19 tahun. Jenis kelamin perempuan (63,8%) yaitu 37 responden. Sedangkan yang berjenis kelamin laki- laki berjumlah 21 responden (36,2%). Berdasarkan kelas sebagian besar responden kelas XII sebanyak 25 siswa (43.1%), kelas X sebanyak 20 siswa (34.5%) dan kelas XI sebanyak 13 siswa (22.4%) Responden yang pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi remaja sebanyak 52 responden (89.7%) dan yang tidak pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi remaja sebanyak 6 responden (10.3%). Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi remaja paling banyak dari petugas kesehatan sebanyak 23 responden (39.7%), dari guru sebanyak 12 responden (20.7%), televisi sebanyak 4 responden
(6.9%), radio sebanyak 3 responden (5.2%), koran atau majalah sebanyak 3 responden (5.2%), dari orang tua sebanyak 2 responden (3.4%), dari pacar sebanyak 1 responden (1.7%), dari internet sebanyak 1 responden (1.7%) dan sisanya tidak pernah mendapat informasi 6 responden (10.3%).
Untuk analisa univariat pada penelitian ini dapat dilihat pada table 4.2 .
Tabel 4.2 Variabel Penelitian
No
Variabel Penelitian Frekuensi %
1. Pengetahuan Remaja Tinggi 27 47 Rendah 31 53 2. Sikap Remaja Positif 28 48 Negatif 30 52
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah rendah yang berjumlah 31 responden (53.4%) dan 27 responden (46.6 %) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja tinggi. Sedangkan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi masih negatif berjumlah 30 responden (51.7%) dan 28 responden (48.3%) sikap remaja tentang kesehatan reproduksi sudah positif.
Hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 12 Samarinda. Hubungan masing-masing variabel tersebut didapatkan berdasarkan analisa dengan menggunakan uji statistik
Korelasi Spearman Rank dengan tingkat
kemaknaan 95% atau p value = 0,05. Dinyatakan ada hubungan yang signifikan jika P value < dari 0,05, atau jika ρ hitung lebih besar dari ρ tabel dianggap memiliki hubungan antara variable independen dan variable dependen.
Untuk arah hubungan dari masing-masing variabel dilihat berdasarkan angka koefisien korelasi. Jika koefisien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah. Searah artinya jika variabel X
nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefisien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan rendah Untuk melihat kekuatan hubungan antara variable pengetahuan dan sikap, angka didapatkan dengan membuat tabulasi silang antara pengetahuan dan sikap seperti dibawah ini :
Tabel 4.3 Tabel Korelasi Variabel Penelitian
NO Variabel Penelitian Korelasi Pengetahuan Sikap
1. Pengetahuan P Value N 1 0 0.311* 0.017
2. Sikap P Value N 0.311* 0.017 1 0
*. Korelasi signifikan di level 0.05
Dari tabel 4.3 diatas terlihat angka koefisien korelasi sebesar 0,311* artinya besar korelasi antara variable pengetahuan dan variable sikap ialah sebesar 0,311 atau cukup. Tanda satu bintang (*) artinya korelasi signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan pada kriteria yang ada diatas, maka hubungan kedua variable signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,017 < 0,05. Karena angka koefisien korelasi hasilnya positif yaitu 0,311,maka korelasi kedua variable bersifat searah. Maksudnya jika pengetahuan tinggi, maka sikap akan positif. Jumlah data (N) sebesar 58,semua diproses dan tidak ada yang missing. Kesimpulannya korelasi antara variabel pengetahuan dan sikap cukup, signifikan dan searah.
PEMBAHASAN
Hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi menunjukkan arah kecenderungan siswa dengan pengetahuan yang rendah akan lebih ke arah negatif, sedangkan pada remaja dengan pengetahuan yang tinggi akan mempunyai kecenderungan ke arah yang positif (kecenderungan untuk menghindari seks bebas). Hasil uji hipotesis dengan menggunakan spearman
rank correlation dapat diambil
kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima
jadi ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 12 Samarinda. Sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.12 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi maka mereka akan cenderung mempunyai sikap positif. Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi cenderung mempunyai sikap negatif. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Zelnik dan Klim tahun 1982 (Sarwono, 2006) yang menyatakan bahwa remaja cenderung melakukan lebih banyak hubungan seksual dikarenakan para remaja kurang mendapat pengetahuan kesehatan reproduksi dan pendidikan tentang seksual.13 Penelitian yang dilakukan oleh Aryastini (2009), yang meneliti tentang hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan motivasi terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja di Dusun Polengan Kelurahan Bokoharjo. Kesimpulannya ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan motivasi terhadap perilaku seksual pranikah pada 10 remaja di Dusun Polengan Kelurahan Bokoharjo Kecamatan Prambanan Yogyakarta. Secara umum ini menandakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dapat mempengaruhi motivasi dan sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah atau seks bebas.14 Hasil
yang mendukung juga
didapatkan peneliti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 12 Samarinda. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan adalah pendidikan. Irmayanti (2007)
menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan, semakin banyak pengetahuan yang didapat.15 Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan sikap, menurut Walgito (2003) adalah faktor pengetahuan.12 Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.16 Menurut responden dari wawancara yang diperoleh peneliti bahwa pada dasarnya remaja sangat memerlukan informasi tentang kesehatan reproduksi. Kebutuhan ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi.
KETERBATASAN PENELITIAN Desain penelitian menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan
cross sectional dimana pengukuran
variabel baik independen maupun dependen dilakukan dalam waktu yang bersamaan sehingga penelitian ini tidak dapat diketahui hubungan sebab akibat secara langsung, tetapi hanya menggambarkan hubungan satu arah saja. Responden yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya sangat terbatas oleh karena karakteristik responden yang ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, juga karena jumlah murid yang ada sangat sedikit. Sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisir. Instrumen penelitian pada penelitian ini menggunakan instrumen yang dibuat oleh peneliti sendiri sehingga masih terdapat beberapa kelemahan yang perlu untuk dikembangkan sehingga lebih valid dan realibel walaupun instrumen penelitian ini sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada saat uji validitas ada 3 pernyataan yang tidak valid, peneliti
sudah melakukan perbaikan secara substansi dan bahasa tetapi tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument terakhir. Responden yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas hanya diambil satu kelas yaitu kelas X sehingga tidak sama dengan karakteristik responden dalam penelitian yang mencakup kelas X, kelas XI dan kelas XII. Keterbatasan sumber rujukan, jurnal-jurnal yang berasal dari hasil penelitian lain sangat terbatas, sehingga pembahasan hasil penelitian ini dirasakan peneliti masih kurang mendalam.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penelitian ini penulis mendapat banyak bantuan, dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Ghozali MH, M.Kes. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah samarinda.
2. Ibu Rusni Masnina, S.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Samarinda.
3. Bapak Supriyadi, S.Pd., M.Psi. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 12
Samarinda.
4. Bapak Sukiman, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 10 Samarinda.
5. Seluruh pihak yang turut membantu pelaksanaan
Penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. KEPUSTAKAAN
1. Kesehatan Reproduksi, http://www.kesrepro.info/
(diperoleh tanggal 31 Oktober 2011).
2. BKKBN (2008). Modul Pelatihan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor
Sebaya, Jakarta, Direktorat Remaja
dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi
3. Depkes RI (2008). Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Informasi,
Edukasi (KIE) Kesehatan
Reproduksi Untuk Petugas
Kesehatan di Tingkat
Pelayanan Dasar, Jakarta, Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Kesehatan Ibu 4. Widianti, E. (2007). Makalah
Remaja Dan
Permasalahannya :Bahaya
Merokok, Penyimpangan Seks Pada
Remaja, Dan Bahaya
Penyalahgunaan Minuman
Keras/Narkoba, Disampaikan dalam
penyuluhan sosial mengenai remaja dan permasalahannya Di Tsanawiyah Banuraja dan tsanawiyah Al Ihsan Batujajar Kabupaten Bandung
5. Nursalam (2011). Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
6. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta,
Rineka Cipta.
7. Riyanto, Agus (2011) Aplikasi
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Yogyakarta, Nuha Medika
8. Arikunto, S. (2006). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Proses, Jakarta, Rineka Cipta.
9. Cronbach”s Alpha (2007), http://www2.chass.ncsu.edu/
( diperoleh tanggal 11 Maret 2012) 13 10. Kuder-Richardson Reliability Coefficients KR20 and KR21 (2008), http://www.ibm.com (diperoleh tanggal 11 Maret 2012)
11. Sarwono, J (2011) Buku Pintar
IBM SPSS Statistics 19 Cara Operasi, Prosedur Analisis data dan InterpretasiI, Jakarta, PT. Elex
Media Komputindo.
12. Walgito B, (2003). Psikologi Sosial
(Suatu Pengantar). Yogyakarta :
Andri Offset
13. Sarwono, S.W. (2006). ”Psikologi
Remaja”. Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada.
14. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan, Jakarta,
Rineka Cipta.
15. Irmayanti, dkk (2007) Pengetahuan, Jakarta, Lembaga Penerbitan FEUI. 16. Notoatmodjo, S. (2007). ”Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku”,